mola hidatidosa

35
KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya sehingga tugas makalah mengenai “ MOLA HIDATIDOSA “ dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini dibuat berdasarkan dari beberapa sumber buku maupun text book . Kami menyelesaikan makalah ini sesuai dengan kemampuan kami, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, maka dari itu kami kelompok 1 Group A-2 sebagai penyusun makalah ini memohonkan maaf yang setinggi-tingginya apabila terdapat kesalahan konsep ataupun tulisan di makalah ini. Kami juga mengharapkan saran dan kritik serta masukan dari pembaca / Dosen / Asisten Lab agar makalah ini lebih sempurna dan memperbaiki tugas kami berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan baik bagi penyusun maupun pembaca. Terimakasih Medan , April 2012 1

Upload: armita-sary-batubara

Post on 25-Jul-2015

1.417 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mola Hidatidosa

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat

dan berkat-Nya sehingga tugas makalah mengenai “ MOLA HIDATIDOSA “ dapat

kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini dibuat berdasarkan dari beberapa sumber buku maupun text book .

Kami menyelesaikan makalah ini sesuai dengan kemampuan kami, tentunya

masih banyak kekurangan dan kelemahannya, maka dari itu kami kelompok 1 Group A-

2 sebagai penyusun makalah ini memohonkan maaf yang setinggi-tingginya apabila

terdapat kesalahan konsep ataupun tulisan di makalah ini. Kami juga mengharapkan

saran dan kritik serta masukan dari pembaca / Dosen / Asisten Lab agar makalah ini

lebih sempurna dan memperbaiki tugas kami berikutnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan baik bagi

penyusun maupun pembaca.

Terimakasih

Medan , April 2012

Penyusun

1

Page 2: Mola Hidatidosa

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………… 1

NAMA-NAMA KELOMPOK…………………………………………………………..2

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...3

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….4

BAB I PENDAHULUAN

LatarBelakang……………………………………………………………………………5

Tujuan Penulisan Masalah……………………………………………………………….5

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian………………………………………………………………………………..7

Epidemiologi………………………………………………………………………........8

Etiologi……………………………………………………………………………….…8

Patogenesis……………………………………………………………………………..9.

Manifestasi Klinik……………………………………………………………………….

Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………………

Periosdopi……………………………………………………………………………..

Komplikasi…………………………………………………………………………..

Diagnosis……………………………………………………………………………

Diagnosis banding………………………………………………………………….

Penatalaksanaan……………………………………………………………………..

Prognosis………………………………………………………………………………

Prognosa……………………………………………………………………………….

Pengobatan…………………………………………………………………………

BAB III PENUTUP

Kesimpulan……………………………………………………………………….

Saran…………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..

2

Page 3: Mola Hidatidosa

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG :

Didunia sejumlah kematian ibu makin meningkat hampir setiap hari pertambahan

AKI. Dalam 1 jam ada 2 orang ibu yang kehilangan nyawanya atau meninggal.

Penyebab kematian ibu dalam pertolongan persalinan yang terlambat, kehamilan ibu

yang terganggu misalnya ibu menderita penyakit yang berat, preeklampsi, dll.

Kesalahan mendiagnosa kehamilan juga akan membahayakan ibu dan anaknya. Seperti

mendiagnosa mola hydatidosa yang bila dilakukan pemeriksaan tidak intensif ibu akan

didiagnosa hamil.

Mola Hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast.Pada mola hidatidosa

kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang

menjadi keadaan patologik.

Mola Hidatidosa banyak ditemukan di Negara – negara asia, Afrika dan Amerika latin

daripada di Negara – negara barat. Mola hidatidosa merupakan penyakitwanita dalam masa

reproduksi antara umur 15 tahun sampai 45tahun.Penyebab Mola tidak diketahui, faktor –

faktor yang dapatmenyebabkan antara lain yaitu keadaan sosioekonomi yang tinggi dan

parietastinggi.

Keluhan dari penderita seperti gejala – gejala hamil muda yang kadang –kadang

lebih nyata dari kehamilan biasanya.

TUJUAN PENULISAN MAKALAH

- Untuk melengkapi tugas

- Untuk mengetahui lebih jelas Mola Hidatidosa

- Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan ibu yang menderita Mola Hidatidosa

- Deteksi dini perubahan-perubahan pada ibu yang menderita Mola Hidatidosa.

- Mengetahui epidemologi Mola Hidatidosa.

- Mengetahui perbedaan antara Mola Hidatidosa sempurna dan MolaHidatidosa parsial.

- Mengetahui etiologi dan gejala klinis Mola Hidatidosa.

3

Page 4: Mola Hidatidosa

- Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakan diagnosis.

- Mengetahui penatalaksanaan mola hidatidosa.

- Mengetahui komplikasi dan prognosa dari mola hidatidosa.

4

Page 5: Mola Hidatidosa

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN [3]

Mola Hidatidosa atau Hamil Anggur adalah kehamilan abnormal dimana hampir

seluruh wilayah vili korialisnya mengalami perubahan hidrofik yang terjadi pada awal

kehamilan.

Mola hidatidosa juga dikatakan kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terbentuk

akibat kegagalan pembentukan janin. Bakal janin tersebut dikenal dengan istilah mola

hidatidosa. Istilah hamil anggur digunakan karena bentuk bakal janin tersebut mirip dengan

gerombolan buah anggur.Mola hidatidosa juga dapat didefinisikan sebagai penyakit yang

berasal dari kelainan pertumbuhan calon plasenta (trofoblas plasenta) dan disertai dengan

degenerasi kistik villi serta perubahan hidrofik. Trofoblas adalah sel pada bagian tepi ovum (sel

telur) yang telah dibuahi dan nantinya akan melekat di dinding rahim hingga berkembang

menjadi plasenta serta membran yang memberi makan hasil pembuahan.

2. EPIDEMYOLOGI[2,4,5,7]

Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika latindibandingkan

dengan negara – negara barat lainnya.Dinegara – negara barat dilaporkan 1: 200 atau 2000

kehamilan . Di Negara–negara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan.

. Biasanya dijumpai lebih sering pada umurreproduksi (15-45 tahun) dan pada

multipara.Jadi dengan meningkatkanparitas kemungkinan menderita mola lebih besar.

3,Etiologi[8]

Penyebab terjadinya mola belum sepenuhnya dimengerti. Penyebab yang paling

mungkin adalah kelainan pada sel telur, rahim dan/atau kekurangan gizi. Namun yang

paling cocok ialah teori Acosta Sison, yaitu defisiensi protein.Faktor resiko terjadinya

mola adalah status sosial-ekonomi yang rendah , diet rendah protein, asam folat dan

5

Page 6: Mola Hidatidosa

karotin. Resiko yang lebih tinggi ditemukan pada wanita yang berusia di bawah 20

tahun atau diatas 40 tahun.

4. Patogenesis

Mola Hidatidosa berkembang dari trofoblas ekstraembrionik.

Mola Hidatidosa terbagi menjadi :

1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.

2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial) , jika disertai janin atau bagian janin.

Mola hidatidosa klasik / komplet : tidak terdapat janin atau bagian tubuh janin.

Ciri-ciri histologik: ada gambaran proliferasi trofoblas,degenerasi hidropik villi

chorialis dan berkurangnya vaskularisasi / kapiler dalam stroma. Sering disertai

pembentukan kista lutein,(25-30%). Mola komplet atau klasik terjadi akibat fertilisasi

sebuah telur yang intinya telah hilang atau tidak aktif (lihat gambar).Mola menyerupai

setangkai buah anggur putih. Vesikel-vesikel hidropik (berisi cairan) bertumbuh dengan

cepat, menyebabkan rahim menjadi lebih besar dari usia kehamilan yang

seharusnya..Biasanya mola tidak mengandung janin, plasenta, membran amniotik atau

air ketuban.Darah maternal tidak memiliki plasenta.Oleh karena itu, terjadi perdarahan

ke dalam rongga rahim dan timbul perdarahan melalui vagina.Pada sekitar 3%

kehamilan, mola ini berkembang menjadi koriokarsinoma (suatu neoplasma ganas yang

bertumbuh dengan cepat). Potensi untuk menjadi ganas pada kehamilan mola sebagian

jauh lebih kecil dibanding kehamilan mola komplet.Mola hidatidosa komplet tidak

berisi jaringan fetus. 90 % biasanya terdiri dari kariotipe 46,XX dan 10% 46,XY.

Semua kromosom berasal dari paternal.Ovum yang tidak bernukleus mengalami

fertilisasi oleh sperma haploid yang kemudian berduplikasi sendiri, atau satu telur

dibuahi oleh 2 sperma.Pada mola yang komplet, vili khoriales memiliki ciri seperti buah

anggur, dan terdapat tropoblastik hiperplasia.mola hidatidosa komplet berasal dari

genom paternal (genotipe 46xx sering, 46 xy jarang, tapi 46xx nya berasal dari

reduplikasi haploid SPERMA dan tanpa kromosom dari ovum). Mola parsial

mempunyai 69 kromosom terdiri dari kromosom 2 haploid paternal dan 1 haploid

maternal (triploid, 69xxx atau 69xxy dari 1 haploid ovum dan lainnya reduplikasi

haploid paternal dari satu sperma atau fertilisasi dispermia).

6

Page 7: Mola Hidatidosa

Mola hidatidosa parsial / inkomplet : terdapat janin atau bagian tubuh janin. Ciri

histologik, terdapat jaringan plasenta yang sehat dan fetus.Gambaran edema villi hanya

fokal dan proliferasi trofoblas hanya ringan dan terbatas pada lapisan

sinsitiotrofoblas.Perkembangan janin terhambat akibat kelainan kromosom dan

umumnya, Mati pada trimester pertama.mola hidatidosa parsial terdapat jaringan fetus.

Eritrosit fetus dan pembuluh darah di vili khorialis sering didapatkan.Vili khorialis

terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk dengan stroma tropoblastik yang menonjol dan

berkelok-kelok.

Gambar 1. Mola hidatidosa komplet

Gambar 2. Gambaran mikroskopik Mola hidatidosa komplet

7

Page 8: Mola Hidatidosa

Gambar 3. Gambaran mikroskopik Mola hidatidosa inkomplet

Gambar 4. Mola hidatidosa inkomplet

8

Page 9: Mola Hidatidosa

Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih.Biasanya tidak

ada janin, hanya pada mola partialis kadang-kadang ada janin.Gelembung itu sebesar bulir

kacang hijau sampai sebesar buah anggur.Gelembung ini dapat mengisi seluruh cavum uteri.

Di bawah mikroskop nampak degenerasi hydropik dari stroma jonjot, tidak adanya

pembuluh darah dan proliferasi trofoblast.Pada pemeriksaan chromosom didapatkan poliploidi

dan hampir pada se¬mua karus mola susunan sex chromatin adalah wanita.Pada mola

hydatidosa, ovaria dapat mengandung kista lutein ka-dang-kadang hanya pada satu ovarium

kadang-kadang pada keduanya.

Kista ini berdinding tipis dan berisikan cairan kekuning-kuningan dan dapat mencapai ukuran

sebesar tinju atau kepala bayi. Kista lutein terjadi karena perangsangan ovarium oleh kadar

gonadotropin chorion yang tinggi. Kista ini hilang sendiri setelah mola dilahirkan.

B-hCG meningkat - aktifitas ovarium meningkat (ovarium kistik) - estrogen tinggi

menimbulkan efek hipertiroidisme dari aktifitas B-hCG yang tinggi. Teori Acosta-Sison :

defisiensi protein.

5. Manifestasi klinik

Amenore dan tanda tanda kehamilan

Perdarahan pervagina berulang, dari bercak sampai perdarahan berat. Darah

cenderung berwarna cokelat.sifat perdarahan bisa intermiten selama berapa

9

Page 10: Mola Hidatidosa

minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan anemia defisiensi

besi. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.

Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia

kehamilan.

Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun

uterus sudah membesar setinggi pusar atau lebih.

Tidak dirasakan tanda – tanda adanya gerakan janin maupun ballotement

Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.

Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.

Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB

yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.

Gejala-gejala pre-eklamsi yang terjadi pada trimester I atau awal trimester II

(tekanan darah tinggi, pembengkakan kaki-pergelangan kaki-tungkai,

proteinuria).

Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti.

6. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan sonde uterus (Hanifa).

Tes Acosta Sison. Dendan tang abortus, gelembung mola dapat

dikeluarkan.

Peningkatan kadar beta hCG darah atau urin.

Ultrasonografi menunjukkan gambaran badai salju (snow flake pattern)

Foto toraks ada gambaran emboli udara.

Pemeriksaan T 3 dan T 4 bila ada gejala tirotoksikosis

10

Page 11: Mola Hidatidosa

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :

1.  Serum ß-hCG untuk memastikan kehamilan dan  pemeriksaan ß-hCG serial

(diulang pada interval waktu tertentu)

2.   Ultrasonografi (USG). Melalui pemeriksaan USG kita dapat melihat adakah

janin di dalan kantung gestasi (kantung kehamilan) dan kita dapat mendeteksi

gerakan maupun detak jantung janin. Apabila semuanya tidak kita temukan di

dalam pemeriksaan USG maka kemungkinan kehamilan ini bukanlah kehamilan

yang normal

3.   Foto rontgen dada

7. Predisposisi

1. F. ovum sudah patologis sehingga mati,tetapi terlambat dikeluarkan

2. Imuno selektif dan trofoblas

3. Keadaan sosek menurun

4. Paritas tinggi

5. Kekurangan protein

6. Infeksi oleh virus dan F. kromosom

8. Komplikasi

- Perdarahan yang hebat sampai syok

- Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia

- Infeksi sekunder

- Tirotoksikosis

- Eklampsia

- Perforasi karena tindakan atau keganasan

9. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang

sepertilaboratorium, USG dan histologis. Pada mola hidatidosa yang komplet

terdapat tanda dan gejalaklasik yakni:

1. Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet

adalah perdarahanvaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan

11

Page 12: Mola Hidatidosa

perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang

banyak, dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina.Gejala ini terdapat

dalam 97% kasus.

2. Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal

ini merupakanakibat dari peningkatan secara tajam hormon β-HCG.

3. Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi, tremor

dan kulit yanghangat.

Kebanyakan mola sudah dapat dideteksi lebih awal pada trimester awal sebelum

terjadi onsetgejala klasik tersebut, akibat terdapatnya alat penunjang USG yang

beresolusi tinggi. Gejalamola parsial tidak sama seperti komplet mola. Penderita

biasanya hanya mengeluhkan gejalaseperti terjadinya abortus inkomplet atau missed

abortion, seperti adanya perdarahan vaginal dantidak adanya denyut jantung janin.

Dari pemeriksaan fisik pada kehamilan mola kompletdidapatkan umur kehamilan

yang tidak sesuai dengan besarnya uterus (tinggi fundus uteri).Pembesaran uterus

yang tidak konsisten ini disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik yangeksesif dan

tertahannya darah dalam uterus. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia

yangterjadi pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg),

protenuria (>300mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia. Kejadian kejang jarang

didapatkan. Kista theca lutein,yakni kista ovarii yang diameternya berukuran > 6 cm

yang diikuti oleh pembesaran ovarium.Kista ini tidak selalu dapat teraba pada

pemeriksaan bimanual melainkan hanya dapatdiidentifikasi dengan USG. Kista ini

berkembang sebagai respon terhadap tingginya kadar betaHCG dan akan langsung

regresi bila mola telah dievakuasi.Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara

lain kadar beta HCG yang normal. Biladidapatkan > 100.000 mIU/mL merupakan

indikasi dari pertumbuhan trofoblastik yang banyak sekali dan kecurigaan terhadap

kehamilan mola harus disingkirkan. Anemia merupakankomplikasi yang sering

terjadi disertai dengan kecenderungan terjadinya koagulopati.sehinggapemeriksaan

darah lengkap dan tes koagulasi dilakukan. Dilakukan juga pemeriksaan tes

fungsihati, BUN dan kreatinin serta thyroxin dan serum inhibin A dan

activin.Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan standar untuk

mengidentifikasi kehamilanmola. Dari gambaran USG tampak gambaran badai salju

(snowstorm) yang mengindikasikan vilikhoriales yang hidropik. Dengan resolusi

12

Page 13: Mola Hidatidosa

yang tinggi didapatkan massa intra uterin yangkompleks dengan banyak kista yang

kecil-kecil. Bila telah ditegakkan diagnosis mola hidatidosa,maka pemeriksaan

rontgen pulmo harus dilakukan karena paru - paru merupakan tempatmetastasis

pertama bagi PTG.Pemeriksaan histologis memperlihatkan pada mola komplet tidak

terdapat jaringan fetus,terdapat proliferasi trofoblastik, vili yang hidropik, serta

kromosom 46,XX atau 46,XY. Sebagaitambahan pada mola komplet

memperlihatkan peningkatan faktor pertumbuhan, termasuk c-myc, epidermal

growth factor, dan c-erb B-2, dibandingkan pada plasenta yang normal. Padamola

parsial terdapat jaringan fetus beserta amnion dan eritrosit fetus.

I Klinis

a. Berdasarkan anamnesis: ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda

yangberlebihan, perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklatdan

kadang bergelembung seperti busa.

b. Pemeriksaan fisik Inspeksi : muka dankadang-kadang badan kelihatan kekuningan

yang disebut muka mola(mola face)

c. Palpasi : Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek

tidak

terababagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.

d. Auskultasi : tidak terdengar bunyidenyut jantung janinPemeriksaan dalam :

Memastikan besarnyauterus, Uterus terasa lembek, Terdapat perdarahandalam

kanalis servikalis

Hasil Penemuan Fisik.

I) Mola sempurna

1) Ukuran yang tidak sesuai dengan umur gestasi. Pembesaran uterus lebih besar

daripadabiasanya pada usia gestasi tertentu merupakan tanda yang klasik dari

mola sempurna.Pembesaran tidak diharapkan disebabkan oleh pertumbuhan

trofoblastik berlebih dan darah yangtertampung. Namun, pasien yang datang

13

Page 14: Mola Hidatidosa

dengan ukuran sesuai dengan umur kehamilan bahkanlebih kecil tidak jarang

ditemukan.

2) Preeklampsia: Sekitar 27% pasien dengan mola sempurna mengalami toxemia

ditandai olehadanya hipertensi (tekanan darah [BP] >140/90 mm Hg),

proteinuria (>300 mg/d), dan edemadengan hyperreflexia. Kejang jarang

terjadi..

3) Kista teca lutein: Merupakan kista ovarium dengan diameter lebih besar dari

6cm dan diikutidengan pembesaran ovarium. Kista ini biasanya tidak dapat

dipalpasi pada pemeriksaanbimanual namun dapat teridentifikasi dengan

USG. Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pelvis.Karena adanya peningkatan

ukuran ovarium, terdapat resiko torsi. Kista ini berkembang akibatadanya

kadar beta-HCG yang tinggi dan kadarnya biasanya menurun setelah mola

Gambar 1.Contoh dari Mola Sempurna

II) Mola Parsial

1) Lebih sering tidak memperlihatkan tanda fisik. Paling sering ditemukan

dengan USG

2) Pembesaran uterus dan preeklampsia dilaporkan terjadi hanya pada 3%

kasus

3) Kista Theca lutein, hiperemesis, and hiperthyroidism jarang terjadi

III) Mola Kembar 

1) Gestasi kembar dengan mola sempurna dan janin dengan plasenta normal

telah dilaporkan.Kasus bayi lahir dengan sehat (dengan kembar mola) pada

keadaan seperti ini juga pernahdilaporkan.

2) Wanita dengan gestasi normal dan mola beresiko untuk menjadi persisten

dan cenderungdapat bermetastasis. Mengakhiri kehamilan merupakan

pilihan yang direkomendasikan.

3) Kehamilan dapat dilanjutkan selama status maternal stabil, tanpa

perdarahan, thyrotoxikosis,atau hipertensi berat. Pasien sebaiknya diberi

tahu mengenai resiko dari morbiditas maternalakibat komplikasi mola

kembar.

14

Page 15: Mola Hidatidosa

4) Diagnosis genetic prenatal melalui sampling chorionic villus atau

amniosentesisdirekomendasikan untuk mengevaluasi kariotype fetus.

II LaboratoriumPengukuran kadar Hormon Karionik Ganadotropin (HCG) yang

tinggi maka uji biologik danimunologik (Galli Mainini dan Plano test) akan

positif setelah titrasi (pengeceran) : Galli Mainini1/300 (+) maka suspek

molahidatidosa

III Radiologik - Plain foto abdomen-pelvis : tidak ditemukan tulang janin- USG :

ditemukan gambaran snow strom atau gambaran seperti badai salju.

IV Uji Sonde (cara Acosta-sison)Tidak rutin dikerjakan. Biasanya dilakukan sebagai

tindakan awalcurretage.

V Histopatologik Dari gelembung-gelembung yang keluar, dikirim ke Lab.

11. Penatalaksanaan

1. Evaluasi

a. Perbaiki keadaan umum

b. Keluarkan jaringan mola dengan vakum kuretase dilanjutkan dengan kuret

tajam. Lakukan kuretase kedua bila tinggi fundus uterus lebih dari 20

minggu sesudah hari ketujuh .

c. Untuk memperbaiki kontrasksi , sebelumnya diberikan uterotonik (20-40 unit

oksitosin dalam 250 cc darah atau 50 unit oksitosin dalam 500ml NaCl 0,9

% ) . Bila tidak dapat dilakukan vakum kuretase, dapat diambil tindakan

histerotomi.

d. Histerektomi perlu dipertimbangkan pada wanita yang telah cukup umur dan

cukup anak. Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup

3.

e. Terapi profilaksis dengan sitostatik metotreksat atau aktinomisin D pada

kasus dengan risiko keganasan tinggi seperti umur tua dan paritas tinggi

15

Page 16: Mola Hidatidosa

f. Pemeriksaan ginekologi , radiologi , dan kadar beta hCG lanjutan untuk

deteksi dini keganasan. Terjadinya proses keganasan bias berlangsung antara

7 hari sampai 3 tahun pasca mola, yang paling banyak dalam 6 bulan

pertama . Pemeriksaan kadar beta hCG tiap minggu sampai kadar menjadi

negative selama 3 minggu lalu tiap bulan selama 6 bulan. Pemeriksaan foto

toraks tiap 6 bulan sampai kadar beta hCG negatif.

g. Mola harus dikeluarkan seluruhnya dari dalam rahim yang biasanya

dilakukan melalui tindakan dilatasi dan kuretase atau lebih dikenal sebagai

kuret. Sebagai alternatif dapat digunakan obat oksitosin atau prostaglandin

untuk membuat rahim berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Setelah itu

tindakan kuretase tetap harus dilakukan untuk memastikan rahim sudah

bersih.

h. Ibu harus memeriksakan darah dan air seninya secara teratur selama 1 tahun

setelah dilakukannya tindakan untuk memastikan hormon hCG kembali

normal dan tidak ada pertumbuhan jaringan plasenta lagi. Apabila terapi

berhasil dengan baik maka wanita pada umumnya dapat kembali hamil lagi

jika mereka menginginkannya. Namun penting untuk diingatkan bahwa

sebaiknya wanita dengan mola tidak hamil terlebih dahulu selama 12 bulan

pertama

i. Secara medis pasien distabilkan dahulu, dilakukan transfusi bila terjadi

anemia, koreksi koagulopati dan hipertensi diobati. Evakuasi uterus

dilakukan dengan dilatasi dan kuretase penting dilakukan. Induksi dengan

oksitosin dan prostaglandin tidak disarankan karena resiko peningkatan

perdarahan dan sekuele malignansi. Pada saat dilatasi infus oksitosin harus

segera dipasang dan dilanjutkan pasca evakuasi untuk mengurangi

kecenderungan perdarahan. Pemberian uterotonika seperti metergin atau

hemabate juga dapat diberikan.

Respiratori distres harus selalu diwaspadai pada saat evakuasi. Hal ini terjadi

karena embolisasi dari trofoblastik, anemia yang menyebabkan CHF, dan

iatrogenik overload. Distres harus segera ditangani dengan ventilator.

Setelah dilakukan evakuasi, dianjurkan uterus beristirahat 4 – 6 minggu dan

penderita disarankan untuk tidak hamil selama 12 bulan. Diperlukan

16

Page 17: Mola Hidatidosa

kontrasepsi yang adekuat selama periode ini. Pasien dianjurkan untuk

memakai kontrasepsi oral, sistemik atau barier selama waktu monitoring.

Pemberian pil kontrasepsi berguna dalam 2 hal yaitu mencegah kehamilan

dan menekan pembentukan LH oleh hipofisis yang dapat mempengaruhi

pemeriksaan kadar HCG. Pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim(AKDR)

tidak dianjurkan sampai dengan kadar HCG tidak terdeteksi karena terdapat

resiko perforasi rahim jika masih terdapat mola invasif. Penggunaan pil

kontrasepsi kombinasi dan terapi sulih hormon dianjurkan setelah kadar hCG

kembali normal. Tindak lanjut setelah evakuasi mola adalah pemeriksaan

HCG yang dilakukan secara berkala sampai didapatkan kadar HCG normal

selama 6 bulan. Kadar HCG diperiksa pasca 48 jam evakuasi mola,

kemudian di monitor setiap minggu sampai dengan terdeteksi dalam 3

minggu berturut-turut. Kemudian diikuti dengan monitoring tiap bulan

sampai dengan tdak terdeteksi dalam 6 bulan berturut – turut. Waktu rata-

rata yang dibutuhkan sampai dengan kadar HCG tidak terdeteksi setelah

evakuasi kehamilan komplit maupun parsial adalah 9 – 11 minggu. Tinjauan

kepustakaan lain menyebutkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai

kadar normal sekitar 6-9 bulan. Setelah monitoring selesai maka pasien

dapat periksa HCG tanpa terikat oleh waktu.

2. Terapi sitotastika profilaksis

Terapi profilaksis diberikan pada kasus mola dengan resiko tinggi akan

terjadinya keganasan misalnya umurnya tua dan paritas tinggi yang menolak

untuk dilakukan histerektomi atau kasus mola dengan hasil histopatologi yang

mencurigakan. Biasanya diberikan methotrexate atau antinomycin D.

3. Pengawasan Lanjutan

a. Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral

pil.

b. Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :

Setiap minggu pada Triwulan pertama

Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua

Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya

17

Page 18: Mola Hidatidosa

Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.

c. Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :

Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan

Pemeriksaan dalam : Keadaan Serviks

Uterus bertambah kecil atau tidak

d. Laboratorium

Reaksi biologis dan imunologis :

1x seminggu sampai hasil negative

1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya

1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya

1x3 bulan selama tahun berikutnya

Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan

12. Prognosis

Ada kebanyakan kasus, mola tidak berkembang menjadi keganasan, namun sekitar 2-3 kasus

per 1000 wanita, mola dapat berubah menjadi ganas dan disebut koriokarsinoma.

Kemungkinan terjadinya mola berulang berkisar 1 dari 1000 wanita. Kadar hormon yang

dihasilkan oleh mola hidatidosa lebih tinggi dari kehamilan biasa.

Hampir 20% mola hidatidosa komplet berlanjut menjadi keganasan, sedangkan mola

hidatidosa parsial jarang . Mola yang terjadi berulang disertai tirotoksikosis atau kista lutein

memiliki kemungkinan menjadi lebih ganas lebih tinggi.

Hampir kira-kira 20% wanita dengan kehamilan mola komplet berkembang menjadi penyakit

trofoblastik ganas. Penyakit trofoblas ganas saat ini 100% dapat diobati. Faktor klinis yang

berhubungan dengan resiko keganasan seperti umur penderita yang tua, kadar hCG yang tinggi

(>100.000mIU/mL), eclamsia, hipertiroidisme, dan kista teka lutein bilateral. Kebanyakan

faktor-faktor ini muncul sebagai akibat dari jumlah proliferasi trofoblas. Untuk

memprediksikan perkembangan mola hidatidosa menjadi PTG masih cukup sulit dan

keputusan terapi sebaiknya tidak hanya berdasarkan ada atau tidaknya faktor-faktor risiko ini.

Risiko terjadinya rekurensi adalah sangat sekitar 1-2%. Setelah 2 atau lebih kehamilan mola,

maka risiko rekurensinya menjadi 1/6,5 sampai 1/17,5 .

18

Page 19: Mola Hidatidosa

13. PROGNOSA[2,4,5,6]

- Mortalitas.

• Lahir hidup : peristiwa keluarnya hasil konsepi dari rahim seorang ibu secara lengkap tanpa

memndang lamanya kehamilan dan setelah pepisahan itu terjadi, hasil konsepsi bernafas dan

mempunyai tanda-tanda ekhidupan lainnya, seperti denyut jantung, detak tali pusat, atau

gerakan-gerakan otot, tanpa memandang apakah tali puat sudah dipotong atau belum (LIVE

BIRTH)

• Mati : keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa

terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (DEATH)

• Kematian bayi di dalam rahim (intra uterin)

1) Abortus, kemtian janin menjelang dan sampai 16 minggu.

2) Immatur, kematian janin antara umur kandungan di atas 16 minggu sampai pada

umur kandungan 28 minggu.

3) Prematur, kematian janin di dalam kandungan pada umur di atas 28 minggu sampai

waktu lahir.

• Kematian bayi di luar rahim (extra uterin)

1) Lahir mati (still birth), kematian bayi yang cukup masanya pada waktu keluar dari

rahim, tidak ada tanda-tanda kehidupan.

2) Kematian bayi baru lahir (neo natal death) adalah kematian bayi sebelum berumur

satu bulan.

3) Kematian lepas baru lahir (post neo natal death) adalah kematian bayi setelah

berumur satu bulan teetapi kurang dari satu tahun.

4) Kematian bayi (infant mortality), kematian setelah bayi lahir hidup hingga berumur

kurang dari satu tahun.

- Mula destruens.

Merupakan suatu Kehamilan yang ditandai dengan adanya villi korialis yang tidak

normal secara histologis yang terdiri dari beberapa macam tingkatan proliferasi

trofoblastik dan edema pada stroma villus. Biasanya kehamilan mola terjadi di dalam

uterus, tetapi kadang2 terdapat juga di saluran telur ataupun ovarium.

Kehamilan yang berkembang tidak wajar

Tidak ditemukan janin

19

Page 20: Mola Hidatidosa

Hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan hidropik

Bila disertai janin atau bagian janin disebut Mola parsial

Pembuahan sel telur yang kehilangan intinya atau inti tidak aktif lagi

- Koriokarsinoma.

Koriokarsinoma adalah sebuah tumor ganas yang terdiri dari lapisan trofoblasma seluler dan

sinsital.

Istilah koriokarsinoma adalah istilah yang lebih tepat digunakan untuk kanser jenis ini, ”korio”

adalah istilah yang diambil dari vili korionik (”chorionic villi”) iaitu salah satu komponen uri

manusia. `Istilah karsinoma pula merujuk kepada kanser yang berasal dal sel-sel epitelial.

Disebabkan kanser ini mempunyai atau berasal dari salah satu komponen uri atau plasenta

maka salah satu ciri khusus kanser ini adalah ia boleh menghasilkan hormon HCG (”Human

Chorionic Gonadotrophin”) yang sangat tinggi malah lebih tinggi daripada wanita-wanita yang

hamil. Penyakit koriokarsinoma boleh berlaku kepada sesiapa yang pernah hamil termasuk

kepada wanita-wanita yang pernah mengalami kehamilan molar.

14. Pengobatan

Untuk wanita yang masih ingin punya anak, pengobatan dapat dilakukan dengan membersihkan

rahim (kuret). Sedangkan untuk yang tidak ingin punya anak, dapat dilakukan dengan

pengangkatan rahim.

2.9 Planning

1. Di BPS Pasang infuse rujuk Baksoku

2. Di Rumah Sakit :

Pasang Infus kolaborasi dengan Dokter untuk dilakukan curretase.

Kalau perd. Banyak dan keluar jaringan mola : Atasi syok dan perbaiki K/U dengan

pemberian transfusi / cairan

Kalau Ǿ masih kecil :

- Pasang agang laminaria untuk memperlebar Ǿ - 12 jam

- Pasang infuse dex 5% + 10 IU oxytosin pada saat kuret

- Lakukan evakuasi isi kavum UT dengan cunam Ab. Yang agak besar

- Kalau perd. Banyak tranfusi dan lakukan tampon utero vaginal

20

Page 21: Mola Hidatidosa

Selama 12 jam

Bahan pem. Histo PA

Porsi I : Yang dikeluarkan dengan Cunam Ab

Porsi II : Yang dikeluarkan dengan kuret

Pemberian obat-obatan

- Antibiotika

- Uterotonika

Dan untukperbaikan K/U

Kuretase ke 2 K/P dilakukanpada hari ke 7 – 10 post kuret 1

Histerektomi dilakukan dengan Mola yang resti yaitu ♀ usia > 30 tahun dengan paritas

≥ 4 dan uterus sangat besar ( setinggi /> )

2.9.1 Follow Up

- Dianjurkan untuk jangan hamil dulu dan menggunakan kontrasepsi pil

- Pemeriksaan ulang selama 2 -3 tahun

Tiap minggu pada triwulan I

Tiap 2 minggu pada triwulan II

Tiap bulan pada 6 bulan berikutnya

Tiap 2 bulan pada tahun berikutnya dan selanjutnya tiap 3 bulan.

2.9.2 Periksa ulang perhatikan :

Gejala klinis : perd dan K/U

Lakukan Pem. Inspekulo

Ro – Photo Torax

GM – HCG

21

Page 22: Mola Hidatidosa

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh villi

Korialisnya mengalami perubahan hidrofobik

2. Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika dan Amerika Latin

3. Mola hidatidosa terbagi menjadi :

a. Mola hidatidosa sempurna

b. Mola hidatidosa parsial

4. Perdarahan pervaginaan dari bercak sampai perdarahan berat merupakan

gejala utama dari mola hidatidosa

5. Diagnosis ditegakkan berdasarkan Anamnesa, Pemeriksaan fisik,

pemeriksaan dalam, laboratorium, radiologik dan histopatologik

6. Penatalaksanaan :

a. Evakuasi : Kuret atau kuret isap

b. Pengawasan lanjut : Periksa ulang selama 2-3 tahun

c. Terapi profilaksis : Pemberian Metotreksat (MTX)

7. Komplikasi

22

Page 23: Mola Hidatidosa

- Syok

- Anemia

- Infeksi Sekunder

SARAN

- Memberitahukan pada ibu dan keluarganya tentang keadaan ibu

- Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan yang lebih intensif atau konsultasi

Pada dokter

- Kami mengharapkan makalah ini berguna bagi pembaca dan kami juga mengharapkan

kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah atau tugas berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah. M.N. dkk. Mola Hidatidosa. PEDOMAN DIAGNOSIS DAN

TERAPI LAB/UPF. KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN.

RSUD DOKTER SOETOMO SURABAYA. 1994. Hal 25-28.

2. Cuninngham. F.G. dkk. “Mola Hidatidosa” Penyakit Trofoblastik

Gestasional Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku

Kedokteran. EGG Jakarta. 2006. Hal 930-938.

3. Mansjoer, A. dkk. Mola Hidatidosa. KAPITA SELEKTA

KEDOKTERAN. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid I.

Media Aesculapius. Jakarta.2001. Hal 265-267

4. Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, S. Penyakit Serta Kelainan Plasenta

& Selaput Janin. ILMU KEBIDANAN. Yayasan Bina pustaka

SARWONO PRAWIROHARDJO. Jakarta.2002 Hal 341-348.

23

Page 24: Mola Hidatidosa

5. Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. SINOPSIS OBSTETRI. Jilid I. Edisi2.

Penerbit Buku Kedokteran. ECG. Jakarta. 1998. Hal. 238-243.

6. Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H. Mola Hidatidosa. ILMU

KANDUNGAN. Yayasan Bina Pustaka SARWONO

PRAWIROHADJO. Jakarta. 1999. Hal . 262-264

7. Sastrawinata, S.R. Mola Hidatidosa. OBSETETRI PATOLOGIK.

Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas

Padjajaran. ELSTAR OFFSET. Bandung. 1981. Hal38-42.

8. Mochtar, Rustam ,1998 : 23

24