modul iut 5
DESCRIPTION
Pemetaan ruangTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH
PEMETAAN SITUASI
KELOMPOK 8B
Putritansy Neyssa 1406642946
Riasdiana Adipuspita 1306369125
Taufiq Wildan A 1306448571
Salsabilla Rizqika 1306391850
Tiffany Wirintia C 1306448565
Tanggal Praktikum : 18 April 2015
Asisten Praktikum : Adian Muhammad Ridho
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf :
LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2015
I. Tujuan
1. Untuk mengumpulkan data geometris pada permukaan bumi dan segala sesuatu yang ada
di atasnya, baik alami maupun buatan manusia.
2. Melakukan pemetaan situasi, yaitu menggambarkan data-data geometris di permukaan
bumi ke suatu bidang datar dengan skala tertentu.
3. Memilih cara yang tepat dalam menentukan kerangka dasar pengukuran situasi sesuai
dengan kondisi lapangan pada alat yang dipakai.
II. Peralatan
1. Digital Theodolit Nikon NE-100 series 1 buah
2. Rambu Ukur 1 buah
3. Meteran 1 buah
4. Patok 6 buah
5. Payung 1 buah
6. Statif 1 buah
7. Unting-unting 1 buah
III. Dasar Teori
Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur yang
mencakup penyajian dalam dimensi horisontal dan vertikal secara bersama-sama dalam
suatu gambar peta.
Untuk penyajian gambar peta situasi tersebut perlu dilakukan pengukuran sebagai
berikut :
a. Pengukuran titik fundamental ( Xo, Yo, Ho dan ao )
b. Pengukuran kerangka horisontal ( sudut dan jarak )
c. Pengukuran kerangka tinggi ( beda tinggi )
d. Pengukuran titik detail ( arah, beda tinggi dan jarak terhadap titik detail yang
dipilih sesuai dengan permintaan skala )
Pada dasarnya prinsip kerja yang diperlukan untuk pemetaan suatu daerah selalu
dilakukan dalam dua tahapan, yaitu :
1. Penyelenggaraan kerangka dasar sebagai usaha penyebaran titik ikat
2. Pengambilan data titik detail yang merupakan wakil gambaran fisik bumi yang akan
muncul di petanya.
Kedua proses ini diakhiri dengan tahapan penggambaran dan kontur.
Dalam pemetaan medan pengukuran sangat berpengaruh dan ditentukan oleh
kerangka serta jenis pengukuran. Bentuk kerangka yang didesain tidak harus sebuah
polygon, namun dapat saja kombinasi dari kerangka yang ada.
a. Pengukuran Horisontal
Terdapat dua macam pengukuran yang dilakukan untuk posisi horisontal yaitu
pengukuran polygon utama dan pengukuran polygon bercabang.
b. Pengukuran Beda Tinggi
Pengukuran situasi ditentukan oleh dua jenis pengukuran ketinggian, yaitu:
- Pengukuran sifat datar utama.
- Pengukuran sifat datar bercabang.
c. Pengukuran Detail
Pada saat pengukuran di lapangan , data yang diambil untuk pengukuran detail adalah :
- Beda tinggi antara titik ikat kerangka dan titik detail yang bersangkutan.
- Jarak optis atau jarak datar antara titik kerangka dan titik detail.
- Sudut antara sisi kerangka dengan arah titik awal detail yang
bersangkutan, atau sudut jurusan magnetis dari arah titik detail yang bersangkutan.
Adapun metode pengukuran situasi sendiri ada dua, yaitu:
1. METODE OFFSET
Pada metode ini alat utama yang digunakan adalah pita / rantai dan alat bantu untuk
membuat siku (prisma). Metode offset terdiri dari dua cara, yaitu:
a. Metode siku-siku ( garis tegak lurus )
Titik-titik detail diproyeksikan siku-siku terhadap garis ukur AB. Kemudian diukur
jarak-jaraknya dengan mengukur jarak aa’, bb’, cc’, dd’, posisi titik a, b, c dan d
secara relatif dapat ditentukan.
b. Metode Mengikat ( Interpolasai )
Titik-titik detail diikat dengan garis lurus pada garis ukur.
Ada dua cara :
1. Pengikatan pada sembarang titik.
Tentukan sembarang garis pada garis ukur AB titik-titik a’, a”, b;, b”, c’, c”.
Usahakan segitiga a’a”a, b’b”b, c’c”c merupakan segitiga samasisi atau samakaki.
Dengan mengukur jarak Aa’, Aa”, Ab’, Ab”, Ac’, Ac”, Bc”, Bc’, Bb”, Bb’, Ba’,
Ba”, a’a, a”a, b’b, b”b, c’c, c”c maka posisi titik-titik a, b, c dapat ditentukan.
2. Perpanjangan sisi
3. Cara Trilaterasi Sederhana
2. METODE POLAR
Alat: theodolit kompas (missal To) atau theodolit repetesi.
1. Dengan unsur Azimuth dan jarak
2. Dengan unsur sudut dan jarak
- Pengukuran sudut dilakukan dari titik dasar teknik
- Pengukuran jarak datar dilakukan dengan pita ukur atau EDM.
Dalam menentukan titik batas dibutuhkan minimal tiga data ukuran yang dikukur dengan
menggunakan minimal dua titik tetap ( referensi ).
Contoh:
1. Sudut, sudut, sudut
Setelah pengukuran pemetaan situasi dan detail telah selesai dilaksanakan langkah
berikutnya yaitu melakukan perhitungan terhadap data yang telah diperoleh dan
menyajikannya dalam bentuk penggambaran peta yang dilengkapi dengan garis kontur.
Garis kontur adalah yang ada dipermukaan bumi yang menghubungkan titik – titik
dengan ketinggian yang sama dari suatu bidang referensi tertentu. Konsep dari garis
kontur ini dapat mudah dipahami dengan membayangkan kolam air. Jika air dalam
keadaan tenang, maka tepi dari permukaan air itu akan menunjukan garis yang
ketinggiannya sama. Garis tersebut akan menutup pada tepi kolam dan membentuk garis
kontur.
Adapun kegunaan dari garis kontur ini antara lain:
1. Sebagai dasar untuk menentukan penampang tegak suatu permukaan tanah
2. Sebagai dasar untuk perencanaan besarnya galian atau timbunan .
3. Memperlihatkan ketinggian tanah dalam lokasi atau peta tersebut ,dan sebagainya .
Rumus-rumus yang dipakai dalam praktikumi ini:
∆ t=TA± D . tan θ−bt
D=100 (a−b ) cos2θ
Dimana:
∆ t = selisih tinggi antara tempat theodolit dengan titik yang ditembak
TA=¿tinggi alat
D=¿jarak horizontal antara tempat theodolit dengan titik yang ditembak.
bt=¿benang tengah (dalam meter)
a=¿benang atas (dalam meter)
b=¿benang bawah (dalam meter)
θ = sudut miring/sudut vertikal
Dengan rumus-rumus diatas, serta rumus-rumus dasar untuk menentukan koordinat,
yaitu:
XQ = XP + DPQ sin α PQ
YQ = YP + DPQ cos α PQ
Dimana:
DPQ = jarak dari P ke Q
α PQ = sudut jurusan dari P ke Q
CARA KERJA:
PERSIAPAN:
1. Melakukan survey lapangan dan membuat sketsanya.
2. Memilih cara pengukuran kerangka dasar yang sesuai.
3. Tentukan titik acuan yang sesuai dengan cara pengukuran kerangka dasar yang
dipilih.
4. Mencantumkan di dalam sketsa, titik-titik pengikat rencana (titik-titik poligon)
sedemikian rupa sehingga seluruh detail yang diperlukan dapat dijangkau.
5. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan
PELAKSANAAN
1. Memasang theodolit di titik pengikat pertama lalu mengukur tinggi alat.
2. Melakukan pengukuran tinggi matahari untuk menentukan besarnya Koreksi
Boussole.
3. Membidik titik acuan dan melakukan pengukuran hingga didapat azimuth, beda
tinggi dan jaraknya.
4. Membidik titik pengikat yang lain lalu melakukan pengukuran yang diperlukan
untuk mendapatkan kerangka dasar pengukuran situasi (mendatar & tinggi)
5. Membidik titik-titik detail yang diperlukan, termasuk titik-titik detail untuk
membentuk garis kontur. Titik-titik detail yang khusus hendaknya diberi keterangan.
IV. Data Pengamatan
6 m
Tinggi Alat = 125 xm = 1.25 m
Titik Theodolite
Titik PatokPembacaan Benang
AzimuthD lapangan
(m)BA BT BB
1A 10.9 10.3 9.7 15ᵒ 54’ 00” 12.25B 10.3 9.65 8.95 0ᵒ 0’ 0” 13.82D 11.81 10.9 10.05 22ᵒ 29’ 30” 18.01
Tinggi Alat = 134 cm = 1.34 m
Titik Theodolite
Titik PatokPembacaan Benang
AzimuthD lapangan
(m)BA BT BB
2A 12.65 12.12 11.6 27ᵒ 45’ 10” 10.5B 11.75 11.35 10.95 7ᵒ 48’ 40” 8.32C 12.62 11.9 11.22 0ᵒ 0’ 0” 14.14
4 m
B C
DA
Lapangan BP3
6 m
V. Pengolahan Dataa. Beda Ketinggian (Δh)
Rumus untuk menghitung beda ketinggian :
Δh = |TA-BT|Dimana :TA = Tinggi AlatBT = Benang Tengah
Titik Theodolite Titik Patok TA (m) BT (m) Δh (m)
1A
1.2510.3 9.05
B 9.65 8.4D 10.9 9.65
2A
1.3412.12 10.78
B 11.35 10.01C 11.9 10.56
4 m
B C
DA
1
2
b. Jarak Titik Tembak ke Theodolite (doptis)
doptis = 100 (BA-BB)
Titik Theodolite Titik Patok BA BB doptis (m)
1A 10.9 9.7 1.2B 10.3 8.95 1.35D 11.81 10.05 1.76
2A 12.65 11.6 1.05B 11.75 10.95 0.8C 12.62 11.22 1.4
c. Panjang Bangunan
c = √a2+b2−2.a .b .cos∝Dimana =
∝=H Ab−H Aa
Panjang CD
CD=√0.0032+3.932
CD=3.93m
Panjang AD
AD=√1 A2+1D2−2.1 A .1D .cosAD
AD=√12.252+18.012−2. 12.25 .18.01 .cos6.6AD=¿6.008 m
Panjang BC
BC=√2B2+2C2−2.2B .2C .cosBC
BC=√8.322+14.142−2. 8.32 .14.14 .cos7.81BC=6.005 m
Panjang AB
AB=√1 A2+1B2−2.1 A .1B .cosAB
AB=√12.252+13.822−2. 12.25 .13.82 .cos15.9AB=¿3.93 m
Kesalahan Relatif
Kesalahan Relatif = |doptis−dlapangandlapangan |x 100 %
Panjang doptis (m) dlapangan (m) Kesalahan RelatifAB 3.93 4 1.75BC 6.005 6 0.083CD 3.93 4 1.75AD 6.008 6 0.13
d. Luas BangunanAkibat panjang dan lebar bangunan yang tidak sama, maka perhitungan luas bangunan dilakukan dengan cara membagi dua bangunan menjadi dua segitiga sembarang.
Luas pada jarak optis1. Luas segitiga sembarang I
1D2=1 A2+AD2−2.1D . AD.cos∝18.012=12.252+62−2.12.25.6.008 .cos∝∝=159.97 ᵒ
1B=1 A2+AB2−2.1 A . AB .cos β
13.82=12.252+42−2.12.25 .3.93 .cos ββ=¿ 105°
Sudut BAD = 360 – α – β = 360 – 159.97 – 105 = 95.03°
Luas = AB X ADsin BAD
2=3.93 x6.008 x sin 95.03
2=11.76m2
2. Luas segitiga sembarang II
tan∅=0.0033.93
∅=0.044 °
Luas = BC XCD sin∝
2=6.005 x3.93 x sin 90.044
2=11.8m2
Luas optis lapangan BP3 adalah = 11.76m2+11.8m2=23.56m2
Luas pada jarak lapangan1. Luas segitiga sembarang I
Luas = AB X ADX sin BAD
2=4 x6 x sin 95.03
2=11.95m2
2. Luas segitiga sembarang II
Luas = BC XCD X sinBCD
2=4 x 6x sin 90.004
2=12m2
Luas lapangan BP3 adalah = 11.95m2+12m2=23.95m2
Kesalahan relatif
Kesalahan Relatif = |Aoptis−AlapanganAlapangan |x 100 %
Kesalahan Relatif = |23.56−23.9523.59 |x 100 %
Kesalahan Relatif = 1.62 %
Analisis Praktikum
a. Analisis Percobaan
Tujuan dari praktikum pemetaan situasi diantaranya adalah untuk mengumpulkan data
geometris pada permukaan bumi dan segala sesuatu yang ada di atasnya, baik alami maupun
buatan manusia, melakukan pemetaan situasi, yaitu menggambarkan data-data geometris di
permukaan bumi ke suatu bidang datar dengan skala tertentu, dan memilih cara yang tepat dalam
menentukan kerangka dasar pengukuran situasi sesuai dengan kondisi lapangan pada alat yang
dipakai. Pada percobaan ini, praktikan menghitung panjang setiap sisi dari bangunan bayangan
yang ditandai dengan patok. Bangunan bayangan yang dibuat diatas permukaan lapangan BP3
berukuran 4 x 6 meter. Pengukuran panjang setiap sisi bangunan dengan Theodolite ditinjau dari
2 titik yang terletak di luar bangunan. Seperti pada ilustrasi gambar berikut ini :
6 m
4 m
B C
DA
1
2
b. Analisis HasilDari hasil praktikum didapatkan data batas atas, batas tengah, batas bawah, tinggi alat,
azimuth dan jarak antara titik tinjau dengan titik di sudut bangunan yang di tinjau. Dari batas atas
dan batas bawah dapat dilakukan perhitungan jarak antara theodolite dengan titik tembak. Hasil
perhitungan tersebut merupakan jarak optis yang dapat dibandingkan dengan jarak lapangan
sesungguhnya yang merupakan hasil pengukuran dengan meteran pada saat praktikum.
Berikut merupakan lampiran hasilnya :
Panjang doptis (m) dlapangan (m) Kesalahan Relatif
AB 3.93 4 1.75
BC 6.005 6 0.083
CD 3.93 4 1.75
AD 6.008 6 0.13
Dengan jarak antar sisi yang merupakan hasil pembacaan theodolite diketahui, akan dihitung juga
luas dari hasil praktikum dan dibandingkan dengan hasil perhitungan luas bangunan bayangan
yang seharusnya. Untuk mencari luas bangunan, bangunan bayangan yang berbentuk persegi
panjang ini akan dibagi menjadi dua segitiga sembarang yang akan dijumlahkan luas seluruhnya
menjadi bangunan segi panjang yang utuh.
Dalam percobaan ini bangun dibagi menjadi segitiga BAD dan segitiga BCD. Cara untuk mencari
luas dari kedua segitiga sembarang dengan mencari terlebih dahulu sudut yang dibentuk oleh
kedua segitiga, yaitu sudut A dan sudut C. Sudut yang dibentuk oleh BAD adalah 95.03°,
sedangkan sudut yang terbentuk oleh BCD adalah 90.04°. Luas segitiga BAD adalah 11.76 m 2,
dan luas segitiga BCD adalah 11.8 m2. Jadi, luas bangunan yang dihasilkan dengan panjang hasil
praktikum adalah 23.56 m2. Luas yang seharusnya adalah 24 m2.
Berikut merupakan gambar pemetaan ruang di buat melalui aplikasi autocad :
c. Analisis Kesalahan
Dari hasil praktikum terdapat ketidaktepatan data dari yang seharusnya, maka terdapat persentase
kesalahan. Persentase kesalahan luas adalah 1.62%. Berikut merupakan kendala yang
mengakibatkan terjadinya kesalahan :
a. Pengaturan Theodolite yang kurang tepat, nivo dan waterpass tidak tepat ditengah
sebagaimana yang seharusnya.
b. Pembacaan rambu yang kurang tepat, dapat dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya rambu
yang tidak tegak lurus (miring) atau pembacaan angka ukuran yang kurang tepat, sehingga
jarak asli dengan jarak hasil praktikum berbeda.
c. Patok yang pasang melenceng dari titik yang seharusnya.
d. Kesimpulan
Melalui praktikum pemetaan situasi ini dapat tercapai tujuannya, yaitu mengumpulkan data
geometris pada permukaan bumi dan segala sesuatu yang ada di atasnya, baik alami maupun
buatan manusia, melakukan pemetaan situasi, yaitu menggambarkan data-data geometris di
permukaan bumi ke suatu bidang datar dengan skala tertentu, dan memilih cara yang tepat dalam
menentukan kerangka dasar pengukuran situasi sesuai dengan kondisi lapangan pada alat yang
dipakai. Dari praktikum ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Kesalahan relatif pada data panjang setiap sisi bangunan berkisar 0.083 % - 1.75%.
Sedangkan kesalahan relatif luas bangunannya dalah 1.62%
b. Dengan cara pemetaan situasi dan pengukuran dengan menggunakan alat Theodolite akan
lebih mudah mengetahui panjang sisi bangunan dan luas bangunan dibandingkan dengan cara
mengukur manual, tentunya juga didukung dengan hasil praktikum yang akurat.
c. Dengan hasil praktikum yang akurat akan menghasilkan kesalahan relatif yang lebih kecil,
oleh karena itu pembacaan yang akurat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang juga
akurat.
LAMPIRAN HASIL PRAKTIKUM :
Saat Melakukan Pembacaan dengan Theodolite
Rambu diletakkan sesuai dengan letak patok