modul 5 blok 2 kelompok 2
DESCRIPTION
yeahTRANSCRIPT
LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL
BLOK 2 KEDOKTERAN DASAR I
MODUL 5 SISTEM PENCERNAAN
Disusun oleh : Kelompok 2
Andre Kusuma Ruslim NIM. 1310015116
Dera Armedita
Dini Sylvana
Irmawati
Madherisa Paulita
Marini Andriyana
Raisa Debrina Comma
Siti Nur Azizah
Shalahuddin Al Amin
Betrik Sefyana M
NIM. 1310015101
NIM. 1310015107
NIM. 1310015091
NIM. 1310015099
NIM. 1310015092
NIM. 1310015109
NIM. 1310015113
NIM. 1310015120
Tutor : drg. Sinar Yani M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
terselesaikannya laporan DKK (Diskusi Kelompok Kecil) mengenai Komunikasi dan Edukasi
Efektif.
Laporan ini dibuat sesuai dengan gambaran jalannya proses DKK kami, lengkap
dengan pertanyaan pertanyaan dan jawaban yang disepakati oleh kelompok kami.
Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami
dalam proses pembuatan laporan DKK ini. Pertama, kami berterima kasih kepada drg.Sinar
Yani M.Kes selaku tutor kami yang telah dengan sabar menuntun kami selama proses DKK.
Terimakasih pula kami ucapkan atas kerjasama rekan sekelompok di Kelompok 2. Tidak lupa
juga kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam mencari
informasi maupun membuat laporan DKK.
Akhir kata, kami sadar bahwa kesempuranaan tidak ada pada manusia oleh sebab itu,
kami mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai referensi atau perkembangan
pengetahuan.
Hormat Kami,
Kelompok 2
DAFTAR ISI
Kata pengantar .......................................................................................................... i
Daftar isi..................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Tujuan .......................................................................................................... 1
1.3. Manfaat ........................................................................................................ 1
BAB 2 Pembahasan
2.1 Step 1 : Identifikasi Istilah Asing ................................................................ 2
2.2 Step 2 : Identifikasi Masalah ....................................................................... 2
2.3 Step 3 : Curah Pendapat ............................................................................... 3
2.4 Step 4 : Analisis Masalah ............................................................................ 6
2.5 Step 5 : Merumuskan Tujuan Belajar( LO ) ................................................ 6
2.6 Step 6 : Belajar Mandiri………………………………………………………6
2.7 Step 7 : Sintesis ............................................................................................ 7
BAB 3 Penutup
3.1. Kesimpulan .................................................................................................... 10
3.2. Saran ............................................................................................................... 10
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 11
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada manusia, system pencernaan merupakan system yang berfungsi untuk
memindahkan nutrien, air, dan elektrolit dari makanan yang kita telan ke dalam lingkungan
internal tubuh. Makanan akan menjadi sumber energy yang digunakan oleh sel untuk
menghasilkan ATP untuk melaksanakan berbagai aktivitas yang memerlukan energy.
Makanan juga merupakan sumber bahan baku untuk memperbaharui dan menambah jaringan
tubuh.
Tindakan makan tidak secara otomatis menyebabkan molekul-molekul jadi yang ada
di makanan tersedia bagi sel tubuh sebagai sumber bahan bakar. Makanan mula-mula harus
dicerna atau diuraikan secara biokimia menjadi molekul-molekul sederhana yang dapat
diserap dari saluran pencernaan ke dalam system sirkulasi untuk didistribusi ke sel-sel.
Disini akan dijelaskan tentang bagaimana mekanisme dari system pencernaan mulai
dari makanan yang masuk ke mulut, yang kemudian akan dikunyah dan ditelan untuk
selanjutnya akan diproses dalam lambung dan usus sehingga dapat dikeluarkan melalui anus
sebagai feses.
1.2 TUJUAN
Setelah melakukan diskusi kelompok kecil 1 dan 2, diharapkan mahasiswa dapat
memahami :
1. Anatomi dan fisiologi organ-organ pada system pencernaan.
2. Bagaimana mekanisme masing-masing organ dalam proses pencernaan makanan.
1.3 MANFAAT
Pada pembahasan ini, mahasiswa akan memahami dan lebih mengerti bagaimana cara
organ-organ pencernaan melakukan tugasnya dalam mekanisme perncernaan makanan untuk
menjadi bekal bagi mahasiswa sebagai calon dokter gigi.
BAB 2
PEMBAHASAN
SKENARIO
Aduh.......perih.......
"Kukira Ratu sekarang sombong, diajak makan ga mau, diajak bicara malas, sekalinya begitu
ditanya kenapa, kok malah njerit, aduh... perih....., ga taunya ada beberapa stomatitis ada di
cavum orisnya dan barangkali juga ada di faring karena dia merasa susah mastikasi disertai
susah deglutisasi, lebih parahnya lagi sering tidak dapat mengendalikan sekresi salivanya,
kasian ya....Pantas aja badanya agak kurus, takutnya gastritisnya kumat"
2.1 IDENTIFIKASI ISTILAH ASING
1. Stomatitis : Dikenal sebagai sariawan terjadi akibat peradangan pada mukosa mulut
dan ditandai berupa luka bercak berwarna putih kekuningan serta menyebabkan perih.
2. Cavum Oris : Rongga Mulut yaitu jalan masuk menuju sistem pencernaan
3. Faring : daerah tempat persilangan saluran makanan/esophagus dengan
saluran nafas/trakea yang berbentuk tabung berotot kecil yang
membungkus mulut dan kerongkongan.
4. Mastikasi : Proses mengunyah makanan yang dilakukan oleh gigi menjadi
bagian-bagian halus dan menggiling / penghancuran.
5. Deglutisasi : Proses menelan atau pemindahan makanan dari mulut ke esophagus,
6. Gastritis : Peradangan pada mukosa lambung.
7. Saliva : Cairan yang di sekresikan oleh kelenjar ludah untuk membantu
dalam mastikasi.
8. Sekresi : Proses pengeluaran zat-zat yang masih dibutuhkan oleh tubuh.
2.2 STEP 2 (IDENTIFIKASI MASALAH)
Sesuai teks yang disajikan pada skenario, kami dapat mengidentifikasikan
beberapa masalah yang timbul dalam kasus tersebut sebagai berikut.
1. Organ apa saja yang ada pada system pencernaan?
2. Bagian apa saja yang ada pada mulut?
3. Apa fungsi dari saliva dan kandungannya?
4. Bagaimana proses sekresi air liur/saliva?
5. Mengapa Ratu tidak bisa mengendalikan sekresi salivanya?
6. Bagaimana proses mencerna makanan?
7. Bagaimana proses deglutisasi?
8. Apa yang menyebabkan susah mastikasi dan deglutisasi?
9. Bagaimana cara kerja lambung?
10. Bagian mana yang menyebabkan nyeri pada lambung?
2.3 STEP 3 (CURAH PENDAPAT)
1. Organ yang ada di system penceraan yaitu :
Mulut, faring, esophagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum, anus.
Organ tambahan (aksesoris) yaitu gigi, kelenjar air ludah (saliva), lidah, hepar
(hati), pancreas, kantung empedu.
Di saluran pencernaan terdapat dinding yang mempunyai 4 lapisan dari lapisan paling
dalam ke arah luar, yaitu:
a. Mukosa : Jaringan ikat longgar dengan banyak mengandung pembuluh
darah dan pembuluh limfe serta serat otot polos.
Tersusun dari 3 lapisan, yaitu:
Membran Mukosa : Lapisan epitel yang berfungsi sebagai permukaan pelindung
yang mengandung sel kelenjar eksokrin (untuk sekresi gertah pencernaan), sel
kelenjar endokrin (untuk sekresi hormon pencernaan kedalam darah) dan sel epitel
(yang khusus untuk menyerap nutrien yang telah dicerna).
Lamina propria : Lapisan tipis jaringan ikat tempat epitel berada mengandung
pembuluh darah, limfatik dan nodulus limfe.
Muskularis mukosa : Terdiri dari lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapisan otot
polos longitudinal luar.
b. Submukosa : Terletak dibawah mukosa merupakan jaringan ikat longgar
dengan banyak mengandung pembuluh darah dan pembuluh limfe serta terdapat
anyaman saraf yang dikenal sebagai pleksus submukosa
c. Muskularis Eksterna : selubung otot polos utama saluran cerna yang mengelilingi
submukosa. Terdiri dari 2 lapisan yaitu: Lapisan sirkular dalam dan Lapisan
longitudinal luar
d. Serosa : jaringan ikat paling luar yang menutupi saluran cerna dan
mengeluarkan cairan encer licin (cairan serosa) yang melumasi dan mencegah
gesekan antara organ-organ pencernaan dan visera disekitarnya.
2. Bagian-bagian yang ada pada mulut yaitu :
a. Bibir : Mengandung otot rangka (orbicularis mulut) dan membantu
mengambil, menuntun, dan menampung makanan di mulut. Berfungsi untuk
berbicara dan sebagai reseptor sensorik.
b. Langit-langit/palatum : membentuk atap lengkung dari rongga mulut yang
memisahkan mulut dari saluran hidung.
c. Uvula : merupakan tonjolan pada palatum molle yang berfungsi menutup
saluran hidung pada saat menelan.
d. Lidah : membentuk dasar ronga mulut terdiri dari otot rangka yang
dikontrol secara volunter.
e. Gigi geligi : Untuk membantu proses mastikasi dimulut
3. Fungsi dari saliva yaitu :
Melarutkan makanan secara kimia untuk pengecapan rasa
Melembabkan dan melumasi makanan sehingga mempermudah proses penelanan
Memerikan kelembaban pada bibir dan lidah sehingga terhindar dari kekeringan
Amilase pada saliva membantu menguraikan karbohidrat menjadi maltose
Sebagai antibakteri dan antibody dalam saliva yang berfungsi untuk membersihkan
rongga oral dan membantu memelihara kesehatan rongga oral serta mencegah
kerusakan gihi.
Membantu dalam berbicara
Mensekresikan zat buangan akibat dari konsusmsi obat.
4. Proses sekresi air liur akibat pusat liur mengontrol derajat pengeluaran liur melalui
saraf otonom yang menyarafi kelenjar liur. Sekresi liur sederhana terjadi ketika
makanan makanan masuk kedalam mulut dikunyah dan diubah menjadi bolus maka
kemoreseptor dan reseptor tekan didalam rongga mulut merespon terhadap
keberadaan bolus. Reseptor-reseptor ini menghantarkan impuls serat-serat saraf aferen
yang membawa informasi kepusat liur, yang terletak dimedulla batang otak
selanjutnya pusat liur mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinstik kekelenjar
liur untuk meningkatkan sekresi liur, da nada proses sekresi terkondisi karena salivasi
terjadi tanpa stimulasi oral, hanya berpikir, mencium, melihat atau mendengarkan
pembuatan makanan memicu salivasi melalui refleks ini yang merupakan respon yang
dipelajari berdasarkan respon sebelumnya. Sinyal yang berasal dari luar mulut dan
secara mental dikaitkan dengan kenikmatan makanan bekerja melalui korteks cerebri
untuk merangsang pusat liur dimedula. Stimulasi simpatis maupun parasimpatis yang
merangsang sekresi saliva tidak bekerja secara antagonis tetapi meningkatkan sekresi
saliva dengan jumlah, karakteristik dan mekanismenya berbeda. Stimulasi simpatis
menghasilakn liur yang kental dan sedikit akibat dari stress sehingga menyebabkan
mulut terasa kering, sedangkan stimulasi parasimpatis menghasilkan liur yang segera
keluar, encer, dalam jumlah yang banyak serta kaya dengan enzim.
5. Sekresi liur berlangsung terus menerus karena berada dibawah kontrol saraf serta
dipengaruhi oleh refleks dan saraf parasimpatik, pusat liur mengontrol derajat
pengeluaran liur melalui saraf otonom yang menyarapi kelenjar air liur, ratu
mengalami stress akibat penyakit stomatitis yang dideritanya dan ratu mengalami
stress lalu otak ratu merespon yang terjadi pada ratu sehingga merangsang stimulasi
parasimpatis yang mengakibatkan sekresi saliva ratu mkeluar dalam jumlah banyak
dan encer.
6. Makanan masuk kerongga mulut lalu dihancurkan oleh gigi yang berfungsi untuk
mengunyah, menggiling dan memecah makanan menjadi lebih kecil yang
dihancurkan didalam saliva, bahan-bahan makanan yang sudah hancur kemudian
merangsang reseptor-reseptor dan kemoreseptor pengecap didalam mulut yang
mengakibatkan adanya rasa manis, asam, pahit dan asin kemudian makanan dikunyah
dengan bantuan enzim ptialin yang mengubah karbohidrat menjadi maltosa didalam
rongga mulut dan pelumas saliva dari ketiga kelenjar saliva yaitu kelenjar parotis
(Menghasilkan saliva yang banyak mengandung air), kelenjar sublingual dan
submandibular ( Menghasilkan saliva berair dan berlendir), makanan itu diubah
menjadi massa yang lunak atau lobus kemudian makanan itu didorong oleh lidah dan
terjadi proses menelan atau motilitas yang merupakan kerja volunter terjadi
gelombang pelistaltik yang mendorong makanan melalui esophagus untuk menuju
kelambung , esophagus sendiri dijaga kedua ujungnya oleh sfingter faringoesofagus
yang menjaga pintu esophagus tertutup untuk mencegah masuknya udara kedalam
esophagus dan lambung, sehingga udara hanya diarahkan kesaluran pernapasan, jika
tidak saluran cerna akan menerima banyak gas dan bisa terjadi sendawa, lalu
esophagus juga memiliki sfingter gastroesofagus yang berkontraksi melemaskan
secara reflex sehingga bolus dapat masuk kelambung sehingga proses menelan bisa
tuntas, sekresi esophagus bersifat protektif dengan menghasilkan pelumas untuk
mengurangi kerusakan esophagus dari tepi-tepi tajam makanan butuh waktu 5-9 detik
untuk mencapai ujung bawah esophagus perambtana gelombang ini dikontrol oleh
pusat menelan dengan persarafan melalui vagus , kemudian makanan masuk kedalam
lambung didalam lambung makanan diubah menjadi kimus, kimus dibawa kedalam
usus halus, diususu halus terjadi penyerapan nutrisi makanan, sebagian dibawa oleh
darah dan sisanya dibawa kedalam usus besar kemudian bahan-bahan yang tidak
dipergunakan lagi dibuang melalui anus menjadi fases.
Proses Pencernaan makanan terdiri atas empat tahap yaitu :
Motilitas terjadi akibat kontraksi otot di pencernaan yang berfungsi untuk mencampur
dan mendorong maju makanan. Seperti kontraksi otot polos didinding saluran cerna
yang mempertahankan kontraksi tingkat rendah yang menetap disebut tonus. Aktivitas
tonus ada gerakan mendorong maju isis saluran cerna dengan kecepatan yang sesuai
agar segmen didalam saluran cerna dapat melaksanakan tugasnya, da nada gerakan
mencampur makanan dnegan getah pencernaan, gerakan ini meningkatkan
pencernaan makanan, serta mempermudah penyerapan dengan memanjangkan semua
bagian isi saluran cerna kepermukaan serap saluran cerna.
Sekresi pencernaan terdiri dari air, elektrolit dan enzim. Dalam keadaan normal
sekresi pencernaan direabsorpsi dalam suatu bentuk kembali kedarah setelah ikut serta
dalam proses pencernaan. Cairan pencernaan disekresikan dalam lumen saluran
pencernaan oleh kelenjar eksokrin.
Pencernaan terjadi sewaktu makanan bergerak melalui saluran cerna, makanan ini
menjadi subjek berbagai enzim yang masing-masing menguraikan molekul-molekul
makanan yang diubah menjadi unit-unit kecil yang dapat diserap melalui proses yang
bertahap hingga tuntas.
Penyerapan terjadi melalui proses penyerapan unit-unit kecil makanan atau bolus
yang dapat diserap yang dihasilakan oleh pencernaan bersama dengan air, vitamin dan
elektrolit, dipindahkan dari lumen kesaluran cerna kedalam darah.
7. Proses deglutisasi dibagi menjadi 3 fase :
Fase Volunter adalah lidah menekan palatum keras saat rahang menutup dan
mengarahkan bolus kearah orofaring.
Fase Faringeal yaitu bolus makanan dalam faring merangsang reseptor
orofaring yang mengirim impuls kepusat menelan dalam medulla dan batang
otak bagian bawah. Refleks yang terjadi adalah penutupan semua lubang
kecuali esophagus sehingga makanan bisa masuk, lidah menekan palatum
keras dan menghalangi makanan kembali kedalam mulut, otot palatum lunak
dan uvula untuk menutup mulut saluran nasal sehingga makanan tidak masuk
kerongga nasal, sfingter faringoesofagus yang terletak diantara faring dan
esophagus secara normal menyempit untuk mencegah udara masuk melalui
esophagus dan reflex relaksasi terjadi saat otot faring berkontraksi dan laring
terelevasi. Gelombang pelistaltik kontraksi yang bermula pada otot faring
menggerakan bolus kedalam esophagus.
Fase esophagus yaitu Sfringter gastroesofagus suatu area sempit otot polos
pada ujung bawah esofags dalam kontraksi tonus yang konstan, berelaksasi
setelah melakukan gelombang pelistaltik dan memungkinkan makanan
terdorong kedalam lambung. Sfingter kemudian berkontraksi untuk mencegah
isi lambung keluar kedalam esophagus.
8. Yang mempengaruhi sulitnya mastikasi dan deglutisasi adalah dipengaruhi oleh
sekresi saliva, karena saliva sendiri membantu proses mastikasi dan deglutisasi, serta
menjaga mulut dan rongga agar selalu basah, berkurangnya produksi sekresi saliva ini
dipengaruhi oleh stomatitis yang diderita yang menyentuh mukosa mulut sehingga
menyebabkan nyeri yang menyebabkan stress pada penderitanya dan merangsang
stimulasi simpatik yang menghasilkan liur yang terbatas dan kental karena
terbatasnya sekresi saliva ini menyebabkan rongga mulut menjadi kering dan
menyebabkan sulitnya mastikasi dan deglutisasi.
9. Masuknya makanan kedalam mulut atau tampilan, bau atau pikiran tentang makanan
merangsang sekresi lambung, terjadi empat tahap kerja lambung yaitu :
Pengisian lambung yang terjadi didalam lambung, bagian interior lambung
membentuk lipatan-lipatan dalam, sewaktu makan lipatan-lipatan ini menjadi
lebih kecil dan nyaris mendatar sewaktu lambung sedikit melemas setiap kali
makanan masuk, relaksasi reflex lambung sewaktu menerima makanan disebut
relaksasi reseptif yang meningkatkan kemampuan lambung menampung
tambahan volume makanan dengan sedikit peningkatan tekanan lambung.
Relaksasi reseptif dipicu oleh tindakan makan dan diperantarai oleh saraf
vagus yang menstimulasi produksi HCL, enzim pencernaan dan gastrin yang
merangsang sekresi lambung serta meningkatkan motilitas usus dan lambung.
Penyimpanan makanan yang disimpan dikorpus lambung, karena dikorpus
lambung gerakan mencampur berlangsung lemah karena lapisan ototnya tipis
maka makanan yang disalurkan ke lambung dari esophagus disimpan dibagian
korpus yang relative lebih tenang tanpa mengalami pencampuran. Dalam
fundus biasanya tidak menyimpan makanan tetapi hanya mengandung kantung
gas. Makanan secara bertahap disalurkan dari korpus ke antrum tempat
berlangsungnya pencampuran makanan.
Proses pencampuran makanan yang terjadi diantrum karena ototnya lebih tebal
sehingga gelombang kontraksi menjadi jauh lebih kuat untuk mencampur
makanan dengan sekresi lambung untuk menghasilkan kimus. Setiap
gelombang pelistaltik antrum mendorong kimus maju menuju sfingter pilorus.
Normalnya kontraksi tonik sfingter pilorus ini menyebabkannya nyaris
tertutup. Sebelum lebih banyak kimus yang terperas keluar, gelombang
peristaltik mencapai sfingter pilorus dan menyebabkannya berkontraksi lebih
kuat untuk menutup pintu dan mencegah mengalirnya kimus lebih lanjut
keduodenum. Kimus antrum yang sedang terdorong maju tetapi tidak dapat
masuk keduodenum tertahan mendadak disfingter yang menutup dan
memantul kembali kedalam antrum dan menimbulkan gelombang peristaltik
baru yang mencampur kimus secara merata diantrum.
Pengosongan lambung distimulasi secara refleks saat merespon terhadap
peregangan lambung, pelepasan gastrin, kekentalan kimus dan jenis makanan.
Karbohidrat dapat masuk dengan cepat, protein lebih lambat, dan lemak tetap
didalam lambung selama 3-6 jam. Pengosongan lambung dikontrol oleh faktor
duodenum yang juga menghambat sekresi lambung, mencegah terjadinya
pengisian yang berlebihan pada usus dan memberikan waktu yang lebih lama
untuk digesti dalam usus halus, refleks umpan balik dari duodenum ini
memungkinkan kimus memasuki usus halus pada kecepatan tertentu sehingga
dapat diproses.
10. Bagian dinding lambung yang dapat mengalami perih ada diantrum karena didalam
antrum ini memiliki otot yang tebal dibandingkan dengan fundus dan korpus yang
memiliki otot yang tipis. Kontraksi untuk mengaduk-aduk makanan terjadi didalam
antrum, kontraksi berlangsung terus menerus walaupun tidak makan kontraksipun
tetap terjadi sehingga mengakibatkan kadar PH lambung menjadi rendah dan
meningkatkan kandungan asam lambung yang dapat menyebar kebagian mukosa
lambung dan mengakibatkan nyeri pada lambung atau yang biasa dikenal dengan
penyakit maag.
2.4 Peta Konsep
2.5 Learning Objective
1. Anatomi dan Fisiologi Organ Pada Sistem Pencernaan
2. Mekanisme Pencernaan
a. Mastikasi
b. Digesti
c. Absorpsi
d. Egesti (Defekasi)
2.6 Belajar Mandiri
Pada step ini, kami melakukan pembelajaran mandiri secara individu dan kelompok serta
mencari jawaban learning objective dari berbagai referensi.
2.7 Sintesis
1. Anatomi fisologi organ pencernaan.
Pada organ pencernaan terdapat beberapa organ, yaitu:
1. Rongga Mulut
Pada rongga mulut ini terdapat Gigi, Lidah, dan Kelenjar Air Liur atau
Kelenjar Saliva.
Gigi
Gigi dalam rongga mulut berfungsi sebagai mengunyah makanan menjadi
halus dan mencampurkannya dengan saliva.
Lidah
Lidah berfungsi untuk mengaduk makanan di dalam rongga mulut dan
membantu mendorong makanan. Selain itu lidah juga berfungsi sebagai alat
pengecap yang dapat merasakan asin, manis, pahit, dan asam. lidah pembentuk
dari dasar mulut, terdiri dari otot rangka, volunter.
Saliva
Saliva ini berfungsi untuk memudahkan penelan makanan ke dalam esofagus.
Kelenjar Ludah atau Kelenjar Saliva
Kelenjar ini mengeluarkan atau menghasilkan saliva atau air ludah. Pada
kelenjar ini terdapat tiga pasang kelenjar:
1. Kelenjar parotis
Terletak dibawah telinga, Kelenjar ini menghasilkan ludah yang
berbentuk cair.
2. Kelenjar submandibularis
Terletak di bawah rahang bawah, menghasilkan getah yang
mengandung air dan lendir.
3. Kelenjar sublingual
Terletak di bawah lidah.
Faring
faring merupakan penghubung antara mulut dan esofagus. Rongga pada
bagian belakang tenggorokan, fungsinya sebagai saluran penghubung pencernaan
dan pernapasan. Pada faring terdapat epiglotis yang berfungsi sebagai katup.
Epiglotis berperan menutup saluran pernapasan ketika ada makanan yang masuk.
2. Esofagus (kerongkongan)
Penghubung antara faring menuju ke lambung. Berfungsi sebagai jalan
bagi makanan yang telah dikunyah dari mulut menuju lambung. Esofagus
merupakan saluran berotot yang lurus terbentang antara faring dan
lambung. Strukturnya sebagian besar berada pada rongga toraks,
menembus diafragma dan menyatu pada lambung di rongga abdomen.
Pada kedua ujung esofagus terdapat sfingter (struktur otot yang berbentuk
cincin). Sfingter dibagi menjadi 2:
a. Sfingter faringoesofagus. Terletak antara faring & esofagus yang
berfungsi menjaga pintu masuk ke esofagus selalu tertutup untuk
mencegah udara masuk dalam saluran pencernaan. Pada saat menelan
sfingter ini terbuka setelah itu bolus melewati sfingter maka sfingter
akan tertutup.
b. Sfingter gastroesofagus. Terletak dibatas antara esofagus & lambung.
Fungsinya mencegah refluksi isi lambung yang asam ke esofagus,
apabila isi lambung mengenai esofagus maka esofagus akan teriritasi.
3. Lambung (gaster)
Gaster merupakan kantung besar yang terletak disebelah kiri rongga perut
sebagai tempat terjadinya sejumlah proses pencernaan. Gaster juga
merupakan rongga seperti kantung berbentuk J yang terletak antara
esofagus & usus halus. Bagian lambung ada 3:
a. Fundus. Terletak di bagian atas lambung dekat lubang esofagus
(memiliki lapisan otot yang tipis).
b. Korpus. Terletak di tengah mempunyai otot yang tipis, berfungsi
sebagai penyimpan makanan atau bolus.
c. Antrum. Sebagai tempat pencampuran makanan karena bagian ini
terdapat lapisan otot yang tebal.
Ada pula terminal lambung yang merupakan pembatas antara lambung
dan usus halus yaitu sfingter pilorus.
4. Usus halus (intestinum minor)
Merupakan tempat penyeraan sari makanan dan tenpat terjadinya
proses pencernaan yang paling panjang. Intestinum terdiri dari:
a. Usus duabelas jari (duodenum)
b. Usus kosong (jejenum)
c. Usus penyerap (ileum)
Pada duodenum bermuara saluran getah pankreas dan saluran empedu.
Pankreas menghasilkan getah pankreas yang mengandung enzim:
- Amilopsin (amilase pankreas)
Enzim yang mengubah zat tepung (amilum) menjadi lebih sederhana
(maltosa).
- Steapsin (lipase pankreas)
Enzim yang mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
- Tripsinogen
Enzim yang mengubah protein dan pepson menjadi dipeptida dan asam
amino.
Dinding intestinum juga menghasilkan getah usus halus yang mengandung
enzim-enzim sebagai berikut:
Maltase : mengubah maltosa menjadi glukosa
Laktase : laktosa menjadi glukosa dan galaktosa
Sukrase : mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa
Tripsin : mengubah pepton menjadi asam amino
Enterokinase : mengaktifkan tripsinogen menjadu tripsin
5. Usus besar (intestinum mayor)
Usus besar Terdiri dari :
- Sekum : membentuk kantung buntu antara pertemuan usus halus dan usus
besar.
- Apendiks : suatu saluran kecil dengan ujung buntu dan banyak
mengandung jaringan limfatik.
- Kolon : terbagi menjadi 3 yaitu asendens, transversum, desendens.
- Rektum : bagian bawah kolon yang lurus.
Makanan yang tidak bisa dicerna oleh usus halus misalnya selulosa bersama
lendir akan menuju usus besar menjadi feses. Didalam usus besar terdapat
bakteri escherichia coli yang membantu dalam proses pembusukan sisa
makanan. Didalam usus besar juga terjadi penyerapan air dan garam serta
penyimpanan feses.
6. Anus
Merupakan lubang tempat pembungan feses dari tubuh. Sebelum dibuang
lewat anus feses ditampung terlebih dahulu dibagian rektum. Apabila
feses sudah siap dibunag otot sfingter rektum akan mengatur pembukaan
dan penutupan anus.
Pada organ pencernaan ini juga terdapat organ aksesoris atau organ pembantu pada
sistem pencernaan, yaitu:
1. Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam
rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma. Berdasarkan
fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi. Hal ini dikarenakan
hati membantu fungsi ginjaldengan cara memecah beberapa senyawa
yang bersifat racun dan menghasilkan amonia,urea, dan asam urat dengan
memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa
racun oleh hati disebut proses detoksifikasi. Hati terbagi menjadi lobus
kanan dan kiri;
a. Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kirinya dan memiliki tiga
bagian utama; lobus kanan atas, lobus kaudatus, dan lobus kuadratus.
b. Ligamen falsiform memisahkan lobus kanan dan lobus kiri.
Hati juga mempunyai fungsi utama, yaitu:
1. Sekresi. Hati memproduksi empedu yang berperan dalam emulsifikasi
dan absorbsi lemak.
2. Metabolism. Hati memetabolis protein, lemak, dan karbohidrat
tercerna.
a. Hati berperan penting dalam mempertahankan homeostatik gula
darah.
b. Hari mengurai protein dari sel-sel tubuh dan sel darah merah yang
rusak.
c. Hati menyintesis lemak dari karbohidrat dan protein, dan terlibat
dalam pemakaian lemak.
3. Penyimpanan. Hati menyimpan mineral, seperti zat besi dan tembaga,
serta vitamin larut lemak (A, D, E, dan K) dan hati menyimpan toksin
tertentu serta obat yang tidak dapat di uraikan dan di eksekresikan.
4. Detoksifikasi. Hati melakukan inaktivasi hormone dan dektosifikasi
toksin dan obat.
5. Penyimpanan darah. Hari merupakan reservoir untuk sekitar 30%
curah jantung, dan bersama dengan limpa, mengatur volume darah
yang diperlukan tubuh.
Empedu
Empedu yang diproduksi oleh sel-sel hati memasuki kanalikuli empedu
yang kemudian menjadi duktus hepatica kanan dan kiri.
2. Kantung Empedu
Kantung empedu adalah kantong muscular hijau menyerupai pir dengan
panjang 10 cm. organ ini terletak di lekukan di bawah lobus kanan hati.
Kantung empedu mempunyai fungsi;
1. Kantung empedu menyimpan cairan empedu yang secara terus-
menerus disekresi oleh sel-sel hati, sampai diperlukan dalam
duodenum. Di antara waktu makan, sfingter Oddu menutup dan cairan
empedu mengalir ke dalam kantung empedu yang relaks. Pelepasan
cairan ini dirangsang oleh CCK.
2. Kantung empedu mengkonsentrasi cairannya dengan cara
mereabsorbsi air dan elektrolit. Dengan demikian, kantung ini mampu
menampung hasil 12 jam sekresi empedu hati.
3. Pankreas
Pankreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar dibalik kurvatur
besar lambung. Sel-sel endokrin pancreas mensekresi hormone insulin dan
glucagon. Kendali pada sekresi pancreas dipengaruhi oleh aktivitas refleks
saraf selama tahap sefalik dan lambung pada sekresi lambung. Walaupun
demikian, kendali utama terletak pada hormone duodenum yang diabsorbsi
ke dalam aliran darah untuk mencapai pancreas.
Sekretin di produksi oleh sel-sel mukosa duodenum dan diabsorbsi
ke dalam darah untuk mencapai pancreas.
CCK diproduksi oleh sel-sel mukosa duodenum sebagai respons
terhadap lemak dan protein separuh tercerna yang masuk dari
lambunf. CCK ini menstimulasi sekresi sejumlah besar enzim
pancreas.
Komposisi cairan pancreas. Cairan pancreas mengandung enzim-enzim
untuk mencerna protein, karbohidrat, dan lemak.
1. Enzim proteolitik pancreas (protase)
Tripsinogen yang disekresi pancreas diaktivas menjadi tripsin
oleh enterokinasi yang diproduksi usus halus. Tripsin mencerna
protein dan polipeptida besar untuk membentuk polipeptida dan
peptide yang lebih kecil.
Kimotripson teraktivasi dari kimotripsinogen oleh tripsin.
Kimotripsin memiliki fungsi yang sama seperti tripsin terhadap
protein.
Karboksipeptidasem aminopeptidasem dan dipeptidase adalah
enzim yang melanjutkan proses pencernaan protein untuk
menghasilkan asam-asam amino bebas.
2. Lipase pancreas menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan
gliserol setelah lemak diemulsi oleh garam-garam empedu.
3. Amilase pancreas menghidrolisis zat tepung yang tidak tercerna oleh
amylase saliva menjadi disakardia (maltose, sukrosa, dan laktosa)
4. Ribonuklease dan deoksiribonuklease menghidrolisis RNA dan DNA
menjadi blok-blok pembentuk nukleotidanya.
2. Mekanisme pencernaan
a. Mastikasi
Mekanisme mastikasi disebabkan oleh suatu refleks mengunyah.
1. Adanya bolus makanan dalam mulut pada awalnya menimbulkan
penghambat refleks otot untuk mengunyah.
2. Rahang bawah turun kebawah, disebabkan adanya otot muskulus
masseter & buccinator.
3. Refleks renggang pada otot-otot rahang bawah yang menimbulkan
kontraksi rebound.
4. Keadaan tersebut otomatis mengangkat rahang bawah yang
menimbulkan pengatupan gigi, tetapi juga menekan bolus melawan
dinding mulut yang menghambat otot rahnag sekali lagi.
5. Rahang bawah turun dan kembali rebound pada saat yang lain dan in
terjadi berulang-ulang.
b. Digesti
1) Mulut
Terdapat pencernaan mekanik & enzimatik :
- Enzimatik : terdapat enzim ptialin/amilase pada ludah yang mengubah
amilum menjadi maltosa.
- Protein dan lemak pada rongga mulut hanya terdapat pencernaan mekanik
karena dalam mulut tidak terdapat enzim untuk protein dan lemak.
2) Lambung
Dilambung kerja enzim ptialin dihentikan karena adanya HCL yang
disekresikan oleh sel parietal. Polisakarida, disakarida & oligosakarida
tidak mengalami perubahan dengan protein yang akan mengalami
denaturasi sehingga mudah dicerna. Protein akan diubah oleh pepsin
menjadi fraksi yang lebih kecil yaitu oligopeptida, proteosa & pepton.
3) Usus halus
pH dalam usus halus bersifat alkalis disebabkan oleh garam natrium
dikarbonat dari pankreas. Enzim amilase dan disakaridase akan mengubah
polisakarida, disakarida, dan oligosakarida menjadi monosakarida. Enzim
steapsin dan garam-garam empedu akan mengubah lemak menjadi
gliserol dan asam lemak. Enzim tripsin, kimotripsin, karboksipeptidase,
aminopeptidase, tripeptidase, dipeptidase akan bekerja sama mengubah
polipeptida, oligopeptida, proteosa, dan pepton menjadi asam amino.
c. Absorpsi
Proses masuknya bahan makanan yang telah mengalami pencernaan
melalui dinding usus. Di usus halus menyerap protein makanan dalam
bentuk asam amino, karbohidrat dalam bentuk monosakarida, lemak
dalam bentuk gliserol dan asam lemak. Monosakarida dan asam amino
dilakukan penyerapan difusi aktif atau penyerapan yang menggunakan
energi. Monosakarida dan asam amino akan diserap oleh vena porta dan
dibawah oleh darah ke hati. Gliserol dan asam lemak akan diserap melalui
dinding usus akan tetapi juga mengalami sintesis ulang menjadi lemak
yang dibungkus protein yang disebut filomikron dan akan dibawa oleh
darah mealui sistem limfe dan jaringan adiposa.
d. Defekasi
Pergerakan massa yang mendorong feses masuk ke rektum sehingga
secara normal timbul keinginan untuk defekasi termasuk refleks kontraksi
rektum dan refleks sfingter anus. Pendorongan massa feses yang terus
menerus dapat dicegah oleh kontraksi tonik dari sfingter ani internus
dengan menebalan otot sirkuler sepanjang beberapa cm dalam anus dan
sfingter ani eksternus yang terdiri dari otot lurik yang mengelilingi
sfingter ani internus.
Refleks defekasi. Bila feses memasuki rektum maka perengangan dinding
rektum menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar untuk
menimbulkan gelombnag peristaltik dalam kolon desendens, sigmoid, dan
rektum yang mendorong feses ke arah anus.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Makanan masuk kerongga mulut lalu dihancurkan oleh gigi yang berfungsi untuk
mengunyah, menggiling dan memecah makanan menjadi lebih kecil yang dihancurkan
didalam saliva, bahan-bahan makanan yang sudah hancur kemudian merangsang reseptor-
reseptor dan kemoreseptor pengecap didalam mulut yang mengakibatkan adanya rasa manis,
asam, pahit dan asin kemudian makanan dikunyah dengan bantuan enzim ptialin yang
mengubah karbohidrat menjadi maltosa didalam rongga mulut dan pelumas saliva dari ketiga
kelenjar saliva yaitu kelenjar parotis (Menghasilkan saliva yang banyak mengandung air),
kelenjar sublingual dan submandibular ( Menghasilkan saliva berair dan berlendir), makanan
itu diubah menjadi massa yang lunak atau lobus kemudian makanan itu didorong oleh lidah
dan terjadi proses menelan atau motilitas yang merupakan kerja volunter terjadi gelombang
pelistaltik yang mendorong makanan melalui esophagus untuk menuju kelambung ,
esophagus sendiri dijaga kedua ujungnya oleh sfingter faringoesofagus yang menjaga pintu
esophagus tertutup untuk mencegah masuknya udara kedalam esophagus dan lambung,
sehingga udara hanya diarahkan kesaluran pernapasan, jika tidak saluran cerna akan
menerima banyak gas dan bisa terjadi sendawa, lalu esophagus juga memiliki sfingter
gastroesofagus yang berkontraksi melemaskan secara reflex sehingga bolus dapat masuk
kelambung sehingga proses menelan bisa tuntas, sekresi esophagus bersifat protektif dengan
menghasilkan pelumas untuk mengurangi kerusakan esophagus dari tepi-tepi tajam makanan
butuh waktu 5-9 detik untuk mencapai ujung bawah esophagus perambtana gelombang ini
dikontrol oleh pusat menelan dengan persarafan melalui vagus , kemudian makanan masuk
kedalam lambung didalam lambung makanan diubah menjadi kimus, kimus dibawa kedalam
usus halus, diususu halus terjadi penyerapan nutrisi makanan, sebagian dibawa oleh darah
dan sisanya dibawa kedalam usus besar kemudian bahan-bahan yang tidak dipergunakan lagi
dibuang melalui anus menjadi fases.
Saran
Mahasiswa sebaiknya mempelajari lebih lanjut agar dapat memahami lebih dalam
tentang mekanisme system pencernaan, seperti mastikasi yang berhubungan erat dengan
gigi, juga deglutisasi, digesti, absorbsi, dan defekasi.
DAFTAR PUSTAKA
Sloane, E. (2003). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta, indonesia: EGC.
Mescher, A. (2009). Histologi Dasar JANQUERA Teks dan Atlas. Jakarta: EGC.
Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC.