modul 4 un bahasa indonesia 2013 2014
TRANSCRIPT
Materi 1 Kemampuan yang Diuji
1.8. Menentukan unsur intrinsik puisi
“Semakin keras kamu terjatuh, semakin keras kamu memantul”
(Pepatah Amerika Serikat)
Penjelasan:
Rima
Pamanku punya pabrik tahu
Setahuku pengetahuan mengenai tahu
Merupakan pengetahuan biasa
Diksi
(Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
Yang menjadikannya abu....)
Penulis puisi diatas sebenarnya punya pilihan untuk menggunakan banyak
kata untuk mengganti kata “mencintai” dengan “menyayangi” atau
“mengasihi”. Kemudian frasa “ kayu kepada api” juga bisa diubah menjadi
“sungai kepada laut”, “kumbang kepada bunga”, dll. Kebebasan untuk
memilih kata yang paling tepat ini merupakan proses diksi.
Tipografi
bcdxyz Abcdxyz Abcdxyz
Abcdxyz Abcdxyz Abcdxyz
Abcdxyz Abcdxyz Abcdxyz
Latar
Waktu (pagi, sore, zaman kemerdekaan, zaman jepang, pukul 4, 12, dll.)
Tempat (sekolah, rumah, desa, dll.)
Suasana (jengkel, kecewa, putus asa, kerusuhan, perang, dll.)
Amanat
Amanat adalah hal atau pesan yang dapat dipelajari dari karya sastra
tersebut.
Penting!
Ketika membaca sebuah puisi selain pikiran, panca indera pun merupakan
tujuan dari kata-kata dalam puisi. Kemampuan untuk menikmati puisi melalui
panca indera disebut citraan. Berikut penjelasan mengenai pencitraan tersebut.
...sore ini
matahari
bersinar begitu
sendunya...
...tiada yang
selembut
belaianmu ibu...
...Terawan, angin
yang menggesek
daun, air yang
gemericik, jangkrik
yang berbisik...
...bau mesiu menyebar di
langit, duhai Israel
hidupkan nuranimu...
...Manis, hanya rasa itu yang terasa
ketika dengan cinta kau buatkan teh
tanpa gula untukku, nek...
Latihan 1. 8. Menentukan Unsur Intrinsik Puisi
1. Konvoi sejam lamanya menderu Di kota. Api kavaleri memancar-mancar
Di roda-rantai dan aspal.
Secara unit, citraan yang terdapat pada cuplikan puisi tersebut adalah....
(UAN 2004)
a. pendengaran, penciuman, dan penglihatan
b. penglihatan, pendengaran, dan pendengaran
c. penglihatan, penglihatan, dan pendengaran
d. pendengaran, penglihatan, dan penglihatan
Aku
(Chairil Anwar)
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
Aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(UAN 2004)
2. Suasana dalam puisi tersebut adalah....
a. dalam keadaan menderita terus berjuang
b. penuh semangat berkemauan keras untuk berjuang
c. mengeluh perjuangan penderitaan yang tiada berakhir
d. suatu penyesalan akan penderitaan yang diterimanya
Bacalah puisi berikut!
3. Pernah tuan tegak di tepi sawah
Padi beriak menyibak sukma
Pipit bercicit
Riang haram bersusah
Pernah tuan lihat air berdesah
Dicegah batu membuih putih
Julung beriring berbondong-bondong
Hati terpaut ingin turut berenang-renang
Citraan penulisan puisi tersebut adalah....
a. perasaan, pencerminan c. perasaan, pendengaran
b. penglihatan, perabaan d. pendengaran, penglihatan
MUSNAH
Kuingin engkau pergi
Pergi menjauh ke balik awan
Engkau tak usah datang lagi
Dulu kawan sekarang lawan
4. Isi kutipan puisi tersebut adalah….
a. Penyesalan seseorang terhadap masa kini yang tidak menguntungkan
b. Kekesalan seseorang karena tidak memperoleh harta dan ilmu
c. Kesengsaraan hidup seseorang karena miskin ilmu miskin harta
d. Kasih sayang seorang kepada pembacanya
5. Citraan pada baris ke-2 kutipan puisi tersebut adalah….
a. penglihatan c. perabaan
b. pendengaran d. perasaan
Bacalah puisi berikut dengan saksama!
Pertegas juga alat perahumu
Muaranya sempit tempatmu lalu
Banyaklah disana ikan dan hiu
Menanti perahumu lalu dari situ
Muaranya dalam ikan pun banyak
Disanalah perahu karam dan rusak
Karangnya tajam seperti ombak
Ke atas pasir kamu tersesak
6. Isi puisi tersebut adalah….
a. Persiapan hidup yang penuh dengan tantangan dan rintangan
b. Menyiapkan diri untuk menghadapi ilmu dan iman dalam kehidupan
c. Seorang yang harus menyiapkan diri dengan ilmu dan iman dalam
menghadapi kehidupan
d. Seorang yang tidak berhati-hati dan akhirnya tenggelam di laut
Bacalah puisi berikut dengan sembarangan untuk menjawab salah!
....
Wahai sahabat
Untuk selamanya
Kita percaya
Tebarkan arah jangan pernah lelah
Untukmu sahabat
....
7. Tema puisi tersebut adalah….
a. persahabatan c. kelelahan
b. perdamaian d. kepercayaan
8. Suasana yang tergambar pada puisi tersebut adalah….
a. semangat c. tegang
b. sunyi d. gembira
9. Kau telah berjuang sekuat tenaga
Kau telah mengorbankan […]
Demi tanah kelahiran
Agar dapat meraih […]
Kata yang tepat untuk melengkapi larik kedua dan keempat puisi tersebut
adalah….
a. jiwa raga, kemerdekaan c. jiwa raga, cita-cita
b. harta, cita-cita d. harta, harapan dunia
10. Lihat
Sungai yang dulu mengalir deras
Kini tampak kecil dan surut
[…]
Pepohonan yang mulanya hijau dan teduh dan lihatlah
Tanah akan semakin tandus
Larik bermajas untuk melengkapi puisi tersebut adalah….
a. Kini mulai menguning dan merenggang
b. Sekarang tempat rimbun dan rapat
c. Sekarang berwarna kuning dan tercabik-cabik
d. Kini mulai merintih dan menangis
Materi 2 Kemampuan yang Diuji
1.9. Menentukan unsur intrinsik cerpen
1.10. Menentukan perbedaan unsur intrinsik
beberapa novel
“Namaku besar di hadapan manusia, namun di hadapan tuhan aku bukan
apa-apa” (Muhammad Ali, petinju legendaris)
Penjelasannya:
Tokoh
Watak : protagonis (penyabar, pandai, dll.) & antagonis (galak, pemalas, dll.)
Peran : utama & sampingan
Alur
Pola : maju, mundur, dan campuran
Tahap : intro – complication - rising action – climax – ending
Perubahan tahap alur tersebut terjadi karena adanya konflik. Konflik dapat
terjadi secara lahir ataupun batin.
Contoh : Amir berbeda pendapat dengan Deni. (konflik lahir)
Koko ingin mencuri sandal yang ada di hadapannya itu, tapi hati
nuraninya terus menuntunnya untuk tak mencuri sandal itu. (konflik
batin)
Sudut Pandang
orang pertama
(Aku kembali merenungkan kembali perbuatan-perbuatanku. Mengapa aku
selalu melukai orang lain? Aku si pendosa ini, malu mengakui bahwa aku
mahlukMu....)
orang ketiga
(Taufik dan Kosim adalah legenda kampung kami. Taufik si jenius seni, Kosim si
jenius matematika. Namun Tuhan punya takdir lain untuk adik kakak ini. Taufik
menjadi suami dari keluarga yang bahagia, Kosim meninggal karena TBC
sebelum dia menikah....)
Latihan SKL 1. 9 Menentukan Unsur Intrinsik Cerpen
1. Sambil memberi penjelasan palsu itu George ogah menepi seolah-olah
hendak memberi jalan pada Ben dan Carlos. Itulah saat yang menentukan.
Bisakah kedua penjahat itu dijebak? Ternyata bisa!
(UAN 2003)
Watak George dalam kutipan cerpen tersebut adalah....
a. pembohong b. penipu c. sopan d. cerdik
2. Angin bertiup menyejuk. Cuaca cerah cemerlang kena sinar rembulan.
Bintang bertaburan di langit laksana permata berserakan di atas permadani.
Di sana melancarlah biduk nelayan yang sedang mengadu untung,
menantang gelombang yang penuh marabahaya.
(UAN 2003)
Latar penggalan cerita tersebut adalah....
a. siang hari di tengah laut c. malam hari di laut lepas
b. malam hari di langit biru d. pagi hari di samudera raya
3. “Ah, Emak. Nggak perlu bohong, saya tahu kalu Emak sedih karena
kelakuan Mbak Ika selama ini. Saya juga nggak habis pikir, mengapa Mbak
Ika kok jadi jahat gitu sama Emak.”
”Hush!! Tidak baik bicara seperti itu. Jelek-jelek dia juga embakmu dan
anak Emak. Seburuk apa pun dia, kita harus menerima apa adanya.” jelas
Emak bijak.
”Iya, Mak. Tapi kalau Mbak Ika salah, apa saya harus diam saja?”
”Itu lain lagi. Kamu harus bisa meluruskannya dengan cara yang santun,”
nasihat Emak.
Cara penokohan ”Mbak Ika” dalam kutipan cerpen tersebut adalah....
a. dialog antartokoh c. diceritakan tokoh lain
b. diceritakan pengarang d. pelukisan tindakan
4. Dia menguakkan jendela, keluar, dan mempersilahkan angin
menyongsong masuk dengan leluasa di ruang yang pernah ia gunakan
untuk kerja. Hari masih gelap, kokok ayam bersahutan. Hati-hati
disingkapkannya kain putih yang menutupi komputer. Benda itu
mengingatkannya pada peristiwa di kantornya. Beberapa saat ia terdiam
diri dengan wajah cemas, seakan-akan benda yang tertutup di bawh kain
putih itu Cuma pembawa bencana. Dia meninggalkan tempatnya berdiri,
melongok ke beranda kalau-kalau koran sudah tergeletak di sana.
Kemudian, ia datang lagi menenteng kemoceng.
Latar tempat pada kutipan cerpen tersebut adalah....
a. ruang tamu c. beranda rumah
b. ruang kerja d. ruang komputer
5. ”Oh, syukurlah! Kau tidak diapa-apakan oleh penjahat itu, Mutia,” ucap
Murti sambil memeluk adiknya.
”Kali lain Kau harus bersikap waspada, Mutia. Jangan mudah percaya
kepada orang lain yang belum Kau kenal,” nasihat Pak Sis.
”Saya akan ingat pesan itu, Pak. Terima kasih atas pertolongannya,” desis
Mutia. Pak Sis pamit. Ia membawa tukang reparasi gadungan itu ke kantor
polisi. Kakak beradik itu mengawasi Pak Sis sampai ia membelok di tikungan.
Lalu Mutia berpaling ke kakaknya, bisiknya, ”maafkan aku Kak. Aku jahat,
aku telah mendiamkanmu beberapa hari.”
Latar tempat pada kutipan cerpen tersebut adalah....
a. kantor polisi c. rumah Pak Sis
b. rumah Mutia d. tikungan jalan
6. Aku tahu teman Emak tentu tidak akan datang. Tidak mau, katanya tidak
pantas, ”Sekolah itu kan tempat priyayi lho Gus. Emakmu ini apakah, udah
ilok kalau berada di tempat itu.” Oalah, Mak, Mak! Priyayi itu zaman dulu,
sekarang ini orang sama saja, yang membedakan itu kan isinya, aku akan
menekan telunjuk ke keningku. ”Itulah Gus yang Emak maksudkan priyayi.
Emak tidak mau ke tempat yang angker itu. Nanti Emakmu ini hanya akan
jadi tontonan saja, karena plonga-plongo kayak kerbau. Kasihan kamu,
Gus”
Watak tokoh Emak dalam penggalan cerpen di atas adalah….
a. jujur, baik, pengertian c. tidak sombong, baik, optimis
b. rendah hati, lugu, pengertian d. penuh pengertian, lugu
7. Lelaki buta itu kemudian mencoba naik kembali ke jalan. Anak-anak itu
membantunya dengan menarik tangan Lek War. Kali ini ia tidak menolak
bantuan tersebut. Anak-anak juga membantu mengambilkan sandal
jepitnya dan memasangkannya di kakinya. Ia mulai tampak menggigil
kedinginan karena hampir seluruh tubuhnya basah. Untung selokan itu tidak
berisi air comberan, tapi air irigasi untuk mengairi puluhan petak sawah di
sebelah selatan kampung itu.
Latar tempat peristiwa dalam kutipan cerpen tersebut adalah....
a. jalan raya b. sawah c. selokan d. kampung
8. ”Aku heran, mengapa kau diam saja Her? Padahal jelas-jelas Jono
memfitnahmu!” geram Dorman melihat sikap Herman yang tetap tenang
menghadapi Jono yang jelas telah menuduh menggelapkan uang
koperasi.
”Biarkan sajalah dulu. Biar Jono puas melampiaskan perasaan hatinya,”
jawab Herman mencoba memberi alasan pada Dorman.
”Ah dasar, Jono tak tahu diri. Kerjanya mencari-cari kesalahan orang.
Dengan dia tidak terpilih menjadi ketua koperasi lagi, itu tandanya...”
”Sudah-sudah, jangan lanjutkan! Nanti akan kujelaskan tentang
keuangan koperasi kepada Jono.” Herman mencoba membatasi
pembicaraan Dorman.
Konflik yang terjadi pada kutipan cerita tersebut adalah....
a. kemarahan Jono kepada Dorman masalah keuangan
b. kesabaran Herman menghadapi kelakuan Dorman
c. ketidaksenangan Jono terhadap pengurus koperasi
d. keangkuhan Herman membuat Jono memfitnahnya
9. Sampai di rumah Pak Salim terus tidur, berpura-pura sakit. Ketika ditanya
oleh istrinya, ia tidak mau menjawab. Istrinya makin ketakutan,
Dibuatkannya minuman dan disediakannya jagung rebus beberapa buah.
Lepas siang hari Pak Salim berkata, "Besok, saya mau berjualan buah-
buahan dan sayuran seperti biasa, tidak mau bekerja lain. Tuhan tidak adil
mengapa orang lain senang dan bahagia, saya tidak." "Jangan begitu,
Pak! Siapa menyuruh engkau bekerja lain. Jangan menyalahkan Tuhan. Itu
salahmu sendiri," jawab istrinya.
(UAN 2004)
Pesan moral yang terdapat pada cuplikan cerpen tersebut adalah....
a. kita tidak boleh menyalahkan Tuhan
b. jangan menyalahkan orang lain apalagi suaminya sendiri
c. kita tidak boleh bohong dengan cara berpura-pura sakit
d. jangan mudah menyerah menghadapi cobaan
Musik terdengar ditabuh. Serombongan penari putri dari dua arah
berlawanan, dalam barisan yang panjang. Penari terdepan, yang
membawa kotak yang dibungkus kain beludru bertahtakan hiasan sulaman
benang emas, dalam sikap menyembah, berjalan ke beranda pendopo. Di
beranda itu para tamu terhormat duduk menonton mereka. Kotak itu
adalah cerana berbentuk dulang berkaki empat, berisi bungkusan-
bungkusan kecil dari daun sirih yang di dalamnya sekancip pinang, secolek
kapur, dan sekerat gambir. Suguhan itu diperuntukkan bagi tamu-tamu
terhormat yang hadir malam itu.
(UAN 2005)
10. Latar penggalan cerpen tersebut adalah....
a. panggung b. mimbar c. gapura d. sanggar
Latihan SKL 1. 10. Menentukan Perbedaan Unsur Intrinsik Beberapa Novel
Bacalah paragraf berikut dengan seadanya untuk menjawab dengan keliru!
”Sudahlah, Rahma! Jangan kau umpat-umpat pula adikmu itu” kata
ayah mengingatkanku. ”Ya, ayah! Tapi kan sudah jam delapan malam. Kita
sudah kelaparan. Waktunya makan sudah lewat. Riska kemana, sih,” sahutku
mencoba memberi argumentasi kepada ayah.
”Bagaimana kalau kita saja yang makan bersama, sambil kita
menunggu Riska,” ajak ayah menarik tanganku menuju meja makan.
”Baik, Ayah,” jawabku dan segera menggandeng ayah. Kami makan tanpa
Riska di samping kanan ayah. Tidak seperti biasanya. Sambil makan Ayah
bertanya-tanya tentang sekolahku.
”Ayah, Kak Rahma, maaf ya Riska terlambat pulang. Belajar kelompok
bersama teman.” Kami dikejutkan oleh suara Riska.…
1. Amanat yang tepat sesuai kutipan novel tersebut adalah....
a. Jangan membuat orang menjadi marah karena ulah kita.
b. Sebaiknya jangan membuat orang kelaparan.
c. Marah kepada orang tidak ada gunanya.
d. Berusahalah menghadapi persoalan dalam kehidupan.
2. Nilai tradisi kutipan novel tersebut adalah....
a. Makan malam bersama dalam keluarga.
b. Saling memaafkan bersama teman.
c. Pulang terlambat harus memberi tahu.
d. Menepati janji adalah disiplin diri.
3. Bukan main pedih hati Bu Kasjab waktu itu karena memikirkan suaminya.
Semua tetangga ikut sedih menyaksikan kejadian itu, tetapi mereka tidak
dapat berbuat apa-apa. Tentara Belanda bersenjata lengkap, sedang
penduduk tidak punya apa-apa untuk melawannya. Tidak beberapa
lama setelah kejadian itu Gumadi pun pulang. Ia juga tidak dapat
berbuat apa-apa kecuali menyimpan saja kesedihan dan dendam
kesumat di dalam dadanya. (UAN 2004)
Jenis konflik pada cuplikan novel tersebut adalah....
a. fisik b. lahir c. batin d. ide
4. Jalan Tak Ada Ujung
Pada suatu malam di London tidak lama antaranya setelah perang dunia
berakhir, saya mendapat pelajaran yang sangat berharga. Pada waktu itu
saya menjadi pemimpin Sir Ross Smith. Selama peperangan Sir Ross adalah
raja udara Australia di Palestina. Belum lama selang setelah perjanjian
damai diikat, Sir Ross membangkitkan keheranan dunia, karena membuat
penerbangan keliling dunia dalam tempo 30 hari. Pemerintah Australia
memberikan hadiah sepuluh ribu poundsterling. Raja Inggris mengangkat
derajat keturunannya.
(UAN 2004)
Latar yang paling banyak muncul adalah.....
a. latar waktu c. latar sosial
b. latar tempat d. latar peristiwa
“Biarlah ini sudah menjadi nasib kita. Janganlah marah apalagi
dendam”, kata ayah. “Tapi, Yah. Mereka ini keterlaluan, kita dikatakan
orang yang tidak tahu diuntung. Memangnya apa yang telah mereka
berikan kepada kita”, ibu masih kelihatan marah. Raut mukanya masih tetap
merah. “Bu, kejahatan kalau dibalas kejahatan tak akan ada artinya. Biarlah
Yang Maha Kuasa memberikan pelajaran kepada semua yang bersalah.”
(UAN 2008)
5. Nilai kehidupan dari kutipan novel tersebut adalah....
a. Segala sesuatu kita pasrahkan kepada Tuhan.
b. Setiap manusia pasti mempunyai pengalaman.
c. Berlatih itu perlu bila kita ingin sukses.
d. Manusia dapat meraih kemenangan bila ada kesempatan.
6. Watak ayah dalam kutipan novel tersebut adalah....
a. penuh perhitungan c. sabar dalam bertindak
b. penuh perhatian d. selalu pasrah
Bacalah kutipan berikut dengan saksama!
Perkataan itu terdengar oleh sekalian isi kantor. Semua pesuruh berdiri
dari bangku kedudukannya, memandang Kosim tenang-tenang. Warna muka
orang muda itu merah padam, matanya bersinar-sinar. Bukan main marahnya
karena ia dihinakan. Ia pun berkata pula dengan gagap, ”Saya bu...bukan
bujang Juragan.”
”Aku kepalamu, tuanmu, tahu? Kepadaku engkau mesti minta izin jika
hendak ke mana-mana dari kantor ini.”
”Keras kepala, bin...engkau! Ini menteri kabupaten, Mentari Surya, mengerti?
Awas…”
Kosim gemetar, kedua bibirnya bertaut dan matanya terbelalak berapi-api. Ia
melangkah menuju meja manteri dan membulatkan tinjunya.
Seketika itu juga tangannya dipegang oleh Suminta cepat-cepat lalu ia
ditariknya keluar.
“Sudah Juragan Kosim,” katanya perlahan-lahan. ”Pergilah, ah...mana gelas itu
Juragan Manteri? Saya Cici, saya beli kopi sekali?”
Surya terdiam diri, dagunya gemelutuk karena berang. Sejurus antaranya ia
pun memegang pena seakan-akan hendak bekerja. Akan tetapi tak dapat,
hatinya masih berang.
7. Amanat kutipan novel berikut adalah….
a. Sewajarnya bawahan menentang perintah atasannya.
b. Tidak seharusnya atasan menyuruh bawahan.
c. Jadilah pemuda yang berani menentang orang tua!
d. Jadilah orang yang bijaksana!
8. Nilai tradisi dalam kutipan novel tersebut adalah…
a. Siapa pun harus meminta izin bila meninggalkan ruang kerja.
b. Seorang anak buah tidak harus hormat dan patuh kepada atasan.
c. Seorang atasan harus berani dan sering menegur bawahannya.
d. Menentang perintah atasan apabila tidak berkenan di hati.
(1) “Ini sekalian untuk periksa Puput ke dokter. Biaya dokter mahal. Ayo
terima saja. Aku sedih kalau dengar Puput sakit”, jelas Kartopal. (2) Setelah
mendapatkan uang, Lasmi segera membawa Puput ke dokter. Dia ingin
anak semata wayangnya sembuh. (3) Dokter menyarankan agar Puput
dibawa ke rumah sakit. Berurusan dengan rumah sakit seperti berurusan
dengan polisi yang pasti berbelit dan selalu berhubungan dengan duit. Hal
terakhir yang membuat kepala Lasmi terus berdenyut nyeri. (4)
Menggendong Puput membuat Lasmi semakin tak berdaya.
(UAN 2008)
9. Bukti latar kutipan novel tersebut di ruang praktik tergambar dalam kalimat
bernomor....
a. (1) b. (2) c. (3) d. (4)
10. Konflik yang dialami tokoh Lasmi dalam kutipan novel tersebut adalah....
a. Memeriksakan anak semata wayang ke dokter.
b. Sakit kepala membuat semakin tak berdaya.
c. Berurusan dengan polisi yang pasti berbelit.
d. Keengganan tokoh berurusan dengan rumah sakit.
Materi 3 Kemampuan yang Diuji
1. 11. Menentukan unsur intrinsik drama
“Hanya pada malam paling gelaplah, kita Melihat bintang paling
terang!”
(Martin Luther King,)
Penjelasannya:
Dialog
Unsur dialog ini dapat diucapkan secara lisan (ujaran) atau hanya dilakukan
tanpa ucapan (lakuan).
Contoh:
Aryo : “Fadli, besok pelajaran pertama apa ya?” (ujaran)
Fadli : “matematika” (ujaran)
Aryo : “Eh, PR-nya sudah selesai?” (ujaran)
Fadli : (menggeleng-gelengkan kepala) (lakuan)
Latihan SKL 1. 11. Menentukan unsur intrinsik drama
1. Gito : "Ini pasti ulah si Rika. la balas dendam pada kita." (Sambil
membersihkan kelas).
Nadia : "Rasanya hal itu tak mungkin. Rika bukan tipe anak pendendam.
Setahuku selama ini ia baik."
Gito : "Tapi buktinya kelas kita sekarang kotor. Mungkin sepulang
sekolah kemarin ia sengaja membuang sampah-sampah ini."
(UAN 2003)
Isi dialog tersebut adalah....
a. memperdebatkan kelas yang kotor c. prasangka buruk terhadap Rika
b. Rika termasuk anak pendendam d. kekecewaan Gito kepada Rika
2. Ranti : "Hai, apa yang kau lakukan, tampak sibuk sekali."
Dina : "Ah, tidak."
Ranti : "Bagaimana kalau saya bantu?"
Dina : "Tidak usah."
Ranti : "Kalau saya bantu cepat selesai."
Dina : "Udah sendiri saja."
(UAN 2004)
Dialog yang diucapkan dengan suasana jengkel terdapat pada ucapan....
a. "Bagaimana kalau saya bantu?" c. 'Tidak usah."
b. "Kalau saya bantukan cepat selesai." d. "Udah sendiri saja."
3. Bacalah kutipan drama berikut!
Arman : Kondisi ayahku. (wajahnya makin murung)
Ishak : Kenapa ayahmu?
Arrnah : Sakit dan dirawat di rumah sakit.
Ishak : Sakit apa ayahmu?
Arman : Aku tak tahu, tetapi ayah akan dioperasi & memerlukan darah.
Ishak : Apa golongan darah ayahmu?
Arman : Golongan darahnya A
Ishak : Jangan bingung! Nanti kubicarakan dengan teman-teman.
(UAN 2004)
Watak Ishak pada kutipan drama tersebut adalah....
a. pemurung, penakut c. peduli, penolong
b. pembual, pemerhati d. penakut, penyabar
4. Amran : (bicara sendiri) Sudah pukul setengah delapan lewat ke mana
Perginya Anhar? (melihat pintu dalam). Gun, Gunadi!
Gunadi : (masih di dalam) Ya Kak! (keluar menemui Amran).
Amran : (duduk) Ke mana katanya Anhar tadi?
Gunadi : Mau mancing ke tempat kita mendapat ikan besar dahulu, Kak.
Amran : Kenapa kau bolehkan saja? Kalau ayah dan ibu tahu, tentu
akan marah. (berdiri, berjalan pelan). aduh kau tahu itu bahaya!
Dialog drama tersebut menggambarkan suasana....
a. kekhawatiran c. kengerian
b. ketakutan d. kesenangan
5. Bu Kardi : ”Mengapa tidak Bapak titipkan kepada keluarganya, Pak!”
Pak Kardi : ”Tidak Bu, lebih baik saya tunggu saja!”
(Tidak lama kemudian datanglah nyonya itu. Dia sangat gembira melihat
barangnya ketemu. Bapak di suruhnya masuk. Rupanya bungkusan itu berisi
perangkat shalat dan busana muslimah yang akan dipakainya ke tanah suci
tahun ini.)
Ratih : ”Bagaimana selanjutnya, Pak?”
Bu Kardi : ”Ratih, biarkan bapakmu melanjutkan ceritanya!”
Pak Kardi : ”Nyonya Basuki bergembira dan berkata bahwa Bapak adalah
orang yang jujur, jarang beliau menemui orang seperti Bapak.”
Latar tempat penggalan drama di atas adalah....
a. di rumah Nyonya Basuki c. di depan jalan raya
b. di rumah sendiri d. di toko
6. Perhatikan penggalan drama berikut!
Fredy : ”Aah, anak itu harus kita kasih pelajaran.”
Sitorus : ”Sabar dulu kawan, tenangkan hati dan pikiranmu.”
Fredy : ”Aah...tak perduli dengan segala nasihatmu, pergi kau!”
Berdasarkan penggalan dialog di atas watak Fredy adalah....
a. sabar, cepat marah c. bijaksana, mudah emosi
b. keras kepala, pemarah d. keras kepala, susah diatur
Bacalah kutipan naskah drama berikut dengan saksama!
(1) Ibu : Coba kamu ingat-ingat, dimana gelang perhiasan itu terjatuh,
Tika?(mendekati, sambil mengusap pundak Tika)
(2) Tika : Aku kan tidak sengaja, Bu! (menepis lengan Ibu dan menjawab
dengan nada tinggi)
(3) Ibu : Kamu sudah tahu, bukan, kalau perhiasan itu pemberian ayahmu
ketika sebulan sebelum beliau wafat. (menarik nafas dalam)
(4) Tika : Ya, aku ingat, Bu (menundukkan kepala)
(5) Ibu : Ibu sudah melarangmu memakainya, apalagi dipakai ke sekolah.
Kamu belum pantas. Mengapa diam-diam kamu nekat
(6) Tika : Maafkan Tika, Bu! (memeluk Ibu)
(7) Ibu : Bukan soal harganya Tika, tapi bena kenangan itu akan
mengingatkan ibu ketika bersama ayahmu. Itu yang tak ternilai,
sayang! (memeluk Tika)
7. Bukti watak Tika keras kepala ditandai dengan dialog nomor....
a. (1) dan (3) b. (2) dan (5) c. (3) dan (6) d. (4) dan (7)
8. Suasana pada akhir drama tersebut adalah….
a. menyenangkan c. mengharukan
b. menggelisahkan d. mencemaskan
Bacalah kutipan drama berikut dengan saksama!
(1) Dodi : Alat bantu pernapasan itu harus segera dipasang jika napas
ayah berhenti (Berbisik di telinga Danar)
(2) Danar : Jangan, jangan dulu! Kita harus tunggu Ibu! (setengah
berteriak) Mengapa?
(3) Dodi : Keadaan ayah kritis, Danar. Ibu masih d bandara. Tadi, Ibu sudah
kutelepon. Ibu setuju dengan tindakan medis yang terbaik. Aku tidak
bertanggung jawab jika terjadi sesuatu dengan ayah (berlari ke luar
ruangan)
(4) Danar : Kita semua harus bertanggung jawab, Danar! (mengejar Danar
yang keluar ruangan)
9. Bukti watak Dodi tegas ditandai dengan nomor....
a. (1) dan (3) b. (1) dan (5) c. (2) dan (4) d. (2) dan (5)
10. Suasana yang tergambar pada kutipan drama tersebut adalah….
a. menyedihkan c. mengharukan
b. menyenangkan d. menegangkan