model pengembangan pertanian perdesaan melalui …
TRANSCRIPT
1
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (M-P3MI)
DI KABUPATEN JENEPONTO
RINGKASAN
MP3-MI dilaksanakan pada Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Kering diawali
dengan pelaksanaan PRA (Participatory Rural Appraisal) atau Pemahaman Pedesaan
secara Partisipatif yang dilasanakan pada bulan Juni 2011. Lokasi pengembangan agribisnis jagung dilaksanakan di Kelurahan Tolo Utara. Kec. Kelara, Kab, Jeneponto, Sulawesi Selatan. Luas wilayah kelurahan ini adalah 759,65 ha, yang terdiri dari
tegalan/kebun 650,61 ha; lahan sawah 57,57 ha; dan pemukiman 51,47 ha, dengan jumlah penduduk 3.519 jiwa. Telah dilakukan identifikasi jenis-jenis inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan agribisnis, implementasi Inovasi teknologi dan pemantapan
inovasi kelembagaan agribisnis. Berdasarkan hasil PRA dilakukan inovasi teknologi pemupukan berimbang pada jagung, pola tanam ubikayu, inovasi teknologi pakan ternak dari limbah jagung. Melaui MP3MI melakukan Introduksi pola tanam jagung dan
ubikayu; Implementasi teknologi jagung seluas 5 ha dengan pola tanam : 4 baris jagung /1 baris ubikayu + jagung. Varietas unggul jagung : Bima-3 dan Bima-5, Ubikayu : Adira 2, pengolahan tanah intensif Pengolahan lahan menggunakan bajak
yang ditarik oleh kuda, arah bajakan memotong garis kontour. Penanaman dilakukan dengan cara tugal sedalam 5 cm, dengan arah memotong garis kontour, jarak tanam yang digunakan 75 x 20 cm dengan satu tanaman per lubang, Pemupukan berimbang
Dosis pupuk yang digunakan : 200 kg/ha Urea + NPK Ponska 300Kg/ha . Aplikasi pupuk dilakukan dua kali: (1) : umur 0-14 hari setelah tanam degan dosis 100 kg Urea + NPK Ponska 300 Kg/ha; pemupukan ke-2 umur 30-40 HST dengan dosis 100 kg Urea/ha. Pada bulan Maret 2011 dilakukan panen jagung dengan produktivitas rata-rata
mencapai 6,2 t/ha, produktivias tertinggi mencapai 7,0 t/ha, terendah 5,7 t/ha. Sebelum MP3MI produktivitas jagung hanya mencapai 3,5 t/ha, berarti terjadi peningkatan produktivitas jagung 2,7 t/ha. Tingkat pendapatan petani dengan
perhitungan berdasarkan produktivitas rata-rata, dengan harga jagung pada bulan April-Mei 2011 Rp.2.400, setelah dikurangi dengan biaya sarana produksi, maka pendapatan bersih yang diterima petani Rp. 7.880.000. Produktivitas ubikayu sebelum MP3MI hanya
mencapai 7,20 t/ha, sedangkan pada tahun 2011 produktivitasnya meningkat menjadi 10,10 t/ha dengan produktivitas tertinggi 10,59 t/ha, terendah 8,50 t/ha.Tingkat pendapatan yang diterima petani dengan productivitas rata-rata 10,10 t/ha dan harga
ubikayu pada saat panen (Agustus – September) Rp. 1.000, maka keuntungan bersih petani Rp. 6.840.000. Model inisiasi merupakan model yang paling mungkin diaplikasi pada tahap awal kegiatan. Di lokasi sudah terbentuk kelompok tani, sudah tersedia
alsintan yang diperoleh dari bantuan Instansi terkait, serta paket teknologi juga sudah tersedia. Inovasi kelembagaan mengembangkan Model inisiasi dan dievaluasi secara berkesinambungan dan dilakukan perbaikan secara bertahap hingga terbentuk model M-
P3MI yang adaptif di lokasi.
2
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Membahas tentang pertanian berarti membahas tentang kelangsungan
hidup manusia dimana pertanian sebagai penyedia bahan pangan, bahan
sandang, dan bahan papan. Selama manusia di dunia masih memerlukan bahan
pangan untuk menjamin kelangsungan hidupnya, maka pertanian tetap akan
memegang peran yang sangat penting.
Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang
nyata melalui pembentukan kapital; penyedia bahan pangan; bahan baku
industri; pakan dan bioenergi, penyerap tenaga kerja, sumber devisa negara,
sumber pendapatan, serta pelestarian lingkungan melalui praktek usahatani yang
ramah lingkungan. Berbagai peran strategis pertanian dimaksud sejalan dengan
tujuan pembangunan perekonomian nasional yaitu: (1) meningkatkan
kesejahteraan masyarakat; (2) mempercepat pertumbuhan ekonomi,
mengurangi kemiskinan; (3) menyediakan lapangan kerja; (4) memelihara
keseimbangan sumberdaya alam dan lingkungan hidup (Bappenas, 2010).
Hingga saat ini sebagian besar masyarakat masih menggantungkan
hidupnya pada sektor pertanian dengan tingkat produktivitas dan pendapatan
usaha yang relatif rendah, sehingga kemiskinan, pengangguran, dan rawan
pangan banyak terdapat di pedesaan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa upaya
pengentasan kemiskinan, pengangguran dan rawan pangan harus dilakukan
dengan membangun pertanian dan pedesaan. Adalah merupakan tantangan
kedepan untuk mencapai komitmen global pada tahun 2015 sebagaimana yang
dicanangkan dalam Millenium Development Goals (MDG’s) melalui pembangunan
pertanian dengan segala karakteristik dan sfesifikasi masalahnya yang terbesar
merata hampir diseluruh wilayah perdesaan.
Melalui pelaksanaan PRA telah diperoleh informasi yang akurat dan
lengkap, baik data bio-fisik desa, sosial ekonomi, preferensi petani dan
3
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
pemerintah setempat, sehingga dapat dipahami masalah yang dihadapi
masyarakat desa khususnya pembangunan pertanian.
Kabupaten Jeneponto mempunyai luas wilayah 749,79 km2 dengan jumlah
penduduk 331.938 jiwa. Berdasarkan jenis penggunaan tanah (Land Use) maka
penggunaan tanah terluas adalah tegalan/kebun yaitu tercatat 34.154,14 ha
(45,56 %), persawahan at 20.014,08 ha (26,69 %), hutan negara tercatat
9.842,65 ha (13,12 %) (Anonim, 2006). Beberapa komoditas yang dominan
dan mempunyai peluang untuk dikembangkan melalui; inovasi teknologi,
kelembagaan dan pemanfaatan sumberdaya lahan antara lain; padi, jagung, ubi
kayu, kacang kedelai, dan buah-buahan. Pada sub sektor peternakan, yaitu
kuda, kambing, sapi, ayam ras, ayam kampung dan itik. Hasil penelitian
Unhas (2006) menunjukkan bahwa dari 16 komoditas yang dikembangkan petani,
ada lima komoditas yang memiliki areal pengembangan di atas 2000 ha, yaitu
padi, jagung, ubi kayu, kedelai, dan mangga. Dari lima komoditas jagung
memiliki areal terluas (27.342 ha), kemudian padi (14.232 ha), mangga (12.148
ha), dan ubi kayu (5.508 ha).
Kelurahan Tolo Utara, Kecamatan Kelara, Kabupaten Jeneponto sebagai
wilayah MP3MI, sebagian besar wilayahnya adalah lahan kering dengan luas
759,65 ha, termasuk dalam sub agroekosistem Lahan Kering Dataran Rendah
Iklim Kering (LKDRIK). Pemanfaatan lahan dikelompokan menjadi 3 satuan
penggunaan lahan, yaitu: sawah 57,57 ha (7,58%), tegalan 650,61 ha (85,65%),
dan pemukiman 51,47 ha (6,78%). Sistem pertanaman monokultur jagung
dengan tanaman sisipan ubi kayu dan kacang-kacangan. Pola tanam yang
berlaku yaitu jagung-ubikayu, jagung2 atau kapas. Penduduk Kelurahan Tolo
Utara sebanyak 3.519 jiwa, atau 13,4 % dari jumlah penduduk Kecamatan
Kelara yang mencapai 26.358 jiwa (BPS, 20041). Komoditas pertanian yang
banyak diusahakan adalah; jagung, ubi kayu dan sayuran (Cabai dan
Kacang2an). Produktivitas lahan yang dicapai masih rendah (jagung 4,5 t/ha),
oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas lahan, diperlukan adanya
transformasi pertanian sistem pertanian dari yang berbasis sumberdaya lahan
4
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
(hanya mengandalkan kemurahan lahan) ke sistem pertanian yang berbasis ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan transformasi tersebut diharapkan
produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani dapat ditingkatkan, kelestarian
sumberdaya lahan juga tetap terjaga.
1.2. Tujuan
a. Memepercepat arus diseminasi tekologi
b. Memeperluas spektrum atau jangkauan sasaran penggunaan teknologi
berbasis kebutuhan pengguna c. Meningkatkan kadar adopsi teknologi inovatif Badan Litbang Pertanian
d. Memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat-guna
spesifik pengguna dan lokasi.
1.3. Keluaran yang diharapkan
- Luaran Umum
Model laboratorium pengembangan komoditas tanaman jagung
secara terintegrasi, dengan inovasi system dan usaha agribisnis yang
mampu meningkatkan daya saing, nilai tambah, pendapatan, dan
kesejahteraan masyarakat perdesaan secara nyata dan berkelanjutan.
- Luaran Tahunan
a. Implementasi teknologi pra panen Budidaya Jagung, dan komoditas
lainnya termasuk ternak yang ada di lokasi kegiatan.
b. Implementasi teknologi pasca panen jagung (Pengupasan, Pemipilan,
pengeringan Dan Pengolahan hasil ) skala rumah tangga atau
kelompok.
c. Semakin menguatnya kelembagaan tani, bertambahnya akses pasar,
terbentuknya jaringan kerja dengan lembaga keuangan.
5
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
1.4. Manfaat dan Dampak
a. Meningkatnya daya saing, nilai tambah, pendapatan, dan
kesejahteraan masyarakat perdesaan secara nyata dan berkelanjutan.
b. Meningkatnya animo masyarakat perdesaan terhadap penerapan
inovasi teknologi pertanian dan berkembangnya sistem dan usaha
agribisnis perdesaan.
1.5. Sasaran
a. Meningkatnya produksi pertanian unggulan di perdesaan menuju
swasembada dan swasembada berkelanjutan
b. Meningkatnya nilai tambah, daya saing dan ekspor berbagai usaha
agribisnis di perdesaan dengan tumbuh kembangnya industri hilir
pertanian yang berbasis sumberdaya lokal dengan suntikan inovasi
teknologi dan manajemen agribisnis.
c. Optimalisasi penggunaan sumberdaya pertanian di perdesaan untuk
memaksimumkan pendapatan dan kontribusi sub sektor pertanian
terhadap total pendapatan petani
d. Semakin banyak jumlah petani atau peternak yang mengadopsi teknologi
dalam waktu yang relatif singkat, melalui penggunaan dan pemanfaatan
berbagai channel diseminasi.
1.6. Metodologi
Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan MP3MI berlangsung di kelurahan Tolo Utara, kecamatan Kelara,
kabupaten Jeneponto mulai bulan Januari sampai Desember 2011.
Agroekosistem utama di wilayah ini adalah lahan kering Dataran Rendah. Iklim
Kering dengan komoditas dominan yang diusahakan yakni jagung dan ubikayu.
Luas hamparan yang digunakan sebagai Unit Percontohan seluas 5 ha.
Kagiatan ini akan dilaksanakan secara sistematis ke dalam tiga fase selama 3
tahun (Tahun 2011-2013).
6
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Pada tahun 2011 ini merupakan Fase I: Inisiasi Model, meliputi :
1. Penentuan lokasi
Pemilihan lokasi mempertimbangkan wilayah tersebut sebelumnya
sudah ada kegiatan sinergi antara berbagai program strategis
Kementerian Pertanian seperti, Prima Tani, PUAP, Program SL-PTT, dan
Program Pemda.
2. Sosialisasi
Sosialisasi dan advokasi di tingkat kabupaten dilaksanakan untuk
memberikan pemahaman maksud dan tujuan kegiatan M-P3MI ke
pemerintah daerah dengan melibatkan instansi terkait termasuk kelompok
tani (Poktan)/Gapoktan, penyuluh, dan pengambil kebijakan di daerah.
3. Koordinasi
Koordinasi dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan
perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut kegiatan serta
perkembangan pelaksanaan kegiatan (pelaporan) kepada masing-masing
instansi terkait.
4. Identifikasi Permasalahan
Kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data dan informasi,
sebagai berikut :
- Keragaan data bio fisik dan sosial ekonomi petani
Data biofisik meliputi topografi, sumber air permukaan, pola curah
hujan, jenis lahan atau tanah.
Data sosek : akses, transportasi, struktur keluarga petani, struktur
penguasaan lahan pertanian.
- Keragaan existing teknologi : teknologi budidaya tanaman atau
ternak,pola tanam dan pola usahatani yang biasa dilakukan petani
- Keragaan existing produktivitas usahatani yang dilakukan petani,
pendapatan petani dan sumber pendapatan petani selama setahun
terakhir
7
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
- Keragaan existing kelembagaan kelompok petani, kelembagaan
pasar sarana produksi, kelembagaan pasar hasil pertanian,
kelembagaan kredit pertanian.
5. Perancangan Model
Kegiatan ini didasarkan pada hasil identifikasi permasalahan. Orientasi
berbasis budidaya tanaman., diawali dengan penataan pola tanam
komoditas terpilih. Inovasi yang diperkenalkan berupa inovasi teknologi
dan kelembagaan. Inovasi teknologi diarahkan pada upaya untuk
menghasilkan produk berkualitas (teknologi budidaya dan pasca panen),
diversifikasi produk (pengolahan hasil) sesuai kebutuhan pasar.
Sedangkan, inovasi kelembagaan diarahkan pada aspek kelembagaan
pasar dan permodalan usaha. Disain model melibatkan pihak terkait
meliputi Pemda, Balit,Puslit,Balai Besar, Perguruan Tinggi, BUMN,Swasta,
Asosiasi Petani dan LSM.
6. Implementasi Model
Disain/rancangan yang telah mendapat dukungan berbagai pihak
diimplementasikan di lapangan dalam bentuk Unit Percontohan yang
berskala pengembangan dan berwawasan agribisnis terpadu.
7. Unit Percontohan
Ruang Lingkup kegiatan, meliputi :
a. Komoditas dan Teknologi
Komoditas utama adalah jagung dan komoditas pendukungnya adalah
komoditas bernilai ekonomi seperti ubikayu, dan cabai. Komoditas tersebut
dipilih dengan pertimbangan jagung merupakan komoditas andalan Sulawesi
Selatan dan telah dikembangkan secara luas oleh petani. Di Jeneponto, luas
pertanaman jagung tidak kurang dari 35 000 ha.
8
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Teknologi yang dikembangkan pada tanaman jagung adalah :
a. Varietas Unggul
b. Pengolahan Tanah
c. Penanaman
d. Pemupukan
e. Penyiangan
f. Panen
g. Pasca Panen
h. Pemasaran
b. Kelembagaan
Kelembagaan yang menentukan keberhasilan Prima Tani berbasis jagung
di Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut :
1. Kelompok Tani
Penguatan dan pembinaan kelompok tani
Pembinaan kerjasama kelompok tani / Dinamika Kelompok
Penguatan gabungan kelompok tani menjadi kelompok usaha komersial
2. Klinik Agribisnis
Penguatan klinik agribisnis
3. Pemasaran
Penguatan jaringan kerjasama/ kemitraan antara petani dengan
perbankan
4. Penyuluhan
Penguatan dan peninngkatan intensitas penyuluhan
c. Jaringan Kerja Sama
Jaringan kerja sama terbagi dalam 2 kategori yaitu jaringan kerjasama
internal dan eksternal. Jaringan kerja sama internal diarahkan untuk
mewujudkan kerja sama sinergis antara elemen – elemen yang ada dalam
lingkup Badan Litbang Pertanian yang membentuk laboratorium agribisnis.
Jaringan kerja sama eksternal diarahkan untuk mewujudkan kerja sama sinergis
9
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
antara jaringan Badan Litbang Pertanian dengan pihak luar yang terlibat ( Pemda,
tokoh masyarakat,LSM, dan masyarakat setempat )
Dalam mewujudkan dan mengembangkan jaringan kerjasama internal dan
eksternal dilakukan kegiatan yang bersifat menunjang kegiatan antara lain :
- Pertemuan teknis tentang penerapan teknologi
- Rapat koordinasi dengan PEMDA, Dinas terkait ( Disbun, Disnak, dan
Distan )
- Pertemuan konsultatif dengan Puslit, Balit, PEMDA, LSM dan Swasta
- Workshop hasil kegiatan
- Temu lapang Budidaya jagung, cabai dan ubikayu
- Pertemuan bulanan Kelompok Tani
- Pengembangan usaha dan Peningkatan SDM petani
10
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
II. PENCAPAIAN PELAKSANAAN MP3MI
2.1. Inovasi Teknologi Pertanian
2.1.1. Kondisi Awal di tingkat Petani
Sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama di Kelurahan
Tolo Utara diklasifikasi menurut sub sektor, antara lain: (1) tanaman
pangan/palawija, padi, jagung, ubikayu dan kacang hijau. Luas tanam padi 10
ha, produksi 39,20 ton, dengan tingkat produktivitas pada tingkat kecamatan
Kelara 3,9 t/ha. Luas tanam jagung sebanyak 302 ha, dengan total produksi
1.623 ton dengan produktivitas 3,5 t/ha. Luas tanam ubi kayu 175 ha dengan
produksi 1.211 ton dan produktivitas rata-rata 6,9 ton/ha. Budidaya yang
dilakukan oleh petani masih sangat sederhana, cara pengolahan tanah dilakukan
petani tidak sempurna (TOT), hanya menggunakan herbisida pada saat
tanaman sudah tumbuh. Jarak dan waktu tanam tidak sesuai anjuran, tidak
ditugal hanya menggunakan sistim larikan mata bajak yang ditarik oleh ternak
kuda. Waktu, dosis, jenis, dan cara pemupukan belum sesuai dengan anjuran.
Cara memupuk dengan menyimpan pupuk disamping tanaman tanpa ditugal dan
tidak ditimbun. Waktu memupuk tidak disesuaikan dengan umur dan
pertumbuhan tanaman, dosis dan jenis pupuk yang digunakan hanya Urea 400
kg dan Za 100 kg/ha. Penggunaan pupuk kandang di Kelurahan Tolo Utara
belum umum, petani yang menggunakan pupuk kandang hanya sekitar 5 %.
Pupuk kandang diperoleh dari kandang kuda/sapi/kambing milik sendiri.,
sedangkan petani yang tidak memiliki ternak tidak menggunakan pupuk
kandang.
11
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Gambar 1. Sosialisasi MP3MI di Kecamatan Kelara
Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa petani di kelurahan Tolo Utara
masih berputar pada keterbatasan pengetahuan, keterampilan, dan modal
petani. Penyiangan dilakukan dengan herbisida saat gulma mulai tumbuh,
panen dilakukan agak lambat tanpa memperhatikan syarat panen yang tepat,
dengan alasan waktu untuk pengeringan terbatas. Jagung yang telah dipanen
dipipil dengan menggunakan mesin pemipil, dan pengeringan dilakukan sampai
kadar air 16 %. Limbah pertanian dari jagung tidak dimanfaatkan oleh petani,
karena cara pengolahan limbah belum diketahui. Lahan – lahan yang memiliki
kemiringan sudah dilakukan konservasi, nanun teknik konservasi masih perlu
diperbaiki. Budidaya yang dilakukan oleh petani masih sangat sederhana, cara
pengolahan tanah dilakukan petani tidak sempurna (TOT), hanya menggunakan
herbisida pada saat tanaman sudah tumbuh.
Hasil PRA di kelurahan Tolo Utara bahwa produktivitas jagung yang
dicapai hanya 3,5 t/ha. Rendahnya produktivitas jagung yang tersebut
disebabkan petani belum melakukan pemupukan sesuai takaran rekomendasi
dan teknologi pemupukan anjuran. Meskipun beberapa tahun terakhir varietas-
varietas unggul hibrida (Bisi2) telah berkembang di kelurahan Tolo Utara,
namun cara pemupukan belum efektif, sehingga adopsi varietas unggul hibrida
menyebabkan konsumsi pupuk khususnya N, P dan K meningkat (Tandisau dkk,
2005). Penggunaan pupuk oleh petani belum rasional dan berimbang.
12
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Rekomendasi pemakaian pupuk yang ada masih bersifat umum sementara
kondisi lahan petani bisa berbeda sesuai karakterisitk lahannya. Hal tersebut
menyebabkan penggunaan pupuk tidak efektif dan tidak efisien sehingga
produktivitas dan pendapatan petani masih rendah.
2.1.2. Implementasi Teknologi Jagung dan Ubikayu
Implementasi teknologi jagung dilakukan pada lahan seluas 5 ha dengan
pola tanam : 4 baris jagung / 1 baris ubi kayu + jagung, varietas unggul
jagung : Bima-3 dan Bima-5, ubikayu var.Adira-2, pengolahan tanah intensif.
Pengolahan lahan menggunakan bajak yang ditarik oleh kuda, arah bajakan
memotong garis kontour. Penanaman dilakukan dengan cara tugal sedalam 5
cm, dengan arah memotong garis kontour, jarak tanam yang digunakan 75 x
20 cm dengan satu tanaman per lubang, Pemupukan berimbang Dosis pupuk
yang digunakan : 200 kg Urea/ha + 300 kg NPK Ponska/ha. Aplikasi pupuk
dilakukan dua kali: (1) : umur 0-14 hari setelah tanam degan dosis 100 kg
Urea + 300 kg NPK Ponska/ha; pemupukan ke-2 umur 30-40 HST dengan
dosis 100 kg Urea/ha. Cara pemupukan : ditugal 7 cm di samping tanaman dan
timbun tanah. Penyiangan 2 kali menggunakan herbisida dan alat mekanis
berupa bajak yang ditarik oleh ternak kuda.
Gambar 2. Pertanaman Jagung Varietas Bima 3 dan Bima 5
Pada bulan Maret 2011 dilakukan panen jagung dengan produktivitas
rata-rata mencapai 6,2 t/ha, produktivitas tertinggi mencapai 7,0 t/ha, terendah
13
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
5,7 t/ha. Sebelum MP3MI produktivitas jagung hanya mencapai 3,5 t/ha, berarti
terjadi peningkatan produktivitas jagung 2,7 t/ha. Tingkat pendapatan petani
dengan perhitungan berdasarkan produktivitas rata-rata, dengan harga jagung
pada bulan April-Mei 2011 Rp.2.400, setelah dikurangi dengan biaya sarana
produksi, maka pendapatan bersih yang diterima petani Rp. 7.880.000,-
Ubikayu selain untuk keperluan industri tepung tapioka, juga banyak
dibutuhkan untuk industri bioeful. Kebijakan berdasarkan aspek kelembagaan
difokuskan kepada (1) penerapan Perpres no. 5/2006 dan Inpres No. 1/2006
untuk pengembangan premium mix atau premium dicampur dengan bioeful 10-
20 persen. Dalam tahun 2008 pemerintah menargetkan kebutuhan premium mix
10% (Bioetanol E10) sebanyak 1,84 juta kilo liter. (2) desentralisasi penerapan
Perpres No.5 tahun 2006, Inpres No. 1 tahun 2006; (3) pengendalian ekspor
gaplek sebagai bahan baku industri bioethanol; (4) pembinaan penggunaan
gaplek.
Gambar 3. Introduksi Pola Tanam di lokasi MP3MI, Kel. Tolo Utara, 2011
Kebijakan berdasarkan aspek biofisik difokuskan kepada (1)
pengembangan usahatani sistem integrasi ubikayu-ternak secara luas,
pembinaan pengolahan limbah panen dan industri sebagai pakan atau pupuk;
(2) desiminasi teknologi pengolahan dan penggunaan pupuk organik; (3)
konservasi tanah secara kultur teknis dalam jangka panjang; (4) pemberian
insentif kepada petani.
14
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Kebijakan berdasarkan aspek sosial ekonomi difokuskan kepada (1)
bantuan ternak ruminansia sistem gaduh bergulir; (2) Subsidi sarana produksi
sebagai modal awal KUAT; (3) pembinaan usahatani model hamparan dengan
waktu tanam dan panen terjadwal.
Melalui kegiatan MP3MI dilakukan Introduksi Pola Tanam Jagung dan
Ubikayu yakni : 4 baris jagung + 1 baris ubikayu, mulai dilakukan pada tahun
2011. Pola tanam seperti ini dapat meningkatkan produktivitas ubikayu dan
tingkat pendapatan petani. Produktivitas ubikayu sebelum MP3MI hanya
mencapai 7,20 t/ha, sedangkan pada tahun 2011 produktivitasnya meningkat
menjadi 10,10 t/ha dengan produktivitas tertinggi 10,59 t/ha, terendah 8,50 t/ha.
Tingkat pendapatan yang diterima petani dengan productivitas rata-rata 10,10
t/ha dan harga ubikayu pada saat panen (Agustus – September) Rp. 1.000,
maka keuntungan bersih petani Rp. 6.840.000.
Tabel 1. Dampak inovasi teknologi varietas unggul ubi kayu Adira-2 (per ha)
Kondisi eksisting Dampak inovasi
1. Biaya tetap - Sewa lahan
-
1. Biaya tetap - Sewa lahan
-
2. Biaya tidak tetap - Stek ubi kayu lokal - Olah lahan
- Penyiangan - Pemupukan - Pupuk dan Obat
200.000
100.000
90.000 100.000
150.000
2. Biaya tidak tetap - Stek ubi kayu Adira 2
- Olah lahan - Penyiangan - Pemupukan
- Pupuk dan Obat
2.500.000 100.000
200.000 200.000 260.000
3. Total Biaya
640.000
3. Total Biaya 3.260.000
4. Penerimaan:
- Produksi (6,9 ton/ha) - Harga (500 / kg)
3.450.000
4. Penerimaan :
- Produksi (10,10 ton/ha) - Harga (1000 / kg)
10.100.000
5. Keuntungan Bersih 2.810.000 5. Keuntungan Bersih 6.840.000
Keterangan : Peningkatan setelah inovasi jagung = Rp. 5.325.000,- - Rp.
2.810.000,- = Rp. 2.515.000 / ha.
15
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Kelayakan ekonomi usahatani ubikayu dapat diupayakan melalui
peningkatan efisiensi pengunaan sarana produksi, lahan, dan pengembangan
varietas unggul berdaya hasil dan berkadar pati tinggi dan berumur genjah.
Efisiensi penggunaan pupuk dapat ditingkatkan dengan menerapkan konsep
pemupukan berimbang, cara, dan waktu efisiensi penggunaan pupuk an organik
lebih dari 30% (George et al. 2001, Wargiono, 2001), karena kemampuannya
memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah yang berperan penting dalam
menciptakan kondisi optimal bagi perkembangan mikroba tanah. Pola
tumpangsari meningkatkan kepadatan akar pada lapisan olah sehingga
meningkatkan efisiensi penyerapan hara hingga 30% (Fujita, 1994) dan efisiensi
penggunaan lahan (LER) lebih dari 100% (Wargiono, 2001). Penerapan konsep
pemupukan berimbang dan penggunaan varietas unggul mampu meningkatkan
produkvitas ubikayu sesuai dengan potensi genetik tanaman.
Ubikayu di kelurahan Tolo Utara ditanam secara tumpangsari dengan
jagung, dengan pertimbangan bahwa (1) efektif mengendalikan erosi; (2)
meningkatkan esiensi penggunaan lahan; (3) menambah pendapatan petani;
(4) meningkatkan efisiensi penggunaan hara; (5) memenuhi kebutuhan pangan;
dan memperbaiki fisik dan kimia tanah (Tonglum, 2001, Wargiono, 2004). Selain
efektif mengendalikan erosi, pola tanam ini juga dapat memperbaiki fisik dan
kimia tanah, jika limbah panen jagung dikembalikan ke tanah.
Gambar 4. Hamparan Pertanaman Ubikayu
16
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
2.1.3.Teknologi Konservasi Tanah dan Air
Teknik konservasi lahan dilakukan dengan dua cara yakni secara vegetatif
(biologis) dan secara mekanik (sipil teknis). Cara vegetatif, dilaksanakan
dengan menanam : (1) Tanaman penguat teras, (2) penanaman tanaman
Palawija dalam strip; (3) penanaman rumput makanan ternak (HMT). Cara
mekanik, dilaksanakan dengan ; (1) pengolahan tanah menimum; (2)
pengolahan tanah dengan memotong garis kontour; (3) pembuatan guludan; (4)
pembuatan teras; (5) pembuatan embung air. Teknologi konservasi lahan yang
teleh dilakukan adalah pembuatan/perbaikan teras bangku dengan membuat
garis kontur pada sabuk lereng. Pada bibir teras ditanami rumput Paspalum
atratum dan pada tahun 2012 direncanakan akan ditanami gamal setiap 3 meter
pada garis kontur sedang pada lorong ditanami jagung dan Ubi kayu. Untuk
mengantisipasi ketersediaan air baik konsumsi maupun usahatani Pada tahun
2012 akan dibuat embung contoh untuk kegiatan usahatani.
Kelurahan Tolo Utara termasuk zona lahan kering beriklim kering,
sehingga ketersediaan air sangat terbatas, baik untuk menjaga kelembaban
tanah agar tetap tinggi, untuk minum ternak, maupun untuk kebutuhan rumah
tangga, mejadi faktor pembatas uatama usahatani. Dengan begitu teknologi
konservasi tanah dan air yang sesuai adalah teknologi yang dapat memanen air
hujan, mengurangi terjadinya penguapan dari permukaan tanah, dan pengaturan
pola tanam yang sesuai dengan iklim kering.
2.2. Inovasi Kelembagaan
2.2.1. Kondisi Awal dan Kinerja Kelembagaan
Pada tahun awal kegiatan MP3MI, luas pertanaman sebagai Unit
Percontohan inovasi teknologi masih terbatas pada lahan seluas 5 ha, luas ini
akan bertambah dari tahun ke tahun sesuai dengan kemampuan dana yang
tersedia. Kelembagaan kelompok tani mempunyai tugas untuk mengakses
kebutuhan anggota, berupa : pengadaan saprodi, penyelenggaraan penyuluhan
dalam rangka penerapan inovasi teknologi, pemasaran hasil, dan pengembalian
17
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
nilai saprodi oleh anggota. Kelompok tani sudah dianggap mapan kalau semua
tugas ini berjalan dengan baik. Untuk keperluan klinik agribisnis sarana
produksi masih disiapkan oleh MP3MI dalam skala 5 ha. Untuk tahun-tahun
berikutnya keterlibatan instansi terkait sudah akan lebih besar terutama dalam
pengadaan fasilitas yang dibutuhkan petani.
Gambar 5. Kegiatan Pasca Panen Jagung di Lokasi MP3MI
2.2.2. Pengembangan Sumberdaya Petani/Kelompok Tani
Kegiatan desiminasi antara lain: (I) Paket teknologi jagung, melakukan
pertemuan dengan 12 kelompok tani yang di kelurahan Tolo Utara penjelasan
tentang varietas unggul jagung, pengolahan tanah, inetnsif, penanaman,
pemupukan, penyiangan, panen dan pemasaran, (II) Budidaya ubikayu: pola
tanam dan pengolahan ubikayu menjadi gamplek. Pada tahun 2008
direncanakan pembuatan chips ubikayu dan pembuatan dodol dari jagung.
Konservasi tanah dan air memberikan pemahaman tentang budidaya konservasi
dan menfaat pembuatan embung.
Dalam pertemuan dengan kelompok tani dijelaskan manfaat organisasi
petani, pembentukan kelompok tani. Dalam beberapa pertemuan dijelaskan
tentang (1) pemenuhan kebutuhan teknologi dari lembaga penelitian ke petani,
dan dari petani ke petani lainnya; (2) pemenuhan kebutuhan input/sarana
produksi baik bantuan dari pemerintah maupun pembelian input secara kolektif;
18
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
(3) pengelolaan usaha tani pola bergulir dan oengusahaan saprodi dan ternak.
(4) penyusunan revitalisasi kelengkapan gapoktan. Pada tahun 2008 dilakukan
pelatihan petani dengan materi utama PTT Jagung, budidaya ubikayu dan pasca
panen ubikayu.
Gambar 6. Sosialisasi MP3MI di Kelurahan Tolo Utara
Sebelum MP3MI masuk di kelurahan Tolo Utara sudah eksis 12 kelompok
tani, aktifitas yang dilakukan masih terbatas pada pemberian bantuan, artinya
kelompok itu ada karena mengharapkan bantuan. Pada bulan Januari 2007
dilakukan inventarisasi kelompok dan anggotanya. Kemudian pertemuan
koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Peternakan membicarakan tentang
pengembangan sumberdaya kelompok. Berdasarkan hasil pertemuan tersebut
disepakati pemberian bantuan berupa saprodi sebanyak 350 ha, bantuan ternak
kuda 5 ekor per kelompok, dan bantuan ternak kambing 2 ekor KK petani.
Selanjutnya dilakukan inventarisasi anggota kelompok tani dan bersama-sama
dengan ketua kelompok tani membuat RDKK kelompok untuk bantuan tersebut.
Disepakati pula bahwa tim prima tani akan membina kelembagaan bantuan dari
dinas tersebut.
19
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Dalam implementasi teknologi jagung yang dimulai pada bulan Nopember
2007, dilakukan pembentukan kelompok tani hamparan 10 ha. Kelompok ini
mengikuti pelatihan tentang inovasi teknologi jagung yang akan diterapkan.
Diharapkan dalam penerapan teknologi jagung ini akan disebarkan kepada 12
kelompok yang ada di kelurahan Tolo Utara.
20
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
III. TINDAK LANJUT
3.1. Inovasi Teknologi Pertanian
Dari inovasi teknologi yang telah diberikan selama kegiatan prima tani di
Kelurahan Tolo Utara, beberapa masalah yang terjadi dilapangan adalah sebagai
berikut :
Terbatasnya ketersediaan bibit jagung
Masih sulitnya memperoleh air pada akhir musim hujan,
Konsevasi lahan pada lahan lereng belum dilakukan
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah :
Untuk memenuhi kebutuhan benih jagung petani diarahkan untuk
menggunakan jagung yang bersari bebas, karena selama ini petani
menggunakan jagung hibrida yang hanya bisa digunakan satu kali saja.
Membuat embung contoh di lokasi MP3MI
Sekitar 169 ha di hulu sungai Kelara perlu dilakukan konsevasi lahan,
dengan menanam tanaman tahunan.
3.2. Inovasi Kelembagaan
Akses informasi dan pengetahuan inovasi teknologi pertanian di kelurahan
Tolo Utara mulai berjalan efektif. Kegiatan Empo Sipitangngarri merupakan
wadah dan momen lokal dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memperoleh
informasi dan komunikasi teknologi. Kelompok tani prima yang dibentuk pada
bulan April 2007 merupakan wadah untuk menyebarluaskan inovasi teknologi
dan kelembagaan. Kelompok ini merupakan percontohan bagi kelompok lainnya
di kelurahan Tolo Utara. Akses pasar input dilakukan melalui kerjasama dengan
PT. Tanindo dan Syngenta. Pemasaran output pada dasarnya tidak mengalami
kesulitan, namun saat panen harga jagung drastis menurun, sehingga diperlukan
upaya agar aspek pemasaran output tidak mengalami kesulitan. Aspek
permodalan petani masih mengalami kesulitan terutama pengadaan saprodi saat
akan tanam. Beberapa masalah yang perlu upaya pemecahan, sebagai berikut:
21
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
1. Kegiatan inovasi masih kurang didukung dengan permodalan
2. Air untuk konsumsi dan Usahatani sangat terbatas
3. Alat dan mesin pertanian belum terealiasasi
4. Dampak kegiatan inovasi belum meningkatkan pendapatan petani
secara luas
Upaya pemecahan masalah adalah penguatan modal kelompok tani, selain
program pemerintah tentang bantuan benih jagung bersubsidi, juga pencairan
dana pemicu untuk menumbuhkan kelompok tani. Masalah utama lahan kering
adalah ketersediaan air sangat terbatas, upaya yang dapat dilakukan adalah
melakukan koordinasi dengan Pemda untuk pembuatan embung-embung air.
Pengadaan mesin chopper alat pencacah batang jagung. Untuk meningkatkan
pendapatan petani secara luas dapat dilakukan dengan meningkatkan
keterlibatan terutama pemasaran jagung secara berkelompok, merintis
pemasaran gaplek, meningkatkan agribisnis cabai, memumbuhkan penangkar
benih jagung terutama jagung komposit, merintis pemasaran pakan ternak, dan
menggalakkan pengolahan jagung dan ubikayu.
Gambar 7. Pembuatan Pakan Ternak melibatkan Gapoktan Bangkit
Gapoktan ke dua adalah pengolahan pupuk organik dan pakan. Jumlah
dan jenis ternak sebagai sumber bahan organik cukup banyak, jumlah ternak
kuda 399 ekor, sapi 436 ekor dan kambing 189 ekor. Bila semua ternak ini
22
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
berkontribusi terhadap pengolahan pupuk organik maka volume yang dihasilkan
cukup besar.
Dengan berkembangnya sistem usahatani yang produktif dan efisien,
beroperasinya sub kelompok pasca panen, sub kelompok pengolahan bahan
organik dan pakan, model inisiasi beralih menjadi model aplikasi sistem agribisnis
yang memasyarakat yang baku dengan bagan, sebagai berikut:
Gambar 8. Inisiasi Model Sistem Agribisnis, 2011
Gambar 9. Pembinaan Kelembagaan Petani
GAPOKTAN I pasca panen
Masyarakat agribisnis
GAPOKTAN II Pupuk Organik dan Pakan
Sistem agribisnis/ Usahatani
Produktif dan efisien Inovasi teknologi sudah mapan
Pasar
Pendapatan masyarakat meningkat
23
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Lembaga Sarana Produksi
Kebutuhan herbisida/pestisida diperoleh dari kios sarana produksi dalam
kelurahan atau di pasar kecamatan. Jumlah kios yang tersedia ada 5 unit
tersebar pada 7 dusun/lingkungan. Kios/toko sarana produksi yang ada di
Kelurahan tolo Utara hanya melayani pengadaan benih dan herbisida/pestisida.
Kios sarana produksi yang ada belum menyediakan pupuk karena keterbatasan
modal.
Kebutuhan inovasi kelembagaan sarana produksi harus mengarah kepada
ketepatan waktu, ketepatan jumlah dan ketepatan jenis sarana produksi. Sistem
pengadaan saran produksi (benih, herbisida/pestisida, dan pupuk) yang
dianjurkan adalah sebagai berikut:
Lembaga Produksi
Model inisiasi merupakan model yang paling mungkin diaplikasi pada
tahap awal kegiatan. Di lokasi sudah terbentuk kelompok tani, sudah tersedia
alsintan yang diperoleh dari bantuan Instansi terkait, serta paket teknologi juga
sudah tersedia. Model inisiasi akan dikaji dan dievaluasi secara
berkesinambungan dan dilakukan perbaikan secara bertahap hingga terbentuk
model M-P3MI yang adaptif di lokasi.
Pada Gambar 10 terlihat bahwa paket teknologi usahatani masuk ke
petani melalui kelompok tani. Dari kelompok tani paket teknologi tersebar
kepada semua petani. Kelompok tani berperan sebagai penggerak utama di
pedesan. Ada tiga komoditas yang menonjol di lokasi yaitu: Jagung, ubikayu
dan tanaman cabai. Inovasi paket teknologi usahatani yang dikembangkan
adalah meliputi : Pola tanam, varietas unggul, Pengolahan Tanah intensif , jarak
tanam, pemupukan, penyiangan, panen dan pasca panen, pengolahan pakan
dan pengolahan pupuk organik. Penerapan paket teknologi ini diharapkan
minimal 80 % dari potensi produktifitas yang dapat dicapai.
24
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Lembaga Pasca Panen
Pada Gambar 10 dapat dilihat model inisiasi kelembagaan pasca panen;
dalam model inisiasi tersebut, di bawah struktur gapoktan ada Gapoktan yaitu;
Gapoktan yang mengelola pasca panen pemipil jagung, dan pembuat gaplek.
Sampai saat ini alat pemipil jagung sudah tersedia sebanyak tujuh unit yang
diperoleh dari bantuan instansi terkait. Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan
3.4.1.
Gambar 10. Kebutuhan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan, 2011
BANK/ Donatur Komoditas/paket teknologi
1. Jagung : Varietas unggul Pengolahan tanah
intensif Penanaman Pemupukan
Penyiangan Panen Pasca panen Pemasaran
2. Ubikayu: Pola tanam Tek.budidaya Pengolahan gaplek
3. Budidaya Cabai 3. Ternak :
Introduksi ternak kerja
Usahatani Kambing Teknologi budidaya
hijaun pakan Pengolahan Pakan Teknologi
Pengolahan Pupuk Organik
5. Konservasi tanah & air
Teras Bangku Embung
Kelompok Tani
GAPOKTAN
USAHATANI GAPOKTAN
PENGOLAHAN
Petani
Komoditas I
Komoditas 2 Komoditas 3
Pasar
Tenaga Pendamping
25
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
kemanfaatannya bagi masyarakat, alat ini perlu dikelolah dalam satu
kelembagaan. Dalam model inisiasi terlihat sebagai Gapoktan. Selain usaha
pemipil jagung dalam Gapoktan ini terdapat pula kegiatan pengolahan gaplek.
Wilayah operasi alat pemipil jagung pada tahap awal masih terbatas pada
wilayah kelurahan, selanjutnya direncanakan berkembang kewilayah kecamatan.
Gapoktan tersebut juga akan melakukan pengolahan pupuk organik dan
pakan. Jumlah dan jenis ternak sebagai sumber bahan organik cukup banyak,
jumlah ternak kuda 399 ekor, sapi 436, ekor dan kambing 189 ekor. Bila semua
ternak ini berkontribusi terhadap pengolahan pupuk organik maka volume yang
dihasilkan cukup besar.
Dengan berkembangnya sistem usahatani yang produktif dan efisien,
beroperasinya Gapoktan untuk melakukan pengolahan bahan organik dan
pakan, model inisiasi beralih menjadi model pengembangan pertanian perdesaan
melalui inovasi yang baku.
Kelembagaan Pemasaran
Keunggulan suatu komoditas tidak hanya ditentukan oleh besarnya
produksi, tetapi juga ditentukan oleh faktor lain yakni besarnya volume yang
terjual dari total produksi yang dicapai. Trend perkembangan produksi,
banyaknya petani dan pengusaha yang berkecimpung pada komoditas tersebut,
areal yang tersedia, pangsa pasar, dan target produktivitas yang dicapai.
Komoditas jagung yang dihasilkan di kelurahan Tolo Utara rata-rata dijual
melalui pedagang pengumpul dengan harga Rp 2400-2600/kg, pada bulan Maret
harga jagung yang berlaku Rp. 2600/kg dengan kualifikasi mutu masih ada sisa
tonggol dan benda asing lainnya dan kadar air masih tinggi (18%). Kualitas
produksi yang paling dibutuhkan pasar kadar air 12 %. Arus keluar jagung
biasanya pedagang pengumpul lokal membawa ke kabupaten Bantaeng dan
Makassar. Arus masuk benih jagung biasanya petani membeli di pasar lokal dan
kabupaten terdekat.
26
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Fenomena di atas menggambarkan bahwa pemasaran hasil perlu
mendapat campur tangan dari pemerintah agar petani terhindar dari kegagalan
pasar. Cara yang perlu ditempuh adalah pihak petani bekerjasama dengan pihak
pemerintah yang melakukan negosiasi dengan pedagang pengumpul agar dapat
menerima harga yang layak . Apabila dapat ditempuh melalui kerjasama petani,
pedagang, dan pihak pemerintah, maka manfaat yang dapat diperoleh adalah:
(a) petani menerima harga yang layak dari hasil penjualan; (b) petani mampu
menyediakan modal usahatani untuk pertanaman berikut; (c) pendapatan
wilayah meningkat melalui retribusi; dan (d) membantu pemerintah wilayah
dalam pencatatan kegiatan ekonomi pedesaan.
Pola Kemitraan
Dalam pasal 33 Ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Pasal tersebut
mengisaratkan bahwa diperlukan peran aktif pemerintah dalam menjabarkan
nilai-nilai dasar yang terkandung dalam amanat tersebut kedalam nilai-nilai
normatif-praktis yang sesuai. Salah satu instrumen untuk mewujudkan asas
kebersamaan dan asas kekeluargaan dalam perekonomian nacional dan
implementasinya di lapang adalah melalui kemitraan usaha.
Dalam SK Mentan No. 940/Kpts/OT.210/10/1997 tentang Pedoman
Kemitraan Usaha Pertanian dikemukakan tentang pola-pola kemitraan usaha
yang dapat dilaksanakan, antara lain pola : (1) pola inti-plasma, (2) pola
kemitraan contract farming, (3) pola kemitraan Sub-kontrak, (4) pola dagang
umum, (5) pola kemitraan keagenan, dan (6) pola kerjasama operasional
agribisnis (KOA).
Pola kemitraan usaha yang ada saat ini adalah pola kemitraan usaha
dagang umum yang tumbuh secara alamiah sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan pelakunya. Pelaku yang terlibat dalam kelembagaan kemitraan usaha
komoditas jagung adalah petani, pedagang input, pedagang output (berbagai
tingkatan, dari dalam dan luar desa), jasa angkutan, lembaga keuangan
27
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
informal, instansi pemerintah. Dalam kelembagaan tersebut, petani berperan
sebagai produsen, yang bertanggungjawab terhadap proses produksi jagung.
Pedagang, dalam hal ini pedagang menengah (midle man) selain berperan
sebagai pembeli hasil jagung juga menjalankan peran sebagai penyedia modal
(lembaga pembiayaan informal) bagi petani dan pedagang pengumpul. Namun
tidak semua pedagang kecil mempunyai ikatan tetap dengan pedagang
menengah. Pinjaman modal bagi petani dapat berbentuk uang atau natura
(pupuk dan obat-obatan).
Pada tahun 2012 direncanakan akan dibentuk Pola Kemitraan Inti-Plasma.
Dalam model ini pengusaha industri pengolahan hasil (PT Entry) yang memiliki
pabrik pengolahan tepung tapioka (bertindak sebagai perusahaan mitra/inti)
melakukan kemitraan dengan petani Ubikayu (petani mitra/plasma) atau
kelompok tani atau Gapoktan membentuk kesepakatan harga dan kualitas
pembelian produk. Kemitraan dilakukan dengan kelompok tani atau gapoktan
pada luasan skala tertentu.
3.3. Pengembangan Jaringan Kerjasama Agribisnis
Jaringan kerjsama internal diarahkan untuk mewujudkan kejasama
sinergis antara elemen-elemen yang dalam lingkup Badan Litbang Pertanian
untuk membantu pengembangan laboratorium agribisnis. Dalam mewujudkan
dan mengembangkan jaringan kersama internal dilakukan beberapa kegiatan
antara lain: (1) pertemuan teknis, (2) Rapat koordinasi, (3) pertemuan
konsultatif, (4) workshop. Dalam intern BPTP dilakukan rapat koordinasi setiap
bulan dan rapat koordinasi dengan koordinator Teknis, Kelembagaan, dan
Desiminasi. Jaringan kerjasama eksternal diarahkan untuk mewujudkan
kerjasama sinergis antara Badan Litbang Pertanian dengan pihak luar yang
terlibat (Pemda, tokoh, masyarakat, swasta, BUMN, dan masyarakat setempat).
Dukungan berupa fisik dalam bentuk pengembangan infrastruktur, alat dan
mesin pertanian, dan dukungan dalam bentuk sumbangan pemikiran, saran
28
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
perbaikan dan penyempurnaan model laboratorium agribisnis. Dukungan
diharapkan timbul setelah adanya kegiatan sosialisasi dan promosi. Kerjasama
eksternal yang telah dibangun adalah menghubungkan antara kelompok tani
dengan Bank setempat. Dimana kelompok tani hamparan 10 ha telah membuka
rekening pada Bank BRI unit Tolo. Modal awal kelompok tani sebesar Rp.
10.000.000,-. Pasar input dan output sudah terjalin kerjasama yaitu melalui
distributor saprodi yaitu PT Tanindo dan Syngenta.
Gambar 11. Rapat Gapoktan dihadiri tim peneliti BPTP, 2011
29
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
IV. PENUTUP
Produktivitas rata-rata tanaman jagung di lokasi MP3MI mencapai 6,2 t/ha,
produktivitas tertinggi mencapai 7,0 t/ha, terendah 5,7 t/ha. Sebelum MP3MI
produktivitas jagung hanya mencapai 3,5 t/ha, berarti terjadi peningkatan
produktivitas jagung 2,7 t/ha. Tingkat pendapatan petani dengan perhitungan
berdasarkan produktivitas rata-rata, dengan harga jagung pada bulan April-Mei
2011 Rp.2.400, setelah dikurangi dengan biaya sarana produksi, maka
pendapatan bersih yang diterima petani Rp. 7.880.000
Introduksi pola tanam jagung dan ubikayu; yaitu 4 baris jagung + 1 baris
ubikayu. Pola tanam tersebut dapat meningkatkan produktivitas ubikayu dan
tingkat pendapatan petani. Produktivitas ubikayu sebelum MP3MI hanya
mencapai 7,20 t/ha, sedangkan pada tahun 2011 produktivitasnya meningkat
menjadi 10,10 t/ha dengan produktivitas tertinggi 10,59 t/ha, terendah 8,50 t/ha.
Tingkat pendapatan yang diterima petani dengan productivitas rata-rata 10,10
t/ha dan harga ubikayu pada saat panen (Agustus – September) Rp. 1.000,
maka keuntungan bersih petani Rp. 6.840.000.
Dalam tahun 2011 inovasi telah dilakukan sesuai dengan potensi dan
kebutuhan di Kelurahan Tolo Utara, khususnya yang berkaitan dengan Jagung
dan komoditas lain yang berpotensi sebagai sumber pendapatan lain yang dapat
menopang/meningkatkan pendapatan rumah tangga. Pada Tahun pertama
pengawalan MP3MI, inovasi teknologi telah teradopsi dengan baik dan
berkembang. Inovasi kelembagaan petani dibenahi, walaupun dalam beberapa
hal masih dirasakan beberapa hambatan/masalah.
Program MP3MI Kelurahan Tolo Utara diharapkan terus berjalan dan
semakin berkembang, menyebar dan memasyarakat ke seluruh wilayah
Kabupaten Jeneponto.
Hal yang perlu mendapat perhatian adalah menjadikan Kelurahan Tolo
Utara sebagai Laboratorium Lapangan Program Gerakan Peningkatan Produksi
Jagung 1,5 juta ton di Provinsi Sulawesi Selatan.
30
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006. Pedoman Umum Primatani. Depatemen Pertanian Republik Indonesia, Jakarta, September 2006.
Anonim, 2006. Petunjuk Teknis Participatory Rural Appraisal (PRA). Program
Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani). Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
Anonim, 2004. Rencana Strategi Dinas Pertanian Kabupaten Jeneponto tahun
2003 - 2008. Maret 2004. Jeneponto.
Bappenas, 2010. Laporan Akhir Kajian Evaluasi Revitalisasi Pertanian dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Petani. Direktorat Evaluasi Kinerja
Pembangunan Sektoral. BAPPENAS.
BPS. Sulawesi Selatan, 2001. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik Sulawesi
Selatan
CIMMYT. 1992. 1991-1992 CIMMYT Word Maize Facts and Trends: Maize Research Investment and Impacts in Developing Countries. CIMMYT.
Mexico, D.F.
George, J., C.R. Mohankumas, G.M. Nair, and C.S. Ravindran. 2001. Cassava
agronomy research and adoption oof improved practices in India- Major achievements during the past 30 years. Cassava’s potential in Asia in the 21ST century: Present situation and future research and development
needs. Proc. Of six regional workshop, held in Ho Chi Minch City, Vietnam. P. 279-299.
Kanro.MZ., M. Taufik, Abd. Rajab. 2006 . Srikandi Kuning Varietas Jagung Bersari
Bebas Berpotensi Unggul di Kabupaten Jeneponto. Laporan Hasil Pengkajian BPTP Sulawesi Selatan
Marsoedi, Ds., Widagdo, J. Dai, N. Suharta, Darul SWP, S. Hardjowigeno, J. Hof
dan E.R. Jordens. 1997. Pedoman klasifikasi landfrom. LT 5 Versi 3.0.
Proyek LREP II, CSAR, Bogor.
Sudarman K, A. Setyarahman, Suciantini, 2007. Identifikasi dan Evaluasi Potensi
Lahan untuk Mendukung Prima Tani. Lap. Sementara Balitklimat Bogor
Tandisau P., Amir Syam, Muh. Thamrin dan Sahardi, 2005. Pengelolaan hara N,
P dan K Spesifik Lokasi pada Jagung Lahan Kering di Sulawesi Selatan.. Laporan Hasil Pengkajian BPTP Sul Sel.
Taufik, M. 2003. Kinerja Pembiayaan Agribisnis di Indonesia. Prosiding Penerapan Teknologi Spesifik Lokasi dalam Mendukung Pengembangan Sumber daya Pertanian. BPTP Kalimantan Timur.
31
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Tonglum, A., P. Suriyanapan, and R.H. Howeler. 2001. Cassava agronomy research and adoption oof improved practices in Thailand- Major
achievements during the past 35 years. Cassava’s potential in Asia in the 21ST century: Present situation and future research and development needs. Proc. Of six regional workshop, held in Ho Chi Minch City, Vietnam.
P. 228-258
Unhas, 2006. Laporan Analisis Komoditas Unggulan Berbagai Sektor Ekonomi di Kabupaten Jeneponto. Kerjasama Bappeda Kabupaten Jeneponto dengan
Lembaga Penelitian UNHAS.
Wargiono, J., Y. Widodo, dan W.H. Utomo.2001. Cassava agronomy research
and adoption oof improved practices in Indonesia - Major achievements during the past 30 years. Cassava’s potential in Asia in the 21ST century: Present situation and future research and development needs. Proc. Of six
regional workshop, held in Ho Chi Minch City, Vietnam.