model pengembangan orientasi dalam …

121
i

Upload: others

Post on 15-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

i

Page 2: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …
Page 3: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

i

MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI

KEWIRAUSAHAAN DAN MODAL SOSIAL

DALAM MENINGKATKAN KINERJA UMKM

UNISSULA PRESS

Page 4: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

ii

MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN

MODAL SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KINERJA UMKM

Penulis:

Dra. Sri Ayuni, M.Si.

Dr. Heru Sulistyo, S.E., M.Si.

Penata letak dan desain sampul:

Dwi Riyadi Hartono

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

All Right Reserved

Penerbit:

UNISSULA PRESS

Universitas Islam Sultan Agung

Jl. Raya Kaligawe KM.4 Semarang

Telp.Telp. (024) 6583584 – Faks (024) 6582455

Isi di luar tanggung jawab percetakan.

ISBN. 978-602-1145-75-3

Page 5: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

iii

Persembahanku untuk keluargaku tercinta,

terima kasih atas dukungan dan doa-doanya.

(Sri Ayuni)

Page 6: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

BukuModel Pengembangan Orientasi Kewirausahaan dan

Modal Sosial Dalam Meningkatkan Kinerja UMKM ini

merupakan hasil penelitian yang dibiayai oleh Direktorat Penelitian

dan pengabdianMasyarakat (DPRM) KemenristekDikti.

Hasilpenelitianmenunjukkanpentingnyameningkatkanorientasikewi

rausahaan dan modal sosialdalammendorongkapabilitasinovasi,

kinerja dan keunggulanbersaing UMKM. Selain riset, bukumodel

ini juga disusunmelalui berbagaidiskusi dan focus

groupdiscussiondengan para rekansejawat di Fakultas Ekonomi,

para praktisi bidangorientasikewirausahaan dan modal sosial,

UMKM, juga para birokratPemerintahdaerahmaupun kota di Jawa

Tengah. Karenanya,

kamimengucapkanterimakasihatassegalabantuandemiterwujudnyab

uku ini antara lain kepada:

Prof. Dr. Ocky KarnaRadjasa, Direktur Penelitian dan Pengabdian

Masyarakat (DPRM) Kemenristek Dikti.

Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dan Kabid Penelitian UNISSULA.

Tim Dinas Koperasi dan UMKM Pemerintah Kabupaten Jepara; Arifin, Pemerintah Kabupaten Pekalongan; Zainul, dan Pemerintah

Kota Semarang.

Para narasumber dan pelaku UMKM di Jepara, Semarang, dan Pekalongan.

Olivia Fachrunnisa,M.Si.,Ph.D., Dekan Fakultas Ekonomi

UNISSULA.

Dosen KnowledgeManagement dan UMKM Fakultas Ekonomi UNISSULA.

Dwi Riyadi Hartono, Yusuf Wisnu Mandaya, Eki Susilowati, Tim penyunting dan penerbit buku UNISSULA PRESS.

Page 7: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah

SWT. Atas segala curahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

buku Model dengan judul “Model Pengembangan Orientasi

kewirausahaan dan Modal Sosial dalam Meningkatkan Kinerja

UMKM yang dibiayai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian

Masyarakat Kemenristek Dikti dapat kami selesaikan dengan baik.

Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan melihat betapa

pentingnya peran Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM)

dalam dalam penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi

nasional, namun sampai saat ini masih mengalami beberapa

kendala yang menyangkut berbagai aspek, baik aspek manajemen,

maupun sumber daya manusia. Aspek Sumber daya manusia antara

lain kurangnya kemampuan orientation entrepeneurship, social

capital, maupun inovation capability. Kondisi semacam ini

mengakibatkan kinerja dan keunggulan bersaing sulit dicapai.

Era persaingan skala global yang semakin ketat saat ini,

inovasi merupakan salah satu kunci sukses dalam mencapai

keunggulan bersaing organisasi bisnis, khususnya Usaha Menengah

Kecil dan Mikro (UMKM).

Buku ini mengurai tentang model pengembangan orientasi

kewirausahaan dan modal sosial dalam meningkatkan kinerja

UMKM dalam meningkatkan inovasi dan keunggulan bersaing

UMKM Industri Kreatif handycraft. Diharapkan buku ini dapat

Page 8: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

vi

digunakan sebagai pengkayaan pengetahuan dan wawasan dalam

mengambil kebijakan dan keputusan, baik Pemerintah maupun para

pelaku UMKM di Jawa Tengah. Kami menyadaribahwamasih

terdapat banyak kekurangan dalam penulisan buku ini, saran dan

masukan kami harapkan dari para pembaca sekalian.

Semarang, Agustus 2018

Penulis,

Dra. Sri Ayuni, M.Si.

Dr. Heru Sulistyo, S.E., M.Si.

Page 9: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................. vii

BAB 1 || PENDAHULUAN ............................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................... 1

1.2 Definisi UMKM ................................................................. 6

1.3 Kondisi UMKM ................................................................. 7

1.4 Industri Kreatif ................................................................... 9

BAB 2 || PROFIL DAN KINERJA UMKM .................................. 14

2.1 Kinerja UMKM ................................................................ 14

2.2Penyaluran Kredit UMKM oleh Bank Umum .................. 15

2.3Kontribusi UMKM Terhadap PDB ................................... 20

2.4 Handycraft Mainan Anak Tradisional di Kabupaten Jepara

......................................................................................... 21

2.5 Handycraft Monel ............................................................ 24

BAB 3 || ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN ............................... 27

3.1 Konsep Orientasi Kewirausahaan .................................... 27

3.2 Studi Empirik Orientasi Kewirausahaan dan Inovasi ...... 29

BAB 4 || SOCIAL CAPITAL DAN KAPABILITAS INOVASI .... 31

4.1 Konsep Social Capital ..................................................... 31

4.2 Dimensi Modal Sosial ..................................................... 37

4.3 Pengukuran Social Capital .............................................. 41

4.4Kapabilitas Inovasi ........................................................... 42

Page 10: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

viii

BAB 5 || MODEL EMPIRIKORIENTASI KEWIRASUAHAAN,

MODAL SOSIAL,DAN INOVASI ............................................... 48

5.1 Deskripsi Data Empirik Variabel Penelitian .................... 48

5.2 Analisis Struktural Equation Model (SEM) ..................... 50

5.2.1 Pengujian Data Outlier........................................... 50

5.2.2 Uji Normalitas Data ............................................... 53

5.2.3 Pengujian CFA Variabel Eksogen ......................... 55

5.2.4 Pengujian CFA Variabel Endogen ......................... 57

5.2.5 Pengujian Full Model SEM ................................... 59

5.2.6. Uji Kesesuaian Model ........................................... 59

5.2.7. Hasil Regression Weight Full Model Struktural .. 63

BAB 6 || PENGUJIAN MODEL PENGEMBANGAN

ORIENTASI ENTREPRENEURIAL, KNOWLEDGE PROCESS

CAPABILITY DAN SOCIAL CAPITAL DALAM

MENINGKATKAN KINERJA UMKM DI JAWA TENGAH .... 68

6.1 Draft Model ................................................................... 68

6.2 Pengujian Model UMKM .............................................. 72

6.3 Analisis SWOT .............................................................. 82

6.4 Implementasi Strategi .................................................... 85

6.5 Implementasi Orientasi Kewirausahaan ........................ 90

6.6 Implementasi Social Capital ......................................... 96

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 102

Page 11: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Profil Mainan Anak Tradisional di Kabupaten Jepara ...

24

Tabel. 2.2 Profil Industri Monel di Kabupaten Jepara

Tabel 4.1 Variabel yang dikaji ... 42

Tabel 5.1. Nilai mean, standar deviasi, standard loading, construct

reliability dan indeks ... 50

Tabel 5.2 Pengujian Univariate Outlier ... 52

Tabel 5.3 Pengujian Outlier Multivariat ... 53

Tabel 5.4 Assessment of Normality ... 55

Tabel 5.5 Pengujian CFA Variabel Eksogen ... 57

Tabel 5.6 Pengujian CFA Variabel Endogen ... 59

Tabel 5.7. Rangkuman Indeks Kesesuaian Model Struktural ... 64

Tabel 5.22 Regression Weight Full Model Struktural ... 64

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perkembangan usaha besar, usaha menengah usaha

kecil dan usaha mikro ... 14

Gambar 2.2 Penyaluran Kredit UMKM oleh Bank Umum tahun

2011 – 2014 ... 19

Gambar 2.3 Kontribusi UMKM Terhadap Produk Domestik Bruto

... 20

Gambar 2.4 Produk Kerajinan Mainan Anak ... 23

Gambar 2.5 Produk Kerajinan Monel ... 26

Gambar 4.1 Unsur-unsur dalam Social Capital ... 41

Page 12: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

x

Gambar 5.1. Hubungan antara orientasi kewirausahan, modal

social, kapabilitas inovasi, kinerja dan keunggulan bersaing ... 49

Gambar 5.2 Pengujian CFA Variabel Eksogen ... 56

Gambar 5.3. Pengujian CFA Variabel Endogen ... 58

Gambar 5.4. Full Model Struktural ... 60

Gambar 6.1 Model Pengembangan Orientasi Entrepreneurial dan

Social CapitalDalam Meningkatkan Kinerja UMKM di Jawa

Tengah ... 70

Gambar 6.2Pemateri FGD terdiri dari Tim Peneliti,Dinas

Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dan UMKM Kota

Pekalongan ... 75

Gambar 6.3 Diskusi para pelaku UMKM Jepara dengan nara

sumber ... 84

Page 13: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

1

BAB 1 || PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha kecil menengah saat ini masih menjadi tulang

punggung perekonomian nasional serta perekonomian daerah.

Jumlah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)

diIndonesiasebesar 56,7jutaunitdengan kontribusiproduk domestik

bruto sebesar 59,08 % serta penyerapan tenaga kerja sebesar 97,16

%. Pertumbuhan UMKM antara tahun 2009 hingga 2013 sebesar

2,3% per tahun, 17 %di antaranya telah mampu melakukan ekspor

produk, khususnya produk garmen (Siyamtinah dan Heru, 2013).

Potensi UMKM yang tinggi dalam memberikan kontribusi

terhadap perekonomian nasional perlu diberdayakan dan

dikembangkan dengan sungguh-sungguh dengan melibatkan

berbagai stakeholders yang ada. Selama ini masih terdapat

beberapa kendala dalam pengembangan UMKM di Indonesia,

baik dari aspek manajemen, keuangan, pemasaran, operasi,

sumber daya manusia, networking, entrepreneurship. Di sisi lain

upaya-upaya peningkatan kinerja UMKM di Indonesia telah

dilakukan pemerintah di antaranya Kementerian Koperasi dan

Usaha Kecil Menengah (KUKM) menyalurkan dana kredit usaha

produktif (KUP) kepada 1000 pelaku UKM di Kabupaten Kudus

serta menggulirkan beberapa program penyaluran kredit dalam

rangka meningkatkan daya saing Koperasi dan UKM. Diantaranya

pengguliran dana bergulir sebesar Rp 2,35 triliun tahun ini melalui

Page 14: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

2

lembaga pengelola dana bergulir (LPDB) dengan bunga 5% per

bulan serta dana kredit usaha rakyat (KUR) tahun ini mencapai Rp

20 triliun dengan bunga 21% per tahun. Namun demikian sektor-

sektor yang menjadi kelemahan UMKM lainnya belum tertangani

secara optimal. Penelitian yang dilakukan Haikal dan Ismaeni

(2008) menyimpulkan bahwa aspek yang kuat bagi UMKM untuk

menjadi feasible dan bankable antara lain entrepreneurship,

produk dan produksi, sementara aspek pemasaran, keuangan,

sumber daya manusia dan permodalan serta legal masih lemah.

Beberapa studi tentang faktor menentukan kinerja UMKM

telah dilakukan oleh banyak peneliti di antaranya aspek

intellectual capital (Wu and Sivalogathasan, 2013; Mucelli and

Marinoni, 2011; Capello and Faggian, 2005), organizational

knowledgeassets (Verde et al.2011), knowledge sharing (Kumar &

Rose, 2011; Lin, 2007; Rahab et. al, 2011), entrepreneurshipdan

marketing capability (Lee and Hsieh, 2010), customer

relationship management capability (Lin, Chen, Chiu, 2009;

Battor & Battor, 2010). Namun demikian, masih sedikit yang

memfokuskan pada asset intangible UMKM khususnya

kemampuan inovasi dari masing-masing pelaku UMKM. Baldwin

(1995) menyatakan bahwa aktivitas inovasi justru lebih intens

terjadi pada perusahaan skala kecil dan menengah. Penelitian

Famoso et al. (2014) menyimpulkan bahwa internal Social Capital

berhubungan signifikan dengan inovasi. Penelitian ini berusaha

mengidentifikasi pentingnya peningkatan kinerja dan kapabilitas

Page 15: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

3

inovasi UMKM melalui kekuatan orientasi entrepreneurial, Social

Capital, knowledge sharing . Hal ini mengingat masih rendahnya

kapabilitas inovasi UMKM yang diakibatkan masih rendahnya

kemampuan untuk berbagi pengetahuan, menggunakan modal

sosial serta orientasi entrepreneurial. Berdasarkan kondisi

tersebut di atas, maka permasalahan penelitian ini adalah

bagaimana meningkatkan kapabilitas inovasi dan kinerja UMKM

di Jawa Tengah melalui orientasi entrepreneurial, knowledge

sharing, Social Capital, dalam menghadapi masyarakat ASEAN

2016.

Produk Usaha kecil dan menengah akan menghadapi

persaingan yang sangat ketat dengan produk negara-negara

ASEAN (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Keunggulan kompetitif

dapat dicapai bila UMKM di Jawa Tengah mampu

mengembangkan kemampuan di bidang inovasi baik dalam hal

produk, proses operasi, pemasaran, sumber daya manusia maupun

networking di pasar nasional maupun internasional. Saat ini nilai

ekspor terbesar masih pada sektor garmen. Sekitar 17 % UMKM

sudah melakukan ekspor produk dan tahun 2013 meningkat

menjadi 18 %. UMKM merupakan peluang untuk menciptakan

wirausaha baru, dimana saat ini tingkat pengangguran terbuka di

Indonesia sekitar 8,59 juta orang, sedangkan tingkat wirausaha

hanya sekitar 0,18 %. Jumlah unit usaha di Indonesia pada tahun

2012 sebanyak 56,53 juta unit usaha, 99,99 % merupakan UMKM

dan sisanya 0,01 % adalah usaha besar. Jumlah tenaga kerja

Page 16: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

4

nasional sebanyak 110 juta orang, 97,16 % bekerja pada sector

UMKM. Rata-rata ekspor non migas UMKM sebesar 17,31 %

dengan pertumbuhan rata-rata 8,41 % per tahun. Dengan demikian

dalam meningkatkan kinerja UMKM handmade / handcraft maka

peran kewirausahaan, kemampuan menggunakan modal social

serta berbagi pengetahuan sangat penting untuk diteliti. Penelitian

yang dilakukan Heru et. al (2015) bahwa organizational

knowledge asset dan customer relationship management

berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja IKM di Jawa

Tengah. Penelitian Heru dan Siyamtinah (2014) pada UMKM

tenun Troso Jepara menyimpulkan bahwa relational capital dan

marketing capability berpengaruh terhadap peningkatan

kapabilitas inovasi. Penelitian Heru, Siyamtinah, dan Rahmani

(2010;2011) tentang peningkatan kinerja UKM kota Semarang

menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

faktor internal, faktor eksternal dan hambatan kemitraan terhadap

kapabilitas inovasi dan kinerja UKM kota Semarang. Social

Capital(hubungan interaksi) sangat penting dalam mempengaruhi

kemampuan inovasi dan kinerja perusahaan (Wu &

Sivalogathasan, 2013). Kemampuan untuk berbagi dan mencari

pengetahuan baru bagi pengembangan para pelaku UMKM relatif

masih rendah, sehingga jarang tercipta inovasi yang berkelanjutan.

Demikian halnya dengan Social Capital, baik internal Social

Capitaldan eksternal Social Capitalbelum dimanfaatkan secara

optimal oleh para pelaku UMKM untuk meningkatkan

kemampuan inovasi dan kinerja UMKM. Berdasarkan kondisi

Page 17: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

5

tersebut, maka penelitian ini sangat penting dilakukan untuk

mengembangkan dan memperluas penelitian sebelumnya dengan

memfokuskan aspek orientasi entreprenenur Social Capitalagar

inovasi dan kinerja UMKM Jawa Tengah meningkat dan mampu

mencapai keunggulan bersaing dalam masyarakat ASEAN 2016.

Temuan dan inovasi yang diharapkan dalam penelitian ini

adalah menemukan model pengembangan inovasi dan kinerja

UMKM Jawa Tengah melalui orientasi entrepreneur, knowledge

sharing, Social Capital, agar memiliki keunggulan kompetitif

dalam menghadapi masyarakat ASEAN 2016. Penelitian ini

diharapkan menghasilkan inovasi dalam bidang sumber daya

manusia, agar mampu mendorong peningkatan kinerja UMKM

serta menghasilkan keunggulan bersaing yang berkelanjutan.

Penelitian ini juga terkait dengan IPTEK karena akan

memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang manajemen sumber

daya manusia terkait dengan peranorientasi entrepreneur,

kapabilitas dan modal sosial yang dimiliki oleh para pelaku

UMKM dalam menghasilkan inovasi dan peningkatkan kinerja.

Penelitian juga menghasilkan sebuah model yang dapat

dimanfaatkan bagi pengambilan kebijakan untuk

diimplementasikan pada UMKM di Indonesia maupun

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang manajemen sumber

daya manusia.

Page 18: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

6

1.2 Definisi UMKM

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM

merupakan komitmen pemerintah dalam rangka mengembangkan

usaha kecil, mikro dan menengah yang jumlahnya cukup besar di

Indonesia.UMKM terdiri dari usaha mikro, usaha menengah dan

usaha menengah. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008

tentang UMKM, Usaha Mikro adalah usaha produktif milik

perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi

kriteria Usaha Mikro, yaitu memiliki kekayaan bersih paling

banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan

tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dari usaha menengah atau usaha besar, yaitu:memiliki

kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang

berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha

Page 19: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

7

yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari Usaha Kecil atau usaha besar

yang jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan

sebagaimana diatur dalam memenuhi kriteria Usaha Kecil

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008,

yaitu: memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyakl

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan

lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh

milyar rupiah). Ditinjau dari perpektif usaha, UMKM

diklasifikasikan terdiri UMKM sektor informal (pedagang kaki

lima), UMKM mikro (UMKM dengan kemampuan sifat pengrajin

namun kurang memiliki jiwa kewirausahaan untuk

mengembangkan usahanya), Usaha Kecil Dinamis adalah

kelompok UMKM yang mampu berwirausaha dengan menjalin

kerja sama (menerima pekerjaan sub kontrak) dan ekspor. Fast

Moving Enterpriseadalah UMKM yang mempunyai kewirausahaan

yang cakap dan telah siap bertransformasi menjadi usaha besar.

1.3 Kondisi UMKM

UMKM merupakan ujung tombak perekonomian nasional

yang telah terbukti tetap eksis pada saat terjadi krisis moneter tahun

Page 20: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

8

1997 – 1998. UMKM mampu memberikan kontribusi yang

signifikan terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto nasional

(PDB), penyediaan lapangan kerja dan peningkatan daya beli

masyarakat dan pengurangan kemiskinan. Keberadaan UMKM

yang penting bagi perekonomian nasional ini, ternyata

pertumbuhannya belum meningkat secara signifikan. Berbagai

faktor kendala yang dihadapi UMKM saat ini antara lain masalah

manajemen usaha, entrepreneurship, kapabilitas inovasi,

pemasaran, produksi, desain produk, teknologi, manajemen

keuangan, customer relationship manajemen, human capital,

pemasaran, jejaring. Disisi lain penelitian yang dilakukan Hamid

dan Susilo (2011); Sakur (2011); Syahza, (2013); Irdayanti (2012)

mengidentifikasi tujuh permasalahan yang dihadapi UMKM, antara

lain: pemasaran, modal dan pendanaan, Inovasi dan pemanfaatan

teknologi informasi, Pemakaian bahan baku, peralatan produksi,

penyerapan dan pemberdayaantenaga kerja.

UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 85-107

juta orang pada tahun 2012. Jumlah UMKM sebesar 56.534.592

unit atau sekitar 99,99% dari total usaha di Indonesia.

Permasalahan yang dihadapi UMKM dapat dilihat dari dua sisi,

yaitu internal dan eksternal UMKM itu sendiri (Susilo, 2010). Dari

sisi internal faktor penghambat adalah terbatasnya permodalan,

sumber daya manusia yang terbatas, lemahnya jaringan usaha dan

kemampuan penetrasi pasar. Sedangkan dari sisi eksternal, faktor

penghambat adalah iklim usaha belum sepenuhnya kondusif,

Page 21: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

9

terbatasnya sarana dan prasarana, implikasi otonomi daerah, sifat

produk.

1.4 Industri Kreatif

Industri kreatif merupakan industri yang berasal dari

pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk

menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui

penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu

tersebut. Dari definisi tersebut, pemerintah kemudian membagi

industri kreatif ke dalam 14 subsektor, yakni:

1. Periklanan: jasa periklanan, termasuk produksi material iklan,

kampanye relasi publik. Kegiatan kreatif yang berkaitan jasa

periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium

tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari

iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan

komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan,

promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak

(surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio),

pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran,

pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery

advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk

iklan.

2. Arsitektur: berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan

biaya konstruksi. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa

desain bangunan, perencanaan biaya konstruksi, konservasi

Page 22: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

10

bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh

dari level makro (Town planning, urban design, landscape

architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi,

misalnya: arsitektur taman, desain interior).

3. Pasar barang seni: perdagangan barang-barang asli, unik, dan

langka lewat galeri, lelang. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan

perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki

nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar

swalayan, dan internet, misalnya: alat musik, percetakan, kerajinan,

automobile, film, seni rupa dan lukisan.

4. Kerajinan: berkaitan dengan kreasi produk dari tenaga pengrajin

yang tidak diproduksi massal. Kegiatan kreatif yang berkaitan

dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat

dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal

sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi

barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam

maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak,

tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah

liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi

dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).

5. Desain: terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain

produk, desain industri. Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi

desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri,

konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta

produksi kemasan dan jasa pengepakan.

Page 23: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

11

6. Fashion: terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan

aksesori mode lainnya. Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi

desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode

lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini

produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.

7. Video, film, dan fotografi: produksi video, film, dan jasa fotografi,

termasuk proses distribusi. Kegiatan kreatif yang terkait dengan

kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi

rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip,

dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film.

8. Permainan interaktif: kreasi permainan komputer dan video yang

bersifat hiburan, edukasi. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan

kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video

yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor

permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-

mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.

9. Musik: kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi

rekaman suara. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan

kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari

rekaman suara.

10. Seni pertunjukan: konten produksi pertunjukan, misal opera, musik

teater, drama, tarian. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha

pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan

balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik

tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain

Page 24: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

12

dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata

pencahayaan.

11. Penerbitan dan percetakan: penulisan konten dan penerbitan buku,

majalah, koran, jurnal. Kegiatan kreatif yang terkait dengan dengan

penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah,

tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari

berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai,

uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham,

surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan

khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir

(engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan

lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.

12. Layanan komputer dan piranti lunak: layanan komputer, olah data,

piranti lunak. Kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan

teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan

data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak,

integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti

lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain

portal termasuk perawatannya.

13. Televisi dan radio: kreasi konten acara, transmisi konten, station

relay, dll. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi,

produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality

show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten

acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar

kembali) siaran radio dan televisi.

Page 25: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

13

14. Riset dan pengembangan: penemuan dan penerapan ilmu dan

teknologi. Kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang

menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan

pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk

baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan

teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk

yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan

pengembangan bahasa, sastra, dan seni; serta jasa konsultansi

bisnis dan manajemen.

Page 26: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

14

BAB 2 || PROFIL DAN KINERJA UMKM

2.1 Kinerja UMKM

Berdasarkan statistik Bank Indonesia, pada tahun 2011

proporsi usaha besar (41,95%) masih mendominasi dibandingkan

dengan usaha menengah, usaha kecil dan usaha mikro. Dilihat dari

kelompok UMKM, maka usaha mikro memiliki proporsi yang

dominan dibandingkan dengan usaha menengah dan usaha kecil.

Namun demikian, pada tahun 2012 pertumbuhan usaha mikro

cukup signifikan dibandingkan dengan usaha menengah. Sementara

jumlah usaha besar dan usaha menengah pada tahun 2012

mengalami penurunan. Dengan demikian pengembangan dan

pembinaan usaha mikro sangat penting dalam mendukung

perekonomian daerah maupun perekonomian nasional.

Gambar 2.1Perkembangan usaha besar, usaha menengah usaha

kecil dan usaha mikro

Page 27: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

15

2.2Penyaluran Kredit UMKM oleh Bank Umum

Berdasarkan Inpres Nomor 6 tanggal 8 Juni 2007 tentang

Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan

Pemberdayaan UMKM terdapat beberapa langkah strategis dalam

memberdayakan usaha mikro, kecil dan menengah antara lain

peningkatan akses UMKM pada sumber pembiayaan melalui

berbagai kebijakan dan program. Kebijakan strategis dalam

mendorong kinerja UMKM antara lain:

Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan akses UMKM pada

sumber pembiayaan dengan sasaran tersedianya skema

pembiayaan investasi melalui kredit program bagi UMKM,

tersedianya sumber dana untuk kredit investasi UMKM serta

efektifitas penyaluran kredit investasi UMKM.

Memperkuat sistem penjaminan kredit bagi UMKM dengan

sasaran proses sertifikasi tanah UMKM menjadi lebih cepat dan

biaya sertifikasi tanah UMKM menjadi lebih murah dan terjangkau

serta mekanisme penjaminan kredit bagi UMKM berjalan lebih

baik.

Mengoptimalkan pemanfaatan dana non perbankan untuk

pemberdayaan UMKM dengan sasaran efektifitas pemanfaatan

dana APBN dan dana bergulir yang dikelola BLU untuk program

pemberdayaan UMKM serta pemanfaatan dana program kemitraan

bina lingkungan (PKBL) dalam mendukung pembiayaan UMKM.

Page 28: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

16

Peningkatan kualitas sumber daya manusia UMKM serta peran

perguruan tinggi dalam pengembangan Bussines Development

Services Provider (BDS-P) dan pemberdayaan UMKM. Sasaran

yang akan dicapai adalah jumlah UMKM yang didampingi oleh

BDS-P meningkat.

Pembentukan Pusat Inovasi UMKM untuk pengembangan

kewirausahaan dengan mengoptimalkan peran lembaga yang sudah

ada. Sasarannya adalah tersusunnya blue print dan roadmap

pengembangan inovasi UMKM serta penyebaran informasi

mengenai teknologi inovatif bagi UMKM meningkat.

Mendorong berkembangnya institusi promosi dan kreasi produk

UMKM dengan sasaran meningkatnya jumlah market points dalam

meningkatkan promosi produk UMKM di wilayah perbatasan.

Pengembangan cluster, sentra Industri Kecil Menengah (IKM)

melalui pendekatan One Village One Product (OVOP) serta

pengembangan akses pasar produk UMKM melalui hotel dengan

sasaran meningkatnya jumlah cluster dan sentra industri kecil yang

dikembangkan dengan pendekatan OVOP.

Pemberdayaan pasar tradisional dan peningkatan peran peritel

modern dalam membuka akses pasar bagi produk UMKM dengan

sasaran terciptanya sinergiitas pelaku pasar yang mendorong

peningkatan peluang produk UMKM.

Menyediakan insentif perpajakan untuk UMKM dengan sasaran

tersedianya aturan yang jelas mengenai tata cara, prosedur dan

Page 29: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

17

persyaratan pemberian insentif perpajakan yang mudah dipahami

oleh UMKM.

Tindaklanjut dari Inpres Nomor 6 tanggal 8 Juni 2007,

selanjutnya dikeluarkan Inpres Nomor 5 Tahun 2008 tentang Fokus

Program Ekonomi 2008-2009 untuk menjamin implementasi atau

percepatan pelaksanaan kredit usaha rakyat (KUR) yang

selanjutnya diperkuat dengan Peraturan Menteri Keuangan No.

135/PMK.05/2008 tentang perubahan atas Peraturan Menteri

Keuangan No. 159/PMK.05/2011 tentang Fasilitas Penjaminan

Kredit Usaha Rakyat. Jaminan KUR sebesar 70 % bisa ditutup oleh

pemerintah melalui PT. Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan

Perusahaan Sarana Pembangunan Usaha dan 30 % ditutup oleh

Bank Pelaksana. Beberapa Bank yang ditunjuk untuk

melaksanakan program KUR antara lain: Bank Rakyat Indonesia

(BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, Bank Syariah

Mandiri, Bank Tabungan Negara dan Bank Bukopin. Pemberian

kredit KUR di fokuskan pada lima bidang usaha, yaitu pertanian,

perikanan dan kelautan, koperasi, kehutanan serta perindustrian dan

perdagangan. Pemanfaatan KUR diprioritaskan untuk membantu

ekonomi usaha rakyat kecil dengan cara memberi pinjaman untuk

usaha yang didirikannya. KUR merupakan fasilitas kredit yang

khusus diberikan kepada kegiatan UMKM serta koperasi yang

usahanya cukup layak namun tidak memiliki agunan yang cukup

Page 30: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

18

sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh pihak

perbankan.

Sementara pendanaan dan pembiayaan UMKM juga

dilakukan oleh Bank Umum mencakup Bank BUMN, Bank

Pembangunan Daerah, Bank swasta nasional serta Bank asing dan

campuran. Berdasarkan data Bank Indonesia tahun 2015,

penyaluran kredit terbesardilakukan oleh Bank BUMN, diikuti

bank sawsta nasional, bank BPD serta Bank asing dan campuran.

Pada tahun 2011 penyaluran kredit UMKM oleh Bank BUMN

sebesar Rp 222,6 Milyar dan meningkat menjadi Rp 341,8 milyar

pada tahun 2014. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.

14/22/PBI/2012 yang selanjutnya diubah menjadi Peraturan Bank

Indonesia No. 17 tahun 2015, Bank Umum diwajibkan untuk

menyalurkan 20% dari total kredit yang diberikan kepada UMKM,

yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Pada tahun 2015,

minimal 5% dari total kredit yang diberikan, tahun 2016 minimal

10%, tahun 2017 minimal 15%, tahun 2018 dan seterusnya

minimal 20% dari total pembiayaan. Sebanyak 54% dari 118 Bank

Umum telah mampu mencapai target penyaluran kredit kepada

UMKM. Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan

dampak pembiayaan UMKM terhadap kinerja Bank, antara lain

Anwar (2010); Nurdianita dkk (2015). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penyaluran kredit UMKM oleh Bank

berpengaruh signifikan dan negative terhadap NonPerformance

Page 31: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

19

Loan (NPL). Artinya bahwa semakin tinggi jumlah kredit yang

disalurkan Bank kepada UMKM akan semakin mengurangi tingkat

NPL (Anwar,2010). Penelitian yang dilakukan Nurdianita (2015)

menemukan bahwa implementasi PBI No. 14 tahun 2012

meningkatkan efisiensi bank.

Sumber: Bank Indonesia 2015

Gambar 2.2Penyaluran Kredit UMKM oleh Bank Umum tahun

2011 – 2014

Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis

OJK, kredit UMKM per November 2017 tercatat sebesar Rp871

triliun atau tumbuh 8,34% (yoy). Dari sisi tingkat penetrasi, rasio

pemberian kredit UMKM terhadap total kredit perbankan baru me-

nyentuh level 12,15%. Rasio tersebut masih lebih rendah daripada

target yang ditetapkan Bank Indonesia (BI). Berdasarkan Peraturan

BI Nomor 17/12/ PBI/2015, rasio pemberian kredit UMKM

diwajibkan minimal 15% pada tahun 2017 dan naik menjadi

minimal 20% pada 2018. Rasio NPL kredit UMKM sebesar 4,33%

Page 32: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

20

atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan akhir tahun 2015 dan

2016 yang mencapai 4,03% dan 3,96%. Pemerintah tercatat telah

tiga kali menurunkan suku bunga KUR, yaitu 12% pada Juli 2015,

9% pada Januari 2016, dan 7% pada Januari 2018.

2.3Kontribusi UMKM Terhadap PDB

Kontribusi usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah dan

usaha besar mengalami peningkatan pada tahun 2012 dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Berdasarkan gambar 2.3, kontribusi

usaha mikro dan usaha besar terhadap produk domestik bruto

sangat signifikan dibandingkan dengan usaha kecil dan usaha

menengah. Dengan demikian pengembangan usaha mikro dan

usaha kecil perlu ditingkatkan, khususnya peningkatan daya saing

serta keunggulan kompetitif di era globalisasi.

Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM, 2014

Gambar 2.3Kontribusi UMKM Terhadap Produk Domestik Bruto

Page 33: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

21

2.4 Handicraft Mainan Anak Tradisional di Kabupaten Jepara

Salah satu produk handycraft usaha mikro, kecil dan

menengah Kabupaten Jepara adalah kerajinan mainan anak

tradisional yang berada di Desa Karanganyar, Kecamatan Welahan,

Kabupaten Jepara. Berbagai macam produk mainan anak yang

diproduksi antara lain: kitiran, trotokan atau sorongan, serta hewan-

hewanan (ikan lele, tikus, buaya dan lainnya).Trotokan adalah

mainan anak-anak tradisional yang jika didorong dapat

menghasilkan bunyi-bunyian. Mainan ini terbuat dari sebilah

bambu dan spon sebagai rodanya, sumber bunyi dihasilkan dari

hasil hentakan bambu ke sebuah tutup botol bekas yang berfungsi

sebagai genderang. Pada bagian atasnya diberikan berbagai hiasan

ataupun karakter yang dapat menarik minat anak-anak, dan

pewarnaan yang cerah di gunakan sesuai dengan jiwa anak-anak

yang selalu ceria. Kitiran (dalam bahasa Jawa) dapat diartikan

kincir angin. Mainan ini terbuat dari sebilah bambu yang diberi

kincir kertas. Mainan ini juga dapat menghasilkan sumber bunyi

jika kitiran berputar, mainan ini merupakan mainan pertama yang

dibuat di Desa Karanganyar ini (sekitar tahun 70’an) dan dapat

bertahan pemasarannya hingga saat ini. Mainan tarik adalah sebuah

mainan yang dapat berjalan maju ke depan jika talinya di tarik, hal

ini diakibatkan oleh adanya momen puntir dari karet gelang yang

terikat pada roda. Jenis-jenis mainan ini hanya mempunyai karakter

hewan-hewan, seperti ikan lele, tikus, kura-kura, katak, dan

berbagai karakter hewan lainnya. Boneka tradisional (engkek-

Page 34: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

22

engkek) terbuat dari kain dan di dalamnya diberi balon yang jika

ditekan akan berbunyi. Oleh karena itu, boneka ini sering dinamai

boneka engkek-engkek (dalam bahasa Jawa).

Pemerintah Kabupaten Jepara menetapkan Desa

Karanganyar sebagai Sentra Industri Mainan Anak Tradisional

Kabupaten Jepara pada tahun 2010. Wilayah pemasaran produk

mainan anak tradisional ini mencakup seluruh wilayah Indonesia

dari Sabang sampai Merauke untuk pasar lokal, dan berhasil

merambah ke negara-negara di Asia tenggara, seperti Malaysia dan

Singapura. Mayoritas penduduk desa Karanganyar menekuni

pembuatan produk mainan anak dan semuanya dibawah

Koordinator Kelompok Perajin Kitiran (KPK) Mekar Jaya Desa

Karanganyar. Dalam tiga sampai empat bulan sekali, pengiriman

kitiran ke Malaysia dilakukan setengah kontainer. Kerajinan

mainan anak tradisional mampu bertahan di era persaingan yang

berbasis teknologi yang disebabkan oleh faktor harga yang

terjangkau dan kualitas yang baik. Harga produk untuk jenis kitiran

berkisar antara Rp. 1.100 hingga Rp 2.100. Sedangkan jenis

sorongan atau trotokan berkisar antara Rp. 6000 hingga Rp. 7000.

Jenis hewan-hewanan harganya berkisar antara Rp 1.300 hingga

Rp. 2000. Proses produksi dari awalsampai akhir dilakukan

dengantangan-tangan warga Karanganyarsendiri. Mereka

hanyamenggunakan alat bantu cetakuntuk memotong desain-

desainmainannya.

Page 35: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

23

Gambar 2.4 Produk Kerajinan Mainan Anak

Beberapa pengusaha produk mainan anak tradisional di

antaranya Budiman dan Toni. Budiman membuat enam jenis

mainan. Antara lain, kitiran, lele-lelean, tikus-tikusan, dan mainan

kipas putar. Harganya bervariasi, mulai Rp 1.000 - Rp 1.300 per

piece. Dari masing-masing jenis mainan, bisa dibuat hingga 1.000

pieces per bulan. Jadi, dalam sebulan, ia bisa memproduksi hingga

6.000 mainan dengan omzet sekitar Rp 60 juta per bulan dan

margin keuntungan mencapai 50%. Pengrajin lainnya, Toni

membuat aneka mainan tradisional, seperti kitiran, kipas putar,

topeng, bola, dan terompet dan penjualannya sekitar 5.000 mainan

per bulan dengan omzet sebesar Rp 40 juta / bulan. Adapun potensi

industri monel di Jepara ditunjukkan pada table berikut ini:

Page 36: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

24

Tabel 2.1Profil Mainan Anak Tradisional di Kabupaten Jepara

No Perusa-

haan

Tk Jenis

Produk

Pro-

duksi

Omzet/

Bulan

Pemasaran

/Bahan Baku

1 Zoolist

Flanel

5 Boneka

flanel

4.000

pcs

11 juta Lokal/lokal

2 H. Supono 8 Boneka,

binatang

Tarik,

pesawat dll

30.000

pcs

10 juta Lokal & ekspor /

lokal

3 Hj.

Amanah

15 Boneka 48.000

pcs

28 juta Lokal/lokal

4 Kuati 4 Boneka,

othok-othok

9.000

pcs

9 juta Lokal/lokal

5 Solikin 10 Othok- othok 15.000

pcs

15,6

juta

Lokal/lokal

6 Mekar

maju

25 Mainan

kupu-kupu,

lele, buaya,

kelinci

37.500

pcs

37 juta Lokal/lokal

7 Tarmuji 15 Mainan

kupu-kupu,

lele, buaya,

kelinci

25.000

pcs

25 juta Lokal/lokal

Sumber: Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Jepara 2013

2.5 Handycraft Monel

Monel merupakan logam sejenis besi yang sering disebut

juga dengan baja putih. Keunikan logam ini antara lain tidak

berkarat, karena itu cocok digunakan untuk aksesori tubuh.

Berbagai produk yang berbasis monel antara lain aksesori kalung,

gelang, cincin, anting, ikat pinggang hingga alat untuk

kerokan.Aksesori monel diproduksi di kawasan Sentra Monel Desa

Kriyan, kalinyamatan, Jepara. Meskipun saat ini terdapat produk

pesaing yang berbahan titanium dari China, industri monel tetap

eksis karena didukung dengan harganya yang murah serta berbagai

Page 37: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

25

variasi produk yang menarik. Kelebihan monel antara lain, lebih

keras dibanding pernik lain, lebih tahan terhadap karat, anti asam,

lebih berkilau dan tahan lama. Sistem produksi monel masih

menggunakan tenaga manusia dibanding dengan pemanfaatan

teknologi, karena bahan bakunya termasuk baja yang keras,

sehingga tidak bisa diproduksi massal. Bahan baku kerajinan monel

dari limbah pabrik maupun barang bekas kapal, pesawat, alat-alat

kantor, peralatan restaurant yang berupa baja putih. Biasanya

pengrajin berkerja sama dengan pemilik pabrik maupun pengepul

agar dapat memperoleh bahan baku dengan lebih mudah.Sentra

Monel di desa Kriyan sudah ada sejak tahun 1970-an, sehingga

mayoritas penduduk di desa Kriyan memiliki toko Monel.

Pemasaran Monel telah dipasarkan di berbagai daerah di Indonesia.

Adapun kisaran harga cincin antara Rp. 7500 – Rp. 250.000,

anting-anting antara Rp. 10.000 – Rp. 70.000, gelang antara Rp.

10.000 – Rp. 100.000 dan kalung Rp. 15.000 – Rp. 200.000. Rata-

rata omzet para pengusaha monel antara Rp. 500.000 – Rp.

1.000.000 per hari atau sekitar Rp. 30.000.00 per bulan. Beberapa

pengusaha telah menggunakan penjualan sistem on line seperti

anggrainimonel, tokomonel.com, senisaktimonel.com.

Page 38: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

26

Sumber: Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar

Kabupaten Jepara 2013

Gambar 2.5Produk Kerajinan Monel

Adapun potensi industri monel di Jepara ditunjukkan pada tabel

berikut ini:

Tabel. 2.2Profil Industri Monel di Kabupaten Jepara

Sumber: Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Jepara 2013

No Perusah

aan

Jumlah

Tenaga

Kerja

Kapasitas

Produksi

Omzet/

Bulan

Pemasara

n/Bahan

Baku

Teknologi

1 Seni

Sakti

Model

25 30 kodi 100

juta

lokal Otomatis/

mesin

2 Sumber

Rejeki

Monel

9 800 kodi 15 juta lokal

&ekspor/i

mpor

Manual

3 Barokah

Logam

15 2000 biji 26 juta Local/lokal Manual

4 Adhesi 5 - - lokal Manual

Page 39: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

27

BAB 3 || ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN

3.1 Konsep Orientasi Kewirausahaan

Konsep kewirausahaan telah diperluas oleh Morris dan

Paul (1987), Covin dan Slevin (1988) sebagai faktor manusia

dalam memperoleh keunggulan internasional. Kewirausahaan

lebih terkait dengan ide-ide dari pekerjaan baru yang dapat

menyebabkan beberapa perubahan dalam sifat pasar. Orientasi

kewirausahaan merupakan pendekatan yang berfokus pada inovasi

pasar produk dan berisiko proyek dan memiliki kecenderungan

untuk menjadi pelopor dalam inovasi dan unggul atas rival

(Miller,1983). Pendekatan orientasi kewirausahaan meningkatkan

kemampuan perusahaan; dan dengan pemberian pengetahuan

teknis. Pendekatan yang memungkinkan untuk memperkenalkan

solusi teknis untuk menjawab kebutuhan konsumen (Gatignon dan

Xuereb, 1997; Workman, 1993).

Irlandia dkk. (2001) menunjukkan bahwa kewirausahaan

adalah proses menciptakan nilai dengan menggabungkan satu set

sumber daya unik untuk eksploitasi peluang pasar. Covin dan

Miles (1999) mendefinisikan kewirausahaan sebagai eksploitasi

peluang untuk memperbarui dan meremajakan perusahaan.

Kewirausahaan dipandang sebagai mekanisme yang

mempromosikan identifikasi keunggulan kompetitif melalui

produk, proses, dan inovasi pasar. Dalam konteks ini, kami

menganggap bahwa kewirausahaan adalah mekanisme yang

Page 40: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

28

mempromosikan identifikasi keunggulan kompetitif melalui

inovasi dalam perumusan dan proses implementasi strategi.

Keunggulan kompetitif ini diperoleh dengan membuat kompetisi

menjadi tidak relevan. Dengan demikian, perusahaan dapat

memberikan nilai baru dan unggul di pasar yang ada.

Dimensi-dimensi kewirausahaan terdiri dari otonomi,

inovasi, pengambilan risiko, proaktif dan agresivitas kompetitif

(Lumpkin dan Dess, 1996). Otonomi mengacu pada kebebasan

yang diberikan kepada karyawan atau tim karyawan untuk

bertindak sesuai dengan keyakinan mereka. Innovativeness

mencerminkan kecenderungan perusahaan untuk mempromosikan

dan mendukung ide-ide baru, eksperimentasi dan proses kreatif

yang dapat menghasilkan produk, layanan, dan proses baru.

Pengambilan risiko adalah sejauh mana para manajer bersedia

untuk melakukan sumber daya yang signifikan dalam tindakan

dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi. Venkatraman (1989)

menganggap bahwa proaktif adalah elemen kunci dari

kewirausahaan. Dia mendefinisikan proaktif sebagai peluang

mengidentifikasi, yang mungkin atau mungkin tidak terkait

dengan bisnis sebenarnya dari perusahaan. Agresivitas kompetitif

mengacu pada kecenderungan perusahaan untuk menantang

langsung dan intens pesaing mereka untuk mencapai posisi

kompetitif yang lebih baik dan kinerja yang unggul.

Page 41: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

29

3.2 Studi Empirik Orientasi Kewirausahaan dan Inovasi

Sejumlah penelitian di bidang pendekatan orientasi

kewirausahaan menunjukkan adanya dengan variabel lainnya

seperti: inovasi (Elenurm, Ennulo dan Laar, 2007), kinerja

perusahaan (Li, Ching-Yick Tse dan Yan Gu, 2006; Zhang dan Li,

2007; Matsuno, Mentzer dan Özsomer, 2002). Sarjana

kewirausahaan telah berusaha untuk menggunakan sumber daya

intangible untuk meningkatkan kinerja perusahaan , khususnya

terkait dengan orientasi kewirausahaan (EO) (Getz dan Petersen,

2005; Wiklund dan Shepherd, 2003). Terutama di industri jasa,

kecil dan menengah (UKM) yang banyak mendapat tekanan yang

meningkat dari persaingan global dan negara-negara lain (Kraus et

al., 2012). Dengan semakin pentingnya orientasi kewirausahaan,

para peneliti telah meneliti dampak modal sosial dari perusahaan-

perusahaan yang berorientasi kewirausahaan dan kinerja.

Penelitian yang dilakukan Maatoofi & Tajeddini (2011)

menyimpulkan bahwa kualitas produk, sinergi pemasaran dan

keahlian dalam penawaran produk baru tidak berpengaruh

signifikan antara perusahaan yang berorientasi kewirausahaan

dengan yang berorientasi pemasaran. Hasil penelitian juga

menjukkan bahwa dukungan manajer untuk inovasi lebih dominan

pada perusahaan yang berorientasi kewirausahaan dibanding

orientasi pemasaran. Studi yang dilakukan Lee (2010)

menyimpulkan bahwa entrepreneurship berpengaruh signifikan

terhadap kapabilitas inovasi. Studi yang dilakukan Prada (2013)

Page 42: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

30

tentang dampak orientasi kewirausahaan terhadap inovasi strategic

menemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara orientasi

kewirausahaan dengan inovasi.Kewirausahaan berpengaruh

terhadap kinerja organisasi dan kinerja keuangan (Michaels dan

Gow, 2008) dan keunggulan kompetitif (Ngugen, Leher dan

Ngugen, 2008). Penelitian yang dilakukan Wingwon (2012) di

596 usaha kecil dan menengah di Chiangma menyimpulkan

bahwa kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap inovasi.

Wirausahawan adalah orang yang mengambil risiko untuk

mengaktifkan inovasi dan sering mengambil langkah-langkah

proaktif yang menghasilkan produk atau layanan generasi baru

yang mengarah ke keunggulan kompetitif jangka panjang yang

berkelanjutan (Porter, 2008).

Page 43: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

31

BAB 4 || SOCIAL CAPITAL DAN

KAPABILITAS INOVASI

4.1 Konsep Social Capital

Sejumlahstuditelahmendefinisikan modal social (Social

Capital) di antaranya Nahapiet and Ghoshal (1998); Pastoriza

(2009); Coleman (1988); Leana and Van Buren (1999) serta Bolino

(2002), Timberlake (2005), Abili and Abili (2011).Modal social

adalah sebuah konsep yang telah diterima sebagai asset bernilai

untukperlindungan dan keamanan masyarakat, pemberdayaan

organisasi dan masyarakat madani (Timberlake,2005). Modal sosial

memainkanperanan yangpentingdalammenemukan kebutuhan

organisasi dan berkontribusi terhadap kesuksesan dan

kelangsungan hidup dalam dunia persaingan saat ini. Modal sosial

mempermudah sharing pengetahuan, kreasi nilai, keunggulan

bersaing, kinerja yang lebih baik dan pengembangan organisasi

(Abili and Faraji, 2009).Abili and Abili (2011) membagi modal

sosial kedalam tiga tingkatan, yaitu di tingkat mikro, terbentuknya

hubungan manusia yang ada dimana saja. Pada tingkat menengah,

terbentuknya antar anggota dalam sebuah kelompok. Pada

tingkatan makro, modal sosial ada dalam lingkungan sosial yang

lebih besar dan meliputi hubungan formal dan struktur seperti

peraturan dan kerangka kerja yang sah. Berbagai pandangan

tentang modal sosial yang berbeda telah dikemukakan oleh banyak

Page 44: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

32

peneliti berdasar kajian teoritis dan empiris. Modal sosial dianggap

sebagai sebuah kepemilikan jaringan yang tahan lama dari sebuah

hubungan kelembagaan berdasar pengalaman yang menguntungkan

(Bourdieu, 1985). Perusahaan dapat mengembangkan hubungan

dan jejaring melalui sumberdaya yang dimiliki dalam

meningkatkan kinerja organisasi.

Modal sosial juga dapat dipandang sebagai jejaring, norma-

norma dan kepercayaan sosial yang mempermudah koordinasi dan

kerja sama untuk kepentingan satu sama lain di dalam

organisasi(ValeriaSodano et al. 2008). Modal sosial merupakan

modal yang dimiliki oleh sebuah organisasi dalam bentuk

hubungan-hubungan sosial yang dapat dikembangkan dalam

bentuk hubungan formal maupun informal yang merupakan hasil

interaksi satu sama lain dalam mendapatkan reward yang

diinginkan.

Pandangan lain tentang modal sosial dikemukakanoleh

Fukuyama (1999), yaitu merupakan serangkaian nilai-nilai dan

norma-normatertentu yang dimilikibersamadi

antaraanggotasuatukelompok yang

memungkinkanadanyasuatukerjasamadi antaramereka. Sementara

Putnam (2000) mendefiniskan modal sosial sebagai kumpulan fitur

jaringan sosial yang terciptasebagaiakibatdariaktivitaskomunitas

sosial yang terciptasebagaiakibat dari aktivitas komunitas virtual

yang menyebabkan pengembangan norma-norma dan aliran-aliran

sosial yang membantu kerja sama. Dengan demikian, dapat

Page 45: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

33

disimpulkan dari berbagai studi teoritis dan empiris, bahwa modal

sosial merupakan sumber daya aktual dan potensial yang mampu

menghasilkan jejaring hubungan kerja yang saling menghargai dan

memaknai, adanya rasa percaya dan saling percaya, kepatuhan pada

norma-norma social, semangat untuk tumbuh bersama dengan

membangun informasi dan memanfaatkannya. Dengan demikian,

modal sosial merupakan jejaring organisasional yang dibangun

berdasarkan norma-norma bersama dengan sistem nilai dan

pemahaman bersama yang dapat memperkuat kerja sama dan

kohesi dalam jangka panjang (Ferdinand, 2005).

Nahapiet and Ghosal (1998) membagi modal sosial

`organisasi kedalam tiga dimensi, yaitu: dimensi struktural,

relasional dan kognitif. Dimensi struktural merupakan hubungan

non personal di antara individu-individu atau unit-unit dalam

organisasi, yang menunjukkan pola hubungan-hubungan dan

interaksi di antara orang-orang dalam organisasi untuk belajar,

berbagi dan bertukarinformasi, ide, dan pengetahuan. Dimensi

relasional merupakan hubungan interpersonal antar individu dalam

organisasi yang memfokuskan pada hubungan-hubungan khusus

seperti rasa hormat dan persahabatanyang

mempengaruhiperilakukaryawandanjugamenunjukkankepercayaan

antarkaryawan, salingmembantuantarkaryawansaatdiperlukan,

kejujuransatusamalain, berbagiperasaan,danmenghormati satu sama

lain. Dimensi kognitif menunjukkan sumber-sumber yang

memberikan interpretasi dan konsep bersama antara individu-

Page 46: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

34

individu dalam jaringan sosial yang sama. Hal ini menunjukkan

seberapa besar karyawan memiliki pemahaman dan persepsi yang

jelas terhadap nilai dan tujuan organisasi dan seberapa besar

mereka menerima dan komit terhadap tujuan organisasi.

Menurut Putnam (2000), modal sosial memiliki dua jenis,

yaitu modal sosial internal dan ekternal. Modal sosial internal

merupakan proses internalisasi kegiatan dalam organisasi yang

dibangun secara internal dalam organisasi itu sendiri melalui

berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan, baik berupa

sumber daya manusia, organisasi yang tumbuh dalam sebuah

kompleksitas sosial perusahaan dan kapasitas sosial. Modal sosial

eksternal dibangun melalui kemampuan perusahaan

mengembangkan berbagai jejaring sosial dan lingkungannya,

jejaring kerja di luar organisasi, membangun rasa percaya,

kepatuhan pada norma-norma, serta kohesi sosial dengan

masyarakat.

Beberapa studi empiris telah dilakukan oleh beberapa

peneliti terkait dengan modal sosial. Penelitian yang dilakukan

Abili and Abili (2012) tentang manajemen modal sosial di Iran

yang mencakup dimensi struktural, relational dan cognitive

menyimpulkan bahwa situasi saat ini di UKM Iran tidak

menghendaki adanya modal sosial. Hal ini disebabkan adanya fakta

bahwa di banyak perusahaan, isu-isu teknologi mendapat lebih

banyak perhatian dibandingkan dengan modal sosial terkait.

Penelitian yang dilakukan Noor et. Al (2011) tentang dampak

Page 47: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

35

modal sosial terhadap kepuasan kerja tenaga administrasi rumah

sakit di Teheran, Iran menyimpulkan bahwa ada hubungan

langsung yang signifikan dan positif antara kepercayaan dan

kepuasan kerja. Terhadap hubungan tidak langsung yang signifikan

dan positif antara jejaring formal terhadap kepuasan kerja melalui

kepercayaan. Hasil penelitian juga menyimpulkan bahwa tidak ada

hubungan langsung (hubungan tidak langsung) antara norma-norma

tindakan terhadap kepuasan kerja. Terdapat hubungan langsung

yang signifikan tetapi negative antara tingkat pendidikan dengan

kepuasan kerja. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara modal sosial dengan kepuasan

kerja karyawan, artinya semakin baik modal sosial di organisasi,

maka akan semakin baik pula kepuasan karyawan.

Penelitian yang dilakukan Talavera et al. (2012) terhadap

modal sosial dan akses pembiayaan bank pengusaha China

menyimpulkan bahwa modal sosial memainkan peran penting bagi

pengusaha China dalam mengakses pembiayaan bank. Selanjutnya,

berbagai jenis jaringan sosial mempengaruhi akses pinjaman dari

berbagai bank. Waktu yang dihabiskan untuk mengadakan ramah

tamah dan keanggotaan dalam asosiasi bisnis positif mempengaruhi

pinjaman dari bank komersial. Oleh karena itu,pengusaha swasta di

Chinatidak bolehpuas dengan modal sosial yang terbatas dan

karenanya harus menggali dan memperkuat berbagai hubungan

jaringan.

Page 48: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

36

Sejumlah penelitian juga menunjukkan bagaimana

organisasi mempengaruhi formasi modal sosial di

antarakaryawannya. Salah satunya adalah Leana dan Van Buren

(1999) yang berpendapat bahwa hubungan pemekerjaan yang stabil

dan norma reciprocitymampu memudahkan formasi modal sosial di

antara karyawan. Kemudian Gittel (2000) berpendapat bahwa

praktek sumber daya manusia dapat didesain kembali guna

membentuk koordinasi relasional di antara karyawan yang terlibat

dalam proses kerja. Ketika berjalan secara konsisten pada berbagai

praktek pekerjaan, bentuk redesain tersebut terbukti menghasilkan

sistem kerja berkinerja tinggi. Gittel menunjukkan bahwa praktek

kerja yang didesain kembali, meliputi seleksi, penyelesaian konflik,

penilaian kinerja, desain pekerjaan, dan supervisi diprediksi

meningkatkan koordinasi relasional di antara karyawan. Pernyataan

tersebut ditegaskan kembali oleh Gittell, Seidner dan Wimbush

(2007) yang mengusulkan bahwa praktek kerja yang membentuk

modal sosial di antara karyawan meliputi seleksi, pelatihan,

penilaian kinerja, dan kompensasi berdasarkan kontribusi pada

pencapaian tujuan, penyelesaian konflik, serta mekanisme

koordinasi dan informasi untuk membentuk hubungan. Inilah yang

disebut praktek kerja relasional (relational work practices) yang

tentunya berbeda dengan praktek kerja pada umumnya yang lebih

berfokus pada keahlian dan komitmen karyawan dibandingkan

hubungan antar karyawan. Begitupula Gant, Ichniowski dan Shaw

(2002) berpendapat bahwa praktek sumber daya manusia

Page 49: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

37

mempengaruhi outcomes kinerja sebab praktek tersebut

mempengaruhi jaringan sosial karyawan dan pola interaksi dalam

menjalankan pekerjaan. Temuan ini menunjukkan bahwa modal

sosial bisa memediasi hubungan antara praktek kerja berkinerja

tinggi dan outcomes.

Jaringan sosial manajemen puncak menjadi sumber

keunggulan bersaing. Mampu meningkatkan kapabilitas

pemrosesan informasi perusahaan, dan praktek sumber daya

manusia yang meliputi mentoring, insentif, dan penilaian kinerja

dapat didesain guna mendorong pengembangan jaringan sosial

tersebut. Kesemuanya itu menunjukkan bahwa dampak dari praktek

berkinerja tinggi tersebut bagi kinerja perusahaan dimediasi oleh

kekuatan jaringan sosial manajemen puncak. Meskipun bentuk

modal sosial yang selama ini diuji secara empiris bervariasi, seperti

koordinasi relasional (Gittel, 2000), jaringan komunikasi (Collins

& Clark 2003), dan pembelajaran kolektif (Lopez et al, 2005).

4.2 Dimensi Modal Sosial

MenurutNahapiet and Ghosal (1998) indikator modal sosial

terdiri dari 3 dimensi, yaitu: cognitive dimension, relational

dimension dan structural dimension sebagai berikut:

Cognitive Dimension

1. 1.Sosialisasi tujuan dan sasaran dan nilai-nilai

2. Menjalankan misi dan sasaran dengan sepenuh hati

Page 50: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

38

3. Kesesuaian nilai-nilai pribadi

4. Menyetujui semua hal penting dari organisasi

5. Memiliki komitmen dalam mencapai organisasi

6. Memiliki persepsi jelas terhadap misi dan sasaran organisasi

Relational Dimension

1. Saling percaya

2. Merasa bagian anggota organisasi

3. Spirit kerja tim

4. Saling menghormati perasaan satu sama lain

5. Saling percaya satu sama lain

6. Memiliki sifat dapat dipercaya

7. Mendiskusikan bila ada masalah

8. Bekerja dengan sungguh-sungguh

9. Menyelesaikan permasalahan pekerjaan dengan teman kerja

10. Secara emosional saling mendukung

11. Saling berbagi rasa

12. Memiliki intensi dan tujuan yang baik

Structural Dimension

1. Mempertimbangkan informasi dan ide dalam menjalankan tugas

pekerjaan

2. Saling mengkritisi secara sehat dan konstruktif

3. Mendiskusikan permasalahan secara sehat dan bermanfaat

4. Bertukar informasi dalam pengambilan keputusan

Page 51: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

39

5. Saling membantu rekan kerja

6. Berbagi informasi secara sukarela

7. Saling memberikan informasi

Social Capital adalah bukan satu entitas, tetapi berbagai

macam entitas yang berbeda mempunyai dua karakteristik yang

sama, Social Capital terdiri dari beberapa aspek struktur sosial, dan

memfasilitasi tindakan individu-individu yang berada dalam

struktur. Social Capital adalah fitur dari organisasi sosial seperti

jaringan, norma dan kepercayaan sosial yang memfasilitasi

koordinasi dan kerja sama yang saling menguntungkan (Ali et al.,

2013). Penelitian yang dilakukan Ali et al., (2013) menunjukkan

bahwa Social Capital berpengaruh positif terhadap kinerja

pegawai.Nahapiet and Ghosal (1998) membagi modal sosial

`organisasi kedalam tiga dimensi, yaitu: dimensi struktural,

relasional dan kognitif. Dimensi struktural merupakan hubungan

non personal di antara individu-individu atau unit-unit dalam

organisasi, yang menunjukkan pola hubungan-hubungan dan

interaksi di antara orang-orang dalam organisasi untuk belajar,

berbagi dan bertukarinformasi, ide dan pengetahuan. Dimensi

relational merupakan hubungan interpersonal antar individu dalam

organisasi yang memfokuskan pada hubungan-hubungan khusus

seperti rasa hormat dan persahabatanyang

mempengaruhiperilakukaryawandanjugamenunjukkankepercayaan

antarkaryawan, salingmembantuantarkaryawansaatdiperlukan,

Page 52: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

40

kejujuransatusamalain, berbagiperasaandanmenghormati satu sama

lain. Dimensi kognitif menunjukkan sumber-sumber yang

memberikan interpretasi dan konsep bersama antara individu-

individu dalam jaringan social yang sama. Hal ini menunjukkan

seberapa besar karyawan memiliki pemahaman dan persepsi yang

jelas terhadap nilai dan tujuan organisasi dan seberapa besar

mereka menerima dan komit terhadap tujuan organisasi.Menurut

Putnam (2000), modal sosial memiliki dua jenis, yaitu modal sosial

internal dan ekternal. Modal sosial internal merupakan proses

internalisasi kegiatan dalam organisasi yang dibangun secara

internal dalam organisasi itu sendiri melalui berbagai sumber daya

yang dimiliki perusahaan baik berupa sumber daya manusia,

organisasi yang tumbuh dalam sebuah kompleksitas sosial

perusahaan dan kapasitas sosial. Modal sosial eksternal dibangun

melalui kemampuan perusahaan mengembangkan berbagai jejaring

sosial dan lingkungannya, jejaring kerja di luar organisasi,

membangun rasa percaya, kepatuhan pada norma-norma, serta

kohesi sosial dengan masyarakat. Penelitian yang dilakukan Lee

and Hsieh (2010) menyimpulkan bahwa entrepreneurship

berpengaruh signfikan terhadap kapabilitas inovasi. Penelitian

Famoso et al. (2014) menyimpulkan bahwa internal Social Capital

berhubungan signifikan dengan inovasi. Penelitian yang dilakukan

Ching (2006)menyimpulkan bahwa Social Capital berpengaruh

signifikan terhadap inovasi.

Page 53: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

41

Gambar 4.1Unsur-unsur dalam Social Capital

4.3 Pengukuran Social Capital

Variabel yang dikaji pada penelitian ini adalah variabel

modal sosial yang meliputi internal Social Capital dan external

Social Capital.

Tabel 4.1 Variabel yang dikaji

Variabel Indikator

Internal dan External

Social Capital

Cognitive Dimension

1. Sosialisasi tujuan dan sasaran dan

nilai-nilai

2. Menjalankan misi dan sasaran dengan

sepenuh hati

3. Kesesuaian nilai-nilai pribadi

4. Menyetujui semua hal penting dari

organisasi

5. Memiliki komitmen dalam mencapai

organisasi

6. Memiliki persepsi jelas terhadap misi

Page 54: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

42

dan sasaran organisasi

Relational Dimension

1. Saling percaya

2. Merasa bagian anggota organisasi

3. Spirit kerja tim

4. Saling menghormati perasaan satu

sama lain

5. Saling percaya satu sama lain

6. Memiliki sifat dapat dipercaya

7. Mendiskusikan bila ada masalah

8. Bekerja dengan sungguh-sungguh

9. Menyelesaikan permasalahan

pekerjaan dengan teman kerja

10. Secara emosional saling mendukung

11. Saling berbagi rasa

12. Memiliki intensi dan tujuan yang baik

Structural Dimension

1. Mempertimbangkan informasi dan ide

dalam menjalankan tugas pekerjaan

2. Saling mengkritisi secara sehat dan

konstruktif

3. Mendiskusikan permasalahan secara

sehat dan bermanfaat

4. Bertukar informasi dalam pengambilan

keputusan

5. Saling membantu rekan kerja

6. Berbagi informasi secara sukarela

7. Saling memberikan informasi

4.4Kapabilitas Inovasi

Inovasi merupakan ide, praktek dan obyek yang dilihat

seperti baru dari Inividu. (Fruhling and Siau,2007; Hsu,2006).

Kapabilitas inovasi merupakan implementasi dan kreasi teknologi

Page 55: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

43

yang diaplikasikan pada sistem, kebijakan, program, produk, proses

dan pelayanan yang baru pada organisasi (Lin et.al, 2009).

Kapabilitas inovasi juga merupakan kemampuan untuk menyerap

dan menggunakan informasi eksternal untuk di transfer kedalam

pengetahuan baru (Cohen and Levinthal,1990). Kapabilitas inovasi

juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk menciptakan

pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.

Kapabilitas inovasi merupakan seperangkat karakteristik yang

komprehensif dari organisasi yang memfasilitasi dan mendorong

strategi inovasi (Wu & Sivalogathasan,2013). Weerawardena

(2003) memandang inovasi sebagai modifikasi produk, proses,

pelayanan, sistem organisasi dan sistem pemasaran untuk

menciptakan nilai pelanggan. Kapabilitas inovasi terdiri dari

inovasi teknis dan inovasi administratif (Damanpour, 1991).

Inovasi teknis meliputi produk, pemasaran, pelayanan dan

teknologi yang digunakan untuk membuat produk, penjualan

produk dan pelayanan yang berhubungan dengan aktivitas

perusahaan. Inovasi administrasi berkenaan dengan struktur

organisasi dan proses administrasi yang secara tidak langsung

berhubungan dengan aktivitas organisasi dan banyak berhubungan

langsung dengan manajemen (Damanpour and Evan,1984).

Menurut Lin et.al, (2009), kapabilitas inovasi terdiri dari inovasi

produk, inovasi proses, inovasi pemasaran, inovasi pelayanan dan

inovasi administrasi. Penelitian yang dilakukan Wu &

Sivalogathasan (2013) menyimpulkan bahwa kapabilitas inovasi

Page 56: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

44

yang tinggi dalam organisasi akan meningkatkan kinerja

perusahaan. Kapabilitas untuk mengeksploitasi pengetahuan dalam

memperoleh sesuatu yang baru maupun memperbaikinya untuk

dapat menciptakan nilai organisasi atau meningkatkan efisiensi

operasional organisasi. Inovasi merupakan kapabilitas organisasi

yang penting, karena kesuksesan produk baru merupakan mesin

pertumbuhan dan memberikan dampak pada peningkatan

penjualan, laba, dan kekuatan persaingan bagi banyak organisasi

(Pauwels, Silva-Risso, Srinivasan, & hanssen, 2004; Sivadas &

Dwyer, 2000). Beberapa temuan penelitian sepakat bahwa terdapat

hubungan langsung dan positif antara inovasi dengan kinerja

(Thornhill, 2006).

Studi tentang pentingnya inovasi pada UMKM telah banyak

dilakukan oleh para peneliti. Inovasi merupakan penentu kinerja.

Inovasi berpengaruh positif terhadap kinerja UMKM industri yang

berteknologi tinggi maupun rendah (Purcarea et al., 2013).

Perusahaan yang menggunakan pengetahuan yang intensif dan

teknologi tinggi akan lebih banyak melakukan inovasi. Namun

demikian, ada beberapa kendala bagi UMKM untuk melakukan

inovasi dalam meningkatkan kinerja keunggulan kompetitif.

Beberapa kelemahan kapabilitas inovasi UMKM antara lain

(Purcarea et al., 2013)

1. Kekurangan sumber daya keuangan dan akses keuangan

2. Kekurangan keterampilan dalam manajemen inovasi

Page 57: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

45

3. Tidak cukupnya pengadaan publik untuk mendorong inovasidi

UKM

4. Kekurangan keterampilan untuk mengelola IP.

5. Kelemahan dalam jaringan dan kerja sama dengan pihak eksternal.

Sementara Freel (1999) mengidentifikasi kesenjangan

keterampilan utama yang menghambat inovasi di UMKM antara

lain:

1. Keterampilan teknis karyawan

2. Kompetensi manajerial

3. Keterampilan pemasaran yang buruk

Selain beberapa kelemahan yang ada, UMKM juga

dihadapkan pada berbagai tantangan kedepan (Gray, 2006) antara

lain:

1. Menjaga kemampuan, sumber daya, dan rutinitas perusahaan yang

baru

2. Mempertahankan kompetensi wirausaha dan manajemen pemilik -

karyawan

3. Memperoleh pengetahuan baru, khususnya terkait dengan sumber

informasi (formalitas /informalitas, pendidikan / pengalaman),

kapasitas penyerapan internal untuk menginterpretasikan dan

menyerap informasi baru sebagai pengetahuan yang berlaku dan

penggunaan pengetahuan baru

Page 58: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

46

4. Menciptakan pengetahuan baru yang menarik dan menantang

khususnya terkait dengan inovasi, kreativitas, dan strategi.

Pengetahuan memegang peranan penting dalam

meningkatkan inovasi dan keunggulan bersaing. UMKM perlu

memperbaiki manajemen pengetahuan agar selalu memperoleh

informasi yang up to date dan mampu merespon dengan cepat

perubahan lingkungan yang ada serta selera konsumen. Selain

kelemahan, UMKM juga memiliki beberapa kekuatan di antaranya,

peran UMKM dalam mempromosikan fleksibilitas dan inovasi,

fungsi pasar kerja UMKM dalam menciptakan lapangan kerja dan

menyerap pengangguran.

Yip dkk. (2012) menyatakan bahwa kegiatan KM dalam

UMKM terdiri dari delapan kegiatan yang berbeda, yaitu

knowledge identification, knowledge acquisition, knowledge

application, knowledge sharing, knowledge development,

knowledge creation, knowledge preservation dan knowledge

measurement. Penelitian Zeng et al. (2010) menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang positif signifikan antara kerjasama antar

perusahaan, kerja sama dengan lembaga perantara, kerja sama

dengan organisasi penelitian dan kinerja inovasi UMKM.

Sementara kerja sama dengan instansi pemerintah tidak memiliki

pengaruh yang signifikan. Kerja sama dengan pelanggan, pemasok

atau perusahaan lain (kerja sama antar-perusahaan) dalam proses

inovasi sangat penting untuk mendukung kesuksesan kinerja

Page 59: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

47

perusahaan. Penelitia Purcarea et al. (2013) menemukan bahwa

mayoritas UMKM di Rumania menganggap bahwa budaya

organisasi yang berorientasi pembelajaran sudah mapan dan dalam

proses inovasi, UMKM bergantung pada sumber internal dan

eksternal. Praktek terbaik dalam organisasi dan jejaring dengan

pihak eksternal merupakan sumber internal pembelajaran UMKM.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa mayoritas UMKM cenderung

berinovasi terkait dengan model bisnis mereka. Kendala utama

yang dihadapi UMKM Rumania adalah kurangnya dana dan

tingginya biaya.

Beberapa peneliti telah mendefinisikan inovasi dalam

berbagai bentuk seperti Plessis (2007); Palacios et al. (2008).

Inovasi merupakan penciptaan pengetahuan dan ide baru dalam

menghasilkan produk dan jasa baru berbasis pasar yang bertujuan

meningkatkan proses dan struktur bisnis internal yang terdiri dari

inovasi radikal dan inkremental (Plessis, 2007). Palacios et al.

(2008) menguraikan tiga kemampuan inovasi, antara lain inovasi

produk / layanan yang yang terdiferensiasi, peningkatan produk /

layanan yang sudah ada, atau produk / layanan baru di pasar.

Inovasi produk ini dapat dilakukan dengan inovasi radikal atau

inovasi inkremental. Kedua, inovasi proses yang dapat

meningkatkan proses manufaktur atau jasa yang lebih baik daripada

operasi saat ini. Ketiga, inovasi manajerial yang merupakan

kemampuan untuk menerapkan peraturan manajerial baru, sistem,

praktik, metode yang meningkatkan efisiensi manajerial.

Page 60: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

48

BAB 5 || MODEL EMPIRIKORIENTASI

KEWIRASUAHAAN, MODAL SOSIAL,DAN

INOVASI

Kapabilitas inovasi UMKM dipengaruhi oleh banyak

faktor, di antaranya kapabilitas manajemen pengetahuan dan

kolaborasi manajemen. Kapabilitas inovasi yang tinggi akan

mampu meningkatkan kinerja dan keunggulan bersaing UMKM.

Gambar 5.1.Hubungan antara orientasi kewirausahan, modal

social, kapabilitas inovasi, kinerja dan keunggulan bersaing

5.1 Deskripsi Data Empirik Variabel Penelitian

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan

gambaran atau deskripsi empiris atas data yang dikumpulkan

Page 61: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

49

dalam penelitian. Beberapa jenis analisis statistik deskriptif, yaitu

distribusi frekuensi, statistik rata-rata dan angka indeks. Angka

jawaban responden yang digunakan mulai dari angka 1 – 7, maka

indeks yang dihasilkan dimulai dari angka 1 hingga 7. Analisis

angka indeks untuk menggambarkan persepsi responden atas item-

item pertanyaan yang diajukan. Teknik skoring yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah minimum 1 dan maksimum 7, maka

indeks yang dihasilkan dimulai dari angka minimum (100% x 1) : 7

= 14,29% hingga angka maksimum (100% x 7) : 7 = 100% tanpa

angka 0. Analisis ini menggunakan three-box method, maka

diperoleh range atau rentang 100% - 14,29% = 85,71% : 3 =

28,57%. Angka ini digunakan sebagai dasar interpretasi nilai

indeks dengan interval sebagai berikut : (Ferdinand, 2006).

14.29% - 42.86% = Kategori rendah

42.87% - 71.41% = Kategori sedang

71.42% - 100% = Kategori tinggi

Tabel 5.1.Nilai mean, standar deviasi, standard loading, construct

reliability dan indeks

INDIKAT

OR

MEAN STANDAR

DEVIASI

STD

LOADI

NG

CONSTRU

CT

RELIABIL

ITY

INDEK

S

KATE

GORI

Entrepreneu

rial

Orientation

(EO)

0,847

EO1 5,29 0,958 0,786 75,534 Tinggi

EO2 5,17 0,968 0,787 73,791 Tinggi

EO3 5,13 0,944 0,731 73,341 Tinggi

EO4 5,30 0,989 0,744 75,703 Tinggi

Page 62: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

50

Social

Capital

(SC)

0,858

SC1 5,11 1,023 0,802 73,003 Tinggi SC2 5,28 1,053 0,834 75,366 Tinggi

SC3 5,20 0,920 0,718 74,241 Tinggi

SC4 5,32 1,035 0,745 75,984 Tinggi

Innovation Capability

(IC)

0,865

IC1 5,19 1,047 0,813 74,184 Tinggi

IC2 5,02 0,949 0,765 71,654 Tinggi IC3 5,19 1,014 0,725 74,072 Tinggi

IC4 5,20 1,042 0,788 74,297 Tinggi

IC5 5,24 0,959 0,652 73,552 Tinggi

Performance (P)

0,846

P1 5,37 0,997 0,781 76,772 Tinggi

P2 5,38 1,001 0,773 76,828 Tinggi

P3 5,27 1,021 0,723 75,253 Tinggi P4 5,25 1,017 0,764 75,028 Tinggi

Competitive

Advantage

(CA)

0,868

CA1 5,52 1,013 0,803 78,796 Tinggi

CA2 5,38 1,063 0,840 76,884 Tinggi

CA3 4,80 1,018 0,657 68,616 Sedang

CA4 5,46 0,984 0,847 78,065 Tinggi

5.2 Analisis Struktural Equation Model (SEM)

5.2.1 Pengujian Data Outlier

Outlier (data pencilan) merupakan data dengan karakteristik

unik yang sangat berbeda jauh dari observasi observasi lainnya.

Data pencilan muncul dengan nilai yang ekstrim, baik untuk outlier

univarirate maupun outlier multivariate. Outlierunivarirate dapat

dideteksi dari nilai Z-score data yang distandarisasi terlebih dahulu.

Sedangkan outlier multivarirate dianalisis pada jarak mahalanobis

kuadrat (Mahalanobisdistance-squared).Mendeteksi

Page 63: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

51

outlierunivarirate memanfaatkan bantuan program SPSS untuk

menstandarisasi data sebelum dianalisis rentang jarak minimum

dan maksimumnya. Data yang ada dalam rentang minimum dan

maksimum ±3.0 tidak mengandung outlierunivariate, diluar

rentang ini berarti terkena gejala outlierunivariate.

Tabel 5.2Pengujian Univariate Outlier

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Zscore: 254 -2,38858 1,78835 ,0000000 1,00000000

Zscore: 254 -2,23699 1,89534 ,0000000 1,00000000

Zscore: 254 -2,26049 1,97688 ,0000000 1,00000000

Zscore: 254 -2,32575 1,72042 ,0000000 1,00000000

Zscore: 254 -2,06224 1,84678 ,0000000 1,00000000

Zscore: 254 -2,16036 1,63709 ,0000000 1,00000000

Zscore: 254 -2,38778 1,95986 ,0000000 1,00000000

Zscore: 254 -2,23986 1,62381 ,0000000 1,00000000

Zscore: 254 -2,09369 1,72532 ,0000000 1,00000000

Zscore: 254 -2,12368 2,09050 ,0000000 1,00000000

Zscore: 254 -2,15417 1,78932 ,0000000 1,00000000

Zscore: 254 -2,11184 1,72650 ,0000000 1,00000000

Zscore: 254 -2,33910 1,83024 ,0000000 1,00000000

Zscore: 254 -2,38123 1,63093 ,0000000 1,00000000

Zscore: 254 -2,37459 1,61976 ,0000000 1,00000000

Zscore: 254 -2,22083 1,69647 ,0000000 1,00000000

Zscore: 254 -2,21348 1,71816 ,0000000 1,00000000

Zscore: 254 -2,48434 1,46572 ,0000000 1,00000000

Zscore: 254 -2,24043 1,52201 ,0000000 1,00000000

Zscore: 254 -1,77138 2,15814 ,0000000 1,00000000

Zscore: 254 -2,50356 1,55972 ,0000000 1,00000000

Page 64: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

52

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Valid N

(listwise)

254

Sumber : hasil analisis data, 2017

Dari Tabel 5.2terlihat bahwa data mengandung gejala

outlierunivariate, karena 13 indikator memiliki nilai Z-score diluar

±3.0. Jadi, data yang berjumlah 389 observasi tersebut belum

memenuhi asumsi bebas dari outlierunivariate. Mendeteksi

outliermultivarirate diuji dengan nilai Chi-square (χ2) terhadap

nilai mahalanobisdistance-squared pada tingkat signifikansi 1%

dengan degreeof freedom sejumlah observedvariable yang

digunakan dalam model penelitian. Jika ada observasi yang

memiliki mahalanobis distance-squared lebih besar dari Chi-

squared dan atau p1 maupun p2 bernilai kurang dari 0.001, maka

observasi tersebut dikeluarkan dari tabulasi data.

Tabel 5.3Pengujian Outlier Multivariat

No Observation

number

Mahalanobis d-

squared p1 p2

1 9 38,336 0,012 0,951

2 161 38,075 0,013 0,832

3 62 37,269 0,016 0,761

4 23 37,104 0,016 0,599

5 12 35,708 0,024 0,716

... ... ... ... ...

... ... ... ... ...

... ... ... ... ...

94 21 22,812 0,354 0,318

Page 65: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

53

95 251 22,808 0,354 0,276

96 53 22,776 0,356 0,252

97 108 22,668 0,362 0,274

98 130 22,662 0,362 0,236

99 169 22,475 0,373 0,307

100 178 22,445 0,374 0,281

Sumber : hasil analisis data, 2017

Berdasarkan hasil olah data observasi sudah memenuhi

ketentuan, karena memiliki nilai mahalanobisdistance-squared

dengan nilai p2 lebih besar dari 0.001. Dengan demikian, data

tidak mengandung gejala multivariate outlier.

5.2.2 Uji Normalitas Data

Analisis dengan menggunakan model persamaan struktural

juga mensyaratkan distribusi sebaran data harus memenuhi asumsi

normalitas baik univariate dan multivariate.Uji asumsi normalitas

dapat langsung dilihat dari output Amos dalam hal ini

outputassessment of normality. Bandingkan koefisien criticalratio

(c.r) baik skewness dan kurtosis sebaran data. Data berdistribusi

normal memiliki c.r skew maupun kurtosis paling tinggi ±2.576.

Tabel 5.4Assessment of Normality

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.

CA1 3,000 7,000 -,226 -1,470 -,535 -1,740

CA4 3,000 7,000 -,188 -1,220 -,538 -1,751

CA3 3,000 7,000 ,085 ,556 -,647 -2,106

CA2 3,000 7,000 -,273 -1,775 -,646 -2,102

Page 66: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

54

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.

P1 3,000 7,000 -,226 -1,468 -,544 -1,770

P4 3,000 7,000 -,158 -1,028 -,587 -1,909

P3 3,000 7,000 -,174 -1,131 -,586 -1,907

P2 3,000 7,000 -,147 -,959 -,617 -2,008

IC1 3,000 7,000 -,164 -1,064 -,516 -1,679

IC2 3,000 7,000 -,226 -1,470 -,523 -1,700

IC3 3,000 7,000 -,012 -,077 -,475 -1,546

IC4 3,000 7,000 -,261 -1,698 -,490 -1,594

IC5 3,000 7,000 -,234 -1,524 -,307 -1,000

SC1 3,000 7,000 -,066 -,432 -,551 -1,794

SC2 3,000 7,000 -,161 -1,045 -,502 -1,634

SC3 3,000 7,000 ,242 1,575 -,583 -1,898

SC4 3,000 7,000 -,195 -1,269 -,573 -1,864

EO4 3,000 7,000 -,208 -1,354 -,541 -1,760

EO3 3,000 7,000 -,269 -1,750 -,500 -1,626

EO2 3,000 7,000 -,283 -1,839 -,470 -1,529

EO1 3,000 7,000 -,221 -1,440 -,505 -1,644

Multivariate

-,005 -,001 Sumber : Hasil analisis data, 2017

Berdasarkan output olah data dengan Amos yang disajikan

dalam tabel 18 dapat disimpulkan bahwa terdapat sebaran data

memenuhi asumsi normalitas baik normalitas univariate maupun

normalitas multivariate. Hal ini terlihat dari koefisien c.r skewness

dan kurtosis memiliki nilai lebih rendah dari ±2.58 (Z=0,05/2).

Page 67: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

55

5.2.3 Pengujian CFA Variabel Eksogen

Konfirmatori faktor variable eksogen terdiri dari 2 variabel

yaitu kapabilitas manajemen pengetahuan (EO), dan Social

Capital(SC).

Gambar 5.2 Pengujian CFA Variabel Eksogen

Berdasarkan hasil oleh data seperti yang tersaji dalam

gambar dapat dikatakan bahwa model pengukuran CFA variable

eksogen bahwa model sudah fit. Model mengghasilkan Chi-

squared (χ2) 26,386 yang lebih kecil dari ambang batas (χ

2) acuan

yaitu pada probabilitas 0.05 dengan derajad bebas 120 sama

Page 68: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

56

dengan 223,16. Petanda berikutnya adalah nilai probabilitas

signifikansi model 0.120 lebih besar dari 0.05. Demikian pula

indek kelayakan model yang lain GFI, AGFI, CFI, TLI sudah

terpenuhi dengan baik. Nilai loading faktor selengkapnya seperti

tabel ini.

Tabel 5.5Pengujian CFA Variabel Eksogen

Estimate Estimate S.E. C.R. P

EO3 Entrepreneur_Orientation

0,916 0,729 0,083 10,979 ***

SC4 Social_Capita

l 1 0,804

SC3

Social_Capital

0,8 0,724 0,068 11,725 ***

SC2 Social_Capita

l 1,054 0,833 0,079 13,316 ***

SC1 Social_Capita

l 0,981 0,798 0,073 13,465 ***

EO2 Entrepreneur_

Orientation 1,016 0,789 0,086 11,758 ***

EO1 Entrepreneur_

Orientation 1 0,785

EO4

Entrepreneur_

Orientation 0,978 0,744 0,084 11,699 ***

Sumber : hasil analisis data, 2017

Atas dasar hasil olah data seperti yang tersaji pada tabel

regression weight dapat dikatakan semua indikator dari masing

masing variabel laten signifikan pada 0.001, menjadi indikasi

bahwa semua indikator variable eksogen terekstrasi dengan baik

membentuk konstruk-kuntruk pada variable eksogen.

Page 69: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

57

5.2.4 Pengujian CFA Variabel Endogen

Konfirmatori faktor variable endogen terdiri dari 3 variabel

yaitu IC, P dan CA.

Gambar 5.3. Pengujian CFA Variabel Endogen

Berdasarkan hasil oleh data seperti yang tersaji dalam

gambar dapat dikatakan bahwa model pengukuran CFA variable

eksogen bahwa model fit. Model mengghasilkan Chi-squared (χ2)

74,460 yang lebih kecil dari ambang batas (χ2) acuan yaitu 81,38

pada probabilitas 0.05 dengan derajad bebas 62. Petanda berikutnya

adalah nilai probabilitas signifikansi model 0.133lebih besar dari

0.05. Demikian pula indek kelayakan model yang lain GFI, AGFI,

CFI, TLI sudah terpenuhi dengan baik.

Page 70: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

58

Tabel 5.6Pengujian CFA Variabel Endogen

Estimate

Std

Estimate S.E. C.R. P

IC3 Inovation_

Capability 1,18 0,727 0,121 9,793 ***

P2 Peformance 1 0,776

P3 Peformance 0,953 0,725 0,083 11,525 ***

P4 Peformance 0,998 0,762 0,088 11,305 ***

P1 Peformance 1,001 0,78 0,088 11,407 ***

CA2

Competetiv

e_Advantage

1 0,84

CA3

Competetiv

e_Advantag

e

0,749 0,657 0,067 11,177 ***

CA4

Competetiv

e_Advantag

e

0,934 0,847 0,061 15,285 ***

CA1

Competetiv

e_Advantag

e

0,91 0,802 0,065 14,063 ***

IC2 Inovation_

Capability 1,161 0,765 0,116 10,014 ***

IC1 Inovation_

Capability 1,362 0,813 0,131 10,407 ***

IC4 Inovation_

Capability 1,315 0,789 0,126 10,462 ***

IC5 Inovation_

Capability 1 0,652

Sumber: Data primer yang diolah 2017

Atas dasar hasil olah data seperti yang tersaji pada tabel

regression weight dapat dikatakan semua indikator dari masing

masing variabel laten signifikan pada 0.001, terekstrasi dengan baik

membentuk konstruk-kuntruk pada variable endogen.

Page 71: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

59

5.2.5 Pengujian Full Model SEM

Gambar 5.4. Full Model Struktural

Berdasarkan out-put yang tersaji pada gambar 5.4dapat

digambarkan bahwa model memiliki indek kelayakan model

(goodness of fit indices) yang bagus.

5.2.6. Uji Kesesuaian Model

Evaluasi kesesuaian model (goodnessoffitmodel) full model

struktural dibandingkan dengan indek kesesuaian model yang telah

dirangkum pada tabel goodnessoffit indicies & cut-off value.

Dari banyak indek kesesuaian model yang dirujuk meliputi;

Chi-Squared, Signifikansi Probability, SCIN/DF, GFI, AGFI, TLI,

Page 72: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

60

CFI, RMSEA. Nilai masing masing indek yang dihasilkan dari

analisis data penelitian ini beserta Cut of value sebagai acuannya

akan dibahas sebagai berikut.

1. Chi-Squared (χ2), merupakan fundamental fit indek yang sensitif

terhadap jumlah sampel. Model penelitian dikatakan baik bila nilai

χ2 hitung rendah. Nilai χ

2 model yang semakin rendah mengandung

makna bahwa model semakin baik. Sehingga dapat dikatakan

bahwa model penelitian yang sedang dianalisis sesuai dengan data

empiris. Hasil olah data dengan Amos v.22 menghasilkan χ2

=

207,997. Ambang batas (cut-off value) Chi-Squared pada

signifikansi 0.05 dan derajad bebas 181 adalah 213,39. Dengan

kata lain bahwa χ2 full model lebih rendah dari nilai Cut of value.

Dapat disimpulkan tidak ada perbedaan antara model yang sedang

diuji dengan saturatedmodel.

2. Probabilitas signifikansi adalah sebuah ukuran dalam menentukan

apakah Ho (hipotesis nol) dapat ditiadakan (ditolak). Dalam

analisis dengan pendekatan persamaan struktural diharapkan Ho

tidak dapat ditolak, hal ini berbeda dengan pengujian hipotesis pada

umumnya (Ghozali, 2011). Model yang baik harus tidak menolak

Ho. Dengan demikian probabilitas signifikansi yang diharapkan

adalah lebih besar dari α 0.05 agar tidak dapat menolak Ho.

Dengan kata lain tidak signifikan secara statistik. Hasil olah data

penelitian ini menghasilkan probabilitas signifikansi sebesar 0.082.

Sedangkan nilai Cut of value untuk probabilitas signifikansi adalah

≥ 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho tidak cukup

Page 73: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

61

bukti untuk meniadakan Ho, yang bermakna bahwa tidak ada

perbedaan antara matrik varian/ kovarian sempel dengan matrik

varian/ kovarian populasi.

3. CMIN/DF adalah salah satu ukuran parsimoniusfitindicies. Indek

ini bila dihitung manual dengan cara membagi nilai χ2 model

dengan derajad bebas model. Chi-squared full model penelitian ini

adalah 207,997 dengan derajad bebas 181, sehingga CMIN/DF

penelitian 1.149. Program Amos sudah menghitung nilai CMIN/DF

ini. Pembanding nilai SCIN/DF adalah Cut of value ≤2.0. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini fit sesuai

dengan Cut of value yang disarankan kurang atau sama dengan 2.0.

4. GFI,adalah indeks kesesuaian model yang dihitung dari residul

kuadrat model yang diprediksi dibandingkan dengan data yang

sebenarnya. Indeks GFI yang semakin mendekati 1 menunjukan

indeks model yang semakin yang baik. GFI dalam penelitian ini

sebesar 0.928 di mana masih di atasCut of value 0,90, namun

termasuk dalam tingkatan yang fit. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa model memiliki indeks fit.

5. AGFI, adalah indeks modivikasi dari GFI. AGFI adalah GFI yang

disesuaikan dengan rasio dari degreeoffreedom model yang

diajukan dengan degree of freedom dari null model (model

konstruk tunggal dengan semua indikator pengukuran konstruk).

Nilai yang direkomendasikan adalah AGFI ≥0.90. AGFI dalam

penelitian ini diperoleh nilainya sebesar 0.908, sehingga model

dapat dikatakan fit.

Page 74: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

62

6. TLI, indeks adalah indeks kesesuaian incremental yang

membandingkan model yang diuji dengan null model. Indek

kesesuaian ini kurang dipengaruhi oleh ukuran sampel. Nilai

penerimaan yang direkomendasikan adalah TLI ≥0.95. Hasil

analisis diperoleh TLI sebesar 0.987 yang dapat disimpulkan

bahwa model fit atau baik.

7. CFI. Adalah indek kesesuaian incremental yang membandingkan

model yang diuji dengan null model. Indek ini sangat baik untuk

mengukur tingkat penerimaan model, karena seperti CMIN/DF

nilainya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel. Nilai indeks ini

terrentang dari 0 sampai dengan 1 dan nilai yang mendekati 1

mengindikasikan model memiliki tingkat kesesuaian yang baik.

Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalah CFI ≥0.95. Dalam

penelitian ini diperoleh nilai CFI sebesar 0.989, sehingga dapat

disimpulkan bahwa model memenuhi kriteria fit atau model baik.

8. RMSEA, adalah indek yang dignakan untuk mengukur fit model

menggantikan chi squared statistic dalam jumlah sampel yang

besar. Nilai RMSEA ≤0.08 mengindikasikan indek yang baik untuk

menerima kesesuaian model. Hasil analysis diperoleh nilai RMSEA

sebesar 0.024 sehingga model dapat dikatakan fit atau baik.

Tabel 5.7.Rangkuman Indeks Kesesuaian Model Struktural

Indeks Kesesuaian

Model

Output

Amos.22

Cut-Off

Value Keterangan

Chi-Squared (χ2) 207,997 <213,39 Baik

Page 75: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

63

Signifikansi

Probability 0,082 > 0,05 Baik

CMIN/DF 1,149 ≤ 2.0 Baik

GFI 0,928 >0,90 Baik

AGFI 0,908 >0,90 Baik

TLI 0,987 >0,95 Baik

CFI 0,989 >0,95 Baik

RMSEA 0,024 ≤0.08 Baik

Sumber: Data primer yang diolah 2017

5.2.7. Hasil Regression Weight Full Model Struktural

Tabel 5.22Regression Weight Full Model Struktural

Estim

ate

Std

Estim

ate

S.E. C.R. P

Inovation_

Capability Social_Capital ,149 ,198 ,052 2,851 ,004

Inovation_

Capability

Entrepreneur_

Orientation ,317 ,381 ,063 4,993 ***

Peformanc

e Social_Capital ,149 ,160 ,065 2,293 ,022

Peformanc

e

Entrepreneur_

Orientation ,159 ,154 ,079 2,017 ,044

Peformanc

e

Inovation_Cap

ability ,406 ,328 ,102 3,998 ***

Competeti

ve_Advant

age

Peformance ,344 ,298 ,088 3,895 ***

Competeti

ve_Advant

age

Inovation_Cap

ability ,445 ,312 ,110 4,029 ***

Sumber: Data primer yang diolah 2017

Page 76: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

64

Struktur persamaan hubungan kausalitas jika disajikan dalam

bentuk standardized adalah seperti pada persamaan berikut ini.

IC = 0,198 SC + 0,381EO + δ1

p = 0,04 p = ***

sig sig

P = 0,160SC + 0,154 EO + 0,328IC + δ2

p = 0,022 p = 0,044 p =***

sig sig sig

CA = 0,298 P + 0,312IC + δ2

p = *** p =***

sig sig

Pengaruh Entrepreneurship Orientation (EO) terhadap

Performance(P)

Parameter estimasi pengujian pengaruh EO terhadap P (β1),

menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai standardized

estimate β1 = 0,154, dan critical ratio (CR) sebesar 2,017 serta p-

value = 0,044. Nilai-nilai tersebut telah memenuhi syarat

penerimaan hipotesis, yaitu nilai CR>1,96 pada tingkat signifikansi

<0,05. Sehingga tidak ada alasan untuk menolak hipotesis 1 (H1),

artinya pengaruh EO terhadap Ptelah terbukti signifikan. Ini

berarti bahwa semakin tinggi derajad EO yang dilakukan oleh

UMKM, maka semakin tinggi pula Pyang dilakukan UMKM.

Pengaruh Entrepreneurship Orientation (EO) Terhadap

Innovation Capability (IC)

Page 77: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

65

Parameter estimasi pengujian pengaruh EO terhadap IC (β2),

menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai standardized

estimate β2 = 0,381, dan critical ratio (CR) sebesar 4,993 serta p-

value = ***. Nilai-nilai tersebut telah memenuhi syarat penerimaan

hipotesis yaitu nilai CR>1,96 pada tingkat signifikansi < 0,05 (P =

***). Sehingga tidak ada alasan untuk menolak hipotesis 2 (H2),

artinya pengaruh EO terhadap ICtelah terbukti signifikan. Ini

berarti bahwa semakin tinggi derajad EO yang dilakukan oleh

UMKM, maka semakin tinggi pula ICyang dilakukan UMKM.

Pengaruh Social Capital(SC) Terhadap Performance (P)

Parameter estimasi pengujian pengaruh SC terhadap P (β3),

menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai standardized

estimate β3 = 0,381, dan critical ratio (CR) sebesar 2,293. serta p-

value = 0,022. Nilai-nilai tersebut telah memenuhi syarat

penerimaan hipotesis yaitu nilai CR>1,96 pada tingkat signifikansi

p-value<0,05. Sehingga tidak ada alasan untuk menolak hipotesis 3

(H3), artinya pengaruh SC terhadap Ptelah terbukti signifikan. Ini

berarti bahwa semakin tinggi derajad SCyang dilakukan oleh

UMKM, maka semakin tinggi pula Pyang dilakukan UMKM.

Pengaruh Social Capital (SC) Terhadap Innovation Capability

(IC)

Parameter estimasi pengujian pengaruh SC terhadap IC (β4),

menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai standardized

Page 78: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

66

estimate β4 = 0,198 dan critical ratio (CR) sebesar 2,851 serta p-

value = 0,004. Nilai-nilai tersebut telah memenuhi syarat

penerimaan hipotesis yaitu nilai CR>1,96 pada tingkat signifikansi

p-value<0,05. Sehingga tidak ada alasan untuk menolak hipotesis 4

(H4), artinya pengaruh SC terhadap ICtelah terbukti signifikan.

Ini berarti bahwa semakin tinggi derajad SC yang dilakukan oleh

UMKM, maka semakin tinggi pula Pyang dilakukan UMKM.

PengaruhInnovation Capability(IC) Terhadap Performance (P)

Parameter estimasi pengujian pengaruh IC terhadap P (β5),

menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai standardized

estimate β5 = 0,328 dan critical ratio (CR) sebesar 3,998 serta p-

value = ***. Nilai-nilai tersebut telah memenuhi syarat

penerimaan hipotesis yaitu nilai CR>1,96 pada tingkat signifikansi

p-value<0,05. Sehingga tidak ada alasan untuk menolak hipotesis 5

(H5), artinya pengaruh IC terhadap Ptelah terbukti signifikan. Ini

berarti bahwa semakin tinggi derajad IC yang dilakukan oleh

UMKM, maka semakin tinggi pula Pyang dilakukan UMKM.

Pengaruh Performance TerhadapCompetitive Advantage (CA)

Parameter estimasi pengujian pengaruh P terhadap CA (β6),

menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai standardized

estimate β4 = 0,298 dan critical ratio (CR) sebesar 3,895 serta p-

value = ***. Nilai-nilai tersebut telah memenuhi syarat

Page 79: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

67

penerimaan hipotesis yaitu nilai CR>1,96 pada tingkat signifikansi

p-value<0,05. Sehingga tidak ada alasan untuk menolak hipotesis

6 (H6), artinya pengaruh P terhadap CA telah terbukti signifikan.

Ini berarti bahwa semakin tinggi derajad P yang dilakukan oleh

UMKM, maka semakin tinggi pula CAyang dilakukan UMKM.

Pengaruh Innovation Capability(IC) Terhadap Competitive

Advantage (CA)

Parameter estimasi pengujian pengaruh IC terhadap CA (β7),

menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai standardized

estimate β7 = 0,312 dan critical ratio (CR) sebesar 4,029 serta p-

value = ***. Nilai-nilai tersebut telah memenuhi syarat

penerimaan hipotesis yaitu nilai CR>1,96 pada tingkat signifikansi

p-value<0,05. Sehingga tidak ada alasan untuk menolak hipotesis 7

(H7), artinya pengaruh IC terhadap CA telah terbukti signifikan.

Ini berarti bahwa semakin tinggi derajad IC yang dilakukan oleh

UMKM, maka semakin tinggi pula CA yang dilakukan UMKM.

Page 80: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

68

BAB 6 || PENGUJIAN MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI

ENTREPRENEURIAL, KNOWLEDGE PROCESS CAPABILITY DAN SOCIAL CAPITAL DALAM MENINGKATKAN KINERJA UMKM DI JAWA TENGAH

6.1 Draft Model

Gambar 6.1ModelPengembangan Orientasi Entrepreneurial dan

Social CapitalDalam Meningkatkan Kinerja UMKMdi Jawa

Tengah

Page 81: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

69

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwaOrientasi

entrepreneurial berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas

inovasi dan kinerja UMKM kerajinan tangan di Jawa Tengah. Para

pengusaha UMKM perlu memiliki kemampuan inovasi yang baik,

pro aktif dalam mnghadapi perubahan-perubahan dalam lingkungan

serta berani mengambil resiko. Hasil penelitian mendukung temuan

Elenurm, Ennulo dan Laar (2007) terkait inovasi dan Li, Ching-

Yick Tse dan Yan Gu, 2006; Zhang dan Li, 2007; Matsuno,

Mentzer dan Özsomer, 2002) terkait kinerja.Hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa Social Capital berpengaruh signifikan

terhadap kapabilitas inovasi dan kinerja UMKM di Jawa Tengah.

Apabila dalam organisasi UMKM di Jawa Tengah , nilai-nilai yang

dimiliki sudah sesuai dengan harapan karyawan serta semua

kebijakan dan program prioritas pengembangan usaha juga sesuai

maka akan memudahkan peningkatan kapabilitas inovasi dalam

rangka mencapai kinerja yang lebih baik. Dukungan emosional

untuk saling mendukung, saling percaya antar karyaean dan

manajemen akan memudahkan peningkatan kinerja. Hasil

penelitian mendukung temuan Leana and Phil (2006) yang

menyimpulkan bahwa Social Capital berpengaruh signifikan

terhadap kinerja organisasi serta mendukung temuan Penelitian

Famoso et al. (2014). Temuan penelitian sejalan dengan temuan

Ellinger et al. (2012) bahwa terdapat pengaruh Social Capital

dengan kinerja karyawan dalam organisasi serta temuan Susaana

and Marques (2013) menyimpulkan bahwa Social Capitalmampu

Page 82: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

70

memfasilitasi pengembangan inovasi dengan melibatkan

innovation enablers.

Inovasi merupakan key success faktor dalam meningkatkan

daya saing bisnis (Shapiro,2002). Usaha kecil dan menengah perlu

melakukan inovasi yang berkelanjutan agar produknya dapat

bersaing dengan produk-produk impor, khususnya yang berasal

dari China. Kemampuan inovasi para pelaku UMKM perlu terus

menerus ditingkatkan, agar produk yang dihasilkan sesuai dengan

yang diinginkan oleh konsumen. Tentunya keberanian dalam

melakukan inovasi produk tidak terlepas dari orientasi

entrepreneurial para pelaku UMKM, khususnya industri kerajinan

tangan. Transfer inovasi di UMKM biasanya terkendala pada

rendahnya inovasi dalam produk maupun proses, tingginya biaya

melakukan inovasi sehingga mengakibatkan potensi resiko yang

tinggi, rasa takut yang dapat berimbas enggan melakukan inovasi

serta rendahnya pengetahuan dan informasi yang didapat para

pelaku UMKM (Caputo et al, 2002). Orientasi kewirausahaan

merupakan pendekatan yang berfokus pada inovasi produk di

pasar dan memiliki kecenderungan untuk menjadi pelopor dalam

inovasi dan berusaha memiliki keunggulan disbanding para

pesaingnya. Perusahaan yang memiliki karakteristik entrepreneur

yang tinggi akan memiliki tingkat kinerja dan pertumbuhan yang

lebih tinggi. Dengan demikian menumbuhkan semangat

entrepreneurship dikalangan pelaku UMKM kerajinan tangan

Page 83: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

71

menjadi faktor yang sangat penting dalam menciptakan

kemampuan inovasi. Keberanian untuk melakukan inovasi produk,

menginisiasi berbagai terobosan baru dalam mengembangkan

usaha dan keberanian mengambil resiko menjadi kunci dalam

meningkatkan kapabilitas inovasi. Untuk mengatasi kondisi ini,

maka diperlukan perubahan sikap dan perilaku para pelaku usaha

UMKM melalui berbagai pelatihan dan pendampingan baik oleh

pemerintah daerah, pemerintah pusat khususnya dinas koperasi dan

UMKM, perguruan tinggi dan asosiasi para pelaku UMKM.

Peningkatan sof skills diperlukan agar terjadi perubahan mindset

dalam berbisnis di era kompetisi yang sangat ketat sekarang ini.

Pemerintah daerah melalui dinas koperasi dan UMKM, dinas

perdagangan perlu secara periodic memonitor perkembangan usaha

UMKM kerajinan tangan, memberikan bantuan pendanaan

kelompok agar dapat dikembangkan dalam skala usaha yang lebih

besar. Selama ini pemasaran dan penjualan produk kerajinan

tangan hanya menunggu para pembeli yang datang, dengan

pesanan yang lebih besar dan diekspor ke Malaysia dan beberapa

Negara. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem pemasaran dan net

working para pelaku UMKM masih lemah. Mereka tidak memiliki

inovasi pemasaran yang berorientasi pasar, desain produk yang

tidak berbasis konsumen dan kurangnya pengetahuan untuk

melakukan inovasi. Pemerintah daerah bisa memfasilitasi berbagai

pelatihan dan pendampingan tentang orientasi kewirausahaan ,

kemampuan melakukan inovasi produk dan proses. Perguruan

Page 84: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

72

tinggi dapat berkontribusi dengan menerjunkan para tenaga

akademisi yang kompeten di bidang pemasaran, keuangan serta

teknologi IT. Secara spesifik penguatan orientasi kewirausahaan

UMKM kerajinan tangan difokuskan pada kemampuan inovasi,

menumbuhkan sikap proa aktif serta keberanian dalam mengambil

resiko. Pelatihan bisa melibatkan para praktisi pengusaha besar /

menengah yang sudah sukses dan pernah jatuh bangun dalam

menjalankan usahanya, Dosen di bidang psikologi dan ekonomi

serta para motivator yang mampu merubah mind set para pelaku

UMKM.

6.2 Pengujian Model UMKM

Pengujian model Pengembangan Orientasi Entrepreneurial,

Knowledge Process Capability Dan Social Capital Dalam

Meningkatkan Kinerja UMKM di Jawa Tengah dilakukan dengan

melibatkan para pengusaha UMKM handicraft baik di Kota

Semarang, Kabupaten Jepara dan Kota Pekalongan melalui focus

group discussion (FGD) dengan peneliti, Dinas Koperasi dan

UMKM, kalangan akademisi dan anggota asosiasi.Kegiatan FGD

di Kota Pekalongandiikuti 25 pengusaha UMKMserta narasumber

dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dan UMKM

Kota Pekalongan, Kabid Koperasi dan UMKM, Kasubdit UMKM.

Page 85: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

73

Gambar 6.2Pemateri FGD terdiri dari Tim Peneliti,Dinas

Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dan UMKM Kota

Pekalongan

Kota Pekalongan memiliki beberapa unggulan UMKM

antara lain, industri batik, usaha kuliner dan UMKM handycraft.

Jumlah UMKM di Kota Pekalongan sebanyak 19.615 unit dengan

nilai omzet sebesar Rp. 1,84 triliun pada tahun 2015 dan mampu

menyerap tenaga kerja sebanyak 74.249 orang. Inovasi yang

dilakukan oleh para pengusaha UMKM masih bersifat tradisional

Page 86: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

74

yang mengabaikan pentingnya teknologi informasi dalam

melakukan inovasi produk secara berkelanjutan, disisi lain kota

Pekalongan dinobatkan sebagai kota kreatif kategori Craft and Folk

Arts (Kerajinan dan kesenian rakyat) oleh UNESCO. Beberapa

kegiatan produksi dan pemasaran belum didukung dengan inovasi

pengetahuan dan teknologi informasi terkini, khususnya dalam

industri batik dan tenun.

Salah satu produk unggulan di kota Pekalongan selain batik

adalah tenun. Teknologi pembuatan tenun mengunakan dua jenis

yaitu alat tenun mesin (ATM) dan alat tenun bukan mesin

(ATBM). Daya saing tenun yang berbasis ATBM mengalami

penurunan yang signifikan selama 10 tahun terakhir. Beberapa

faktor penyebab penurunan kinerja industri tenun antara lain,

inovasi yang lambat dalam merespon perubahan pasar baik produk,

maupun pemasaran serta kuantitas dan kompetensi sumber daya

manusia yang semakin langka. Hal ini disebabkan ketrampilan

yang diperoleh bersifat warisan dan belum dilembagakan dalam

suatu pelatihan yang berkesinambungan oleh lembaga atau

pemerintah daerah. Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh

antara lain aspek permodalan, kepemilikan SNI dan Tanda Daftar

Industri (TDI) yang rendah sehingga sulit untuk melakukan ekspor.

Karakteristik para pengusaha UMKM pekalongan terkait

dengan orientasi kewirausahaan masih sangat lemah, khususnya

terkait dengan kemampuan inovasi, keberanian mengambil resiko

dan pro aktif dalam mengantisipasi perubahan

Page 87: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

75

bisnis.Ketidakmampuan UMKM dalam meningkatkan kinerja dan

keunggulan bersaing disamping dipengaruhi oleh faktor orientasi

kewirausahaan, juga faktor modal social, adaptasi terhadap

perubahan lingkungan, inovasi, serta memanfaatkan peluang-

peluang yang ada. Kinerja, daya saing dan keunggulan bersaing

sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam menerapkan

orientasi kewirausahaan kedalam aktivitas strategi yang akan

menentukan tujuan dan penciptaan kinerja secara superior (Hui Li,

et al., 2009). Beberapa permasalahan tentang orientasi

kewirausahaan baik kemampuan inovasi, pro Aktif, keberanian

mengambil resiko serta modal social antara lain sebagai berikut:

Masih rendahnya inovasi dalam desain dan motif produk

batik/tenun, sementara saat ini berkembang motif batik

kontemporer yang mulai disukai oleh masyarakat. Belum ada

keberanian untuk membuat desain-desain inovatif diluar motif-

motif tradisional karena ketakutan produknya tidak laku.

Masih rendahnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia para

pengusaha UMKM, termasuk karyawan yang memproduksi batik /

tenun, sehingga rendahnya pengetahuan mereka berdampak pada

proses penciptaan inovasi produk. Hal ini disebabkan ketrampilan

membatik dan menenun dilakukan secara turun temurun tanpa

adanya pelatihan ketrampilan yang berkesinambungan baik dari

para pengusaha, asosiasi maupun pemerintah kota Pekalongan.

Belum adanya sikap pro aktif (proactiveness) dalam melakukan

riset pasar yang memadai untuk merespon perubahan preferensi

Page 88: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

76

konsumen, perubahan trend konsumen, tindakan yang dilakukan

oleh para pesaing, sistem pemasaran berbasis e-commerce, peluang

dan ancaman yang dihadapi saat ini, sehingga produk yang dibuat

hanya berdasarkan ide / gagasan dari para pelaku UMKM yang

seringkali tidak cocok dengan permintaan pasar.

Keberanian mengambil resiko (managing risks) sangat rendah,

sehingga tidak ada keberanian untuk melakukan inovasi baru

terhadap desain dan produk karena takut akan gagal atau rugi.

Demikian juga adopsi terhadap penggunaan teknologi dalam

marketing juga rendah karena takut mengeluarkan biaya yang

sangat mahal, sementara penjualan produk penjualannya rendah.

Budaya masyarakat pengusaha UMKM yang masih enggan

mengikuti perkembangan teknologi informasi sebagai strategi

dalam bidang produksi maupun pemasaran. Belum optimalnya

promosi produk unggulan UMKM yang disebabkan oleh masih

rendahnya kolaborasi manajemen dengan pihak lain serta jejaring

pemasaran yang masih bersifat tradisional yang belum berbasis e-

commerce.

Rata-rata managerial skill yang masih lemah karena pengetahuan

manajemen tentang perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan

dan pengawasan belum dimiliki hampir mayoritas para pengusaha

UMKM di Pekalongan. Hal ini disebabkan oleh sifat usaha yang

turun temurun.

Kemampuan konseptual skill dalam merumuskan kebijakan dan

strategi usaha yang efektif juga masih relative rendah.

Page 89: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

77

Mayoritaspara pengusaha UMKM belum memiliki perencanaan

dan eksekusi strategi yang jelas dan tepat dalam mencapai

keunggulan bersaing.

Kemampuan mengambil keputusan dengan cepat dan tepat belum

banyak dimiliki oleh para pengusaha UMKM. Mereka cenderung

lambat dalam merespon perubahan, sehingga keputusan yang

diambil seringkali tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada.

Kemampuan dalam mengelola waktu dengan baik juga masih

belum dimiliki para pengusaha UMKM, khususnya kemampuan

untuk menepati pesanan dari konsumen. Seringkali pesanan di

penuhi tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Penguasaan teknologi yang masih rendah, sehingga ketika era

persaingan sudah berbasis pemasaran on line, para pengusaha

UMKM enggan untuk belajar dan mengadopsi sistem pemasaran

berbasis teknologi informasi.

Modal social yang berupa modal structural yang dimiliki para

pengusaha UMKM masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan

belum banyaknya lembaga atau kelompok antar pengusaha UMKM

yang saling berinteraksi satu sama lain untuk memajukan usaha dan

menjalin komunikasi.

Nilai-nilai, sikap dan keyakinan yang mempengaruhi kepercayaan,

solidaritas dan resiprositas yang mendorong ke arah terciptanya

kerja sama antar pengusaha UMKM guna mencapai tujuan bersama

masih belum optimal. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kompetisi

harga yang kurang sehat untuk mencapai target penjualan.

Page 90: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

78

Berdasarkan beberapa permasalahan dan kelemahan yang

ada, Pemerintah Kota Pekalongan telah melakukan beberapa

langkah strategis dalam meningkatkan kinerja UMKM, di

antaranya: mengembangkan layanan cyber UMKM yang mencakup

edukasi pengetahuan pemasaran on line melalui pelatihan online

marketing, akses pemasaran e-commerce sebagai sarana pemasaran

produk, akses lembaga pembiayaan serta mempromosikan produk

UMKM ke media sosial.Pemasaran online merupakan segala usaha

yang dilakukan untuk melakukan pemasaran suatu produk atau jasa

melalui atau menggunakan media Internet atau jaringan www

(World Wide Web). Dengan menggunakan pemasaran on line,

UMKM batik dan tenun Pekalongan dapat melakukan perubahan

dengan cepat baik grafis maupun kata-kata ketika terjadi kesalahan.

Disamping itu juga, melalui pemasaran on line, lebih mudah

menentukan sasaran pasar berbasis faktordemografis seperti,

gender, usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan pekerjaan.

Melalui berbagai media on line seperti blogging, email, media

sosial maka akan mempermudah konsumen untuk memperoleh

banyak informasi, pengetahuan produk serta cara memperoleh

produk tersebut. Manajemen kolaborasi dan jejaring dilakukan

dengan melakukan kemitraan dengan ritel modern untuk

memasarkan produk mikro kecil menengah. Sinergitas dilakukan

antara perusahaan retail PT. Indomarco Prismatama (Indomaret)

dengan pemerintah kota Pekalongan. Inovasi pemasaran dilakukan

Page 91: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

79

dengan mengadakan Pekalongan Batik Night Market yang diikuti

oleh 50 pelaku UMKM dalam rangka meningkatkan kinerja

penjualan batik di Pekalongan. Kegiatan ini menggabung antara

kuliner, belanja batik, fashion show.

Pengujian model Pengembangan Orientasi Entrepreneurial,

Knowledge Process Capability Dan Social Capital Dalam

Meningkatkan Kinerja UMKM Di Jawa Tengah juga dilakukan

melalui focus group discussion (FGD) di Dinas Koperasi, UKM,

tenaga kerja dan transmigrasi Kabupaten Jepara. FGD

menghadirkan naras sumber dari DISKOPUKMNAKERTRANS

Jepara, Dinas perindustrian dan perdagangan kabupaten Jepara

serta 20 pengusaha UMKM dari industri mainan anak, batik tenun,

kerajinan monel dan kerajinan kayu. UMKM di Kabupaten Jepara

menghadapi beberapa permasalahan antara lain:

1. Menurunnya kualitas produk akibat tingginya permintaan

produk tanpa memikirkan dampaknya terhadap pemasaran

berikutnya.

2. Banyak industri baru (garmen ada 7), Adidas Korea yang

masuk ke wilayah Jepara, sehingga memerlukan tenaga kerja

terutama daerah selatan (pecangaan, kalinyamatan, mayong)

sehingga mengurangi para pengrajin handicraft karena beralih

ke karyawan pabrik.

3. Pemasaran masih lemah, khususnya pemasaran global.

4. Masih lemahnya infrastruktur yang ada dalam menunjang roda

perekonomian, khususnya UMKM.

Page 92: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

80

5. Pengembangan produk pariwisata (wisata alam, laut,

pegunungan, religious, wisata sejarah, wisata edukatif) yang

belum optimal, padahal kalau berkembang pesat maka UMKM

di Jepara akan terangkat.

6. Hasil produk banyak yang belum dipatenkan sehingga sering

diambil pihak lain.

7. Berbagai bimbingan teknik dan pelatihan telah diberikan

kepada UMKM baik UMKM batik Jepara, tata boga, dan

pemanfaatan sisa-sisa kayu untuk kerajinan tangan, baik dari

pemerintah kabupaten Jepara, pemerintah provinsi Jawa

Tengah.

8. Supplai bahan baku terhadap industri kerajinan kayu yang

langka.

9. Ada pesaingan baru terhadap para pelaku industri monel.

10. Pengembangan industri tenun troso masih dihadapkan pada

kendala anggaran biaya, sehingga maksmimal dalam

memfasilitasi berbagai pelatihan dan pendampingan.

11. Masih rendahnya legalitas usaha mikro di Jepara, sehingga

memerlukan program “jemput bola” agar seluruh UMKM

Jepara memiliki legalitas usaha.

12. Dukungan dari stakeholders UMKM di Jepara masih kurang.

13. Masih rendahnya penggunaan teknologi informasi dalam

bidang desain produk, pemasaran serta sistem manajemen

keuangan.

Page 93: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

81

14. Belum tersedianya sarana dan prasarana bagi UMKM untuk

mempromosikan dan menjual produk secara terintegrasi pada

lokasi yang strategis (informasi melalui WEB, aplikasi di

media sosial).

15. Belum adanya integrasi antar SKPD terkait pengembangan

UMKM di kabupaten Jepara (Dinas pariwisata, dinas

perindustrian dan perdagangan serta dinas koperasi dan UKM.

16. Masih rendahnya pengelolaan cash flow usaha (tidak ada

laporan pembukuan usaha, sehingga memerlukan aplikasi

sofware keuangan sederhana.

Page 94: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

82

Gambar 6.3Diskusi para pelaku UMKM Jepara dengan nara

sumber

6.3 Analisis SWOT

Berdasarkan pemaparan pengembangan UMKM oleh

pemerintah kabupaten pekalongan dan kabupaten jepara serta para

pengusaha UMKM, maka dapat disusun kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman (analisis SWOT) terhadap pengembangan

kapabilitas inovasi, kinerja dan keunggulan bersaing UMKM

handycraft.

Faktor Internal

Kekuatan:

Harga produk UMKM handycraft murah dan relative

terjangkau.

Etos kerja pelaku UMKM yang tinggi.

Kualitas produk yang dihasilkan cukup baik.

Desain produk bervariasi namun masih menggunakan

metode konvensional.

Inovasi produk sudah bervariasi.

Page 95: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

83

Jumlah UMKM handycarft cukup banyak dan masih eksis

yang mampu menyerap tenaga kerja.

Harga bahan baku relative murah dan mudah diperoleh.

Kelemahan:

Banyak UMKM yang belum memiliki legalitas usaha

Belum memanfaatkan pengetahuan teknologi informasi

dalam bidang desain produk, proses dan pemasaran.

Pengetahuan tentang manajemen usaha, penyusunan strategi

dan proses pemasaran hasil produksinya yang masih rendah.

Banyak hasil desain produk yang dihasilkan tidak

didaftarkan hak kekayaan intelektual baik paten, merk

dagang, desain.

Manajemen usaha yang masih lemah, khususnya terkait

dengan pengetahuan pengelolaan manajemen keuangan

usaha.

Terbatasnya modal yang dimiliki serta pengetahuan akses

ke lembaga keuangan oleh pelaku UMKM.

Lambat dalam merespon perubahan lingkungan, khususnya

terkait dengan produk yang sesuai dengan selera konsumen

(voice of customer).

Jejaring dengan pasar nasional dan internasional masih

belum optimal.

Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki keahlian

dan pengalaman masih kurang.

Page 96: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

84

Budaya para pelaku UMKM yang sulit menerima

perubahan dan merespon dengan cepat perubahan,

khususnya terkait dengan penggunaan teknologi informasi.

Jiwa entrepreneurship masih rendah, khususnya terkait

dengan keberanian mengambil resiko.

Nilai tambah produk yang masih rendah.

Faktor Eksternal

Peluang:

Potensi pasarindustri kerajinan tangan sangat besar dan

belum terlayani secara maksimal.

Perkembangan preferensi masyarakat yang menyukai

produk kerajinan tangan semakin meningkat.

Potensi permintaan produk handycraft dari negara-

negaraASEAN yang semakin meningkat.

Daya beli masyarakat yang semakin meningkat.

Dukungan pemerintah kabupaten / kota, provinsi dan

pemerintah pusat terhadap pengembangan industri kreatif

khususnya di bidang fashion (batik) dan kerajinan tangan.

Adanya kebijakan penyaluran dana bagi UMKM melalui

KUR.

Iklim usaha bagi pelaku UMKM yang kondusif.

Dukungan kebijakan dan pendampingan UMKM yang

dilakukan oleh pemerintah kabupaten.

Page 97: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

85

Banyaknya wisatawan domestik dana asing yang

berkunjung di obyek wisata daerah.

Ancaman:

Banyaknya produk-produk pesaing dari mancanegara yang

masuk ke Indonesia dengan harga yang lebih murah.

Rendahnya kesadaran masyarakat di daerah dimana UMKM

berada untuk membeli produk kerajinan tangan yang ada.

Banyaknya produk pesaing yang berbasis teknologi yang

lebih menarik, canggih dan modern.

Pengetahuan dan budaya masyarakat daerah yang sudah

melek teknologi.

Produk inovatif dari para pesaing yang sangat bervariatif

yang didukung dengan teknologi.

Masih rendahnya perlindungan usaha dari Pemerintah

terhadap bisnis UMKM.

Skema pembiayaan usaha UMKM dengan bunga lunak

yang masih sulit dalam implementasinya.

6.4 Implementasi Strategi

Berdasarkan hasil analisis SWOT selanjutnya dapat disusun

beberapa alternatif strategi berdasarkan kombinasidi antara

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

Page 98: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

86

1. Strategi S-O, yaitu menggunakan kekuatan yang ada untuk

memanfaatkan peluang. Strategi yang cocok adalah strategi

pertumbuhan / aggressive.

Melakukan penetrasi pasar dan produk dengan

mempertahankan harga yang murah melalui pemasaran on

line agar mampu memperluas akses pemasaran baik

domestic maupun internasional. Setiap pelaku UMKM perlu

membuat WEB dan e-commerce agar mampu mendisplay

produk-produknya dan memudahkan konsumen melakukan

pemesanan

Melakukan inovasi produk berkelanjutan dan peningkatan

kualitas yang didukung dengan pemanfaatan teknologi

dalam desain dan proses produksi agar mampu menembus

pasar internasional.

Mengembangkan rantai manajemen pasokan agar bahan

baku diperoleh dengan kualitas baik dan murah sehingga

menghasilkan haarga yang murah untuk dapat menembus

segmen pasar internasional yang terbuka lebar.

Selalu meningkatkan kapabilitas dan ketrampilan inovasi

produk melalui kemitraan dengan para stakeholders yang

ada baik melalui program pelatihan, BIMTEK, CSR serta

pendampingan oleh pemerintah maupun perguruan tinggi.

Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas sumber daya

manusia serta investasi pada peralatan berbasis teknologi

melalui skema pembiayaan lunak dari pemerintah

Page 99: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

87

Meningkatkan mutu dan kualitas produk industri kreatif

kerajinan tangan.

2. Strategi S-T (strategi diversifikasi)

Menggunakan bahan baku serta alternatifnya yang diperoleh

dari berbagai supplier yang paling murah dan berkualitas

(khususnya tersedia di daerah) sehingga mampu

mempertahankan hrga yang lebih murah.

Mengembangkan kemampuan manajemen dan inovasi

produk para pelaku UMKM melalui berbagai kegiatan

pelatihan agar mampu menghasilkan produk-produk yang

lebih inovatif.

Melakukan promosi yang lebih inovatif di daerah-daerah

wisata dengan mendirikan gerai-gerai penjualan bekerja

sama dengan dinas pariwisata.

Frekuensi pameran produk-produk hasil UMKM lebih

ditingkatkan melalui berbagai kegiatan festival, pameran

agar menarik bagi warga setempat untuk membeli produk.

Menggunakan perangkat teknologi dalam produk dan

prosesnya agar menghasilkan produk dengan nilai tambah

yang tinggi.

3. Strategi W-O (turnaround strategy). Strategi ini diterapkan

berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada.

Meningkatkan legalitas usaha UMKM agar lebih mudah

memperoleh pembiayaan lunak dari lembaga perbankan

Page 100: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

88

dalam meningkatkan kapasitas, nilai tambah produk yang

didukung dengan perangkat teknologi.

Menggunakan bantuan teknologi dalam desain produk,

produksi dan pemasaran on line secara bertahap.

Mendaftarkan setiap desain produk dan hasil produk agar

memperoleh hak kekayaan intelektual (HKI), khususnya

hak paten dan merk dagang.

Mengubah budaya yang siap melakukan perubahan dan

berani mengambil resiko usaha melalui penguatan motivasi

dan entrepreneurship oleh pemerintah kabupaten maupun

perguruan tinggi.

Meningkatkan jejaring pemasaran nasional maupun

internasional dengan penggunaan e-commerce.

Peningkatan pengetahuan manajemen usaha, pengelolaan

manajemen keuangan, strategi pemasaran yang diadakan

oleh pemerintah kabupaten maupun perguruan tinggi.

Meningkatkan daya saing produk UMKM melalui

peningkatan produktivitas yang berbasis produk unggulan

daerah, berdaya saing global dan berorientasi ekspor.

Pengembangan jejaring (networking) kerja antara

pemerintah, dunia usaha dan perguruan tinggi serta pihak-

pihak yang berkepentingan lainnya.

Meningkatkan kredibilitas kelembagaan koperasi dan

UMKM dalam mengakses peluang pendanaan pada

lembaga perbankkan maupun non perbankan

Page 101: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

89

4. Strategi WT (Mendukung Strategi Defensif).Strategi ini

didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari

ancaman

Meningkatkan efisiensi produksi melalui pengelolaan rantai

pasokan bahan baku, ssstem promosi dan pemasaran

sehngga dihasilkan biaya yang rendah, sehingga tercipta

harga yang murah.

Mensosialisasikan penggunakan teknologi informasi dalam

mendukung proses bisnis UMKM melalui berbagai

pertemuan formal (antara asosiasi / paguyuban) maupun

pertemuan informal.

Mempelajari dan membuat ijin paten guna mendapatkan

perlindungan usaha baik dari monopoli maupun dari

ekspansi eksternal dari pemerintah.

Memperbaiki manajemen internal UMKM agar mudah

untuk mendapatkan pendanaan bunga lunak dari

pemerintah dengan mempersiapkan prasyarat dari prosedur

pendanaan.

Berdasarkan analisis SWOT dan implementasinya terhadap

eksekusi strategi, maka diperlukan beberapa cara agar strategi yang

dijalankan nantinya dapat berhasil meningkatkan kinerja dan

keunggulan bersaing UMKM melalui penguatan dan

Page 102: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

90

pengembangan kapabilitas manajemen pengetahuan, kolaborasi

manajemen serta peningkatan kapabilitas inovasi.

6.5 Implementasi Orientasi Kewirausahaan

Peningkatan orientasi kewirausahaan bagi para pengusaha

UMKM handycraft sangat penting dilakukan agar mampu

meningkatkan kemampuan inovasi, mampu melakukan langkah-

langkah proaktif serta memiliki keberanian dalam mengambil dan

mengelola resiko. Metode pelatihan kewirausahaan dilakukan

dengan melibatkan kerja sama antara perguruan tinggi, praktisi dan

pemerintah daerah. Adapun teknik pelatihan kewirausahaan antara

lain melalui:

Studi kasus dan diskusi kelompok

Brainstroming yang membantu peserta untuk belajar

menghasilkan ide-ide yang berkaitan dengan produk yang telah

dihasilkan.

Sumbang saran dilakukan untuk berbagi pengalaman dan

pengetahuan antar pengusaha UMKM, kendala-kendala yang

dihadapi serta strategi sukses.

Simulasi bisnis yang akan memberikan pemahaman pada

pengusaha UMKM tentang siklus bisnis yang dapat diterapkan

dan diaplikasikan pada bisnis masing-masing.

Adapun materi pelatihan yang perlu diberikan kepada para pelaku

UMKM antara lain:

Page 103: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

91

Motivasi, perubahan mindset dan sikap kewirausahaan

(Extra Ordinary Entrepreneur, Human Excellence for

Entrepreneur).

Kreativitas, inovasi, strategi penciptaan nilai, peluang

bisnis, dan HAKI.

Menciptakan dan Memulai Usaha Baru

Merumuskan ide bisnis (Merumuskan Ide Bisnis Berbasis

Visi dan Passion )

Sumber-sumber modal

Teknik mengelola Usaha (teknik Mengelola Usaha yang

Berkelanjutan, Strategi Menemukan Pasar dan

mengeksekusi strategi yang efektif , Business Roleplay,

Business Spy.

Social Entrepreneurship, Ecological Entrepreneurship,

Government Entrepreneurship

Menyusun rencana bisnis

Model dan Analisis Kelayakan Bisnis

Kemampuan inovasi UMKM harus dibangun mulai dari

infrastruktur pengetahuan sampai dengan kemampuan proses

pengetahuan itu sendiri. Infrastruktur pengetahuan terdiri dari

penggunaan internet dalam memasarkan produk dengan

memanfaatkan teknologi search engine untuk mengundang calon

pelanggan yang relevan dengan produk/jasa yang ditawarkan,

untuk mengetahui produk/jasa melalui website. Media sosial

Page 104: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

92

memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja

bisnis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 90% responden

menganggap social media sangat penting dalam meningkatkan

bisnis UMKM, karena berdampak pada peningkatan brand

awareness. Disamping itu, mampu meningkatkan traffic (72%),

peningkatan pencarian tingkat (62%), kemitraan baru 59%,

peningkatan penjualan 48% dan pengurangan biaya pemasaran

59%.Beberapa strategi dalam meningkatkan inovasi antara lain:

Penggunaan teknologi informasi dalam memperoleh akses

informasi eksternal, baik produk, tren konsumen, perubahan

selera dan gaya hidup, teknologi produksi, pemasaran on line,

perolehan hak kekayaan intelektual secara on line yang harus

dimiliki dan diadopsi masing-masing UMKM. Langkah

pertama adalah memberikan sosialisasi tentang penggunaan

teknologi informasi dalam bisnis kepada seluruh pelaku

UMKM secara bertahap dengan melibatkan kerja sama dengan

pemerintah kabupaten/kota (Dinas koperasi dan UMKM),

perguruan tinggi khususnya Fakultas teknologi informasi dan

Fakultas Ekonomi, para praktisi pemasaran, praktisi ICT.

Pelatihan dapat dilakukan secara bertahap melalui beberapa

angkatan hingga seluruh pelaku UMKM.Pembuatan dan

pendampingan infrastruktur teknologi informasi seperti

pembuatan WEB masing-masing pelaku UMKM, pengisian

konten WEB, Internet marketingatau online-

marketingmelalui internet dan media sosial yang dilaksanakan

Page 105: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

93

oleh perguruan tinggi bekerja dengan dengan dinas koperasi

dan UMKM dalam bentuk kegiatan pengabdian

masyarakat.Beberapa bentuk strategi pemasaran on line antara

lain melalui: toko-toko online/virtual, media sosial facebook,

blogging/konten website, e-mail marketing, dan situs-situs

penyedia iklan seperti Google Adwords, Facebook Ads, SEO,

Instagram Ads.

Membentuk pusatCyber UMKM sebagai media komunikasi

untuk melakukan konsultasi dan pendampingan bagi UMKM

dalam menggunakan pamasaran online, pemasaran e-

commerce, sistem promosi online, sistem pasokan bahan baku

berbasis online, manajemen stok persediaan berbasis online

serta akses ke lembaga pembiayaan.

Masing-masing UMKM harus menyediakan sumber daya

manusia (admin) yang khusus menangani pemasaran on line

agar informasi selalu up to date.

Pemerintah kabupaten juga menyediakan khusus

WEB/pemasaran internet atau situs toko onlineyang digunakan

untuk mempromosikan seluruh produk UMKM berdasarkan

kelompok jenis usaha.

Secara berkelanjutan memberikan perubahan mindset para

pengusaha UMKM kearah ekonomi digital melalui berbagai

pelatihan / pertemuan informal maupun dengan asosiasi

pengusaha UMKM.

Secara berkala perguruan tinggi dan pemerintah kabupaten

Page 106: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

94

melakukan monitoring dan evaluasi serta pendampingan

pemasaran on line setiap pelaku UMKM.

Selain penyiapan dan pengadaan infrastruktur pengetahuan,

maka diperlukan juga kemampuan proses pengetahuan yang

mencakup menangkap, berbagi, menerapkan, dan menciptakan

pengetahuan. Beberapa pengetahuan yang perlu dikuasai para

pelaku UMKM agar mampu meningkatkan kinerja dan keunggulan

bersaing antara lain:

a. Inovasi pemasaran on line

Strategi melakukan riset pasar melalui media sosial maupun

secara on line untuk mengetahui selera dan trend konsumen

yang terkini.

Inovasi mempromosikan produk pada media yang sudah

dibuat,seperti Website, Facebook, Instagram, serta Twitter.

Inovasi membuat desain tampilan akun jualan yang

menarik.

Inovasi membuat dan menulismenulis artikel untuk website

(konten marketing) maupun desain website.

Inovasi membangun kepercayaan dan reputasi kepada

pelanggan melalui pemasaran on line.

Inovasi menggunakan Email Marketing Efektif.

Inovasi membangun hubungan pelanggan yang baik melalui

pemasaran on line.

Inovasi merespon dengan cepat terhadap berbagai keluhan

Page 107: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

95

konsumen.

Inovasi berkomunikasi yang baik dengan pelanggan

b. Inovasi Pemasaran UMKM

Inovasi Segmentasi pasar, sasaran pasar dan positioning

pasar.

Inovasi Bauran pemasaran

Pengetahuan Perilaku konsumen

Inovasi Strategi merek termasuk cara mendapatkan hak

kekayaan intelektual (HKI)

Riset pasar

Inovasi Strategi kemasan

Inovasi Strategi harga

Inovasi strategi generic dari Michael Porter.

c. Inovasi Manajemen Keuangan

Inovasi penyusunan laporan keuangan berbasis aplikasi

software akuntansi

Strategi prosedur pengajuan kredit lembaga keuangan (bank

dan non- bank)

Inovasi efisiensi harga pokok produksi

Inovasi efiensi modal kerja

Manajemen kas

Akses lembaga keuangan

d. Inovasi Manajemen operasi

Page 108: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

96

Inovasi Desain produk berbasis suara konsumen dengan

menggunakan metode Quality Function Deployment(QFD)

dengan bantuan software QFD.

Inovasi kualitas

Inovasi manajemen persediaan

Inovasi Supply Chain Management

Inovasi teknologi dalam desain dan proses produksi

6.6 Implementasi Social Capital

Modal social merupakan aset berharga yang berasal dari

akses ke sumber daya yang tersedia melalui hubungan social.

Lawson, Tyler & Cousins, 2008).Knoke (1999) menyatakan bahwa

modal social sebagai proses dimana aktor sosial menciptakan dan

memobilisasi koneksi jaringan mereka di dalam dan di antara

organisasi untuk mendapatkan akses ke sumber daya aktor sosial

lainnya. Dengan demikian modal social memiliki dimensi kognitif,

structural dan relasional. Dimensi relasional dapat berperan dapat

dilihat ketika membandingkan interaksi antara individu yang

terpisah yang mungkin memiliki posisi yang sama dalam jaringan

hubungan (misalnya antara pembeli dan pemasok).

Dimensi struktural meliputi komponen jaringan dan aspek-

aspek seperti ada atau tidak adanya ikatan di antara pihak-pihak,

konfigurasi jaringan (seperti hierarki dalam suatu organisasi), dan

konsep-konsep seperti kepadatan hubungan, kehadiran atau tidak

Page 109: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

97

adanya ikatan jaringan antara orang yang berbeda, konfigurasi

jaringan formal dan / atau informal dan kepadatan dan konektivitas

jaringan.Dimensi kognitif menangkap konsep norma bersama,

sistem makna dan nilai sehingga dimensi kognitif secara langsung

mempengaruhi perkembangan modal sosial dan pengembangan

hubungan. Tsai dan Ghoshal (1998) menunjukkan bahwa modal

kognitif diwujudkan dalam visi bersama dan tujuan kolektif dari

mitra organisasi dan diringkas oleh persepsi, harapan, dan

interpretasi bersama.

Berdasarkan konsep dan dimensi modal social tersebut,

maka implementasi dalam UMKM perlu penjabaran lebih

mendalam dalam meningkatkan inovasi, kinerja dan keunggulan

kompetitif.Untuk modal social internal ada beberapa strategi yang

dapat dimplementasikan UMKM, antara lain:

Mensosialisasikan nilai-nilai perusahaan UMKM kepada

seluruh karyawan, pemasok, konsumen melalui beberapa

pertemuan formal maupun informal. Pertemuan formal dengan

karyawan dapat dilakukan dengan mengadakan diskusi, rapat

secara rutin baik mingguan maupun bulanan. Pertemuan

informal dapat dilakukan melalui kegiatan pengajian, wisata

bersama. Sosialisasi nilai organisasi UMKM kepada konsumen

dilaksanakan pada saat konsumen melakukan pembelian,

brosur dan pada saat pameran produk.

Menyusun program dan kebijakan prioritas perusahaan

Page 110: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

98

UMKM dengan melibatkan seluruh karyawan yang ada, agar

karyawan merasa terlibat dan memiliki organisasi, sehingga

target yang ditetapkan akan lebih mudah tercapai. Khususnya

kebijakan mengenai desain produk, kualitas produk,

diversifikasi produk agar sesuai dengan kepentingan

konsumen.

Menciptakan dan meningkatkan keterlibatan karyawan agar

semakin loyal terhadap perusahaan UMKM melalui

manajemen yang terbuka, komunikasi dua arah yang intens

serta tingkat kesejahteraan yang layak.

Meningkatkan kepercayaan karyawan terhadap pemiliki

UMKM sangat penting. Beberapa cara untuk meningkatkan

kepercayaan antara lain: memberikan keleluasaan karyawan

untuk mengemukakan ide-ide dan inovasi desain produk, serta

beebrapa delegasi wewenang yang dapat dilakukan oleh para

karyawan.

Menciptakan iklim di dalam organisasi UMKM untuk saling

bertukar informasi dan pengetahuan melalui berbagai

pertemuan formal maupun informal baik antar karyawan

maupun dengan para pengusaha UMKM yang lain untuk

merespon perubahan pasar, kebutuhan dan keinginan

pelanggan, peningkatankualitas produk, perubahan teknologi

produksi.

Menciptakan iklim kerja sama yang baik antar karyawan

dengan mendeskripsikan pekerjaan masing-masing karyawan

Page 111: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

99

dengan jelas, menyusun SOP yang jelas.

Modal socialeksternal dapat dilakukan oleh UMKM melalaui

kerja jejaring dengan beberapa institusi eksternal, seperti

pemerintah daerah, perguruan tinggi dan asosiasi UMKM. Kerja

sama dengan perguruan tinggi dapat dilakukan melalui pelibatan

berbagai peran untuk mendukung UMKM.

Peran Perguruan Tinggi

1. Meningkatkan pengetahuan para pelaku UMKM handicraft

melalui program pelatihan dan pendampingan tentang inovasi

produk, inovasi pemasaran melalui program pengabdian

kepada masyarakat yang melibatkan para Dosen di fakultas

ekonomi, fakultas teknologi informasi.

2. Memberikan pelatihan dan pendampingan desain produk

berbasis quality function deployment (QFD) dengan

memperhatikan suara konsumen.

3. Memberikan pelatihan dan pendampingan terhadap kelompok

usaha bersama (KUBE), khususnya dalam memanfaatkan

bantuan dari pemerintah dalam pengembangan usaha.

4. Memfasilitasi para pelaku UMKM dengan pemerintah daerah

dan perbankan serta CSR perusahaan untuk memperoleh dana

pengembangan usaha tanpa bunga.

5. Membantu para pelaku usaha UMKM untuk memasarkan

produknya secara on line serta melalui website, bekerja sama

Page 112: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

100

dengan Fakultas Ilmu Komputer dan Fakultas Teknologi

Informasi.

6. Memberikan pelatihan proses produksi UMKM berbasis

teknologi.

Peran Pemerintah Daerah:

1. Memberikan pembinaan dan pelatihan secara

berkesinambungan bekerja sama dengan perguruan tinggi serta

Kamar Dagang Dan Industri.

2. Memfasilitasi dan membantu terbentuknya jaringan

networking pemasaran, baik di Jawa maupun di luar Jawa

hingga manca Negara,melalui berbagai pameran produk.

3. Mendorong terbentuknya Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

dan memberikan stimulus dana pengembangan usaha bekerja

sama dengan BUMN maupun CSR perusahaan swasta.

4. Memberikan bantuan teknologi tepat guna untuk membantu

inovasi produk yang dihasilkan.

5. Memonitor dan memfasilitasi pertemuan rutin formal dengan

berbagai stakeholder di bidang UMKM handycraft, khususnya

sesama pengusaha UMKM handycraft.

Peran Asosiasi UMKM:

1. Memfasilitasi pertemuan rutin antar pengusaha UMKM

handicraft untuk saling bertukar pengetahuan dan pengalaman

di bidang inovasi produk, proses, dan pemasaran.

Page 113: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

101

2. Memfasilitasi networking dengan para pemasok dan konsumen

nasional maupun internasional.

3. Mengadakan pameran produk secara bersama-sama yang

melibatkan pemerintah daerah.

4. Memfasilitasi pertukaran pengetahuan baru melalui pertemuan

formal yang rutin.

5. Memfasilitasi UMKM dengan pemerintah daerah untuk ikut

mengembangkan dan melakukan pembinaan usaha.

Page 114: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

102

DAFTAR PUSTAKA

Abili,K. And Faraji, H. (2009), “A Comparative Study on

Organizational Social Capital in Faculties of Humanities,

Social and Behavioral Science at University of Tehran”,

Tehran, Iran.

Abili, Mahyar and Khodayar Abili (2012),”Social Capital

Management in Iranian Knowledge Based SMEs”, Tehran,

Iran.

Ahmadi, A.A.A, Ahmadi, F., Zandieh, A. (2011), Social Capital

and its impact on job satisfaction, Interdisplinary Journal of

Contemporary Research in Business,Vol 3, No.2, pp. 511-

522.

Baughn, Neupert, K., Anh, P.T., & MinhHang, N.T. (2011).

Social Capital and human resource management in

international joint ventures in Vietnam: a perspective from a

transitional economy. The International Journal of Human

Resource Management, Vol. 22, No. 5, 1017–1035.

Bolino, M.C. Turnley, W.H. and Bloodgood, J.M., (2002),

Citizenship behavior and creation of Social Capital in

organizations, Academy of Management Review, Vol. 27,

No.4, pp 505-522.

Cakar Nigar Demircan & Alper Erturk (2010), Comparing

Innovation Capability of Small and Medium Sized

Enterprises: Examining the Effect of Organizational Culture

and Empowerment, Journal of Small Business

Management, 48 (3), pp. 325-359.

Page 115: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

103

Camps Susanna, Pilar Marques (2013), Exploring how Social

Capital faclities innovation: the role of innovation enablers.

Technological Forecasting & Social Change, pp. 325-348.

Collins, C.J., & Clark, K.D. (2003). Strategic human resource

practices, top management team social networks, and firm

performance: The role of human resource practices in

creating Organizational Competitive Advantage. Academy

of Management Journal, Vol. 46, No. 6, 740–751.

Covin, Jeffrey G. and Slevin, Dennis P. (1988), The Influence of

Organizational

StructureontheUtilityofanEntrepreneurialTopManagement

Style,Journalof Management Studies, 23(3): 217-234.

Damanpour, F. (1991), Organizational Innovation: A Meta

Analysis of Effects of Determinants and Moderators,

Academy of Management Journal, Vol. 34 No.3, pp. 555-

90.

Damirchi. G.V., Shafai, J., Paknazar, J., (2011), Surveying of

Social Capital’s effect on entrepreneurship, Interdisplinary

Journal of Contemporary Research in Business, Vol.3,

No.2. pp. 1101-1111

Dudwick, N., Kuehnast, K., Jones, V.N., & Woolcock, M. (2006).

Analyzing Social Capital in context: A guide to using

qualitatitive methods and data. World Bank Institute.

Elenurm, T., Ennulo, J. and Laar, J. (2007), Structure of Motivation

and Entrepreneurial Orientation in Students as the Basis for

Differentiated Approach in Developing Human Resources

for Future Business Initiatives, EBS Review, 23(2): 50-61.

Page 116: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

104

Ellinger Alexander E, Carolyn Findley Musgrove, Andrea D

Ellinger, Daniel G Bachrach, Ayse Banu Elmadag Bas, Yu

LinWang (2012), inluences of organizational investments in

Social Capital on service employee commitment and

performance, Journal of Business research. 66, pp.1124-

1133

Famoso Valeriano Sanchez, Amaia Maseda, Txomin Iturralde

(2014), The role of internal Social Capital in

organizational innovation an empirical study of family firm,

European Management Journal, pp.1-13.

Fruhling, A.L. and Siau, K. (2007), Assesing Organizational

Innovation Capability and Its Effect on E-Commerce

Initiatives, The Journal of Computer Information Systems,

Vol. 48 No.1, pp.133-45.

Gant, J., Ichniowski, & Shaw. (2002). Social Capital and

organizational change in high involvement and traditional

work organizations. Journal Economic Management

Strategic, Vol 11, 289-328.

Gatignon, Hubert and Xuereb, Jean-Marc (1997), Strategic

Orientation of the Firm and New Product Performance,

Journal of Marketing Research, 34: 77-90.

Gittell, J.H. (2000). Organizing work to support relational

coordination. International Journal Human Resource

Management, Vol. 11, 517-539.

Hui Li, Yong, Jing-Wen Huang dan Ming-Tien Tsai, 2009,

Entrepreneurial Orientation And firm Performance: The

Role Of Knowledge Creation Process, Industrial Marketing

Management, 38 pp. 440–449.

Page 117: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

105

Ireland, R.D., Hitt, M.A., Camp, S.M. and Sexton, D.L. (2001),

“Integrating entrepreneurship and strategic management

actions to create firm wealth”, The Academy of

Management Executive, Vol. 15, No. 1, pp. 49-63

Leana Carrie R , Frits K Phil (2006), Social Capital and

organizational performance: evidence from Urban publik

schools, Organization science, vol. 17, no. 3, pp. 353-366.

Liao, Li-Fen. (2006). A Learning Organization Perspective on

Knowledge-Sharing Behavior and Firm Innovation. Human

System Management IOSS Press, 25. 227-236.

Lanrosen, S (2005), Customer Involvement in New Product

Development: A Relationship Marketing Perspective,

European Journal of Innovation Management, Vol. 8 No. 4,

pp.424-36.

Lee Jia Sheng & Chia Jung Hsich (2010), A Research In relating

Entrepreneurship, Marketing Capability, Innovative

Capability and Sustained Competitive Advantage, Journal

of Business & Economic Research, September, 109-119.

Lin Hsiu Fen (2007), Knowledge Sharing and Firm Innovation

Capability: an Empirical Study, International Journal of

Manpower, Vol. 28 No. ¾, pp. 315-332.

Lumpkin, G.T. and Dess, G. (1996), “Clarifying the

Entrepreneurial Orientation Construct and Linking It To

Performance”, Academy of Management Review, Vol. 21,

No. 1, pp. 135-172

Maatoofi A l i R e za and Tajeddini Kayhan (2011), Effect of

Market Orientation and Entrepreneurial Orientation on

Page 118: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

106

Innovation, Journal of Management Research, Vol. 11,

No. 1, April 2011, pp. 20-30

Matsuno, Ken, Mentzer, John T. and Özsomer, Ayºegül (2002),

The Effects of Entrepreneurial Proclivity and Market

Orientation on Business Performance, Journal of Marketing,

66(3): 18-32.

Michaels,E.T.,&Gow,H.R.(2008).Marketorientation,innovationand

entrepreneurship:Anempirical examination

ofIllinoisbeefindustri.InternationalFoodandAgribusinessManag

ementReview,11(3):69-73.

Miller, D. (1983), The Correlates of Entrepreneurship in Three Types

of Firms, Management Science, 29(7): 770-791.

Monica Hu, Meng-lei., Horng, Jeou-Shyan., Christine Sun, Yu-

Hua.,(2009). Hospitality Teams: Knowledge Sharing and

Service Innovation Performence. Toursm Management,

20.41-50.

Monica Hu, Meng-lei., Ou, Tsung-Lin., Chiou, Haw Jeng., Lin,

Lee-Cheng. (2012). Effects Social Exchange and Trust on

Knowledge Sharing and Service Innovation. Social

Behavior and Personality, 40(5). 783-800.

Morris, Michael H. and Paul, Gordon W. (1987), The Relationship

between Entrepreneurship and marketing in Established

Firms, Journal of Business Venturing., 2(3): 247-259.

Nahapiet, J and Ghosal,S. (1998),”Social Capital, Intellectual

Capital and Organizational Advantage”, The Academy of

Management Review, Vol.23, No.2,pp 242-266.

Page 119: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

107

Nguyen Q., Neck A., &Nguyen T. (2008). The Inter-

RelationshipbetweenEntrepreneurialCulture,Knowledge

Management andCompetitive

AdvantageinaTransitionalEconomy.[Online]

Available:http://www.arts.monash.edu.au.pdf(February

26,2011).

Porter, M. E. (1998). The Competitive Advantage: Creating and

Sustaining Superior Performance. New York: Free Press.

Preda, G. (2013). The InfluenceOf Entrepreneurial Orientation

And Market- Based Organizational Learning On The Firm’s

Strategic Innovation Capability, Management & Marketing

Challenges for the Knowledge Society (2013) Vol. 8, No. 4,

pp. 607-622.

Seibert, S.E., M.L. Kraimer, R.C. Liden. 2001. A Social Capital

theory of career success. Academic Management Journal.

Vol 44, 219-237.

Talavera. O, Xiong L., Xiong, X., (2012), Social Capital and

access to Bank financing: The case of Chinese

Entrepreneurs, Emerging Markets Finance & Trade, Vol 48,

No.1, pp. 55-69.

Tambunan, Tulus, (2008), Ukuran Daya Saing Koperasi Dan

UKM, Study RPJM Nasional Tahun 2010-2014 Bidang

Pemberdayaan Koperasi dan UKM, Bappenas.

Venkatraman, N. (1989), “Strategic Orientation of Business

Enterprises: The Construct, Dimensionality, and

Measurement”, Management Science, Vol. 35, No. 8, pp.

942-962.

Page 120: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

108

Wingwon, B. (2012).Effects of Entrepreneurship, Organization

Capability, Strategic Decision Making and Innovation

toward the Competitive Advantage of SMEs Enterprises.

Journal of Management and Sustainability Vol. 2, No. 1;

March 2012.

Workman, John P. (1993), Marketing’s Limited Role in New

Product Development in One Computer Systems Firm,

Journal of Marketing Research, 30: 405-421.

Wu Xiaobo and Sivalogathasan (2013), Intelectual Capital for

Innovation Capability: A Conceptual Model for Innovation,

International Journal of Trade, Economics and Finance,

Vol. 4, No. 3, pp. 139-143

Page 121: MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI DALAM …

109