model pembelajaran tai
DESCRIPTION
model pembelajaran TAITRANSCRIPT
MAKALAH
PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
“Model Pembelajaran Menentukan Keliling dan Luas Bangun Segi Tiga
menggunakan pendekatan Cooperative Learning type TAI (Team
Assisted Individualization)”
Pengampu : Drs. Setiawan, M.Pd
Disusun Oleh :
Desvita sari A410090047
Niken Dwi Andhika A410090076
Zuhdha Basofi Nugroho A410090204
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur Alkhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
senantiasa membimbing dan memberikan cinta serta petunjuk-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang Menentukan
Keliling dan Luas Bangun Segi Tiga Dengan Model Pembelajaran TAI.
Dalam makalah Model Pembelajaran Menentukan Keliling dan Luas Bangun Segi
Tiga Dengan TAI ini membahas tentang bagaimana menerapkan metode TAI dalam
pembelajaran Menentukan keliling dan luas bangun segi tiga dan segi empat.
Penulis menyadari banyak keterbatasan dalam menyusun makalah ini, maka penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………………………. i
Kata Pengantar………………………………………………………………………… ii
Daftar Isi………………………………………………………………………………. iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………….. 1
B. Tujuan Penulisan.………………………………….…………………………… 2
C. Ruang Lingkup Materi…………………………………………………………. 3
BAB II : Model Pembelajaran Menentukan Keliling dan Luas Bangun Segi Tiga
menggunakan pendekatan Cooperative Learning type TAI ( Team Accelerated
Instruction)
A. Model Pembelajaran TAI……………………………………………………..… 4
1. Pengertian Model Pembelajaran……………………………………..……. 4
2. Pengertian Model pembelajaran TAI……………………………………... 4
3. Langkah-Langkah Metode pembelajaran TAI……………………………. 5
B. Menentukan Keliling dan Luas Bangun Segitiga ……………… …………..… 5
C. Lesson Plan Model Pembelajaran Rumus Keliling dan Luas segitiga………..... 6
BAB III : Rencana Uji Coba lesson Plan
A. Tahapan Uji Coba Lesson Plan…………………………………………….… 21
B. Instrument Pengamatan Uji coba Lesson plan………………………………… 21
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………… 21
B. Saran ………………………………………………………………. …… 22
C. Daftar pustaka…………………………………………………………..… 21
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika sebagai mata pelajaran yang membekali siswanya untuk
memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta
mampu bekerja sama masih banyak kurang diminati oleh siswa. Dari beberapa hasil
pengamatan, dijumpai masih banyaknya siswa yang takut, kurang senang dan
menemui kesulitan dalam menghadapi pelajaran matematika. Tidak jarang pula dari
siswa yang mengeluhkan bahwa matematika khususnya pada materi atau bab
menghitung keliling dan luas segitiga dianggapnya sebagi materi yang
membosankan, menjenuhkan ataupun banyak sebutan lain yang bernilai negatif.
Meskipun dalam proses belajar mengajar sudah tercakup adanya
komponen-komponen seperti model, strategi, pendekatan, metode, dan tehnik yang
dikembangkan untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar serta untuk mencapai
tujuan utama pembelajaran yaitu adanya keberhasilan siswa dalam belajar dalam
rangka pendidikan baik dalam suatu mata pelajaran maupun pendidikan pada
umumnya.
Kegiatan pembelajaran disekolah menunjukkan bahwa banyak model
pembelajaran dikembangkan, namun masih jarang digunakan dalam proses
pembelajaran. Adanya kecenderungan untuk melaksanakan pembelajaran yang
berpusat pada guru (teacher centred) masih lebih dominan dilakukan daripada
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented). Hal ini disebabkan adanya
perasaan ribet atau terlalu banyak hal yang harus dipersiapkan ataupun kurangnya
pengetahuan guru tentang model-model pembelajaran yang tepat untuk digunakan.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal yang harus diingat oleh guru
adalah tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan
kondisi . Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah
memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia,
dan kondisi guru itu sendiri. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran tipe TAI yang dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan
keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang
untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan
pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah
Sehingga, dipandang perlu kita kembangkan model pembelajaran dengan
pendekatan Cooperative Learning type TAI (Team Assisted Individualization/Team
Accelerated Instruction) dan implementasinya pada pembelajaran matematika.
B. Tujuan
Tujuan penulisan model pembelajaran ini adalah agar para pembaca/pemerhati
pendidikan matematika, mamahami dan termotivasi untuk mendiseminasikan
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Cooperative Learning type
TAI (Team Assisted Individualization/Team Accelerated Instruction) ini, dengan :
1. mengidentifikasikan kelebihan dan kelemahan model pembelajaran ini.
2. mengaplikasikan model ini pada materi-materi pelajaran yang tepat.
3. menjadikannya sebagai acuan untuk pengembangan model-model yang lain.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup darai tulisan ini adalah:
1. Pendekatan model pembelajaran Cooperative Learning type TAI (Team Assisted
Individualization/Team Accelerated Instruction) dalam Pembelajaran Matematika
2. Model pembelajaran rumus keliling dan luas segitiga pada kelas 7 dengan
pendekatan model pembelajaran Cooperative Learning type TAI (Team Assisted
Individualization/Team Accelerated Instruction).
Bab II
Model Pembelajaran Menentukan Keliling dan Luas Bangun Segi Tiga
menggunakan pendekatan Cooperative Learning type TAI (Team
Assisted Individualization/Team Accelerated Instruction)
A. Definition of Motivation and Cognitive Theory
Motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Banyak teori
motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian
yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa.
Landy dan Becker membuat pengelompokan pendekatan teori motivasi ini menjadi 5
kategori yaitu teori kebutuhan,teori penguatan,teori keadilan,teori harapan,teori
penetapan sasaran.
Piaget merupakan salah satu pioner konstruktivis, ia berpendapat bahwa anak
membangun sendiri pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan.
Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu 1) memusatkan
perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya.
Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut.
Pengalaman – pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan
tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap Pendekatan yang digunakan
siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam
posisi memberikan pengalaman yang dimaksud, 2) mengutamakan peran siswa dalam
berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget
menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi ( ready made knowledge ) anak
didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan
lingkungan, 3) memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati
urutan perkembangan yang sama, namun pertumbungan itu berlangsung pada kecepatan
berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam
kelas yang terdiri dari individu – individu ke dalam bentuk kelompok – kelompok kecil
siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal, 4) mengutamakan peran siswa untuk
saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan – gagasan tidak dapat dihindari
untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara
langsung, perkembangannya dapat disimulasi.
Dalam teori ini ada beberapa cara pembelajaran,salah satunya yaitu pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning merupakan istilah umum
untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama
kelompok dan interaksi antarsiswa. Salah satu metode pembelajaran yang berbasis
kooperatif adalah metode TAI (Team Assisted Individualization/Team Accelerated
Instruction).
B. Model Pembelajaran TAI
Selama ini proses transfer pengetahuan bahasa Indonesia dari guru ke
murid masih banyak mengandalkan buku yang terbatas bahkan tidak ada, sehingga
bahasa Indonesia kurang diminat siswa, serta permasalahan yang berkenaan dengan
rendahnya kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran yang efektif.
Pembelajaran semacam itu bukan saja membuat bosan para siswanya, namun juga
membuat pemikiran mereka kurang berkembang, siswa kurang dilatih untuk peka
terhadap permasalahan di sekitar dan belajar bagaimana memecahkan masalah
menurut kemampuannya. Oleh sebab itu, perlu diadakan perubahan model
pembelajaran seperti model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Accelerated
Instruction).
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini mengkombinasikan keunggulan
pembelajaran kooperatif dan pembelajaran idnidvidual. Tipe ini dirancang untuk
mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan
pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada
tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang
sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok
untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota
kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab
bersama.
Model pembelajaran TAI (Team Accelerated Instruction) termasuk dalam
pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam
kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk menyelesaikan
tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian
bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Keheterogenan kelompok
mencakup jenis kelamin, ras, agama (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi,
sedang, rendah), dan sebagainya.
C. Tahap-Taham Metode TAI
a.Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran
secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan
skor dasar atau skor awal.
c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa
dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan
rendah) Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda
serta kesetaraan jender.
d. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi
kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu
kelompok.
e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f. Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
D. Nilai Sinus dan Kosinus Jumlah dan Selisih Dua Sudut.
Materi menentukan keliling dan luas segitiga pada siswa kelas VII dapat dipandang sebagai materi yang sulit padahal pada waktu SD diberikan materi ini. Hal ini dapat disebabkan karena pada siswa kelas VII masih terpengaruh oleh kepribadian SD. Pada siswa kelas VII guru juga belum terlalu mengetahui kemampuan siswanya
dalam menerima materi pembelajaran. Oleh karena itu dengan metode pembelajaran TAI ( Team Assisted Instruction ) guru dapat menegetahui kemampuan siswanya terlebih dahulu melalui post test. Serta siswa tidak akan bosan karena pembelajaran dilakukan secara berkelompok.
E. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Model Pembelajaran Rumus
Sinus dan Kosinus untuk Jumlah dan Selisih Dua Sudut dengan MMP
RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Mata Pelajaran : MatematikaKelas : VII (Tujuh)Waktu : 2 Jam pelajaran
1) Standar Kompetensi:
6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
2) Kompetensi Dasar :
6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah.
3) Indikator :
1) Memahami konsep keliling segitiga.
2) Memahami konsep luas segitiga.
3) Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan keliling dan luas segitiga.
4) Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu:
Siswa dapat memahami konsep keliling segitiga.
Siswa dapat memahami konsep luas segitiga.
Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan
keliling dan luas segitiga.
5) Kegiatan Belajar Mengajar Model TAI
Langkah 1 : Pemberian materi
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru. Materi dapat berupa lembaran materi atau siswa dapat mencarinya diperpustakaan, dengan cara pembarian tugas untuk mencari materi pada pertemuan sebelumnya.
Langkah 2 : Penilaian kemampuan Individu
Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan
skor dasar atau skor awal.
Contoh instrumen yang diujikan:
1.
Disebut Segitiga apakah gambar diatas?
2. Sebutkan elemen-elemen yang diperlukan jika ingin menghitung luas segitiga!
3. Sebutkan rumus untuk menghitung keliling dan luas segitiga!
4. Tinggi suatu segitiga jika diketahui luasnya adalah 125cm2 dan alasnya 20cm
5.
Tentukan luas dan keliling segitiga diatas!
9cm
15cm
Langkah 3 : Pengelompokan
Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah) Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.
Langkah 4 : Diskusi
Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok
Langkah 5 : penegasan
Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
Langkah 6: Kuis Individual
Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
Tentukan:
1. Luas dan keliling suatu segitiga jika tingginya 105m dan alasnya 35m!
2. Tinggi suatu segitiga jika luasnya 2500cm2 dan alasnya 120cm!
Langkah 7 :
Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
Menurut Slavin (1995) guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai kuis/tes setelah siswa bekerja dalam kelompok. Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok dijelaskan sebagai berikut.
Langkah – langkah memberi penghargaan kelompok:
1. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya.
2. Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa yang kita sebut nilai kuis terkini.
3. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini.
Kriteria Nilai Peningkatan
Nilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10 poin di bawah nilai awal 5
Nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai dengan 10 poin di bawah nilai awal 10
Nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai awal sampai dengan 10 di atas nilai awal 20
Nilai kuis/tes terkini lebih dari 10 di atas nilai awal 30
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna.
Kriteria untuk status kelompok :
Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 (Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 15).
Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 (15 ≤ Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 20)
Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 (20 ≤ Ratarata nilai peningkatan kelompok < 25)
Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25 (Rata-rata nilai peningkatan kelompok ≥ 25)
6) Penilaian.
Bab III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Mengacu pada kajian teori yang mendasarinya dan diperkuat dari hasil uji cobanya,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. MMP adalah suatu variasi model pembelajaran matematika, yang cukup
menjanjikan, dalam arti efektivitas dan efisiensinya dalam pembelajaran
matematika SMA. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji coba bahwa materi yang
apabila disampaikan dengan pembelajaran konvensional memerlukan 4 kali
pertemuan, tetapi dengan MMP cukup dengan sekali pertemuan
2. MMP mampu memfasilitasi belajar siswa baik untuk belajar secara kooperatif
maupun individual. Hal ini tergambar pada kelima langkah MMP tersebut.
3. MMP mampu memberdayakan guru sebagi fasilitator, terutama pada langkah-
langkah: latihan terkontol dan seat work.
4. MMP mampu lebih memfasilitasi perubahan paradigma dari guru mengajar ke
siswa belajar. Hal ini jelas tergambar dari kelima langkah MMP ini.
B. Saran.
1. Saran kepada PPPPTK Matematika
a. PPPPTK Matematika dalam pengembangan model pembelajaran
matematikanya, yang menjadi salah satu penjabaran dari tugas dan
fungsinya, perlu mengakomodasi dan mensosialisasi MMP sebagai salah
satu model pembelajaran matematika yang cukup baik
b. Mata diklat Strategi Pembelajaran Matematika SMA, perlu diberi tekanan yang
cukup memadai dalam menjadikan model MMP menjadi salah satu model
pembelajaran matematikanya, mengingat model ini sangat dekat dengan
Struktur Pembelajaran Matematika, yang telah lama disosialisasikan lewat
Program PKG (Peningkatan Kerja Guru)
2. Saran kepada Guru Matematika SMA
a. Agar menjadikan MMP sebagai salah model pembelajaran matematikanya,
sehingga kegiatan pembelajaran matematika yang dikembangkannya lebih
bervariasi, sehingga semakin dekat terwujudnya pembelajaran matematika
yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)
b. Sampai dengan tahap ini, kita baru sampai pada tahap uji coba model MMP ini,
disarankan guru mengembangkannya di dalam penelitian pangembangannya
(research and development) atau setidak-tidaknya di dalam penelitian tindakan
kelasnya (PTK)
c. Aplikasi MMP merupakan salah satu langkah kedepan dari guru matematika
untuk merubah paradigma dari guru mengajar sehingga berubah ke siswa
belajar.
3. Saran kepada Para Pemerhati Pembelajaran Matematika
a. Dari sekian banyak model pembelajaran matematika yang dapat kita
implementasikan ke sekolah, agar tercipta pembelajaran matematika yang
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM), MMP merupakan salah
satu model pembelajaran matematika yang cukup menjanjikan.
b. Apakah implikasi MMP di sekolah-sekolah di Indonesia itu dapat berhasil
optimal, setelah dikaitkan dengan kondisi lapangan dan kultur Indonesia.
Untuk itu perlu ditopang melalui berbagai penelitian pengembangan maupun
penelitian tindakan kelas. Berkaitan dengan masalah itu para pemerhati dan
peduli pembelajaran matematika Indonesia, untuk ikut mensosialisasikan
model ini, yang diikuti dengan penelitian-penelitian pengembangan di
berbagai forum pembelajaran matematika di Indonesia
Bab VIPENUTUP
Diawali dengan rumusan model yang dilatar belakangi dengan kajian-kajian
pustaka yang cukup memadai maka dirumuskan suatu model pembelajaran matematika
yang dinamai dengan latar belakang historis, yaitu Missouri Mathematics Project (MMP).
Suatu model pembelajaran yang terdiri atas lima langkah pentahapan pembelajaran
yakni:
Langkah 1: Review
Langkah 2: Pengembangan
Langkah 3: Latihan Terkontrol
Langkah 4: Seatwork
Langkah 5: Home work
Sesuai dengan kajian teoritis yang telah dipaparkan di depan, maka model ini dipandang cocok untuk diimplementasikan pada pembelajaran matematika SMA di Indonesia
Setelah dilakukan uji coba secara terbatas, dengan memperhatikan pelaksanaan di lapangan, secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa MMP merupakan salah satu model pembelajaran matematika, yang mampu memfasilitasi terciptanya pembelajaran matematika yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).
Agar kesesuaian model MMP ini dengan kondisi dan kultur masyarakat
Indonesia, perlu ditindak lanjuti dengan berbagai pengkajian-pengkajian yang lebih
lanjut, yang hasilnya dijadikan acuan perbaikan-perbaikan model ini sehingga betul-betul
menjadi suatu model yang baik dan handal, yang mampu mengawal pembelajaran
matematika yang mampu memenuhi tujuan pembelajaran matematika
Sudah barang tentu tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu sumbang
pendapat, masukan dan saran untuk perbaikan selalu kita nantikan, yang kedepan untuk
lebih menyempurnakan model ini. Untuk komunikasi lebih lanjut dapat mengontak kami
di: www.p4tkmatematika.com atau lewat e-mail: [email protected] atau
langsung dengan penulis: [email protected]
DAFTAR PUSTAKA
Bitter, Gary G., Mary M.Hatfield and Nancy Tanner Edwards. 1989. Mathematics Methods for the Elementary and Middle School. Boston: Allyn and Bacon
Joyce, Bruce and Beverly Showers.1972. Models of Teaching. Massachusetts: Allyn and Bacon
Posamentier, Alfred S. and Jay Stepelmean. 1999. Teaching Secondary Mathematics, Technique and Enrichment Units. New Jersey: Prentice Hall Inc
Setiawan. 2007. Model Pembelajaran Matematika SMA. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.
Stein, Marcy, Jerry Silbert and Douglas Carnine. 1997. Designing Effective Mathematics Instruction. New Jersey: Prentice Hall Inc.