model pembelajaran discovery learning untuk …digilib.unila.ac.id/54405/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
GEOGRAFI SISWA SMA NEGERI 1 KASUI
KABUPATEN WAY KANAN
(Skripsi)
Oleh
Prayoga Desta Riama
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
GEOGRAFI SISWA SMA NEGERI 1 KASUI
KABUPATEN WAY KANAN
Oleh
PRAYOGA DESTA RIAMA
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh bagaimana pengaruh penerapan model
pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa di kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Kasui Tahun 2018. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau PTK dengan
menggunakan tiga siklus. Subyek penelitian dalam penelitian ini yaitu 32 siswa di
kelas X IPS 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran
discovery learning memiliki pengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa
hal ini terbukti pada siklus I aktivitas belajar siswa yang masuk kategori aktif
sebesar 21,88% kemudian pada siklus II meningkat sebesar 50% dan pada siklus
III meningkat hingga 71,88%. Selain itu model pembelajaran discovery learning
juga memiliki pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa hal ini terbukti
pada pada siklus I hasil belajar siswa yang masuk kategori tuntas sebesar 6,25%
kemudian pada siklus II meningkat sebesar 34,38% dan pada siklus III meningkat
hingga 71,88%.
Kata kunci: aktivitas belajar, discovery learning, hasil belajar
ABSTRACT
DISCOVERY LEARNING MODEL TO IMPROVE ACTIVITIES AND
RESULTS OF GEOGRAPHIC LEARNING STUDENTS OF 1 KASUI
STATE 1ST SCHOOL WAY KANAN REGENCY
OLEH
PRAYOGA DESTA RIAMA
This research behind by how the influence of the application of discovery
learning learning model to improve student activity and learning outcomes in
class X IPS 1 Kasui State 1 High School in 2018. The method used in this study is
Classroom Action Research or PTK using three cycles. The research subjects in
this study were 32 students in class X IPS 1. The results showed that discovery
learning learning model had an influence in improving student learning activities
this was evident in the first cycle of student learning activities that entered the
active category by 21.88% then in the cycle II increased by 50% and in the third
cycle increased to 71.88%. In addition discovery learning learning models also
have an influence in improving student learning outcomes this is evident in the
first cycle student learning outcomes that are categorized as complete by 6.25%
then in the second cycle increased by 34.38% and in the third cycle increased to
71 , 88%.
Keywords: discovery learning, learning activities, learning outcomes
MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNINGUNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
GEOGRAFI SISWA SMA NEGERI 1 KASUI
KABUPATEN WAY KANAN
Oleh
PRAYOGA DESTA RIAMA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
` Penulis dilahirkan di Kasui pada 09 Desember 1996,
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan
Bapak Azhari dengan Ibu Komala Sari. Penulis beralamat
di Jl. Danau Maninjau No.35 Blok B, Kecamatan Kedaton,
Penengahan, Bandar Lampung.
Nomor HP 082176660604. Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD
Negeri 02 Kasui Pasar Way Kanan (2003-2008), SMP Negeri 01 Kasui (2009-
2011), SMA Negeri 01 Kasui (2011-2013). Pada tahun 2014, penulis terdaftar
sebagai Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unila melalui jalur Ujian
Masuk Lokal (UML). Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan
(PPL) di SMP Negeri 3 Kasui dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa
Talang Wates, Kecamatan Kasui, Kabupaten Way Kanan (Tahun 2017) dan
penelitian pendidikan di SMA Negeri 1 Kasui, Kecamatan Kasui, Kabupaten
Way Kanan (Tahun 2018).
MOTTO
“Tidak ada perjuangan yang berhasil tanpa sebuah pengorbanan”
(Azhari S.E.)
“Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang kesulitan maka Allah memberi kemudahan padanya di dunia dan akhirat”
(HR. Muslim)
“Untuk mendapatkan apa yang di inginkan, kau harus bersabar dengan apa yang kau tidak
suka”
(Imam Alghazali)
“Setiap kita merasa kesulitan dengan hal yang kita kerjakan saat ini, coba ingat kembali saat kita berada pada titik terendah dalam hidup, yang pada akhirnya kita mampu melewati nya”
(Ayu. R)
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyanyang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil „aalamiin
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat teriring salam semoga
terlimpah kepada Rasulullah, keluarga, para sahabat, dan seluruh umat islam.
Ku persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti dan cintaku yang tulus
kepada kedua orang tuaku.
Ayahku (Azhari, S.E.) dan Ibuku (Komala Sari)
yang telah merawat dan memberikan didikan terbaik hingga aku dapat tumbuh
dengan sehat, berakal, dan bermimpi besar. Terima kasih banyak atas doa yang
dipintakan pada tiap sujud panjangmu, dukungan untuk menguatkan aku disaat
aku jatuh, dan membangkitkanku disaat aku rapuh.
Kakak-kakakku (Nia Okta Riama, S. Kep dan Desmon Riama S.E.)
dan Adikku (Maretha Agnesa Riama)
yang telah memberikan dukungan, semangat dan motivasi.
Pendidik TK, SD, MTs, SMA dan Dosenku, serta semua Pendidik
yang berjuang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, semoga dedikasimu untuk
pendidikan menjadi amal sholeh di akhirat kelak.
Sahabat dan teman-teman seperjuangan yang senantiasa memberi semangat dan
inspirasi, yang banyak mengajari arti setia kawan, ketulusan, dan pantang
menyerah.
serta
Almamater tercinta, Universitas Lampung
SANWACANA
Bismillaahirahmaanirahiim,
Alhamdulillahi rabbil”aalamiin, puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar Geografi Siswa SMA Negeri 1 Kasui Kabupaten Way
Kanan.” Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lampung.
Dalam kesempatan ini tidak lupa pula mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
2. Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Irma Lusi Nugraheni, S.Pd., M.Si. selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai.
5. Dr. Sugeng Widodo, M.Pd. selaku Pembahas atas saran-saran, perbaikan dan
motivasi yang sangat berharga.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta staff Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan
P.IPS, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung, yang
telah mendidik dan membimbing saya selama menyelesaikan studi.
Terimakasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
7. Drs. Nurwana, S.Pd., M.Si selaku Kepala Sekolah SMAN 1 Kasui Kabupaten
Way Kanan yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian.
8. Sahabat yang selalu mendukungku serta menyemangatiku tiada henti demi
mencapai gelar sarjanaku Ayu Rahmawati.
9. Teman-teman seperjuangan (Suhendro, Ferly Apriansyah, Ganda Aulia, Maria
Ulfa Rara A, Resty Aprilia U., Dian Novita Sari, Dwi Mustofa, Mustaman
Archam) terimakasih atas dukungan dan semangatnya yang telah membantu
dalam menyelesaikan skripsi.
Semoga skripsi sederhana ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak. Aamiin
Yarabbal „aalamiin
Bandarlampung, Oktober 2018
Prayoga Desta Riama
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 6
1.3 Batasan Masalah ...................................................................................... 6
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................... 6
1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................... 7
1.7 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka....................................................................................... 10
2.1.1 Pengertian Belajar ............................................................................ 10
2.1.2 Pengertian Pembelajaran ................................................................ 12
2.1.3 Model Pembelajaran ....................................................................... 13
2.1.4 Pembelajaran Geografi .................................................................... 14
2.1.5 Teori Konstruktivisme ..................................................................... 15
2.1.6 Model Discovery Learning .............................................................. 16
2.1.7 Aktivitas Belajar .............................................................................. 23
2.1.8 Hasil Belajar .................................................................................... 25
2.1.9 Penelitian Tindakan Kelas .............................................................. 27
2.2 Penelitian Relevan .................................................................................... 28
2.3 Kerangka pikir .......................................................................................... 29
2.4 Hipotesis ................................................................................................... 30
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitan ......................................................................................... 31
3.2 Subjek dan Objek Penelitian .................................................................. 32
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 33
xiv
3.4 Operasional Tindakan ............................................................................. 33
3.5 Prosedur penelitan tindakan .................................................................... 36
3.6 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 39
3.7 Instrumen Penelitian................................................................................ 42
3.8 Teknik Analisis Data ............................................................................... 50
3.9 Indkator Keberhasilan ............................................................................. 52
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 53
4.2 Hasil Penelitian ...................................................................................... 63
4.2.1 Siklus I ......................................................................................... 66
4.2.2 Siklus II ........................................................................................ 70
4.2.3 Siklus III ....................................................................................... 76
4.3 Pembahasan ............................................................................................ 82
4.3.1 Aktivitas Pembelajaran ................................................................. 82
4.3.2 Hasil belajar Siswa ........................................................................ 87
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ................................................................................................ 93
5.2 Saran ...................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................................ 99
2. Instrumen Observasi ............................................................................... 117
3. Instrumen Tes ......................................................................................... 120
4. Daftar Nama Siswa Kelas X IPS SMAN 1 Kasui .................................. 126
5. Daftar Hasil Observasi Setiap siklus ...................................................... 127
6 . Daftar Nilai Setiap Siklus ...................................................................... 136
7. Hasil Uji Coba instrument Lembar Observasi ........................................ 137
8. Hasil Uji Coba Instrumen Hasil Belajar ................................................. 138
9. Foto Penelitian ........................................................................................ 145
10.Animasi Bahan Belajar ........................................................................... 150
11.Peta Lokasi Penelitian ............................................................................ 153
12.Surat-surat Penelitian .............................................................................. 154
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Persentase Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran Geografi Kelas X IPS
SMAN 1 Kasui Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran 2016/2017 .. 4
2. Penelitaian Relevan ............................................................................... 28
3. Subjek Penelitian Siswa Kelas X IPS SMAN 1 Kasui ......................... 32
4. Kisi-kisi Observasi Aktivitas Siswa Siklus I-III. ................................. 39
5. Kisi-Kisi Tes ......................................................................................... 41
6. Validitas Butir Soal ............................................................................... 45
7. Daya Pembeda Soal .............................................................................. 47
8. Hasil Rekapitulasi Instrumen Soal ........................................................ 48
9. Tingkat Kesuakaran Soal ...................................................................... 49
10. Kategori Penilaian Aktivitas Siswa ..................................................... 50
11. Jumlah Rombongan Belajar SMAN 1 Kasui ....................................... 57
12. Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Kasui Tahun 2018 ................................. 57
13. Daftar Guru di SMA Negeri 1 Kasui Tahun 2018 ................................ 58
14. Jumlah dan Jenis Pembagian Ruang SMA Negeri 1 Kasui
Tahun 2018 ........................................................................................... 62
15. Data Aktivitas Belajar Siswa Setiap Siklus .......................................... 83
16. Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus Penelitian ........................................ 88
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir ...................................................................................... 30
2. Prosedur Penelitian Tindakan ............................................................... 37
3. Perhitungan Validitas Instrumen Lembar Observasi ............................ 43
4. Reliabilitas Instrumen Aktivitas Belajar ............................................... 46
5. Reliabilitas Butir Soal ........................................................................... 47
6. Grafik Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa Setiap siklus .............. 86
7. Grafik Perkembangan Hasil Belajar Siswa Setiap siklus .................... 91
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan memberikan kemungkinan pada siswa untuk memperoleh
“kesempatan”, “harapan”, dan pengetahuan agar dapat hidup secara lebih baik.
besarnya kesempatan dan harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan
yang ditempuh. Pendidikan juga dapat menjadi kekuatan untuk melakukan
perubahan agar sebuah kondisi menjadi lebih baik. Pendidikan yang
berkualitas tentunya melibatkan siswa untuk aktif belajar dan mengarahkan
terbentuknya nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh
kehidupan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk
mengembangkan potensi yang ada didalam diri manusia maka tidak lepas dari
dunia pendidikan (UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 Bab1 Pasal 1 butir 1).
Kegiatan pembelajaran dalam kurikulum 2013 diarahkan untuk
memberdayakan semua potensi yang dimiliki peserta didik agar mereka dapat
2
memiliki kompetensi yang diharapkan melalui upaya menumbuhkan serta
mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Di dalam kurikulum
2013 peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
yang sudah ada dalam ingatannya, melakukan pengembangan menjadi
informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan zaman tempat
dan waktu ia hidup.
Dalam kurikulum 2013 menganut pandangan bahwa pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah
subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengelola,
mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu, pembelajaran
harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik
untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitif.
Masalah yang terjadi pada Pengajar konvensional dapat diatasi yakni dengan
model Discovery Learning yang merupakan salah satu model yang harus
dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Berikut ini kutipan
wawancara guru mata pelajaran Geografi yang dilakukan pada tanggal 24
April 2017 yakni :
“Pembelajaran Geografi yang dilakukan dalam proses pembelajaran
masih konvensional, masih menggunakan metode ceramah dan tanya
jawab saja, belum ada variasi metode-metode yang digunakan, dan siswa
belum sepenuhnya aktif bertanya dalam proses pembelajaran dan guru
belum sepenuhnya tahu mengenai teori dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan model Discovery Learning”.
3
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, diketahui bahwa aktivitas dan hasil
belajar siswa masih tergolong rendah meskipun sebelumnya sudah
menggunakan metode lain seperti ceramah sehingga belum sepenuhnya bisa
membuat suasana kelas menjadi lebih aktif. Berdasarkan hasil observasi
aktivitas siswa yang dilakukan di kelas X IPS 1 tahun pelajaran 2017-2018,
pada saat pembelajaran berlangsung, yaitu siswa kurang berperan aktif.
Pembelajaran di dominasi oleh guru. Sebagian siswa hanya mendengarkan
dan mencatat penjelasan dari guru. Siswa kelas X IPS 1 berjumlah 30 orang.
Siswa yang berkemampuan tinggi dan sedang ada 11 orang, sedangkan 19
orang lainnya adalah siswa yang berkemampuan rendah. Siswa yang
berkemampuan tinggi dan sedang inilah yang terlihat dominan selama proses
belajar mengajar di kelas berlangsung. Semua siswa cenderung
memperhatikan penjelasan guru. Namun untuk bekerjasama dengan teman
dalam menyelesaikan tugas kelompok hanya beberapa siswa saja yang dapat
bekerjasama dengan baik, siswa yang bertanya pada guru serta menanggapi
pertanyaan guru dan temannya hanya 3 orang dari 11 orang siswa yang
berkemampuan tinggi dan sedang, siswa tersebut juga mampu
mempertahankan pendapatnya saat kegiatan diskusi berlangsung. Sementara
siswa yang memiliki kemampuan yang rendah tidak terlibat aktif dalam
pembelajaran di kelas, akibatnya hasil belajar yang diperoleh pun rendah.
Berdasarkan masalah yang telah dijabarkan di atas, berikut ini terdapat
beberapa data yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa masih tergolong
rendah dengan menggunakan metode konvensional yakni sebagai berikut :
4
Tabel 1. Persentase Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran Geografi
Kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Kasui Kabupaten Way Kanan
Tahun Pelajaran 2016/2017.
No. KKM
X IPS 1
Keterangan Jumlah
siswa (n)
Persentase
(%)
1. Nilai 75 19 59,37 Tidak Tuntas
(< rata-rata)
2. Nilai 75 13 40,63 Tuntas
(> rata-rata)
Jumlah 32 100
Sumber : Dokumentasi Guru Mata Pelajaran Geografi Tahun Pelajaran
2016/2017.
Data yang diuraikan pada tabel di atas yaitu data presentase hasil belajar
siswa untuk mata pelajaran Geografi, yang menyatakan bahwa pada kelas X
IPS 1 diperoleh data yaitu sebanyak 36,67 % siswa telah tuntas pada materi
Hidrosfer, sedangkan 63,33 % siswa lainnya belum tuntas pada materi
tersebut. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah untuk
mata pelajaran Geografi adalah sebesar 75, kelas dinyatakan tuntas belajar
apabila di kelas tersebut terdapat 100% siswa yang telah mencapai nilai ≥ 75.
Kondisi tersebut menunjukkan adanya permasalahan yaitu rendahnya hasil
belajar siswa kelas X IPS 1 di SMA Negeri 1 Kasui Kabupaten Way Kanan.
Adapun solusi untuk mengatasi permasalahan di atas, yaitu perlu
dilakukannya pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
Discovery Learning atau model menemukan suatu konsep pada proses
pembelajaran yang bertujuan untuk menggali potensi peserta didik, agar
peserta didik dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Dan
memudahkan guru untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan suasana
kelas yang kondusif.
5
Pengimplementasian model discovery learning ke dalam pembelajaran telah
dilakukan oleh peneliti lain di daerahnya. Penelitian yang relevan dengan
penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Gusmalisa (2015: 8)
menyatakan bahwa rata-rata post-test hasil belajar Geografi pada kelas yang
diberi perlakuan model pembelajaran discovery learning cukup baik. Hal ini
dapat dilihat dari hasil penelitian rata-rata nilai post-test model discovery
learning adalah 79,06. Penelitian relevan lainnya dilakukan oleh Feriana
(2016: 115) yaitu pelaksanaan model discovery learning sangat baik untuk
diterapkan dalam pembelajaran di kelas, hal tersebut terlihat dari aktivitas
belajar siswa selama proses pembelajaran lebih aktif dan kondisi kelas setiap
pertemuan semakin kondusif. Penerapan model discovery learning pada mata
pelajaran Geografi berpotensi membantu siswa mencapai ketuntasan belajar.
Pada kelas eksperimen dalam nilai post-test dengan rata-rata sebesar 78,16%
dan ketuntasan klasikal sebesar 86,11%.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dengan
mempertimbangkan solusi, peneliti menganggap bahwa penerapan model
discovery learning ke dalam pembelajaran sangatlah penting, sehingga perlu
dilakukan penerapan model tersebut ke dalam pembelajaran melalui
penelitian yang berjudul “Model Discovery Learning untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar Geografi Siswa di SMA Negeri 1 Kasui
Kabupaten Way Kanan”.
6
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Metode yang digunakan guru masih konvensional atau dalam arti masih
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
2. Belum ada variasi model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
3. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih pasif.
4. Hasil belajar siswa dan akitivitas dalam pembelajaran Geografi masih
rendah.
5. Belum pernah diterapkan model pembelajaran Discovery Learning.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, adapun batasan masalah pada
penelitian ini yakni masalah pada aktivitas dan hasil belajar siswa, penelitian
ini didasarkan pada aktivitas siswa di dalam kelas yang tergolong rendah, hal
tersebut merupakan salah satu faktor penentu hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Geografi dan guru belum pernah menerapkan pembelajaran
Discovery Learning.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1.4.1 Bagaimanakah penerapan Model pembelajaran Discovery Learning
dapat Meningkatkan Aktivitas Belajar Geografi Siswa Kelas X IPS
di SMA Negeri 1 Kasui Kabupaten Way Kanan
7
1.4.2 Apakah penerapan Model pembelajaran Discovery Learning dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas X IPS di SMA
Negeri 1 Kasui Kabupaten Way Kanan
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah untuk :
1.5.1. Mengetahui apakah penerapan Model pembelajaran Discovery
Learning dapat Meningkatkan Aktivitas Belajar Geografi Siswa
Kelas X IPS di SMA Negeri 1 Kasui Kabupaten Way Kanan
1.5.2. Mengetahui apakah penerapan Model pembelajaran Discovery
Learning dapat Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas X
IPS di SMA Negeri 1 Kasui Kabupaten Way Kanan
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1.6.1. Untuk Siswa
Meningkatkan aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran di kelas
sehingga nantinya akan mempengaruhi hasil belajar siswa diakhir
pembelajaran.
1.6.2. Untuk Guru
Memberikan pengetahuan mengenai pembelajaran Discovery
Learning yang mendetail baik langkah-langkah dalam
pelaksanaannya, kelebihan dan kekurangan dari model Discovery
Learning.
8
1.6.3. Untuk Kepala Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan mutu
sekolah dan kualitas pendidikan di SMA Negeri 1 Kasui Kabupaten
Way Kanan.
1.7. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.7.1. Ruang lingkup obyek penelitian
Ruang lingkup obyek pada penelitian ini adalah penerapan metode
discovery learning untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa.
1.7.2. Ruang lingkup subyek penelitian
Ruang lingkup subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas X IPS
1 di SMA Negeri 1 Kasui Kabupaten Way Kanan yang berjumlah
30 siswa.
1.7.3. Ruang lingkup waktu penelitian
Ruang lingkup waktu pada penelitian ini dilaksanakan pada
semester genap pada tahun pelajaran 2017/2018.
1.7.4. Ruang lingkup tempat penelitian
Ruang lingkup tempat pada penelitian ini akan dilaksanakan di
SMA Negeri 1 Kasui Kabupaten Way Kanan.
1.7.5. Ruang lingkup Ilmu
Ruang lingkup ilmu pada penelitian ini adalah Pembelajaran
Geografi. Pembelajaran Geografi merupakan pembelajaran yang
memberikan pengetahuan tentang aspek-aspek keruangan
9
permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan
kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahan, yang
diajarkan di sekolah dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan
mental anak pada jenjang pendidikan masing-masing.
10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
2.1.Tinjauan Pustaka
2.1.1. Pengertian Belajar
Belajar menurut Suprihatiningrum (2016: 13) merupakan suatu proses
perubahan kegiatan dan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan tersebut
tidak dapat disebut belajar apabila dapat disebabkan oleh pertumbuhan
atau keadaan, sementara seseorang seperti kelelahan atau di bawah
pengaruh obat-obatan. Perubahan kegiatan yang dimaksud pengetahuan,
kecakapan, dan tingkah laku. Perubahan itu diperoleh melalui pengalaman
(latihan) bukan dengan sendirinya berubah karena kematangan atau
keadaan sementara.
Menurut Klein dalam Suprihatiningrum (2016: 14) belajar dapat
didefinisikan sebagai hasil proses eksperimental dalam perubahan tingkah
laku yang relatif permanen yang tidak dapat diucapkan dengan pernyataan
sesaat. Pendapat lainnya, menurut Budiningsih dalam Suprihatiningrum
(2016: 15), belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan,
yang mana siswa aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna
tentang hal-hal yang sedang dipelajari.
11
Belajar menurut Burton dalam Hosnan (2014: 3) yaitu merupakan suatu
perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara
individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga
mereka dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Kata kunci pendapat
Burton adalah “interaksi”. Interaksi ini memiliki makna sebagai sebuah
proses. Seseorang yang sedang melakukan kegiatan secara sadar untuk
mencapai tujuan perubahan tertentu, maka orang tersebut dikatakan sedang
belajar. Kegiatan atau aktivitas tersebut disebut aktivitas belajar.
Cronbach dalam Hosnan (2014: 3) memberi batasan bahwa learning is
shown by change in behavior as a result of experience (belajar sebagai
suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil
pengalaman). Makna dari definisi yang dikemukakan Cronbach ini lebih
dalam lagi, yaitu belajar bukanlah semata-mata perubahan dan penemuan,
tetapi sudah mencakup kecakapan yang dihasilkan akibat perubahan dan
penemuan tadi. Setelah terjadi perubahan dan menemukan sesuatu yang
baru, maka akan timbul suatu kecakapan yang memberikan manfaat bagi
kehidupannya, intinya belajar outcome.
Menurut Sumiati & Asra (2008: 38) secara umum belajar dapat diartikan
sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan
lingkungan. Jadi perubahan perilaku adalah hasil belajar. Artinya,
seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang
tidak dapat dilakukan sebelumnya. dengan demikian, belajar merupakan
suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memproleh
12
perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung
sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan.
2.1.2. Pengertian Pembelajaran
Kata pembelajaran menurut Sanjaya dalam Suprihatiningrum (2016: 76)
adalah terjemahan dari instruction, yang diasumsikan dapat mempermudah
siswa mempelajari segala sesuatu melalui berbagai macam media, seperti
bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain sebagainya
sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam
mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar
menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Media
pembelajaran merupakan sarana pembelajaran yang digunakan sebagai
perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektivitas dan
efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran menurut Corey dalam Hosnan (2014: 4) adalah suatu proses
dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-
kondisi khusus.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah sebagaimana definisi di
atas maka pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti
bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung
pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran cukup
mempengaruhi kompetensi dan cara guru itu dalam proses pembelajaran.
13
2.1.3. Model Pembelajaran
Menurut Sagala (2010: 77), Model diartikan sebagai kerangka konseptual
yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat
dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi atau
analogi yang dipergunakan untuk membantu proses evaluasi sesuatu yang
tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi,
data-data yang dipakai untuk menggambarkan suatu obyek atau peristiwa;
(4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja; (5) suatu
deskripsi suatu sistemm yang mungkin; (6) penyajian yang diperkecil agar
dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya
Konsep model pembalajaran menurut Trianto (2010: 51), menyebutkan
bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Menurut Arends (dalam Suprijono, 2013: 46) model pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya tujuan-
tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Menurut Joice& Weil
(dalam Isjoni, 2013: 50) model pembelajaran adalah suatu pola atau
rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk
14
menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk
kepada pengajar di kelasnya. Sedangkan Istarani (2011: 1) model
pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang
meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang
dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara
langsung atau tidak langsung dalam proses belajar.
Dari pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu pola atau perencanaan yang di rancang untuk
menciptakan pembelajaran di kelas secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran dapat dijadikan
sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di
kelas.
2.1.4. Pembelajaran Geografi
Menurut IGI persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut
pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.
Pembelajaran Geografi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan guru
untuk menerangkan kepada peserta didik dalam memahami tentang gejala
yang terjadi di permukaan bumi manusia dengan lingkungan fisiknya.
Pembelajaran Geografi membahas fenomena-fenomena yang terjadi di
bumi seperti interaksi antara manusia dengan manusia dan interaksi
manusia dengan lingkungannya. Aspek Geografi dibedakan menjadi dua
yaitu aspek material dan aspek formal. Aspek material adalah geosfer.
15
Geosfer terdiri dari atmosfer, litosfer, biosfer, hidrosfer, dan antroposfer.
sedangkan aspek formal adalah pendekatan yang digunakan untuk
mengkaji geosfer. Pendekatan tersebut meliputi keruangan, kelingkungan
dan kewilayahan. Pembelajaran Geografi pada hakikatnya adalah
pembelajaran tentang aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan
keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi
kewilayahan.
Jadi pembelajaran Geografi adalah suatu pembelajaran yang menerangkan
kepada siswa fenomena-fenomena yang terjadi di bumi serta interaksi
antara manusia dengan lingkungannya sehingga siswa dapat lebih
memperhatikan dan memahami tentang gejala-gejala geosfer yang ada di
muka bumi dalam sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dan
keruangan.
2.1.5. Teori Konstruktivisme
Proses belajar menurut Budiningsih (2012: 64) merupakan sebagai suatu
usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses
asimilasi dan akomodasi akan membentuk suatu konstruksi pengetahuan
yang menuju pada kemutakhiran struktur kognitifnya. Guru-guru
konstruksivistik yang mengakui dan menghargai dorongan diri
manusia/siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, kegiatan
pembelajaran yang dilakukannya akan diarahkan agar terjadi aktivitas
konstruksi pengetahuan oleh siswa secara optimal. Karakteristik
pembelajaran yang dilakukannya adalah :
16
1) Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta
lepas yang sudah ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan ide-idenya secara lebih luas.
2) Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk
membuat hubungan di antara ide-ide atau gagasannya, kemudian
memformulasikan ide-ide tersebut, serta membuat kesimpulan-
kesimpulan.
3) Guru bersama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia
adalah kompleks, dimana terdapat bermacam-macam pandangan
tentang kebenaran yang datangnya dari berbagai interpretasi.
4) Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaiannya merupakan
suatu usaha yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak
mudah dikelola.
Menurut Thobroni (2015: 91-92) teori yang memberikan kebebasan
terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan
kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhan tersebut dengan
bantuan fasilitas orang lain. Hal ini memberikan arti bahwa manusia yang
belajar membutuhkan bantuan orang lain.
2.1.6. Model Discovery Learning
Menurut Ilahi (2012: 29) apabila ditinjau dari katanya, discover yang
berarti menemukan, sedangkan discovery adalah penemuan. Dalam
kaitannya dengan pendidikan, discovery adalah proses pembelajaran yang
menitik beratkan pada mental intelektual para anak didik dalam
17
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan
suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan. Dengan
kata lain kemampuan intelektual.
a) Pengertian Model Discovery Learning
Menurut Wilcox dalam buku Hosnan (2014: 280) penemuan
(discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan
pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu
disiplin ilmu melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran.
Menurut Nur dalam Suprihatiningrum (2016: 241) pembelajaran
dengan penemuan merupakan suatu komponen penting dalam
konstruktivis yang telah memiliki sejarah panjang dalam dunia
pendidikan. Ide pembelajaran penemuan (discovery learning) muncul
dari keinginan untuk memberi rasa senang kepada siswa dalam
“menemukan” sesuatu oleh mereka sendiri, dengan mengikuti jejak
para ilmuwan.
Menurut Budiningsih (2012: 43) model Discovery Learning adalah
memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk
akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan.
b) Tujuan Discovery Learning
Tujuan Pembelajaran Discovery Learning yang dikemukakan oleh
Kemendikbud No. 58 (2014) yaitu untuk meningkatkan keterampilan
18
berpikir kritis siswa. Berpikir kritis ini dengan cara melatih siswa
untuk mengamati, menanya, mencoba, menalar dan
mengkomunikasikan melalui sintaksnya seperti pada tahap stimulation
(stimulasi) siswa diajak untuk mengamati dan menanya, tahap problem
statement (perumusan masalah) siswa diajak untuk menanya dan
mengumpulkan informasi, tahap data collection (pengumpulan data)
siswa diajak untuk mencoba dan mengamati, tahap data processing
(pengolahan data) siswa diajak untuk menalar dan menanya dan tahap
terakhir verification (verifikasi) siswa diajak untuk menalar, dan
mengkomunikasikan.
Bell (1978) dalam buku Hosnan (2014: 284) mengemukakan beberapa
tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai
berikut:
a) Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara
aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa
partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran meningkat ketika
penemuan digunakan.
b) Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan
pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak
meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
c) Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak
rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi
yang bermanfaat dalam menemukan.
19
d) Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara
kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta
mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.
e) Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan-
keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari
melalui penemuan lebih bermakna.
Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam
beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan
diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
c) Karakteristik Discovery Learning
Tiga ciri utama belajar menemukan menurut Herdian dalam Hosnan,
(2014: 284) yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah
untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi
pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk
menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme tersebut,
penerapannya di dalam kelas menurut Hosnan (2014: 287) adalah
sebagai berikut:
1) Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar.
2) Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan
beberapa waktu kepada siswa untuk merespon.
3) Mendorong siswa berpikir kritis.
20
4) Siswa terlibat aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru atau
siswa lainnya.
5) Siswa terlibat dalam pengetahuan yang mendorong dan menantang
terjadinya diskusi.
6) Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan
materi-materi interaktif.
Dari teori belajar kongnitif serta ciri dan penerapan teori
konstruktivisme tersebut dapat melahirkan strategi discovery learning.
d) Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning
Menurut Marzano (1992: 280) dalam Hosnan (2014: 287) selain
kelebihan yang diuraikan di atas, masih ditemukan beberapa kelebihan
dari model penemuan itu yaitu sebagai berikut:
a) Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yangdisajikan.
b) Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-
temukan).
c) Mendukung kemampuan problem solving (pemecahan masalah)
siswa.
d) Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan
guru. Dengan demikian siswa juga terlatih menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
e) Siswa belajar sebagaimana belajar.
f) Belajar menghargai diri sendiri.
g) Memotivasi diri dan lebih mudah untuk mentransfer.
h) Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat.
21
i) Hasil belajar discovery learning mempunyai efek lebih baik karena
materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang
tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam
proses penemuan.
j) Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir
bebas.
k) Melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk
menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang
lain.
Menurut Hamalik dalam Hosnan (2014: 286) kekurangan dari model
pembelajaran Discovery Learning yaitu:
1) Menyita waktu banyak. Guru dituntut mengubah kebiasaan
mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi
fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Untuk
seorang guru ini bukan pekerjaan yang mudah karena itu guru
memerlukan waktu yang banyak. Dan sering kali guru merasa
belum puas kalau tidak banyak memberi motivasi dan
membimbing siswa belajar dengan baik.
2) Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan karena bagi
siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau
berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep,
yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi. Di pihak lain justru menyebabkan akan
timbulnya kegiatan diskusi.
22
3) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan
pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep,
keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat
perhatian.
4) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk
mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa.
5) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan bagi berpikir yang
akan ditemukan oleh siswa telah dipilih lebih dahulu oleh guru,
dan proses penemuannya adalah dengan bimbingan guru.
e) Langkah-langkah Discovery Learning
Permendikbud No.59 Kurikulum 2013 mengemukakan bahwa untuk
mengubah kondisi pembelajaran yang pasif menjadi efektif dan kreatif
pembelajaran yang awalnya teacher oriented to student oriented (guru
berorientasi pada orientasi siswa), serta siswa dapat menemukan
informasi sendiri, maka diperlukan langkah-langkah pengaplikasian
model discovery learning yang dilakukan oleh seorang guru dalam
proses pembelajaran. Langkah awal dimulai dari perencanaan,
dilanjutkan dengan persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.
Adapun langkah-langkah persiapan Discovery Learning menurut
Hosnan (2014: 289) adalah sebagai berikut:
1) Menentukan tujuan pembelajaran.
2) Melaksanakan identifikasi karakter peserta didik (kemampuan awal,
minat, gaya belajar, dan sebagainya).
3) Memilih materi pelajaran yang akan dipelajari.
23
4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara
induktif.
5) Mengembangkan bahan ajar yang berupa contoh - contoh, ilustrasi,
tugas, dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik.
6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks,
dari yang kongkrit ke abstrak.
7) Melakukan penilaian proses dari hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan beberapa teori metode discovery learning dapat
disintesakan bahwa metode discovery learning merupakan suatu
metode penemuan untuk mengembangkan kinerja siswa dalam belajar
dengan menggunakan metode ini siswa diharapkan mampu dalam
mengeksplorasi pengetahuan siswa dalam belajar.
2.1.7. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar menurut Sadirman (2001: 100) adalah aktivitas yang
bersifat fisik maupun mental. Dalam proses belajar kedua aktivitas itu
harus saling berkaitan. Lebih lanjut lagi Piaget menerangkan bahwa jika
seorang anak berfikir tanpa berbuat sesuatu, berarti anak itu tidak berfikir.
a) Jenis-jenis aktivitas belajar
Paul B. Diedrich yang dikutip dalam Hanafiah dan Suhana (2009: 24)
menyatakan, aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu
sebagai berikut:
1) Kegiatan-kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca,
melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi,
pameran dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
24
2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities), yaitu mengemukakan
suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian
mengajukan pertanyaan, memberi sarian, mengemukakan
pendapat, berwawancara diskusi dan interupsi.
3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu
mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau
diskusi kelompok, atau mendengarkan radio.
4) Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita,
menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy,
membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes serta
mengisi angket.
5) Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu
menggambar, membuat grafik, diagram, peta dan pola.
6) Kegiatan-kegiatan motorik (motor activities), yaitu melakukan
percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat
model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.
7) Kegiatan-kegiatan mental (mental activities), yaitu merenungkan
mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor,
melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
8) Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities), yaitu minat,
membedakan, berani, tenang, merasa bosan dan gugup.
Dengan adanya pembagian jenis aktivitas di atas, menunjukkan bahwa
aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Jika kegiatan-
kegiatan tersebut dapat tercipta di sekolah, pastilah sekolah-sekolah
25
akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi
pusat aktivitas belajar yang maksimal.
Jadi dapat disintesakan dari beberapa teori mengenai aktivitas belajar
bahwa aktivitas belajar merupakan suatu tindakan siswa untuk
berinteraksi dalam proses pembelajaran baik secara fisik maupun
mental.
2.1.8. Hasil Belajar
Penilaian yang dilakukan oleh guru dikelas terkait dengan kegiatan belajar
mengajar menurut Sani (2015: 201) merupakan sebuah proses
menghimpun fakta dan dokumen belajar siswa untuk melakukan perbaikan
program pembelajaran. Oleh sebab itu, kegiatan penilaian proses dan hasil
belajar membutuhkan informasi yang bervariasi dari setiap siswa atau
kelompok siswa. Guru dapat melakukan penilaian dengan mengumpulkan
catatan pertemuan, observasi, portofolio, catatan harian, produk, ujian,
data hasil interview, survei dan lain sebagaianya. Penilaian yang tepat
dapat memberikan cerminan atau refleksi peristiwa pembelajaran yang
dialami siswa.
Penilaian Keberhasilan Belajar
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut
menurut Bahri (2008: 106) dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar
dapat digolongkan kedalam jenis penilaian sebagai berikut :
26
1) Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok
bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini
dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan
tertentu dalam waktu tertentu.
2) Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah
diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh
gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan hasil prestasi
belajar. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3) Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan
pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester,
satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan
tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode
belajar tertentu. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas,
menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
Jadi berdasarkan beberapa teori mengenai hasil belajar yang telah
dijabarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
suatu akhir dari prose pembelajaran yang tujuannya untuk mengetahui
apakah pemblajaran yang dilakukan berhasil atau tidak.
27
2.1.9. Penelitian Tindakan Kelas
David Hopkins dalam (Kunandar, 2011: 45) mendefinisikan penelitian
tindakan kelas adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuri melalui refleksi
diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi
sosial termasuk pendidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran
dari praktek-praktek sosial atau kependidikan yang mereka lakukan
sendiri, pemahaman mereka terhadap praktek-praktek tersebut dan situasi
di tempat praktek itu dilaksanakan.
Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif
yang dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran
praktik sosial mereka (Sanjaya 2011: 24).
Mengapa PTK penting dan strategis bagi guru? Hopkins (dalam
Wiriaatmadya, 2007: 11) menyatakan bahwa PTK adalah penelitian yang
mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu
tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha seseorang
untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlihat dalam sebuah
proses perbaikan dan perubahan. Pernyataan Hopkins tersebut
mengisyaratkan, bahwa guru adalah pihak yang sangat berkepentingan
dengan pelaksanaan PTK.
Berdasarkan definisi penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa
hakikat penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) adalah
bentuk penelitian tindakan yang diterapkan dalam aktivitas pembelajaran
28
di kelas dengan upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh
sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam
pembelajaran.
2.2.Penelitian Relevan
Tabel 2. Penelitian Relevan
No Nama
Penulis
Jurnal/
Skripsi
Judul
Metode Hasil
1 Debi
Gusmalisa
Jurnal. Penelitian
pendidikan
Geografi
,Vol 3, No
5
Tahun 2015
Penerapan model discovery learning terhadap hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Geografi
Penelitian deskriptif
dengan
metode
Penelitia
n
Tindakan
Kelas.
Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa rata-
rata hasil
belajar
Geografi pada
kelas yang
diberi model
pembelajaran
Discovery
Learning
cukup baik
hal ini dapat
dilihat dari
hasil post-test
2 Tri Feriana Jurnal. Penelitian Ilmu Sosial , Vol 1, No 1, Tahun 2016
Efektivitas penerapan model pembelajaran Discovery based learning dan group Investigation pada mata pelajaran Geografi Kelas x di sma negeri 12 semarang
Penelitian deskriptif dengan metode Penelitian Tindakan Kelas.
Hasil Penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran Discovery Learning sangat baik diterapkan dikelas, Hal tersebut terlihat dengan aktivitas belajar siswa saat proses belajar mengajar berlangsunglebih aktif dan kondusif.
3 Noviyani Penelitian
Geografi
Penggunaan
Model
Penelitian
deskriptif
Hasil
penelitian
29
Vol 6 No 4
Tahun 2018
Pembelajara
n
Kooperatif
Tipe SAVI
Untuk
Meningkatk
an Aktifitas
dan Hasil
Belajar
Geografi
dengan
pengunaan
metode
Penelitian
Tindakan
Kelas
disini adalah
terjadinya
peningkatan
aktifitas
maupun hasil
yang ada
menggunakan
metode
kooperatif
tipe SAVI
2.3.Kerangka Pikir
Berdasarkan masalah yang terjadi dalam penerapan kurikulum 2013, terdapat
beberapa metode yang harus diterapkan oleh guru, salah satunya adalah
metode Discovery Learning atau metode menemukan suatu konsep pada
proses pembelajaran. Masalah yang terjadi pada lokasi yang akan diteliti yakni
di SMA Negeri 1 Kasui Kabupaten Way Kanan yaitu guru Geografi di sekolah
tersebut masih menggunakan metode yang konvensional, belum menerapkan
model discovery learning dengan kemungkinan yang menyebabkan aktivitas
siswa di dalam kelas masih tergolong pasif, sehingga hasil belajar pun dapat
dikatakan tergolong rendah jika dilihat dari nilai ulangan harian siswa. Oleh
sebab itu, berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas peneliti akan
mengkaji mengenai “Model Discovery Learning untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar Geografi Siswa di SMA Negeri 1 Kasui
Kabupaten Way Kanan”.
Bagaimanakah penerapan pembelajaran dengan model discovery learning
untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Geografi
kelas X IPS di SMA Negeri 1 Kasui Kabupaten Way Kanan. Apakah
30
penerapan pembelajaran dengan model discovery learning ini dapat
meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Geografi kelas X IPS di SMA
Negeri 1 Kasui Kabupaten Way Kanan tahun pelajaran.
Berikut adalah bagan kerangka pikir pada penelitian ini:
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
2.4. Hipotesis
H1 = Penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkat
kan aktivitas belajar siswa kelas X SMAN 1 Kasui.
H2 = Penggunaan model Discovery Learning dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar Geografi siswa kelas X SMAN 1 Kasui.
(Penerapan Model Discovery Learning).
Proses penerapan model
Discovery Learning aktivitas
belajar siswa.
Hasil belajar dengan
menerapkan pembelajaran
kooperatif model Discovery
Learning melalui hasil tes.
Output
(Peningkatan Aktivitas dan Hasil belajar Siswa)
31
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (classroom action research). Menurut Kunandar (20011:45) penelitian
tindakan kelas terdiri dari tiga kata “penelitian”, “tindakan” dan “kelas”.
Jadi dalam penelitian tindakan kelas ada tiga unsur atau konsep, yakni
sebagai berikut:
1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui
metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk
menyelesaikan suatu masalah.
2. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar
mengajar.
3. Kelas adalah sekolompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima
pelajaran yang sama dari seorang guru.
Pada dasarnya penelitian tindakan kelas (action research) dalam penelitian
ini jenis penelitian kelas kolaboratif yang dilakukan peneliti dengan guru
mitra yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas)
proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu
32
dalam suatu siklus. Jadi ciri khusus dari penelitian tindakan kelas (PTK)
adalah adanya tindakan yang nyata. Tindakan tersebut merupakan suatu
yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
3.2. Subjek dan Objek Penelitian
3.2.1.Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IPS SMA N 1 Kasui dengan
mempertimbangkan kondisi kelas yang siswanya banyak tidak tuntas pada
mata pelajaran Geografi. Berikut ini adalah tabel daftar ketuntasan siswa
setiap kelas pada mata pelajaran Geografi.
Tabel 3. Subjek Penelitian Siswa Kelas X IPS, SMA N 1 Kasui
No Kelas Keterangan
Jumlah Tuntas Tidak Tuntas
1. X IPS 1 13 19 32
2. X IPS 2 14 16 30
3. X IPS 3 17 14 31
Sumber : Hasil Pengolahan Penelitian Tahun 2018
Berdasarkan data diatas maka kelas menjadi tempat untuk dilakukan
tindakan kelas adalah siswa kelas X IPS 1.
3.2.3. Objek penelitian
Dalam penelitian ini objek yang menjadi variabel peneltian adalah
Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar Geografi di SMAN 1 Kasui Kabupaten Way Kanan.
33
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1. Tempat penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMAN 1 Kasui
Kabupaten Way Kanan.
3.1.2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2018/2019.
3.4. Operasional Tindakan
3.4.1. Discovery Learning
Menurut Wilcox dalam buku Hosnan (2014: 280) penemuan (discovery)
merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan
pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya
pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu
melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Menurut Nur dalam Suprihatiningrum (2012: 241) pembelajaran dengan
penemuan merupakan suatu komponen penting dalam konstruktivis yang
telah memiliki sejarah panjang dalam dunia pendidikan. Ide pembelajaran
penemuan (discovery learning) muncul dari keinginan untuk memberi rasa
senang kepada siswa dalam “menemukan” sesuatu oleh mereka sendiri,
dengan mengikuti jejak para ilmuwan.
Menurut Budiningsih (2005: 43) model Discovery Learning adalah
memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk
akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan.
34
Tujuan Pembelajaran Discovery Learning yang dikemukakan oleh
Kemendikbud No. 58 (2014) yaitu untuk meningkatkan keterampilan
berpikir kritis siswa. Berpikir kritis ini dengan cara melatih siswa untuk
mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan melalui
sintaksnya seperti pada tahap stimulation (stimulasi) siswa diajak untuk
mengamati dan menanya, tahap problem statement (perumusan masalah)
siswa diajak untuk menanya dan mengumpulkan informasi, tahap data
collection (pengumpulan data) siswa diajak untuk mencoba dan
mengamati, tahap data processing (pengolahan data) siswa diajak untuk
menalar dan menanya dan tahap terakhir verification (verifikasi) siswa
diajak untuk menalar, dan mengkomunikasikan.
Bell (1978) dalam buku Hosnan (2014: 284) mengemukakan beberapa
tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai
berikut:
a) Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara
aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi
banyak siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan
digunakan.
b) Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan
pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak
meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
35
c) Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu
dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang
bermanfaat dalam menemukan.
d) Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara
kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta
mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.
Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan-
keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui
penemuan lebih bermakna.
3.4.2. Aktivitas Belajar
Data aktivitas siswa diperoleh dari observasi yang dilakukan pada setiap
siklus selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan
dengan cara mengamati aktivitas yang dilakukan oleh siswa, aktivitas
yang diamati adalah aktivitas yang relevan dengan proses pembelajaran
atau peserta didik yang aktif mengikuti pelajaran (on task). Jenis kegiatan
yang diamati mengacu pada pembagian kegiatan peserta didik menurut
Paul D. Dierich dalam Hamalik Oemar (2015: 90) yang ditetapkan
sebagai dasar indikator antara lain:
a. Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran (kegiatan visual).
b. Siswa mendengarkan penjelasan guru (kegiatan mendengarkan).
c. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru (kegiatan menulis).
d. Siswa menggambar dalam bentuk drawing (kegiatan menggambar).
36
e. Siswa menanggapi ataupun bertanya pada saat presentasi (kegiatan
lisan).
f. Sikap emosional siswa pada saat mengikuti pembelajaran (kegiatan
mental).
Dalam penelitian ini, lembar observasi partisipasi siswa diamati oleh
observer. Setiap siswa diamati aktivitasnya dalam setiap pertemuannya
dengan memberikan tanda “√” pada lembar observasi jika aktivitas yang
dilakukan siswa sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.
3.4.3. Hasil Belajar
Untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa setelah diterapkannya
model Discovery Learning dalam pembelajaran, diambil dari persentase
ketuntasan belajar siswa setelah diadakan tes pada setiap akhir siklus. Tes
yang diberikan berupa tes formatif dalam bentuk pilihan ganda dan essai,
disesuaikan dengan materi pembelajaran. Menurut Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) yang ditetapkan di SMA N 1 Kasui, siswa dikatakan
tuntas jika memperoleh nilai 75 atau lebih.
3.5. Prosedur Penelitian Tindakan
Prosedur yang ditempuh dalam melakukan penelitian ini terdiri dari beberapa
siklus. Pada siklus I jika aktivitas dan hasil pembelajaran belum mencapai
indikator keberhasilan maka akan dilanjutkan dengan refleksi untuk
pelaksanaan siklus II. Jika pada siklus II masih belum terjadi peningkatan
37
aktivitas dan hasil belajar maka dilakukan refleksi untuk melanjutkan ke
siklus berikutnya sampai mencapai indikator keberhasilan.
Gambar 2. Prosedur Penelitian Tindakan
(Sumber: Sanjaya, 2009:93)
1. Tahap Rencana Tindakan
Pada tahap ini dilakukan perencanaan tindakan dengan rincian sebagai
berikut:
SIKLUS I
Refleksi Pelaksanaan
Tindakan
Perencanaan
Perencanaan
Observasi/Analisis
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Tindakan
Perencanaan
Observasi/Analisis
Hasil Penelitian
SIKLUS n
Pelaksanaan
Tindakan
Observasi/Analisis
38
a. Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sesuai dengan
materi yang akan diajarkan dengan menggunakan metode
pembelajaran Discovery Learning. RPP ini akan disusun secara
kolaboratif antara peneliti dengan guru. RPP disesuaikan dengan
silabus yang ada.
b. Mempersiapkan materi yang akan disampaikan kepada siswa.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini diterapkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model Discovery Learning, Adapun langkah-langkah persiapan
Discovery Learning menurut Hosnan (2014: 289) adalah sebagai berikut:
a) Menentukan tujuan pembelajaran.
b) Melaksanakan identifikasi karakter peserta didik (kemampuan awal,
minat, gaya belajar, dan sebagainya).
c) Memilih materi pelajaran yang akan dipelajari.
d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara
induktif.
e) Mengembangkan bahan ajar yang berupa contoh - contoh, ilustrasi,
tugas, dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik.
f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks,
dari yang kongkrit ke abstrak.
g) Melakukan penilaian proses dari hasil belajar peserta didik.
39
3. Tahap Observasi
Pada tahap ini dilakukan observasi pembelajaran kepada siswa dengan
pencatatan terhadap gejala yang terjadi di indikator penelitian. Pada
tahap ini guru mitra mengamati apa yang menjadi kendala sehingga
diketahui adanya masalah yang terjadi pada proses pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi ini, kegiatan yang dilakukan peneliti dan guru mitra
adalah melihat seberapa jauh indikator keberhasilan suatu tindakan dan
dampak suatu tindakan yang terjadi dan merekomendasikan untuk siklus
tindakan selanjutnya.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Observasi
Observasi dilakukan oleh observer. Lembar observasi memuat data
aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan daftar checklist. Observasi dilakukan oleh guru mitra.
Adapun kisi-kisi observasi sebagai berikut:
Tabel 4. Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Siswa Siklus I-III
No Nama
Aspek yang diamati
A B C D E
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1
2
3
4
Dst
Jumlah skor
Skor Maksimum
Persentase (%)
kriteria
Catatan : Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai
(Sudjana, 2005: 69).
40
Keterangan:
A : Memperhatikan penjelasan guru saat proses pembelajaran.
1. Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru.
2. Siswa memperhatikan penjelasan guru, namun tidak mencatat materi
yang dijelaskan.
3. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan mencatat materi yang
dijelaskan.
B : Bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok.
1. Siswa tidak bekerja sama dengan teman dalam menyelesaikan tugas
kelompok.
2. Siswa bekerja sama mengerjakan tugas kelompok, tetapi tidak sesuai
dengan materi yang dipelajari.
3. Siswa bekerja sama mengerjakan tugas kelompok sesuai dengan
materi yang dipelajari.
C : Siswa mengajukan pertanyaan saat proses pembelajaran.
1.Siswa tidak mengajukan pertanyaan saat proses pembelajaran.
2.Siswa mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada materi
yang dipelajari.
3.Siswa mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan
materi yang dipelajari.
D : Siswa memberikan tanggapan pada kelompok lain saat diskusi.
1. Siswa tidak memberikan tanggapan saat diskusi.
2. Siswa memberikan tanggapan, tetapi tidak disertai dengan alasan
yang logis.
3. Siswa memberikan tanggapan disertai dengan alasan yang logis.
E : Siswa mempertahankan pendapatnya saat diskusi
1. Siswa tidak mempertahankan pendapat saat diskusi.
2. Siswa memberikan tanggapan, tetapi tidak konsisten.
3. Siswa konsisten mempertahankan pendapat.
41
2. Teknik Tes
Teknik tes dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh data hasil
belajar Geografi siswa setelah proses pembelajaran dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dari pembelajaran setelah diterapkannya
model discovery learning pada tes formatif siklus I, siklus II, dan
seterusnya. Tes ini berupa tes tertulis yang diberikan pada setiap akhir
siklus. Jenis tes yang digunakan berupa tes pilihan ganda.
Tabel 5. Kisi-Kisi Tes
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Materi
Pokok C1 C2
3. memahami,
menerapkan,
menganalisis
pengetahuan
faktual,
konseptual,
prosedural
berdasarkan rasa
ingin tahunya
tentang ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni,
budaya, dan
humaniora
dengan wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban terkait
3.6.2. Menjelaskan
siklus hidrologi
dan
mengidentifikasi
jenis-jenis
perairan.
3.6.3. Menjelaskan
perairan darat,
DAS, air
permukaan, dan
air tanah berserta
potensi nya.
3.6.4. Menjelaskan
dampak banjir dan
usaha
menanggulangi
banjir.
3.6.5. Mendeskripsikan
pantai, pesisir,
dan laut berserta
ekosistemnya.
3.6.6. Menjelaskan
perairan laut, zona
laut, morfologi
dasar laut, arus
laut, dan kualitas
air laut.
3.6.7. Menjelaskan
pemanfaatan dan
Hubungan
Manusia
dan
Lingkungan
Akibat
Dinamika
Hidrosfer
42
penyebab
fenomena dan
kejadian, serta
menerapkan
pengetahuan
prosedural pada
bidang kajian
yang spesifik
sesuai dengan
bakat dan
minatnya untuk
memecahkan
masalah
pelestarian
perairan darat dan
laut.
Keterangan:
C1 : Soal pengetahuan
C2 : Soal pemahaman
3.7. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini berupa observasi dan tes. Menurut Sudijino
(2012: 67) tes adalah cara mengukur dan menilai dalam bidang pendidikan
yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan sehingga dapat diperoleh nilai yang
melambangkan hasil belajar siswa. Soal tes diberikan dalam bentuk pilihan
jamak yang berjumlah 30 butir soal. Jika siswa menjawab benar maka diberi
skor 1 dan jika jawaban siswa salah maka diberi skor 0, skor total bagi 30
soal yang dijawab dengan benar adalah 30. Sebelum tes diberikan, terlebih
dahulu diuji cobakan pada siswa IPS kelas X SMAN 1 Kasui. Setelah soal
diuji cobakan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran soal.
43
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan
kevalidan atau kesahihan suatu intrumen (Arikunto, 2007: 160). Sebuah
tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Suatu soal dikatakan memiliki validitas yang baik apabila
mempunyai nilai korelasi yang tinggi.
a. Pengukuran validitas aktifitas dari lembar observasi dilakukan untuk
melihat seberapa besar tingkat akurasi dari lembar observasi yang
digunakan untuk mengukur daripada kegiatan aktivitas siswa dalam
pembelajaran Geografi. Uji coba instrumen untuk validitas lembar
observasi dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product
moment dengan menggunakan aplikasi SPSS dimana yang dilihat
adalah tingkat akurasi mengukur setiap indikator instrumen. Dimana
indikaor instrumen observasi dalam penelitian ini berjulam 5 indikator.
Berikut ini adalah validitas lembar observasi yang diuji cobakan pada
30 responden.
Gambar 3. Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Lembar
Observasi.
44
Berdasarkan hasil perhitungan pada gambar diatas maka kita dapat
mengetahui bahwa indikator pertama pada lembar observasi
menunjukkan nilai sebesar 0,386 hal tersebut menunjukkan kriteria
item instrumen tersebut adalah valid karena nilai rhitung lebih besar dari
rtabel (0,361) kemudian pada indikator kedua lembar observasi
menunjukkan nilai sebesar 0,642 hal tersebut menunjukkan kriteria
item instrumen tersebut adalah valid karena nilai rhitung lebih besar dari
rtabel (0,361), kemudian pada indikator ketiga lembar observasi
menunjukkan nilai sebesar 0,554 hal tersebut menunjukkan kriteria
item instrumen tersebut adalah valid karena nilai rhitung lebih besar dari
rtabel (0,361), kemudian pada indikator keempat lembar observasi
menunjukkan nilai sebesar 0,418 hal tersebut menunjukkan kriteria
item instrumen tersebut adalah valid karena nilai rhitung lebih besar dari
rtabel (0,361), kemudian pada indikator kelima lembar observasi
menunjukkan nilai sebesar 0,559 hal tersebut menunjukkan kriteria
item instrumen tersebut adalah valid karena nilai rhitung lebih besar dari
rtabel (0,361).
Nilai rtabel sebesar 0,361 diambil dari tabel r product moment dengan
jumlah sampel n=30 siswa. hasili suatu indikator pernyataan item
pada lembar observasi dinyatakan valid jika nilai rhitung lebih besar
dari rtabel.
45
b. Validitas yang digunakan untuk melihat ketepatan mengukur soal
yang dipakai yang dengan menggunakan rumus korelasi product
moment. Validitas butir soal yang dilihat ini melihat seberapa besar
ketepatan dari instrumen yang digunakan untuk mengukur sesuai
dengan tujuan yang diinginkan. Keberadaan validitas soal ini
dilihat dari sebaran data hasil uji coba terhadap 30 siswa diluar
sampel. Berdasarkan hasil ujicoba yang dilakukan pada 30
responden maka dapat dilihat hasil pengukurannya yaitu sebagai
berikut.
Tabel 6. Validitas Butir Soal
Soal Valid Soal Tidak Valid
1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14,
15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 24, 25, 26,
28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 39,
40
4, 20, 23, 27, 30 dan 38
Sumber: Hasil Perhitungan Penelitian Tahun 2018
Berdasarkan data diatas maka dapat dikatakan bahwa rata-rata soal
yang dipakai adalah soal yang valid dan memiliki nilai rhitung lebih
besar dari rtabel. Hasil perhitungan dari setiap butir soal dapat dilihat
pada tabel di lampiran. Pada penelitian ini untuk instrumen hasil
belajar soal dikatakan valid jika nilai rhitung lebih besar dari rtabel
dimana nilai dari rtabel nya adalah sebesar 0,361.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan hasil tes apabila diteskan kepada subjek
yang sama dalam waktu yang berbeda. Suatu tes dikatakan reliable jika
46
tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap terhadap subjek yang
sama. Pada dasarnya reliabilitas soal yang baik adalah yang memiliki
nilai tinggi.
a. Adapun uji reabilitas dalam aktivitas dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk melihat seberapa ajeg instrumen yang digunakan
untuk mengukur aktivitas belajar siswa walaupun instrumen tersebut
digunakan secara berulang pada objek yang sama. Pengukuran
reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha
Cronbach dengan menggunakan aplikasi SPSS yang di ujicobakan
terhadap 30 responden. Berikut ini adalah hasil perhitungan
reliabilitas intrumen aktivitas belajar.
Gambar 4. Reliabilitas Instrumen Aktivitas Belajar
Berdasarkan informasi dalam tabel diatas maka dapat dikatakan
instrumen penelitian yang digunakan dalam melihat aktivitas belajar
siswa menunjukkan nilai yang tinggi yaitu sebesar 0,703. Suatu
instrumen dikatakan reliabel jika lebih dari 0,60 ( Sugiyono, 2008:
78).
b. Untuk reliabilitas hasil belajar, Reliabilitas soal dalam penelitian ini
dihitung dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan
menggunakan aplikasi SPSS yang diujicobakan terhadap 30
47
responden. Berikut ini adalah hasil perhitungan reliabilitas intrumen
hasil belajar.
Gambar 5. Reliabilitas Butir Soal
Berdasarkan data diatas maka dapat kita ketahui bahwa soal yang
diguanakan dalam penelitian ini adalah soal yang reliabel hal
tersebut karena nilai reliabilitas soal yang ada sebesar 0,955 hal
tersebut merupakan suatu kriteria soal yang memiliki tingkat
reliabilitas yang sangat tinggi.
3. Uji Daya Pembeda
Menurut arikunto (2007: 211) daya pembeda soal adalah kemampuan
suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa
yang kurang pandai. Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal
yang memiliki indeks daya pembeda 41% sampai 70%.
Berikut ini adalah hasil rekapitulasi dari perhitungan daya pembeda yang
terlampir pada tabel di lampiran.
Tabel 7. Daya Pembeda Soal
No Keterangan Jumlah Soal Item Soal
1 Baik Sekali 10 Soal 1, 5, 6, 8, 19, 24, 28, 31,
33 dan 37
48
2 Baik 24 Soal
2, 3, 7, 9, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18, 21,
22, 25, 26, 29, 32, 34,
35, 36, 39 dan 40
3 Cukup 1 Soal 23,
4 Jelek 5 Soal 4, 20, 27, 30, dan 38
5 Negatif 0 Soal -
Sumber: Hasil Penelitian Peneliti Tahun 2018
Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa soal-soal yang
digunakan dalam penelitian ini adalah soal-soal yang rata-rata memiliki
daya pembeda soal yang baik.
Rekapitulasi Instrumen Soal
Berdasarkan hasil perhitungan ujicoba instrumen hasil belajar maka dapat
disimpulkan beberapa soal yang digunakan dalam proses penelitian
diantaranya yaitu dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 8. Hasil Rekapitulasi Instrumen Soal
Soal dipakai Soal Tidak dipakai
1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 24,
25, 26, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35,
36, 37, 38, 39, dan 40
4, 20, 23, 27, dan 30,
Sumber: Hasil Penelitian Peneliti Tahun 2018
Soal yang dapat digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil ujicoba
adala sebanyak 35 soal namun yang dipakai dalam penelitian ini yaitu
hanya 30 soal.
49
4. Uji Taraf Kesukaran
Suatu soal yang baik adalah jika soal tersebut tidak terlalu mudah atau
terlalu sukar. Taraf kesukaran soal yang baik jika memiliki taraf
kesukaran sedang. Teknik yang digunakan untuk menghitung taraf
kesukaran soal adalah membagi banyaknya siswa yang menjawab soal itu
dengan benar dengan jumlah seluruh siswa.
Pada dasarnya dalam penelitian ini konsep validitas terkait dengan data
yang dikumpulkan peneliti selalu berusaha agar data yang terkumpul
harus otentik. Peneliti juga berusaha agar data yang terkumpul merupakan
gambaran fenomena dari subjek penelitiannya secara jujur dan
menghindari keberpihakkan yang merugikan subjek yang diteliti secara
sederhana istilah otentisitas lebih tepat digunakan sebagai pengganti
validitas.
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran soal yang dapat dilihat
pada tabel di lampiran berikut ini adalah rekapitulasi soal yang telah
dikategorikan menjadi beberapa klasifikasi.
Tabel 9. Tingkat Kesukaran Soal
No Keterangan Jumlah Soal Item Soal
1 Soal Mudah 0 -
2 Soal Sedang 38 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,
13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21,
22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29,
30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,
38, 39, 40
3 Soal Sukar 2 12 dan 17
Sumber : Hasil Penelitian Peneliti Tahun 2018
50
Berdasarkan data diatas maka dapat dikatakan bahwa semua soal yang
digunakan dalam tes kebanyakan adalah soal yang berada pada tingkat
kesukaran klasifikasi sedang, hal tersebut sesuai dan selaras dengan
kriteria soal yang baik yaitu berada pada tingkat kesukaran yang sedang
(Sudaryono, 2012:78).
3.8. Teknik Analisis Data
1. Data Aktivitas Belajar Siswa
Data aktivitas belajar siswa diperoleh dari hasil observasi. Setelah selesai
observasi dihitung jumlah aktivitas yang dilakukan siswa dinyatakan
dalam bentuk persen dengan menggunakan rumus seperti yang
dikemukakan oleh Sudjana (2002: 67) yaitu:
Rumus :
X =
Keterangan :
X = Rata-rata persentase aktivitas siswa
∑X = Jumlah skor yang diperoleh
n = Jumlah skor maksimum
Siswa dikategori aktif apabila presentase aktivitasnya mencapai ≥ 70%
atau lebih. Selanjutnya, untuk menentukan rata-rata persentase setiap jenis
aktivitas pada setiap siklus digunakan rumus sebagai berikut:
Rumus:
%As= ×100%
∑ X
n x 100%
51
Keterangan:
%As = Persentase siswa aktif.
As = Banyaknya siswa yang aktif.
= Banyaknya siswa yang hadir.
Tabel 10. Kategori Penilaian Aktivitas Siswa
Nilai Kategori
76-100% Sangat aktif
56-75% Aktif
40-55% Cukup aktif
< 40% Kurang aktif
Sumber: Arikunto, Suharsimi (2008:210)
2. Data Hasil Belajar Siswa
Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menerapkan pembelajaran
dengan mode discovery learning diperoleh dari ketuntasan belajar siswa
setelah diadakan tes pada setiap akhir siklus untuk mengukur tingkat
keberhasilan siswa. Tes yang diberikan berupa tes pilihan ganda yang
terdiri dari 10 soal. Menurut KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang
diterapkan di SMAN 1 Kasui, siswa dikatakan tuntas jika memperoleh
nilai 75 atau lebih. Selanjutnya, untuk menentukan persentase siswa tuntas
setiap siklusnya digunakan rumus seperti yang dikemukakan oleh Sudjana
(2001: 69) sebagai berikut:
Rumus:
Keterangan:
%At = Persentase siswa yang tuntas belajar.
∑At = Banyaknya siswa yang tuntas belajar.
N = Banyaknya siswa yang hadir.
%At = ×100%
52
Selanjutnya, untuk menentukan rata – rata kelas digunakan:
Rumus:
Keterangan :
x = Nilai rata – rata siswa pada siklus ke-n
∑Ns = Jumlah nilai tes seluruh siswa.
N = Banyaknya siswa yang hadir
.
3.9. Indikator Keberhasilan
Siklus dihentikan jika:
1. Aktivitas Belajar Siswa
Adanya peningkatan aktivitas yang mendukung proses pembelajaran
pada setiap siklusnya yang meliputi kesiapan siswa dalam mengikuti
pembelajaran, siswa mendengarkan penjelasan guru, siswa mengerjakan
tugas yang diberikan guru, siswa menanggapi ataupun bertanya pada saat
presentasi, dan sikap emosional siswa pada saat mengikuti pembelajaran.
Terjadi peningkatan persentase aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II
dan seterusnya serta telah mencapai ≥ 70 % dari siswa yang hadir secara
aktif dalam mengikuti pembelajaran.
2. Hasil Belajar Siswa
Siswa yang tuntas mencapai hasil belajar tuntas dengan nilai 75 atau
lebih, dan siswa tidak tuntas jika nilai tes < 75 atau tidak mencapai KKM
yaitu 75. Persentase 70% atau lebih ini diberlakukan untuk hasil belajar
siswa sebelum diadakan remedial.
X =
93
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tentang model pembelajaran
discovery learning untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
maka dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut:
1. Penerapan pembelajaran discovery learning berpengaruh terhadap
peningkatkan aktivitas belajar siswa, dimana hal tersebut dapat dilihat dari
pengamatan pada siklus I aktivitas belajar siswa yang masuk kategori aktif
sebesar 21,88% kemudian pada siklus II meningkat sebesar 50% dan pada
siklus III meningkat hingga 71,88%.
2. Model pembelajaran discovery learning memiliki dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dimana hal tersebut dapat dilihat dari tes pada siklus I
hasil belajar siswa yang masuk kategori tuntas sebesar 6,25% kemudian
pada siklus II meningkat sebesar 34,38% dan pada siklus III meningkat
hingga 71,88%.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti maka dapat
diberikan saran dan masukan sebagai berikut :
94
1. Model pembelajaran discovery learning yang telah diterapkan di kelas X
IPS 1 SMA Negeri 1 Kasui dapat digunakan dalam proses pembelajaran
guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas.
2. Pendidik dapat secara aktif kreatif membuat kondisi kelas yang
menyenangkan dan responsif guna meningkatkan gairah pembelajaran
yang akan diikuti oleh para siswa.
3. Pendidik dan siswa agar selalu melakukan kerjasama dalam proses
pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
sebelumnya.
4. Dalam menerapkan model pemebelajaran discovery learning memerlukan
keuletan yang dalam baik dari siswa maupun pendidik guna menciptakan
suasaana belajar yang lebih efektif dan efisien.
5. Masih butuh banyak waktu dalam proses penerapan model pembelajaran
discovery learning pada mata pelajaran Geografi guna menumbuhkan
aktivitas siswa dan daya tangkan siswa dalam memahami pengetahuan
yang diamati.
95
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono 2013 Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Arika Istiana, Galuh. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning
Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Pokok Bahasan Larutan
Penyangga Pada Siswa Kelas XI IPA SMA negeri Ngemplak Tahun 2014.
Universitas Sebelas Maret. Solo.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bumi
Aksara. Jakarta.
________________. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT
Rineka Cipta. Jakarta.
Azhari. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa XIIPA 1 Pada Materi Sistem Pernapasan
di SMA Negeri Unggul Sigli. Universitas Syiah Kuala. Aceh.
Bahri, Syaiful. 2008. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Budiningsih, Asri. 2012. Belajar & Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Chandra, Rega Irawan. 2017. Implementasi Model Pembelajaran Discovery
Learning Guna Meningkatkan Keaktifan Belajar dan Minat Baca Siswa
Kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 1 Sedayu. UNY:
Yogyakarta.
Feriana, Tri. 2016. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Discovery
Learning dan Group Investigation pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X
di SMA Negeri 12 Semarang (Skripsi). Semarang (ID). UNM. Semarang.
Gusmalisa, Debi. 2015. Penerapan Model Discovery Learning Terhadap Hasil
Belajar dan Aktivitas Siswa pada Mata Pelajaran Geografi (Skripsi). Bandar
Lampung (ID). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Hamalik, Oemar. 2015. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.
Hanafiah, dan Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. PT Refika Aditama.
Bandung.
96
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21. Ghalia Indonesia. Bogor.
Ilahi, Takdir. 2003. Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational Skill,
Diva Press. Jakarta.
Isjoni 2013 Pembelajaran Kooperatif. Pustaka Pelajar. Bandung.
Istarani. 2011. Model Pemblajaran Inovatif. Media Persada. Medan.
Kunandar. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
_______. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Rajawali Pers.
Jakarta.
Noviyani, 2018. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SAVI Untuk
Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Geografi. Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
Purwatiningsih, Sri. 2013. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Luas Permukaan dan
Volume Balok. Universitas Tadulako. Palu.
Putri, Ihdi Shabrona. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning
Terhadap Hasil Belajar Siswa dan Aktifitas Siswa. Universitas Negeri
Medan. Medan.
Rosarina, Gina. 2016. Penerapan Model Discovery Learning Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perubahan Wujud Benda.
Universitas Pendidikan Indonesia. Subang.
Sadirman. 2001. Ilmu pendidikan. Remaja Rosda Karya. Bandung.
Sani, Abdulah. 2015. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum
2013. Bumi Aksara. Jakarta.
Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kencana Prenada Media
Group. Jakarta.
Sistari. 2018. Metode Mind Mapping dalam Meningkatkan Aktifitas dan hasil
Belajar IPS Terpadu SMP Xaverius. Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Siswanto, Budi Tri. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Siswa Pada Pembelajaran Praktik Kelistrikan Otomotif SMK di Kota
Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Rajawali Press. Jakarta.
97
Sudjana, Nana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.
___________. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
___________ 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Alfabeta. Bandung.
Sumiati dan Asra. 2008. Metode Pembelajaran. CV Wacana Prima. Bandung.
Suprihatiningrum, Jamil. 2016. Strategi Pemblajaran. Ar-ruzz Media.
Yogyakarta.
Syaiful, Sagala. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung,
Thobroni, M. 2015. Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Praktik. Ar-Ruzz
Media. Yogyakarta.
Trianto. 2007. Model–Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Prestasi Pustaka. Jakarta.
Wahyudi, Eko. 2015. Penerapan Discovery Learning Dalam pembelajaran IPA
Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX 1 SMP
Negeri 1 Kalianget. Jurnal Lentera Sains.
Widayati, Ani. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jurnal Pendidikan Akuntansi
Indonesia.
Wiriatmadya, Rochmiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk
Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia bekerjasama. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.