model pembelajaran berdasarkan ...repository.upi.edu/45648/6/d_geo_1502628_chapter5.pdfkewilayahan...
TRANSCRIPT
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
129
BAB V
MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN
GEOGRAFIS
5.1. Deskripsi Model Pembelajaran Berdasarkan Karakteristik Wilayah untuk Meningkatkan Keterampilan Geografis
Model pembelajaran ini merupakan model yang didesain untuk anak usia
Sekolah Dasar guna meningkatkan keterampilan Geografis. Keterampilan geografis
merupakan hal yang penting, hal ini harus di pupuk dan ditumbuh kembangkan sejak
dini (Evans 2008). Awal tahun 1990-an, para ahli geografi telah membuat kontribusi
yang signifikan dalam kajian kehidupan anak-anak, dan remaja. Kajian geografi
mengenai anak-anak adalah kajian multidisiplin, perlu beberapa ilmu bantu dalam
mengkaji anak-anak secara ruang. Beberapa ahli mengkhawatirkan kajian akan
geografi manusia khususnya kajian anak-anak dan remaja menjadi terpinggirkan.
Senada dengan pendapat Evans mengenai pentingnya keterampilan geografis bagi
anak-anak dan remaja karena dimasa anak-anak telah diberi pemahaman tentang ruang,
dimana terdapat ruang fisik dan ruang sosial yang saling berkaitan, tempat bermain,
lingkungan keluarga, sekolah bahkan lingkungan sosial lainnya yang anak-anak
tersebut nikmati (Gough, 2008).
Keterampilan dapat diartikan suatu penunjukkan pada aksi yang bersifat khusus
yang ditampilkan atau pada sifat dimana keterampilan itu dilakukan oleh seseorang.
berbagai kegiatan dianggap sebagai suatu keterampilan, terdiri dari beberapa kegiatan
yang terukur dengan tingkatan kemampuan seorang individu dalam penguasaan yang
telah dicapai oleh seseorang maka hal tersebut menggambarkan tingkat kemampuan
keterampilan seseorang. Hal ini dilakukan melalui proses kebiasaan yang sudah
diterima secara terus menerus untuk menyatakan bahwa prilaku tersebut merupakan
kebiasaan yang telah dilakukan sehingga seseorang terbiasa melakukan hal-hal
tersebut. Keterampilan (skill) merupakan kemampuan untuk mengoperasikan
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
130
pekerjaan secara mudah dan cermat (Olkun, Smith, Gerretson, Yuan, & Joutsenlahti,
2009). Istilah terampil juga diartikan sebagai suatu perbuatan atau tugas, dan sebagai
indikator dari suatu tingkat kemahiran (Rittle-johnson, Zippert, & Boice, 2018).
Keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu
tujuan dengan efektif. Keterampilan gerak berdasarkan faktor-faktor genetik dan
lingkungan dapat dibagi dua yaitu (Pakarinen et al., 2017; Olkun et al., 2009) :
1. Keterampilan phylogenetic, adalah keterampilan yang dibawa sejak lahir, yang
dapat berkembang seiring dengan bertambahnya usia anak tersebut.
2. Keterampilan ontogenetic, merupakan keterampilan yang dihasilkan dari latihan
dan pengalaman sebagai hasil dari pengaruh lingkungan.
Dalam mencapai suatu tingkat keterampilan yang baik, perlu memperhatikan
hal sebagai berikut: Pertama, faktor individu/pribadi yaitu kemauan serta keseriusan
dari individu itu sendiri berupa motivasi yang besar untuk menguasai keterampilan
yang diajarkan. Kedua, faktor proses belajar mengajar menunjuk kepada bagaimana
kondisi belajar dapat disesuaikan dengan potensi individu, dan lingkungan sangat
berperan dalam penguasaan keterampilan. Ketiga, faktor situasional menunjuk pada
metode dan teknik dari latihan atau praktik yang dilakukan.
Keterampilan geografis memungkinkan seseorang untuk dapat mengumpulkan
dan menganalisis informasi, sampai pada suatu kesimpulan dari informasi tersebut, dan
membuat keputusan serta berujung pada suatu tindakan. Pembelajaran geografi
hakikatnya adalah pembelajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang
merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variansi
kewilayahan (Sumaatmadja, 1981). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran geografi disekolah merupakan pembelajaran tentang hakikat geografi
yang meliputi aspek-aspek keruangan, kelingkungan, dan kewilayahan dengan objek
studi geografi adalah geosfer yang terdiri atas atmosfer, litosfer, hidrosfer dan biosfer
yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologi peserta didik pada jenjang-
jenjang pendidikan. Pembelajaran geografi pada SD terintegrasi dalam pembelajaran
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
131
Tematik pada sub tema Ilmu Pengetahuan Sosial yang didapat pada kelas tinggi di SD
yaitu kelas IV, V dan VI.
Keterampilan geografis juga membantu dalam pengembangan dan penyajian
suatu kajian yang efektif, argumen persuasif mengenai masalah keruangan. Peserta
didik dalam mengembangkan keterampilan geografis peserta didik yang akan
memungkinkan peserta didik dalam mengamati pola, asosiasi, dan tata ruang. Banyak
dari keterampilan geografis yang peserta didik yang diharapkan dalam pembelajaran
banyak menggunakan alat dan teknologi geospasial yang merupakan bagian dari proses
kajian-kajian yang bersifat geografis. Alat-alat dan teknologi yang representasi
geografis, seperti data spasial dan bola dunia, baik yang konvensional maupun versi
digital, hal ini penting untuk mengkaji hal-hal yang bersifat geografis bagi peserta
didik untuk membantu dalam memvisualisasikan ruang agar peserta didik melek ruang
sejak dini (Downs, 2012). Keterampilan geografis sesuatu hal yang bisa diwajibkan
pada peserta didik untuk menumbuh kembangkan keterampilan geografis melalui
informasi yang diberikan dalam pembelajaran yang terdiri terdiri dari lima macam
keterampilan pada setiap jenjang pendidikan seperti di SD dan Menengah, Hal yang di
kaji oleh Komite Bersama Geographic Pendidikan oleh Asosiasi Geografer Amerika
dan Dewan Nasional untuk Geographic Pendidikan terdapat lima set keterampilan
geografis adalah sebagai berikut (Downs, 2012):
1. Peserta didik mampu Mengajukan Pertanyaan Geografis.
2. Peserta didik mampu Memperoleh Informasi Geografis.
3. Peserta didik mampu Pengorganisasian Informasi Geografis.
4. Peserta didik mampu Menganalisis Informasi Geografis.
5. Peserta didik mampu Menjawab Pertanyaan Geografis.
5.2. Dasar Pemikiran Karakteristikistik Wilayah dalam Aspek Geografis
Ada beberapa pengertian tentang wilayah yang terkait dengan aspek keruangan.
Konsep wilayah dalam konteks ruang harus meliputi konsep ruang sebagai ruang
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
132
wilayah ekonomi, ruang wilayah social budaya, ruang wilayah ekologi, dan ruang
wilayah politik. Wilayah itu sendiri adalah batasan geografis (bentang fisik dan sosial)
yang mempunyai pengertian tertentu atau sesuai dengan fungsi pengamatan tertentu.
Wilayah dapat dilihat sebagai suatu ruang dipermukaan bumi. Pengertian permukaan
bumi adalah menunjuk pada tempat atau lokasi yang dilihat secara horizontal dan
vertikal dengan karakteristik tersendiri yang di dalamnya termasuk inmteraksi antar
komponen tersebut. Karena kita membicarakan ruang dalam kaitannya dengan
kepentingan manusia, perlu dibuat batasan bahwa ruang pada permukaan bumi adalah
sejauh manusia masih bisa menjangkaunya atau masih berguna bagi manusia
(Bambang 2010).
Pada awalnya, ilmu kewilayahan ini bersumber dari dua mazhab, yaitu regional
economics (ekonomi wilayah) dan regional geography (geografi wilayah). Kalangan
mazhab ekonomi wilayah, menganalisis keruangan dengan menganalogikan teori-
teori ekonomi umum. Sebagai ilustrasi, hal ini terlihat pada permodelan dengan
program linier (linier programming) untuk analisis transportasi, masalah substitusi
ruang dalam teori-teori produksi neoklasik, analisis input-output antar wilayah dan
sebagainya. Di lain pihak, kalangan mazhab geografi wilayah dalam
penganalisaannya lebih mendasarkan pada sifat-sifat dasar keruangan secara geografis
dan implikasinya terhadap evolusi spatio-temporal dari tatanan perekonomian yang
kompleks. Sebagai ilustrasi, hal ini terlihat dalam permodelan pilihan diskrit (discrete
choice models) untuk perilaku pemilihan ruang (spatial choice behavior), dan teori-
teori evolusioner tentang inovasi dan dinamika keruangan. Walaupun demikian, pada
tahap selanjutnya ilmu wilayah menjadi suatu disiplin ilmu yang luas cakupannya
meliputi masalah-masalah perkotaan, perdesaan dan hubungan antar keduanya,
masalah transportasi, dan masalah sumberdaya alam. Oleh karenanya, suatu
pendekatan terpadu yang dapat menyatukan antara pemahaman dari kedua mazhab
tadi menjadi semakin dimungkinkan.
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
133
Di Indonesia, pada awalnya kajian tentang wilayah sudah mulai
memperkenalkan kepada kalangan perencanaan pembangunan dan penentu
kebijaksanaan tentang wilayah pembangunan. Wilayah mencoba menanggapi hal-hal
yang selama ini kurang dijelaskan dengan memuaskan oleh cabang ilmu-ilmu yang
lain. Wilayah mempertimbangkan aspek-aspek di atas dan aspek-aspek lingkungan
lainnya sepanjang berkaitan dengan aspek lokasi, local, kota, desa atau wilayah. Ilmu
wilayah membahas sejauh mana pengaturan-pengaturan perusahaan, konsumen dan
lembaga.
Berdasarkan kritik-kritik tersebut, ilmu wilayah dikembangkan sebagai ilmu
pengetahuan terapan (applied science) baru dengan memasukkan dimensi ruang
(lokasi) terhadap ilmu ekonomi menjadi ilmu baru. Dalam proses perkembangannya,
“sense” ilmu ekonomi pada ilmu ini sangat menonjol. Hal ini sebenarnya mudah
dipahami jika dilihat dari latar belakang para pelopor pengembangan ilmu ini yang
merupakan pakar-pakar ilmu ekonomi, terutama Walter Isard. Karena itu pulalah
dapat dipahami jika ilmu ini terutama sangat bias pada pendekatan-pendekatan
kuantitatif karena kebanyakan pakar ekonomi yang mengembangkannya adalah juga
pakar ekonometrik. Seperti halnya juga dalam ilmu ekonomi, ilmu wilayah melakukan
analisis dengan pendekatan matematis atau model-model matematis atas data wilayah
untuk menguji model dan hipotesis-hipotesis yang dikembangkan. Oleh karena itu
pula penggunaan kata “science” menjadi dianggap penting.
Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
pengertian wilayah adalah “ruang” yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administrasi dan atau aspek fungsional.
Berdasarkan pengertian undang-undang tersebut, ada dua aspek yang harus
diperhatikan dalam konsep wilayah, yaitu : pertama, di dalam wilayah ada unsur-unsur
yang saling terkait yaitu ruang yang berfungsi lindung yang harus selalu dijaga
keberadaannya dan ruang yang berfungsi budidaya sebagai tempat manusia
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
134
melakukan kegiatannya untuk kelangsungan hidupnya, yang pada dasarnya keduanya
tidak dapat hidup dan berkembang serta survive (keberlanjutan) sendiri-sendiri.
Kedua, adanya pengertian deliniasi fungsi berdasarkan koordinasi geografis (batasan
berdasarkan titik-titik koordinat) yang deliniasinya bisa wilayah administrasi
(pemerintahan) atau wilayah fungsi tertentu lainnya.
Struktur wilayah merupakan hasil kenampakan multifaktor dari struktur sosial,
struktur ekonomi dan struktur pemanfaatan ruang (Rijanta, 2005). Rencana Struktur
Pemanfaatan Ruang menggambarkan susunan unusr-unsur pembentuk rona
lingkungan, lingkungan sosial, dn lingkungan buatan yang digambarkan secara hirarkis
dan berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk struktur ruang kabupaten. Isi
Rencana struktur Pemanfaatan Ruan gdiantaranya meliputi hirarki pust pelayanan
wilayah seperti sitem pusat-pusat perkotaan dan perdesaan, pusat-pusat permukiman,
hirarki sarana dan prasarana, sistem jaringan transportasi seperti sistem jalan arteri,
jalan kolektor, jalan lokal dan kelas terminal. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang
menggambarkan letak, ukuran, fungsi dari kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung. Isi
Rencana Pola Pemanfaatan Ruang adalah delineasi (batas-batas) kawasan kegiatan
sosial, ekonomi, budidaya dan delineasi kawasan lindung (BKTRN, 2002). Faktor
struktur sosial atau faktor susunaan masyarakat (Koentjaraningrat, 1971), mengenai
jaringan hubungan antara kedudukan sosial yang masing-masing mempunyai fungsi
tertentu. Suatu masyarakat biasanya terbagi-bagi ke dalam golongan-golongan dari
kedudukan-kedudukan yang sejenis sifat-sifatnya, tetapi juga ke dalam lapisan-lapisan
yang terjadi karena perbedaan penilaian umum terhadap berbagai macam kedudukan
tadi. Pembagian yang pertama yang seolah-olah bersifat “vertikal” disebut para ahli
sosiologi differensiasi sosial, sedangkan pembagian kedua yang seolah-olah bersifat
“horizontal”, disebut stratifikasi sosial. Golongan-golongan sosial yang biasanya ada
dalam masyarakat yang besar seperti masyarakat Indonesia adalah misalnya golongan
ani, golongan pegawai, golongan militer, golongan cendekiawan, golongan buruh,
golongan seniman, dan lain-lain. Sedangkan lapisan-lapisan sosial misalnya lapisan
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
135
masyarakat pedesaan, lapisan masyarakat buruh kasar, lapisan menengah, lapisan
pegawai tinggi, lapisan elite, dan sebagainya.
Struktur ekonomi adalah pembagian dua bidang ekonomi. Pertama, ada yang
membaginya berdasarkan tiga sektor bidang yang berbeda, yaitu sektor pertanian,
sektor industri, sektor jasa. Kedua, berdasarkan sektor yang utama/primer sampai
dengan sektor pelengkap/tersier, yaitu sektor primer yang terdiri atas pertanian,
kehutanan, perikanan, dan pertambangan; sektor sekunder yang terdiri atas industr-
industri pengolahan, industri air dan listrik, industri bangunan; sektor tersier yang
terdiri atas bidang pengangkutan dan perhubungan, pemerintahan, perdagangan, dan
jasa-jasa perseorangan.
Struktur pemanfataan ruang (Rustiadi,2007), adalah gambaran mengenai
hubungan keterkaitan (linkages) antara aspek-aspek aktivitas-aktivitas pemanfaatan
ruang. Salah satu pendeskripsian wilayah sebagai suatu sistem, adalah aspek struktur
hubungan antar komponen-komponen yang ada di dalam wilayah tersebut. Deskripsi
interaksi antar komponen wilayah yang paling umum adalah aliran penduduk antar
wilayah atau pusat-pusat konsentrasi wilayah yang sering digambarkan dengan aliran
arus perjalanan (trips) dan migrasi. Aliran jumlah kendaraan baik dalam bentuk tabel
maupun peta, merupakan pendekatan yang paling umum. Di dalam pendeskripsian
interaksi spasial di daratan, secara spasial aspek keterkaitan digambarkan melalui unsur
jaringan prasarananya (jaringan jalan raya, jaringan rel kereta api, dan lain-lain), sarana
angkutan (bis, kendaraan roda empat, sepeda motor, dan lain-lain), obyek yang
dialirkan (orang/penumpang, barang, jasa, informasi, dan lain-lain), besaran aliran
(jumlah kendaraan, jumlah orang/penumpang, volume barang, nilai barang/jasa yang
dialirkan, dan lain-lain), hingga aspek tujuan/maksud dari interaksi yang dimaksudkan
(tujuan pergi bekerja,distribusi pemasaran, output barang/jasa, tujuan-tujuan sosial,
bersekolah/pendidikan, dan lain-lain).
Batasan wilayah (boundaries) diartikan sebagai ruang khusus, yang mungkin
tidak pejal (diikuti adanya pergerakan keluar-masuk) dan dapat mutable (dapat untuk
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
136
berubah). Batasan wilayah (boundaries) mungkin mengikuti batas alami, seperti
gunung-gunung, laut, atau sungai-sungai, atau mungkin batas buatan manusia, seperti
garis lurus pada peta. Kebanyakan batasan wilayah (boundaries) adalah sengaja
didesain untuk kebutuhan khusus atau klaim, seperti sebagai akses ke lautan atau
kontrol dari kota penting (Rijanta, 2005).
Batas wilayah (boundaries) formal adalah penetapan batas berdasarkan hukum,
dibuat tanda dalam peta, dipagari atau diberi catatan lainnya pada tanah, dan
dipertahankan. Contohnya, perumahan kelas menengah di beberapa kota, bertetangga
harus di daerah legal sebagai warga dan kepemilikannya ditandai pada selembar peta.
Mungkin di sekelilingnya dibatasi pagar putih yang merupakan garis kepemilikan.
Siapapun yang masuk ke area pemilikan tanpa ijin dari pemilik mungkin ditangkap
untuk pelanggarannya.
Batas wilayah (boundaries) informal mungkin hanya simbol. Contohnya,
sebuah “gang” di kota mempunyai “wilayah kekuasaan” luas dari jalan utama sampai
jalan perkampungan, tetapi area tersebut tidak resmi dipetakan atau dibatasi, walaupun
begitu ditandai dengan grafiti dan dipertahankan dengan agresif (Bambang 2010).
Sebuah wilayah ditentukan oleh selain aspek fisik dan sosial, karakteristik
wilayah dipengaruhi lokasi ruang itu sendiri. Karakteristik wilayah selalu dinamis
dalam rentang ruang dan waktu. Apabila dilihat sekilas wajah suatu wilayah, maka
akan banyak susunan atau komposisi ruang dalam wilayah yang mencirikan wilayah
tersebut. Akan tetapi, apabila diamati dengan cermat maka akan dijumpai bentuk dan
susunan khas yang mirip dengan wilayah-wilayah lain. Contoh wilayah kota atau urban
bersifat heterogen ditinjau dari aspek struktur bangunan dan demografis. Susunan,
bentuk, ketinggian, fungsi, dan usia bangunan berbeda-beda.Mata pencaharian, status
sosial, suku bangsa, budaya, dan kepadatan penduduk juga bermacam-macam.
Misalnya, kota A berbentuk persegi empat, kota B berbentuk persegi panjang, dan kota
C berbentuk bulat. Begitu juga dalam susunan bangunan kota terjadi pengelompokan
berdasarkan tata guna lahan kota. Jadi, suatu kota memiliki bentuk dan susunan yang
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
137
khas. Apabila kita mengamati kota berdasarkan peta penggunaan lahan, maka kita akan
mendapatkan berbagai jenis zona, seperti zona perkantoran, perumahan, pusat
pemerintahan, pertokoan, industri, dan perdagangan. Zona-zona tersebut menempati
daerah kota, baik di bagian pusat, tengah, dan pinggirannya. Zona perkantoran, pusat
pemerintahan, dan pertokoan menempati kota bagian pusat atau tengah. Zona
perumahan elite cenderung memiliki lokasi di pinggiran kota. Sedang zona perumahan
karyawan dan buruh umumnya berdekatan dengan jalan penghubung ke pabrik atau
perusahaan tempat peserta didik bekerja. Para geograf dan sosiolog telah melakukan
penelitian berkaitan dengan persebaran zona-zona suatu kota. Penelitian itu bertujuan
untuk mengetahui perkembangan dan persebaran spasial kota.
5.3. Asumsi Dasar dan Sintak Model Pembelajaran Berdasarkan Karakteristik Wilayah untuk Meningkatkan Keterampilan Geografis Peserta Didik Sekolah Dasar
Pembelajaran di SD yang merupakan pembelajaran Tematik sejak kelas I
sampai kelas IV, namun untuk sub pokok bahasan IPS pada kelas IV, V dan VI. Model
threaded yang merupakan salah satu model pembelajaran tematik merupakan model
pemaduan bentuk keterampilan misalnya, melakukan prediksi dan estimasi dalam
matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita dalam
novel, dan sebagainya. Bentuk threaded ini berfokus pada apa yang disebut meta-
curriculum. Keterampilan berpikir (thinking skills), keterampilan sosial (social skills),
ketrampilan belajar, grafis organizer, teknologi, dan kecerdasan ganda (multiple
intelligence skills) yang terdapat dalam semua disiplin ilmu dapat dilakukan dengan
pendekatan untaian. Model Threaded adalah model bersambungan atau model
integrasi yang memfokus pada metakurikulum yang merupakan jantung dari semua
pokok bahasan. Misalnya, perkiraan (prediction) adalah suatu ketrampilan yang
digunakan untuk memperkirakan sesuatu yang ada pada bidang ilmu matematika,
memperkirakan peristiwa masa sekarang, atau mengantisipasi peristiwa yang ada
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
138
dalam sebuah novel, dan proses membuat berbagai macam dugaan di laboratorium
IPA. Strategi mencari kesepakatan juga digunakan untuk menyelesaikan konflik dalam
segala situasi permasalahan. Ketrampilan ini pada intinya akan dihubungkan melalui
isi standar kurikulum yang ada. Adapun Sintaksis dalam pembelajaran model Tematik
dengan Model threaded sebagai berikut :
Langkah-langkah pada Model Threaded:
1. Menetapkan keterampilan yang diuntaikan dalam pembelajaran ketrampilan.
2. Memilih mata pelajaran yang cocok untuk dipadukan dengan model ini.
3. Mencocokkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dapat diuntaikan.
4. Merumuskan indikator pembelajaran secara terpadu.
5. Menetapkan ketrampilan berpikir yang akan diuntaikan.
Pembelajaran di SD adalah suatu proses pelajaran yang bertujuan agar peserta
didik mampu memahami eksistensi yang ada dalam dirinya sebagai makhluk hidup
yang berkembang, berinteraksi, berusaha memahami kebutuhan hidupnya, serta
mampu berinteraksi dengan sesama manusia dan alam dalam rangka mengembangkan
budaya kehidupan. Pembelajaran diharapkan dapat mendewasakan diri dan
kepribadian peserta didik, sehingga mampu membina sampai menjadi manusia yang
mandiri, sadar akan hak dan kewajibannya, dapat memecahkan berbagai masalah
kehidupan yang dihadapi.
Pembelajaran dikembangkan dan digali dari kehidupan praktis sehari-hari di
masyarakat. Masyarakat merupakan serta objek kajian materi pendidikan, yaitu
berpijak pada pada keadaan yang riil (current event), dengan mengangkat isu-isu yang
sangat berarti dari mulai kehidupan yang terdekat dengan peserta didik sampai pada
kehidupan yang luas dengan dirinya. Jenjang SD mata pelajaran IPS memuat materi
geografi, sejarah diarahkan untuk menjadi warga negara indonesia yang demikrasi dan
dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Dapat di identifikasi
bahwa pembelajaran di SD adalah mata pelajaran gabungan dari berbagai studi sosial
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
139
yang ada dan menyoroti berbagai fenomena dan masalah sosial yang disajikan secara
terpadu.
Pembelajaran yang diberikan di sekolah dasar merupakan pembelajaran yang
fleksibel. Yaitu sebagai IPS sebagai mata pelajaran yang mencakup berbagai ilmu
sosial yang sangat kompleks, menjadi bagian yang integral dalam penanaman nilai-
nilai pendidikan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran digunakan sebagai tempat
pengembangan peserta didik menuju warga negara yang baik sejalan dengan
perkembangan usianya.
Fleksibilitas pembelajaran dalam menyajikan materi ajar terhadap peserta
didik, tidak terbatas pada pengetahuan sosial yang bersifat hafalan, tetapi mencakup
gejala sosial yang dapat dijadikan pedoman dalam aktivitas sehari-hari. Pembelajaran
dapat dikaitkan dengan berbagai sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran bisa menjadi acuan dalam mengembangkan konsep disiplin, sikap, dan
perilaku dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah lingkungan masyarakat.
Pentingnya pembelajaan bahwa peran strategi pendidikan adalah memperkuat
sumber daya manusia. Oleh sebab itu, pendidikan harus dikembangkan untuk menjadi
pendidikan intelektual dan pendidikan nilai sosial yang handal dan dirasakan
manfaatnya oleh peserta didik dan masyarakat. Pendidikan dalam hal ini dihadapkan
pada tantangan mutu pendidikan agar dapat menanamkan kekuatan intelektual dan
emosional pada peserta didik untuk memberdayakan potensi dirinya.
Proses pembelajaran IPS mempunyai karakteristik khusus yang membedakan
dengan pembelajaran ilmu-ilmu sosial lainnya (geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan
lain-lain). Karakteristik pembelajaran IPS adalah:
1. Berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya.
2. Mengutamakan peran aktif peserta didik melalui proser belajar agar peserta didik
mampu mengembangkan berfikir kritis, rasional dan analisis.
3. Mengutamakan hal-hal, dan pemghayatan hubungan antar manusia yang bersifat
manusiawi.
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
140
4. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan
keterampilannya.
5. Berusaha untuk memuaskan setiap peserta didik yang berbeda melalui program
maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat peserta didik dan
masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.
Karakteristik dari pembelajaran pembelajaran di SD yaitu sebagai mata
pelajaran yang lebih mengarah pada pembentukan peserta didik pada diri dan
lingkungannya, pada berbagai aktivitas kehidupan manusia. Dengan demikian peranan
pembelajaran di SD bagi peserta didik di SD memiliki ruang yang sangat strategis
dalam rangka membentuk anak bangsa yang berkualitas.
Tujuan pembelajaran di SD secara umum menggambarkan penekanan sasaran
akhir yang hendak dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran
dan menyelesaikan pendidikan dalam program SD. Selain itu tujuan dari pendidikan
pembelajaran di SD dalam pandangan pendidikan dasar, yang paling utama adalah
peletakan dasar kesadaran diri para peserta didik sebagi makhluk individu (self-
awareness). Menyadarkan peserta didik dengan pendekatan pendidikan agar
memahami bahwa dirinya adalah memiliki kekhususan. Secara keseluruhan tujuan
pendidikan di SD adalah sebagai berikut:
1. Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam
kehidupannya kelak di masyarakat.
2. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan
menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di
masyarakat.
3. Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga
masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian.
4. Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan
keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari
kehidupan sosial tersebut.
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
141
Pembelajaran pembelajaran di SD pada materi pokok keragaman sosial dan
budaya berdasarkan kenampakan alam dikempangkan berdasarkan prinsip bahwa
peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak
mulia, sehat berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran pada materi pokok keragaman
sosial dan budaya berdasarkan kenampakan alam ini harus dikaitkan dengan tantangan
yang dihadapi tiap orang dalam kehidupannya. Terutama tantangan yang akan
dihadapi pesreta didik di hari-hari mendatang. Sesuai dengan tantangan tersebur,
pendidikan pada materi pokok keragaman sosial dan budaya berdasarkan kenampakan
alam bertujuan mengetahui kenampakan alam di lingkungan tempat tinggal
mempengaruhi keadaan sosial budaya.
Salah satu upaya kreatif dalam melaksanakan pembelajaran yang menggunakan
kurikulum berbasis kompetensi di sekolah dasar adalah melakukan pembelajaran
tematik. Pembelajaran model ini akan lebih menarik dan bermakna bagi anak karena
model pembelajaran ini menyajikan tema-tema pembelajaran yang lebih aktual dan
kontekstual dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian masih banyak pihak yang
belum memahami dan mampu menerapkan model ini secara baik. Melalui tulisan ini
akan diuraikan secara singkat tentang pembelajaran tematik secara konseptual dan
implementasinya dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan
mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan.
Pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan,
keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan
menggunakan tema. Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran
tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
142
kurikulum. Disamping itu pembelajaran tematik akan memberi peluang pembelajaran
terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi/keterlibatan peserta didik dalam
belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau
waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar (Abdul Kadir, 2015).
Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa
prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu :
1. bersifat terintegrasi dengan lingkungan.
2. bentuk belajar dirancang agar peserta didik menemukan tema.
3. efisiensi. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas berikut ini akan diuraikan
ketiga prinsip tersebut, berikut ini.
a. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan. Pembelajaran
yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format keterkaitan, maksudnya
pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi peserta
didik atau ketika peserta didik menemukan masalah dan memecahkan
masalah yang nyata dihadapi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari
dikaitkan dengan topik yang dibahas.
b. Bentuk belajar harus dirancang agar peserta didik bekerja secara sungguh-
sungguh untuk menemukan tema pembelajaran yang riil sekaligus
mengaplikasikannya. Dalam melakukan pembelajaran tematik peserta didik
didorong untuk mampu menemukan tema-tema yang benar-benar sesuai
dengan kondisi peserta didik, bahkan dialami peserta didik.
c. Efisiensi. Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dalam
segi waktu, beban materi, metode, penggunaan sumber belajar yang otentik
sehingga dapat mencapai ketuntasan kompetensi secara tepat.
Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut :
1. Berpusat pada peserta didik artinya proses pembelajaran yang dilakukan harus
menempatkan peserta didik sebagai pusat aktivitas dan harus mampu memperkaya
pengalaman belajar. Pengalaman belajar tersebut dituangkan dalam kegiatan
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
143
belajar yang menggali dan mengembangkan fenomena alam di sekitar peserta
didik.
2. Memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik artinya agar pembelajaran
lebih bermakna maka peserta didik perlu belajar secara langsung dan mengalami
sendiri. Atas dasar ini maka guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif dan
memfasilitasi tumbuhnya pengalaman yang bermakna.
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas artinya mengingat tema dikaji dari
berbagai mata pelajaran dan saling keterkaitan maka batas mata pelajaran menjadi
tidak begitu jelas.
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
5. Bersifat fleksibel artinya pelaksanaan pembelajaran tematik tidak terjadwal secara
ketat antar mata pelajaran.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan peserta
didik.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran tematik,
yaitu:
1. Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran lebih
bermakna dan utuh.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan alokasi waktu
untuk setiap topik, banyak sedikitnya bahan yang tersedia di lingkungan.
3. Pilihlah tema yang terdekat dengan peserta didik.
4. Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai dari pada tema.
Pembelajaran tematik di Sekolah Dasar (SD) merupakan suatu hal yang relatif
baru, sehingga dalam implementasinya belum sebagaimana yang diharapkan. Masih
banyak guru yang merasa sulit dalam melaksanakan pembelajaran tematik ini. Hal ini
terjadi antara lain karena guru belum mendapat pelatihan secara intensif tentang
pembelajaran tematik ini. Disamping itu juga guru masih sulit meninggalkan
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
144
kebiasaan dalam kegiatan pembelajaran yang penyajiannya berdasarkan mata
pelajaran/bidang studi.
Pelaksanaan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar pada saat ini difokuskan
pada kelas-kelas bawah (kelas 1 dan 2) atau kelas yang anak-anaknya masih tergolong
pada anak usia dini, walaupun sebenarnya pendekatan pembelajaran tematik ini bisa
dilakukan di semua kelas sekolah dasar.
Pembelajaran tematik dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan seperti
penyusunan perencanaan, penerapan, dan evaluasi/refleksi. Tahap-tahap ini secara
singkat dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perencanaan; Mengingat perencanaan sangat menentukan keberhasilan suatu
pembelajaran tematik, maka perencanaan yang dibuat dalam rangka pelaksanaan
pembelajaran tematik harus sebaik mungkin. Oleh karena itu ada beberapa langkah
yang perlu dilakukan dalam merancang pembelajaran tematik ini yaitu: 1) Pelajari
kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran, 2)
Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi untuk setiap
kelas dan semester, 3) Buatlah ”matriks hubungan kompetensi dasar dengan tema”,
4) Buatlah pemetaan pembelajaran tematik. Pemetaan ini dapat dapat dibuat dalam
bentuk matriks atau jaringan topik, 5) Susunlah silabus dan rencana pembelajaran
berdasarkan matriks/jaringan topik pembelajaran tematik
2. Penerapan pembelajaran tematik; Pada tahap ini intinya guru melaksanakan
rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Pembelajaran tematik ini
akan dapat diterapkan dan dilaksanakan dengan baik perlu didukung laboratorium
yang memadai. Laboratorium yang memadai tentunya berisi berbagai sumber
belajar yang dibutuhkan bagi pembelajaran di sekolah dasar. Dengan tersedianya
laboratorium yang memadai tersebut maka guru ketika menyelenggarakan
pembelajaran tematik akan dengan mudah memanfaatkan sumber belajar yang ada
di laboratorium tersebut, baik dengan cara membawa sumber belajar ke dalam kelas
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
145
maupun mengajak peserta didik ke ruang laboratorium yang terpisah dari ruang
kelasnya.
3. Evaluasi Pembelajaran Tematik; Evaluasi pembelajaran tematik difokuskan pada
evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses diarahkan pada tingkat keterlibatan,
minat dan semangat peserta didik dalam proses pembelajaran, sedangkan evaluasi
hasil lebih diarahkan pada tingkat pemahaman dan penyikapan peserta didik
terhadap substansi materi dan manfaatnya bagi kehidupan peserta didik sehari-hari.
Disamping itu evaluasi juga dapat berupa kumpulan karya peserta didik selama
kegiatan pembelajaran yang bisa ditampilkan dalam suatu paparan/pameran karya
peserta didik.
Instrumen yang dapat digunakan untuk mengungkap pemahaman peserta didik
terhadap materi pelajaran dapat digunakan tes hasil belajar. dan untuk mengetahui
tingkat kemampuan peserta didik melakukan suatu tugas dapat berupa tes perbuatan
atau keterampilan dan untuk mengungkap sikap peserta didik terhadap materi pelajaran
dapat berupa wawancara, atau dialog secara informal. Instrumen yang dikembangkan
dalam pembelajaran tematik dapat berupa: kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian,
ulangan blok, dan tugas individu atau kelompok, dan lembar observasi. Pada
Pembelajaran Keterampilan Geografis ini mengembangkan antara model tematik yang
memang berlaku di Sekolah dasar juga memasukkan model Problem Based Learning
(PBL) dalam pembelajaran. PBL adalah sebuah proses pembelajaran, dalam
praktiknya dirancang masalah-masalah yang menuntut peserta didik mendapat
pengetahuan yang penting, membuat peserta didik mahir dalam memecahkan masalah,
dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam
tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik untuk
memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karir
dan kehidupan sehari-hari. PBL merupakan metode instruksional yang menantang
peserta didik agar belajar dan belajar, bekerja sama dengan kelompok untuk mencari
solusi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
146
keingintahuan serta kemampuan analisis peserta didik dan inisiatif atas materi
pelajaran. PBL mempersiapkan peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis, dan
untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai (Barbara J.Duch,
2001). Kolaborasi antara dua model pembelajaran ini mampu untuk meningkatkan
keterampilan geografis peserta didik sejak SD.
Model Pembelajaran Keterampilan Geografis Berdasarkan Karakteristik
Wilayah. Ini tetap dalam koridor model pembelajaran tematik, yang merupakan pakem
model pembelajaran di Sekolah Dasar di Indonesia untuk Kurikulum Nasional 2013.
Model Pembelajaran Berdasarkan Karakteristik Wilayah untuk Meningkatkan
Keterampilan Geografis Peserta Didik Sekolah Dasar di dalam model pembelajaran
tematik yang telah didesain sedemikian rupa dengan model pembelajaran berbasis
masalah, merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat menolong peserta didik
untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada pada era globalisasi saat ini.
Problem Based Learning (PBL) dikembangkan untuk dalam pembelajaran
dalam menyajikan suatu masalah yang nyata bagi peserta didik sebagai awal
pembelajaran kemudian diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah, dengan memasukkan unsur
keterampilan geografis sehingga model ini memecahkan atau menelaah masalah atau
fenomena yang berbasis karakteristik ruang dan waktu sehingga anak terampil dalam
proses berpikir berdasarkan karakteristik wilayah (lihat Gambar 5.1 dan gambar 5.2).
Sumber : Penelitian 2019
Gambar 5.1 Sintak Model Pembelajaran Berdasarkan Karakteristik Wilayah untuk Meningkatkan Keterampilan Geografis Peserta Didik Sekolah Dasar
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
147
Pada model pembelajaran Peningkatan Keterampilan Geografis ini tetap
mengadopsi model pembelajaran PBL sebagai induk model dengan memasukkan
model pembelajaran tematik, hal ini dikarenakan model pembelajaran yang akan
diterapkan pada tingkat Sekolah Dasar, yang mana materi bahasan di SD bersifat
Tematik. Pengintegrasian keterampilan geografis pada model ini dikarenakan aspek
ruang dalam pembelajaran telah muncul dalam pembalajaran tematik dari tiap sub-sub
tema Ilmu Pengetahuan IPS. Diaman pengetahuan akan ruang itu merupakan bagian
kajian dari geografi. Dalam Seminar dan Lokakarya Ikatan Geograf Indonesia
Universitas Negeri Semarang (dahulu IKIP Semarang) pada tahun 1988 merumusakan
suatu definisi geografi yaitu suatu ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala-
gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang fisik
maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya, melalui
pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan program, proses dan
keberhasilan pembangunan.
Pembelajaran berbasis masalah mengungkapkan bahwa ini metode
pembelajaran yang didasarkan pada pemecahan masalah. Model ini diadopsi dari
bidang kedokteran pada 1980-an dan diperkenalkan ke pengajaran bahasa asing untuk
tujuan tertentu dengan keinginan untuk menerapkan model yang menggabungkan apa
yang telah lama dianggap sebagai elemen khas penting dari bahasa untuk tujuan
tertentu. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan modern dan inovatif
untuk pengajaran.
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
148
Sumber : Penelitian 2019
Gambar 5.2. Konsep Model Pembelajaran Berdasarkan Karakteristik Wilayah untuk Meningkatkan Keterampilan Geografis Peserta Didik Sekolah Dasar
Pendekatan untuk menyusun kurikulum yang melibatkan peserta didik
berhadapan dengan masalah dari praktik yang memberikan stimulus dalam belajar.
Mengingat bahwa mengajar tidak secara otomatis mengarah pada proses pembelajaran,
pembelajaran berbasis masalah dipandang dalam konteks pendekatan belajar dari pada
sebagai teknik pengajaran. Oleh karena itu, kualitas hasil belajar yang dicapai peserta
didik sebagian besar ditentukan oleh kegiatan pembelajaran yang peserta didik
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
149
lakukan. Dalam pandangan kontemporer ada kecenderungan yang berkembang untuk
menemukan pengajaran tentang cara orang belajar.
Tabel 5.2
Desain Kegiatan Model Pembelajaran Keterampilan Geografis Berdasarkan Karakteristik Wilayah
Sintaksis Tujuan Kegiatan Guru Kegiatan Peserta didik
Mengidentifikasi fenomena di suatu wilayah
Melakukan proses berpikir untuk menemukan gejala sosial atau fisik yang terjadi di wilayah sekitar sekolah atau rumah
Guru memberikan dorongan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi fenomena yang terjadi di wilayahnya
Setiap peserta didik bekerja sama dalam menyebutkan gejala fisik dan sosial yang terjadi di wilayahnya
Memilih salah satu fenomena di suatu wilayah
Melakukan proses berpikir dalam memilih satu fenomena yang unik/sering terjadi di wilayah sekitar sekolah atau rumah
Guru memberikan arahan kepada peserta didik untuk memilih salah satu fenomena yang menjadi ciri dari suatu wilayah
Setiap peserta didik bekerja sama dalam menentukan satu gejala fisik / sosial yang terjadi di wilayahnya
Merumuskan suatu fenomena berdasarkan karakteristik wilayah
Melakukan proses berpikir dalam merumuskan faktor yang mengakibatkan fenomena itu terjadi
Guru memberikan dorongan kepada peserta didik untuk merumuskan suatu fenomena itu terjadi pada sesuatu wilayah
Setiap peserta didik bekerja sama dalam merumuskan 1 gejala fisik dan sosial yang terjadi di wilayahnya
Mencari informasi tentang fenomena yang yang terjadi di suatu wilayah
Melakukan proses berpikir dalam menginventarisasi faktor yang mengakibatkan fenomena itu terjadi
Guru memberikan dorongan kepada peserta didik untuk menginventarisasi faktor dari suatu fenomena itu terjadi pada suatu wilayah
Setiap peserta didik bekerja sama dalam menginventarisasi faktor dari fenomena fisik / sosial yang terjadi di wilayahnya
Menentukan fenomena sebagai karakteristik wilayah
Melakukan proses berpikir dalam menjawab faktor yang mengakibatkan fenomena itu terjadi
Guru memberikan membimbing kepada peserta didik untuk menjawab faktor dari suatu fenomena itu terjadi pada suatu wilayah
Setiap peserta didik bekerja dalam menjawab faktor dari fenomena fisik / sosial yang terjadi di wilayahnya
Sumber : Penelitian 2019
Pembelajaran yang terpusat pada guru harus diganti menjadi pembelajaran
yang terpusat pada peserta didik. Pembelajaran yang terpusat pada peserta didik yang
dicirikan oleh fitur-fitur berikut: hasilnya dapat digunakan di dalam maupun di luar
situasi pembelajaran yang konkret, peserta didik mengembangkan pemahaman yang
mendalam tentang apa yang dipelajari. Selain itu, pembelajaran berbasis masalah
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
150
didasarkan pada pendekatan konstruktivistik untuk belajar. Konstruktivistik adalah
filsafat yang didasarkan pada asumsi mendasar bahwa pengetahuan tidak dapat eksis
di luar pikiran kita. Pengetahuan tidak dapat diberikan dari satu pikiran ke pikiran
lainnya. Dengan demikian, pengetahuan baru dibangun atau diciptakan dari dalam
individu melalui pengalaman. Oleh karena itu, sangat penting bagi para guru untuk
memahami dan mengadopsi filosofi baru ini dan memberi para peserta didik peluang
untuk penciptaan pengetahuan baru (lihat tabel 5.2).
Elemen pemecahan masalah dan karenanya keterampilan kognitif tingkat tinggi
untuk pembelajaran berbasis tugas, pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan
berorientasi proses. Pembelajaran berbasis masalah juga mengembangkan
keterampilan dan strategi (praktis dan kognitif) lainnya: keterampilan antar-pribadi dan
intra-pribadi, keterampilan penelitian, penggunaan perangkat lunak komputer, dan
pemikiran kritis, untuk menyebutkan beberapa saja.
Pembelajaran berbasis masalah juga memperkenalkan penilaian inovatif,
penilaian mandiri, penilaian sejawat, penilaian kelompok, dan penggunaan Portofolio.
akhirnya, dalam pembelajaran seorang guru tidak boleh lupa bahwa hanya dengan
memberikan kesempatan yang menantang untuk pembelajaran mandiri, dan dapat
membekali peserta didik dengan keterampilan yang diperlukan. Selama proses
pembelajaran berbasis masalah setidaknya sampai batas tertentu, mengubah peran guru
menjadi fasilitator dalam pembelajaran. Berbeda dengan pendekatan yang berpusat
pada guru, dalam pembelajaran berbasis masalah, guru menjadi pengamat proses dan
fasilitator ketika kebutuhan akan bantuan diungkapkan oleh peserta didik.
Pembelajaran berbasis masalah juga akan mengharuskan seorang guru untuk
bekerja sama dengan guru mata pelajaran yang terlibat. pembelajaran berbasis masalah
dilakukan dalam tim atau kelompok, di mana seluruh kelompok perlu menyelesaikan
masalah dunia nyata terkait dengan bidang studi tertentu dan menyajikan hasilnya
dalam bentuk laporan kelompok dan presentasi kelompok. Agar berhasil
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
151
menyelesaikan proses pembelajaran berbasis masalah, peserta didik perlu memiliki
atau mengembangkan berbagai keterampilan misalkan dalam memberikan presentasi.
Tahapan Model Pembelajaran Keterampilan Geografis Berdasarkan
Karakteristik Wilayah dibagi menjadi tiga pertemuan atau tatap muka, ini sesuai
dengan pembagian sub tema IPS dalam tiap tema pembelajaran di kelas V. Tahap I
sampai dengan V dilakukan di pertemuan pertama, kegiatan yang dilakukan oleh
peserta didik mulai dari membagi kelompok sampai dengan melakukan diskusi dalam
kelompok. Sedangkan pertemuan kedua untuk kegiatan tahap VI, kegiatan yang
dilakukan peserta didik adalah presentasi hasil diskusi kelompok dan tanya jawab dari
kelompok lain. Pertemuan ketiga untuk tahap IV, merupakan pemaparan hasil dari
seluruh kegiatan dan pengumpulan laporan hasil pembelajaran
Setiap pertemuan yang dilakukan tiga kali pertemuan yang dilakukan oleh
seorang guru, menyiapkan kelas dengan bentuk kelas diskusi kecil dan diskusi pleno,
dimulai dengan guru memberikan apersepsi seperti memeriksa kelengkapan peserta
didik, kesiapan peserta didik dalam belajar dengan memberi motivasi dan memberikan
gambaran umum tentang pembelajaran yang akan di jalankan pada hari ini. Selanjutnya
pengerahan guru pada hal-hal teknis pembelajaran yaitu dengan strategi diskusi,
selanjutnya guru memonitoring proses pembelajaran dengan menilai setiap individu
keaktifan dalam kelompok, untuk bahan evaluasi guru memberikan umpan balik
melalui evaluasi akhir pembelajaran.
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
152
Sumber : Penelitian 2019 Gambar 5.3. Hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan
karakteristik wilayah untuk meningkatkan keterampilan geografis
Luaran dari model ini adalah keterampilan geografis yang didapat dari hasil
tahapan dalam syntak, dimana peserta didik memahami karaktersitik lingkungannya,
tahapan-hahapan itu tercermin dari hasil karya peserta didik dilembar kerja harian (lihat
gambar 5.3).
Model Pembelajaran Keterampilan Geografis Berdasarkan Karakteristik
Wilayah, yang dilaksanakan dalam pembelajaran menghasilkan hasil belajar peserta
didik harian berupa penilaian portofolio, penilaian presentasi dan nilai laporan
kelompok. Hasil belajar harian yang guru bisa mengambil dari portofolio harian
berupa nilai keaktifan dalam kelompok dengan memperhatikan dengan seksema setiap
individu peserta didik, selanjutnya laporan dan pemaparan hasil kelompok saat
presentasi pleno.
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
153
5.4 Prinsip dan Keunggulan Model Pembelajaran Keterampilan Geografis Berdasarkan Karakteristik Wilayah untuk Meningkatkan Keterampilan Geografis
Prinsip-prinsip dalam Model Pembelajaran Keterampilan Geografis
Berdasarkan Karakteristik Wilayah. Membangun konsep berpikir tingkat tinggi yang
berorientasi kepada karakteristikistik lingkungan sekitar, sehingga kedepannya peserta
didik terbiasa dalam memahami fenomena-fenomena yang terjadi di wilayahnya yang
bertimbal baik dengan diri atau masyarakat yang hidup di wilayah tersebut. Oleh sebab
itu untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki peserta didik dengan menggunakan
Model Pembelajaran Keterampilan Geografis Berdasarkan Karakteristik Wilayah ini
setidaknya terdapat 6 prinsip.
a. Membangun potensi berpikir tingkat tinggi pada pembelajaran sehingga peserta
didik mampu memecahkan masalah yang ada di lingkungannya yang disesuaikan
dengan tumbuh kembang usia dan otaknya.
b. Membangun rasa tanggung jawab yang tinggi. Terhadap lingkungan dengan cara
mencintai lingkungannya yang lebih kecil seperti keluarga dan tempat tinggal
peserta didik masing-masing.
c. Membangun rasa tenggang rasa dalam kelompok. Hal ini dipupuk sejak dini
melalui proses pembelajaran kelompok dengan saling menghormati dan
menghargai sesama dalam kelompok dengan memiliki rasa dan saling
ketergantungan positif
d. Membangun kemampuan komunikasi verbal (komunikasi lisan dan tulisan).
Komunikasi lisan dibangun pada saat kegiatan dalam kelompok dan kegiatan dalam
diskusi pleno hasil kelompok. Dengan melatih komunikasi verbal dalam bentuk
lisan nantinya peserta didik berada dalam berbicara di depan umum dan memiliki
rasa percaya diri dengan Bahasa lisan yang baik dan benar. Pengembangan
komunikasi verbal dalam bentuk tulisan di bentuk dalam pembelajaran melalui
penyusunan laporan hasil kelompok, dengan aturan tata tulis yang disesuaikan
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
154
dengan tingkat pendidikannya, yang nantinya peserta didik mampu menyusun
bahasa tulisan dengan baik dan benar.
e. Membangun kemampuan evaluasi proses dalam kelompok hal ini juga penting
sehinga peserta didik secara individu mampu mengetahui kelemahan dan kelebihan
dari diri peserta didik sendiri, dan juga mampu menilai kelompok peserta didik dari
kekurangan dan kebaikan yang terdapat dalam kelompok.
f. Membangun kemampuan kecerdasan ruang yang merupakan salah satu kecerdasan
yang dimiliki oleh manusia melalui pembelajaran yang berbasis karakteristikistik
wilayah. Yang nantinya peserta didik paham tentang ruang yang di dalamnya terdiri
dari berbagai komponen, setidaknya terdapat dua komponen yaitu komponen fisik
dan sosial yang di dalamnya saling berkesinambungan secara harmonis.
5.5 Kekurangan Model Pembelajaran Karakteristik Wilayah Untuk Meningkatkan Keterampilan Geografis Peserta Didik Jenjang Sekolah Dasar
Model Pembelajaran Karakteristik Wilayah Untuk Meningkatkan
Keterampilan Geografis Peserta Didik Jenjang Sekolah Dasar merupakan model
pembelajaran digunakan dalam pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013. Dengan
menguasai sintak atau langkah-langkah pembelajaran model ini diharapkan dapat
menjadi modal bagi guru untuk merancang pembelajaran yang lebih bervariasi.
Model Pembelajaran Karakteristik Wilayah untuk Meningkatkan Keterampilan
Geografis Peserta Didik Jenjang Sekolah Dasar yang menghadapkan peserta didik
pada permasalahan-permasalahan praktis yang ada disekitar mereka yang nantinya
dikembangkan dalam pembelajaran. Model Pembelajaran Karakteristik Wilayah
Untuk Meningkatkan Keterampilan Geografis Peserta Didik Jenjang Sekolah Dasar
menantang peserta didik untuk belajar, bekerja secara kooperatif untuk memecahkan
permasalahan-permasalahan nyata yang sesuai dengan karakteristik diwilayahnya.
Model Pembelajaran Karakteristik Wilayah Untuk Meningkatkan Keterampilan
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
155
Geografis Peserta Didik Jenjang Sekolah Dasar mempersiapkan peserta didik untuk
berfikir kritis, analitis dalam memecahkan permasalahan.
Pada Model Pembelajaran Karakteristik Wilayah Untuk Meningkatkan
Keterampilan Geografis Peserta Didik Jenjang Sekolah Dasar, guru sebagai
fasilitator pembelajaran sebaiknya menghubungkan masalah yang dibahas dengan
kurikulum yang ada. Namun, dalam hal ini, peserta didik juga diberi kesempatan
memperluas permasalahan tentang apa yang ada du wilayahnya yang menjadi
karakteristiknya. Lazimnya sebuah model pembelajaran, Model Pembelajaran
Karakteristik Wilayah Untuk Meningkatkan Keterampilan Geografis Peserta Didik
Jenjang Sekolah Dasar memiliki langkah-langkah pembelajaran atau yang dikenal
dengan istilah sintak yang harus dilaksanakan secara berurutan.
Keunggulan Model Pembelajaran Karakteristik Wilayah Untuk Meningkatkan
Keterampilan Geografis Peserta Didik Jenjang Sekolah Dasar dalam pembelajaran
termasuk Pembelajaran IPS di SD, adalah:
a. Mengembangkan pola pikir peserta didik secara spesifik dan menyeluruh dalam
memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan yang ada
di sekitar mereka.
b. Menuntun dan memfasilitasi peserta didik dalam menerapkan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan terpadu, yang diharapkan berguna dalam kehidupan sehari-hari
bagi peserta didik.
c. Model Pembelajaran Karakteristik Wilayah Untuk Meningkatkan Keterampilan
Geografis Peserta Didik Jenjang Sekolah Dasar sesuai dengan prinsip-prinsip
didaktik modern.
d. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yang sering dihadapi di
wilayahnya, dari berbagai sumber yang mendeskripsikan lingkungannya sehingga
peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem yang
kompleks.
e. Mengambangkan dan menerapkan Teori-teori kognitif yang baru dan
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
156
konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa
peserta didik akan belajar lebih di dalam lingkungan yang kolaboratif.
f. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber, bila diimplementasikan secara
baik maka peserta didik akan belajar dengan baik, membuat alokasi waktu dan
sumber- sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
Setetah di paparkan kelebihan dari Model Pembelajaran Karakteristik Wilayah
yntuk Meningkatkan Keterampilan Geografis Peserta Didik Jenjang Sekolah Dasar, maka
model inipun memiliki beberapa kekurangan yang diantaranya :,
a. Kondisi kelas agak sulit dikuasai dan mudah menjadi ribut saat pelaksanaan
pembelajaran, karena adanya kebebasan pada peserta didik sehingga memberi
peluang untuk ribut dan untuk itu diperlukannya kecakapan guru dalam
penguasaan dan pengelolaan kelas yang baik.
b. Waktu penerapan sintak yang di tentukan dalam 2 kali tatap muka dirasa masih
kurang sehingga masih saja memerlukan waktu yang lebih banyak untuk
pencapaian hasil yang maksimal.
c. Belajar memecahkan masalah merupakan pembelajaran yang butuh berpikir
tingkat tinggi sehingga memungkinkan peserta didik menjadi jenuh karena harus
berhadapan langsung dengan masalah, atau manakala peserta didik tidak memiliki
minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit
untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
d. Memungkin peserta didik kesulitan dalam memperoses sejumlah data dan
informasi dalam waktu singkat, sehingga Pembelajaran ini membutuhkan waktu
yang relatif lama.
Berdasarkan dari uraian di atas, kelemahan–kelemahan dari model Model
Pembelajaran Karakteristik Wilayah Untuk Meningkatkan Keterampilan Geografis
Peserta Didik Jenjang Sekolah Dasar ini terdiri dari beberapa kelemahan
didalamnya. Salah satu kelemahan dari model ini ialah model ini belum bisa
Ode Sofyan Hardi, 2020 MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GEOGRAFISPESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA | repositori.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
157
diterapkan pada semua karakteristik wilayah yang ada di muka bumi, model ini
baru di uji cobakan pada wilayah perkotaan dengan 4 karakteristik wilayah yang
dimiliki perkotaan, oleh sebab itu perlu penelitian lanjutan untuk mengembangkan
atau menguji cobakan model pembelajaran ini pada karakteristik wilayah yang
berbeda.
Kekurangan lainya yang terdapat dalam model pembelajaran berbasis
masalah ini bukan berarti Model Pembelajaran Karakteristik Wilayah Untuk
Meningkatkan Keterampilan Geografis Peserta Didik Jenjang Sekolah Dasar
merupakan model pembelajaran yang kurang efektif untuk diterapkan dalam proses
pembelajaran, akan tetapi kekurangan dalam penerapan model pembelajaran ini
yang telah dikemukakan di atas, menuntut guru sebagai pendidik harus lebih kreatif
dalam meminimalisir serta berusaha mencari solusi untuk mengatasi kekurangan-
kekurangan tersebut. Guru sebagai pendidik di sekolah harus mampu mengemas
dan membawakan suasana pembelajaran kepada peserta didik semenarik dan
seefektif mungkin agar ketercapaian dalam pembelajaran dapat tercapai dengan
yang diinginkan.