mk-dhirgo kusumo adi.pdf

12
1 UNIVERSITAS INDONESIA FENOMENA DAKWAH MELALUI BUDAYA POPULER STUDI KASUS: MAJELIS TAKLIM NURUL MUSTHOFA JURNAL DHIRGO KUSUMO ADI NPM. 0806467111 PROGRAM SARJANA PROGRAM STUDI SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA JAKARTA DESEMBER 2015 Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015

Upload: trannhan

Post on 27-Jan-2017

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MK-Dhirgo Kusumo Adi.pdf

1

UNIVERSITAS INDONESIA

FENOMENA DAKWAH MELALUI BUDAYA POPULER

STUDI KASUS: MAJELIS TAKLIM NURUL MUSTHOFA

JURNAL

DHIRGO KUSUMO ADI

NPM. 0806467111

PROGRAM SARJANA

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

JAKARTA

DESEMBER 2015

Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015

Page 2: MK-Dhirgo Kusumo Adi.pdf

2

Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015

Page 3: MK-Dhirgo Kusumo Adi.pdf

3

Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015

Page 4: MK-Dhirgo Kusumo Adi.pdf

4

Dhirgo Kusumo Adi

Afdol Tharik Wastono

Program studi Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia

Abstrak

Indonesia merupakan Negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia. Para ulama

pastinya memiliki gaya tersendiri dalam berdakwah. Berbagai media digunakan sebagai alat

untuk mendukung kelancaran proses penyebaran ajaran Nabi Muhammad SAW tersebut.

Makalah ini membahas fenomena dakwah melalui budaya popular dalam studi kasus terhadap

Majelis Taklim Nurul Musthofa pimpinan Habib Hasan bin Ja’far Assegaf di Jakarta Selatan.

Habib Hasan adalah keturunan Alawiyin, pengemban tugas suci, mengajarkan agama pada

setiap umat muslim. Gaya pengajarannya yang fenomenal yaitu berdakwah dengan cara-cara

budaya popular sangatlah disenangi jama’ahnya yang kebanyakan kaum muda.

Kata kunci: Budaya Populer; Habib Hasan; Nurul Musthofa.

Abstract

Indonesia is the largest muslim population country in the world. The Priest has their own way

in preaching. Many media used during the process of distribute Muhammad’s taught about

Islam. This paper discuss about the preaching phenomenon through popular culture in case of

Taklim Nurul Musthofa, lead by Habib Hasan bin Ja’far Assegaf in South Jakarta. Habib

Hasan descendant of Alawiyin, Spread and teaching islam to every muslim. His teaching style

is very different from the other priest because he using popular culture and many young

muslim fascinated with his style and attend his study.

Keyword: Habib Hasan; Nurul Musthofa; popular Culture.

1. Pendahuluan

Indonesia merupakan negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia. Para

ulama pastinya memiliki gaya tersendiri dalam berdakwah. Berbagai media digunakan

Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015

Page 5: MK-Dhirgo Kusumo Adi.pdf

5

sebagai alat untuk mendukung kelancaran proses penyebaran ajaran Nabi Muhammad SAW

tersebut. Sebagai contoh, Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam melalui kesenian wayang

dan hal tersebut sukses menarik minat masyarakat untuk mempelajari agama ini. Oleh karena

itu, apa pun media dakwah yang digunakan bukanlah suatu masalah, karena hal terpenting

adalah tersampaikannya ajaran Islam dengan baik sehingga syarakat dapat menerapkan nilai-

nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Pada era globalisasi, media dakwah bukan lagi dilakukan dengan cara-cara

konvensional namun berupa budaya populer. Dakwah tidak selalu dilakukan melalui

pengajian rutin di dalam sebuah mesjid, dimana ada guru yang menjelaskan kitab tertentu dan

murid hanya mendengarkan ceramah. Dewasa ini, dakwah bisa dilakukan dengan cara-cara

populer seperti konvoi, publikasi melalui media massa, bahkan melalui pembuatan album

bernafas islam berisi lagu-lagu religi, qasidah, zikir ataupun wirid. Dengan demikian,

penyebaran nilai-nilai Islam bisa dilakukan dengan berbagai cara.

Dakwah melalui budaya populer merupakan sesuatu yang unik dimana terdapat

kolaborasi antara kreativitas dan pemeliharaan nilai-nilai Islam. Di satu sisi, para ulama harus

bisa mencari cara kreatif untuk mengajak masyarakat agar tertarik mendalami agama Islam,

namun di sisi lain para ulama tersebut juga harus tetap menjaga nilai-nilai Islam meskipun

cara dakwah yang digunakan berbeda dari biasanya. Dakwah jenis ini banyak dilakukan oleh

berbagai majelis taklim salah satunya Nurul Musthofa. Melalui budaya populer, majelis

tersebut sekarang telah memiliki banyak pengikut. Hal inilah yang mendorong penulis untuk

melakukan penelitian mengenai media dakwah melalui budaya populer dengan studi kasus

Majelis Taklim Nurul Musthofa.

Penelitian ini akan membahas dua masalah pokok terkait dengan penyebaran ajaran

Islam melalui budaya populer, yaitu:

- Media dakwah apa saja yang digunakan Majelis Taklim Nurul Musthofa dalam

menyebarkan ajaran Islam?

- Bagaimana dampak penggunaan media dakwah tersebut terhadap masyarakat?

2. TINJAUAN TEORITIS

Teori yang penulis gunakan adalah teori budaya populer yang dikemukakan oleh John

Storey. Dalam buku berjudul Cultural Theory and Popular Culture, Storey menyebutkan

bahwa “popular culture is mass-produced commercial culture, whereas high culture is the

result of an individual act of creation”. Berdasarkan pendapat ini, budaya populer memang

Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015

Page 6: MK-Dhirgo Kusumo Adi.pdf

6

bersifat komersil dan merupakan kreativitas individu. Dakwah yang dilakukan Nurul

Musthofa merupakan terobosan baru dari dakwah konvensional sehingga kegiatan tersebut

dapat dikategorikan sebagai budaya populer.

3. Metode Penelitian

Penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif atau penelitian lapangan yang

bersifat deskriptif, yaitu menemukan secara spesifik dan realistis tentang sesuatu hal yang

sedang terjadi di tengah-tengah masyarakat dengan mendeskripsikan sesuatu hal yang berlaku

atau terjadi pada saat ini (Mardalis, 1990: 26-28). Selain studi lapangan, penulis juga

memperoleh data sekunder melalui kajian pustaka melalui buku, skripsi, maupun artikel dari

internet yang berhubungan dengan dakwah serta budaya populer.

Salah satu penelitian yang berkaitan dengan Majelis Taklim Nurul musthofa yaitu

skripsi mengenai peran sentral Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf. Penulis menjadikan

penelitian tersebut sebagai acuan dan perbandingan untuk mempermudah penelitian di bidang

yang sama. Adapun topik penelitian penulis yaitu mengenai media dakwah Majelis Taklim

Nurul Musthofa melalui budaya populer memiliki keterkaitan dengan penelitian ini.

Elvita (2010)

Irma Elvita melakukan penelitian berjudul Peranan Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf

Terhadap Aktivitas Majelis Taklim Nurul Musthofa Di Ciganjur, Jakarta Selatan. Dalam

skripsinya, Elvita menjelaskan tentang peranan sentral dari Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf

dalam aktivitas majelis serta pengaruhnya terhadap masyarakat Betawi. Hasil penelitiannya

menyebutkan bahwa Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf adalah tokoh sentral, pemimpin majelis.

dan guru spiritual. Dalam bidang sosial, Habib Hasan berperan sebagai tokoh masyarakat,

sementara dalam hal pengajaran Islam, Habib Hasan lebih mengutamakan segi-segi batin

daripada pelaksanaan ibadah lahir. Adapun pendirian majelis taklim ini menjadi landasan

utama lancarnya asimilasi dan integrasi pembauran fisik dan kultural dengan masyarakat

Betawi.

4. PEMBAHASAN

Kehidupan Majelis Taklim Nurul Musthofa

4.1 Asal Usul Majelis Nurul Musthofa

Ilmu pengetahuan Islam mulai berkembang pada masa kekhalifahan Bani Abbas tahun

750-1258 M. Dibentuknya Bani Abbas yang turun temurun mewariskan kekhalifahan. Hal ini

Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015

Page 7: MK-Dhirgo Kusumo Adi.pdf

7

menyebabkan terjadinya perpecahan di kalangan umat Islam karena sebagian dari mereka

bersikeras menyatakan bahwa khalifah harus dari keturunann Nabi. Akibat perpecahan ini

banyak terjadi pembunuhan dan banyak orang masuk tahanan. Melihat kekacauan ini,

akhirnya Ahmad Bin Isa Bin Muhammad Bin Ali Bin Ja’far Bin Muhammad Bin Ali Bin Al-

Husain r.a memutuskan untuk hijrah dari Basrah ke Hadramaut untuk memelihara

keturunannya dari kesesatan.

Keturunan dari Ahmad Bin Isa yang tinggal di Hadramaut dinamakan Alawiyin yang

diambil dari nama cucunya Alwi Bin Ubaidillah Bin Ahmad Bin Isa. Sebenarnya semua

keturunan Al-Hasan dan Al-Husain juga disebut sebagai Alawiyin meskipun garis

keturunannya bukan dari Alwi Bin Ubaidillah Bin Ahmad Bin Isa. Sebagai contoh, keluarga

Al-Qadiri dan Al-Qudsi yang tinggal di Indonesia merupakan Alawiyin namun bukan dari

garis keturunan Alwi Bin Ubaidillah.

Kalangan Alawiyin di Hadramaut harus menerima kenyataan bahwa sebagian besar

penduduk disana merupakan abadhiyun yang membenci Sayidina Ali Bin Abi Thalib. Hal

tersebut merupakan suatu bentuk undang-undang kesukuan yang bertentangan dengan agama

Islam. Dalam keadaan seperti ini Alawiyin mencoba menjalankan tugas suci dengan

mengadakan tabligh, mendirikan perpustakaan, membangun pesantren dan juga mesjid.

Alawiyin rela tinggal di lembah tandus demi menjalankan tugas suci tersebut.

Alawiyin tidak hanya bergerak di bidang pendidikan namun berkiprah di panggung

politik. Alawiyin yang sebelumnya bermazhab “ahli bait” ini mulai memperoleh sukses dalam

menghadapi abadhiyun setelah Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad Bin Ali Bin Muhammad

Bin Alwi Bin Muhammad Bin Alwi Bin Ubaidillah melaksanakan suatu kompromi dengan

memilih mazhab Syafi’i. Mulai saat itulah tugas suci Alawiyin dalam menyebarkan agama

Islam mulai menyeberang ke Afrika Timur, India, Malaysia, Thailand, Cina, Filipina, dan

juga Indonesia.

Alawiyin di Indonesia juga menjalankan tugas suci dengan memberikan pendidikan

Islam. Perjuangan Alawiyin sempat terhambat karena kedatangan Bangsa Belanda. Dengan

berbagai tipu muslihat, Belanda mampu menguasai Indonesia dan keadaan ekonominya mulai

berkembang pesat. Pada saat yang bersamaan, Bangsa Belanda berpikir bahwa Alawiyin

merupakan pelopor dalam hal perang maupun agama. Keberadaan Alawiyin membuat resah

pemerintah Belanda sehingga mereka memutuskan bahwa Alawiyin dilarang tinggal di

pedalaman pulau Jawa. Oleh karena itu, Alawiyin berpindah dari pedalaman ke bandar-bandar

pinggir laut dan salah satunya Jakarta.

4.2 Tokoh Organisasi

Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015

Page 8: MK-Dhirgo Kusumo Adi.pdf

8

Salah satu tokoh yang berperan penting dalam perjalanan Nurul Musthofa adalah

Habib Hasan bin Ja’far bin Umar bin Ja’far bin Syeckh bin Segaf bin Ahmad bin Abdullah

bin Alwi bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi

bin Ahmad bin Alwi bin Syeckh Abdurrahman Segaf bin Muhammad Mauladawilaih bin Ali

bin Alwi Guyur bin (Al-Faqihil Muqaddam) Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohibul

Marbath bin Ali Gholi Ghosam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin (Al-

Muhajir) Ahmad bin Isa bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shodiq bin

Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Husain Assibit bin Syaidina Ali

KWH dan Syaidatuna Fatimah Az-Zahra Al-Batul binti Nabi Muhammad SAW.

Beliau lahir di Keramat Empang Bogor, 26 Februari 1977. Guru mengaji beliau di

waktu kecil untuk mengenal huruf adalah Syaikh Usman Baraja, sementara guru bahasa

Arabnya adalah Syaikh Abdul Qadir Ba’salamah, dan beliau belajar nahwu-shorof kepada

Syaikh Ahmad Bafadhal. Beliau beraktifitas seperti layaknya anak-anak lain namun ketika

beranjak dewasa beliau mulai sering menyambut tamu-tamu mulia yaitu para alim ulama dan

mendapatkan doa-doa dari mereka.

Habib Hasan belajar agama di salah satu pesantren di Malang yaitu Darul Hadist Al-

Faqihiyah. Setelah selesai menuntut ilmu di Malang, beliau memutuskan untuk belajar

bersama para alim ulama yang berada di Jakarta. Selama setahun beliau tidak keluar rumah

kecuali berziarah ke makam kakeknya Habib Abdullah bin Mukhsin Al-Attas. Dalam kurun

waktu satu tahun ini, beliau menghabiskan waktunya di kamar untuk bersyukur dan

bertafakur kepada Allah guna mengamalkan ilmu yang diajarkan oleh guru-gurunya.

Beliau mendapat bisyarah (petunjuk) untuk mengajarkan ilmu Allah SWT kepada

umat Nabi Muhammad SAW. Cobaan terus berdatangan dalam perjalanan beliau

mensyiarkan Islam. Ujian semakin berat ketika beliau ditinggal oleh ayahandanya yaitu Habib

Ja’far bin Umar Assegaf. Tahun demi tahun berlalu dan muridnya pun semakin bertambah

menjadi ratusan orang. Bahkan tahun 2005 jumlah jama’ahnya sudah mencapai 15.000 orang.

Dari sinilah Habib Hasan membentuk sebuah perkumpulan bernama Majelis Nurul Musthofa

yang mulai mendirikan gedung khusus (Istana Segaf) untuk kegiatan ta’lim pada tahun 2007.

Bertempat di jalan RM.Kahfi, Cilandak, Jakarta Selatan.

4.3 Pusat Kegiatan Majelis

Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015

Page 9: MK-Dhirgo Kusumo Adi.pdf

9

Kegiatan Majelis Nurul Musthofa berjalan sejak Senin sampai Ahad ba’da maghrib

yang dihadiri sekitar 300 sampai 400 jama’ah. Berikut merupakan agenda dakwah Majelis

Nurul Musthofa:

No Hari Kegiatan

1 Ahad Pembacaan kitab Syarah Ainiyah karya Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas

2 Senin Pembacaan Safinatun Najah diikuti dengan ziarah ke makam Habib Kuncung

di Kalibata

3 Selasa Pembacaan shalawat dan kitab Riyadus Shalihin

4 Rabu Pembacaan nama-nama Nabi SAW dengan qasidahan

5 Kamis Pembacaan Dalailul Khairat dan kitab Arba’in Nawawi dan diteruskan ziarah

ke makam Habib Salim bin Thaha Al-Haddad

6 Jumat Pembacaan kitab Aqidatul Awam

7 Sabtu Habib Hasan menggerakkan jama’ahnya untuk mengikuti majelis taklim yang

berpindah-pindah sesuai undangan.

Majelis Nurul Musthofa yang didirikan oleh Habib Hasan bin Ja’far Assegaf ini

adalah salah satu media untuk mendekatkan diri kepada Allah dan Rasulullah. Selanjutnya di

tahun 2001 – 2002, Majelis Nurul Musthofa kedatangan para ulama Saudi yang

mengijazahkan pembacaan Alquran, zikir-zikir, nasehat agama, dan bentuk ibadah lainnya.

Majelis Nurul Mushtofa mulai berpindah tempat dari rumah ke masjid-masjid pada

tahun 2003. Setahun kemudian jamaah majelis tersebut mulai berkembang pesat dari yang

ratusan menjadi ribuan. Pada tahun 2005, Majelis Nurul Musthofa mengokokohkan Yayasan

Nurul Musthofa yang diketuai oleh Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dan mendapat izin resmi

dari Departemen Agama Republik Indonesia (Depag RI). Nurul Musthofa mulai melebarkan

sayap dakwahnya hingga ke 250 masjid di Jakarta. Syiar Majelis Nurul Musthofa diterima

oleh semua kalangan.

4.4 Metode Dakwah Melalui Budaya Populer

Nurul Musthofa merupakan majelis taklim yang menerapkan dakwah melalui budaya

populer. Adapun sederet metode dakwah yang digunakan majelis tersebut disesuaikan dengan

perkembangan zaman. Kita dapat melihat bahwa majlis ini memiliki website resmi berisi

informasi lengkap tentang berita-berita Nurul Musthofa. Selain itu majelis ini juga memiliki

akun jejaring sosial yang kerapkali memberikan info seputar kegiatan-kegiatan Nurul

Musthofa. Album kompilasi berisi lagu-lagu qasidah, shalawat, wirid, dan lain-lain pun bisa

kita peroleh melalui majelis ini.

Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015

Page 10: MK-Dhirgo Kusumo Adi.pdf

10

Budaya populer merupakan kreasi dari budaya konvensional. Hal ini sejalan dengan

pendapat John Storey yang telah penulis sebutkan pada bab sebelumnya yaitu budaya-budaya

yang sarat akan unsur komersialitas namun mampu menciptakan inovasi. Ulama konvensional

mungkin tidak terpikir untuk menggunakan teknologi masa kini sebagai salah satu media

dakwah, namun Majelis Nurul Musthofa memanfaatkan fasilitas yang ada untuk

menggemakan syiar Islam. Metode dakwah bukanlah sesuatu yang monoton namun

bergantung pada individu atau tokoh-tokoh organisasi di dalamnya. Adapun yang paling

populer dilakukan majelis ini adalah konvoi sebelum pengajian.

Inti dari rutinitas pengajian adalah zikir, shalawat, doa, dan pembacaan kitab-kitab

agama. Rutinitas seperti ini pun bisa kita temui di Majelis Nurul Musthofa. Pengajian Majelis

Nurul Musthofa diawali dengan pembacaan shalawat dan qasidah seraya menunggu

kedatangan Habib, kemudian dilanjutkan dengan ceramah, doa, dan ziarah. Ada satu ritual

unik yang penulis temukan dalam perkumpulan ini yaitu permadani terbang. Apabila Habib

sudah selesai ceramah, nantinya akan ada empat orang pengurus majelis yang memegang

ujung selendang (disebut sebagai permadani), kemudian mereka berjalan tanpa henti

mengelilingi jama’ah. Pada saat ritual dilakukan biasanya para jama’ah memberikan infaq

seikhlasnya dengan menaruh/melempar uang di selendang tersebut (anak majelis

mengibaratkannya seperti lempar jumrah dalam ritual haji).

4.5 Dampak Penggunaan Media Dakwah

Suatu inovasi pasti menuai pro dan kontra. Fakta ini juga berlaku terhadap Majelis

Nurul Musthofa. Dakwah melalui budaya populer di satu sisi mampu menarik minat ribuan

umat sehingga majelis ini ramai dikunjungi jama’ah, namun di sisi lain terdapat beberapa

pihak yang merasa terganggu dengan dakwah Majelis Nurul Musthofa. Meskipun demikian,

dakwah melalui budaya populer terus dijalankan oleh majelis tersebut tanpa sedikitpun ada

niat untuk meresahkan pihak tertentu. Intinya dakwah ditujukan untuk mensyiarkan agama

Islam dana agar umat Islam bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah dan Rasulullah.

Majelis Nurul Musthofa hingga kini sudah memiliki ribuan jama’ah. Habib Hasan bin

Ja’far Assegaf yang merupakaan pendiri yayasan tersebut berupaya meyakinkan anak-anak

muda bahwa menghabiskan malam Minggu di majelis taklim itu tidak membosankan. Konvoi

yang digunakan sebagai salah satu media dakwah nyatanya sukses menarik minat kalangan

muda untuk mengahadiri pengajian. Dengan demikian, dakwah dikemas secara menarik

namun tidak merusak nilai-nilai Islam.

Pengajian Majelis Nurul Musthofa pernah mengundang komentar negatif dari

masyarakat. Kasus ini juga pernah dimuat di surat kabar nasional. Masyarakat merasa

Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015

Page 11: MK-Dhirgo Kusumo Adi.pdf

11

terganggu dengan pengajian Majelis Nurul Musthofa karena menyebabkan kemacetan hal ini

disebabkan karena pihak majelis tidak koordinasi dengan polri. Metode dakwah majelis

tersebut jelas melibatkan masyarakat luas dan berhubungan dengan ketertiban umum. Oleh

karena itulah, membludaknya jama’ah terkadang menjadi gangguan tersendiri bagi pihak lain

yang hendak melintas di kawasan pengajian Nurul Musthofa ini.

5. KESIMPULAN

Majelis Taklim Nurul Musthofa didirikan oleh Habib Hasan bin Ja’far Assegaf pada

tahun 2000. Pendirian majelis ini merupakan salah satu pelaksanaan tugas suci yang telah

lama dilakukan oleh Alawiyin. Alawiyin berusaha untuk memberikan pendidikan Islam yang

layak bagi semua umat muslim. Berdasarkan hal ini, didirikanlah Majelis Nurul Musthofa

yang merupakan salah satu media untuk mendekatkan diri kepada Allah dan Rasulullah.

Metode yang digunakan adalah konvoi, jejaring sosial, album kompilasi. Dakwah

melalui budaya populer ini sukses menarik minat umat Islam khususnya anak muda.

Kesuksesan ini terbukti dengan jumlah jama’ah Nurul Musthofa yang hingga kini sudah

mencapai angka 50.000 orang. Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa budaya

populer merupakan cara yang efektif dan berperan penting dalam pengemasan syiar Islam.

Masyarakat pernah merasa dirugikan dengan keberadaan Majelis Nurul Musthofa.

Banyaknya jama’ah Majelis Nurul Musthofa menyebabkan terjadinya kemacetan. Hal

tersebut jelas mengundang berbagai kritik dari masyarakat karena merasa terganggu. Selain

itu, polri juga menyayangkan kejadian semacam ini karena pihak Nurul Musthofa sendiri

tidak berkoordinasi dengan polri. Seharusnya hal-hal seperti ini bisa diminimalisir dengan

jalan komunikasi antara kedua belah pihak.

6. DAFTAR PUSTAKA

1. Elvita, Irma. 2010. Peranan Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf Terhadap Aktivitas

Majelis Taklim Nurul Mushtofa Di Ciganjur, Jakarta Selatan. Depok: FIB UI.

2. Pengelola Donatur Nurul Musthofa. Juni 2012. Kumpulan Sholawat Nabi Majelis

Nurul Musthofa.

3. Mardalis. 1990. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.

4. Storey, John. 2009. Cultural Theory and Popular Culture: An Introduction. New York:

Longman.

Website:

Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015

Page 12: MK-Dhirgo Kusumo Adi.pdf

12

1. Asal Usul Majelis Nurul Musthofa, artikel dalam www.nurulmusthofa.org (diakses

pada Minggu, 27 November 2011, pukul 20.03).

2. Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, artikel dalam www.majalah-alkisah.com (diakses

pada Minggu, 27 November 2011, pukul 20.27).

3. Malam Minggu Bersama Habib, artikel dalam www.majalah.tempointeraktif.com

(diakses pada Minggu, 27 November 2011, pukul20.43).

4. Nurul Musthofa Tak Koordinasi Dengan Polri, artikel dalam

www.megapolitan.kompas.com (diakses pada Minggu, 27 November 2011, pukul

20.36).

Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015