mitigasi kel. jojo mb gunung api

Upload: diascahaya

Post on 06-Oct-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Mb gunung api

TRANSCRIPT

9

PENDAHULUANLatar BelakangIndonesia merupakan Negara yang berada pada wilayah cincin api. Ini adalah istilah lain dari nusantara yang dikelilingi oleh pertemuan lempeng tektonik yang terhampar dengan barisan gunung api dan patahn-patahan gempa yang aktif. Tentu saja hal ini menimbulkan konsekuensi logis bahwa Indonesia merupakan wilayah rawan bencana. Terutama wilayah-wilayah pesisir yang menanggung bahaya laten tsunami akibat gempa (Putra, 2011).Menurut Koesoemadinata (1979) akibat benturan ketiga lempeng itu, di Indonesia terdapat 129 buah gunung api atau kurang lebih 13% dari jumlah gunung api di seluruh dunia yang tersebar memanjang dari Aceh sampai Sulawesi Utara melalui Pegunungan Bukit Barisan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku. Gunung api tersebut terbagi atas3 golongan yang berdasarkan timgkat aktivitasnya, yaitu :1. Golongan A, gunung api yang pernah meletus atau memperlihatkan kenaikan aktivitas magmatik dihitung sejak tahun 1600, jumlahnya 76.2. Golongan B, gunung api yang memperlihatkan aktivitas fumarola tetapi sejak tahun 1600 tidak meletus, jumlahnya 29.3. Golongan C, lapangan solfatar atau fumarola tetapi tidak memperlihatkan bentuk gunung api, jumlahnya 24. Pulau Jawa yang hanya 7% dari seluruh daratan Indonesia serta jumlah penduduknya yang padat yaitu sekitar 70% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia memiliki 35 gunung api, maka potensi tingkat bahaya letusan gunung api di Pulau Jawa sangatlah besar (Zakaria, 2008).Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi yang ada di Pulau Jawa. Hampir sepanjang waktunya Gunung Merapi memberikan manfaat bagi alam dan makhluk yang ada disekitarnya. Lereng dan wilayah sekitar Gunung Merapi terkenal dengan kesuburan tanahnya karena guyuran abu vulkanis Gunung Merapi. Karena kesuburan tanahnya, bidang peternakan juga cukup berkembang. Selain itu, di lereng Gunung Merapi juga terdapat beberapa tempat untuk rekreasi dan peristirahatan, diantaranya adalah obyek-obyek wisata di wilayah Kaliurang Yogyakarta dan sekitarnya. Bahan tambang Gunung Merapi yang berupa pasir dan batu vulkanis dikenal bermutu tinggi untuk bahan konstruksi. Namun demikian, pada sisi yang lain, Gunung Merapi memberikan ancaman yang dapat menyebabkan bencana di wilayah lerengnya pada waktu-waktu tertentu. Ancaman Gunung Merapi yang telah menimbulkan bencana misalnya pada beberapa peristiwa erupsi terakhir pada tahun 1994, 2006, dan 2010. Ancaman primer Gunung Merapi berupa awan panas yang keluar dari kawahnya dan dapat menjangkau wilayah pemukiman di lerengnya dan dapat menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda. Serangkaian erupsi Gunung Merapi yang diawali pada tanggal 26 Oktober 2010 hingga mencapai puncak letusan terbesar 5 November 2010 menyebabkan kerusakan dan kerugian yang besar di empat kabupaten yaitu Magelang, Boyolali, Klaten, dan Sleman. Serangkaian erupsi tersebut menelan korban sebanyak 386 dengan jumlah pengungsi 399.408 pada puncak masa pengungsian (BNPB, 2010b). Ancaman sekunder Gunung Merapi berupa abu vulkanis serta lahar hujan yang dapat merusak tanaman dan mengganggu kesehatan serta dapat menimbulkan banjir lahar dingin yang pernah menyapu wilayah di sekitar sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Merapi. Kerugian akibat bencana primer dan sekunder Gunung Merapi 2010 mencapai beberapa triliun rupiah (www.bnpb.go.id).Untuk mempertahankan dampak positif dan mengurangi dampak negative Gunung Merapi, penanggulangan bencana dengan pendekatan pengurangan resiko bencana harus dilakukan secara matematis, efektif dan efisien. Makalah ini merupakan pemaparan penanggulangan bencana Gunung Merapi berdasarkan hasil diskusi kelompok 1.TujuanPembuatan makalah Mitigasi Bencana Alam ini dilakukan sebagai upaya untuk pemberian masukan bagi kita semua baik yang di kota atau yang berada di desa. Hal ini dilakukan untuk sebagai antisipasi jika kejadian bencana terjadi secara terus menenrus, sehingga dampak kerugian akibat bencana alam terutamanya letusan Gunung Api baik korban jiwa atau kerugian material dapat ditekan seminimal mungkin.

METODELokasiDari jurnal yang kami pakai yang berhubungan dengan Gunung Api, kami mengacu pada wilayah Indonesia yang di titik beratkan di daerah sleman provinsi Daerah Istimewa Yogyakata dimana posisi untuk yang dibahas adalah Gunung Merapi. Lokasi yang dimaksud dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Pembahasan Bencana Alam Gunung MerapiBahan PembahasanBahan yang di pergunakan dalam pembahasan mengenai Gunung Merapi yang berada di sleman privinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah dari jurnal dan gambar lokasi dari Microsoft Encarta.Dampak Letusan Gunung MerapiDampak letusan Gunung Api adalah kejadian rusak atau hancurnya seluruh pemukiman warga hal ini disebabkan benda-benda atau material yang telah dimuntahkan oleh gunung api yang telah mengalami erupsi tidak hanya merusak pemukiman warga. Tetapi juga mengakibatkan banyaknya memakan korban jiwa tidak hanya manusia saja bahkan hidup sepert hewan peliharaan dan tumbuhan disekitar daerah letusan. Dari dampak tersebut untuk perbaikan membutuhkan waktu kurang lebih 1tahun untuk kembali seperti semula atau kembali normal.Selain itu letusan gunung api juga berpengaruh dalam kerusakan lahan pertanian, mengganggu psikologis, ekonomi dari kehidupan korban jiwa yang terkena dampak dari letusan gunung merapi tersebut.Penanggulangan Bencana Gunung MerapiSemua ketentuan tentang penanggulangan korban jiwa khususnya dampak dari letusan gunung api yang telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, dimana pada pasal 24 tahun 2007 yang didalamnya terdapat system penanggulangan bencana terdiri dari:1. Legilasi2. Kelembagaan3. Perencanaan4. Pendanaan5. Ilmu pengetahuan dan teknologi6. Dan penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Sedangkan penanggulangan bencana berdasarkan pasal 15 huruf c dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan bencana alam terhadap masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana (pp no 21 tahun 2008, pasal 20 ayat 1). Dalam hal ini negara Indonesia khususnya kabupaten sleman provinsi daerah istimewa Yogyakarta menerima letusan begitu besar dampaknya sehingga mengganggu aktifita warga yang ada pada daerah rawan tersebut.

PEMBAHASANPada bab sebelumnya telah dijelaskan secara singkat bahwa Undang-Undang Dasar 1945 sebagai payung dari segala hukum yang berhubungan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia terutama membahas tentang penanggulangan bencana alam khusunya pada bencana alam letusan gunung api. Dimana dalam letusan gunung api mempunyai dampak banyak yang sangat menjadikan kerugian sangat besar terhadap korbannya berikut dampak dan penanggulangan untuk letusan gunung api:Ekonomi-Sosiala) Dampak terhadap pemukimanPada kasus merapi penduduk yang bermukim hingga rdius 20 km dari puncak merapi terpaksa mengungsi ke daerah diluar radius tersebut. Begitu besarnya letusan gunung merapi maka dar itu daerah rawan bencana tidak bisa ditentukan dengan jarak yang dekat dengan puncak merapi. Namun, harus juga melihat dampak dari lontaran material yang dimunthkan oleh letusan gunung merapi tersebut. Untuk menghindari hal yang sama terjadi alangkah baiknya pemerintah daerah setempat aga membuat pemetaan kawasan yang akan terkena dampak leteusan gunung merapi.b) Dampak terhadap Usaha dan KelelmbagaanPada Kabupaten Sleman provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta khusunya di kecamatan pakem, turi, dan cangkringan merupakan daerah yang mata pencaharian sebagai petani kebun dan peternak. Setelah dampak erupsi di 3 kecamatan tersebut menerima kerugian baik secara fisik dan kematian sapi perah. Selain itu, tidak berfungsinya koperasi sebagai usaha sapi perah yang menyediakan nahan dan hasil olahan dari bahan, sehingga mengakibatkan produksi susu sapi turun. Untuk mencapai kondisi seperti semula setidaknya dibutuhkan waktu kurang lebih 5 bulan denga cara pemberia pakan yang baik kuaitas dengan segera.Lahana) Kerusakan lahan akibat banjir lahar dinginLahar Merapi dibagi menjadi 2/3 bagian sebagai lahar yang menetap setelah erupsi dan 1/3 bagian adalah lahar yang akan bermigrasi mengikuti aliran air. Banjir lahar dingin bisa meluap ke bantaran sungai, mengikis tebing sungai bahkan dapat membentuk aliran baru di luar sungai jika sungai telah terpenuhi material eruspi. Akibat dari terisinya sungai oleh material Merapi, sehingga aliran lahar dingin dapat mengancam lahan pertanian baru atau perumahan di sepanjang bantaran sungai. Untuk dapat mengalir sebagai lahr dingin, lahar gunung Merapi membutuhkan intensitas hujan yang lebih tinggi untuk mengalir sebagai banjir lahar dingin dibandingkan lahar di tempat lain (Lavigne, 2000). Jika terjadi hujan di puncak gunung, maka hal itu merupakan bahaya banjir lahar dingin yang dapat meluap ke perkampungan dan pengikisan tebing sungai, bahkan jika terjadi aliran sungai baru akan berakibat pada rusaknya pemukiman.Lahar dingin timbul akibat penumpukan material volkanik di puncak saat erupsi yang membentuk kubah lava, dan dapat meluncur ke bawah sewaktu-waktu jika terjadi hujan. Aliran lahar dingin memiliki daya terjang dan daya angkut sangat besar, sebagaimana hokum Stokes bahwa viskositas air semakin besar akan memiliki daya angkut yang lebih besar. Jika lahar mengalir maka batu-batu ukuran besar dapat dengan mudah terangkut bersama aliran lahar dingin, yang dapat menghantam tebing-tebing sungai dan menghanyutkan apa saja yang terkena aliran lahar dingin itu. Aliran lahar dingin juga menyebabkan kerusakan lahan berupa penggerusan dan juga tertimbunnya lahan-lahan pertanian yang terlewati. Shrin dkk (1995)

Gambar 2. Kerusakan Lahan dan Pemukinanb) Terkuburnya tanah dan terhambatnya pembentukan tanah akibat erupsi pada Gunung MerapiErupsi Merapi sejak abad XVI hingga abad XX mengalami perubahan waktu istirahat dari 71 tahun menjadi 8 tahun, dengan jumlah kegiatan 7 kali menjadi 28 kali (Bronto 1996; Widiyanto dan A. Rahman, 2008). Hal ini menyulitkan usaha reklamasi lahan terkena erupsi karena ancaman kerusakan kembali lahan yang telah dipulihkan. Erupsi yang berulang terjadi menyebabkan juga tidak berjalannya proses terbentuknya tanah karena terjadi pembaharuan material penutup lahan. Faktor pembentuk tanah seperti bahan induk, organisme, iklim dan togografi menjadi tidak bekerja dalam pembentukan tanah akibat erupsi yang terus menerus.Sebagai gantinya untuk menjadikan kwasan tersebut agar bisa dipakai untuk bercocok tanam ialah dengan Penanaman rumput zoysia natif Merapi lebih responsif dan dapat hidup pada media pasir tambah tambahan ameliorasi tanah, dan lebih responsif jika diberi bahan organik dibandingkan rumput perenial ryegrass yang merupakan rumput C3.c) Hilangnya jalan-jalan akses ke lahan pertanian dan batas-batas krprmilikan lahanKerusakan lahan akibat erupsi sangat bervariasi, termasuk dalam hal ketebalan material volkanik yang menutupi lahan. Tutupan material volkanik yang tebal baik dari erupsi ataupun dari lahar dingin menyebabkan batas-batas kepemilikan lahan menjadi kabur dan terkadang hilang, terutama lahan di bantaran sungai. Hal ini menyulitkan bagi badan pertanahan nasional dan juga para pemilik lahan dalam menentukan batas lahan miliknya Pemetaan ulang diperlukan untuk memastikan kepemilikan lahan, terutama area yang dimiliki pemerintah dan yang dimiliki oleh masyarakat setempat.Bagaimanapun upaya-upaya seperti penghijauan kembali, penanaman kayu atau upaya penghutanan kembali pun berkaitan dengan status lahan. Penghijauan kembali yang lebih efektif adalah dengan menjadikan masyarakat sebagai pelaku utama dapat dilakukan. Selain itu telah ada kesepakatan diantara masyarakat dalam mengelola hutan Taman Nasional Gunung Merapi bahwa bila ingin mengambil/ menebang tanaman, harus menanam dulu dari jenis yang sama minimal 5 pohon (Dephut, 2004). Selama ini penggunaan Taman Nasional Gunung Merapi adalah dengan memanfaatkan hutan negara sebagai sumber rumput untuk pakan ternak dan kayu bakar (akasia dan tanaman yang sakit) sebagai bahan pembuatan arang yang dijual di wilayah mereka.

Gambar 3. Proses Pemulihan Lahan dengan menanam rumput dan pohon pisangPada kondisi tertentu, pemanfaatn rumput dari lahan ini dapat digunakan sebagai pakan langsung ternak petani pemilik lahan, ataupun rumput dijual sebagai pakan kepada peternak lain di daerah lain. Lahan terkena erupsi yang digunakan sebagai padang gembalaan dapat membantu pemulihan lahan, terutama nilai ekonomi dan konservasi lahan.

KESIMPULANErupsi Gunung Merapi memiliki pengaruh dan dampak yang sangat besar terhadap ekonomi sosial dan dapat merusak merusak pemukiman warga, selain itu erupsi gunung merapi juga mengakibatkan kerusakan lahan. Upaya untuk pemulihan masalah tersebut dapat dilakukan dengan percepatan pembangunan pemukiman warga sedangkan untuk untuk kerusakan lahan dapat dengan menanam rumput dan pohon pisang agar tercapainya pemulihan dan tat guna lahan yang sangat baik dan secepat mungkin, selain itu semua system penanggulangan bencan juga telah diatur pada Undang-Undang Dasar 1945.

Daftar Pustaka

Ilham., 200. Dampak erupsi gunung merapi terhadap kondisi ekonomi sosial. Bogor.Sarwidi. 2011. Penanggulangan bencana gunung merapi berdasarkan system penanggulangan bencana nasional. Jakarta: FTSP-UII.Andayani, T. Tuti. 2011. Dana Sumbangan Masyarakat Untuk Pembangunan Ekonomi Pasca Bencana Merapi. Jurnal Penanggulangan Bencana, Volume 2, Nomor 1: BNPB:Jakarta.Rahayu., dkk 2014. Dampak Erupsi Gunung Merapi Terhadap Lahan Dan Upaya-Upaya Pemulihannya . Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian, Volume XXIX, Nomor 1: UNNES:Semarang.