misdinar dan liturgi
DESCRIPTION
Kegiatan ini merupakan implementasi iman dalam tahun pemuda dari kaum muda untuk generasi muda GerejaTRANSCRIPT
“Misdinar dan Liturgi”
Oleh : Bima Rafaela Dharma
Ringkasan
Paroki Santo Yusup Karangpilang merupakan salah satu paroki di Keuskupan
Surabaya yang termasuk dalam wilayah Kevikepan Surabaya Barat. Paroki yang
memiliki total 6 pembagian wilayah ini (wilayah A – F) berlokasi di Jalan Mastrip
Kebraon I / 01 Karangpilang, Surabaya. Paroki ini memiliki berbagai macam wadah
bagi umat, khususnya anak-anak sampai kaum remaja untuk berpartisipasi dalam
kegiatan rohani, mulai dari BIAK (Bina Iman Anak Katolik), REKAT (Remaja
Katolik), OMK (Orang Muda Katolik), hingga Misdinar / Putera Altar. Salah satu
kegiatan yang telah saya ikuti sejak saya kelas 4 SD adalah Misdinar / Putera Altar.
Dan kini semenjak saya duduk di bangku kuliah, saya telah dipercaya sebagai
pembina oleh Paroki. Salah satu yang menjadi sorotan saya terhadap Misdinar Paroki
ini adalah pengetahuan liturgi mereka. Seringkali ketika saya berhalangan untuk
menjadi pembina, mereka hanya diajarkan bagaimana bertugas saja, namun tidak
diberitahu unsur-unsur liturgi yang terdapat didalamnya. Untuk itulah selama kurang
lebih 1 bulan, mulai dari tanggal 11 November 2012 – 23 Desember 2012 saya
mengadakan sebuah langkah untuk menciptakan kader-kader misdinar yang paham
liturgi secara benar. Selama sebulan saya memberikan materi Misdinar dan Liturgi
secara bertahap, mulai dari sikap, warna liturgi dan pakaian misdinar, alat-alat liturgi
yang mereka gunakan dalam bertugas, sampai penerapan mereka dalam bertugas
secara benar lewat materi terakhir saya yakni tata cara tugas misdinar yang saya bagi
menjadi 2 pertemuan. Puji Tuhan, dalam setiap pertemuan, selalu ada kurang lebih
25 misdinar yang hadir, dan mereka sangat antusias dalam mengikuti materi yang
saya kemas semenarik mungkin agar tidak terkesan seperti sekolah. Materi yang
paling berpengaruh dan berkesan begi mereka adalah seputar warna liturgi dan alat-
alat liturgi. Salah bentuk hasil nyatanya adalah mereka kini tidak hanya mengenal
alat pendupaan dengan nama wirug saja tetapi juga dengan nama lainnya yakni
turibulum. Mereka juga dapat menyebut tempat dupa dengan sebutan navikula.
Selain itu, dalam bertugas pun kini mereka dapat mengerti apa arti setiap sikap yang
mereka lakukan dan mereka mulai mendisiplinkan diri ketika di altar. Itulah sekilas
mengenai kegiatan yang saya lakukan, dan sampai saat ini pun, kegiatan tersebut
tidak berhenti pada 5 pertemuan yang saya adakan, namun akan tetap berlanjut untuk
seterusnya.
C. Pendahuluan
Paroki Santo Yusup Karangpilang memiliki pembagian 6 wilayah dengan 35
lingkungan. Beberapa Kapel di Wilayah Paroki St. Yusup yaitu : Santo Yohanes
Rasul, Taman Pondok Jati; Santo Simon, Babatan Pratama; Santo Petrus dan Paulus,
Griya Kencana; dan Rumah Doa, Kota Baru. Selain itu ada pula beberapa Biara yang
berada dibawah naungan Paroki Santo Yusup Karangpilang Surabaya yaitu: Biara
Frateran Bunda Hati Kudus (BHK); Biara Susteran Santo Agustinus (SA). Selain
biara, beberapa sekolah dan lembaga yang juga berada dibawah naungan geografis
Paroki Santo Yusup Surabaya, yaitu: Poliklinik Santo Yusup Surabaya, Taman
Kanak Kanak Katolik Santo Yusup Surabaya, SDK Santo Yusup Surabaya, SMPK
Angelus Custos 2 Surabaya, dan SMUK Santo Yusup Surabaya.
Paroki yang berdekatan dengan sebuah masjid kecil ini memiliki keunikan pada
bagian depan gereja. Bagian depan gereja adalah pendopo gereja yang seringkali
digunakan untuk berbagai kegiatan. Dikarenakan bagian depan gereja berupa
pendopo, seringkali tamu-tamu yang berkunjung ke paroki ini tertipu dengan
penampilan luar gereja Santo Yusup yang menyerupai balai desa. Gereja Santo
Yusup juga memiliki kekhasan tersendiri yang membedakan dengan gereja lain.
Salah satunya adalah misdinar di paroki ini seluruhnya adalah misdinar laki-laki.
Karena setiap tahunnya Paroki ini selalu menjadi penyumbang besar jumlah
peserta komuni pertama, maka misdinar di paroki ini pun selalu mengalami
regenerasi yang membuat wadah ini tetap hidup. Namun seringkali kendala yang
dialami oleh misdinar Paroki ini adalah kedisiplinan dan pengetahuan mereka akan
liturgi. Tidak bertugas sesuai jadwal dan bersikap yang kurang pantas di altar,
seringkali menjadi permasalahan turun-temurun misdinar ini. Hal tersebut
dikarenakan kurangnya tenaga pembina yang memperhatikan mereka. Oleh karena
itu, ketika saya sudah beranjak remaja, saya pun dipercaya menjadi pembina
misdinar di paroki ini. Namun dalam perjalanan saya menjadi pembina, saya juga
terhambat kendala dalam mendampingi mereka. Kegiatan saya di sekolah seringkali
berbenturan dengan jadwal pertemuan misdinar, sehingga saya kurang intensif dalam
mendampingi mereka.
Sungguh menjadi sebuah kesempatan emas bagi saya ketika saya mendapat
tugas akhir ini di bangku perkuliahan. Saya memilki sebuah kesempatan untuk
memberikan materi sekaligus menciptakan kader-kader misdinar yang mampu
menmbantu saya nantinya ketika berhalangan. Sehingga pada nantinya, tidak hanya
jumlah misdinar yang bertambah, tetapi juga pembina-pembina muda mulai dapat
bermunculan. Harapannya, misdinar Santo Dominicus Savio Paroki Santo Yusup
akan semakin baik dalam hal kedisiplinan dan pengetahuan mereka akan liturgi yang
benar.
D. Kronologis Kegiatan
I. Pertemuan pertama
a. Tanggal : Minggu, 11 November 2012
b. Jam : 10.00 – 11.30 WIB
c. Materi : Sikap Liturgi Misdinar
d. Deskripsi
Pada pertemuan pertama ini, saya memberikan meteri paling dasar
mengenai liturgi, yakni sikap liturgi misdinar. Pertemuan ini diawali dengan doa
pembuka yang dipimpin oleh salah satu adik misdinar, setelah itu kami bersama-
sama latihan koor untuk tugas minggu adven keempat. Kemudian barulah saya
masuk untuk mulai memberikan materi. Materi pada pertemuan ini saya
sampaikan secara interaktif melalui simulasi-simulasi nyata untuk membuat
mereka tertarik. Saya meminta perwakilan dari mereka untuk maju ke depan
memimpin teman-temannya menunjukkan sikap liturgy yang Selma ini mereka
ketahui. Selain itu saya membuat permainan sederhana yang berkaitan dengan
sikap liturgi. Ketika saya menyebutkan salah satu bagian dari urutan tata
perayaan ekaristi, saya meminta mereka menunjukkan sikap ketika bagian itu.
Banyak diantara mereka yang menunjukkan sikap antusias ketika saya meminta
mereka untuk menjawab pertanyaan. Sebanyak 21 misdinar yang hadir cukup
mengapresiasi materi yang saya sampaikan. Pada akhir kegiatan ini, kami juga
menutup dengan doa yang dipimpin oleh adik misdinar yang lain.
e. Hasil
Hasil pada pertemuan pertama ini adalah misdinar yang hadir telah mengerti
sikap liturgi misdinar yang benar dan mampu menularkannya kepada rekan-
rekan mereka yang lain.
II. Pertemuan kedua
a. Tanggal : 25 November 2012
b. Jam : 11.30 – 12.30 WIB
c. Materi : Warna Liturgi dan Pakaian Misdinar
d. Deskripsi :
Pada pertemuan kedua ini, saya memberikan materi mengenai warna liturgi
dan pakaian misdinar. Pemberian materi kedua ini saya maksudkan untuk
membawa adik-adik misdinar saya ini setelah mengetahui sikap yang benar,
perlu disertai dengan pengetahuan mereka mengenai warna liturgy dan kapan
saja warna tersebut digunakan. Srlain itu, mereka juga saya kenalkan dengan
pakaian misdinar dan urutan pemakaian yang benar sehingga memudahkan
mereka dalam mempersiapkan diri sebelum menjadi Putra Altar.
Pertemuan saya mulai dengan doa pembukaan yang dipimpin oleh salah
seorang adik misdinar saya. Kemudian saya melanjutkan dengan mengulang
atau mengingatkan kembali mengenai materi saya yang pertama. Setelah itu
barulah saya mulai masuk kepada materi yang kedua. Dalam materi kedua ini,
saya mempergunakan superpli dengan beraneka ragam warna untuk membantu
penjelasan saya, selain itu saya juga menyediakan pakaian-pakaian misdinar
yang akan saya gunakan untuk simulasi cara pemakaian yang benar. Setelah
materi kedua ini berakhir, saya kembali menutup materi ini dengan doa penutup
yuang dibawakan oleh adik misdinar saya yang lain.
e. Hasil
Hasil dari pertemuan kedua ini adalah adik-adik misdinar saya telah
mengerti apa saja warna liturgy dan kapan saja warna tersebut digunakan.
Mereka juga mengerti cara memakai pakaian misdinar dengan urutan yang tepat
sehingga mereka makin mampu mempersiapkan diri secara total sebelum
melayani di Altar.
III. Pertemuan ketiga
a. Tanggal : 02 Desember 2012
b. Jam : 10.00 – 11.00 WIB
c. Materi : Misdinar dan Alat Liturgi
d. Deskripsi :
Pertemuan ketiga ini saya mengajak adik-adik untuk mengenal lebih jauh
nama dan kegunaan alat-alat liturgi. Pertemuan kami buka seperti biasa dengan
doa pembukaan yang dipimpin oleh salah satu adik misdinar. Setelah doa, saya
segera mengajk mereka untuk mengingat lagi dua materi yang saya sampaikan
minggu-minggu yang lalu. Setelah mereka mampu mengulang apa yang mereka
pelajari minggu lalu, barulah saya mengajak mereka untuk masuk ke materi
yang ketiga. Pertama-tama, saya meminta salah satu perwakilan dari mereka
untuk berani menyebutkan alat-lat misdinar yang mereka ketahui. Salah satu
yang berani adalah Bagus. Dia mampu menyebutkan hampir semua nama-nama
lat misdinar yang digunakan oleh mereka setiap kali dalam misa kudus. Bahkan
ketika saya meminta dia untuk menyebutkan urutan susunan Piala, dia mampu
menyebutkannya secara urut dan benar. Setelah itu, beberapa dari mereka
tampak tidak mau kalah dengan mengacungkan telunjuk mereka untuk saya
persilahkan maju dan menyebutkan juga alat-alat liturgi. Setelah selesai
mengenalkan secara singkat alat-alat liturgi kepada mereka, saya melanjutkan
dengan mendiskripsikan alat-alat beserta kegunaannya. Harapannya setelah
mereka tahu dan mengenal, mereka tidak akan merasa asing lagi ketika Pastor
atau Romo meminta mereka untuk mengambil salah satu dari alat-alat tersebut.
Awalnya saya ingin sekali membuat pertemuan ini lebih alam karena
mereka tampat antusias, namun ternyata saya diberitahu bahwa mereka hari ini
akan melaksanakan olah raga bersama, sehingga tanpa panjang lebar, saya
mengajak perwakilan dari mereka untuk memimpin doa pulang dan kami pun
mengakhiri pertemuan ketiga ini dengan cukup baik.
e. Hasil
Setelah mengenal alat-alat liturgi ini mereka setidaknya mampu mengerti
nama lain dari wirug adalah turibulum, dan tempat dupa diletakkan bernama
navikula. Mereka juga mengenal istilah-istilah lain seperti aspergillum, lavabo,
hisop, ampul, piksis, dll
IV. Pertemuan keempat
a. Tanggal : 21 Desember 2012
b. Jam : 19.00 – 20.00 WIB
c. Materi : Tata Cara Tugas Misdinar
d. Deskripsi :
Pertemuan ini sebenarnya saya rencanakan pada tanggal 9 Desember
atau 16 Desember 2012. Namun karena pada tanggal 9 Desember saya
berhalangan hadir karena kurang enak badan dan tanggal 16 saya juga
memfokuskan pertemuan pada latihan koor untuk pelayanan adven keempat,
maka saya mengambil inisiatif untuk menggabung materi saya dengan latihan
misdinar untuk tugas Malam Natal dan Hari Raya Natal.
Pada hari ini, saya mengawali latihan untuk misdinar-misdinar yang
bertugas pada tanggal 25 Desember 2012 yang dibagi menjadi tiga misa kudus
yakni pukul 06.00 WIB, pukul 08.30 WIB, dan pukul 17.00 WIB. Kami
mengawali latihan dan materi malam hari ini dengan doa yang dipimpin oleh
salah satu adik misdinar. Kemudian barulah saya melanjutkan dengan latihan
sesi pertama untuk misdinar yang bertugas pukul 06.00 WIB. Untuk
menciptakan ketenangan dan perhatian selama latihan, saya membagi mereka
menjadi tiga kelompok besar sesuai waktu bertugas mereka masing-masing.
Kemudian saya meminta mereka untuk membantu saya melihat dan
mengkoreksi kesalahan sikap teman-temannya yang sdang berlatih bersama
saya. Sehingga mereka tidak akan mengulanginya ketika giliran mereka untuk
latihan. Puji Tuhan, karena semua tampak perhatian dan cukup antusias dalam
memperhatikan temannya, maka latihan pun berjalan dengan lancar. Saya dalam
kesempatan latihan ini juga mengajak mereka untuk terus mengulang materi-
materi yang telah mereka dapatkan pada minggu-minggu lalu. Mereka pun juga
mendapatkan kesempatan untuk bertanya hal-hal yang menurut mereka masih
kurang jelas. Setelah jam menunjukkan pukul 20.00 WIB, kami pun segera
mengakhri latihan perdana sekaligus penerapan tata cara bertugas misdinar
dengan doa penutup yang dipimpin oleh adik misdinar yang lain.
e. Hasil :
Sebagai hasil yang paling nyata, misdinar-misdinar yang hadir telah
mengerti tata urutan bertugas, salah satunya adalah tata cara bertugas pada Hari
Raya Natal. Selain itu mereka juga mampu mengkoreksi kesalahan teman
mereka yang menunjukkan mereka paham terhadap sikap liturgi yang benar.
V. Pertemuan kelima
a. Tanggal : 23 Desember 2012
b. Jam : 10.00 – 12.30 WIB
c. Materi : Tata Cara Tugas Misdinar 2
d. Deskripsi :
Pertemuan misdinar yang kelima ini adalah pertemuan terakhir dari
serangkaian materi yang saya berikan, selain itu juga merupakan gladi bersih
untuk tugas pada tanggal 24 dan 25 Desember 2012. Pada hari ini kami juga
menuntaskan pelayanan kami sebagai koor pada misa adven keempat. Puji
Tuhan koor berjalan dengan cukup lancar dan baik.
Pertemuan dan latihan terakhir ini kami awali dengan doa yang kembali
dipimpin oleh salah satu perwakilan adik misdnar kami. Setelah itu dengan cara
yang sama dengan pertemuan keempat, saya menerapkan kedisiplinan dengan
meminta mereka menjadi korektor bagi teman mereka sendiri. Puji Tuhan
latihan hari ini berlangsung lebih baik dan sedikit sekali kesalahan sikap yang
mereka lakukan, sehingga latihan dapat berjalan lancer dan tertib. Saya sangat
senang ketika melihat mereka bnegitu antusias untuk mau menjalankan tugas
mereka dengan maksimal dan penuh totalitas. Pada akhir sesi latihan pun mereka
tidak ragu untuk bertanya bagian-bagian yang menurut mereka kurang jelas.
Setelah sedikit evaluasi dan pesan-pesan dari saya, saya mengakhiri latihan dan
pertemuan misdinar ini dengan doa penutup. Bu Bambang, selaku pembimbing
saya merasa sangat senang atas bantuan yang saya berikan dan meminta saya
untuk dapat terus mendampingi teman-teman misdinar saya.
e. Hasil :
Sebagai hasil terakhir dari pertemuan terakhir ini, misdinar-misdinar
Paroki Santo Yusup mampu mengerti dengan benar Tata Cara Bertugas Midinar,
sikap liturgi dan alat-lata liturgi yang digunakan oleh mereka. Mereka juga
semakin disiplin dan kritis dalam memberikan pertanyaan.
E. Refleksi
Setelah kurang lebih satu setengah bulan pertemuan ini berjalan, banyak hal
yang telah kami peroleh, baik dari saya selaku pemberi materi maupun midinar Santo
Dominicus Savio Paroki Santo Yusup Karangpilang yang menjadi peserta. Walaupun
selama berlangsungnya pemberian materi ini ada beberapa kendala ataupun halangan,
namun Puji Tuhan semua berakhir indah pada waktunya.
Beberapa hal yang ddapatkan dari saya oleh misdinar Paroki Santo Yusup
adalah arti kedisipliunan dan pengetahuan liturgi yang benar seputar sikap, alat, warna,
dan tata cara bertugas. Mereka akhirnya mampu mengenal lebih dekat dengan liturgi
yang selama ini dekat dengan mereka, namun belum terlalu mereka kenal dan pahami.
Melalui materi-materi yang telah saya berikan ini pula, mereka sesungguhnya sudah
berperan aktif sebagai remaja-remaja Katolik di tahun remaja ini. Permasalahan utama
misdinar ini pun juga perlahan dapat ditemukan solusinya, mereka mulai bersikap lebih
disiplin ketika di altar.
Bagi saya secara pribadi, ini merupakan kesempatan untuk mampu memberikan
apa yang saya miliki kepada mereka secara intensif dan terjadwal. Selama saya menjadi
pembina mereka, saya belum pernah merencanakan kegiatan secara terstruktur seperti
yang saya telah lakukan ini. Selain itu, hal yang menarik adalah saya harus selalu
belajar untuk memanfaatkan peluang pada setiap permasalahan yang saya hadapi ketika
menyelenggarakan pertemuan intensif ini. Bagi saya tugas akhir ini adalah salah satu
pembelajaran yang efektif bagi partisipasi saya sebagai kaum muda Katolik untuk
pandai-pandai dalam mengetahui kebutuhan masayarakat sekitar saya, baik itu
masyarakat dalam gereja maupun di luar gereja nantinya.
F. Penutup
1) Simpulan
Kegiatan pemberian materi Misdinar dan Liturgi ini merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk membantu misdinar-misdinar di Paroki Santo Yusup
Karangpilang unutk mengenal lebih dekat liturgi gereja Katolik. Puji Tuhan kegiatan
ini telah berjalan sesuai rencana selama kurang lebih satu setengah bulan dengan
hasil yang cukup memuaskan. Misdinar Paroki ini akhirnya mampu mengerti sikap,
alat, warna liturgi secara benar. Selain itu secara tidak langsung mereka telah
dipersiapkan menjadi kader muda bagi keberlangsungan pembina misdinar di paroki
ini. Harapannya kegiatan yang telah saya laksanakan ini tidak akan berhenti pada
lima pertemuan ini saja, tetapi dapat berlangsung untuk seterusnya.
2) Saran
Bagi Paroki, untuk keberlangsungan kegiatan misdinar di gereja ini,
perlu adanya dukungan, baik dukungan secara materil maupun dukungan lewat
kehadiran sosok pastor paroki yang mau senantiasa peduli dan dekat dengan ana-
anak misdinar di Paroki Santo Yusup Karangpilang Surabaya.
Sedangkan bagi adik-adik misdinar yang telah saya bina, semoga apa
yang telah diberikan ini dapat menjadi langkah awal bagi mereka untuk menjadi
penerus saya menjadi pembina muda misdinar agar keberlangsungan misdinar di
Paroki ini tetap terjaga dan pada akhirnya kaum muda Katolik akan semakin banyak
yang berpartisipasi.
G. Lampiran
1. Jadwal Kegiatan
No. Kegiatan Waktu Tempat
1 Pengantar 03 Nopember 2012
Poliklinik Santo Yusup Karang Pilang
2 Materi 1 "Sikap Liturgi Misdinar 11 Nopember 2012
Pendopo Gereja Santo Yusup Krg Plg
3 Materi 2 "Warna Liturgi dan Pakaian Misdinar"
25 Nopember 2012
Pendopo Gereja Santo Yusup Krg Plg
4 Materi 3 "Alat-alat Liturgi" 02 Desember 2012
Di dalam Gereja Santo Yusup Krg Plg
5 Materi 4 "Tata cara Tugas Misdinar" 21 Desember 2012
Di dalam Gereja Santo Yusup Krg Plg
6 Materi 5 "Tata cara Tugas Misdinar 2"
23 Desember 2012
Di dalam Gereja Santo Yusup Krg Plg
2. Materi
I. Sikap-Sikap Liturgi
BERDIRI
Sikap berdiri yang benar adalah tegap seperti kita bediri dalam upacara bendera,
namun dengan kedua tangan mengatuip di depan dada, serta pandangan selalu lurus ke
depan. Sikap berdiri dilakukan pada saat Doa Pembuka, Kemuliaan, Bacaan Injil, Aku
Percaya, Doa Umat, Doa Penutup serta Berkat.
DUDUK
Sikap duduk yang benar adalah duduk dengan tegap dengan kedua tangan
berada di atas paha dan pandangan lurus ke depan. Apabila kaki kita tidak sampai lantai,
maka kakai tersebut tidak boleh digoyang-goyang. Sikap duduk dilakukan ketika
Bacaan Pertama dan Kedua, Homili, dan Pengumuman.
TUNDUK
Sikap tunduk yang benar adalah dengan menundukkan kepala kira-kira 45
derajad. Sikap tunduk dilakukan ketika melayani romo, umat, atau siapapun baik saat
mengwalai maupun mengakhiri. Hal ini untuk menghormati orang yang kita layani.
BUNGKUK
Sikap bungkuk yang benar adalah dengan membungkukkan badan kira-kira 45
derajad. Sikap bungkuk dilakukan ketika doa Aku Percaya pada bagian “ . . . Yang
Dikandung dari Roh Kudus, Dilahirkan oleh Perawan Maria . . . “
BERLUTUT
Sikap Berlutut yang benar adalah dari posisi berdiri, kaki kiri maju terlebih
dahulu, lalu kedua kaki ditekuk sampai pada posisi berlutut, barulah kemudian kaki kiri
disejajarkan dengan kaki kanan. Sikap berlutut dilakukan ketika Tobat, Tuhan
Kasihanilah Kami, Doa Syukur Agung, Anak Domba Allah, serta Doa bersama setelah
komuni.
BERJALAN
Berjalan yang benar adalah tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat,
pandangan selalu lurus ke depan. Berjalan dilakukan ketika perarakan masuk, perarakan
pulang, dan prosesi-prosesi lainnya.
II. Pakaian Misdinar dan Warna Liturgi
Pakaian Misdinar
Berikut adalah uruitan pakain misdinar mulai dari yang paling dalam :
JUBAH
Kain panjang yang biasanya berwarna putih yang merupakan kain satu tenunan
dari leher hingga mata kaki.
SINGLE
Tali yang digunakan misdinar sebagai ikat pinggang.
SUPERPLI
Merupakan atribut yang digunakan sebagai penanda warna liturgi pada saat itu.
Namun ada juga superpli yang hanya berwarna putih sehingga terkadang fungsinya juga
dapat digantikan oleh jubah, tergantung pakaian misdinar setempat.
Warna Liturgi
HIJAU
Warna Hijau digunakan sebagai penanda Masa Biasa dalam Tahun Liturgi.
MERAH
Warna Merah digunakan sebagi peringatan Para Martir, Jumat Agung, dan
Pentakosta.
KUNING / PUTIH
Warna Kuning atau Putih biasanya diigunakan ketika Perayaan Hari-Hari Raya
dalam Gereja, seperti Hari Raya Natal, Hari Raya Paskah, Hari Raya Tri Tunggal
Mahakudus, Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus, Hari Raya Maria Diangkat Ke Surga,
dll.
UNGU
Warna Ungu digunakan selama masa penantian, yakni Masa Prapaskah dan
Masa Adven. Selain itu warna ungu juga digunakan ketika Misa Arwah.
III. Alat-Alat Liturgi PIALA (calix = cawan)
Piala adalah cawan yang menjadi tempat anggur untuk dikonsekrasikan, dimana sesudah konsekrasi menjadi tempat untuk Darah Mahasuci Kristus. Melihat fungsinya, maka Piala harus dibuat dari logam mulia. Piala melambangkan cawan yang dipergunakan Tuhan kita pada
Perjamuan Malam Terakhir di mana Ia untuk pertama kalinya mempersembahkan Darah-Nya. Piala melambangkan cawan Sengsara Kristus (“Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku,” Mrk 14:36); dan yang terakhir, piala melambangkan Hati Yesus, dari mana mengalirlah Darah-Nya demi penebusan kita. PURIFIKATORIUM
berasal dari bahasa Latin “purificatorium”, yaitu sehelai kain lenan berwarna putih berbentuk segi empat untuk membersihkan piala, sibori dan patena. Sesudah dipergunakan, purifikatorium dilipat tiga memanjang lalu diletakkan di atas piala.
PATENA
berasal dari bahasa Latin yang artinya “piring”. Patena, yang sekarang berbentuk bundar,datar, dan dirancang untuk roti pemimpin Perayaan Ekaristi, aslinya sungguh sebuah piring. Dengan munculnya roti-roti kecil yang dibuat khusus untuk umat yang biasanya disimpan dalam sibori, fungsi dari patena sebagai piring menghilang. Maka bentuknya menjadi lebih kecil (Sejak abad 11). Menurut PUMR 2000, "untuk konsekrasi hosti, sebaiknya digunakan patena yang besar, di mana
ditampung hosti, baik untuk imamdan diakon, maupun untuk para pelayan dan umat (No. 331). Patena, hendaknya dibuat serasi dengan pialanya, dari bahan yang sama dengan piala, yaitu dari emas atau setidak-tidaknya disepuh emas. Patena diletakkan di atas purifikatorium.
PALLA berasal dari bahasa Latin palla corporalis yang berarti kain untukTubuh Tuhan, adalah kain lenan putih yang keras dan kaku seperti papan, berbentuk bujursangkar, dipergunakan untuk menutup piala. Palla melambangkan batu makam yang digulingkan para prajurit Romawi untuk menutup pintu masuk ke makam Yesus.
Palla diletakkan di atas Patena. CORPORALE
Sehelai kain lenan putih berbentuk bujur sangkar dengan gambar salib kecil di tengahnya. Seringkali pinggiran korporale dihiasi dengan renda. Dalam perayaan Ekaristi, imam membentangkan korporale di atas altar sebagai alas untuk bejana-bejana suci roti dan anggur.
Setelah selesai dipergunakan,korporale dilipat menjadi tiga memanjang, lalu dilipat menjadi tiga lagi dari samping dan ditempatkan di atas Palla. Urutan aturan menyusun peralatan-peralatan tersebut di atas adalah sebagai berikut : Piala Purifikatorium+sendok kecil Patena (dengan hosti besar diatasnya) Pala Corporal SIBORI
berasal dari bahasa Latin “cyborium” yang berarti “piala dari logam”,adalah bejana serupa piala, tetapi dengan tutup di atasnya. Siboriadalah wadah untuk roti-roti kecil yang akan dibagikan dalam Komunikepada umat beriman. Sibori dibuat dari logam mulia, bagian dalamnyabiasa dibuat dari emas atau disepuh emas.
PIKSIS
berasal dari bahasa Latin “pyx” yang berarti “kotak”, adalah sebuahwadah kecil berbentuk bundar dengan engsel penutup, serupa wadah jamkuno. Piksis biasanya dibuat dari emas. Piksis dipergunakan untukmenyimpan Sakramen Mahakudus, yang
akan dihantarkan kepada mereka yangsakit, atau yang akan ditahtakan dalam kebaktian kepada Sakramen Mahakudus. MONSTRANS
berasal dari bahasa Latin “monstrans, monstrare” yang berarti“mempertontonkan”, adalah bejana suci tempat Sakramen Mahakudusditahtakan atau dibawa dalam prosesi.
AMPUL
adalah dua bejana yang dibuat dari kaca atau logam, bentuknya seperti buyung kecil dengan tutup di atasnya. Ampul adalah bejana-bejana darimana imam atau diakon menuangkan air dan anggur ke dalam piala. Selaluada dua ampul di atas meja kredens dalam setiap Misa.
LAVABO
berasal dari bahasa Latin “lavare” yang berarti “membasuh”, adalah bejana berbentuk seperti buyung kecil, atau dapat juga berupa mangkuk,tempat menampung air bersih yang dipergunakan imam untuk membasuh tangan sesudah persiapan persembahan. Sebuah lap biasanya menyertai lavabo untuk dipergunakan mengeringkan tangan imam.
TURIBULUM
(disebut juga Pedupaan/wiruk), berasal dari bahasa Latin “thuris” yang berarti “dupa”, adalah bejana di mana dupa dibakar untuk pendupaan liturgis. Turibulum terdiri dari suatu badan dari logam dengan tutupterpisah yang menudungi suatu wadah untuk arang dan dupa; turibulumdibawa dan diayun-ayunkan dengan tiga rantai yang dipasang padabadannya, sementara rantai keempat digunakan untuk menggerak-gerakkantutupnya. Pada turibulum dipasang bara api, lalu di atasnya ditaburkanserbuk dupa sehingga asap dupa membubung dan
menyebarkan bau harum.Dupa adalah harum-haruman yang dibakar pada kesempatan-kesempatanistimewa, seperti pada Misa yang meriah dan Pujian kepada Sakramen Mahakudus. NAVIKULA
(disebut juga Wadah Dupa) adalah bejana tempat menyimpan serbuk dupa. Dupa adalah getah yang harum dan rempah-rempah yang diambil daritanam-tanaman, biasanya dibakar dengan campuran tambahan gunamenjadikan asapnya lebih tebal dan
aromanya lebih harum. Asap dupa yangdibakar naik ke atas melambangkan naiknya doa-doa umat beriman kepadaTuhan. Ada pada kita catatan mengenai penggunaan dupa bahkan sejak awalkisah Perjanjian Lama. Secara simbolis dupa melambangkan semangat umatKristiani yang berkobar-kobar, harum mewangi keutamaan-keutamaan dannaiknya doa-doa dan perbuatan-perbuatan baik kepada Tuhan. ASPERGILUM
berasal dari bahasa Latin “aspergere” yang berarti “mereciki”, adalah sebatang tongkat pendek, di ujungnya terdapat sebuah bola logam yang berlubang-lubang, dipergunakan untuk merecikkan air suci pada orangatau benda dalam Asperges dan pemberkatan. Bejana Air Suci adalah wadahyang dipergunakan untuk menampung air suci; ke
dalamnya aspergillum dicelupkan. SACRAMENTARIUM
atau Buku Misa adalah buku pegangan imam pada waktu memimpin perayaan Ekaristi, berisi doa-doa dan tata perayaan Ekaristi.