mioma uteri

22
BAB 1 PENDAHULUAN Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya. Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70% dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus, membuktikan banyak wanita yang menderita mioma uteri asimptomatik. Walaupun jarang terjadi mioma uteri biasa berubah menjadi malignansi (<1%). Gejala mioma uteri secara medis dan sosial cukup meningkatkan morbiditas, disini termasuk menoragia, ketidaknyamanan daerah pelvis, dan disfungsi reproduksi. Kejadiannya lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40%. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri dilaporkan belum pernah terjadi sebelum menarche dan menopause. Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39-11,87% dari semua penderita ginekologi yang dirawat. Di Amerika Serikat warna kulit hitam 3-9 kali lebih tinggi menderita mioma uteri. 1,2 Menoragia yang disebabkan mioma uteri menimbulkan masalah medis dan sosial pada wanita. Mioma uteri terdapat pada wanita di usia reproduktif, pengobatan yang dapat dilakukan adalah histerektomi, dimana mioma uteri merupakan indikasi yang paling 1

Upload: andry-syahreza

Post on 02-Jul-2015

758 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mioma Uteri

BAB 1

PENDAHULUAN

Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat

yang menumpanginya. Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana

prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70% dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus,

membuktikan banyak wanita yang menderita mioma uteri asimptomatik. Walaupun jarang terjadi

mioma uteri biasa berubah menjadi malignansi (<1%). Gejala mioma uteri secara medis dan

sosial cukup meningkatkan morbiditas, disini termasuk menoragia, ketidaknyamanan daerah

pelvis, dan disfungsi reproduksi. Kejadiannya lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu

mendekati angka 40%. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan

adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri dilaporkan belum pernah terjadi

sebelum menarche dan menopause. Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39-

11,87% dari semua penderita ginekologi yang dirawat. Di Amerika Serikat warna kulit hitam 3-9

kali lebih tinggi menderita mioma uteri.1,2

Menoragia yang disebabkan mioma uteri menimbulkan masalah medis dan sosial pada

wanita. Mioma uteri terdapat pada wanita di usia reproduktif, pengobatan yang dapat dilakukan

adalah histerektomi, dimana mioma uteri merupakan indikasi yang paling sering untuk dilakukan

histerektomi di Amerika Serikat (1/3 dari seluruh angka histerektomi).1

Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang paling

efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi mioma uteri itu

sendiri. Baru-baru ini penelitian sitogenetik, molekuler dan epidemiologi mendapatkan peranan

besar komponen genetik dalam patogenesis dan patobiologi mioma uteri.6

BAB 2

1

Page 2: Mioma Uteri

PEMBAHASAN

A. Definisi

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel jaringan otot polos,

jaringan fibroid dan kolagen. Beberapa istilah untuk mioma uteri antara lain fibromioma,

miofibroma, leiomiofibroma, fibroleiomioma, fibroma, dan fibroid.1,2,3

B. Epidemiologi

Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana prevalensi

mioma uteri meningkat lebih dari 70% dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus,

membuktikan banyak wanita yang menderita mioma uteri asimtomatik. Walaupun jarang terjadi

mioma uteri biasa berubah menjadi malignansi (<1%). Mioma uteri ini lebih sering dijumpai

pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Faktor keturunan juga memegang peranan.1,2

Kejadiannya lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40%.

Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma

uteri dengan estrogen. Mioma uteri dilaporkan belum pernah terjadi sebelum menarke dan

menopause. Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39-11,87% dari semua

penderita ginekologi yang dirawat. Di Amerika Serikat warna kulit hitam 3-9 kali lebih tinggi

menderita mioma uteri.1

C. Faktor Predisposisi

Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri,

yaitu:1,6

1. Umur

Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada

wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara

35-45 tahun.

2. Paritas

2

Page 3: Mioma Uteri

Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai

saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma

uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.

3. Faktor ras dan genetik

Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri

tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat

keluarga ada yang menderita mioma.

4. Fungsi ovarium

Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana

mioma uteri muncul setelah menarche, berkembang setelah kehamilan dan mengalami

regresi setelah menopause.

D. Etiologi dan Patogenesis

Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui. Karena mioma uteri

banyak ditemukan pada usia reproduktif dan angka kejadiannya rendah pada usia menopause,

belum pernah terjadi sebelum menarche, maka diduga penyebabnya timbulnya mioma uteri

paling banyak oleh stimulasi hormon estrogen. Pukka menemukan bahwa reseptor estrogen pada

mioma uteri lebih banyak didapatkan dibandingkan dengan miometrium normal. Meyer, de Snoo

mengemukakan patogenesis mioma uteri dengan teori cell nest dan genitoblast.1,5

Apakah estrogen secara langsung memicu pertumbuhan mioma uteri atau memakai

mediator masih menimbulkan silang pendapat. Dimana telah ditemukan banyak sekali mediator

di dalam mioma uteri, seperti estrogen growth factor, insulin growth factor-1 (IGF-l), connexsin-

43-Gap function protein dan marker proliferasi.2

Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori onkogenik maka

pathogenesis mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor, yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor

yang menginisiasi pertumbuhan mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti. Dari penelitian

menggunakan glucose-6-phosphatase dehidrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari

jaringan yang uniseluler. Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan

mutasi somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan

3

Page 4: Mioma Uteri

growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan

tumor.2

Hormon progesteron meningkatkan aktivitas mitotik dan mioma pada wanita muda

namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti.

Progesteron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulation apoptosis dari

tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks

ekstraseluler.1,2

E. Patologi Anatomi

Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus hanya 1-3%, sisanya adalah dari

korpus uterus. Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai:1,2,5

1. Mioma submukosum, berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.

2. Mioma intramural, mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium.

3. Mioma subserosum, apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada

permukaan uterus, diliputi oleh serosa.

Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan

melalui saluran serviks (myomgeburt). Mioma subserosum dapat tumbuh di antara kedua lapisan

ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. Mioma subserosum dapat pula tumbuh

4

Page 5: Mioma Uteri

menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian

membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut wandering/parasitic fibroid. Jarang sekali

ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke

dalam saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bukan sabit. Apabila mioma

dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri atas berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun

seperti konde/pusaran air (whorl like pattern), dengan pseudocapsule yang terdiri dari jaringan

ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini. Pernah ditemukan 200 sarang

mioma dalam satu uterus, namun biasanya hanya 5-20 sarang saja. Dengan pertumbuhan mioma

dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3

tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh

cepat. Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat

tumbuh lebih lanjut. Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat

degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.5

F. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala dari mioma uteri hanya terjadi pada 35-50% pasien. Gejala yang

disebebkan oleh mioma uteri tergantung pada lokasi, ukuran, dan jumlah mioma. Gejala dan

tanda yang paling sering adalah:2,5

1. Perdarahan Uterus yang Abnormal

Perdarahan uterus yang abnormal merupakan gejala klinis yang paling sering terjadi dan

paling penting. Gejala ini terjadi pada 30% pasien dengan mioma uteri. Wanita dengan

mioma uteri mungkin akan mengalami siklus perdarahan haid yang teratur atau tidak teratur.

Menorrhagia dan atau metrorrhagis sering terjadi pada penderita mioma uteri. Perdarahan

abnormal ini dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.

Pada suatu penelitian yang mengevaluasi wanita dengan mioma uteri dengan atau tanpa

perdarahan abnormal, didapat bahwa wanita dengan perdarahan abnormal secara bermakna

menderita mioma intramural (58% banding 13%) ddan mioma submukosum (21% banding

1%) dibanding dengan wanita penderita mioma uteri yang asimtomatik. Patofisiologi

perdarahan uterus yang abnormal yang berhubungan dengan mioma uteri masih belum

diketahui dengan pasti. Beberapa penelitian menerangkan bahwa adanya disregulasi dari

beberapa faktor pertumbuhan dan reseptor-reseptor yang mempunyai efek langsung pada

5

Page 6: Mioma Uteri

fungsi vaskuler dan angiogenesis. Perubahan-perubahan ini menyebabkan kelainan

vaskularisasi akibat disregulasi struktur vaskular di dalam uterus.

Mekanisme Perdarahan Abnormal pada Mioma Uteri1. Peningkatan ukuran permukaan endometrium2. Peningkatan vaskularisasi aliran vaskular ke uterus3. Gangguan kontraktilitas uterus4. Ulserasi endometrium pada mioma submukosum5. Kompresi pada pleksus venosus di dalam miometrium

2. Rasa Nyeri

Mioma uteri dapat menimbulkan nyeri panggul yang disebabkan oleh karena degenerasi

akibat oklusi vaskuler, infeksi, torsi dari mioma yang bertangkai maupun akibat kontraksi

miometrium yang disebabkan mioma subserosum. Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas

tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai

nekrosis setempat dan peradangan. Tumor yang besar dapat mengisi rongga pelvik dan

menekan bagian tulang pelvik yang dapat menekan saraf sehingga menyebabkan rasa nyeri

yang menyebar ke bagian punggung dan ekstremitas posterior. Pada pengeluaran mioma

submukosum yang akan dilahirkan, pertumbuhannya akan akan menyempitkan kanalis

servikalis sehingga menyebabkan dismenore.

3. Penekanan

Pada mioma uteri yang besar dapat menimbulkan penekanan terhadap organ sekitar.

Penekanan mioma uteri dapat menyebabkan gangguan berkemih, defekasi, maupun

dispareunia. Tumor yang besar juga dapat menekan pembuluh darah vena pada pelvik

sehingga menyebabkan kongesti dan menimbulkan edema pada ekstremitas posterior.

4. Disfungsi Reproduksi

Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum jelas.

Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas. Mioma yang

terletak di daerah kornu dapat menyebabkan sumbatan dan gangguan transportasi gamet dan

embrio akibat terjadinyaoklusi tuba bilateral.

6

Page 7: Mioma Uteri

Mioma uteri dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang sebenarnya

diperlukan untuk motilitas sperma di dalam uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena

adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan implantasi embrio dapat

terjadi pada keberadaan mioma akibat perubahan histologi endometrium dimana terjadi atrofi

karena kompresi massa tumor.

Mekanisme Gangguan Fungsi Reproduksi dengan Mioma Uteri1. Gangguan transportasi gamet dan embrio2. Pengurangan kemampuan bagi pertumbuhan uterus3. Perubahan aliran darah vaskular4. Perubahan histologi endometrium

G. Diagnosis

1. Pemeriksaan Fisik

Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemeriksaan bimanual rutin uterus. Diagnosis

mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih massa yang

lebih licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari

uterus.1,4

2. Temuan Laboratorium

Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan

uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma menghasilkan

eritropoietin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara

polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma terhadap ureter yang

menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan

eritropoietin ginjal.2

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Ultrasonografi

Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya

mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus

7

Page 8: Mioma Uteri

atau massa yang paling besar baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma

uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan iregularitas

kontur maupun pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik

dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik.2,4

b. Histeroskopi

Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya

kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat. 2

c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jarang

diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan

dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi

dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada

kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.2,4

H. Diagnosis Banding 6

1. Adenomiosis

2. Neoplasma ovarium

3. Kehamilan

I. Penatalaksanaan

1. Terapi Konservatif

Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan, tetapi

harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari kehamilan 10-12 minggu,

tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai, perlu diambil tindakan operasi. 1,2

2. Terapi Medisinal (Hormonal)

Preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog GnRH,

progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin, agen-agen lain

(gossipol, amantadine). 2

Saat ini pemakaian Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonis memberikan hasil

untuk memperbaiki gejala-gejala klinis yang ditimbulkan oleh mioma uteri. Pemberian GnRH

agonis bertujuan untuk mengurangi ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen

8

Page 9: Mioma Uteri

dari ovarium. Dari suatu penelitian multisenter didapati data pada pemberian GnRH agonis

selama 6 bulan pada pasien dengan mioma uteri didapati adanya pengurangan volume mioma

sebesar 44%. Efek maksimal pemberian GnRH agonis baru terlihat setelah 3 bulan. Pada 3 bulan

berikutnya tidak terjadi pengurangan volume mioma secara bermakna.1,2,4

Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan mengurangi

vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan tindakan pembedahan. Terapi hormonal

lainnya seperti kontrasepsi oral dari preparat progesteron akan mengurangi gejala perdarahan

uterus yang abnormal namun tidak dapat mengurangi ukuran dari mioma.3,4

3. Terapi Pembedahan

Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan

gejala. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan American

Society for Reproductive Medicine (ASRM) indikasi pembedahan pada pasien dengan mioma

uteri adalah:2

1. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif

2. Sangkaan adanya keganasan

3. Pertumbuhan mioma pada masa menopause

4. Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba

5. Nyeri dan penekanan yang sangat mengganggu

6. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius

7. Anemia akibat perdarahan

Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi maupun histerektomi.

a. Miomektomi

Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi

reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Dewasa ini ada beberapa pilihan tindakan

untuk melakukan miomektomi, berdasarkan ukuran dan lokasi dari mioma. Tindakan

miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi histeroskopi paupun dengan laparoskopi.

Dengan laparotomi, dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk mengangkat mioma dari

uterus. Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan pandang operasi yang lebih luas

sehingga penanganan terhadap pembedahan miomektomi dapat ditangani dengan segera. Namun

9

Page 10: Mioma Uteri

pada miomektomi secara laparotimi risiko terjadi perlengketan lebih besar, sehingga akan

mempengaruhi faktor fertilitas pada pasien. Di samping itu masa penyembuhan pasca operasi

juga lebih lama, sekitar 4-6 minggu.1,2

Pada miomektomi secara histeroskopi dilakukan terhadap mioma submukosum yang

terletak pada kavum uteri. Pada prosedur pembedahan ini ahli bedah memasukkan histeroskop

melalui serviks dan mengisi kavum uteri dengan cairan untuk memperluas dinding uterus. Alat

bedah dimasukkan melalui lubang yang terdapat pada histeroskop untuk mengangkat mioma

submukosum yang terdapat pada kavum uteri. Keunggulan teknik ini adalah masa penyembuhan

pasca operasi (2 hari). Komplikasi operasi yang serius jarang terjadi namun dapat timbul

perlukaan pada dinding uterus, ketidakseimbangan elektrolit, dan perdarahan.2,6

Miomektomi juga dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi. Mioma yang

bertangkai di luar kavum uteri dapat diangkat dengan mudah secara laparoskopi. Mioma

subserosum yang terletak di daerah permukaan uterus juga dapat diangkat secara laparoskopi.

Tindakan laparoskopi dilakukan dengan ahli bedah memasukkan alat laparoskop ke dalam

abdomen melalui insisi yang kecil pada dinding abdomen. Keunggulan laparoskopi adalah

penyembuhan pasca operasi yang lebih cepat antara 2-7 hari.2,6

Risiko yang terjadi pada pembedahan laparoskopi termasuk perlengketan, trauma

terhadap organ sekitar seperti usus, ovarium, rectum serta perdarahan. Sampai saat ini

miomektomi dengan laparoskopi merupakan prosedur standar bagi wanita dengan mioma uteri

yang masih ingin mempertahankan fungsi reproduksinya.2

b. Histerektomi

Tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu

dengan pendekatan abdominal (laparotomi), vaginal, dan pada beberapa kasus secara

laparoskopi. Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus. Tindakan

histerektomi pada pasien dengan mioma uteri merupakan indikasi bila didapati keluhan

menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar

usia kehamilan 12-14 minggu.1,2

c. Embolisasi Arteri Uterina

10

Page 11: Mioma Uteri

Suatu tindakan yang menghambat aliran darah ke uterus dengan cara memasukkan agen

emboli ke arteri uterina. Dewasa ini embolisasi arteri uterina pada pasien yang menjalani

pembedahan mioma. Arteri uterina yang mensuplai aliran darah ke mioma dihambat secara

permanen dengan agen emboli (partikel polivynil alkohol). Keamanan dan kemudahan

embolisasi arteri uterina tidak dapat dipungkiri, karena tindakan ini efektif.1,7

Proses embolisasi menggunakan angiografi digital substraksi dan dibantu fluoroskopi.

Hal ini dibutuhkan untuk memetakan pengisian pembuluh darah atau memperlihatkan ekstrvasasi

darah secara tepat. Agen emboli yang digunakan adalah polivinyl alkohol adalah partikel plastik

dengan ukuran yang bervariasi. Katz dkk memakai gel form sebagai agen emboli untuk

embolisasi arteri uterina. Tingkat keberhasilan penatalaksanaan mioma uteri dengan embolisasi

adalah 85-90%.1,7

J. Komplikasi

Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi.

Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan sekunder

tersebut antara lain:5,6

1. Atrofi: sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.

2. Degenerasi hialin: perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor

kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya

sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari

kelompok lainnya.

3. Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma

menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat

juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai

limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium

atau suatu kehamilan.

4. Degenerasi membatu (calcereus degeneration): terutama terjadi pada wanita berusia lanjut

oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur

pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto

rontgen.

5. Degenerasi merah (carneus degeneration): perubahan ini terjadi pada kehamilan dan nifas.

Patogenesis: diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi.

11

Page 12: Mioma Uteri

Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah

disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila

terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada

uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai

tumor ovarium atau mioma bertangkai.

6. Degenerasi lemak: jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

Komplikasi yang dapat terjadi karena mioma uteri yaitu:5

1. Degenerasi Ganas

Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh

mioma serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru

ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan

uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam

menopause.

2. Torsi (Putaran Tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut

sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian timbul sindroma abdomen akut, mual, muntah

dan shock.

3. Anemia

Anemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami perdarahan

pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus mioma uteri akan mengakibatkan

anemia defisiensi besi.

4. Infertilitas

Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis

tuba, sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena

distorsi rongga uterus. Penegakan diagnosis infertilitas yang dicurigai penyebabnya adalah

mioma uteri maka penyebab lain harus disingkirkan.

12

Page 13: Mioma Uteri

K. Prognosis

Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Miomektomi yang

ekstensif dan secara signifikan melibatkan miometrium atau menembus endometrium, maka

diharuskan SC (sectio caesarea) pada persalinan berikutnya. Mioma yang kambuh kembali

(rekurens) setelah miomektomi terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3-nya memerlukan tindakan

lebih lanjut.6

L. Pencegahan

Etiologi sebenar tidak dapat dikenal pasti. Tidak ada langkah pencegahan yang dapat

diambil pada kasus mioma uteri.6

BAB 3

KESIMPULAN

Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot jaringan ikat, yang mana

etiologi dari mioma ini belum diketahui. Manifestasi klinis pada mioma antara lain perdarahan

abnormal, rasa nyeri, gejala dan tanda penekanan, abortus spontan dan infertilitas. Walaupun

mioma uteri adalah neoplasma jinak, tidak menuntut kemungkinan bergenerasi menjadi ganas

dan tidak jarang terjadi torsi. Untuk pemeriksaan dilakukan USG abdominal dan transvaginal

serta laparoskopi. Penatalaksanaannya yaitu dilakukan miomektomi tanpa ataupun dengan

histerektomi.

13

Page 14: Mioma Uteri

DAFTAR PUSTAKA

1. FK Unsri. 2008. Mioma Uteri. Available from:

http:// digilib.unsri.ac.id/download/Biomolekuler%20 Mioma %20 Uteri .pdf

[Accessed: March 22, 2011]

2. Hadibroto, B. 2005. Mioma Uteri. Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara. Available from:

http://repository. usu .ac.id/bitstream/123456789/.../1/mkn-sep2005-%20(9). pdf

[Accessed: March 22, 2011]

14

Page 15: Mioma Uteri

3. Kuhn, R. 2003. Uterine Fibroids. Gynaecologist Infertility Specialist Endoscopic Surgery.

Available from:

https://www.raphaelkuhn.com.au/download/Uterine_fibroids.pdf

[Accessed: March 23, 2011]

4. Evans, P. 2007. Uterine Fibroid Tumors: Diagnosis and Treatment. In: Brunsell, S. (eds).

2007. American Family Physician. USA: American Academy of Family Physicians,

Maryland: 1503-1508.

5. Sutoto, M. 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital. Dalam: Prawirohardjo, S., eds. Ilmu

Kandungan. Jakarta: FK UI, 328–366.

6. Medicaljournal. 2008. Mioma Uterus. Available from:

http://medicaljournal.multiply.com/journal/item/9/mioma_uterus

[Accessed: March 24, 2011]

7. Society of Interventional Radiology. 2005. Uterine Fibroid Embolization. Available from:

http:// www.sirweb.org/medical-professionals/GR_ PDF s/UFE_Grand_Rounds. pdf

[Accessed: March 24, 2011]

15