minggu, 11 desember 2011 melambungkan fantasi ... setiap kali melihat mainan lucu di toko, lili juga...

1
A DA pemandangan tidak lazim di sudut ruang tamu kediaman Adityo Dwi Purtanto. Adapun sisi lainnya dipenuhi perabot antik. Di salah sudut ada lebih dari 100 boneka Barbie berje- jer rapi di balik lemari kaca. Semakin letaknya ke atas, or- namen boneka asal Amerika Se- rikat (AS) itu semakin rumit. “Itu koleksi pertama saya, Barbie Red Hot Review, bahannya dari silk stone atau keramik,” ucap Didit, panggilan akrab Adityo, tentang Barbie yang dibeli tahun 2000 itu. Pemuda lulusan sekolah mode ESMOD itu lalu menunjuk koleksi lainnya, termasuk seri Fantasy of Goddest, yang menggambarkan dewi asal Asia, Amerika, hingga Afrika. Mulai mengenal Barbie sejak SD dan menjadi kolektor sejak SMP, Didit kini sudah berhasil memiliki hingga Barbie gold label, yakni yang hanya ada 25 ribu buah di seluruh dunia. Selain di ruang tamu, Barbie juga berjejer di kamar tidur Didit. Barbie gold label merupakan salah satu tipe Barbie edisi kolek- tor. Harganya? Jangan kaget, Bar- bie gold label dibanderol hampir Rp10 juta. Satu Barbie tipe ini, yakni seri Woman of Royalti, Marie Antoinette, ikut menghuni kamar Didit. Pria yang bekerja sebagai asis- ten salah satu desainer top Jakarta ini mengaku begitu menggilai wajah, pose, dan detail pakaian Barbie yang begitu nyata. Barbie juga wujud fantasinya akan sosok wanita yang sempurna. Sejak kecil hingga kini, Barbie pun selalu menjadi acuannya setiap menggambar sketsa wajah. “Kalau desainer lain suka me- ngosongkan bagian muka, Didit malah akan menggambarnya dengan detail seperti Barbie,” tu- tur sang ibu, Utami Wibowo, yang setia menemani putra keduanya saat diwawancara, Rabu (7/12). “Kecantikan Barbie juga menjadi muse aku dalam mendesain,” tu- kas Didit. Fanatisme akan suatu barang juga dengan mudah ditangkap pada diri Win Satrya. Koleksi pria berusia 30 tahun itu menyita ham- pir seluruh lantai dua rumahnya dan masih butuh gudang khusus untuk menyimpannya. Jumlah designer toys Win ini su- dah lebih dari 20 ribu buah. Designer toys berbentuk lebih abstrak dari mainan gure biasa dan jumlah per serinya pun hanya sekitar 100-150 buah. “Dari kecil saya sudah suka mainan, awalnya mengoleksi ac- tion gure. Tapi nggak puas karena banyak yang punya,” tutur ayah dua anak ini. Selain itu, menurut Win, designer toys seperti media fantasi yang sangat luas. Pasalnya, inspirasinya tidak hanya makhluk hidup, tapi juga benda apa pun, termasuk tetesan air. Banyak designer toys milik Win merupakan hasil berburu saat ku- liah seni di AS. Namun, pria yang memfavoritkan mainan buatan Tiim Tsui dan Daminci dari Hong Kong ini juga tidak segan terbang langsung ke negara para desainer itu untuk menjemput mainan incarannya. Harga designer toys yang men- capai Rp18 juta tidak jadi soal untuknya. Bahkan kegigihan Win berburu telah membuatnya mengenal langsung 90% pencipta koleksinya. Harga terus naik Dari sekadar memuaskan rasa senang, barang koleksi kini juga menjadi investasi bagi Didit dan Win. Dengan jumlah yang ter- batas, harga koleksi-koleksi itu makin mahal seiring waktu. Win menuturkan sebuah koleksi yang ia jual Rp1,3 juta naik ham- pir sepuluh kali lipat setahun berikutnya. Tidak mengherankan jika para kolektor ini sangat hati- hati menyimpan koleksi mereka. Koleksi Win dan Didit bahkan banyak yang masih di dalam kardus, seakan belum tersentuh. “Barbie yang masih terbung- kus lebih tinggi harganya,” jelas Didit. Di antara sesama kolektor juga terdapat persaingan untuk menda- patkan koleksi. Karena itu, Didit mengatakan sangat sedih jika tidak berhasil mendapatkan suatu koleksi yang diidamkan, terlebih jika langka. Satu minggu sekali, bermodal- kan kemoceng dan kain panel, Didit membersihkan sendiri koleksi-koleksinya. Sementara Win yang disebut sebagai kolektor designer toys terbanyak di Indonesia sempat menata koleksi yang beraneka ukuran itu berdasarkan seri atau tipe.(M-3) [email protected] MELIHAT Barbie yang terpajang di ruang tamu, orang tentu me- nebak kegemaran Didit didukung keluarganya. Nyatanya memang demikian. Malah kebiasaan mengoleksi Barbie merupakan pengaruh sang ibu, Utami. Saat Didit kecil, Utami telah mengoleksi beberapa Barbie. Ketika Didit mulai menjadi kolektor, Utami pun memberikan ‘subsidi’ untuk membeli Barbie. Adapun sang ayah, diakui ibu dan anak yang suka mengobrol soal detail Barbie ini, memang sempat keberatan. “Om suka kesal kalau belinya terlalu banyak dan mahal. Tapi diterangkan ini bisa jadi aset, om pun ngerti,” cerita Utami. Ke- luarga ini juga menyadari Barbie berhubungan dengan profesi sang anak. Namun, diakui Didit, kadang ada teman yang menganggapnya aneh. Tetapi dia tetap percaya diri bahwa Barbie bukan hanya untuk kaum hawa. Kini malah Didit berhasil menu- larkan ‘virus’ Barbie pada banyak temannya. Keunikan sketsa Didit yang terinspirasi Barbie juga kerap dipuji oleh desainer tempat ia bekerja. Didit ditulari Barbie oleh sang ibu, tapi sebaliknya dengan Win. Lili Gunadi, ibunda Win, meski memaklumi hobi anaknya akan mainan sejak kecil, sempat merasa terganggu. Jumlah mainan Win dirasa sudah terlalu banyak. Aneh- nya, setiap kali melihat mainan lucu di toko, Lili juga tidak kuasa untuk tidak memberi tahu Win. “Lama-lama saya ikutan suka setelah dijelaskan karakternya,” kata Lili. Mainan designer toys memang dibuat dengan mimik dan bahasa tubuh seolah sedang melakukan se- suatu. Cerita singkat tentang mainan tersebut tertera pada bungkusnya. Bukan saja sang ibu, Win juga telah menulari virus designer toys kepada banyak orang lewat toko mainannya di sebuah mal di ka- wasan Senayan, Jakarta. Ya, sulitnya menemukan designer toys setelah kembali dari AS, akh- irnya membuat Win membuka toko mainan jenis ini. Lewat toko ini pula kemudian Win melebarkan hobinya meng- gambar menjadi seniman designer toys. Kini, Win juga sudah berhasil bekerja sama dengan damnilovein- donesia, yakni sebuah merek pakai- an dan aksesori dengan semangat nasionalisme. Ia dipercaya brand yang salah sa- tunya dimiliki Daniel Mananta (VJ Daniel) itu untuk membuat patung mantan Presiden Soekarno dari bahan vinyl. (*/*/M-5) BUAT sebagian orang, mengumpul- kan suatu barang hingga begitu ba- nyak mungkin aneh. Namun jangan lantas mengecap buruk. Menurut psikolog klinis Personal Growth, Pustika Rucita, kegiatan mengoleksi barang dalam jumlah banyak masih berada dalam tahap yang wajar jika mempertimbangkan latar belakang dan manfaat hobi yang ditekuni. “Kalau untuk memenuhi ke- sukaan, atau berbisnis, ya tidak apa-apa,” ujar psikolog yang akrab disapa Cita ini. Sebaliknya, Cita menjelaskan, se- orang kolektor akan masuk ke tahap kurang normal jika telah mengabai- kan beberapa hal demi mewujudkan keinginannya. Beberapa batasannya, antara lain memaksakan diri secara nansial, cemas berlebihan jika tidak menda- patkan barang yang diinginkan, tidak bisa memikirkan hal lain selain koleksinya, dan tidak mempertim- bangkan lagi manfaat barang yang dikoleksi. Peran seseorang dalam kehidup- an sosial dikaitkan dengan hobi juga bisa menentukan sejauh mana ting- kat obsesi yang dia miliki. Sebagai contoh, mereka yang mengabaikan kewajiban sebagai mahasiswa atau karyawan demi memenuhi hasrat untuk berinteraksi dengan kolek- sinya. Jika berada pada tahap ini, ke- biasaan mungkin berada di tahap tidak normal. “Yang jelas tidak bisa dicap langsung. Butuh follow up dan pendalaman tentang latar belakang si kolektor,” ujar lulusan Universitas Indonesia ini. Sosiolog Evelyn Suleeman me- ngatakan barang yang dikoleksi memang bisa sangat beragam, mulai dari barang mewah hingga yang tampak tidak berharga. Evelyn mengaku seorang temannya bahkan menjadi kolektor kantong plastik dari berbagai negara. Jenis barang yang dikoleksi me- mang sangat bergantung pada diri setiap orang karena pada dasarnya tujuannya ialah mencari kesenang- an. Dengan begitu, mengoleksi barang justru dapat membawa efek positif secara pribadi. Kesenangan yang sudah tersalurkan akan mem- beri rasa tenang pada kolektor itu sendiri.(*/M-5) Wajar kalau Bermanfaat INSPIRASI: Adityo D. Purtanto, kolektor boneka Barbie, merapikan koleksinya di rumahnya di Pondok Pinang, Jakarta Selatan, Rabu (7/12). Bukan sekadar untuk pemuas kesenangan, koleksi Barbie itu juga menjadi inspirasi pria lulusan sekolah mode ini. J E DA 5 MINGGU, 11 DESEMBER 2011 MI/ANGGA YUNIAR BINTANG KRISANTI Karena harga yang bisa naik berkali lipat, benda koleksi ini pun akhirnya juga jadi investasi. Melambungkan Fantasi lewat Mainan Fanatisme yang Menular Kalau untuk memenuhi kesukaan, atau berbisnis, ya tidak apa- apa.” Pustika Rucita psikolog klinis Personal Growth MI/RULLY FIRDAUS MENJADI PRODUSEN: Kegemaran Win Satrya akan designer toys ikut menular pada keluarganya. Win pun kemudian tidak hanya mengoleksi, tapi juga menjadi penjual sekaligus produsen. TERAWATI: Barbie harus terawat rapi agar harganya tetap tinggi. MI/ANGGA YUNIAR Telepon/Fax Layanan Pembaca: (021) 5821303, Tele- pon/ Fax Iklan: (021) 5812107, 5812113, Telepon Sirku- lasi: (021) 5812095, Telepon Distribusi: (021) 5812077, Telepon Percetakan: (021) 5812086, Harga Langganan: Rp67.000 per bulan (Jabodetabek), di luar P. Jawa + ongkos kirim, No. Rekening Bank: a.n. PT Citra Media Nusa Purnama Bank Mandiri - Cab. Taman Kebon Jeruk: 117-009-500-9098; BCA - Cab. Sudirman: 035-306-5014, Diterbitkan oleh: PT Citra Media Nusa Purnama, Jakarta, Alamat Redaksi/Tata Usaha/Iklan/Sirkulasi: Kompleks Delta Kedoya, Jl. Pilar Raya Kav. A-D, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat - 11520, Telepon: (021) 5812088 (Hunting), Fax: (021) 5812102, 5812105 (Redaksi) e-mail: [email protected], Per- cetakan: Media Indonesia, Jakarta, ISSN: 0215-4935, Web- site: www.mediaindonesia.com, DALAM MELAKSANAKAN TUGAS JURNALISTIK, WAR- TAWAN MEDIA INDONESIA DILENGKAPI KARTU PERS DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA ATAU ME- MINTA IMBALAN DENGAN ALASAN APA PUN Pendiri: Drs. H. Teuku Yousli Syah MSi (Alm) Direktur Utama: Rahni Lowhur-Schad Direktur Pemberitaan: Saur M. Hutabarat Direktur Pengembangan Bisnis: Alexander Stefanus Dewan Redaksi Media Group: Elman Saragih (Ketua), Ana Widjaya, Andy F.Noya, Bambang Eka Wijaya, Djadjat Sudra- djat, Djafar H. Assegaff, Laurens Tato, Lestari Moerdijat, Rahni Lowhur Schad, Saur M. Hutabarat, Sugeng Suparwoto, Suryo- pratomo, Toeti P. Adhitama Redaktur Senior: Elman Saragih, Laurens Tato, Saur M. Hu- tabarat Deputi Direktur Pemberitaan: Usman Kansong Kepala Divisi Pemberitaan: Kleden Suban Kepala Divisi Content Enrichment: Gaudensius Suhardi Deputi Kepala Divisi Pemberitaan: Abdul Kohar Sekretaris Redaksi: Teguh Nirwahyudi Asisten Kepala Divisi Pemberitaan: Ade Alawi, Fitriana Siregar, Haryo Prasetyo, Ono Sarwono, Rosmery C.Sihombing Asisten Kepala Divisi Foto: Hariyanto Redaktur: Agus Mulyawan, Anton Kustedja, Cri Qanon Ria Dewi, Eko Rahmawanto, Eko Suprihatno, Hapsoro Poetro, Henri Salomo Siagian, Ida Farida, Jaka Budisantosa, Mathias S. Brahmana, Mo- chamad Anwar Surahman, Sadyo Kristiarto, Santhy M. Sibarani, Soelistijono Staf Redaksi: Adam Dwi Putra, Agung Wibowo, Ahmad Maulana, Ahmad Punto, Akhmad Mustain, Amalia Susanti, Andreas Timothy, Aries Wijaksena, Aryo Bhawono, Asep Toha, Asni Harismi, Basuki Eka Purnama, Bintang Krisanti, Christine Franciska, Cornelius Eko, Denny Parsaulian Sinaga, Deri Dahuri, Dian Palupi, Dinny Mutiah, Dwi Tupani Gunarwati, Edwin Tirani, Emir Chairullah, Eni Kartinah, Eri Anugerah, Fardiansah Noor, Fidel Ali Permana, Gino F. Hadi, Heru Prihmantoro, Heryadi, Iis Zatnika, Irana Shalindra, Irvan Si- hombing, Iwan Kurniawan, Jajang Sumantri, Jerome Eugene W, Jonggi Pangihutan M., M. Soleh, Mirza Andreas, Mohamad Ir- fan, Muhamad Fauzi, Nurulia Juwita, Panca Syurkani, Raja Suhud V.H.M, Ramdani, Rommy Pujianto, Selamat Saragih, Sidik Pramono, Siswantini Suryandari, Sitriah Hamid, Sugeng Sumariyadi, Sulaiman Basri, Sumaryanto, Susanto, Syarief Oebaidillah, Thalatie Yani, Tu- tus Subronto, Usman Iskandar, Vini Mariyane Rosya, Wendy Mehari, Windy Dyah Indriantari, Zubaedah Hanum Biro Redaksi: Dede Susianti (Bogor) Eriez M. Rizal (Bandung); Kisar Rajagukguk (Depok); Firman Saragih (Karawang); Yusuf Riaman (NTB); Baharman (Palembang); Parulian Manulang (Pa- dang); Haryanto (Semarang); Widjajadi (Solo); Faishol Taselan (Surabaya) MICOM Asisten Kepala Divisi: Tjahyo Utomo, Victor J.P. Nababan Redaktur: Agus Triwibowo, Asnawi Khaddaf, Patna Budi Utami, Widhoroso, Yulius Martinus Staf Redaksi: Heni Rahayu, Hillarius U. Gani, Nurtjahyadi, Prita Daneswari, Retno Hemawati, Rina Garmina, Rita Ayuningtyas, Yulia Permata Sari, Wisnu Arto Subari Staf: Abadi Surono, Abdul Salam, Budi Haryanto, Charles Silaban, M. Syaifullah, Panji Arimurti, Rani Nuraini, Ricky Julian, Vicky Gus- tiawan, Widjokongko DIVISI TABLOID, MAJALAH, DAN BUKU (PUBLISHING) Asisten Kepala Divisi: Gantyo Koespradono, Jessica Huwae Redaktur: Agus Wahyu Kristianto, Lintang Rowe, Regina Panon- tongan Staf Redaksi: Adeste Adipriyanti, Arya Wardhana, Handi Andrian, Nia Novelia, Rahma Wulandari CONTENT ENRICHMENT Asisten Kepala Divisi: Yohanes S. Widada Periset: Heru Prasetyo (Redaktur), Desi Yasmini S Bahasa: Dony Tjiptonugroho (Redaktur), Aam Firdaus, Adang Is- kandar, Mahmudi, Ni Nyoman Dwi Astarini, Riko Alfonso, Suprianto ARTISTIK Redaktur: Annette Natalia, Donatus Ola Pereda, Gatot Purnomo, Marjuki, Prayogi, Ruddy Pata Areadi Staf Redaksi: Ali Firdaus, Ami Luhur, Ananto Prabowo, Andi Nursandi, Aria Mada, Bayu Aditya Ramadhani, Bayu Wicaksono, Briyan Bodo Hendro, Budi Setyo Widodo, Dedy, Dharma Soleh, Endang Mawardi, Fredy Wijaya, Gugun Permana, Hari Syahriar, Haris Imron Armani, Haryadi, Marionsandez G, M. Rusli, Muhamad Nasir, Muhamad Yunus, Nana Sutisna, Novi Hernando, Nurkania Is- mono, Permana, Putra Adji, Tutik Sunarsih, Warta Santosi Olah Foto: Saut Budiman Marpaung, Sutarman. PENGEMBANGAN BISNIS Kepala Divisi Marketing Communication: Fitriana Saiful Bachri Kepala Divisi Marketing Support & Publishing: Andreas Su- jiyono Asisten Kepala Divisi Iklan: Gustaf Bernhard R Perwakilan Bandung: Arief Ibnu (022) 4210500; Medan: Jo- seph (061) 4514945; Surabaya: Tri Febrianto (031) 5667359; Semarang: Desijhon (024) 7461524; Yogyakarta: Andi Yudhanto (0274) 523167; Palembang: Ferry Mussanto (0711) 317526, Pe- kanbaru: Bambang Irianto 081351738384.

Upload: vokien

Post on 29-May-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ADA pemandangan tidak lazim di sudut ruang tamu kediaman Adityo Dwi Purtanto.

Adapun sisi lainnya dipenuhi perabot antik. Di salah sudut ada lebih dari 100 boneka Barbie berje-jer rapi di balik lemari kaca.

Semakin letaknya ke atas, or-namen boneka asal Amerika Se-rikat (AS) itu semakin rumit. “Itu koleksi pertama saya, Barbie Red Hot Review, bahannya dari silk stone atau keramik,” ucap Didit, panggilan akrab Adityo, tentang Barbie yang dibeli tahun 2000 itu. Pemuda lulusan sekolah mode ESMOD itu lalu menunjuk koleksi lainnya, termasuk seri Fantasy of Goddest, yang menggambarkan dewi asal Asia, Amerika, hingga Afrika.

Mulai mengenal Barbie sejak SD dan menjadi kolektor sejak SMP, Didit kini sudah berhasil memiliki hingga Barbie gold label, yakni yang hanya ada 25 ribu buah di seluruh dunia. Selain di ruang tamu, Barbie juga berjejer di kamar tidur Didit.

Barbie gold label merupakan salah satu tipe Barbie edisi kolek-tor. Harganya? Jangan kaget, Bar-bie gold label dibanderol hampir Rp10 juta. Satu Barbie tipe ini, yakni seri Woman of Royalti, Marie Antoinette, ikut menghuni kamar Didit.

Pria yang bekerja sebagai asis-ten salah satu desainer top Jakarta

ini mengaku begitu menggilai wajah, pose, dan detail pakaian Barbie yang begitu nyata. Barbie juga wujud fantasinya akan sosok wanita yang sempurna.

Sejak kecil hingga kini, Barbie pun selalu menjadi acuannya setiap menggambar sketsa wajah. “Kalau desainer lain suka me-ngosongkan bagian muka, Didit malah akan menggambarnya dengan detail seperti Barbie,” tu-tur sang ibu, Utami Wibowo, yang setia menemani putra keduanya saat diwawancara, Rabu (7/12). “Kecantikan Barbie juga menjadi muse aku dalam mendesain,” tu-kas Didit.

Fanatisme akan suatu barang juga dengan mudah ditangkap pada diri Win Satrya. Koleksi pria berusia 30 tahun itu menyita ham-pir seluruh lantai dua rumahnya dan masih butuh gudang khusus untuk menyimpannya.

Jumlah designer toys Win ini su-dah lebih dari 20 ribu buah.

Designer toys berbentuk lebih abstrak dari mainan fi gure biasa dan jumlah per serinya pun hanya sekitar 100-150 buah.

“Dari kecil saya sudah suka mainan, awalnya mengoleksi ac-tion fi gure. Tapi nggak puas karena banyak yang punya,” tutur ayah dua anak ini.

Selain itu, menurut Win, designer toys seperti media fantasi yang sangat luas. Pasalnya, inspirasinya tidak hanya makhluk hidup, tapi juga benda apa pun, termasuk tetesan air.

Banyak designer toys milik Win merupakan hasil berburu saat ku-liah seni di AS. Namun, pria yang memfavoritkan mainan buatan Tiim Tsui dan Daminci dari Hong Kong ini juga tidak segan terbang langsung ke negara para desainer itu untuk menjemput mainan incarannya.

Harga designer toys yang men-capai Rp18 juta tidak jadi soal untuknya. Bahkan kegigihan Win berburu telah membuatnya mengenal langsung 90% pencipta koleksinya.

Harga terus naikDari sekadar memuaskan rasa

senang, barang koleksi kini juga menjadi investasi bagi Didit dan Win. Dengan jumlah yang ter-batas, harga koleksi-koleksi itu makin mahal seiring waktu.

Win menuturkan sebuah koleksi yang ia jual Rp1,3 juta naik ham-pir sepuluh kali lipat setahun berikutnya. Tidak mengherankan

jika para kolektor ini sangat hati-hati menyimpan koleksi mereka. Koleksi Win dan Didit bahkan banyak yang masih di dalam kardus, seakan belum tersentuh. “Barbie yang masih terbung-kus lebih tinggi harganya,” jelas Didit.

Di antara sesama kolektor juga terdapat persaingan untuk menda-patkan koleksi. Karena itu, Didit mengatakan sangat sedih jika tidak berhasil mendapatkan suatu koleksi yang diidamkan, terlebih jika langka.

Satu minggu sekali, bermodal-kan kemoceng dan kain pa nel, Didit membersihkan sendiri koleksi-koleksinya.

Sementara Win yang disebut sebagai kolektor designer toys terbanyak di Indonesia sempat menata koleksi yang beraneka ukuran itu berdasarkan seri atau tipe.(M-3)

[email protected]

MELIHAT Barbie yang terpajang di ruang tamu, orang tentu me-nebak kegemaran Didit didukung keluarganya. Nyatanya memang demikian.

Malah kebiasaan mengoleksi Barbie merupakan pengaruh sang ibu, Utami.

Saat Didit kecil, Utami telah mengoleksi beberapa Barbie. Ketika Didit mulai menjadi kolektor, Utami pun memberikan ‘subsidi’ untuk membeli Barbie.

Adapun sang ayah, diakui ibu dan anak yang suka mengobrol soal detail Barbie ini, memang sempat keberatan. “Om suka kesal kalau belinya terlalu banyak dan mahal. Tapi diterangkan ini bisa jadi aset, om pun ngerti,” cerita Utami. Ke-luarga ini juga menyadari Barbie berhubungan dengan profesi sang anak.

Namun, diakui Didit, kadang ada teman yang menganggapnya aneh. Tetapi dia tetap percaya diri bahwa Barbie bukan hanya untuk kaum hawa.

Kini malah Didit berhasil menu-larkan ‘virus’ Barbie pada banyak temannya. Keunikan sketsa Didit yang terinspirasi Barbie juga kerap

dipuji oleh desainer tempat ia bekerja.

Didit ditulari Barbie oleh sang ibu, tapi sebaliknya dengan Win. Lili Gunadi, ibunda Win, meski

memaklumi hobi anaknya akan mainan sejak kecil, sempat merasa terganggu. Jumlah mainan Win dirasa sudah terlalu banyak. Aneh-nya, setiap kali melihat mainan lucu

di toko, Lili juga tidak kuasa untuk tidak memberi tahu Win.

“Lama-lama saya ikutan suka setelah dijelaskan karakternya,” kata Lili.

Mainan designer toys memang dibuat dengan mimik dan bahasa tubuh seolah sedang melakukan se-suatu. Cerita singkat tentang mainan tersebut tertera pada bungkusnya.

Bukan saja sang ibu, Win juga telah menulari virus designer toys kepada banyak orang lewat toko mainannya di sebuah mal di ka-wasan Senayan, Jakarta.

Ya, sulitnya menemukan designer toys setelah kembali dari AS, ak h-irnya membuat Win membuka toko mainan jenis ini.

Lewat toko ini pula kemudian Win melebarkan hobinya meng-gambar menjadi seniman designer toys. Kini, Win juga sudah berhasil bekerja sama dengan damnilovein-donesia, yakni sebuah merek pakai-an dan aksesori dengan semangat nasionalisme.

Ia dipercaya brand yang salah sa-tunya dimiliki Daniel Mananta (VJ Daniel) itu untuk membuat patung mantan Presiden Soekarno dari bahan vinyl. (*/*/M-5)

BUAT sebagian orang, mengumpul-kan suatu barang hingga begitu ba-nyak mungkin aneh. Namun jangan lantas mengecap buruk.

Menurut psikolog klinis Personal Growth, Pustika Rucita, kegiatan mengoleksi barang dalam jumlah banyak masih berada dalam tahap yang wajar jika mempertimbangkan latar belakang dan manfaat hobi yang ditekuni.

“Kalau untuk memenuhi ke-sukaan, atau berbisnis, ya tidak apa-apa,” ujar psikolog yang akrab disapa Cita ini.

Sebaliknya, Cita menjelaskan, se-orang kolektor akan masuk ke tahap kurang normal jika telah mengabai-

kan beberapa hal demi mewujudkan keinginannya.

Beberapa batasannya, antara lain memaksakan diri secara fi nansial, cemas berlebihan jika tidak menda-patkan barang yang diinginkan, tidak bisa memikirkan hal lain selain koleksinya, dan tidak mempertim-

bangkan lagi manfaat barang yang dikoleksi.

Peran seseorang dalam kehidup-an sosial dikaitkan dengan hobi juga bisa menentukan sejauh mana ting-kat obsesi yang dia miliki. Sebagai contoh, mereka yang mengabaikan kewajiban sebagai mahasiswa atau karyawan demi memenuhi hasrat untuk berinteraksi dengan kolek-sinya.

Jika berada pada tahap ini, ke-biasaan mungkin berada di tahap tidak normal. “Yang jelas tidak bisa dicap langsung. Butuh follow up dan pendalaman tentang latar belakang si kolektor,” ujar lulusan Universitas Indonesia ini.

Sosiolog Evelyn Suleeman me-ngatakan barang yang dikoleksi memang bisa sangat beragam, mulai dari barang mewah hingga yang tampak tidak berharga. Evelyn mengaku seorang temannya bahkan menjadi kolektor kantong plastik dari berbagai negara.

Jenis barang yang dikoleksi me-mang sangat bergantung pada diri setiap orang karena pada dasarnya tujuannya ialah mencari kesenang-an. Dengan begitu, mengoleksi barang justru dapat membawa efek positif secara pribadi. Kesenangan yang sudah tersalurkan akan mem-beri rasa tenang pada kolektor itu sendiri.(*/M-5)

Wajar kalau Bermanfaat

INSPIRASI: Adityo D. Purtanto, kolektor boneka Barbie, merapikan koleksinya di rumahnya di Pondok Pinang, Jakarta Selatan, Rabu (7/12). Bukan sekadar untuk pemuas kesenangan, koleksi Barbie itu juga menjadi inspirasi pria lulusan sekolah mode ini.

JEDA 5MINGGU, 11 DESEMBER 2011

MI/ANGGA YUNIAR

BINTANG KRISANTI

Karena harga yang bisa naik berkali lipat, benda koleksi ini pun akhirnya juga

jadi investasi.

Melambungkan Fantasi lewat Mainan

Fanatisme yang Menular

Kalau untuk memenuhi kesukaan,

atau berbisnis, ya tidak apa-apa.”

Pustika Rucitapsikolog klinis Personal Growth

MI/RULLY FIRDAUS

MENJADI PRODUSEN: Kegemaran Win Satrya akan designer toys ikut menular pada keluarganya. Win pun kemudian tidak hanya mengoleksi, tapi juga menjadi penjual sekaligus produsen.

TERAWATI: Barbie harus terawat rapi agar harganya tetap tinggi.

MI/ANGGA YUNIAR

Telepon/Fax Layanan Pembaca: (021) 5821303, Tele-pon/ Fax Iklan: (021) 5812107, 5812113, Telepon Sirku-lasi: (021) 5812095, Telepon Distribusi: (021) 5812077, Telepon Per cetakan: (021) 5812086, Harga Langganan: Rp67.000 per bulan (Jabodetabek), di luar P. Jawa + ongkos kirim, No. Reke ning Bank: a.n. PT Citra Media Nusa Purnama Bank Mandiri - Cab. Taman Kebon Jeruk: 117-009-500-9098; BCA - Cab. Su dir man: 035-306-5014, Diterbitkan oleh: PT Citra Media Nusa Pur nama, Jakarta, Alamat Redaksi/Tata Usaha/Iklan/Sirkulasi: Kompleks Delta Kedoya, Jl. Pilar Raya Kav. A-D, Kedoya Se latan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat - 11520, Telepon: (021) 5812088 (Hunting), Fax: (021) 5812102, 5812105 (Redaksi) e-mail: [email protected], Per-cetakan: Media In do nesia, Jakarta, ISSN: 0215-4935, Web-site: www.mediaindo nesia.com,

DALAM MELAKSANAKAN TUGAS JURNALISTIK, WAR-TAWAN MEDIA INDONESIA DILENGKAPI KARTU PERS DAN TIDAK DI PERKENANKAN MENERIMA ATAU ME-MINTA IMBALAN DE NGAN ALASAN APA PUN

Pendiri: Drs. H. Teuku Yousli Syah MSi (Alm)Direktur Utama: Rahni Lowhur-SchadDirektur Pemberitaan: Saur M. HutabaratDirektur Pengembangan Bisnis: Alexander StefanusDewan Redaksi Media Group: Elman Saragih (Ketua), Ana Widjaya, Andy F.Noya, Bambang Eka Wijaya, Djadjat Sudra-djat, Djafar H. Assegaff, Laurens Tato, Lestari Moerdijat, Rahni Lowhur Schad, Saur M. Hutabarat, Sugeng Suparwoto, Suryo-pratomo, Toeti P. AdhitamaRedaktur Senior: Elman Saragih, Laurens Tato, Saur M. Hu-tabaratDeputi Direktur Pemberitaan: Usman KansongKepala Divisi Pemberitaan: Kleden SubanKepala Divisi Content Enrichment: Gaudensius SuhardiDeputi Kepala Divisi Pemberitaan: Abdul KoharSekretaris Redaksi: Teguh NirwahyudiAsisten Kepala Divisi Pemberitaan: Ade Alawi, Fitriana Siregar, Haryo Prasetyo, Ono Sarwono, Rosmery C.SihombingAsisten Kepala Divisi Foto: Hariyanto

Redaktur: Agus Mulyawan, Anton Kuste dja, Cri Qanon Ria Dewi, Eko Rahmawanto, Eko Suprihatno, Hapsoro Poetro, Henri Salomo Siagian, Ida Farida, Jaka Budisantosa, Mathias S. Brahmana, Mo-chamad Anwar Surahman, Sadyo Kristiarto, Santhy M. Sibarani, SoelistijonoStaf Redaksi: Adam Dwi Putra, Agung Wibowo, Ahmad Maulana, Ahmad Punto, Akhmad Mustain, Amalia Susanti, Andreas Timothy, Aries Wijaksena, Aryo Bhawono, Asep Toha, Asni Harismi, Basuki Eka Purnama, Bintang Krisanti, Christine Franciska, Cornelius Eko, Denny Parsaulian Sinaga, Deri Dahuri, Dian Palupi, Dinny Mu tiah, Dwi Tu pa ni Gunarwati, Edwin Tirani, Emir Chairullah, Eni Kartinah, Eri Anuge rah, Fardi an sah Noor, Fidel Ali Permana, Gino F. Hadi, Heru Prih mantoro, Heryadi, Iis Zatnika, Irana Shalindra, Irvan Si-hombing, Iwan Kurniawan, Jajang Su mantri, Jerome Eugene W, Jonggi Pangihutan M., M. Soleh, Mirza Andreas, Mo hamad Ir-fan, Muhamad Fauzi, Nurulia Juwita, Panca Syurkani, Raja Suhud V.H.M, Ramdani, Rommy Pujianto, Selamat Saragih, Sidik Pra mo no, Siswantini Sur yandari, Sitriah Hamid, Su geng Sumariyadi, Sulaiman Basri, Sumar yanto, Susanto, Syarief Oebaidillah, Tha latie Yani, Tu-tus Subronto, Usman Iskandar, Vini Mariyane Rosya, Wendy Mehari, Windy Dyah Indriantari, Zu baedah Hanum

Biro Redaksi: Dede Susianti (Bogor) Eriez M. Rizal (Bandung); Kisar Rajagukguk (Depok); Firman Saragih (Karawang); Yusuf Riaman (NTB); Baharman (Palembang); Parulian Manulang (Pa-

dang); Haryanto (Semarang); Widjajadi (Solo); Faishol Taselan (Surabaya)

MICOMAsisten Kepala Divisi: Tjahyo Utomo, Victor J.P. NababanRedaktur: Agus Triwibowo, Asnawi Khaddaf, Patna Budi Utami, Widhoroso, Yulius MartinusStaf Redaksi: Heni Raha yu, Hillarius U. Gani, Nurtjahyadi, Prita Daneswari, Retno Hemawati, Rina Garmina, Rita Ayuningtyas, Yulia Permata Sari, Wisnu Arto SubariStaf: Abadi Surono, Abdul Salam, Budi Haryanto, Charles Silaban, M. Syaifullah, Panji Arimurti, Rani Nuraini, Ricky Julian, Vicky Gus-tiawan, Widjokongko

DIVISI TABLOID, MAJALAH, DAN BUKU (PUBLISHING)Asisten Kepala Divisi: Gantyo Koespradono, Jessica HuwaeRedaktur: Agus Wahyu Kristianto, Lintang Rowe, Regina Panon-tongan Staf Redaksi: Adeste Adipriyanti, Arya Wardhana, Handi Andrian, Nia No velia, Rahma Wulandari

CONTENT ENRICHMENTAsisten Kepala Divisi: Yohanes S. WidadaPeriset: Heru Prasetyo (Redaktur), Desi Yasmini S Bahasa: Dony Tjiptonugroho (Redaktur), Aam Firdaus, Adang Is-

kandar, Mahmudi, Ni Nyoman Dwi Astarini, Riko Alfonso, Suprianto

ARTISTIKRedaktur: Annette Natalia, Donatus Ola Pereda, Gatot Purnomo, Marjuki, Prayogi, Ruddy Pata AreadiStaf Redaksi: Ali Firdaus, Ami Luhur, Ananto Prabowo, Andi Nursandi, Aria Mada, Bayu Aditya Ramadhani, Bayu Wicaksono, Briyan Bodo Hendro, Budi Setyo Widodo, Dedy, Dharma Soleh, Endang Mawardi, Fredy Wijaya, Gugun Permana, Hari Syahriar, Haris Imron Armani, Haryadi, Marionsandez G, M. Rusli, Muhamad Nasir, Muhamad Yunus, Nana Su tisna, Novi Hernando, Nurkania Is-mono, Permana, Putra Adji, Tutik Sunarsih, Warta Santosi

Olah Foto: Saut Budiman Marpaung, Sutarman.

PENGEMBANGAN BISNISKepala Divisi Marketing Communication: Fitriana Saiful BachriKepala Divisi Marketing Support & Publishing: Andreas Su-jiyonoAsisten Kepala Divisi Iklan: Gustaf Bernhard R Perwakilan Bandung: Arief Ibnu (022) 4210500; Medan: Jo-seph (061) 4514945; Surabaya: Tri Febrianto (031) 5667359; Semarang: Desijhon (024) 7461524; Yogyakarta: Andi Yu dhanto (0274) 523167; Palembang: Ferry Mussanto (0711) 317526, Pe-kanbaru: Bambang Irianto 081351738384.