mine p3br

37
PEMICU 3 BIOMEDIK 3 ROSSY TRIANA 405080029

Upload: maria-angelina-bunawan

Post on 24-Nov-2015

25 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

ff

TRANSCRIPT

  • PEMICU 3BIOMEDIK 3ROSSY TRIANA405080029

  • LEARNING OBJECTIVESMenjelaskan bakteri, virus, jamur, parasit penyebab diareMenyebutkan peran insekta sebagai vektor mekanik sumber penularanMenjelaskan antimikroba sebagai terapi causal. Antimikroba: antibiotik, antivirus, antijamur, antihelminth, antiamoebaMacam-macam terapi simptomatik untuk diare, antidiare, antipiretikCara pengambilan, penyimpanan, pegiriman spesimen tinja, serta menjelaskan hasil interpretasi pemeriksaan

  • CacingAscaris lumboidesTrichuris trichiuraStrongyloides stercoralisTrichinella spiralisDiphyllobothurium latumTaenia saginataProtozoaEntamaoeba histolyticaBalantidium coliGiardia lambliaIsosporaCryptosporidiumBakteriEscherichia Coli (ETEC,EIEC,EPEC) Salmonella Vibrio Cholerae ShigellaVirusRotavirus JamurCandida sp

  • Patogenesis diare oleh virusVirus yang masuk melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit infeksi dan kerusakan villi usus halus enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diarePatogenesis RotavirusRotavirus menginfeksi sel-sel dalam vili usus halus berkembang biak dalam sitoplasma eritrosit merusak mekanisme transport sel rusak masuk ke dalam lumen usus melepaskan virus (kemudian terdapat dalam tinja) gangguan penyerapan natrium dan absorpsi glukosaPerlu 3 8 minggu untuk perbaikan fungsi normal

  • Patogenesis diare oleh bakteriPatogenesis diare oleh bakteri mirip dengan patogenesis diare oleh virusBedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga dapat menyebakan reaksi sistemik

    Eschercia coli1. Enteropathogenic E.coli(EPEC)Terutama menyerang bayi dan anak-anak.Pada usus halus, bakteri ini membentuk koloni dan akan menyerang vili sehingga penyerapan terganggu.

  • 2. Enterotoxigenic E.coli(ETEC)Patogenesis hampir sama dengan kolera. (diare sekretorik)Penyerangan dengan menghasilkan toksin, ada yang memiliki toksin LT saja,ST saja ataupun keduanya.Bakteri ini melekat pada sel mukosa usus halus dan menyeksresikan toksin.3. Enteroinvasive E.coli(EIEC)Patogenesis hampir sama dengan Shigella spp.Bakteri ini menembus sel mukosa usus besar dan menimbulkan kerusakan jaringan mukosa sehingga lapisan mukosa terlepas.

    4. Enterohaemmoragic E.coli(EHEC)Memproduksi toksin Shiga, sehingga disebut juga Shiga-toxin producing strain(STEC).Toksin merusak sel endotel pembuluh darah, terjadi pendarahan yang kemudian masuk ke dalam usus.

    5. Enteroaggregative E.coli(EAEC)Bakteri ini melekat pada sel mukosa usus halus dan menghasilkanenterotoksin dan sitotoksin sehingga mukosa rusak dan mukus keluar bersama tinja

  • Diagnosis laboraturium :Diagnosis penyakit diare yang disebabkan E.coli masih sulit di lakukan secara rutin, karena pemeriksaan secara tradisional dan serologi sering kali tidak mampu mendeteksi kuman penyebabnya.Beberapa metode baru berdasarkan tes imunologi dan teknik hibriditasi DNA. Misalnya : tes Elisa (enzyme-linked-immunosorbent assay).Pengobatan :Kuman E.coli yang diisolasi dari infeksi di dalam masyarakat biasanya sensitif terhadap obat-obat antimikroba.

  • Salmonella Non TifoidHospes perantara : unggas, babi, hewan pengerat, hewan ternak, hewan peliharaanHospes definitif : manusiaCara infeksi: perlekatan pada sel inangpenetrasiToksinenzimantifagositikpatogenesiscara penularan: lalat, makanan dan minuman karena cuci tangan kurang bersih.Menyebabkan diare yg menyerupai disentri yang berupa air.Patogenesis: bakteri masuk ke dalam tubuh dibawa darah ke saluran cerna melalui infeksi usus halus dan usus besar.Ada dua tipe salmonella, S.anatum dan S. cholerae-suisS. anatum : infeksi usus asimptomatik dan jarang menginvasi aliran darahInvasi S. cholerae-sius : bakteremia dan infeksi metastatik.

  • Diagnosis laboraturium demam tifoidAda 3 metode untuk mendiagnosis penyakit demam tifoid yakni :a. diagnosis mikrobiologikb. diagnosis serologikc. diagnosis klinik

    Pengobatan & pencegahan :Antibiotika khloramfenikol masih dipakai sebagai obat standar.Untuk strain kuman yang sensitif terhadap khloramfenikol, antibiotik ini memberikan efek klinis paling baik dibandingkan obat lain.Perlu diketahui khloramfenikol memnpunyai efek toksik terhadap sumsum tulang.Antigen H dapat memberikan proteksi terhadap S.typhi.

  • KoleraVibrio kolera melekat pada epitel mukosa usus berlipat gandamemproduksi enterotoksin proteinterikat pada reseptor pada membran epitel ususmengaktivasi adenylate cyclaseinterferensi absorpsi dan ekskresi cairan & elektrolit.cara penyebarannya melalui pencemaran makanan atau air yang diminumDiagnosis laboraturium :Bahan pemeriksaan tinja /muntahanPerbenihanTes fermentasiPengobatan :Antibiotika tetrasiklin dapat mempersingkat masa pemberian cairan/rehidrasi.

    Shigellamengadakan penetrasi ke dalam mukosa usus halus untuk berkembang biak dan menyebabkan perdarahan & eksudasi.mengeluarkan neurotoksin yang dapat menyebabkan kejang, yang kadang-kadang dapat timbul sebelum diare tampak.kebanyakan dari Shigella bersifat menghilang dengan sendirinya

  • Patogenesis Jamur DiareCandida sp.Cara infeksi: kontakCara penularan: alam bebas, makananKuku : Candida mudah tertimbun dibawah kulit akibat garukan dari kulit yang terinfeksi jamur. Bawah dan sekitar kuku lembab faktor predisposisi. Kuku yang terkena dapat berubah warna seperti susu atau warna lain dan rapuh. Kadang-kadang permukaan kuku menimbul dan tidak rata.Selaput lendir: kandidiasis saluran cerna, gejala menyerupai sakit lambung, diare atau gangguan lain. Pada wanita dapat menimbulkan vaginitis. Gejala : gastritis (seperti perut kembung sampai terjadinya diare)

  • Parasit Penyebab DiareAscaris lumbricoidesHospes definitif: manusia Cara infeksi: aspirasiCara penularan: makananTempat hidup: cacing dewasa usus halusPatogenesis: Gejala timbul karena cacing dewasa dan larva. Larva: orang yang rentan perdarahan kecil pada dinding alveolus dan gangguan pada paru disertai batuk, demam dan eosinofiliaC.dewasa: gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan kurang, diare, atau konstipasi; berat: malabsorpsiInfeksi berat: malabsorpsi malnutrisiEfek serius: ketika cacing-cacing menggumpal dalam usus obstruksi usus (ileus)Diagnosis telur dalam tinja / cacing dewasa keluar melalui mulut atau hidung karena muntah maupun melalui tinja.Pengobatan Piperasin, Piramtelpamoat 10 mg/kg berat badan, dosis tunggal mebendazol 500 mg atau Albendazol 400 mg.

  • 2. Trichuris trichiura

    Hospes manusiaPatologi : cacing memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus trauma iritasi dan peradangan mukosa usus.Gejala klinis diare dengan syndrom disentri, anemia, berat badan turun, kadang disertai prolapsis rektumDiagnosis telur dalam tinjaPengobatan Albendazol 400 mg dosis tunggal dan Mebendazol 100 mg 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut.

  • 3. Strongyloides stercoralis

    Hospes manusiaDaur Hidup : telur masuk ke mukosa usus menetas menjadi larva rhabditiform rongga usus keluar bersama tinja.Gejala klinis Larva filariform menimbulkan kelainan kulit (creeping eruption) disertai gatal yang hebat. Cacing dewasa menimbulkan kelainan mukosa usus halus.Infeksi ringannya tidak menimbulkan gejala.Infeksi sedang menimbulkan rasa sakit di epigastrium tengah, mual, muntah, diare dan konstipasi yang saling bergantian.Diagnosis larva rhabditiform dalam tinja segar.Pengobatan Albendazol 400 mg 1-2kali sehari selama tiga hari. Mebendazol 100 mg 3kali sehari selama 2-4minggu.

  • 4. Trichinella spiralis

    Hospes manusia, babi, tikus, beruang, anjing, kucing, babi hutan dllPatologi dan Gejala klinis :Cacing dewasa invasi ke mukosa usus gejala:diare, mual,muntah, sakit perut. Larva di otot selama 7-28 hari sesudah infeksi gejala:myalgia dan miositis disertai demam, eosinifilia dan hypereosinofilia.Diagnosis mencari larva dalam darah dan otak pada hari ke 7-14 hari setelah infeksi, biopsi otot pada minggu ke 3-4 setelah infeksi.Pengobatan secara simptomatis untuk tanda dan gejala. Untuk menghilangkan cacingnya digunakan Mebendazol 100mg 2kali sehari selama beberapa hari.

  • 5. Diphyllobothurium latum

    Hospes definitif : manusia, reservoar : anjing, kucing, walrus/anjing laut, babi.Gejala klinis diare, tidak napsu makan, dan tidak enak di perut.Diagnosis telur atau proglotid dalam tinjaPengobatan Atabrin (dalam keadaan perut kosong) disertai Na-bikarbonat, dosis 0,5 gr 2 jam setelah obat diberikan sebagai pencahar magnesium sulfat 15 gr.Niklomacid 4 tablet (2 gram) dikunyah setelah makan hidangan ringan.Paromomisin 1 gram setiap 4 jam sebanyak 4 dosis.Prazikuantel dosis tunggal 10 mg/kg berat badan.

  • 6. Taenia saginata

    Hospes definitif (manusia), perantara (sapi, kerbau)Gejala klinis sakit ulu hati, perut tidak enak, mual, muntah, diare, pusing atau gugup.Diagnosis proglotid dalam tinja atau keluar spontan, telur dalam tinja atau usap anus.Pengobatan Obat lama : Kuinakrin, Amodiakuin, NiklosamidObat baru : Prazikuantel dan Albendazol

  • Protozoa Penyebab DiareEntamoeba HistolyticaHospes manusiaGejala klinis :Amebiasis intestinalAmebiasis kolon akut nyeri perut dan diare yang berupa tinja cair, berlendir atau berdarah dengan frekuensi 10kali sehari, demam, tidak napsu makanAmebiasis kolon menahun tidak enak perut, diare yang diselingi sembelit Amebiasis Extraintestinal bisa menimbulkan abses di hati, paru, dan otak.Pengobatan Obat pada lumen usus:Paromomisin setelah diberikan metronidazol atau tinidazolDiloksanid furoatIodoksinObat yang bekerja pada jaringan:Emetin hidrokloridaMetronidazolKlorokuin

  • 2. Balantidium coli

    Hospes babi, tikus, dan spesies kera, juga manusia.Gejala klinis diare disertai konstipasi, sakit perut,tidak napsu makan, dan muntah.Diagnosis tropozoit atau kista dalam tinja.Pengobatan Tetrasiklin (4x500mg/hari, selama 10 hari), Metronidazol (3x750 mg/hari).

  • 3. Giardia lamblia

    Hospes manusia, berang-berang, sapi, srigala, kucing , dan anjing.Gejala klinis rasa tidak enak perut, mual, tidak napsu makan, demam ringan, diare cair yang berbau busuk, perut kembung, dan kram perut.Diagnosis kista atau tropozoit dalam pemeriksaan tinja.Pengobatan Tinidazol (dosis tunggal 2 gram untuk orang dewasa,30-35mg/kg berat badan untuk anak-anak)Metronidazol (dewasa:3x250mg/hari selama 7hari, anak:3x5mg/kg berat badan selama 7hari)

  • 4. Izospora

    Hospes burung dan manusiaGejala klinis Infeksi ringan (tanpa gejala atau gejala usus ringan), Infeksi berat (diare, seator, sakit kepala, demam, malaise, nyeri abdomen, muntah, dehidrasi, berat badan turun)Diagnosis ookista(merah muda) dalam tinjaPengobatan bisa sembuh tanpa pengobatan, tetapi apabila perlu diberi kombinasi trimetroprim (160mg)dan sulfametoksazole (800mg) diberikan 4kali sehari 7-10hari.

  • 5. Cryptosporodium

    Hospes mamalia, burung, reptilGejala klinis diare tanpa darah, dehidrasi, nyeri di ulu hati, mual, muntah, anoreksia, dan demam ringan.Diagnosis ookista dalam tinjaPengobatan belum ditemukan antibiotik dan kemoterapi yang efektif.

  • PERANAN VEKTOR PENULAR DIARE1. Musca domestica- Penyakitnya : diare, disentri basilaris, amebiasis- Cara infeksi : melalui makanan & minuman yg terkontaminasi

    2. Periplaneta americana- Penyakitnya: amebiasis, lambliasis- Cara infeksi: melalui makanan & minuman yg terkontaminasi3. Parasarcophaga crassipalpis-Penyakitnya: disentri , amebiasis

  • Terapi CausalBakteri : Antibiotik, misalnya furazolidone, nifuroxazide dan paromomycin. E.Coli : Trimetoprim, Kotrimoksazol, SulfametoksazolSalmonella: Kloramfenikol, Ampisilin, KotrimoksazolKolera: Kloramfenikol, Furazolidon, KotrimoksazolShigella: ampisilin, KloramfenikolJamur :AmfoterisinCacing : Antelmintik, seperti piperasin, pyrantel embonate, mebendazole,albendazole, thiabendazole, dll.Protozoologi : Emetin hidroklorida, klorokuin, metronidazole, tetrasiklin & eritromisin (antibiotik), iodokuinolon, natrium antimonium glukonat, etilstibamin, diamidin, amfoterisin B, stilbamidin, spiramisin, trimetoprim+sulfometoksazol, dll.

  • Terapi simptomatikAntidiareLoperamid dan bismut subsalisilat digunakan untuk mengatasi diare yang tidak disertai panas dan tidak terdapat pus pada tinja.Obat-obat antikolinergik dan opiat sebaiknya dihindari jika penyebab diare adalah organisme enteroinvasif kolonisasi.Terapi cairanOralit diberikan untuk mencegah kematian karena dehidrasiTerapi cairan intravena untuk pasien dehidrasi berat (cth : pada kolera,shigella,rotavirus)Antipiretik hanya diberikan pada pasien diare yang disertai demam, cth : paracetamol dan acetosal.

  • Terapi simptomatik (pemberian obat)Antidiare : Preparat hidrofilik, cth : psilium, akan menyerap air dan meningkatkan konsistensi fesesPreparat antidiare opiat, cth : difenoksilat dan loperamid, membantu mengatasi diare sekretorik dengan intensitas ringan hingga sedang.Kodein atau tinctura opii digunakan untuk mengatasi diare sekretorik hingga intensitas berat. Kolestiramin digunakan untuk mengatsi diare yang disebabkan oleh malabsorpsi garam empedu

  • Antipiretik hanya diberikan pada pasien diare yang disertai demam, cth : paracetamol dan acetosalTerapi simptomatik (non obat) Istirahat cukup Makan setiap 3-4 jam

  • Pemeriksaan penunjang untuk diarePemeriksaan ini terbagi menjadi 2 antara lain:1.Pemeriksaan umum : Dijumpai penurunan berat badan terutama pada tirotoksikosis dan malabsorpsi. Anemia terutama pada colitis,penyakit Crohn usus halus.Demam menunjukkan adanya proses peradangan.2.Pemeriksaan khusus :Pemeriksaan abdomen tidak banyak membantu.Sewaktu mengadakan colok rektal diperhatikan adanya fisura dan fistula daerah perianal yang biasa dijumpai pada penderita diare kronik adalah rektosigmoidoskopi disertai pemeriksaan tinja secara makroskopis dan mikroskopis.

  • PEMERIKSAAN TINJAMakroskopis Pertama-tama harus memperhatikan keadaan tinja penderita secara makroskopis,di antaranya;apakah lembek atau cair,ada tidaknya lendir,bernanah,darah,mengandung lemak atau tidak. Contoh : tinja yang cair sering ditemukannya pada diare psikhogenik,fistula internal,intestin yang pendek akibat enterektomi,enteritis regionalis,enterokolitis

    Tinja berdarah lendir disertai tenesmi dan berbau anyir,biasanya ditemukannya pada disentri (basiler atau ambiasis),kolitis ulserosa,enteritis regionalis,tetapi jarang sekali pada karsinoma kolon sigmoid,divertikulitis koli,kolitis tuberkulosa,poliposis koli yang difus.Pada karsinoma kolon atau rekti,biasanya akan keluar darah segar berbau busuk,dan penderita merasa masih ada tinja (skibala) di dalam.Divertikulitis koli umumnya akan menimbulkan diare berdarah lendir tanpa disertai nanah dan jarang disertai tenesmi.

  • Mikroskopis

    Setiap penderita dengan diare kronis sebaliknya tinja mereka diperiksa secara mikroskopis.Pemeriksaan ini tidak hanya untuk melihat ada tidaknya lendir,lekosit,eritrosit,sisa makanan,tetapi juga harus memperhatikan macam kuman.Dengan ditemukannya banyak sisa makanan tanpa disertai lendir,lekosit dan eritrosit menunjukkan kelainan lambung sebagai penyebabnya.Demikian juga bila ditemukan banyak cacing aksaris atau oksiuris tanpa lekosit dan eritrosit,maka diarenya dapat disebabkan oleh helmentiasis.Pada pemeriksaan preparat langsung,bila ditemukan banyak lekosit dan eritrosit,dapat dijumpai pada penderita dengan disentri (basiler atau amubiasis),kolitis ulserosa,ileitis terminalis,enterokolitis,kolitis tuberkulosa,divertikulitis koli.

  • Oleh karena banyak penyebabnya, perlu sekali diamati benar-benar,dan bila ditemukan kuman entamuba histolitika,maka amubiasis sebagai penyebab diare kronis.Sebaliknya bila tidak ditemukan kuman tersebut harus dilakukan pembiakan untuk lebih memastikan.Bila ditemukan banyak sekali gelembung lemak tanpa atau sedikit disertai lekosit dan eritrosit,maka perlu sekali dilakukan tes terhadap lemak dan asam lemak,untuk menentukan macam sindroma melabsropsi. Pemeriksaan ini tidak hanya untuk melihat ada tidaknya lendir,lekosit,eritrosit,sisa makanan,tetapi juga harus memperhatikan macam kuman.Pada penderita ini,jumlah kadar lemak dalam tinja akan melebihi normalnya,yaitu lebih dari 6% dari seluruhnya berat tinja yang ditemukannya selama 24 jam.

  • CARA PENGAMBILAN, PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN SPESIMENAlat pengambilan :a. spatelb. anal swab : - spatel - lidi dan kapas sterilCara pengambilan :- spatel di tempelkan didaerah sekitar anus, telur cacing akan menempel pada perekatnya.- kemudian diratakan pada kaca benda dan di bubuhi sedikit toluol.- pemeriksaan dilakukan 3 hari berturut - turut

  • Cara penyimpanan :a.Media transport stuart mengandung agar 1/2 % indikatornya metilen biru.b.Alkali pepton phnya 8,5 alkalis untuk isolasi kuman fibrioc.Persemaian sel lenit enrichment Salmonella dan Shigella dari bahan tinja yang tercampur bakteri lain.Cara pengiriman :Dimasukkan ke dalam box pendingin.

  • Pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan darah): Pada proses peradangan terdapat peninggian LED tetapi pada kasus penyakit Crohn dan Kolitis kadang-kadang nilai LED normal.Pada malabsorpsi dan proses peradangan dapat terjadi anemia.Albumin merendah pada penyakit Crohn dan Coeliac.Pada malabsropsi dijumpai hipokalsemia dan avitaminosis D,peninggian masa protrombin.Cara Pengambilan Darah: Darah diambil 10 ml dari darah vena, dimasukkan dalam tabung steril berisi antikoagulan, atau dapat juga di sisi pembaringan pasien, darah langsung diinokulasikan pada medium agar bernutrisi kompleks atau kaldu bernutrisi(10 ml darah/50 ml medium).Pemeriksaan serologik tanpa diberi koagulan.Darah juga dapat di ambil dengan spuit steril sebanyak 5 ml darah vena.

  • Diagnosis etiologi dari diareBila diare menetap,dilakukannya pemeriksaan mikroskopik tinja untuk :Mencari sel-sel,lendir,lemak dan bahan lainnya.Menemukannya darah dan bahan tertentu yang menyebabkan diare osmotik. Mencari organisme infeksius,termasuk bakteri tertentu,amuba dan giardia. Bila secara sembunyi-sembunyi mengkonsumsi pencahar,maka pencahar yang diminum bisa ditemukan dalam contoh tinja. Untuk memeriksa lapisan rektum dan anus dapat dilakukan sigmoidoiskopi.Kadang-kadang perlu dilakukan biopsi (pengambilan contoh lapisan rektum untuk pemeriksaan mikroskop).Selain itu diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik,pemeriksaan darah dilakukannya untuk mengetahui kadar elektrolit dan jumlah sel darah putih.Untuk mengetahui organisme penyebabnya dilakukan pembiakan terhadapnya contoh tinja.

    *****