milk cleanser

Upload: dyah-ayu

Post on 07-Jul-2018

1.056 views

Category:

Documents


66 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    1/51

    1

    MAKALAH PRAKTIKUM

    TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID

    Formulasi Milk Cleanser 

    Disusun Oleh:

    Kelompok VIII Kelas G (Jumat Siang)

    Dyah Ayu Ratna Y. 1306377404

    Khusnul Khotimah 1306377272

    Putu Dewi Pramesti 1306405420

    Ratna Sulistiarini 1306376502

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK

    2016

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    2/51

    2

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

    atas limpahan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum

    teknologi sediaan semi solid dan liquid ini. 

    Adapun penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata

    kuliah praktikum teknologi sediaan semi solid dan liquid. Di samping itu,

     penyusunan makalah ini dimaksudkan pula untuk memperkaya wawasan tim

     penyusun maupun pembaca lainnya mengenai cara pembuatan sediaan semi solid

    dan liquid, khususnya milk cleanser .

    Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Iskandarsyah, M.S.

    (dosen pembimbing dalam praktikum teknologi sediaan semi solid dan liquid),

    atas bantuan saran dan masukan dalam penyusunan makalah ini. Terimakasih juga

     penulis ucapkan kepada laboran di laboratorium serta asisten laboratorium, orang

    tua kami tercinta dan teman-teman serta semua pihak yang telah membantu terkait

    dalam pembuatan milk cleanser  dan makalah ini.

    Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam segi isi

    maupun penulisan makalah ini. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan

    kritik dan saran yang bersifat membangun dari segenap pembaca.

    Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini dapat berguna dan

     bermanfaat bagi semua pihak. Sekaligus sebagai sumber ilmu pengetahuan dan

     bahan rujukan untuk pembuatan sediaan semi solid dan liquid yang lain.

    Depok, Maret 2016

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    3/51

    3

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

    DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

    BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

    1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................... 2

    1.3 Rumusan Masalah .................................................................................. 2

    1.4 Metodologi Penulisan ............................................................................ 2

    1.5 Sistematika Penulisan. ........................................................................... 2

    BAB II LANDASAN TEORI  ................................................................................. 4

    2.1 Kondisi Kulit .......................................................................................... 4

    2.2 Kosmetik, Pembersih Wajah, dan Penggolongannya ............................ 5

    2.3 Milk Cleanser. ........................................................................................ 8

    BAB III PRAFORMULASI .................................................................................... 13

    3.1 Monografi Bahan ................................................................................... 13

    3.2 Alasan Pemilihan Bahan ........................................................................ 18

    BAB IV FORMULASI ........................................................................................... 21

    4.1 Rancangan Formulasi............................................................................. 21

    4.2 Perhitungan Bahan ................................................................................. 21

    4.3 Alat dan Bahan. ...................................................................................... 22

    4.4 Cara Pembuatan. .................................................................................... 23

    BAB V EVALUASI  ................................................................................................. 25

    5.1 Evaluasi Fisik ......................................................................................... 25

    5.2 Evaluasi Kimia ....................................................................................... 29

    BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN  ................................................................ 30

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    4/51

    4

    6.1 Hasil ....................................................................................................... 30

    6.2 Pembahasan............................................................................................ 38

    BAB VII KEMASAN DAN LABELING  .............................................................. 44

    7.1 Kemasan dan Labelling.......................................................................... 44

    BAB VIII PENUTUP ............................................................................................... 47

    8.1 Kesimpulan ........................................................................................... 47

    8.2 Saran ...................................................................................................... 47

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 48

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    5/51

    5

    BAB I 

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Manusia sudah mengenal kosmetik sejak berabad-abad yang lalu. Pada

    abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yakni selain untuk

    kecantikan juga untuk kesehatan. Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang

    dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,

    rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut

    terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau

    memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik

    (BPOM, 2003).

    Salah satu sediaan kosmetik yang banyak dijumpai di masyarakat adalah

    sediaan kosmetik dalam bentuk krim. Krim merupakan suatu sediaan berbentuk

    setengah padat mengandung satu atau lebih bahan kosmetik terlarut atau

    terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai, berupa emulsi kental W/O atau emulsi

    O/W ditujukan untuk pemakaian luar. Pada umumnya kosmetika dibuat dalam

     bentuk sediaan emulsi O/W karena lebih enak dipakai, cepat menyebar ke

     permukaan kulit, lebih mudah dibuat, dan juga harga yang lebih murah. Yang

    diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak (water in oil, W/O), seperti

     penyegar kulit dan minyak dalam air (oil in water, O/W), seperti susu pembersih

    (milk cleanser ).

     Milk cleanser merupakan sediaan kosmetika yang digunakan dengan

    maksud menghilangkan kotoran yang larut dalam air maupun yang larut dalam

    minyak. Oleh karena itu, untuk mengetahui dan memahami tahapan-tahapan

    dalam pembuatan milk cleanser , pada makalah ini penulis akan mencobamembahas mengenai milk cleanser   dari formulasi yang digunakan, cara

     pembuatan, hingga evaluasi sediaan tersebut.

    1.2 Tujuan Penulisan

    Makalah ini dibuat dengan tujuan adalah untuk menginformasikan atau

    menjelaskan mengenai formulasi milk cleanser   meliputi studi praformulasi,

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    6/51

    6

     perhitungan bahan, cara kerja, evaluasi, serta pengemasan hasil produk milk

    cleanser ini.

    1.3 Rumusan Masalah

    Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah menentukan

    formulasi sediaan milk cleanser   yang tepat, terkait dengan eksipien yang

    digunakan disertai alasan pemilihan, komposisinya, perhitungan bahan, cara kerja,

    dan evaluasinya. Diharapkan didapatkan formula sediaan milk cleanser   yang

    diinginkan, yaitu stabil dan dapat diaplikasikan di wajah.

    1.4 Metode Penulisan

    Metode penulisan makalah ini yaitu dengan metode studi pustaka. Data

    yang dijabarkan di dalam makalah ini diperoleh dari sumber pustaka berupa

     jurnal-jurnal ilmiah, buku, dan artikel di internet yang terpecaya.

    1.5 Sistematika Penulisan

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1 

    Latar Belakang

    1.2 Tujuan Penulisan

    1.3 Rumusan Masalah

    1.4 

    Metode Penulisan

    1.5 Sistematika Penulisan

    BAB 2 LANDASAN TEORI

    2.1 Kondisi Kulit

    2.2 Pembersih Wajah dan Penggolongannya

    2.3 Milk Clenaser

    BAB 3 PRAFORMULASI

    3.1 Monografi Bahan

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    7/51

    7

    3.2 Alasan Pemilihan Bahan

    BAB 4 FORMULASI

    4.1 Rancangan Formulasi

    4.2 Perhitungan Bahan

    4.3 Alat dan Bahan

    4.4 Cara Pembuatan

    BAB 5 EVALUASI

    5.1 Evaluasi Fisik

    5.2 Evaluasi Kimia

    BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

    6.1 Hasil

    6.2 Pembahasan

    BAB 7 KEMASAN

    7.1 Kemasan dan Labelling

    BAB 8 PENUTUP

    8.1 Kesimpulan

    8.2 Saran

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    8/51

    8

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Kondisi Kulit

    Kulit manusia merupakan lapisan terluar manusia yang melindungi dari

    lingkungan luar. Kulit merupakan bagian organ tubuh manusia yang memiliki

    fungsi memproteksi manusia dari pathogen dan bahaya dari luar. Kulit manusia

    terdiri atas beberapa lapisan pelindung. Sel keratin yang dimiliki kulit berfungsi

    melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia. Selain itu,

    lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi.

    Bagian lain yang juga berfungsi sebagai pelindung adalah sebum. Sebum yang berminyak yang berasal dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari

    kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi untuk membunuh

     bakteri pada permukaan kulit.

    Epidermis merupakan lapisan kulit teratas yang melindungi tubuh dari

    kontak dengan lingkungan luar. Epidermis terdiri atas beberapa lapisan stratum

    antara lain stratum korneum yang terdiri atas lapisan sel mati yang terus menerus

    mengelupas; stratum lucidum yang terdiri atas 2-3 lapis sel dengan inti yang tidak

    tampak; stratum granulosum yang memiliki lapisan keratohyalin; stratum

    spinosum dengan sel-sel yang berebentuk poligonal dengan inti yang berentuk

     bulat panjang; dan stratum basale yang mengandung melanosit yang bertugas

    dalam memproduksi melanin. Setelah epidermis terdapat lapisan dermis yang juga

    disebut corium atau cutis vera. Terdiri atas jaringan yang rapat dan berhubungan

    dengan saraf, pembuluh darah, limfe, kelenjar keringat dan kelenjar lemak.

    Lapisan terdalam yakni subkutan yang terdiri atas jaringan ikat dan merupakan

    lanjutan dari dermis. Di dalamnya terdapat liposit-liposit yang dapat menyimpan

    lemak.

    Secara normal kulit dilapisi oleh sebuah lapisan lemak yang sangat tipis.

    Lapisan ini berfungsi melembutkan kulit, mencegah masuknya mikroorganisme

    dan secara tidak langsung menghambat penguapan air. Bila lapisan ini terbuang,

    maka air dan zat-zat yang terkandung di dalamnya juga akan meninggalkan

     jaringan sehingga sifat hidrofilik dan elastisitas kulit akan hilang.

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    9/51

    9

    Kulit yang sehat dilindungi dari kekeringan oleh zat-zat larut dalam air

    yang terdapat dalam kulit seperti asam amino, polipeptida, pentosa, kolin, dan

    ion-ion anorganik dan deribat-derivat asam fosfat. Zat-zat ini dapat terbuang

    melalui proses berkeringat dan pada waktu mencuci, jika tidak dilindungi oleh

    lapisan lipid yang melapisi permukaan kulit.

    Kulit kering disebabkan oleh dua hal, pertama terlalu banyak lemak pada

     permukaan kulit yang terbuang kedua adalah terlalu banyak terjadinya penguapan

    air dari permukaan kulit. Dari kedua hal tersebut yang paling berpengaruh

    terhadap kekeringan kulit adalah kehilangan air (dehidrasi).

    Gambar 1. Penampang Kulit

    2.2 Pembersih Wajah dan Penggolongannya

    Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan

     pada bagian luar tubuh manusia seperti pada epidermis, rambut, kuku, bibir dan

    organ genital bagian luar, atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk

    membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau

     badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM, 2003).

    Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk

    kebersihan pribadi, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang,

    mencegah penuaan, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi

    dan faktor lingkungan yang lain, meningkatkan daya tarik melalui make-up, dan

    secara umum, membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup. Salah

    satu sediaan kosmetik yang banyak dijumpai di masyarakat adalah sediaan

    kosmetik dalam bentuk krim.

    Penggolongan kosmetik berdasarkan kegunaan bagi kulit antara lain :

    a)  Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetic).

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    10/51

    10

     b)  Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser ), misalnya sabun, susu

     pembersih wajah, dan penyegar kulit ( freshner ).

    c)  Kosmetik untuk melembabkan kulit (mouisturizer ), misalnya mouisterizer

    cream, night cream. 

    d)  Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen

     foundation, sun block cream/lotion.

    e)  Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit ( peeling), misalnya

    scrup cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai

     pengampelas (abrasiver ).

    Pada makalah ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai kosmetik untuk

    membersihkan kulit (cleanser ). Pembersihan kulit dilakukan untuk mengeluarkan

     berbagai zat yang tidak berguna lagi yang terdapat pada permukaan kulit, minyak

     pada permukaan kulit, sel keratin epidermal yang sudah terlepas dan kosmetika

    lama yang masih menempel di permukaan kulit. Namun tindakan pembersihan

    tersebut bukan berarti harus membersihkan seluruh zat yang ada, karena ada zat

    yang tetap diperlukan untuk kulit agar kulit tetap sehat, seperti lapisan lemak

     permukaan kulit. Pada kulit yang sehat, lapisan lemak kulit akan segera terbentuk

    kembali 15 - 30 menit setelah dibersihkan, tetapi pada orang yang kulitnya kurang

    sehat atau sudah menua diperlukan waktu yang lebih lama untuk membentuk

    kembali lapisan lemak permukaan kulit yang berguna untuk perlindungan kulit

    secara alamiah. Berdasarkan bahan dasar yang dikandung ada 4 macam kosmetika

     pembersih kulit:

    1. 

    Pembersih Dengan Bahan Dasar Air

    Air adalah pelarut yang baik untuk sebagian besar zat / kotoran

    yang menempel pada kulit. Air mudah didapat dan murah harganya

    sehingga penggunaan dalam kosmetika cukup efektif dan efisien. Oleh

    karena itu setiap tindakan pembersihan kulit, membersihkan dengan air

     biasanya dilakukan pada awal dan akhir tahap pembersihan. Namun

     pembersihan kulit dengan air di rasa kurang estetis maka ditambahkan

    wangian air mawar, penyegar dan alkohol. Pembersihan dengan bahan

    dasar air mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungannya

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    11/51

    11

    adalah air dapat melunakkan lapisan tanduk sehingga mudah dibersihkan,

    tidak toksik, tidak menimbulkan efek samping, murah harganya dan

    mudah didapat. Kerugiannya tidak dapat membersihkan seluruh kotoran

    yang melekat pada kulit, tidak dapat membersihkan jasad renik, bukan

     pembersih kulit yang baik. Oleh karena itu pembersih dengan bahan dasa

    air sering di tambah alkohol 20 - 40 %.

    2.  Pembersih Dengan Bahan Dasar Minyak

    Pembersihan kulit dengan air saja, kurang bersih karena ada zat

    yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu dilakukan pembersihan dengan

     bahan dasar lain seperti minyak atau campuran air minyak (krim). Minyak

    merupakan bahan pembersih yang mempunyai beberapa kelebihan yaitu

    dapat membersihkan kotoran yang larut dalam minyak dan tidak

    menyebabkan kulit kering dan kasar. Kekurangan minyak sebagai

     pembersih yaitu lebih mahal, lebih lengket dan terasa panas karena

    menutupi pori-pori. Minyak yang tersisa waktu pembersihan (petrolatum,

    mineral oil) tidak dapat menggantikan minyak permukaan kulit karena

    rumus kimianya tidak sama. Minyak sebagai pembersih yaitu campuran

     berbagai minyak seperti minyak zaitun, minyak mineral, malam,

     petrolatum.

    3.  Pembersih Dengan Bahan Dasar Campuran Minyak - Air (Krim)

    Krim pembersih adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk

    maksud menghilangkan kotoran yang larut dalam air maupun yang larut

    dalam minyak. Ada 2 macam krim yaitu A/M dan M/A. Pada umumnya

    kosmetika dibuat dalam bentuk sediaan emulsi M/A karena alasan harga

    yang lebih murah, lebih mudah dibuat, lebih enak dipakai karena tidak begitu lengket, lebih cepat menyebar ke permukaan kulit dan lebih dingin.

    Pada krim A/M yang cepat menyebar dan cepat menghilang dari

     pandangan disebut sebagai vanishing cream. Pada krim yang komponen

    air jauh lebih banyak dari minyak sehingga bentuk krim menjadi lebih cair

    disebut susu pembersih (milk cleanser ).

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    12/51

    12

    4.  Pembersih Dengan Bahan Dasar Padat

    Bahan dasar padat digunakan sebagai pembersih bila mampu untuk

    mengabsorbsi kotoran yang ada di kulit. Oleh karena itu pemakaiannya

    dalam kosmetika sebagai pelengkap dari kosmetika pembersih lainnya.

    Ada 2 macam pembersih padat yaitu:

    1. 

    Berbentuk bubuk padat yang langsung dapat mengabsorbsi

    kotoran cair.

    2.  Berbentuk krim /larutan berisi bahan padat dan cair yang

    mudah menguap sehingga setelah dipakai bentuk padat tersisa

     pada kulit, merupakan salah satu bentuk masker pembersih

    (cleansing mask/beauty mask). 

    2.3 Milk Cleanser 

     Milk Cleanser merupakan jenis pembersih dengan bahan dasar campuran

    minyak-air dan merupakan bentuk aplikasi dari sediaan lotion. Menurut

    Farmakope Indonesia edisi ketiga, lotion adalah sediaan cair berupa suspensi atau

    dispersi yang digunakan sebagai obat luar. Dapat berbentuk suspensi zat padat

    dalam bentuk serbuk halus dengan bahan pensuspensi yang cocok atau emulsi tipe

    minyak / air dengan surfaktan yang cocok. Lotion merupakan suatu emulsi

    sehingga dapat didefinisikan sebagai sistem heterogen yang biasanya terdiri dari

    dua cairan yang tidak bercampur. Emulsi tersusun atas tiga komponen utama,

    yaitu:

    a)  Fase terdispersi, zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil ke

    dalam zat cair lain (fase internal).

     b)  Fase pendispersi, zat cair yang berfungsi sebagai bahan dasar

    (pendukung) dari emulsi tersebut (fase eksternal).c)  Emulgator, zat yang digunakan dalam kestabilan emulsi.

    Pada umumnya, emulsi terdiri dari beberapa tipe, sebagai contoh jika

    campuran terdiri dari droplet minyak yang terdispersikan dalam air, itu berarti

    emulsi yang terbentuk adalah emulsi oil-in-water (O/W). Sifat emulsi tipe O/W

    adalah mudah terbasahi dan tidak berminyak. Sedangkan apabila droplet air yang

    terdispersikan dalam minyak itu berarti emulsi yang terbentuk adalah emulsi

    water-in-oil (W/O).

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    13/51

    13

    Dalam keadaan yang kurang baik, emulsi dapat mengalami inversi fasa

    dan ketika itu terjadi, emulsi tipe o/w bisa berubah menjadi emulsi tipe w/o.

    Secara teoritis, fase terdispersi dalam suatu emulsi hanya bisa maksimal 74%

    dalam fase volumenya. Jika lebih dari 74% maka keadaan emulsi akan menjadi

    terbalik. Selain itu, inverse emulsi bisa terjadi karena perubahan temperature.

    Gambar 2. (a) Emulsi O/W (b) Emulsi W/O

    Suatu milk cleanser yang baik harus memiliki pH yang sesuai dengan pH

    kulit yakni 4,5-6,5. Walaupun demikian, kulit memiliki kapasitas buffer yang

    dapat mengembalikan pH dari sediaan yang lebih asam atau lebih basa dari pH

    kulit sehingga sesuai dengan pH kulit. Namun, sedapat mungkin diusahakan

     bahwa sediaan yang dioleskan ke kulit memiliki pH sedekat mungkin dengan

    range pH tersebut. Viskositas dari suatu milk cleanser  juga harus diperhatikan,

    karena lotion yang terlalu encer atau terlalu kental akan menyulitkan

     pemakaiannya pada kulit. Hal lain yang juga penting adalah kestabilan milk

    cleanser .  Milk cleanser yang mudah pecah tentu tidak akan disukai oleh

    konsumen. Maka harus dipastikan bahwa milk cleanser tersebut stabil dalam

     jangka waktu yang lama setidaknya 12-18 bulan. Faktor lain yang tidak kalah

     penting adalah tekstur milk cleanser  yang dihasilkan. Tekstur milk cleanser  harus

    menimbulkan rasa lembut, segar, tidak lengket, dan tidak berminyak. Sehingga

    timbul kenyamanan konsumen dalam menggunakannya.

    Untuk mendapatkan lotion yang baik, diperlukan formula lotion yang

    mengandung bahan-bahan yang cocok dengan konsentrasi yang sesuai. Adapun

     persyaratan yang harus dipenuhi agar didapatkan milk cleanser yang baik adalah:

    - mudah dioleskan merata pada kulit

    - mudah dicuci bersih dari daerah lekatan

    - tidak berbau tengik

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    14/51

    14

    - tidak mengiritasi kulit

    - bebas partikulat keras dan tajam

    - tidak menodai pakaian

    Untuk mendapatkan milk cleanser yang baik, diperlukan formula milk

    cleanser   yang mengandung bahan-bahan yang cocok dengan konsentrasi yang

    sesuai. Adapun bahan-bahan yang umum digunakan pada formulasi milk cleanser

    adalah:

      Emolien

    Merupakan suatu bahan yang jika dioleskan pada lapisan kulit

    yang kering akan melembutkan lapisan tersebut dengan cara melumasinya

    sehingga mengurangi penguapan air yang terjadi pada kulit. Contoh:

    Lanolin dan derivatnya, sterol, phospolipid, hidrokarbon, asam lemak dan

    lain-lain.

      Barrier agent

    Berfungsi sebagai pelindung kulit dan juga ikut mengurangi dehidrasi.

    Contoh: asam stearat, bentonit, seng oksida, titanium oksida, tragakan dan

    lain-lain.

     

    Healing agent

    Berfungsi menyembuhkan kulit yang retak-retak atau pecah-pecah.

    Contoh: allantonin, urea, asam urea.

      Humektan

    Merupakan bahan yang mengatur pertukaran cairan antara milk cleanser  

    dengan udara, pada milk cleanser sendiri maupun setelah dipakai pada

    kulit. Contoh: gliserol, proplienglikol, sorbitol.

     

    Pengental dan pembentuk film

    Contoh: gum, veegum, karbopol, polivinilpirolidon.

      Surfaktan

    Berfungsi menurukan tegangan batas antara minyak dan air sehingga

    minyak dapat bersatu dengan air. Emulsifier yang biasa digunakan dalam

    formulasi milk cleanser dibagi menjadi tiga jenis, antara lain:

    a)  Anionik

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    15/51

    15

    Emulsifier golongan ini digunakan secara luas pada formulasi milk

    cleanser . Bahkan dikatakan sekitar 75% dari lotion dan krim yang beredar

    dipasaran mengandung emulsifier dari golongan ini. Contoh: trietanolamin

    stearat, natirum lauril sulfat.

     b)  Kationik

    Emulsifier golongan ini belum digunakan secara luas pada formulasi krim

    maupun lotion. Contoh: alkil dimetil benzil amonium klorida, piridinium

    klorida, setil piridinium klorida.

    c) 

     Nonionik

    Emulsifier ini dapat dikombinasikan dengan emulsifier nonionik lainnya

    atau dengan emulsifier ionik. Karena sifat yang yang tidak terionkan

    sehingga dapat tercampur dengan baik dan menghasilkan emulsifier yang

    diinginkan.

    Contoh: gliseril monostearat, sorbitan monostearat, polioksietilen stearat.

      Pengawet

    Mengingat setiap sediaan yang disertai dengan kadar air dan kelembaban

    yang cukup dapat menjadi media yang baik bagi pertumbuhan mikroba,

    maka kedalam kosmetik termasuk milk cleanser umumnya diberi

    tambahan pengawet. Adapun fungsi pengawet pada sediaan adalah untuk

    memastikan atau menghambat pertumbuhan mikroba terutama yang

     patogen. Tujuan mengawetkan sediaan adalah untuk memperpanjang daya

    simpan sediaan terebut dengan jalan memperlambat atau menghambat

    terjadinya penguraian akibat mikroba. Selain itu penggunaan pengawet

     juga dimaksudkan untuk meningkatkan mutu higienitas sediaan. Contoh:

    Asam benzoat, metil paraben, propil paraben dan lain-lain.  Parfum

    Merupakan hal penting karena dapat meningkatkan ketertarikan konsumen

    terhadap sediaan lotion yang dihasilkan. Parfum yang digunakan harus

     bebas dari efek iritasi. Pewangi ini harus mampu menutupi bau tidak enak

    yang berasal dari bahan atau bau tengik yang mungkin muncul selama

     penyimpanan. Parfum harus stabil dan dapat bercampur dengan bahan lain

    dalam lotion.

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    16/51

    16

      Zat warna

    Pemakaian zat warna juga harus diperhatikan, karena merupakan salah

    satu faktor yang dipertimbangkan konsumen saat memilih sediaan lotion.

    Zat warna yang dipakai seharusnya relevan dengan wangi yang digunakan

     pada sediaan agar dapat meningkatkan estetika sediaan. Contoh: FD&C

    Red No.1, FD&C Blue No.4, D&C Yellow No.5, D&C Green No.5, dan

    lain-lain.

    Tidak semua bahan-bahan diatas harus ada dalam formulasi sediaan milk

    cleanser , seperti halnya barrier agent dan healing agent yang hanya ada pada milk

    cleanser tertentu saja.

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    17/51

    17

    BAB III

    PRAFORMULASI

    3.1. Tinjauan Pustaka

    A. 

    Paraffin liquid ( Mineral oil) 

    Organoleptis : cairan kental yang tidak bewarna, transparan, dan tidak berasa

    Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol (95%), gliserin, dan air; larut dalam

    aseton, benzene, kloroform, karbon disulfide, eter, dan petroleum

    eter

     Nilai HLB : 10

    Fungsi : emollient, stabilizer  

    Konsentrasi fungsional: emulsi topikal 1.0 – 32.0%, lotio topical 1.0 – 20.0%

    B.  Asam stearat

    Rumus empiris: C18H36O2

    Gambar 3. Struktur kimia asam stearat

    Berat molekul : 284.47

    Organoleptis : serbuk putih atau hampir putih

    Kelarutan : larut dalam etanol (95%), heksan, dan propilen glikol; tidak larut

    dalam air

    Titik leleh : 69 –  70 °CDensitas : 0.980 g/cm3

     Nilai HLB : 15

    Fungsi : emulgator

    Konsentrasi fungsional : 1-20%

    Inkompatibilitas: inkompatibel dengan metal hydroxides, agen pereduksi, dan

    agen pengoksidasi

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    18/51

    18

    C.  Setil alkohol

    Rumus empiris: C16H34O

    Gambar 4. Struktur kimia setil alkohol

    Berat molekul : 242.44

    Organoleptis : berupa serbuk, putih atau hampir putih

    Kelarutan : praktis tidak larut dalam air; bila dilelehkan, larut dalam parrafin

    liquid

    Titik leleh : 45 - 52 °C

    Densitas : 0.908 g/cm3

     Nilai HLB : 15.5

    Fungsi : emulgator

    Konsentrasi fungsional: 2-5%

    Inkompatibilitas : dengan agen pengoksidasi kuat

    Penyimpanan : stabil dengan keberadaan asam, alkali, cahaya, dan udara,simpan di wadah tertutup rapat di tempat yang kering dan sejuk

    D.  Tween 80 (polisorbat 80)

     Nama kimia : Polyoxyethylene 20 sorbitan monooleate

    Gambar 5. Struktur kimia Tween 80

    Rumus empiris : C64H124O26

    Berat molekul : 1310

    Organoleptis : polisorbat memiliki rasa sedikit pahit; warna fisik terbentuk pada

    suhu 25˚C; polisorbat 80 berupa caira berminyak berwarna kuning

     pada suhu 25˚C

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    19/51

    19

    Kelarutan : larut dalam etanol dan air; tidak larut dalam mineral oil dan

    minyak nabati

    Titik leleh : 45 - 52 °C

     pH : 6.0 – 8.0 untuk 5% w/v aqueous solution

     Nilai HLB : 15

    Fungsi : emulgator

    Konsentrasi fungsional: 1-10%

    Inkompatibilitas : perubahan warna dan atau pengendapan terjadi dengan

    keberadaan fenol, tannin, dan tar. Polisorbat dapat mereduksi

    aktivitas antimicrobial dari metil paraben.

    Penyimpanan : stabil terhadap elektrolit dan asam lemah dan basa lemah;

    saponifikasi bertahap terjadi dengan adanya asam kuat dan

     basa kuat. Simpan di wadah tertutup rapat, terlindung dari

    cahaya, ditempat yang sejuk dan kering

    E.  α-Tocopherol (Vitamin E)

    Rumus empiris : C29H50O2

    Gambar 6. Struktur kimia α-Tocopherol (Vitamin E)

    Berat molekul : 430.7

    Organoleptis : berupa cairan kental berminyak yang tidak berwarna atau

     berwarna kuning kecoklatan

    Kelarutan : praktis tidak larut dalam air; larut dalam aseton, etaniol anhidrat,

    metilen klorida dan minyak lemak

    Titik leleh : 3°C

     Nilai HLB : 6

    Fungsi : antioksidan

    Konsentrasi fungsional : < 5 % (untuk produk kosmetik)

    Penyimpanan : simpan dalam kondisi gas yang inert terlindungi dari cahaya 

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    20/51

    20

    F.  Trietanolamin (TEA)

    Rumus empiris: C6H15NO3

    Gambar 7. Struktur kimia Trietanolamin (TEA)

    Berat molekul : 149.19

    Organoleptis : berupa cairan kental yang bening hamper tidak berwarna taua

     berwarna kuning pucat, dan sedikit berbau amoniakKelarutan : larut dalam aseton, karbon tetraklorida, methanol, dan air; 1:24

     benzen; 1:63 etil eter

    Titik leleh : 20 – 21°C

     pH : 10.5 (larutan 0.1 N)

    Fungsi : adjusting pH, agen alkali

    Konsentrasi fungsional : 2-4%

    Inkompatibilitas : TEA dapat bereaksi dengan asam-asam mineral membentuk

    garam kristalin dan ester; dengan asam lemak yang lebih tinggi,

    TEA membentuk garam yang larut air dan memiliki

    karakteristik seperti sabun; adanya garam logam berat dapat

    menyebabkan perubahan warna dari TEA

    Penyimpanan : jika terpapar udara dan cahaya dapat berubah warna menjadi

    cokelat; simpan di wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya,

    ditempat yang sejuk dan kering

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    21/51

    21

    G.  Metil Paraben

    Rumus empiris: C8H8O3

    Gambar 8. Struktur kimia metil paraben

    Berat molekul : 152.15Organoleptis : serbuk kristalin putih, tidak berbau atau hamper tidak berbau

    Kelarutan : 1 : 60 gliserin; 1 : 400 air 25 °C; tidak larut dalam paraffin liquid

    Titik leleh : 125 – 128oC

    Densitas : 1.352 g/cm3

    Fungsi : pengawet antimikrobial

    Konsentrasi fungsional: sediaan topikal 0.02 – 0.3%

    Penyimpanan : dalam larutan pH 3-6 akan stabil hingga 4 tahun pada suhu kamar;

    dalam larutan pH 8 atau lebih akan mengalami hidrolisis yang

    cepat ( 10%) setelah 60 hari penyimpanan pada suhu kamar

    Inkomapitibilitas : aktivitas antimicrobial menurun dengan adanya surfaktan

    nonionic seperti polisorbat 80

    H.  Gliserin

    Rumus empiris: C3H8O3

    Gambar 9. Struktur kimia gliserin

    Berat molekul : 92.09

    Organoleptis : berupa cairan higroskopis kental dan bening, tidak bewarna, tidak

     berbau, rasa manis.

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    22/51

    22

    Kelarutan : larut dalam air, metanol dan etanol (95%); sedikit larut aseton;

     praktis tidak larut dalam minyak, benzen dan kloroform.

    Titik leleh : 17,8 °C

    Fungsi : kosolven, humektan

    Konsentrasi fungsional: 30%

    Penyimpanan : bersifat higroskipis, tidak rentan terhadap oksidasi dalam kondisi

     penyimpanan biasa.

    Inkompatibilitas : perubahan warna gliserin menjadi hitam dengan adanya cahaya

    atau kontak dengan ZnO atau basic bismuth nitrate 

    I.  Oleum rosae ( Rose oil )

    Merupakan : minyak volatile yang berasal dari bunga segar tanaman Rosa gallica,

    R. damascena, R. alba, R. centifolia, dan spesies-spesies (Rosaceae)

    yang lain

    Pemerian : berwarna kuning atau tidak berwarna, dan berbau seperti bunga rosa,

     berupa cairan kental

    Penyimpanan harus dalam wadah tertutup rapat

    3.2. Alasan Pemilihan Bahan

    a.  Paraffin liquid ( Mineral oil )

    Paraffin liquid digunakan terutama dalam sediaan emulsi O/W sebagai

    solven dan emolien. Dalam sediaan milk   cleanser , eksipien ini berfungsi

    sebagai emmolien. Paraffin liquid berkhasiat sebagai pelembap dengan

    melubrikasi kulit. Eksipien ini dapat mencegah kekeringan kulit, dan rasa

    gatal pada kulit. Selain itu, dapat membantu perbaikan barrier alami kulit

    yang rusak, melindungi dari iritasi dan infeksi.

    b. 

    Asam stearat

    Asam stearat banyak digunakan dalam sediaan topikal sebagai

    emulgator. Dalam preparasi krim, asam stearate akan dinetralisasi oleh suatu

    alkali (TEA). Rasio asam stearate-alkali yang digunakan akan menentukkan

     plastisitas atau kekentalan dari emulsi yang dibuat. Selain sebagai emulgator

    asam stearat juga berfungsi sebagai agen penurun pH pada sediaan.

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    23/51

    23

    c.  Setil alkohol

    Dalam lotio, setil alkohol diguankan karena memiliki sifat emolien,

    sifat water-absorptive, dan sifat emulgator. Selain itu, setil alkohol dapatmeningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur, dan meningkatkan konsistensi

    milk  cleanser.

    Sebagi emulgator dalam emulsi O/W, setil alkhol diketahui dapat

    meningkatkan stabiilitas dengan berinteraksi dengan emulgator larut air

    dengan menghasilkan barrier mono-molekular yang kompak pada antarmuka

    minyak-air sehingga membentuk suatu barrier mekanis yang mencegah

    koalesens droplet.

    d.  Tween 80 (polisorbat 80)

    Tween 80 merupakan surfaktan nonionic yang bersifat hidrofilik dan

    secara luas digunakan sebagai emulgator dalam formulasi emulsi O/W.

    Polisorbat digunakan dalam konsentrasi 1-10% jika dikombinasikan dengan

    emulgator hidrofilik dalam formulasi emulsi O/W.

    e.  α-Tocopherol (Vitamin E)

    Tokoferol merupakan bentuk aktif utama dari vitamin E. Dalam

    sediaan kosmetik vitamin E berkhasiat sebagai antioksidan, pelembap, agen

    anti inflamasi dan penyembuhan luka, dan memberikan efek anti-aging.

    Sebagai antioksidan, vitamin E bersifat larut lemak dan dapat melindungi

    membrane sel kulit dari lipid peroxidation oleh radikal-radikal bebas. 

    f.  Trietanolamin (TEA)

    Jika dikombinasikan dengan asam lemak (antara lain asam stearate)

    secara equimolar, TEA akan membentuk suatu sabun anionic dengan pH 8

    yang dapat digunakan sebagai emulgator untuk menghasilkan emulsi O/W

    yang stabil. Konsentrasi asam lemak yang digunakan adalah 2-5 kali dari

    konsentrasi TEA yang digunakan. Adanya mineral oil akan membutuhkan 5%

    v/v TEA dan tambahan asam lemak.

    g.  Metil paraben

    Metil paraben memiliki aktivitas antimicrobial pada dalam suasana pH 4-

    8. Efikasi dari fungsi pengawet menurun seiring dengan bertambahnya pH

    karena terbentuknya anion fenolat. Aktivitas dari metil paraben dapat

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    24/51

    24

    ditingkatkan dengan penambahan eksipien, antara lain dengan penambahan

     propilen glikol (2 – 5%). 

    h.  Gliserin

    Gliserin dalam sediaan topikal digunakan dalam formulasi kosmetika

    terutama sebagai humektan dan emollient. Juga sebagai kosolven atau solven

    dalam formulasi krim dan emulsi. Dalam sediaan milk cleanser , eksipien ini

     berfungsi sebagai kosolven.

    i.  Oleum rosae

    Oleum rosae banyak digunakan dalam produk-produk parfum dan

    toiletries, sebagai perasa, juga dalam aromaterapi. Oleum rosae mengandung

    citronellol. 

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    25/51

    25

    BAB IV

    FORMULASI

    4.1 Rancangan Formulasi

    Pada praktikum formulasi sediaan semi padat ini, kelompok kami

    membuat milk cleanser , di mana tiap sediaan memiliki volume 100 ml. Tiap botol

    mengandung paraffin liquid, asam stearate, setil alkohol, tween 80, tokoferol,

    TEA, metilparaben, propilparaben, gliserin, oleum rosae, dan aquadest.

    Berikut rancangan formulasi milk cleanser:

    Paraffin liquid 10 %

    Asam stearat 18 %

    Setil alkohol 2 %

    Tween 80 1 %

    Tokoferol 0.5 %

    TEA 2 %

    Metilparaben 0.18 %

    Gliserin 5 %

    Oleum rosae 0.1%

    Propil paraben 0,02 %

    Aquadest ad 100%

    4.2 Perhitungan Bahan

    1 sediaan kemasan lotion = 100 mL

    1 batch sediaan lotion = 500 mL

     No Bahan Persentase Massa tiap Bahan (gram) Massa Total (gram)1 Asam Stearat 18 % 18 % x 100 = 18 x 0,980 = 17,64 18 % x 500 = 90

    2 Parafin Liquid 10 % 10 % x 100 = 10 10 % x 500 = 50

    3 Setil Alkohol 2 % 2 % x 100 = 2 x 0,908 = 1,82 2 % x 500 = 10

    4 Tween 80 1 % 1 % x 100 = 1 1 % x 500 = 5

    5 Tokoferol 0,5 % 0,5 % x 100 = 0,5 0,5 % x 500 = 2,5

    6 Trietanolamin 2 % 2 % x 100 = 2 2 % x 500 = 10

    7 Metil paraben 0,18 % 0,18 % x 100 = 0,18 x 1,352 = 0,24 0,18 % x 500 = 0,9

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    26/51

    26

    8 Propil paraben 0,02 % 0,02 % x 100 = 0,02 x 1,288 = 0,03 0,02 % x 500 = 1

    9 Gliserin 5 % 5 % x 100 = 5 5 % x 500 = 25

    10 Oleum Rosae 0,1 % 0,1 % x 100 = 0,1 0,1 % x 500 = 0,5

    11 Aquadest ad 100 % ad 100 gram atau ± 61,67 ad 500 gram atau ± 305,1

    Asam Stearat

    ρ= 0,847 g/mL

     berat yang harus ditimbang :

    - Dalam 1 kemasan = 0,847 g/mL x 17,64 g = 14,94 g

    - Dalam 1 batch = 0,847 g/mL x 90 g = 76,23 g

    Cetyl Alkohol

    ρ= 0,810 g/mL

     berat yang harus ditimbang :

    - Dalam 1 kemasan = 0,810 g/mL x 1,82 g = 1,47 g

    - Dalam 1 batch = 0,810 g/mL x 10 g = 8,1 g

    Metil Paraben

    ρ= 1,46 g/mL

     berat yang harus ditimbang :

    - Dalam 1 kemasan = 1,46 g/mL x 0,24 g = 0,35 g

    - Dalam 1 batch = 1,46 g/mL x 0,9 g = 1,31 g

    4.3 Alat dan Bahan

    a. Alat :

    1.  Homogenizer

    2.  Beaker glass 50 ml, 100 ml,

    250 ml, dan 500 ml

    3.  Gelas ukur 10 ml dan 100 ml

    4.  Timbangan analitik

    5.  Lumpang dan alu

    6. 

    Sendok tanduk

    7.  Batang pengaduk

    8.  Cawan penguap

    9.  Kertas perkamen

    10. Pipet tetes

    11. Sudip

    12. Wadah

    13. 

    Serbet

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    27/51

    27

    14. Spatel

    15.  pH meter

    16. 

    Viskometer Brookfield

    17. Penetrometer

    18. Kaca objek

     b. 

    Bahan :

    1.  Asam Stearat

    2. 

    Tokoferol

    3.  Paraffin Liquidum

    4.  Setil Alkohol

    5. 

    Tween 80

    6.  Metil Paraben

    7. 

    Gliserin

    8.  Propil paraben

    9.  Oleum Rosae

    10. Aquadest

    4.4 Cara Pembuatan

    a. Skala Kecil

    1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan.

    2. Panaskan air hingga suhu 70 0C.

    3. Panaskan lumpang dan alu yang akan digunakan dengan cara merendamnya

    didalam air panas.

    4. Siapkan bahan-bahan yang termasuk ke dalam fase air, antara lain:

    a. Larutkan metil paraben, gliserin, dan tween 80 dengan air panas bersuhu70 0C. Aduk hingga homogen.

     b. Larutkan TEA ke dalam air panas bersuhu 70 0C.

    5. Siapkan bahan-bahan yang temasuk ke dalam fase minyak.

    6. Lebur asam stearat, paraffin liquidum, dan cetyl alcohol dalam cawan

     penguap di atas waterbath.

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    28/51

    28

    7. Campur fase air larutan campuran metil paraben, gliserin dan tween 80 ke

    dalam fase minyak pada lumpang aduk kuat menggunakan alu hingga

    terbentuk basis lotion. Tambahkan larutan TEA sedikit demi sedikit ke

    lampung sambil diaduk.

    8. Tambahkan tokoferol dan oleum rosae, aduk hingga homogen.

    9. Kemas sediaan dalam wadah yang sesuai.

    b. Skala Besar

    1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan.

    2. Panaskan air hingga suhu 700C.

    3. Siapkan bahan-bahan yang termasuk ke dalam fase air, antara lain:

    - Larutkan metil paraben, gliserin, dan tween 80 dengan air panas bersuhu

    70 0C. Aduk hingga homogen.

    - Larutkan TEA ke dalam air panas bersuhu 700C.

    4. Siapkan bahan-bahan yang temasuk ke dalam fase minyak.

    5. Lebur asam stearat, paraffin liquidum, dan cetyl alcohol dalam cawan

     penguap di atas waterbath.

    6. Campur fase air larutan campuran metil paraben, gliserin dan tween 80 ke

    dalam fase minyak pada gelas beaker. Gunakan homogenizer. Tambahkan

    larutan TEA sedikit demi sedikit ke beaker sambil diaduk. Lakukan mixing

    dengan kecepatan bertahap dari 1000, 2000, 4000 hingga 6000 rpm.

    7. Tambahkan tokoferol dan oleum rosae. Aduk menggunakan homogenizer.

    8. Lakukan evaluasi.

    9. Kemas sediaan ke dalam wadah yang telah tersedia.

    Catatan: Untuk pembuatan milk cleanser   400C, langkah-langkah

     pembuatannya sama, hanya saja suhunya yang diganti menjadi 400C.

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    29/51

    29

    BAB V 

    EVALUASI 

    Evaluasi sediaan merupakan suatu proses penilaian terhadap sediaan yang

    diproduksi, untuk menentukan kelayakan penggunaan sediaan tersebut. Evaluasi

    sediaan semi solid, khususnya lotion ini  bertujuan untuk mengetahui kualitas dari

    sediaan lotion yang dihasilkan serta untuk mengetahui keamanan dan kelayakan

    sediaan untuk digunakan dan dipasarkan. Produk yang dipasarkan hasilnya harus

    dapat diterima masyarakat, harus baik dan aman, mudah dikeluarkan dari wadah,

    stabil, tidak berbau tengik, serta tidak berubah warna.

    Evaluasi pada sediaan semi solid  ini pada umumnya terbagi atas 3 jenis, yaitu:

    a. 

    Evaluasi fisik, berupa uji organoleptis (meliputi warna, kejernihan, bau,

    dan tekstur), uji homogenitas, uji daya sebar, uji konsistensi, dan uji

    stabilitas.

     b.  Evaluasi kimia, berupa pengujian terhadap pH.

    c.  Evaluasi biologi, berupa pengujian terhadap jumlah mikroba aerob dalam

    semua jenis perbekalan farmasi, untuk menyatakan perbekalan farmasi

    tersebut bebas dari mikroba tertentu.

     Namun, tidak semua evaluasi dapat dilakukan untuk menguji kualitas dari

    sediaan lotion yang telah kami buat, dikarenakan beberapa alasan diantaranya

    keterbatasan waktu terutama untuk pengujian (evaluasi) yang membutuhkan

    waktu lama dan keterbatasan alat yang terdapat pada laboratorium. Berikut secara

    keseluruhan hasil evaluasi dari sediaan lotion yang telah diproduksi berdasarkan

    metode evaluasi fisik, kimia, dan biologi.

    5.1 Evaluasi Fisik

    5.1.1 Uji OrganoleptisEvaluasi organoleptis merupakan pengamatan menggunakan panca indera.

    Pengamatan organoleptis dilakukan untuk memberikan nilai estetika dari milk

    cleanser yang diproduksi sebelum didistribusikan ke konsumen serta memberi

    kepercayaan pada konsumen bahwa produk yang dibuat layak pakai. Pengamatan

    organoleptis milk cleanser   dilakukan dengan pengamatan menggunakan panca

    indera terhadap penampilan, bau, warna, tekstur, dan setelah diaplikasikan ke kulit.

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    30/51

    30

    Idealnya, milk cleanser  bertekstur lembut, tidak lengket, tidak berbau tengik, dan

    tidak berminyak saat diaplikasikan ke kulit, serta dapat mengangkat atau

    membersihkan kotoran atau sisa-sisa make up pada kulit.

    5.1.2 Uji Homogenitas

    Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat

     proses pembuatan sediaan, bahan aktif serta bahan tambahan lain tercampur

    secara homogen atau tidak. Uji homogenitas ini dilakukan dengan cara, krim

    dioleskan di antara 2 kaca objek kemudian diamati secara visul apakah adanya

     partikel kasar atau ketidakhomogenan di bawah cahaya.

    5.1.3 Uji Viskositas

    Viskositas adalah ukuran tahanan suatu cairan untuk mengalir. Makin

     besar tahanan suatu zat cair untuk mengalir makin besar pula viskositasnya. Tipe

    aliran sediaan semi solid dapat diketahui menggunakan viskometer Brookfield.

    Macam-macam sifat aliran sediaan antara lain:

    a)  aliran plastik

     b)  aliran pseudoplastik

    c)  aliran dilatan

    d) 

    aliran tiksotropik

    e)  aliran rheopeksi

    f)  aliran anti tiksotropik

     Milk cleanser merupakan aplikasi dari sediaan lotion. Aliran yang

    diharapkan ada pada sediaan lotion adalah pseudoplastis tiksotropik (Farmasi

    Fisik II hal 1095). Instrumen yang paling baik untuk menentukan sifat-sifat dari

    rheologi dari sediaan semisolid ini adalah viskometer putar, contohnya viskometer

    Brookfield (Farmasi Fisik II hal 1180).Prosedur:

    A.  Pengukuran menggunakan Viskometer Brookfield

    1.  Isi wadah dengan sediaan yang akan diuji.

    2. 

    Pasang spindle yang sesuai, pastikan spindel tercelup sampai batas yang

    ada pada spindle.

    3.  Untuk menghitung viskositas, angka pembacaan hendaklah dikalikan

    dengan faktor yang sesuai dengan viscometer/spindle/speed yang

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    31/51

    31

    digunakan. Hindari pembacaan di bawah angka 10,0 untuk memperoleh

    ketelitian yang tinggi.

    4. 

    Dengan merubah rpm (boleh saat motor berjalan) akan didapat viskositas

     pada berbagai rpm, yaitu mulai pada rpm 0,5; 2; 5; 10, dan 20, kemudian

    dibalik mulai dari rpm 20; 10; 5; 2; dan 0,5.

    5. 

    Matikan motor jika ingin mengganti spindle atau sample. Disarankan

    untuk mengganti spindle jika pembacaan < 10,0 atau > 100,0.

    6.  Hitung viskositas dan buatlah rheogramnya.

    Gambar 10. Alat Viskometer Brookfield

    5.1.4 Uji Stabilitas

    a. Metode Cycling Test

    Cycling test  dilakukan untuk menguji stabilitas pada sediaan milk cleanser .Prinsip dari cycling test  menggunakan perubahan suhu dan atau kelembaban pada

    interval waktu tertentu sehingga produk dalam kemasan akan mengalami tekanan

    yang bervariasi daripada tekanan statis yang kadang-kadang lebih parah daripada

     penyimpanan hanya dalam satu kondisi saja.

    Prosedur kerja yang dilakukan adalah sampel sediaan milk cleanser  

    disimpan pada suhu 4o C selama 24 jam lalu dikeluarkan dan ditempatkan pada

    suhu 40

    o

     C selama 24 jam. Perlakuan ini adalah satu siklus. Percobaan diulangsebanyak enam siklus. Kondisi fisik sediaan dibandingkan selama percobaan

    dengan kondisi sediaan sebelumnya.

    b. Metode Sentrifugasi (Uji Mekanik)

    Uji ini merupakan gambaran dari pengaruh gaya gravitasi selama satu

    tahun terhadap krim.

    Prosedur kerja:

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    32/51

    32

    1. Sejumlah milk cleanser   dimasukkan kedalam tabung sentrifus berukuran

    10 cm. 

    2. 

    Tabung sentrifuse yang berisi milk cleanser   dimasukkan ke dalam

    sentrifugator, kemudian nyalakan alat dengan kecepatan 3000 rpm selama

    15 menit. 

    3. 

    Setelah 15 menit, dilakukan pengamatan pada milk cleanser  yang diuji.

    5.1.5 Uji Konsistensi (British Pharmacopoeia Commission, 2008)

    Ukuran konsistensi dari suatu sediaan dapat diukur dengan uji penetrasi

    menggunakan penetrometer. Penetrasi dinyatakan dalam satuan sepersepuluh

    mililiter, merupakan ukuran kedalaman kerucut atau jarum standar menembus

    tegak lurus sampel dalam waktu dan temperatur tertentu. Biasanya pengukuran

    dilakukan pada temperatur 250C selama 5 detik. Penetrometer termasuk dalam

    kelompok viscometer satu titik. Semakin dalam tusukan atau semakin besar nilai

    kekerasannya, maka suspensi tersebut semakin lunak.

    Gambar 11. Alat Penetrometer

    Prosedur uji penetrasi dengan Penetrometer:

    1.  Aturlah letak meja penetrometer sedemikan rupa sehingga horizontal.

    2. 

    Sediaan milk cleanser   dimasukkan ke dalam wadah hingga kira-kira

    setengah wadah. Diratakan sediaan agar tidak menumpuk pada satu sisi.

    3.  Wadah yang berisi milk cleanser   diletakkan di atas meja penetrometer,

     bagian bawah wadah agak sedikit tajam, dipaskan dengan lubang pada

    meja

    4.  Alat penetrometerditurunkan hingga ujung kerucut menyentuh permukaan

    milk cleanser .

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    33/51

    33

    5.   Nyalakan alat penetrometer, kemudian kerucut akan turun otomatis.

    Lakukan penetrasi selama 5 detik.

    6. 

    Tekan bagian belakang hingga menyentuh bagian besi di bawahnya,

    kemudian jarum berputar menunjukkan angka.

    5.2 Evaluasi Kimia

    5.2.1 Uji pH

    Pengujian pH dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan milk cleanser

    yang tidak mengiritasi kulit. Pengukuran pH dilakukan pada suhu 25 ± 20C,

    kecuali dinyatakan lain pada masing-masing monografi. Sebelum digunakan, pH

    meter harus dibakukan (dikalibrasi) dulu menggunakan larutan dapar. Uji pH

    dapat dilakukan menggunakan indikator universal atau pH meter. pH sediaan

    disesuaikan dengan pH kulit yaitu 4,5  –   6,5. Jika terlalu asam, maka akan

    menyebabkan iritasi kulit. Jika terlalu basa, maka akan menyebabkan gatal-gatal

    dan kulit bersisik.

    Evaluasi pH menggunakan alat pH meter dengan cara membuat larutan

    lotion dengan konsentrasi 10% b/v dengan pelarut aquadest lalu aduk hingga

    homogen dan ukur dengan pH meter yang telah dikalibrasi, catat hasil yang tertera

     pada alat pH meter.

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    34/51

    34

    BAB VI

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    6.1 Hasil

    Sediaan milk cleanser  yang dihasilkan adalah 500 gram. Setelah melewati

     proses evaluasi, sediaan yang tersisa adalah 200 gram, sehingga cukup untuk

    dikemas kedalam 2 kemasan botol yang masing-masingnya mengandung 100

    gram milk cleanser . Berikut hasil dari evaluasi yang dilakukan:

    6.1.1 Hasil Evaluasi Sediaan Milk Cleanser Formulasi pada Suhu 70 0C

    1. Uji Organoleptis

    Tampilan : Kental, namun sedikit kental untuk sediaan milk cleanser

    Bau : Aroma bunga mawar

    Tekstur : Lembut

    Warna : Putih

    Gambar 12. Organoleptis milk cleanser 70 0C

    2. Uji Homogenitas

    Hasil evaluasi:

    Hasil menunjukkan bahwa sediaan mempunyai homogenitas yang baik,

    tidak mengalami perubahan dan tetap menunjukkan susunan yang homogen.

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    35/51

    35

    Gambar 13. Hasil evaluasi homogenitas milk cleanser 700C 

    3. Uji Viskositas

    Pengukuran viskositas dilakukan dengan alat Viskometer Brookfield

    menggunakan spindel 5, dimana hasil yang diperoleh sebagai berikut:

    Tabel 1. Data viskositas sediaan milk cleanser diukur dengan Viskometer Brookfield

    Rheogram yang diperoleh sebagai berikut :

    Gambar 14. Rheogram yang diperoleh 

    Spindel Kecepatan

    (rpm)

    Dial

    Reading

    (dr)

    Faktor

    Koreksi

    (F)

    Viskositas

    (ƞ = dr x

    F)

    Shearing

    Stress

    (F/A=dr x

    7,187)

    Rate of Shear

    (dV/dr = F/A x

    1/ƞ) 

    5 0,5 9 16000 144000 64.683 4.492 x 10-4

    2 17 4000 68000 122.179 1.797 x 10-3

    5 22 1600 35200 158.114 4.492 x 10-3

    10 26 800 20800 186.862 8.984 x 10-3

    20 35 400 14000 251.545 1.797 x 10-2

    20 34 400 13600 244.358 1.797 x 10-2

    10 25 800 20000 179.675 8.984 x 10-3 

    5 20 1600 32000 143.74 4.492 x 10-3

     

    2 13.5 4000 54000 97.025 1.797 x 10-3 

    0,5 5 16000 80000 35.935 4.492 x 10-4

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    36/51

    36

    Berdasarkan rheogram diatas dapat disimpukan bahwa sifat aliran dari

    sediaan milk cleanser adalah aliran pseudoplastis dengan sifat tiksotropik. Aliran

     pseudoplastis ditunjukan dai memotongnya kurva pada titik awal (0,0), tapi pada

    tegangan geser atau shearing stress (atau akan memotong, jika kurva

    diekstropolasikan ke sumbu x). Sifat aliran ini bisa terlihat dari sediaan yang

    dapat mengalir sebelum diberikan tekanan.

    Sifat tiksotropik dapat terlihat dari adanya kurva menurun yang berpindah

    ke sebelah kiri kurva menaik, yang dapat berarti bahwa sediaan memiliki

    konsistensi yang lebih rendah pada satu laju geser manapun dari kurva menaik.

    Hal ini mungkin dikarenakan adanya pemecahan struktur yang tidak terbentuk

    kembali dengan segera jika tegangan tersebut dikurangkan atau dihilangkan.

    Tiksotropi didefinisikan sebagai “suatu pemulihan isoterm yang relatif lambat

     pada pendiaman suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena pemberian

     geser (shearing)” (Martin, 2002). Sifat ini juga dapat terlihat dari sediaan yang

     bila diberikan perlakuan pengadukan yang lama, akan mengalami penurunan

    konsistensi yang nantinya akan kembali normal setelah didiamkan beberapa

    lama.

    4. Uji Stabilitas

    a. Metode cycling test

    Sediaan disimpan pada suhu 4o C selama 24 jam lalu dikeluarkan

    dan ditempatkan pada suhu 40o C selama 24 jam. Perlakuan ini adalah satu

    siklus. Percobaan diulang sebanyak enam siklus. Kondisi fisik sediaan

    dibandingkan selama percobaan dengan kondisi sediaan sebelumnya. Hasil

    yang didapat menunjukkan bahwa sediaan stabil selama pengamatan.

    Gambar 15. Hasil pengujian cycling test terhadap milk cleanser  formulasi pada suhu 700C

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    37/51

    37

     b. Uji mekanik (sentrifugasi)

    Hasil Uji:

    Dari percobaan uji yang dilakukan, diketahui bahwa milk cleanser  

    stabil karena tidak terjadi pemisahan antara fase minyak dan fase air pada

    kondisi sentrifugasi 3000 rpm selama 15 menit. Uji kestabilan dipercepat

    ini menunjukan bahwa milk cleanser   stabil ketika disimpan pada kondisi

    normal selama satu tahun.

    Gambar 16. Hasil uji sentrifugasi 

    5. Uji Konsistensi (British Pharmacopoeia Commission, 2008)

    Hasil :

    Hasil uji dengan penetrometer ini di dapatkan dengan membaca skala

    yang ditujukan pada alat, yang satuannya adalah 1/10 mm. Pada percobaan

    dengan sediaan, alat menunjuk pada angka 320, yang berarti adalah 32 mm-1.

    Pada saat pengujian, alat tidak dimulai dari angka 0, melainkan dari angka 10,

    sehingga hasil akhir pembacaan ditambahkan dengan angka awal menjadi 330,

    yang berarti 33 mm-1. Angka ini menunjukan nilai konsistensi untuk sediaan

    milk cleanser  adalah 330. Nilai konsistensi atau consistency value dari sediaan

    milk cleanser   (lotion) ini tidak terdapat di monografi, sehingga mengujian ini

    dilakukan hanya untuk keperluan quality control dari setiap batch pembuatan

    milk cleanser  (lotion).

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    38/51

    38

    Gambar 17. Alat dan hasil dari uji konsistensi dengan penetrometer

    6. Uji pH

     pH sediaan diukur dengan menggunakan pH meter. Pengukuran

    dilakukan triplo, hasil yang diperoleh adalah:

    1. 6,48

    2. 6,43

    3. 6,41

    Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pH sediaan memenuhi kriteria pH

    kulit, yaitu berada dalam interval pH 4,5 - 6,5.

    6.1.2 Hasil Evaluasi Sediaan Milk Cleanser Formulasi pada Suhu 40 0C

    1. Uji Organoleptis

    Tampilan : Kental, namun sedikit kental untuk sediaan milk cleanser  dan lebih

    encer dari yang 700C; terdapat gelembung-gelembung kecil

    Bau : Aroma bunga mawar

    Tekstur : Ada gumpalan-gumpalan kecil tidak larut

    Warna : Putih

    Gambar 18. Organoleptis milk cleanser 40 0C

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    39/51

    39

    2. Uji Homogenitas

    Hasil evaluasi:

    Hasil menunjukkan bahwa sediaan mempunyai homogenitas yang kurang

     baik, karena terdapat gumpalan-gumpalan kecil yang tidak larut.

    Gambar 19. Hasil evaluasi homogenitas milk cleanser  400C

    3. Uji Viskositas

    Pengukuran viskositas dilakukan dengan alat Viskometer Brookfield

    menggunakan spindel 5, dimana hasil yang diperoleh sebagai berikut:

    SpindelKecepata

    n (rpm)

     Dial

     Reading 

    (dr)

    Faktor

    Koreksi

    (f)

    Viskositas

    (η=dr x f) 

    Shearing Stress

    (F/A=dr x

    7,187)

     Rate of Shear 

    (dv/dr = F/A x 1/ η)

    5

    0,5 8 16000 128000 57,496 0,00044919

    2 14 4000 56000 100,62 0,0017968

    5 16,5 1600 26400 118,59 0,0044920

    10 20 800 16000 143,74 0,0089838

    20 25 400 10000 179,68 0,017968

    20 25 400 10000 179,68 0,017968

    10 20 800 16000 143,74 0,0089838

    5 15,5 1600 24800 111,40 0,0044919

    2 11 4000 44000 79,057 0,0017968

    0,5 5,5;5 16000 88000 39,529 0,00044919

    Tabel 2. Data viskositas sediaan milk cleanser diukur dengan Viskometer Brookfield

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    40/51

    40

    Gambar 20. Rheogram Milk Cleanser 400C

    Setelah dilakukan uji viskositas didapatkan hasil bahwa milk cleanser  

    yang diuji memiliki sifat pseudoplastis dan tiksotropik, karena viskositas cairan

    ini berkurang seiring dengan naiknya kecepatan geser (rate of shear ). Selain itu

    rheogram ini memiliki hysteresis loop yang dibentuk oleh kurva menaik dan

    kurva menurunnya. Terjadi pergeseran ke arah kiri pada kurva menurun akibat

    adanya pemecahan struktur yang tidak terbentuk kembali dengan segera jika

    shearing stress tersebut dikurangi. Tiksotropik menunjukkan bahwa suatu

    sediaan memiliki konsistensi tinggi dalam suatu wadah, tetapi bisa dengan

    mudah dituang dan menyebar.

    4. Uji Stabilitas

    a. Metode cycling test

    Sediaan disimpan pada suhu 4o C selama 24 jam lalu dikeluarkan

    dan ditempatkan pada suhu 40o C selama 24 jam. Perlakuan ini adalah satu

    siklus. Percobaan diulang sebanyak enam siklus. Kondisi fisik sediaan

    dibandingkan selama percobaan dengan kondisi sediaan sebelumnya. Hasil

    yang didapat menunjukkan bahwa sediaan stabil selama pengamatan.

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    41/51

    41

    Gambar 21. Hasil pengujian cycling test terhadap milk cleanser  formulasi pada suhu 400C

     b. Uji mekanik (sentrifugasi)

    Hasil Uji:

    Dari percobaan uji yang dilakukan, diketahui bahwa milk cleanser  

    stabil karena tidak terjadi pemisahan antara fase minyak dan fase air pada

    kondisi sentrifugasi 3000 rpm selama 15 menit. Uji kestabilan dipercepat

    ini menunjukan bahwa milk cleanser   stabil ketika disimpan pada kondisi

    normal selama satu tahun.

    Gambar 22. Hasil uji sentrifugasi 

    5. Uji Konsistensi (British Pharmacopoeia Commission, 2008)

    Hasil :

    Hasil uji dengan penetrometer ini didapatkan dengan membaca skala

    yang ditujukan pada alat, yang satuannya adalah 1/10 mm. Pada percobaan

    dengan sediaan, alat menunjuk pada angka 352, yang berarti adalah 35,2 mm-

    1. Pada saat pengujian, alat tidak dimulai dari angka 0, melainkan dari angka

    10, sehingga hasil akhir pembacaan ditambahkan dengan angka awal menjadi

    362, yang berarti 36,2 mm

    -1

    . Angka ini menunjukan nilai konsistensi untuk

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    42/51

    42

    sediaan milk cleanser   adalah 362. Nilai konsistensi atau consistency value

    dari sediaan milk cleanser   (lotion) ini tidak terdapat di monografi, sehingga

    mengujian ini dilakukan hanya untuk keperluan quality control dari setiap

     batch pembuatan milk cleanser  (lotion).

    Gambar 23. Alat dan hasil dari uji konsistensi dengan penetrometer

    6. Uji pH

     pH sediaan diukur dengan menggunakan pH meter. Pengukuran dilakukan

    triplo, hasil yang diperoleh adalah:

    1.  7,73

    2. 

    7,85

    3. 

    7,99

    Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pH sediaan tidak memenuhi

    kriteria pH kulit, yaitu berada dalam interval pH 4,5 - 6,5.

    6.2 Pembahasan

    6.2.1 Pembahasan Sediaan Milk Cleanser Formulasi pada Suhu 70 0C 

    Pada praktikum kali ini, dilakukan pembuatan sediaan milk cleanser  yang

    merupakan jenis pembersih dengan bahan dasar campuran minyak-air, dan

    merupakan bentuk aplikasi dari sediaan lotion. Adapun milk cleanser   yang

    dibuat mengikuti sistem emulsi o/w oleh karena penggunaan milk cleanser o/w

    lebih nyaman diaplikasikan dibandingkan w/o karena emulsi tipe o/w ini tidak

    akan menimbulkan rasa lengket.

    Bahan-bahan yang digunakan beserta fungsi dan alasan pemilihan telah

    dijelaskan pada bab sebelumnya. Pembuatan basis menggunakan kombinasi

    TEA dan asam stearat sebagai emulsifier. Perbandingan komposisi keduanya

    disesuaikan dengan perbandingan mol pada kesetaraan reaksi yang terjadi antara

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    43/51

    43

    TEA dan asam stearat agar menghasilkan basis lotion yang baik. Adapun

     perbandingan TEA dan asam stearat yang digunakan adalah 1:6. Berikut reaksi

     penyabunan yang terjadi di antara kedua bahan tersebut:

    Pada awal formulasi, digunakan perbandingan TEA : asam stearat (2:12),

    tetapi ketika diuji pH, sediaan yang dihasilkan menunjukkan pH yang terlalu

    tinggi. Sehingga dilakukan perubahan konsentrasi asam stearat menjadi 18 %,

    dengan konsentrasi TEA yang tetap. Sehingga, pH akhir sediaan mencapairentang pH yang diharapkan, yaitu 4,5 - 6,5. Hal ini disebabkan karena TEA

    cukup efektif sebagai pH adjustment .

    Setelah pembuatan milk cleanser selesai, dilakukan evaluasi. Beberapa

    evaluasi tidak dilakukan disebabkan keterbatasan alat dan waktu. Evaluasi yang

    dilakukan adalah organoleptis, uji homogenitas, uji viskositas, uji pH, uji

    konsistensi, dan uji kestabilan dipercepat.

    Pada uji homogenitas, sediaan sedikit kental dari milk cleanser  yang ada di

     pasaran, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain karena kurangnya

    konsentrasi asam stearat yang selain dapat mempengaruhi pH sediaan, juga

     berguna dalam mengatur tekstur sediaan yang terbentuk.

    Uji yang dilakukan berikutnya adalah uji viskositas, viskositas adalah

    suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin tinggi

    viskositas, akan semakin besar tahanannya. Nilai viskositas dapat dipengaruhi

    oleh zat pengental, surfaktan yang dipilih, proporsi fase terdispersi dan ukuran

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    44/51

    44

     partikel. Viskositas emulsi akan menurun jika temperatur dinaikkan, dan akan

    meningkat pada temperatur rendah. Hal ini dikarenakan adanya gaya panas akan

    memperbesar jarak antar atom sehingga gaya antar atom akan berkurang, jarak

    menjadi renggang mengakibatkan viskositas sediaan menjadi turun. Pada

     praktikum ini, pengukuran sediaan menggunakan spindel 5. Hasil kurva sifat alir

    sediaan yang terbentuk meenunjukkan bahwa sediaan memiliki sifat aliran

     pseudoplastis tiksotropik. Pada kurva sifat alir terlihat bahwa kurva menurun ada

    di sebelah kiri kurva menaik. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan memiliki nilai

    viskositas lebih rendah pada setiap harga kecepatan geser dari kurva yang

    menurun dibandingkan pada kurva menaik. Hal tersebut lebih dikenal dengan

    sebutan tiksotropik, dimana tiksotropik merupakan suatu sifat alir yang

    diharapkan dalam sediaan semisolid karena mempunyai konsistensi tinggi dalam

    wadah namun dapat dengan mudah dituang dan mudah tersebar.

    Kemudian dilakukan uji konsistensi atau kekerasan sediaan semisolid

    dengan penetrometer. Semakin tinggi hasil pengukuran yang diperoleh maka

    menunjukkan bahwa sediaan memiliki konsistensi semakin kecil dan lebih

    mudah menyebar.

    Pada uji stabilitas dipercepat, dilakukan dua metode yaitu cycling test  dan

    uji mekanik/uji sentrifugasi. Uji cycling test   pada sediaan dilakukan untuk

    menguji produk terhadap kemungkinan mengalami kristalisasi sebagai indikator

    kestabilan emulsi. Hasil cycling test   menunjukkan bahwa sediaan memiliki

    stabilitas yang cukup baik. Pada 6 siklus perlakuan metode cycling test, sediaan

    tidak menunjukkan terjadinya pemisahan fase. Sedangkan, uji mekanik atau uji

    sentrifugasi merupakan salah satu indikator kestabilan fisik sediaan semisolid.

    Dari uji yang dilakukan, sediaan memberikan hasil yang stabil, dimana tidak

    terjadi pemisahan fase antara fase minyak dan fase air pada kondisi sentrifugasi

    3000 rpm selama 15 menit.

    6.2.2 Pembahasan Sediaan Milk Cleanser Formulasi pada Suhu 40 0C 

    Pada praktikum kali ini, dilakukan pembuatan sediaan milk cleanser  yang

    merupakan jenis pembersih dengan bahan dasar campuran minyak-air, dan

    merupakan bentuk aplikasi dari sediaan lotion. Adapun milk cleanser   yang

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    45/51

    45

    dibuat mengikuti sistem emulsi o/w oleh karena penggunaan milk cleanser o/w

    lebih nyaman diaplikasikan dibandingkan w/o karena emulsi tipe o/w ini tidak

    akan menimbulkan rasa lengket.

    Bahan-bahan yang digunakan beserta fungsi dan alasan pemilihan telah

    dijelaskan pada bab sebelumnya. Pembuatan basis menggunakan kombinasi

    TEA dan asam stearat sebagai emulsifier. Perbandingan komposisi keduanya

    disesuaikan dengan perbandingan mol pada kesetaraan reaksi yang terjadi antara

    TEA dan asam stearat agar menghasilkan basis lotion yang baik. Adapun

     perbandingan TEA dan asam stearat yang digunakan adalah 2:18. Ketika

    dilakukan uji pH secara triplo, sediaan yang dihasilkan menunjukkan pH yang

    melebihi pH kulit seharusnya, yaitu 7,73 ; 7,85 dan 7,99. Hal ini bisa disebabkan

    karena perbandingan TEA sebagai pH adjustment  dan asam stearat kurang tepat,

    sehingga menyebabkan pH nya tidak memenuhi persyaratan untuk pH kulit,

    yaitu 4,5 - 6,5.

    Setelah pembuatan milk cleanser selesai, dilakukan evaluasi. Beberapa

    evaluasi tidak dilakukan disebabkan keterbatasan alat dan waktu. Evaluasi yang

    dilakukan adalah uji organoleptis, uji homogenitas, uji viskositas, uji pH, uji

    konsistensi, dan uji kestabilan dipercepat.

    Pada uji homogenitas, di dalam sediaan milk cleanser terdapat gumpalan-

    gumpalan kecil yang tidak larut, hal ini dapat disebabkan karena pengaruh suhu

    yang digunakan, yaitu pada suhu 400C belum semua bahan-bahan yang

    digunakan larut secara homogen, sehingga menyebabkan banyaknya gumpalan-

    gumpalan kecil yang menyebabkan milk cleanser   sedikit kasar. Sediaan milk

    cleanser   ini juga sedikit kental dari milk cleanser  yang ada di pasaran, hal ini

    dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain karena kurangnya konsentrasiasam stearat yang selain dapat mempengaruhi pH sediaan, juga berguna dalam

    mengatur tekstur sediaan yang terbentuk. Adanya gelembung-gelembung kecil

    yang terbentuk secara merata pada seluruh sediaan disebabkan oleh sifat dari

    tween 80 yang dapat mengalami saponifikasi secara bertahap dengan adanya

    asam kuat dan basa kuat. Selain itu, tidak ditambahkannya suatu eksipien anti-

     foaming yang dapat mencegah terbentuknya busa atau gelembung.

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    46/51

    46

    Uji yang dilakukan berikutnya adalah uji viskositas, viskositas adalah

    suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin tinggi

    viskositas, akan semakin besar tahanannya. Nilai viskositas dapat dipengaruhi

    oleh zat pengental, surfaktan yang dipilih, proporsi fase terdispersi dan ukuran

     partikel. Viskositas emulsi akan menurun jika temperatur dinaikkan, dan akan

    meningkat pada temperatur rendah. Hal ini dikarenakan adanya gaya panas akan

    memperbesar jarak antar atom sehingga gaya antar atom akan berkurang, jarak

    menjadi renggang mengakibatkan viskositas sediaan menjadi turun. Pada

     praktikum ini, pengukuran sediaan menggunakan spindel 5. Hasil kurva sifat alir

    sediaan yang terbentuk meenunjukkan bahwa sediaan memiliki sifat aliran

     pseudoplastis tiksotropik. Pada kurva sifat alir terlihat bahwa kurva menurun ada

    di sebelah kiri kurva menaik. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan memiliki nilai

    viskositas lebih rendah pada setiap harga kecepatan geser dari kurva yang

    menurun dibandingkan pada kurva menaik. Hal tersebut lebih dikenal dengan

    sebutan tiksotropik, dimana tiksotropik merupakan suatu sifat alir yang

    diharapkan dalam sediaan semisolid karena mempunyai konsistensi tinggi dalam

    wadah, namun dapat dengan mudah dituang dan mudah tersebar.

    Kemudian dilakukan uji konsistensi atau kekerasan sediaan semisolid

    dengan penetrometer. Semakin tinggi hasil pengukuran yang diperoleh maka

    menunjukkan bahwa sediaan memiliki konsistensi semakin kecil dan lebih

    mudah menyebar.

    Pada uji stabilitas dipercepat, dilakukan dua metode yaitu cycling test  dan

    uji sentrifugasi atau uji mekanik. Uji cycling test  pada sediaan dilakukan untuk

    menguji produk terhadap kemungkinan mengalami kristalisasi sebagai indikator

    kestabilan emulsi. Hasil cycling test   menunjukkan bahwa sediaan memiliki

    stabilitas yang cukup baik. Pada 6 siklus perlakuan metode cycling test, sediaan

    tidak menunjukkan terjadinya pemisahan fase. Sedangkan, uji mekanik atau uji

    sentrifugasi merupakan salah satu indikator kestabilan fisik sediaan semisolid.

    Dari uji yang dilakukan, sediaan memberikan hasil yang stabil, dimana tidak

    terjadi pemisahan fase antara fase minyak dan fase air pada kondisi sentrifugasi

    3000 rpm selama 15 menit.

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    47/51

    47

    BAB VII

    KEMASAN DAN LABELLING

    7.1 Kemasan dan Labelling

    Pengemasan adalah seluruh rangkaian kegiatan mulai dari pengisian,

     pembungkusan, pemberian etiket dan atau kegiatan lain yang dilakukan terhadap

     produk ruahan untuk menghasilkan produk jadi. Kemasan primer merupakan

    wadah yang berkontak langsung dengan sediaan. Harus dipilih wadah yang sesuai

    dengan syarat penyimpanan yang tertera pada monografi semua komposisi dalam

    sediaan milk cleanser .

    Untuk kemasan primer milk cleanser   dipilih wadah plastik yang dapat

    menjaga sediaan tidak rusak. Pemilihan plastik sebagai bahan kemasan adalah

    karena plastik relatif lebih ringan, tidak mudah bocor, mudah diberi label dan

     bersifat inert. Botol plastik dipilih yang berkapasitas 100 ml karena sediaan akan

    digunakan dalam jumlah yang besar dan dalam jangka waktu yang cukup panjang.

    Jenis wadah plastik yang digunakan adalah Low Density Polyethylene

    (LDPE) plastic. Plastik LDPE bersifat kuat, fleksibel, kedap air, tidak jernih

    (buram), tahan terhadap bahan kimia dan kelembaban, mudah diwarnai, diproses

    dan dibentuk. LDPE dipilih sebab memiliki banyak sekali pilihan variasi dan

    memberikan perlindungan terhadap sediaan dengan biaya yang murah.

    Contoh aplikasi plastik LPDE sebagai pengemas adalah plastik roti, plastik

    makanan beku (frozen plastic bags), produk kosmetik serta wadah untuk mentegadan margarin.  Kerugian dari LDPE yaitu tembus cahaya dan sulit dihancurkan,

    oleh karena itu perlu diperhatikan sifat dan syarat penyimpanan terhadap

    komposisi yang digunakan dalam sediaan dan bila perlu kemasan dapat disimpan

    di tempat yang terlindungi dari cahaya.

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    48/51

    48

    Gambar 24. Wadah penyimpanan milk cleanser  

    Salah satu kritetia kosmetika yang diedarkan di wilayah Indonesia yaitu

    harus memenuhi kriteria penandaan yang berisi informasi lengkap, obyektif, dan

    tidak menyesatkan. Penandaan sebagaimana dimaksud adalah dengan

    menggunakan bahasa Indonesia untuk informasi:

    1. keterangan kegunaan;

    2. cara penggunaan; dan

    3. peringatan dan keterangan lain yang dipersyaratkan.

    Berdasarkan BPOM tentang kosmetik, pada etiket wadah dan atau

     pembungkus harus dicantumkan informasi/ keterangan mengenai :

    1.  nama produk;

    2.  nama dan alamat produsen atau importir / penyalur;

    3.  ukuran, isi atau berat bersih;

    4.  komposisi dengan nama bahan sesuai dengan kodeks kosmetik indonesia

    atau nomenklatur lainnya yang berlaku;

    5. 

    nomor izin edar;

    6.  nomor batch /kode produksi;

    7. 

    kegunaan dan cara penggunaan kecuali untuk produk yang sudah jelas

     penggunaannya;

    8.   bulan dan tahun kadaluwarsa bagi produk yang stabilitasnya kurang dari

    30 bulan;

    9.   penandaan lain yang berkaitan dengan keamanan dan atau mutu.

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    49/51

    49

    2. Nomor Batch

     Nomor batch Batch adalah sejumlah produk kosmetika yang mempunyai

    sifat dan mutu yang seragam yang dihasilkan dalam satu siklus produksi atas

    suatu perintah produksi tertentu. Esensi suatu batch adalah homogenitasnya.

    Ketentuan no. batch :

    Digit no 1 Untuk produk (tahun)

    Contoh: 1990 = 0 1991 = 1

    Digit no 2 dan 3 Kode produk dari produk ruahan

    Contoh : 01 : Kloramfenikol salep mata

    02 : Sulfacetamid salep mata 

    Digit nomor 4, 5, dan 6 Urutan produk

    001, 002, ..... 999 dan kembali ke 001

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    50/51

    50

    BAB VIII 

    PENUTUP 

    8.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil evaluasi, sediaan milk cleanser yang dibuat pada suhu

    700C memenuhi persyaratan secara fisik. Hal ini ditunjukkan dengan milk

    cleanser yang teksturnya lembut, homogenitasnya baik, mudah dituang, tidak

     berbau tengik, tidak lengket saat diaplikasikan ke kulit, dan memenuhi syarat

    kestabilan.  Milk cleanser mudah dituang dan disebar terbukti dari tipe aliran yang

    dihasilkan yakni plastik tiksotropik. Dan hasil evaluasi kimia, pengukuran pH

    menunjukkan sediaan memenuhi persyaratan, yakni memiliki pH di antara 4,5-6,5.

    Sedangkan untuk sediaan milk cleanser yang dibuat pada suhu 400C,

     berdasarkan hasil evaluasi, tidak memenuhi persyaratan. Hasil evaluasi kimia,

     pengukuran pH tidak berada diantara rentang pH kulit yang seharusnya, yaitu 4,5-

    6,5 yang akan menyebabkan gatal-gatal dan kulit bersisik. Serta terdapat banyak

    gumpalan-gumpalan kecil yang tidak larut sehingga menyebabkan teksturnya

    sedikit kasar dan akan tidak disukai pengguna nantinya. Ini juga menunjukkan

    sediaan tidak terhomogenkan dengan baik.

     Namun, tidak semua evaluasi dilakukan sehingga analisis evaluasi milk

    cleanser ini kurang lengkap. Hal ini disebabkan keterbatasan alat dan waktu yang

    tersedia untuk melakukan evaluasi. Untuk kesimpulan, sediaan milk cleanser kami

    yang dibuat pada suhu 700C layak untuk dipasarkan, sedangkan sediaan milk

    cleanser kami yang dibuat pada suhu 400C tidak layak dipasarkan.

    8.2 Saran

    Dalam pembuatan sediaan milk cleanser ini, diperlukan penelitian lebihlanjut lagi agar diperoleh hasil yang optimal. Ketersediaan dan kondisi alat-alat

    yang diperlukan untuk membuat milk cleanser   juga perlu diperhatikan agar

    diperoleh sediaan milk cleanser   yang dapat memenuhi persyaratan dan

    tampilannya baik. Diperlukan juga penambahan waktu untuk evaluasi sehingga

     praktikan bisa memenuhi seluruh evaluasi yang dipersyaratkan untuk lotion atau

    sediaan semi solid lain.

  • 8/18/2019 Milk Cleanser

    51/51

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2008. The United States Pharmacopeia 32. USA: The United States

    Pharmacopeial Convention.

    Ansel, H.C. 2005. Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems.

    Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

    Aulton, M.E. 1988. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design 2nd ed. .

     New York: Churchill Livingstone.

    Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745

    Tentang Kosmetik. 

    British Pharmacopoeia Commission. (2008).  British Pharmacopoeia: Volume IV.

    London: TSO.

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III .

    Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Farmakope Indonesia Edisi V .

    Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

    Kaihatu, Thomas S. (2014).  Manajemen Pengemasan. Yogyakarta : Penerbit

    ANDI. 

    Martin, A.,Swarbick, J. and Cammarata, A. 2002. Farmasi Fisik. Edisi kelima.

    Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor

    Hk.03.1.23.12.10.11983 Tahun 2010 tentang Kriteria dan Tata Cara

    Pengajuan Notifikasi Kosmetika.

    Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    1176/Menkes/Perniii/2010 tentang Notifikasi Kosmetika.

    Rowe, Raymond C; Paul J Sheskey; Marlan E Quinn. 2009.  Handbook of

    Ph ti l E i i t Si th Editi USA Ph ti l P d