mikrobiologi wirausaha
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
MIKROBIOLOGI WIRAUSAHA
Oleh :
MURDIONO
NPM. E1J010065
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peranan mikorganisme yang menguntungkan di bidang pertanian dapat di
kembangkan dalam teknologi industru pertanian, yang biasanya dalam bentuk
wirausaha penyediaan energy tersedia yang dapat berupa pangan (makanan dan
minuman) tradisional, saprodi pertanian sampai mikrobioenergi. Beberapa contoh yaitu
pembuatan tempe, tahu, tauco, kecap, tape, MSG (industry protein sel tunggal), anggur
(wine), yogurt, nata, keju, pupuk organic, biogas dan lain-lain.
Pangan tradisional adalah pangan yang biasa di konsumsi oleh masyarakat
tertentu, dengan citarasa khas yang diterima oleh masyarakat tersebut, yang biasanya
hasil fermentasi yang dilakukan mikroorganisme yang berkontribusi pada penyediaan
variasi pilihan pangan. Metode dan pengetahuan yang terkait dengan pengolahan
pangan fermentasi local diwariskan ke generasi berikutnya secara turun temurun. Tentu
saja, proses frmentasi yang dilakukan dimasa lalu tidak berdasarkan kajian ilmiah peran
mikroorganisme dalam merubah karakteristik pangan, tetapi didasarkan pada tradisi
bahwa tehnik penyimpangan dan penanganan bahan pangan dengan cara tertentu
ternyata menghasilkan produk pangan baru yang berbeda dari pangan asalnya. Produk
fermentasi dihasilkan dengan melibatkan aktivitas mikroorganisme dalam produksinya.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah:
o Agar mahasiswa mampu menbuat sendiri nata.
o Agar mahsiswa mampu memanfaatkan limbah secara mikrobiologis
untuk dijadikan bahan bernilai ekonomi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nata de coco adalah hidangan penutup yang terlihat seperti jeli, berwarna putih
hingga bening dan bertekstur kenyal. Makanan ini dihasilkan dari fermentasi air kelapa,
dan mulanya dibuat di Filipina. "Nata de coco" dalam bahasa Spanyol berarti "krim
kelapa". Krim yang dimaksudkan adalah santan kelapa. Penamaan nata de coco dalam
bahasa Spanyol karena Filipina pernah menjadi koloni Spanyol. (Wiki, 2011).
Nata De Coco merupakan jenis komponen minuman yang terdiri dari senyawa
selulosa (dietry fiber), yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi, yang
melibatkan jasad renik (mikrobia), yang selanjutnya dikenal sebagai bibit nata. (Meta,
2011).
Nata de Coco merupakan makanan pencuci mulut (desert). Nata de Coco adalah
makanan yang banyak mengandung serat, mengandung selulosa kadar tinggi yang
bermanfaat bagi kesehatan dalam membantu pencernaan. Kadungan kalori yang rendah
pada Nata de Coco merupakan pertimbangan yang tepat produk Nata de Coco sebagai
makan diet. Dari segi penampilannya makanan ini memiliki nilai estetika yang tinggi,
penampilan warna putih agak bening, tekstur kenyal, aroma segar. Dengan penampilan
tersebut maka nata sebagai makanan desert memiliki daya tarik yang tinggi. Dari segi
ekonomi produksi nata de coco menjanjikan nilai tambah. Pembuatan nata yang
diperkaya dengan vitamin dan mineral akan mempertinggi nilai gizi dari produk ini.
(Poni, 2008).
Berbagai penelitian ilmiah mencoba menggantikan air buah kelapa dengan
bahan lain seperti whey tahu, sari buah nenas, sari buah pisang dll. Kegiatan ilmiah ini
menghasilkan produk yang akrab disebut nata de soya, nata de pina dll. (Meta, 2011).
Nata de Coco dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan
yang mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain. Beberapa spesies yang
termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa, namun selama ini yang paling
banyak dipelajari adalah Acetobacter xylinum. Bakteri Acetobacter xylinum termasuk
genus Acetobacter. Bakteri Acetobacter xylinum bersifat Gram negatip, aerob,
berbentuk batang pendek atau kokus. (Poni, 2008).
Bakteri Acetobacter xylinum akan dapat membentuk nata jika ditumbuhkan
dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan Karbon © dan Nitrogen (N), melalui
proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan
enzim akstraseluler yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau
selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersbeut, akan dihasilkan jutaan
lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga
transparan, yang disebut sebagai nata. (Meta, 2011).
Pada prinsipnya untuk menghasilkan nata de coco yang bermutu baik, maka
perlu disediakan media yang dapat mendukung aktivitas Acetobacter xylinum untuk
memproduksi selulosa ekstraseluler atau yang kemudian di sebut nata de coco. (Meta,
2011).
Factor-faktor yang mempengaruhi Acetobacter Xylinum mengalami
pertumbuhan adalah nutrisi, sumber karbon, sumber nitrogen, serta tingkat keasaman
media temperature, dan udara (oksigen). Senyawa karbon yang dibutuhkan dalam
fermentasi nata berasal dari monosakarida dan disakarida. Sumber dari karbon ini yang
paling banyak digunakan adalah gula. Sumber nitrogen bias berasal dari bahan organic
seperti ZA, urea. Meskipun bakteri Acetobacter Xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 –
7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3. sedangkan suhu ideal bagi
pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum pada suhu 28 – 31 0 C. Bakteri ini sangat
memerlukan oksigen. Sehingga dalam fermentasi tidak perlu ditutup rapat namun hanya
ditutup untuk mencegah kotoran masuk kedalam media yang dapat mengakibatkan
kontaminasi. (Iqbalali, 2009).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Bahan dan Alat
Bahan : stater nata mengandung Acetobacter xylinum, air kelapa, gula pasir,
asam cuka dapur, asam asetat glacial, urea, ZA.
Alat : kompor, panic untuk merebus media (air kelapa), gelas ukur besar,
pengaduk, saringan air kelapa/ ayakan tepung, nampan/ wadah untuk fermentasi,
kain putih/ kertas Koran untuk penutup, tali pengikat/ raffia, timbangan.
3.2 Cara Kerja
1. Air kelapa disaring dengan menggunakan kain saring bersih.
2. Sambil dipanaskan, air kelapa ditambah sukrosa (gula pasir) sebanyak 10%
(b/v). ZA 0,25% dan urea 0,5% (b/v), diaduk hingga homogen dan air kelapa
mendidih.
3. Substrat ini didinginkan, kemudian ditambah asam asetat glacial (asam cuka)
sebanyak 2% atau 16 ml asam cuka dapuruntuk setiap 1 liter air kelapa.
4. Substrat disterilkan dengan cara dimasukkan dalam outoclave pda suhu 121oC,
tekanan 1 atm, selama 10 menit (atau didihkan selama 20 menit).
5. Substrat didinginkan hingga suhu 40oC kemudian dimasukkan dalam nampan
atau baskom steril denagn permukaan yang lebar, dengan kedalaman substrat
kira-kiara 3 cm.
6. Substrat diinokulasi dengan menggunakan starter atau bibit sebanyak 10%
(v/v).
7. Substrat kemudian diaduk rata dan ditutup dengan menggunakan kain basah
(boleh menggunakan kertas Koran).
8. Nampan diincubasi atau diperam denagn cara diletakakn pada tempat dan
ruang yang bersih, terhindar dari debu dan goyangan.
9. Inkubasi dilakukan selama 10-15 hari, pada suhu kamar. Pada tahap fermentasi
tidak boleh digoyang-goyang.
10. Pada umur 10-15 hari nata dapat dipanen dan diolah sesuai selera.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Bahan
baku
Cairan awal
(ml)
Lama
peram
Warna Tekstur Tebal
lapiasan (cm)
Sisa cairan
(ml)
Air
kelapa 800 ml 7 hari Putih Tidak rata 0,5 cm 400 ml
4.2 Pembahasan
Pemanfaatan limbah pengolahan kelapa berupa air kelapa merupakan cara
mengoptimalkan pemanfaatan buah kelapa. Limbah air kelapa cukup baik digunakan
untuk substrat pembuatan Nata de Coco. Dalam air kelapa terdapat berbagai nutrisi
yang bisa dimanfaatkan bakteri penghasil Nata de Coco. Nutrisi yang terkandung dalam
air kelapa antara lain : gula sukrosa 1,28%, sumber mineral yang beragam antara lain
Mg2+ 3,54 gr/l, serta adanya faktor pendukung pertumbuhan (growth promoting factor)
merupakan senyawa yang mampu meningkatkan pertumbuhan bakteri penghasil nata
(Acetobacter xylinum).
Adanya gula sukrosa dalam air kelapa akan dimanfaatkan oleh Acetobacter
xylinum sebagai sumber energi, maupun sumber karbon untuk membentuk senyawa
metabolit diantaranya adalah selulosa yang membentuk Nata de Coco. Senyawa
peningkat pertumbuhan mikroba (growth promoting factor) akan meningkatkan
pertumbuhan mikroba, sedangkan adanya mineral dalam substrat akan membantu
meningkatkan aktifitas enzim kinase dalam metabolisme di dalam sel Acetobacter
xylinum untuk menghasilkan selulosa.
Namun, dalam praktikum kali ini didapat hasil yang kurang baik karena nata
yang dihasilkan tidak bagus atau tidak menjadi nata. Ada beberapa factor yang
menyebabkan tidak menjadinya nata tersebut, yaitu antara lain :
o Air kelapa tercampur dengan air biasa.
Air kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata harus berasal dari kelapa yang masak
optimal, tidak terlalu tua atau terlalu muda. Dan air kelapa tersebut tidak boleh
tercampur dengan air lain yang dapat mempengaruhi pembentukan nata.
o Terkontaminasi
Factor lain yang menyebabkan tidak terbentuknya nata adalah terkontaminasi.
Penutupan wadah yang tidak rapat dapat menyebabkan masuknya debu-debu atau
bakteri-bakteri yang dapat mengganggu aktivitas Acetobacter Xylinum sehingga
pembentukan nata menjadi kurang baik.
o Bibit Acetobacter Xylinum
Acetobacter Xylinum merupakan bakteri berbentuk batang pendek, yang
mempunyai panjang 2 mikron dan lebar , micron, dengan permukaan dinding yang
berlendir. Bakteri ini bias membentuk rantai pendek dengan satuan 6-8 sel. Bersifat
ninmotil dan dengan pewarnaan Gram menunjukkan Gram negative. Biakan atau
kultur murni Acetobacter xylinum diperoleh di laboratorium Mikrobiologi. Kultur
tersebut tumbuh pada media Hassid Barker. Koleksi kultur dapat dalam bentuk
kering beku dalam ampul, maupun dalam bentuk goresan dalam agar miring (slant
agar). Koleksi kultur dalam bentuk kering beku dalam ampul dapat bertahan hidup
bertahun-tahun tanpa peremajaan. Sedangkan koleksi kultur dalam agar miring perlu
peremajaan setiap 2-3 bulan. Kebanyakan koleksi kultur pemeliharaannya dengan
cara peremajaan dilakukan pada media agar miring. Jika bibit Acetobacter Xylinum
setelah lebih dari 3 bulan masih digunakan tanpa melakukan peremajaan akan
menyebabkan nata tidak tumbuh dengan baik.
Factor-faktor yang mempengaruhi Acetobacter Xylinum tidak mengalami
pertumbuhan adalah kurangnya nutrisi, sumber karbon, sumber nitrogen, serta tingkat
keasaman media temperature, dan udara (oksigen). Senyawa karbon yang dibutuhkan
dalam fermentasi nata berasal dari monosakarida dan disakarida. Sumber dari karbon ini
yang paling banyak digunakan adalah gula. Sumber nitrogen bias berasal dari bahan
organic seperti ZA, urea. Meskipun bakteri Acetobacter Xylinum dapat tumbuh pada pH
3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3. sedangkan suhu ideal bagi
pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum pada suhu 28 – 31 0 C. bakteri ini sangat
memerlukan oksigen. Sehingga dalam fermentasi tidak perlu ditutup rapat namun hanya
ditutup untuk mencegah kotoran masuk kedalam media yang dapat mengakibatkan
kontaminasi.
BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa : Agar bakteri
Acetobacter xilynum dapat bekerja dengan baik, yaitu mengubah glukosa menjadi
selulose atau dalam pembentukan lapisan nata maka kondisi lingkungan disekitarnya
juga harus mendukung. Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan nata de coco yaitu kondisi peralatan serta ruangan yang cukup steril. Apabila
kondisi ruangan kurang steril sehingga memungkinkan sirkulasi udara berjalan seperti
biasa maka peluang untuk terjadinya kontaminasi pada nata yang diproduksi cukup
besar, begitu pula jika peralatan yang digunakan kurang steril maka juga dapat
menimbulkan kontaminasi (kerusakan pada lapisan nata yang diproduksi).
DAFTAR PUSTAKA
Iqbalali. 2009. Cara Bikin Nata De Coco. http://iqbalali.com/2009/08/26/cara-bikin-
nata-de-coco/. 24 April 2011.
Meta. 2011. Nata De Coco. http://inacofood.wordpress.com/. 24 April 2011.
Purnomo, Bambang Ir MP. 2011. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Bengkulu: lab
ilmu hama dan penyakit tanaman. Universitas Bengkulu.
Poni. 2008. Proses Pembuatan Nata. http://id.shvoong.com/exact-sciences/1803964-
proses-pembuatan-nata-coco/. 24 April 2011.
Wiki. 2011. Nata De Coco. http://id.wikipedia.org/wiki/Nata_de_coco. 24 April 2011.