mikosis sistemik
DESCRIPTION
mikosisTRANSCRIPT
BUKU AJAR Kepada Yth:
Dipresentasikan pada :
Hari/Tanggal : Jumat, 6 Desember 2013
Jam : 08:00 WITA
INFEKSI JAMUR PROFUNDA
(lanjutan – bagian kedua) Diterjemahkan dari: Deep Fungal Infection
Dalam Buku: Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine
edisi ke-8, 2012, bab 190, halaman 2317-2322
Roderick J. Hay
Oleh:
Azhar Ramadan Nonci
Pembimbing:
dr. IGAA Dwi Karmila Sp.KK
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I
BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNUD/RS SANGLAH DENPASAR
2013
1
MIKOSIS SISTEMIK
Sekilas Tentang Mikosis Sistemik Endemik dan Oportunistik
Dalam menegakkan diagnosis, penting untuk menelusuri di mana pasien
tinggal dan tempat yang dikunjungi.
Sangat penting untuk mengetahui riwayat keadaan penyakit yang
mendasari dan pengobatan pasien.
Beberapa mikosis endemik dapat menyebabkan eritema nodusum
(misalnya kokidioidomikosis)
Biopsi kulit penting dalam menegakkan diagnosis.
Kultur jamur yang positif harus diintepretasi dengan seksama dan hati-
hati, karena organisme yang diidentifikasi dapat dengan mudah
berkolonisasi pada area tersebut.
Pengobatan biasanya membutuhkan terapi yang lama dengan obat
intravena seperti amfoterisin B, vorikonasol atau kaspofungin.
Mikosis sitemik merupakan infeksi jamur dimana jalur awal masuk ke dalam
tubuh biasanya pada suatu lokasi profunda seperti paru-paru, saluran pencernaan
atau sinus paranasal. Infeksi jamur ini memiliki kapasitas untuk menyebar melalui
aliran darah sehingga dapat menyebabkan suatu infeksi generalisata. Pada
prinsipnya terdapat dua varian utama mikosis sistemik: (1) mikosis oportunistik
dan (2) mikosis respiratori endemik.
Tabel 190-2 Mikosis Sistemik Oportunistik dan Faktor Predisposisi yang Mendasari
Predisposisi Infeksi
Neutropeni (apapun penyebabnya) defek fungsi netrofil
Aspergillosis, kandidiasis orofaring dan/atau sistemik, mucormycosis, infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang jarang
Limfopeni CD4 (misalnya AIDS) Kandidiasis orofaring, kriptokokosis, dan mikosis respiratori yang endemik seperti histoplasmosis, nokardiosis
Diabetes Melitus Mucormycosis
Operasi Katup Jantung Bervariasi, terutama Candida albicans dan non-albicans candida sp.
Operasi abdomen Kandidiasis
2
Mikosis sistemik oportunistik yang sering ditemukan pada manusia adalah
kandidiasis profunda/sistemik, aspergilosis dan zigomikosis sistemik. Mikosis ini
menyerang pasien yang memiliki penyakit dasar yang berat seperti AIDS, atau
dengan kondisi neutropenia yang terkait dengan keganasan, trasplantasi organ
padat atau tindakan pembedahan yang luas. Dengan penggunaan kombinasi
pengobatan antiretrovirus, tampak penurunan insiden mikosis sistemik pada
pasien yang terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV). Khusus pasien
dengan neutropenia, kadang-kadang jamur-jamur lain juga dapat menyebabkan
infeksi. Kondisi-kondisi dasar yang berbeda mempengaruhi berbagai mikosis
yang berbeda pula dan suatu skema untuk hal ini ditunjukan pada tabel 190-2.
Secara umum, sebagian besar infeksi oportunistik ini jarang melibatkan kulit,
meskipun infeksi dapat terjadi pada lingkungan dan cuaca apapun. Manifestasi
klinis mikosis oportunistik juga beragam karena tergantung dari lokasi masuknya
organisme dan penyakit dasarnya.
Gambar 190-8. Rute infeksi dan penyebaran ke kulit oleh mikosis (respiratori) endemik. CNS = Central Nervous System = sistem saraf pusat
3
Mikosis respiratori endemik antara lain adalah histoplasmosis (tipe klasik
dan Afrika), blastomikosis, kokidioidomikosis, parakokidioidomikosis dan infeksi
yang disebabkan oleh Penicillium marneffei. Manifestasi klinis dari jenis infeksi
ini dipengaruhi oleh latar belakang kondisi pasien dan banyak terjadi pada pasien
dengan kondisi imunodefisiensi terutama AIDS. Namun, manifestasi klinis ini
memiliki pola klinis yang serupa pada semua jenis infeksi. Infeksi ini juga dapat
menyerang individu yang sehat. Infeksi ini terjadi pada daerah endemik dengan
batas area yang jelas yang ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung
kelangsungan hidup organisme penyebab tersebut di lingkungan, seperti faktor
iklim. Rute dari infeksi ini biasanya melalui paru-paru (Gambar 190-8).
Dalam prakteknya, perbedaan antara mikosis oportunistik dan endemik
tidak jelas, karena kedua kelompok infeksi ini cenderung terjadi pada pasien yang
memiliki kerentanan. Hal ini terutama terjadi pada kasus kriptokokosis, yang
menunjukkan gambaran klinis dan patologis dari dua jenis mikosis respiratori
sistemik, tetapi sekarang sering terlihat pada pasien AIDS yang tidak diobati.
HISTOPLASMOSIS
Jamur dari genus dimorfik Histoplasma menyebabkan sejumlah infeksi yang
berbeda pada hewan dan manusia. Mulai dari histoplasmosis kuda atau farcy
kuda, yaitu suatu infeksi diseminata pada kuda yang disebabkan oleh Histoplasma
farciminosum hingga dua jenis infeksi pada manusia yang dikenal sebagai:
1. Histoplasmosis klasik atau bentuk kecil.
2. Histoplasmosis Afrika.
Masing-masing disebabkan oleh dua varian Histoplasma capsulatum:
H. capsulatum var. capsulatum
H. capsulatum var. duboisii.
Keduanya dapat dibedakan karena pada fase ragi berbeda dalam ukuran, bentuk
capsulatum bervariasi memproduksi sel-sel dengan diameter dari 2-5 µm dan
bentuk duboisii memproduksi sel-sel dengan diameter dari 10-15 µm. Perbedaan
penting lainnya adalah pada epidemiologi dan manifestasi klinis. Juga terdapat
perbedaan antigen minor yang jelas dalam serodiagnosis tetapi sama dalam fase
miselium. Dua jenis infeksi pada manusia ini akan disebut sebagai histoplasmosis
dan histoplasmosis Afrika karena nomenklatur ini paling banyak digunakan.
4
HISTOPLASMOSIS KLASIK / BENTUK KECIL / HISTOPLASMOSIS
CAPSULATI.
Histoplasmosis terjadi akibat infeksi jamur dimorfik H. capsulatum var.
capsulatum. Telah dijelaskan juga suatu kondisi seksual jamur ini yaitu
Ajellomyces capsulatus. Infeksi dimulai sebagai suatu infeksi paru yang pada
sebagian besar individu bersifat asimtomatik dan dapat sembuh spontan, satu-
satunya bukti dari paparan adalah hasil tes reaksi kulit intradermal positif terhadap
ekstrak antigen jamur, histoplasmin. Namun, selain itu terdapat gejala penyakit
berupa infeksi pernapasan dan histoplasmosis paru akut atau kronis, serta infeksi
diseminata yang dapat menyebar mengenai kulit atau membran mukosa. Inokulasi
langsung ke dalam kulit dapat terjadi sebagai akibat dari kecerobohan saat
melakukan tindakan pemeriksaan laboratorium.
Epidemiologi.
Histoplasmosis dapat terjadi di banyak negara mulai dari Amerika sampai Afrika,
India, dan Timur Jauh. Di Amerika Serikat, penyakit ini endemik di Mississippi
dan lembah sungai Ohio, dimana sering lebih dari 80 % dari populasi mungkin
telah mengalami infeksi asimtomatis. Insiden pajanan biasanya rendah pada
semua daerah endemik yang lain, meskipun insiden yang tinggi juga ditemukan di
Amerika Selatan dan beberapa pulau Karibia. Histoplasmosis tidak ditemukan di
Eropa. H. capsulatum merupakan organisme lingkungan yang dapat diisolasi dari
tanah, terutama pada tanah yang terkontaminasi dengan kotoran burung dan
kelelawar.
Penyakit ini biasanya diperoleh pasien melalui inhalasi terhadap spora, dan
keadaan infeksi pernafasan dapat terjadi pada orang yang terpajan lingkungan
sarat spora ketika menjelajahi gua atau saat membersihkan tempat yang sangat
terkontaminasi dengan kotoran burung, tempat hinggapnya burung-burung seperti
ranting pohon dan bangunan tua yang telah rusak. Meskipun setiap orang dapat
mengalami histoplasmosis melalui hirupan melalui udara, hal ini menyebabkan
suatu infeksi diseminata, khusus pada pasien-pasien dengan penyakit yang
mempengaruhi kapasitas imun seluler seperti penyakit AIDS atau limfoma.
5
Temuan Klinis.
Spektrum histoplasmosis terdiri dari infeksi asimtomatis serta infeksi dengan
gejala ringan dan berbagai tipe diseminata yang menyebar secara progresif dengan
variasi penyebaran melalui aliran darah hingga ke beberapa organ. Lesi kulit dapat
terjadi sebagai akibat dari pembentukan kompleks imun pada infeksi primer
(eritema multiforme) atau dari penyebaran langsung setelah diseminasi dari paru-
paru. Walupun jarang, infeksi dapat terjadi pada lokasi inokulasi ke dalam kulit.
Sesuai dengan definisinya, histoplasmosis bentuk asimtomatik tanpa
disertai adanya tanda-tanda atau keluhan, tetapi mereka yang terpajan biasanya
memiliki hasil tes kulit histoplasmin yang positif. Persentase reaksi tes kulit di
masyarakat menunjukkan kemungkinan pajanan, dan di daerah endemik ini bisa
berkisar dari 5 % - 90 %. Kadang-kadang, nodul paru asimtomatik yang diangkat
pada tindakan eksplorasi bedah atau otopsi didapatkan mengandung histoplasma.
Histoplasmosis Paru Akut.
Pada histoplasmosis paru akut, pasien sering terpajan oleh spora dalam jumlah
yang banyak seperti dapat ditemui di sebuah gua atau pada saat setelah
membersihkan daerah yang banyak burung. Pasien yang disertai dengan keluhan
batuk, nyeri dada dan demam, sering disertai nyeri sendi dan eritema ruam toksik,
eritema multiforme, atau eritema nodosum. Ruam kulit ini tidak umum, terjadi
pada kurang dari 15 % dari pasien, tetapi kondisi ini mungkin dipicu oleh suatu
pengobatan infeksi akut. Pada foto toraks, sering tampak bintik menyebar yang
mungkin dapat menjadi kalsifikasi.
Histoplasmosis Paru Kronis.
Histoplasmosis paru kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan terjadi dengan
disertai konsolidasi dan kavitasi paru yang sangat mirip dengan tuberkulosis.
Tidak tampak adanya keterlibatan kulit.
Histoplasmosis Diseminata Progresif Akut.
Pada pasien dengan histoplasmosis diseminata akut, terdapat penyebaran luas ke
organ lain seperti hepar dan lien, sistem limforetikuler, dan sumsum tulang.
Pasien mengalami penurunan berat badan yang progresif dan demam. Bentuk ini
merupakan jenis yang paling sering terjadi pada pasien AIDS yang tidak diobati
6
yang sering mengalami kelainan lesi kulit sebagai suatu manifestasi dari infeksi
diseminata (Gambar 190-9). Terdapat lesi papul, nodul kecil, atau lesi keci yang
menyerupai moluskum yang kemudian dapat berkembang menjadi ulkus dangkal.
Lesi kulit ini lebih sering terjadi pada pasien dengan HIV positif dibandingkan
dengan histoplasmosis diseminata pada orang lain tanpa HIV. Pada infeksi ini
juga dapat terjadi infiltrasi mikronodular paru yang difus. Pasien mengalami
penurunan berat badan yang progresif, demam, anemia, dan hepatosplenomegali.
Perbedaan antara histoplasmosis diseminata akut dan kronik bersifat
artifisial karena kondisi ini hanya menunjukkan perbedaan kebiasaan yang
ekstrem, dengan progresi yang terjadi lebih dari beberapa bulan pada bentuk yang
akut, dan lebih dari beberapa tahun pada bentuk yang kronik. Bentuk intermediet
dapat mengenai organ-organ lain seperti selaput otak dan jantung.
Gambar 190-9. Histoplasmosis, diseminata. Papul-papul keratotik eritematosa yang multipel dan plak-plak kecil yang menyerupai pola psoriasis gutata terlihat pada dada dan lengan seorang laki-laki dengan penyakit HIV yang lanjut.
Histoplasmosis Diseminata Progresif Kronik.
Histoplasmosis diseminata kronik dapat terlihat berbulan-bulan atau bertahun-
tahun setelah pasien meninggalkan area endemik. Gambaran klinis yang paling
sering didapatkan adalah ulkus oral atau faring dan insufisiensi adrenal (penyakit
addison) karena infiltrasi adrenal. Ulkus-ulkus pada mulut biasanya lebar,
ireguler, dan persisten dan dapat mengenai lidah begitu juga dengan mukosa pipi.
Pasien dapat terlihat sehat, namun penting untuk ditelusuri adanya infeksi di
tempat lain (misalnya dengan CT Scan abdomen). Infeksi adrenal harus dapat
disingkirkan.
7
Histoplasmosis Kutaneus Primer.
Histoplasmosis kutaneus primer jarang ditemukan dan terjadi setelah inokulasi
dari organisme ke kulit, misalnya setelah kecelakaan laboratorium atau infeksi
didapat dari ruangan postmortem. Lesi primer berupa nodul atau ulkus yang
berindurasi, dan sering didapatkan limfadenopati lokal.
Diagnosis Banding.
Organisme ini mempunyai ukuran yang sama dengan sejumlah organisme lain
yang menyebabkan mikosis profunda seperti P. Marnaffei dan bentuk kecil dari
Blastomyces dan Cryptococcus (lihat pemeriksaan laboratorium). Organisme ini
juga mempunyai ukuran yang sama dengan Leishmania sp., dan pada daerah
tropis, penyakit kala-azar merupakan diagnosis banding yang penting. Temuan ini
menegaskan pentingnya melakukan pemeriksaan laboratorium yang sesuai untuk
mengkonfirmasi diagnosis.
Pemeriksaan Laboratorium.
Diagnosis histoplasmosis ditegakkan dengan mengidentifikasi sel menyerupai ragi
intraseluler yang kecil dari histoplasma di sputum, darah perifer, sumsum tulang
dan spesimen biopsi. Histoplasma harus dibedakan dari P. Marneffei karena
kedua organisme mempunyai ukuran yang sama, meskipun P. Marneffei
memperlihatkan bentukan septa yang khas. Identitas dari organisme harus
dikonfirmasi dengan kultur, organisme tersebut tumbuh sebagai sebuah mold pada
temperatur ruangan. Koloni yang putih seperti kapas terbentuk pada temperatur
ruangan di agar glukosa sabouraud untuk menghasilkan 2 tipe spora, yang lebih
lebar (8-15µm), bulat, makrokonidia tuberkulatum tipikal; mikrokonidia yang
lebih kecil yang menular. Untuk mengidentifikasi secara pasti dengan melakukan
pemeriksaan DNA dimana harus didapatkan RNA ribosomal. Kultur pada fase
miselial dari H. capsulatum sangat infeksius, dan laboratorium yang menerima
spesimen itu harus diperingatkan tentang diagnosis yang dicurigai.
Tes kulit intradermal histoplasmin merupakan alat epidemiologik, namun
tidak membantu dalam mendiagnosis. Pada pasien histoplasmosis diseminata, tes
tersebut sering negatif. Sebaliknya pemeriksaan serologi sering berguna untuk
diagnosis. Adanya peningkatan titer fiksasi komplemen mengindikasikan
8
penyebaran. Deteksi presipitin melalui imunodifusi juga berguna karena adanya
antibodi spesifik terhadap antigen H dan M berkorelasi dengan infeksi aktif atau
infeksi yang baru terjadi. Perkembangan baru, terutama yang berguna pada pasien
AIDS, adalah ditemukannya pemeriksaan tes serologik untuk mendeteksi antigen
histoplasma pada sirkulasi. Pada potongan histopatologik, H. capsulatum
merupakan parasit intrasel sering terlihat dalam makrofag. Sel tersebut lebih kecil
(diameter 2-4µm) dan berbentuk oval dengan buds/pucuk kecil (Gambar 190-10).
Bentuk miselial jarang terlihat pada jaringan.
Gambar-190-10. Histoplasmosis, diseminata. Spesimen biopsi lesi memperlihatkan makrofag-makrofag dermis yang penuh sesak dengan lusinan bentuk ragi yang tipis dari Histoplasma capsulatum (panah).
HISTOPLASMOSIS AFRIKA (HISTOPLASMOSIS BENTUK BESAR
atau HISTOPLASMOSIS DUBOISII).
Histoplasmosis Afrika merupakan infeksi yang sporadik dan jarang pada pasien-
pasien AIDS. Infeksi ini ditemukan mulai dari daerah selatan sahara dan sebelah
utara Sungai Zambezi di Afrika. Infeksi yang terdapat di luar Afrika berasal dari
Afrika. Lokasi yang paling sering terkena secara klinis adalah kulit dan tulang,
meskipun limfonodi dan organ lain, termasuk paru-paru, dapat terkena. Lesi kulit
bervariasi mulai dari bentuk papul kecil yang menyerupai moluskum kontagiosum
sampai abses dingin, sinus yang mengeluarkan cairan, atau ulkus. Masih belum
jelas diketahui apakah terdapat bentuk asimtomatis dari histoplasmosis afrika
seperti yang didapatkan pada histoplasmosis klasik. Diagnosis dikonfirmasi
dengan kultur dan mikroskopis (mikroskopi langsung atau histopatologi).
9
Organisme H. capsulatum var. duboisii berbeda dengan bentuk capsulatum yang
ukurannya lebih kecil. Organisme ini biasanya mempunyai diameter 10-15µm,
sekilas seperti buah pir, dan berkelompok dalam sel giant. Serologi histoplasma,
menggunakan tes konvensional, sering memberi hasil negatif pada histoplasmosis
Afrika.
Terapi.
Pilihan pengobatan untuk histoplasmosis tergantung dari tingkat beratnya
penyakit. Pada pasien dengan beberapa bentuk diseminata atau bentuk terlokalisir,
itrakonazol oral (200-400 mg perhari) sangat efektif. Obat ini juga digunakan
untuk pengobatan supresi jangka panjang pasien AIDS setelah pengobatan primer
baik dengan itrakonazol atau amfoterisisn B. Apabila didapatkan hitung CD4
tidak menurun pada pasien yang sedang dalam pengobatan Highly Active Anti-
Retroviral Therapy (HAART), maka pengobatan supresif dapat dihentikan. Pada
penyakit AIDS, beberapa pasien mendapatkan pengobatan untuk histoplasmosis,
sebuah immune reconstitution syndrome dilaporkan setelah memulai terapi
HAART dengan gejala obstruksi intestinal, uveitis dan artralgia. Pemberian
amfoterisin B intravena (sampai dengan 1 mg/kg perhari) diberikan pada pasien
yang mengalami infeksi yang menyebar luas dan berat dan merupakan terapi
alternatif yang utama. Ketokonazol dan itrakonazol juga efektif pada banyak
kasus. Pada histoplasmosis Afrika, itrakonazol juga merupakan terapi pilihan,
tetapi sekali lagi, pada kasus yang berat, amfoterisin B merupakan pilihan.
BLASTOMIKOSIS (BLASTOMIKOSIS AMERIKA UTARA).
Blastomikosis adalah mikosis kronik yang disebabkan oleh patogen dimorfik
Blastomyces dermatitidis. Tempat utamanya pada paru-paru tetapi bentuk infeksi
yang diseminata dapat mengenai kulit, tulang, CNS dan tempat-tempat lain.
Epidemiologi.
Blastomikosis ditemukan di Amerika Utara dan Kanada. Sebagian besar kasus
diperkirakan berasal dari Regio Great Lakes dan Amerika Serikat bagian selatan.
Blastomikosis juga terjadi secara sporadik di Afrika, dengan jumlah kasus yang
paling besar berasal dari Zimbabwe, dan kasus ini juga telah dilaporkan dari
Timur Tengah dan India.
10
Diperkirakan bahwa habitat alami Blastomyces berhubungan dengan
serbuk-serbuk kayu dan berada dekat dengan sungai atau danau atau pada daerah-
daerah yang mengalami banjir secara periodik. Walaupun demikian, sulit untuk
mengisolasi bentuk Blastomyces dari lingkungan alami. Blastomikosis juga dapat
mengenai binatang-binatang peliharaan seperti anjing.
Manifestasi Klinik.
Seperti histoplasmosis, terdapat juga bentuk infeksi subklinis; prevalensinya tidak
dapat diterangkan secara mendetail disebabkan oleh karena kelangkaan antigen
Blastomyces untuk tes kulit (skin test) dan perluasan reaksi silang antigen dengan
jamur seperti Histoplasma. Blastomikosis kulit primer umumnya sangat jarang
dan menyertai trauma pada kulit dan diikuti oleh masuknya jamur, sebagai contoh,
pada pekerja laboratorium atau ahli patologi. Setelah inokulasi, dalam 1-2 minggu
terlihat daerah eritema, dengan indurasi dan ulkus yang disertai limfangitis dan
limfadenopati.
Secara klinis blastomikosis paru sangat mirip dengan tuberkulosis paru.
Bisa tanpa gejala atau ada demam yang ringan, nyeri dada, batuk dan hemoptosis
namun tidak seperti histoplasmosis, blastomikosis sering terjadi bersamaan
dengan penyakit diseminata. Lesi-lesi kulit merupakan gambaran yang sering
didapatkan pada blastomikosis diseminata. Lesi kulit sering simetris dan biasanya
mengenai wajah dan ekstremitas. Lesi awalnya adalah papul atau nodus yang
dapat mengalami ulserasi dan mengeluarkan nanah. Sejalan dengan waktu, lesi ini
meluas membentuk lesi hiperkeratotik, sering dengan ulserasi dan/atau parut di
bagian tengah. (Gambar 190-11 dan 190-12).
Lesi pada mulut jarang terlihat. Lesi kulit multipel sering ditemukan pada
infeksi diseminata. Pasien-pasien lain dapat menunjukkan nodul dan abses, pada
beberapa pasien muncul lesi yang memiliki morfologi berbeda-beda.
Blastomikosis yang melibatkan kulit dan tulang frekuensinya lebih tinggi pada
pasien-pasien di Afrika. Meskipun blastomikosis dapat mengenai setiap organ,
tempat-tempat lain yang sering diserang meliputi tulang, epididimis dan kelenjar
adrenal. Jarang terjadi penyebaran secara cepat dengan melibatkan multipel organ
dan B. dermatitidis dapat mengakibatkan Adult Respiratory Distress Syndrome
(ARDS). Lesi-lesi kulit pada penyakit diseminata yang menyebar luas biasanya
11
berupa papul, abses dan ulkus kecil. Blastomikosis yang menyebar luas terjadi
pada pasien AIDS, tetapi ini sangat jarang.
Gambar 190-11. Blastomikosis. Plak yang Gambar 190-12. Blastomikosis mengalami peradangan dengan ulserasi Plak verukosa kronik pada pipi. menyerupai piderma gangrenosum
Diagnosis Banding.
Granuloma kulit kronik harus dibedakan dengan bentuk yang disebabkan oleh
tuberkulosis, mikosis profunda lain, kanker kulit non melanoma, pioderma
gangrenosum dan reaksi-reaksi obat yang disebabkan bromida dan iodida.
Pemeriksaan Laboratorium.
Jamur dapat ditemukan dengan pemeriksaan KOH dari pus, kerokan kulit atau
sputum, berupa sel yang berbentuk seperti bola (spherical) refraktil dan
berdinding tebal dengan broad-based buds (Gambar 190-13).
Gambar 190-13. Preparat langsung potassium hydroxide (KOH) dari Blastomyces (tanda panah merah)
12
Pada kultur, jamur tumbuh seperti jamur miselial dalam suhu ruangan,
menghasilkan konidia yang kecil, bulat, seperti buah pear. Pada temperatur lebih
tinggi [370C (98,6
0F)] dan enriched media menghasilkan bentuk ragi (yeast)
dengan kuncup (buds) yang khas. Pemeriksaan molekular akan menkonfirmasi
identitas organisme. Pada potongan jaringan organisme yang tipikal dengan buds
yang lebar dapat ditemukan, walaupun perlu melihat beberapa lapangan pandang
untuk menemukan sel-sel yang khas. Sel-sel ini sering ditemukan pada sel raksasa
(giants cell) atau dikelilingi banyak neutrofil (Gambar 190-14).
Gambar 190-14. Blastomikosis. Spesimen biopsi dari lesi menunjukkan bentukan budding yeast (pewarnaan dengan Gomori Methenamine Silver).
Adanya antibodi terhadap B.dermatitidis sering ditemukan dalam serum pasien-
pasien yang terinfeksi dan garis precipitin yang karakteristik, pita E, sering
ditemukan dalam proporsi yang tinggi pada kasus yang telah terbukti; bisa juga
dilakukan pemeriksaan enzim-linked immunosorbent assay untuk blastomikosis.
Terdapat juga suatu sistem deteksi antigen yang paling akurat dalam sampel urin.
Terapi.
Pengobatannya sama dengan yang digunakan pada histoplasmosis, itrakonazol
(200-400 mg perhari) digunakan pada infeksi yang kurang berat atau pada
penyebaran lokal. Pengobatan biasanya diberikan paling sedikit 6 bulan.
Pengamatan diperlukan karena penyakit ini dapat kambuh kembali, khususnya
pada tempat-tempat infeksi bagian dalam atau pada pasien dengan imunosupresi.
Amfoterisin B (sampai dengan 1mg/kg perhari) umumnya digunakan untuk
pengobatan blastomikosis diseminata dengan penyebaran yang luas.