mihwar daulah

32
MENYONGSONG MIHWAR DAULAH BAB 1. DAKWAH : SEBUAH KEMESTIAN Dakwah, Amar makruf dan nahi mungkar adalah ajaran Islam yang memberikan solusi atas dinamika kehidupan kemanusiaan. A. KEWAJIBAN DAKWAH, AMAR MAKRUF, DAN NAHI MUNGKAR Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih baik mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. ( An- Nahl : 125 ) Dalam ayat Makiyah di atas mengandung unsur perintah dari Allah untuk mengajak manusia ke jalan-Nya. Rasul saw dan seluruh pengikutnya dari kaum muslimin dan muslimat mukallaf terkena beban kewajiban dakwah. Allah Ta’ala juga memerintahkan untuk membentuk umat yang senantiasa melakukan dakwah. Umat yang dikehendaki Allah memiliki karakteristik senantiasa melakukan dakwah (yad’una ilal khair), amar makruf (ya’muruna bil makruf) dan nahi mungkar (yanhauma ‘anil mungkar). a. Dakwah, Wajib Ain atau Kifayah ? Terdapat empat titik yang mempertemukan dua pandangan kewajiban dakwah tersebut. Pertama, kedua kelompok ulama telah bersepakat atas wajibnya dakwah. Kedua, ulama berpendapat dakwah sebagai fardhu ain, membatasi kewajiban kepada mereka yang memiliki ilmu dan kemampuan. Ketiga, para ulama yang berpendapat dakwah sebagai fardhu kifayah memahami bahwa kewajiban itu tertunaikan apabila tersedia jumlah yang cukup untuk menyelesaikan beban-beban dakwah. Keempat, seandainya pun tersedia jumlah yang mencukupi untuk menyelesaikan pekerjaan dakwah,

Upload: irham-latif

Post on 20-Jun-2015

1.348 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

Page 1: mihwar daulah

MENYONGSONG MIHWAR DAULAH

BAB 1. DAKWAH : SEBUAH KEMESTIAN

Dakwah, Amar makruf dan nahi mungkar adalah ajaran Islam yang memberikan solusi atas dinamika kehidupan kemanusiaan.

A. KEWAJIBAN DAKWAH, AMAR MAKRUF, DAN NAHI MUNGKAR

Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih baik mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. ( An-Nahl : 125 )

Dalam ayat Makiyah di atas mengandung unsur perintah dari Allah untuk mengajak manusia ke jalan-Nya. Rasul saw dan seluruh pengikutnya dari kaum muslimin dan muslimat mukallaf terkena beban kewajiban dakwah.

Allah Ta’ala juga memerintahkan untuk membentuk umat yang senantiasa melakukan dakwah. Umat yang dikehendaki Allah memiliki karakteristik senantiasa melakukan dakwah (yad’una ilal khair), amar makruf (ya’muruna bil makruf) dan nahi mungkar (yanhauma ‘anil mungkar).

a. Dakwah, Wajib Ain atau Kifayah ?

Terdapat empat titik yang mempertemukan dua pandangan kewajiban dakwah tersebut. Pertama, kedua kelompok ulama telah bersepakat atas wajibnya dakwah. Kedua, ulama berpendapat dakwah sebagai fardhu ain, membatasi kewajiban kepada mereka yang memiliki ilmu dan kemampuan. Ketiga, para ulama yang berpendapat dakwah sebagai fardhu kifayah memahami bahwa kewajiban itu tertunaikan apabila tersedia jumlah yang cukup untuk menyelesaikan beban-beban dakwah. Keempat, seandainya pun tersedia jumlah yang mencukupi untuk menyelesaikan pekerjaan dakwah, nilai dakwah sebagai sebaik-baiknya perkataan tetap berlaku.

Dengan empat titik temu di atas sesunguhnya, jika pun dipahami sebagai fardhu ain atau fardhu kifayah, dakwah tetap menghajatkan keterlibatan seluruh potensi kaum muslimin.

b. Kewajiban Amar dan Nahi

Allah Ta’ala menyebutkan amar makruf dan nahi mungkar sebagai karakter pokok laki-laki dan perempuan yang beriman:

Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka adalh menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat,

Page 2: mihwar daulah

mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.( At–Taubah : 71 )

Allah Ta’ala menyebutkan Rasul dan orang-orang yang mengikutinya selalu melakukan aktivitas amar makruf dan nahi mungkar. Rasulullah saw. Memerintahkan kepada setiap orang mukmin laki-laki dan perempuan yang melihat adanya kemungkinan untuk melakukan upaya mengubah atau mencegah sesuai kesanggupannya. Diriwayatkan dari abu Hurairah r.a, Nabi saw. Telah bersabda:

Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya, apabila tidak mampu maka hendaklah mengubah dengan lisannya dan apabila tidak mampu maka hendaklah mengubah dengan hatinya, yang sedemikian itu selemah-lemahnya iman. (HR. Muslim)

Sebagian kaum muslimin menolak terlibat dalam aktivitas dakwah, amar makruf dan nahi mungkar dengan alasan dakwah hanyalah kewajiban para ulama dan mubalig, sedangkan mereka merasa bukan ulama dan bukan mubalig. Mereka menganggap selama dirinya berada dalam keadaan beriman dan mendapat petunjuk Allah, tidak perlu lagi melakukan dakwah.

c. Alasan Diwajibkan Dakwah

Dr. Abdul Karim Zaidan dalam dalam kitabnya “Ushulud Dakwah” menjelaskan tiga alasan wajibnya dakwah. Pertama, karena Allah telah mengutus Rasul-Nya untuk seluruh umat manusia. Allah Ta’ala berfirman:

Katakanlah, “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua”. (Al-A’raf : 158)

Yang kedua, tersebarnya kemusrikan dan kekafiran di muka bumi akan membahayakan kaum Muslimin, baik cepat atau lambat.

Ketiga, berdakwah berarti menghindarkan kaum Muslimin dari kebinasaan dan azab Allah.

Zinab binti Jasy bertanya kepada Rasulullah saw., “Ya Rasulullah, apakah kami akan binasa juga sedang ada di antara kami prang-orang yang masih melalukan kebaikan?” Rasulullah saw. Menjawab, “Ya, apabila kejahatan telah merata”. (HR. Muslim, dikutip oleh Qurthubi dalam tafsirnya)

Musibah bisa diratakan kepada segenap penduduk, yang jahat maupun yang baik, apabila kemungkaran didiamkan saja. Huru-hara, keguncangan dan kegemparan bisa mendera bangsa Indonesia tanpa henti apabila mereka mengembangkan perilaku mungkar. Bahkan kegilaan bisa menjadi penyakit nasional akibat ditinggalkannya kewajiban nahi mungkar.

Page 3: mihwar daulah

d. Dakwah adalah Solusi

Kemungkaran sistemik di bidang politik, sosial, ekonomi, dan budaya tidak bisa dibiarkan. Sifat asal kemungkaran adalah menghancurkan, oleh karena itu harus dihentikan. Kemungkinan alternatif bagi bangsa Indonesia yang menghadapi berbagai bentuk kemungkaran, antara lain;

Pertama, secara sadar berusaha melakukan nahi mungkar dengan mencegah terjadinya berbagai tindak kemungkaran. Cara ini menyebabkan bangsa dan Negara akan aman dan bisa melaju lurus ke masa depan yang penuh harapan akan keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan.

Kedua, secara sadar membiarkan saja kemungkaran terjadinya dan merajalela di tengah kehidupan masyarakat, bahkan kalau perluiktu menikmati hasil-hasil kemungkaran tersebut. Jika ini pilihan yang di ambil, tidak ada kata lain kecuali kita harus bersiap untuk tenggelam bersama.

Pilihan cerdas yang sesuai akal sehat dan hati nurani yang bersih adalah menyelamatkan kapal kehidupan bangsa dan Negara Indonesia agar tidak tenggelam.

B. TUJUAN UTAMA DAKWAH

`Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Rasulullah saw. Dan para pengikutnya untuk mengajak manusia menuju Allah semata, bukan kepada yang lainnya. Inilah pernyataan “ghayah” (tujuan utama) dakwah.

Allah swt berfirman:

… Dan serulah kepada Tuhanmu, dan janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang musyrik. ( Al-Qashah : 87 )

Perintah dakwah mengajak manusia “ila rabbika” (kepada Tuhanmu) dikaitkan langsunga dengan larangan syirik. Hal ini semakin memperjelas rumusan tujuan utama dalam dakwah, yakni semata-mata mengajak manusia kepada Allah tanpa mempersekutukan dengan sesuatu apa pun.

Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik… . (An-Nahl : 125)

Menyeru menusia menuju jalan Tuhan, Bukan jalan-jalan yang lain,sebab hanya jalan Allah yang lurus. Jalan-jalan lain yang terbentang akan menceraiberaikan dan menyesatkan manusia, sebagaimana firman-Nya:

Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya. ( Al-An’am : 153 )

Page 4: mihwar daulah

Jalan-jalan lain tersebut bisa ideologi, isme, keyakinan dan paham hidup atau millah selain islam. Allah menghendaki umat dibawa menuju jalan yang satu, yaitu jalan Allah, jalan ketuhanan, yanga akan menyelamatkan manusia. Dakwah yang dibebankan kepada Rasulullah saw. beserta pengikutnya disebut Allah sebagai satu-satunya jalan.

Katakanlah, “inilah jalan (agamaku), aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata. Maha suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik”. (Yusuf : 108)

Tujuan dakwah yang dilakukan oleh setiap rasul Allah dari zaman ke zaman senantiasa sama, yakni mengajak manusia kepada Allah, tak ada tujuan yang lain. Mereka mengajak umatnya agar menyembah hanya kepada Allah dan menjauhi ilah selain Allah.

Dengan demikian, seluruh aktivis dakwah dari masa ka masa hingga akhir zaman tiba telah disatukan oleh kesatuan tujuan utama yaitu mengajak manusia kepada Allah dengan menyembah-nya, tanpa mempersekutukan dengan ilah-ilah yang lain.

C. MAD’U DALAM DAKWAH

Mad’u adalah objek dan sekaligus subjek dalam dakwah, yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali. Dakwah tidak hanya ditujukan kepada orang Islam, tetapi orang-orang di luar Islam, baik mereka itu atheis, penganut aliran kepercayaan, maupun pemeluk agama-agama lain. Semua adalah Mad’u. hal ini disebabkan karena misi kedatangan Islam adalah sebagai rahmat bagi alam semesta. Pendek kata, semua manusia, apa pun keyakinan hidupnya, ras, bahasa, dan bangsanya adalah Mad’u. Bahkan mereka serius dan konsisten memerangi ajaran tauhid adalah Mad’u dalam dakwah.

Dalam konteks gerakan dakwah Islam, kendatipun seluruh manusia adalah Mad’u, akan tetapi perlu adanya prioritas dalam penggarapannya. Berbagai keterbatasan yang dimiliki gerakan dakwah tidak memungkinkan mengambil seluruh bagian umat untuk dilakukan dakwah kepada mereka sekaligus. Prioritas adalah kunci untuk bisa melakukan kerja dakwah secara efektif dan menghasilkan produk yang optimal.

D. METODE DAKWAH

Allah Ta’ala memberikan pedoman metodologis dalam menunaikan dakwah, yaitu dengan hikmah dan mauizah hasanah, sebagaimana firman-Nya sebagai berikut:

Page 5: mihwar daulah

Seluruh manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. ( An-Nahl : 125 )

Berbagai pengertian secara bahasa maupun pengertian syara’, Dr. Ali Abdul Halim Mahmud menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hikmah di dalam dakwah adalah berbuat yang tepat dengan cara yang tepat pada waktu yang tepat.

Aplikasi metode dakwah dengan hikmah sedah dicontohkan oleh Rasulullah saw sejak beliau berlaku lembut dan santun bahkan terhadap musuh saat awal periode Mekah, sampai saatnya beliau mengomando para sahabat untuk mengangkat senjata memerangi musuh. Semua ini adalah aplikasi hikmah. Ada kalanya menahan diri, tetapi ada pula saat berperang. Ada masanya beliau berdakwah secara sirriyah (tertutup), tetapi ada pula masanya untuk berdakwah secara jahriyyah (terbuka).

Tahap-tahap dakwah yang dilalui oleh Nabi saw merupakan contoh dari hikmah dalam dakwah. Beliau melakukan dakwah dengan tahapan-tahapan yang jelas sebagaimana penahapan dalam turunnya Al-Quran. Jika tidak bertahap dalam melakukan dakwah, justru akan memunculkan ketidaksiapan masyarakat dalam menerima seruan kebenaran.

E. DAKWAH DENGAN TERSTRUKTUR

Hendaknya dakwah dilakukan secara bersama-sama dalam suatu penataan struktur (tanzhim). Manusia terbatas dengan berbagai kelemahan dan kekurangan. Akan tetapi, apabila bersatu dalam sebuah penataan maka kekurangan satu dengan lainnya akan tertutupi dan terlengakapi.

…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebijakan dan takwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…(Al-Ma’idah : 2 )

Strukturisasi gerakan dakwah merupakan sebuah hajat dan kemendesakan, mengingat banyaknya agenda permasalahan umat yang menuntut penyelesaian sistemik. Sesungguhnya telah banyak contoh dalam kehidupan keseharian yang bisa dijadikan rujukan. Shalat berjamaah adalah contoh kongkret tentang bagaimana seharusnya kegiatan kaum muslimin dikelola. Ada imam yang didengar dan dipatuhi perintahnya, ada jamaah yang taat, tetapi kritis terhadap sang imam, sehingga apabila imam melakukan kesalahan, jamaah wajib menegur dan membenarkan. Demikian juga pembisaaan yang dilakukan oleh Rasul saw agar kaum Muslimin berada dalam keadaan terpimpin, tidak melangkah sendiri-sendiri.

Untuk mewujudkan kegiatan dakwah yang berstruktur ini, perlu dibentuk “kepribadian jamaah” pada diri aktivis dakwah. Kepribadian jamaah adalah sebuah kepribadian yang mampu mencerap dan mengaplikasikan nilai-nilai keberjamaahan dalam kehidupan sehari-hari sebagai aktivis dakwah. Kepribadian jamaah dalam kehidupan para sahabat Rasul yang memiliki komitmen penuh pada

Page 6: mihwar daulah

system dan pimpinan. Syiar mereka adalah mendengar dan taat, baik dalam keadaan ringan maupun berat, sedih maupun senang.

Mobilisasi struktural dalam dakwah baru bisa dilakukan apabila setiap aktivis dakwah telah menginternalisasikan kepribadian jamaah dalam diri mereka. Kita lihat, betapa Rasulullah saw dengan gampang melakukan mobilisasi secara struktural dan sistemik untuk berbagai tugas dakwah. Berbagai maneuver dakwah, sariyyah maupun ghazwah, cukup menjadi bukti keberhasilan beliau dalam memobilisir seluruh potensi sahabat.

Berangkatlah kamu, baik dalam keadaan merasa ringan maupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. (At-Taubah : 41 )

F. ASPEK-ASPEK PERTUMBUHAN DAKWAH

Dakwah Islam dalam konteks gerakan harus mengalami pertumbuhan secara simultan meliputi segenap aspeknya. Untuk itu, diperlukan tiga aspek pertumbuhan dalam gerakan dakwah, agar bisa menunaikan misi besar kekhalifahan di muka bumi.

a. Pertumbuhan Kuantitas (Numuwwal Kammiyyah)

Pertumbuhan kuantitas ialah bertambahnya jumlah aktivis gerakan Islam dengan berbagai potensi yang dimiliki. Ada tiga landasan untuk memahami pentingnya pertumbuhan kuantitas, antara lain:

Pertama, perhatikan Al-Quran mengenai urgensi jumlah kaum Muslimin.

Hai Nabi, Gelorakanlah semangat para muknin untuk berjuang. Jika ada 20 orang yang sabar di antara kalian, niscaya mereka dapat mengalahkan 200 musuh. Dan jika ada 100 orang (yang sabar) di antaramu, niscaya dapat mengalahkan 1000 orang kafir disebabkan orang-orang kafir itu adalah kaum yang tidak mengerti.

Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu 100 orang yang sabar niscaya mereka dapat mengalahkan 200 orang; dan jika ada di antaramu 1000 orang (yang sabar) niscaya mereka dapat mengalahkan 200 dengan izin Allah. Dan Allah bersama orang-orang yang sabar. ( Al-Anfal : 65-66 )

Kedua, Nabi membanggakan jumlah umatnya yang banyak, sebagaimana dalam hadits riwayat Thabrani, wa inni mukatsirun bikum al-umama ayaumal qiyamah.

Ketiga, sejarah ekspansi dakwah Islam sejak zaman Nabi saw hingga para khalifah rasyidah, semangat elegan kaum muslimin untuk terus menerus melakukan dakwah, dan maneuver ke berbagai wilayah hingga akhirnya Islam dikenal oleh masyarakat dunia hingga saat ini.

Page 7: mihwar daulah

Cara yang bisa dilakukan untuk mencapai pertumbuhan kuantitas ini adalah dengan melakukan dakwah, baik dakwah fardiyyah maupun dakwah jamahiriyyah. Kedua jenis dakwah ini digunakan sebagai pintu untuk mengajak mereka menuju proses keberislaman yang baik.

b. Pertumbuhan Kualitas (Numuwwun Nau’iyyah)

Pertumbuhan kualitas adalah pertumbuhan kualitas personal maupun struktural gerakan dakwah. Dalam skala personal, hendaknya setiap aktivis gerakan dakwah senantiasa mengupayakan peningkatan berbagai segi kualitas pribadinya; seperti pertumbuhan kualitas spiritual, kualitas moral, kualitas intelektual, dan kualitas amal. Skala struktural, diharapkan adanya peningkatan solidaritas struktur gerakan dan kualitas kinerja organisatoris.

c. Pertumbuhan Kapasitas

Pertumbuhan kapasitas adalah pertumbuhan kemampuan gerakan dakwah untuk menguasai basis sosial di masyarakat. Basis sosial ini harus dibentuk dan dikuasai, karena dakwah islam mengemban misi untuk membahasabumikan Islam. Untuk itu, berbagai potensi masyarakat perlu mendapatkan sentuhan agar mereka pada akhirnya akan memberikan dukungan terhadap dakwah Islam. Dengan berbagai sentuhan langsung di tengah masyarakat itu, diharapkan kapasitas keberagaman mereka akan semakin meningkat.

BAB 2. MIHWAR DAKWAH : DARI TANZHIMI MENUJU DAULAH

Dakwah adalah proses membahasabumikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan keseharian di segala bidang. Para nabi dan rasul terdahulu telah mengemban amanah ini, di mana nabi berikutnya meneruskan dan menyempurnakan pekerjaan nabi yang terdahulu. Hingga akhirnya Nabi akhir zaman, Muhammad saw menunaikan kesempurnaan bangunan dakwah nabi-nabi sebelumnya.

Sesungguhnya, dakwah yang dicontohkan Rasulullah saw bersifat totalitas; mencakup segala sisi kehidupan manusia. Bermula dengan penanaman akidah tauhid yang bersih dari segala unsur syirik, Rasulullah saw meletakkan nilai-nilai Islam secara bertahap kepada masysrakat. Sehingga dengan landasan iman itu, dibangunlah tatanan sosial, tatanan ekonomi, tatanan politit, bahkan sampai ke pembentukan konstitusi Negara Madinah. Inilah dakwah yang total, sehingga membalikkan pribadi jahiliyah menjadi pribadi Islam.

Dalam dakwah hasil yang kita inginkan adalah perubahan sistemik pada seluruh bidangg kehidupan tanpa terkecuali. Untuk mencapai kejayaan masa depan seperti yang dicita-citakan gerakan Islam, perlu disusun kerangka gerak yang integral, bertahap dan berkesinambungan. Secara teoritis, kerangka gerak yang dimaksud meliputi empat lingkar kegiatan atau orbit (mihwar) gerakan. Pertama, adalah orbit

Page 8: mihwar daulah

ideologisasi gerakan (mihwar tanzhimi), kedua adalah orbit sosialisasi gerakan (mihwar sya’bi), ketiga adalah orbit kelembagaan polotik (mihwar mu’assasi), dan keempat adalah orbit kelembagaan Negara (mihwar daulah).

Masing-masing orbit saling berhubungan dengan yang lain secara sinergis, artinya setiap orbit terus berjalan tanpa henti, dan ketika sudah mencapai batas kesiapan optimum akan menambah orbit berikutnya. Dengan demikian, sebuah gerakan dakwah yang telah mencapai fase orbit kenegaraan, berarti pada saat yang bersamaan mereka tengah melakukan keempat orbit secara bersamaan dan sinergis satu dengan yang lainnya.

Kesuksesan melalui sebuah orbit ditentukan oleh sejauh mana keberhasilan dari orbit sebelumnya. Dengan kata lain, keseluruhan orbit tersebut saling berkorelasi secara positif terhadap yang lain, karena orbit sebelumnya menjadi dasar berpijak bagi orbit setelahnya.

A. ORBIT PERTAMA, MIHWAR TANZHIMI

Karakter utama dari mihwar ini adalah melakukan rekrutmen kader inti (an-nuwatu ash-shulbah) untuk kemudian menindaklanjuti dengan segala usaha membina dan memperbaiki kualitas setiap aktivis, sehingga mereka memiliki kepribadian Islam. (asy- syakhshiyyah al-Islamiyyah) dan kepribadian jamaah (asy- syakhshiyyah al-jama’iyyah), sebagai sarana utama untuk berhubungan dengan penataan internal gerakan.

a. Sifat Ketertutupan pada Kegiatan Ideologisasi

Secara umum, kegiatan yang dilaksanakan lebih banyak urusan internal, dan menghajatkan kondisi ketertutupan (sirriyyah) untuk menghindarkan diri dari benturan atau masuknya anasir perusak dari luar.

b. Bentuk Aktivitas Ideologisasi Gerakan

Bentuk-bentuk aktivitas yang dilakukan oleh gerakan dakwah pada orbit ideologisasi yang lebih banyak bersifat tertutup tersebut di antaranya:

1. Membentuk Kepribadian Islami

Kepribadian Islami adalah sebuah kondisi pribadi yang terwarnai dan tercelup dalam nilai-nilai Islam.

2. Membentuk Kepribadian Jamaah

Kepribadian jamaah adalah sebuah kepribadian yang mampu mencerap dan mengaplikasikan nilai-nilai keberjamaahan dalam kehidupan sehari-harinya sebagai aktivis dakwah.

Page 9: mihwar daulah

3. Merekrut Kader Secara Selektif

Rekrutmen personal pada orbit ideologisasi gerakan ini bersifat amal selektif, karena berorientasi kepada terbentuknya kader inti.

c. Konsolidasi Internal

Orbit ideologisasi gerakan menghajatkan sebuah konsolidasi internal yang kokoh, meliputi konsolidasi personal dan konsolidasi struktural. Konsolidasi ini dilaksanakan guna menjamin soliditas personal dan struktural gerakan dakwah, ketika mereka akan menampaki mihwar-mihwar berikutnya dalam perjalanan dakwah.

B. ORBIT KEDUA, MIHWAR SYA’BI

Setelah melampaui orbit ideologisasi maka gerakan berikutnya, yaitu sosialisasi gerakan. Pada orbit sosialisasi, sifat gerakan mulai terbuka, dengan melakukan kegiatan formal dan melakukan kegiatan formal dan melakukan rekrutmen publikdi tengah masyarakat luas.

a. Argumen Urgensi Sosialisasi Gerakan

Sosialisasi harus dilakukan gerakan dakwah, mengingat islam adalah rahmat bagi semesta alam yang harus disampaikan kepada semua bagian di alam semesta ini.

Tiga alasan berikut memperkuat keharusan melakukan sosialisasi gerakan dakwah. Pertama, adanya contoh kegiatan sosialisasi gerakan dakwah di zaman kenabian. Kedua, sifat asal ajaran Islam yang menampik perilaku antisosial. Ketiga, manusia memiliki kebutuhan sosial.

b. Sasaran Sosialisasi Gerakan Dakwah

Orbit sosialisasi gerakan dakwah berorientasi pada beberapa sasaran berikut:

1. Meningakatkan Kapasitas Keberagaman Masyarakat

Tatkala gerakan dakwah hendak mewujudkan peradaban baru yang sesuai dengan tata nilai Islam, tidak mungkin akan bisa meninggalkan masyarakat.

Oleh karena itu, masyarakat harus dibimbing, diarahkan, dan dibina agar selalu memiliki peningkatan kapasitas keberagamaan mereka, sehingga terbentuk masyarakat religius yang melaksanakan kewajiban beragama. Di zaman keemasan Islam, kita menyaksikan tipologi masyarakat yang Islami. Mereka adalah masyarakat yang memiliki kapasitas keberagamaan yang sangat tinggi.

Page 10: mihwar daulah

2. Muncul dan Menguatkan Opini-Opini Positif tentang Islam dan Opini-Opini Islami dalam Berbagai Bidang Kehidupan, Baik Sosial, Ekonomi, Polotik, Hukum, Hankam, maupun HAM.

Tatkala mengupas persoalan sosial, diharapkan masyarakat bisa menggunakan cara pandang Islami untuk memahami dan mencari solusi.

3. Muncul dan Menguatnya Penampilan Islam (al-mazhar al-islami) di tengah Masyarakat

Orbit Sya’bi di antaranya memiliki sasaran agar penampilan Islami semakin menguat di tengah kehidupan masyarakat.

4. Muncul dan Menguatnya Dukungan Publik terhadap Dakwah dan Gerakan Dakwah.

Diharapkan masyarakat semakin simpati dan memberi konstribusi terhadap upaya dakwah, sekaligus bersimpati terhadap pergerakan dakwah.

c. Langkah Sosialisasi Gerakan

1. Menguatkan Peran Publik para Aktivis Dakwah di Tengah Masyarakat.

2. Mengintensifkan Kegiatan Dakwah Ammah (Umum) di tengah Masyarakat.

3. Membuat wajihah atau wadah kegiatan yang legal dan formal.

4. Membuat wadah–wadah atau lembaga yang menghimpun potensi masyarakat.

5. Mengoptimalkan peran media masa, baik cetak maupun elektronik.

6. Melakukan komunikasi dan silahturohmi dengan tokoh –tokoh masyarakat dan organisasi sosial politik.

7. Melakukan komunikasi dan silahturohmi dengan tokoh –tokoh gerakan dakwah dan lembaga – lembaga dakwah islam.

d. Rekrutmen pada orbit sosialisai

1. Rekrutmen (tajnid) pada orbit sosialisasi.

2. Berorientasi mendekatkan masyarakat pada kultur keislaman, dengan harapan mereka bisa memberikan kontribusi optimal sesuai potensi mereka masing – masing.

Page 11: mihwar daulah

e. Langkah – kangkah rekrutmen publik

1. Pemetaan sosial.

2. Menentukan prioritas sasaran.

3. Penetuan strategi dasar (grand strategy).

4. Penentuan metodologi rekrutmen terhadap sasaran.

5. Menentukan sarana dan prasarana rekrutmen.

6. Evaluasi dan penanganan hasil rekrutmen.

C. ORBIT KETIGA, MIHWAR MU’ASSASI

Setelah melakukan persiapan di mihwar tanzhimi, lalu melalui keterbukaan dan langkah rekrutmen publik di mihwar sya’bi, tiba saatnya bagi gerakan dakwah untuk segera memasuki orbit kelembagaan politik (mihwar mu’assasi).

a. Politik dalam Islam

Politik merupakan salah satu bagian utuh dari perhatian islam, agar manusia bisa melaksanakan fungsi kekhalifahan di muka bumi dengan baik, memakmurkan alam semesta dan memimpin umat manusia menuju kebaikan hidup di dunia maupun akhirat.

b. Makna Siyasah

Secara sederhana, kata siyasah dimaknai sebagai politik. Di antara makna siyasah yang penting adalah:

1. Seni Mengatur Pemerintahan

2. Seni Mengelola Perubahan

3. Upaya Merealisasikan Kebaikan

4. Kepedulian terhadap Urusan Umat

c. Makna Musyawarakah Siyasiyah

Tentang partisipasi politik ini, menurut Miriam Budihardjo dalam bukunya “Partisispasi Politik” ada tingkatan-tingkatan sebagai berikut:

1. Mendengarkan berika peristiwa polotik

2. Membaca Berita Politik

3. Mendiskusikan Masalah Politik

Page 12: mihwar daulah

4. Melihat Kampanye Partai Politik

5. Ikut Berkampanye untuk Partai Politik Tertentu

6. Memilih dalam Pemilu

7. Menjadi Anggota Partai Politik

8. Menjadi pimpinan suatu partai politik

d. Penetrasi Kelembagaan Politik

Politik, sebagaimana posisi bidang garap lainnya, hanyalah merupakan salah satu dari sekian banyak bidang sector publik, seperti ekonomi, sosial, dan budaya. Artinya, aktivitas polotik itu tidak dengan sendirinya memiliki makna bertentangan dengan islam.

Oleh karena politik merupakan salah satu bagian dari integrelitas ajaran Islam maka mengurus politik dan kelembagaan politik merupakan salah satu bagian utuh dari pengelola dakwah Islam.

e. Berbagai Kegiatan Mihwar Mu’assasi

1. Mempersiapkan Pelaku Kegiatan Politik

2. Melakukan Pendidikan Politik Kepada Masyarakat

3. Membentuk Partai Politik

4. Mengikuti Pemilihan Umum, Pemilihan Presiden, dan Pemilihan Kepala Daerah

5. Memasukkan Aktivitas Dakwah dalam Lembaga Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif

6. Membangun Komunikasi Politik

D. ORBIT KEEMPAT, MIHWAR DAULAH

Setelah berhasil menunaikan pekerjaan-pekerjaan besar pada tiga mihwar sebelumnya, gerakan dakwah bisa nemambah volume gerakan dengan memasuki orbit kelembagaan Negara (mihwar daulah). Gerakan dakwah harus memikirkan bagaimana bisa menciptakan sebuah pemerintahan yang berdaulat dan terbebas dari pengaruh-pengaruh asing, baik dari segi ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial maupun budaya.

Sebuah pemerintahan yang akan melindungi masyarakat dari degradasi akidah dan akhlak, menunaikan hak-hak rakyat, menegakkan keadilan dan kemakmuran bagi segenap warga, mengolah sumber daya alam dengan penuh amanah. Hal itu

Page 13: mihwar daulah

menghajatkan keterlibatan para aktivis dakwah, sehingga harus aplikasikan dalam orbit penetrasi kelembagaan kenegaraan.

a. Islam, Negara, dan Pemerintahan

Pemerintah dalam sebuah Negara yang dikehendaki dalam Al-Quran adalah sebuah alat kekuasaan untuk merealisasikan kebijakan universal di alam semesta. Hal ini mengandung dua pengertian, Pertama, pemerintah yang tengah berkuasa di suatu Negara pada hakikatnya hanyalah pelaksana dari ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah sebagai pemegang otoritas mutlak di alam semesta. Kedua, bahwa fungsi pemerintahan harus memiliki orientasi kemaslahatan bagi umat secara umum.

b. Aplikasi Prinsip Kedaulatan Allah di Alam Semesta

Islam telah meletakkan fondasi yang kokoh bagi segala system kehidupan. Dalam wacana politik, keimanan kepada Allah Ta’ala menjadi landasan bagi konsep maupun aplikasi praktisnya.

c. Kegiatan Mihwar Daulah

Di antara bentuk kegiatan penetrasi lembaga kenegaraan yang bisa dilakukan oleh gerakan dakwah adalah:

1. Mempersiapkan Pelaku Mihwar Daulah

2. Menyiapkan Cetak Biru Sistem Pemerintahan

3. Memasukkan Aktivis Dakwah dalam Berbagai Lembaga Pengambilan Kebijakan Negara

4. Menyusun Pemerintahan Baru

5. Menetapkan Undang-Undang atau Peraturan

E. SENI MENGELOLA PERKEMBANGAN MIHWAR

Secara internal, gerakan dakwah mengalami perubahan yang amat signifikan setiap kali melakukan pengambangan mihwar. Pada saat menapaki orbit ideologisasi (mihwar tanzhimi), ketertutupan merupakan karakterdasar yang membentuk perilaku dan mentalitas para aktivis dakwah. Tatkala langkah sosialisasi gerakan dimulai, secara perlahan sifat ketertutupan itu harus ditinggalkan. Tentu saja tidak mudah untuk memulai sebuah kultur baru dalam pergerakan. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran secara kolektif dan pembisaaan secara wajar dan cerdas untuk memahami suasana-suasana dan tuntutan baru dalam pergerakan.

Page 14: mihwar daulah

Perubahan-perubahan sifat, suasana, tuntutan, dan juga peluang serta tantangan yang ada dalam dua mihwar tersebut harus diantisipasi secara cepat oleh para aktivis dakwah, agar segera menyesuaikan diri dengan lingkar kerja yang baru.

F. TOLOK UKUR PERUBAHAN

Tiga tolok ukur berikut dapat digunakan sebagai patokan untuk menilai kebutuhan perubahan:

a. Kaidah-Kaidah Syariat

Dr. Yusuf Qardhawi membrikan beberapa kaidah untuk menghadapi pilihan-pilihan tersebut dalam konteks Fikih Muwazanat, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kaidah-Kaidah yang bisa digunakan untuk memilih antara berbagai kemaslahatan:

Mendahulukan kepentingan yang sudah pasti atas kepentingan yang baru diduga adanya, atau diragukan

Mendahulukan kepentingan yang besar atas kepentingan yang kecil

Mendahulukan kepentingan jamaah atas kepentingan pribadi

Mendahulukan kepentingan yang banyak atas kepentingan yang sedikit

Mendahulukan Kepentingan yang berkesinambungan atas kepentingan yang sementara dan incidental

Mendahulukan kepentingan inti dan fundamental atas kepentingan yang bersifat formalitas dan tidak penting

Mendahulukan kepentingan masa depan yang kuat atas kepentingan kekinian yanga lemah

2. Kaidah yang digunakan untuk menentukan pilihan antara berbagai kemudharatan:

Tidak ada bahaya dan tidak boleh membahayakan

Suatu bahaya sedapat mungkin harus disingkirkan

Suatu bahaya tidak boleh disingkirkan dengan bahaya yang sepadan atau lebih besar

Memilih bahaya atau keburukan yang lebih ringan dibandingakan bahaya atau keburukan lainnya

Page 15: mihwar daulah

Memilih menanggung bahaya yang lebih rendah untuk menolak bahaya yang lebih tinggi

Memilih menanggung bahaya yang khusus untuk menolak bahaya yang lebih luas dan umum.

3. Kaidah-Kaidah Penting untuk memilih antara kebaikan dan keburukan apabila keduanya bertemu;

Menolak kerusakan didahului atas mengambil kemanfaatan

Kerusakan kecil ditolerir untuk memperoleh untuk kemaslahatan yang lebih besar

Kerusakan yang bersifat sementara ditolerir untuk kemaslahatan yang berkesinambungan

Kemaslahatan yang sudah pasti tidak boleh ditinggalkan karena adanya kerusakan yang baru diduga adanya.

b. Konstitusi Organisasi

Gerakan dakwah tentu saja memiliki seperangkat konstitusi (qanun asasi), seperti Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan, Pedoman, Panduan, Kebijakan, Fatwa dan mekanisme lainnya yang bersifat mengikat kepada setiap langkah gerak dan pelaku pergerakan. Dan setiap aktivis dakwah harus dibiasakan memiliki ketaatan terhadap konstitusi organisasi, sehingga aspek-aspek yang mengalami perubahan karena adanya perubahan mihwar itu pun tetap dalam koridor konstitusi.

c. Pertimbangan Da’wiyah

Bisa jadi, sebuah pilihan kegiatan dapat dibenarkan oleh syariat setelah dilakukan pertimbangan menggunakan berbagai kaidah, demikian pula dalam konstitusi organisasi tidak melarang adanya kegiatan tersebut, namun masih ada pertimbangan berikutnya dalam konteks dakwah. Pertanyaan yang dimunculkan adalah, apakah kegiatan tersebut positif dalam konteks dakwah atau justru kontra produksi, atau tepat atau tidak tepatkah dilaksanakan sekarang?

G. PERSIAPAN UNTUK MEMASUKI PERUBAHAN

Para pelaku dakwah memerlukan pula sejumlah persiapan untuk bisa mengemban tugas pada setiap perkembangan mihwar dengan sukses, antara lain:

Pertama, kesiapan diri dan kelapangan jiwa untuk berinteraksi dengan berbagai realitas sosial masyarakat.

Page 16: mihwar daulah

Kedua, peningkatan pemahaman keislaman kejamaahan, dan kenian.

Ketiga, kemampuan berkomunikasi efektif. Menghadapi keragaman masyarakat menghajatkan kemampuan komunikasi efektif.

BAB 3. PERSIAPAN-PERSIAPAN AKTIVITAS DAKWAH

Tak bisa dipungkiri, persiapan-persiapan yang diperlukan seorang aktivis dakwah bersifat madal hayah (sepanjang hidup) sebab kewajiban dakwah berlaku selama itu pula.

A. PERSIAPAN RUHANIYAH

Ini merupakan rahasia kekuatan Islam, pada saat imam mulai tumbuh dan berkembang dalam pribadi mukmin, detik itu pula muncul sosok jiwa yang siap mati di jalan Allah swt. Sejarah telah membuktikan hal itu. Ketika Bilal bin Rabah r.a menyatakan diri masuk Islam maka siksaan yang dilakukan Umayyah bin Khalaf kepadanya tak berpengaruh, selain menambah keteguhan iman belaka.

Keyakinan yang kokoh akan kebenaran jalan yang telah ditempuh membuatnya rela mempertaruhkan nyawa. Rasulullah saw menyiapkan generasi awal Islam lewat tarbiyyah ruhaniyyah yang mantap. Turunnya surat Al-Muzzammil pada awal periode Mekah menginsyaratkan betapa kuatnya persiapan tarbiyyah ruhaniyyah saat itu.

Gejala Kekeringan Ruhaniyah

a. Mudah Dilanda Kejenuhan dan Kemalasan

b. Mudah Emosi dan Tersinggung

c. Mudah Kecawa dan Putus Asa

d. Mudah Mengeluh dan Meratapi Kondisi

B. PERSIAPAN KARAKTER (MUWASHAFAT)

AKTIVIS DAKWAH HARUS MEMILIKI muwashafat (karakter) yang kuat dan jelas. Karakter yang sangat kuat melekat pada generasi sahabat tidaklah muncul dengan tiba-tiba dan seketika, tetapi hasil dari proses pembinaan yang panjang dan berkesinambungan.

a. Nabi Membentuk Karakter Sahabat

Karakter yang hendak dibangun Nabi saw lewat proses tarbiya, antara lain:

1. Membentuk Tashawwur Islami

Page 17: mihwar daulah

2. Membentuk Sistem AMAL Jama’i

3. Membentuk Karakter Kepribadian

b. Landasan Karakter Para Aktivis Dakwah

Islam sebagai din yang syamil memiliki patokan karakter kepribadian penganutnya yang tercermin dalam doktrin akidah, syariah maupun akhlak. Akidah sebagai fondasi keyakinan telah tertancap sejak awal zaman kenabian ke dada para sahabat. Inilah patokan karakter yang amat fundamental dalam kehidupan muslim, yang menyebabkan seorang muslim berkepribadian tamayyuz (spesifik), berbeda dari yang lainnya.

Ada beberapa karakter yang selayaknya dimiliki para aktivis dakwah Islam, yakni:

1. Kejelasan Wala’ (Loyalitas)

2. Menetapi Akhlak Kenabian

c. Muwashafat Para Aktivis Dakwah

Muwashafat bagi para aktivis dakwah mencakup sepuluh poin kepribadian islami berikut:

1. Salimul ‘Aqidah

2. Shahihul ‘Ibadah

3. Matinul Khuluq

4. Qadirun ‘ala Kasbi

5. Mutsaqqaful Fikri

6. Qawiyyul Jismi

7. Mujahidun linafsihi

8. Munazhzhamun fi Syu’unihi

9. Harishun ‘ala Waqtihi

10. Nafi’un li Ghairihi

C. PERSIAPAN FIKRIYAH (INTELEKTUAL)

Persiapan intelektual bermaksud untuk memperkuat keterikatan dan penguasaan konsepsional setiap personal bagi keperluan dakwah.

Page 18: mihwar daulah

a. Pengetahuan Islam secara Lengkap

1. Ilmu Ushul Ats-Tsalatsah (tiga landasan pokok) yang meliputi pengetahuan (ma’rifah) tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, Ar-Rasul dan Al-Islam itu sendiri.

2. Al-Quran, baik kandungan maupun ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya.

3. As-Sunnah, baik kandungan maupun ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya.

4. Ilmu Al-Aqa’id (akidah), akhlak dan fiqh

5. Sirah Nabawiyah dan tarikh umat Islam

6. Ilmu Bahasa Arab

7. Sistem musuh dalam menghancurkan Islam (deislamisasi)

8. Studi Islam modern

9. Fiqh Ad-Dakwah

b. Pengetahuan Modern

Seorang aktivis dakwah juaga perlu mengerti ilmu pengetahuan modern yang sekarang banyak berkembang. Pengetahuan ini sering pula disebut dengan ilmu kauni. Aktivis dakwah islam perlu juga mengetahui secara global maupun khusus keseluruhan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dalam gerak dakwah Islam. Pendek kata, keseluruhan ilmu yang bermanfaat bagi dakwah harus dikuasai muslimin, termasuk berbagai sisi keahlian praktis.

D. PERSIAPAN JASADIYAH

Persiapan jasadiyah atau fisik merupakan bagian integral dari keseluruhan persiapan yang mesti dilakukan oleh para akativis dakwah. Kesehatan fisik merupakan salah satu syarat kesuksesan dakwah. Hendaklah para aktivis senantiasa menjaga kesehatan dan kekuatan tubuhnya.

a. Kebisaaan Hidup Sehat

Kebisaaan hidup sehat seperti fondasi yang sangat penting untuk mendapatkan kesehatan dan kekuatan fisik. Makanan yang seimbang dari segi kandungan karbohidrat, protein, lemak juga vitamin dan mineral. Sayur-sayuran hijau,ikan laut maupun darat, buah-buahan merupakan contoh makanan yang menyehatkan, ditambah makanan pokok yang telah bisa dikonsumsi.

b. Olahraga Teratur

Page 19: mihwar daulah

hendaklah para aktivis memiliki kegiatan olahraga (riyadhah) yang teratur. Dengan olahraga, badan bukan hanya akan sehat, namun juga segar dan bugar.

E. PERSIAPAN KOMPETENSI

Salah satu persiapan untuk menyongsong masa depan dakwah adalah persiapan kompetensi. Ada beberapa langkah penting dalam upaya penyiapan kompetensi ini:

a. Pemetaan Posisi

b. Perencanaan Kebutuhan

c. Penyiapan Kompetensi SDM

F. PERSIAPAN MALIYAH (MATERI)

Materi bukanlah segalanya, akan tetapi ia merupakan hal yang diperlukan bagi kelangsungan dakwah, baik dalam skala individual maupun kolektif. Setiap langkah dakwah pasti membutuhkan materi, baik berupa uang yang langsung terlihat, ataupun berbentuk perbekalan yang tidak kelihatan secara langsung.

BAB 3. PERAN AKHWAT MUSLIMAH DALAM DAKWAH

Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana”. (At-Taubah : 71)

Ayat di atas dengan jelas menggambarkan peran yang seimbang antara lelaki dan perempuan dalam penunaian dakwah, amar makruf dan nahi mungkar. Lelaki dan perempuan beriman terlibat dalam suatu system amal jamai, saling menguatkan di antara mereka dalam kebaikan, “sebagian mereka adalah menjadi penolong sebagian yang lain”.

A. PENGHARGAAN ISLAM KAPADA PEREMPUAN

Islam telah memberikan hak sosial, politik, dan ekonomi kepada perempuan sebagaimana kepada kaum lelaki. Islam selalu menjaga kehormatan dan memperlakukan perempuan dengan penuh penghargaan dan keagungan. Sungguh suatu hak dan penghormatan yang belum pernah diberikan kepada permpuan oleh ideologi manapun didunia ini, salain islam.

Page 20: mihwar daulah

B. KESEIMBANGAN PERAN

Tanggung jawab kemanusiaan di hadapan Alllah, tak ada pembedaan lantaran potensi keperempuanan atau kelelakian.

Adapun orang-orang yang beriman laki-laki dan perempan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. (At-Taubah : 72)

Mereka saling tolong-menolong, saling melengkapi, sehingga terjaga keseimbangan peran di muka bumi.

C. PERAN AKHWAT MUSLIMAH DI ZAMAN KEEMASAN ISLAM

Para akhwat sahabiyah Nabi saw memiliki peran yang sangat besar dalam berbagai aktivitas publik, termasuk dinamika dakwah dan jihad. Mereka tidak hanya berada di dalam rumah malakukan aktivitas domestik, namun terlibat pula dalam ranah publik.

Cobalah kita perhatikan, apa saja yang telah mereka lakukan di zaman keemasan islam.

a. Mengadu kepada Nabi saw

Sungguh, kita amata berterima kasih kepada Habibah binti Sahl, istri Tsabit bin Qais. Dari beliau r.a kita menjadi tahu seberapa jauh keterlibatan dan hak-hak sosial perempuan. Kita bahkan labih yakin tentang nilai kemanusiaan yang di emban islam.

Kisah yang bermula dari proses pernikahan Habibah. Seandainya ia tidak mengadukan masalah ini, tak akan kita mendapatkan hikmah yang besar

Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa istri Tsabit bin Qais bin Syammas telah datang kepada Rasulullah saw kemudian berkata, “Ya Rasulullah, aku tidak mencela akhlak maupun agama suamiku. Tetapi, aku tidak menyukai kekufuran dalam islam.” Rasulullah saw bertanya, “maukah engkau serahkan kembali kebun pemberian suamimu?” Ia menjawab, “Ya” maka Rasulullah bersabda, “Terimalah kebun itu (hai Tsabit) dan jatuhkanlah talak satu kepadanya.” (HR. Bukhari dan Nasa’i). ini adalah kisah kejadian khuluj pertama kali dalam sepanjang sejarah hukum islam.

b. Menimba Ilmu dari Nabi SAW

Para akhwat sahabiyah Nabi saw terbiasa menghadiri majelis ilmu Nabi saw bersama kaum laki-laki. Mereka juga terbiasa bertanya tentang berbagai urusan. Bahkan para akhwat sahabiyah meminta diprioritaskan oleh Nabi saw atas kaum laki-laki. Mereka minta agar Nabi saw menyediakan hari khusus untuk para akhwat sahabiyah.

Page 21: mihwar daulah

c. Berbaiat Kepada Nabi

Kita menyaksikan sejarah keterlibatan Ummu Imarah binti Ka’ab seorang perempuan bani Mazin, dan Asma’ binti Amr bin Adi, perempuan dari bani Slamah, dalam baiat Aqabah II bersama 73 kaum laki-laki. Baiat Aqabah II terjadi pada malam hari di Lembah Aqabah, berisi janji setia 75 sahabat Yatsrib kepada Rasulullah saw.

Baiat adalah manifesto kesetiaan kepada kepala Negara, dengan demikian dianggap sebagai perwujudan pertisipasi polotik mauslimah dalam urusan kenegaraan.

d. Peran di Medan Perang

Sebagaimana Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz pernah menuturkan, “Kami pernah bersama Nabi saw dalam peperangan. Kami bertugas member minum prajurit, melayani mereka, mengobati oang terluka, serta mengantarkan orang-orang yang terluka dan terbunuh ke madinah.” (HR. Bukhari)

e. Menentang Pengauasa Zalim

Pada sisi lain, banyak kita dapatkan kisah kaum perempuan terlibat dalam penentangan penguasa, karena sikap kezaliman para penguasa atau karena adanya perbedaan pendapat di antara mereka. Kisah As,a’ binti Abu Bakar yang menentang Al-Hajjaj menegakkan amar makruf dan nahi mungkar, serta keterlibatan mereka dalam urusan kebaikan Negara.

f. Meluruskan Kesalahan Pemimpin

Bantahan salah seorang perempuan shabiyah kepada Khalifah Umar di Masjid, tatkala Umar memberikan pembatasan mahar terhadap kaum perempuan juga menjadi contoh menarik bagaimana peran mengkritisa kebijakan penguasa telah dilakukan secara langsung di zaman keemasan Islam.

g. Peran Kepemimpinan

Realitas keseharian kita mengenai adanya perempuan yang mampu memerankan fungsi kepemimpinan dalam berbagai sector kehidupan menandakan adanya potensi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Prinsip keadilan oleh Allah Ta’ala bahwa antara laki-laki dan perempuan perlu ada penataan posisi. Setiap peran tidaklah lebih rendah dibandingakan dengan yang lainnya.

Page 22: mihwar daulah

D. PERAN AKHWAT DALAM GERAKAN DAKWAH MODERN

Setelah mempelajari keterlibatan akhwat sahabiyah Nabi saw dalam dakwah, kini kita belajar dari salah satu gerakan di zaman modern, yakni gerakan Al-Ikhwan di mesir.

Jamaah Al-Ikhwan dalam struktur organisasi gerakannya memiliki Divisi Akhwat Muslimah untuk menampung dan mewadahi kreativitas mereka. Divisi Akhwat Muslimah dibentuk tahun 1932 di masa Mursyid Pertama, meruoakan cikal bakal keterlibatan para akhwat muslimah dalam perjuangan Ikhwan. Mereka mengadakan kegiatan pembinaan, kajian dakwah dan serangkaian aksi sosial di tengah masyarakat. Keberadaan mereka tak bisa diabaikan mengingat berbagai peran signifikan yang mereka tampakkan dalam perjuangan dakwah Al-Ikhwan.

E. PEDOMAN UMUM KETERLIBATAN AKHWAT

Beberapa rambu berikut hendaknya menjadi perhatian bagi kaum muslimin maupun muslimat.

a. Kesadaran dan PartisipasiSosial Politik

Perempuan muslimah seperti halnya kaum laki-laki, dituntut untuk peduli terhadap masalah-masalah sosial polotik yang berkembang dalam masyarakat. Kaum muslimah dituntut untuk ambil bagian sesuai dengan batas-batas kemampuan dan kondisinya dalam membangun masyarakat melalui kegiatan amar makruf nahi mungkar serta memberikan nasihat, atau dengan mendukung usaha-usaha yang positif dan menentang hal-hal yang negatif.

b. Fardu Kifayah Bidang Sosial Politik

Kadang-kadang, hukum kegiatan sosial maupun politik adalah fardu dan perempuan harus melaksanakan apa-apa yang dianggapnya fardhu kifayah atasnya dalam bidang ini.

1. Setiap tugas yang wajib dilaksanakan guna menjamin penguasa berbuat benar dan adil. Untuk itu, diperlukan kerja sama antara lai-laki dan perempuan agar sasaran ini bisa terwujud.

2. Bergabung dalam partai atau orsospol yang bersih dan menginginkan kesejahteraan umat, membantu pihak penguasa malakukan perbaikan yang bersifat menyeluruh berdasarkan pada prinsip Islam di satu sisi, dan menguasai berbagai eksperimen dan ilmu-ilmu modern pada sisi yang lain.

3. Membudayakan kesadaran berpolitik di kalangan kaum perempuan, khususnya pada masa-masa tertentu, seperti pemilu.

Page 23: mihwar daulah

4. Bertugas mengatur dan melaksanakan kegiatan pemilu untuk menunjukkan kejujuran dan kebersihan, terutama di tempat-tempat yang dikhususkan untuk kaum perempuan guna menghindari terjadinya keadaan yang berdesak-desakan dengan kaum laki-laki.

c. Pendidikan Sosial dan Politik

Perempuan memiliki peran signifikan tatkala menjadi ibu, untuk memerankan fungsi pendidikan sosial dan politik dalam rumah tangga. Pendidikan politik dapat dilakukan melalui berbagai macam media, seperti keluarga, sekolah, kelompok, dan sarana informasi. Institusi sosial khusunya keluarga, lebih efektif dibandingakan dengan institusi-institusi politik umumnya.