metseis acara ii

7
TABEL DATA HASIL PICKING FIRST BREAK GRAFIK

Upload: uthari-anggia

Post on 06-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Metseis II

TRANSCRIPT

Page 1: Metseis Acara II

TABEL DATA HASIL PICKING FIRST BREAK

GRAFIK

Page 2: Metseis Acara II

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yaitu menetukan/picking titik first break. First Break sendiri

atau bisa disebut juga sebagai first arrival adalah istilah dalam seisimik refraksi yang berarti

saat/awal sebuah energi gelombang mencapai penerima dimana bergantung pada wavelet

atau bentuk dasar gelombang. Namun pada umumnya, di dalam pengukuran hampir semua

bentuk gelombang yang ditimbulkan oleh sebuah spike adalah minimum phase dengan

amplitudo maksimal berada di depan. Dalam praktikum ini yaitu menentukan first break,

gradien dan kecepatan semu serta mencari nilai gradien dan kecepatan secara manual

dimana terdapat 7 shot dalam 1 spread dan dengan source geophone yang berbeda-beda.

Dari picking data, kemudian kita memplotnya di kertas kalkir lalu di plot juga ke microsoft

excel untuk dibuat grafik antara offset geeophone dan travel time kemudian menentukan

gradien agar bisa diperoleh nilai kecepatan tiap lapisan masing-masing shot.

Untuk source geophone dengan jarak -11 meter, diperoleh 5 pickingan data yang

dianggap sebagai first break dan setelah diplot ke dalam bentuk grafik diperoleh nilai

gradien semunya sebesar 2.3 dan untuk mencari kecepatannya digunakan rumus

v=1000/slope gradien sehingga didapatkan nilai kecepatan untuk source -11 sebesar 434.78

m/s. Namun, ketika dilakukan perhitungan gradien dan kecepatan secara manual, terdapat

perbedaan nilai yaitu untuk gradien secara manual dengan menggunakan rumus

m=(y2-y1)/(x2-x1) kemudian diperoleh nilai sebesar 2.25 dan kecepatan secara manual

adalah 444.44 m/s, tidak terlalu jauh dan tidak terlalu signifikan terhadap nilai gradien dan

kecepan gelombang semu. Dari grafik tersebut, kita juga bisa menginterpretasi bahwa hanya

terdapat satu lapisan pada shot pertama ini (source -11 meter).

Untuk source geophone 0 meter, diperoleh 10 pickingan data first break, yang mana

pada data ke-7, tidak terdapat atau tidak terbaca adanya gelombang sehingga pada tabel,

data ke-7 tersebut nilai travel timenya dikosongkan. Dan pada shot ini, konfigurasi akuisisi

berupa Off-End dimana gelombang berasal dari source 0 m dan offset geophone 0 meter.

Pada source 0 meter ini didapat nilai gradien semu sebesar 4.55 dan kecepatan semunya

sebesar 219.87 m/s dan gradien manual adalah 4.68 serta nilai kecepatan gelombang secara

manual diperoleh sebesar 213.67 m/s.

Sedangkan pada source 11 meter, didapat 14 pickingan data dimana pada data ke 5

yaitu pada offset geophone 8 meter, tidak ditemukan adanya gelombang sehingga pada

tabel juga dikosongkan. Setelah diplot dalam bentuk grafik, kemudian terlihat adanya 2

trendline dalam artian, kemungkinan pada source ini terdiri dari 2 lapisan. Untuk lapisan

pertama, dengan nilai gradien semu plus dan minus sebesar 6.4 dan 4.8, setelah dicarilah

Page 3: Metseis Acara II

nilai kecepatan semu dari masing-masing gradien kemudian kecepatan tersebut dirata-

ratakan sehingga untuk lapisan pertama ini nilai kecepatan semu diperoleh sebesar 180.81

m/s. Sedangkan untuk nilai gradien secara manual plus dan minus didapat sebesar 6.66 dan

5.45 dan diperoleh kecepatan rata-rata nya sebesar 166.81 m/s. Untuk lapisan kedua, nilai

gradien semu dan gradien secara manual adalah sama yaitu diperoleh nilai sebesar 3.75

sehingga nilai kecepatan gelombangnya sebesar 266.66 m/s. Kecepatan lapisan kedua lebih

besar daripada kecepatan lapisan pertama sehingga sesuai dengan teori bahwa semakin

dalam,maka kecepatan gelombangnya semakin cepat.

Pada source 23, konfigurasi akuisisinya berupa split-spread. Dan diperoleh 12

pickingan data yang dianggap sebagai first break. Dari source ini didapatlah grafik dengan 1

lapisan sehingga diperoleh nilai gradien semu plus dan minus 11.07 dan 9.07 kemudian

dicari nilai kecepatan masing-masing gradien dan di rata-ratakan hingga diperoleh nilai

kecepatan semu untuk lapisan 1 source 23 meter ini sebesar 100.27 m/s, tidak jauh berbeda

dengan nilai kecepatan secara manual yaitu 102.74 m/s.

Untuk source 35 meter, pickingan data first break diperoleh sebanyak 16 data

dimana pada shot ini konfigurasi akuisisinya juga berupa split-spread. Dan ketika di plot

dalam bentuk grafik, bisa dilihat pada grafik terdapat 2 trendline dan bisa disimpulkan

bahwa pada shot ini terdapat 2 lapisan. Untuk lapisan pertama, nilai gradien semu plus dan

minus diperoleh sebesar 6.61 dan 8.92 sehingga pada hasil akhir, kecepatan semu pada

lapisan ini diperoleh sebesar 131.64 m/s. Sedangkan pada lapisan kedua, diperoleh nilai

gradien semu plus dan minus sebesar 1.2 dan 1.53 sehingga diperoleh nilai kecepatan

semunya sebesar 742.25 m/s. terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara nilai

gradien dan kecepatan semu dengan nilai gradien dan kecepatan secara manual, namun

masih sesuai dengan teori bahwa nilai kecepatan gelombang lapisan kedua lebih besar

daripada lapisan pertama.

Sedangkan pada source 46 meter, hanya diperoleh 1 lapisan dalam 1 shot dimana

diperoleh pickingan data sebanyak 7 buah data. Untuk nilai gradien semu didapat sebesar

2.053 dan kecepatan semu sebesar 486.94 m/s. sedangkan nilai gradien secara manual

adalah 2.08 dan kecepatannya sebesar 480.76 m/s, tidak ada perbedaan yang cukup

mencolok antara yang semu dan secara manual.

Untuk shot terakhir dengan source 57 meter, diperoleh pickingan data first break

sebanyak 6 buah data dengan nilai gradien semu 2.18 dan kecepatan semu sebesar 457.51

m/s. sedangkan nilai gradien secara manual diperoleh angka 2.4 dengan kecepatan sebesar

416.66 m/s.

Page 4: Metseis Acara II

Pada umumnya, nilai gradien dan kecepatan semu dan nilai dan kecepatan secara

manual memiliki nilai yang tidak terlalu signifikan/ tidak terlalu jauh perbedaan angkanya.

Namun pada source 35 meter, nilai gradien dan kecepatan semu tampak jauh berbeda

angkanya dengan gradien dan kecepatan secara manual. Selain itu, grafik yang memiliki garis

sejajar antara satu source dan source lainnya seharusnya memiliki nilai kecepatan yang sama

namun pada perhitungan ini, garis-garis sejajar antara satu source dan source yang lain

teryata memiliki kecepatan yang berbeda-beda walupun angkanya tidak terlalu jauh. Hal itu

bisa saja terjadi karena kurangnya kehati-hatian praktikan dalam mem”picking” data karena

setiap orang memiliki interpretasi dan analisa yang berbeda beda. Atau bisa saja terjadi

akibat salah menentukan trendline serta menghitung gradien serta kecepatannya.

KESIMPULAN

1. Hasil perhitunga gradien dan kecepatan semu, serta gradien dan kecepatan secara

manual:

2. Semakin bertambah kedalaman lapisan batuan, maka semakin cepat kecepatan

gelombang pada lapisan terdalam dibandingkan dengan lapisan yang diatasnya.

Page 5: Metseis Acara II

KEMENTERIAN DIKTI DAN RISTEKPROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS GADJAH MADA

Page 6: Metseis Acara II

PRAKTIKUM METODE SEISMIKACARA II. PICKING FIRST BREAK DAN PERHITUNGAN SEMU

DISUSUN OLEH :

UTHARI ANGGIA DEWI

(13/ 347814/PA/15366)

ASISTEN ACARA:

HERLINA WIDHI HUTAMI

JAKA SUNDAN

YOGYAKARTA

2015