metode pengawetan bambu

Upload: marsetya-putra-pradipta

Post on 18-Oct-2015

39 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1. Proses boucherieProses ini dilakukan pada bambu yang baru ditebang, yaitu batang belumdibersihkan, cabang dan daun masih lengkap. Pada bagian pangkal batangdihubungkan dengan bak yang berisi larutan pengawet. Bahan pengawet masukmelalui bidang potong dan dari bagian dalam menembus sampai ke ujung batangdengan bantuan proses penguapan. Bidangpenyerapan larutan dapat diperluas dengan cara menguliti bagian pangkal batang agar waktu pengawetan lebih pendek. Dalam proses itu, waktu pengawetan dipengaruhi oleh antara lain: jenis dan kadar air bambu, iklim serta bahan pengawet yang digunakan. Sebagai contoh pengawetan bambu Dendrocalamus strichus padakadar air 72,1% menggunakan 10% ZnCl2 diperoleh retensi 12,6 kg/m3 dan padaBambusa polymorpha pada kadar air 110% diperoleh retensi 28,4 kg/m3 padapanjang yang sama, yaitu 7,2 m. Pada bambu ater (Gigantochloa atter Kurz.) menggunakan campuran boraks, asam borat dan polybor dalam waktu 1 hari 75% dari panjang batang sudah ditembus bahan pengawet dengan retensi 7,24 kg/m3.2. Modifikasi proses boucherieDilakukan dengan cara ujung ranting dan pohon dipangkas. Kemudian pada bagianpangkal batang yang baru ditebang dipasang selubung kedap air dan denganbantuan pompa tekan, secara hidrostatis larutan bahan pengawet dimasukkan danmendorong cairan yang terdapat di dalam batang bambu ke luar menggunakan pompa listrik dengan tekanan 2 kg/m2 untuk menggantikan pompa air sederhana dan menggantinya dengantabung udara yang dapat dipompa secara manual bertekanan 3 kg/m2 5 kg/m2.

B. Pengawetan bambu keringPengawetan bambu dalam keadaan utuh dengan cara vakum-tekan jarang dilakukankarena mudah pecah, tetapi jika diperlukan ruas antar buku harus dilubangi.Pembuatan lubang di ruas juga berlaku pada pengawetan dengan cara rendamandingin, rendaman panas-dingin atau pencelupan agar penembusan bahan pengawetmerata. Cara rendaman, pencelupan dan pelaburan dapat dilakukan terhadapbambu kering berupa bilah dan sayatan.

Pengawetan produk kayu berperekatBahan pengawet dan perekat yang digunakan harus memiliki sifat yang sesuai satusama lain (compatible), sebab akan berpengaruh terhadap keteguhan rekat.Penerapan pengawetan dapat dilakukan dengan proses sederhana atau vakumtekan.Contoh, proses pencelupan, pelaburan dan tekanan dapat dipakai pada veniryang selanjutnya dibuat kayu lapis. Proses vakum-tekan juga dapatdipakai pada kayu lapis yang sudah jadi. Carapertama lebih baik daripada cara kedua karena bahan pengawet masuk ke dalamvenir yang setelah menjadi kayu lapis berarti masuk ke dalam semua bagian kayulapis. Cara tersebut dapat dilakukan pada balok dan papan yang selanjutnya dibuatkayu lamina atau terhadap balok dan kayu lamina yang sudah jadi. Sejalan denganperkembangan, pencampuran bahan pengawet ke dalam perekat dapat dilakukansepanjang produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan standar. Contoh,pemakaian bahan pengawet organik pelarut air (emulsi atau dispersi) dalam jumlahyang minimal, seperti penggunaan permetrin pada perekat fenol formaldehida dalampembuatan kayu lapis dapat memenuhi persyaratan keteguhan rekat menurut standar Indonesia dan standar Jepang.Penggunaan alfametrin dan foksim masing-masing ke dalam perekat ureaformaldehida dalam pembuatan papan partikel dapatmemenuhi standar FAO bagi medium density dan standar Jepang tipe 150. Hasiltersebut mungkin akan berbeda jika dipakai bahan pengawet anorganik karena akanmeningkatkan kekentalan perekat. Persyaratan retensi bahan pengawet disebutkandalam standar produk yang bersangkutan, seperti dalam SNI Venir lamina