metode pelaksanaan lahan 2

33
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN KEBUN HIJAUAN PAKAN TERNAK SISTEM PASTURA UNGGUL DAN SISTEM POTONG PUSAT PEMBIBITAN ( BREDING CENTRE ) SAPI BALI LOKASI DESA LEBAHO ULAQ KECAMATAN MUARA KAMAN I. PEKERJAAN PENDAHULUAN / PERSIAPAN A. Mobilisasi / demobilisasi Mobilisasi dilakukan setelah penandatangan kontrak, yang meliputi mobilisasi alat dan tenaga kerja. Sedangkan demobilisasi dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan selesai dan dinyatakan dengan Berita Acara yang ditandatangani oleh pihak User dan Konsultan Pengawas dan dinyatakan Telah Diterima sesuai dengan spesifikasi yang tercantum didalam dokumen kontrak. Pekerjaan penadahuluan / persiapan juga meliputi pembuatan barak kerja dan tempat penyimpanan cadangan BBM serta alat-alat lain yang mendukung pekerjaan. B. Pengukuran dan Pematokan Pengukuran dilaksanakan sebelum pekerjaan dimulai untuk mengetahui batas areal lahan yang akan dibuka. Pengukuran diberi tanda berupa patok dengan ukuran 5/10 tinggi 1 meter serta diberi cat berwarna merah. II. PEKERJAAN PENYIAPAN / PENGOLAHAN LAHAN A. Land Clearing Menggunakan alat-alat pertanian seperti traktor, buldozer. Cara ini digunakan pada areal yang rata (kemiringan 0-8%). Pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat.

Upload: jasmani-fathir

Post on 30-Nov-2015

194 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

METODE PELAKSANAAN

PEKERJAAN PEMBANGUNAN KEBUN HIJAUAN PAKAN TERNAK SISTEM PASTURA UNGGUL DAN SISTEM POTONG PUSAT PEMBIBITAN

( BREDING CENTRE ) SAPI BALI

LOKASI DESA LEBAHO ULAQ KECAMATAN MUARA KAMAN

I. PEKERJAAN PENDAHULUAN / PERSIAPANA. Mobilisasi / demobilisasi

Mobilisasi dilakukan setelah penandatangan kontrak, yang meliputi mobilisasi alat dan tenaga kerja. Sedangkan demobilisasi dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan selesai dan dinyatakan dengan Berita Acara yang ditandatangani oleh pihak User dan Konsultan Pengawas dan dinyatakan Telah Diterima sesuai dengan spesifikasi yang tercantum didalam dokumen kontrak.Pekerjaan penadahuluan / persiapan juga meliputi pembuatan barak kerja dan tempat penyimpanan cadangan BBM serta alat-alat lain yang mendukung pekerjaan.

B. Pengukuran dan PematokanPengukuran dilaksanakan sebelum pekerjaan dimulai untuk mengetahui batas areal lahan yang akan dibuka. Pengukuran diberi tanda berupa patok dengan ukuran 5/10 tinggi 1 meter serta diberi cat berwarna merah.

II. PEKERJAAN PENYIAPAN / PENGOLAHAN LAHANA. Land Clearing

Menggunakan alat-alat pertanian seperti traktor, buldozer. Cara ini digunakan pada areal yang rata (kemiringan 0-8%). Pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat. Satuan penggunaan alat berat dalam JKT (jam kerja traktor)

  

Peracunan pohon atau penyemprotan dengan bahan kimia tertentu (untuk Ilalang). Dibutuhkan air untuk pelarut herbisida.

Larangan : Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1995 tidak membenarkan melakukan pembakaran untuk tujuan pembukaan lahan

Page 2: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

Tahap Pekerjaan

    a. Membabat / Imas

Sebelum melaksanakan  pekerjaan imas, maka pekerjaan babat pendahuluan dilakukan mendahului pengimasan. Semak belukar dan pohon kecil yang tumbuh dibawah pohon perlu dibabat. Pekerjaan ini membutuhkan 5 sampai 6 orang / HA.

Pekerjaan Imas ini adalah pemotongan semak dan pohon kecil yang berdiameter 10 cm di tebas atau di potong dengan parang atau kapak untuk mempermudah penumbangan pohon besar.

Memotong anak kayu yang berdiameter < 10 cm Menggunakan parang dan kampak Pemotongan anak kayu harus putus dan diusahakan

serendah mungkin atau dekat dengan tanah Tujuan untuk memudahkan penumbangan pohon

dan pelaksanaan perun mekanis Areal semak belukar tidak perlu diimas, langsung dilakukan perun mekanis

    b. Menumbang

Menumbang adalah kegiatan menebang/menumbang pohon dengan gergaji ( chain saw ) atau kapak, pohon yang berdiameter 10 cm ditebang. Tinggi penebangan diukur dari tanah tergantung pada diameternya. Ketentuan yang berlaku biasanya  

Menumbang pohon yang berdiameter > 10 cm secara teratur Tinggi penebangan/sisa tunggul dari permukaan tanah : 

Diameter Ditebang dari permukaan tanah maks.

> 10 – 15 cm 15 cm (serapat mungkin dengan tanah)

16 – 30 cm 25 cm

31 – 75 cm 50 cm

76 – 150 cm 100 cm

> 150 cm Ditebang pada batas antara akar

Page 3: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

penguat dengan batang utama

  

Ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam penumbangan :

Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang di atas alur air dan jalan Harus dilakukan secara tuntas sehingga tidak ada pohon yang

setengah tumbang maupun pohon yang ditumbuhi oleh tanaman menjalar

Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu ditumbang sampai pada waktu dilakukan perumpukan (perun mekanis)

B. Pembajakan Tanah

Jalan kontur harus dibangun sebelum pembuatan teras. Hal yang diperhatikan dalam

pembuatan jalan kontur :

Harus memotong teras/kontur

Badan jalan dibuat miring ke arah tebing

Gradien (kemiringan sudut) pada umumnya harus 1:30 walaupun masih

dimungkinkan 1:15 pada jarak pendek dan 1:8 pada lereng yang lebih curam

Berbagai kondisi urutan pengolahan tanah yang akan dilaksanakan selama pelaksanaan pekerjaan adalah : Subsoiling → Bajak I → Garu → Kair Bajak I → Bajak II → Garu → Kair Bajak I → Bajak II → Kair Bajak I → Garu I → Kair Bajak I →  Kair Bajak I → Garu → Kair + pupuk Bajak I → Bajak II → Kair + pupuk

Page 4: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

Perbedaan pola pengolahan tanah didasarkan pada kondisi lahan yang akan dikerjakan.  Sebelum dilakukan kegiatan pengolahan tanah, lahan diperiksa terlebih dahulu kondisinya terutama pada aspek kegemburan tanah.  Pemeriksaan konidsi tanah dilakukan secara visual oleh tenaga teknis.

a. Pemecahan Tanah Subsoil (ripping)Pemecahan tanah (ripping) merupakan kegiatan pengolahan tanah awal sebelum pengolahan tanah berikutnya.   kegiatan ini bertujuan untuk memecah bagian subsoil tanah dengan kedalaman 45-50 cm dan menghancurkan guludan.   Pemecahan tanah dilakukan jika kondisi tanah mengalami pemadatan akibat lalu lintas traktor, truk, dan trailer yang masuk ke dalam lahan.   Namun, jika tanah tidak mengalami pemadatan, kegiatan ini tidak dilakukan untuk menghemat biaya dan waktu.   Keputusan untuk melakukan pekerjaan ripping berada pada tenaga teknis berdasarkan hasil laporan dari pelaksana lapangan.  Pengujian kepadatan tanah dilakukan oleh tim laboratorium.  Pemadatan tanah diukur dengan menggunakan penetrometer.  Pengukuran pemadatan tanah juga bisa dilakukan secara indrawi oleh pelaksana yang hasilnya akan dilaporkan kepada Manager.

Implement yang digunakan pada kegiatan pemecahan tanah adalah ripper.   Impelent ini memiliki tiga buah mata dengan jarak antar mata adalah 125 cm.   Sedangkan traktor yang digunakan adalah traktor John Deere 8200 yang memiliki tenaga 200 hp dan traktor john Deere 7710 yang memiliki tenaga 150 hp dengan sistem roda bergerak 4 WD.   Untuk ripper dibutuhkan tenaga yang besar, minimal 150 hp, karena untuk memecah lapisan keras tanah pada subsoil merupakan kegiatan berat.

Traktor berjalan lurus dengan alur tanam rumput dengan tujuan agar mata ripper menembus bagian guludan yang akan mengangkat bongkahan tanah pada juring.   Jarak antar juring adalah 125 cm, sama dengan jarak antar mata ripper sehingga mata ripper diharapkan mampu memecah guludan pada juring.  Pemecahan guludan pada saat ripping bertujuan untuk mengangkat akar-akar pohon sehingga meringankan proses pengolahan tanah berikutnya, yaitu pembajakan.

Gambar 1.   Proses pemecahan tanah subsoil dan implement ripper

Page 5: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

Gambar 2.   Bagian yang dipecah oleh implement ripper

Pola kerja yang digunakan pada saat ripping adalah pola headland patern from boundaries.  Pola  ini digunakan untuk mempersingkat waktu belok karena implement yang digunakan cukup lebar. Untuk mempermudah pekerjaan, satu petak lahan biasanya dibagi ke dalam 3 – 4 bagian petakan. Metode belok yang digunakan adalah U-Shape Turning yaitu traktor langsung belok dengan membentuk seperti huruf U ketika headland cukup lebar, tapi jika headland sempit traktor membelok dengan metode maju mundur.

Gambar 3. Pola kerja ripping

Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh kapasitas lapang pada pekerjaan ripping sebesar 0.69 ha/jam – 0.96 ha/jam dengan efisiensi berkisar antara 62.72 % – 87.2 %, data lengkap terdapat pada lampiran 6. Berdasarkan data dari bagian mekanisasi kapasitas lapang untuk ripping adalah 0.60 ha/jam – 0.65 ha/jam, tercantum pada lampiran 4.a. Pembajakan

Pembajakan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memecah dan membalikkan tanah serta mengangkat dan mengubur gulma.   Dengan proses pembajakan kegemburan tanah akan meningkat.   Pada kondisi tanah yang mengalami

Page 6: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

pemadatan, sebelum di bajak tanah di-ripping terlebih dahulu.   Namun, untuk tanah yang cukup gembur, langsung dibajak tanpa ripping (pemecahan).Jika kondisi tanah setelah dibajak belum cukup gembur, maka dilakukan dua kali pembajakan.   Akan dilaksanakan Bajak I dan Bajak II.   Sebaliknya, jika kondisi tanah sudah cukup gembur dan siap untuk pengolahan selanjutnya pembajakan cukup dilakukan satu kali. Bajak II juga dilakukan untuk lahan yang tidak akan digaru. Fungsi dari bajak II ini selain untuk meningkatkan kedalaman juga untuk mengahancurkan tanah sehingga tanah semakin gembur. Tenaga yang dibutuhkan pada bajak II umumnya lebih ringan dari bajak I karena kondisi tanah sebelumnya cukup gembur setelah dilakukan bajak I.

Pembajakan merupakan kegiatan pengolahan tanah yang harus ada di setiap lahan yang akan ditanami dengan sistem plant cane atau dengan kata lain pembajakan bukanlah kegiatan pilihan seperti ripping, yang menjadi pilihan adalah bajak II. Oleh karena itu, pembajakan merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan pada pembukaan lahan.

Implement yang digunakan pada pembajakan adalah Disc Plow jenis circular yang memiliki 4 buah piringan.   Tidak digunakan bajak singkal sebagai implement pembajakan yang umum digunakan karena kondisi tanah yang penuh dengan akar pohon. Pola pembajakan yang digunakan adalah headland pattern from back furrow dan metode belok adalah U-shape turning.   Satu petak lahan umumnya dibagi tiga bagian untuk memudahkan pekerjaan dan meningkatkan efisiensi.

Gambar 4. Pola kerja pembajakan

Traktor pada pembajakan berjalan tidak lurus mengikuti alur juring tapi membentuk sudut sekitar 300 dari alur tanam atau alur ripping. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil bajakan yang diharapkan. Untuk bajak II traktor berjalan tegak lurus dari alur bajakan pertama atau tegak lurus dari alur tanam. Pada bajak II biasanya traktor masuk tidak miring tapi lurus mengukuti bentuk lahan.

Page 7: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

Gambar 5. Alur pembajakan melintasi alur tanam sekitar 300

Berdasarkan data hasil pengukuran yang terdapat pada lampiran 6, didapatkan kapasitas lapang untuk pembajakan sebesar 0.31 ha/jam dengan efisiensi 66.7 % serta kecepatan berjalan rata-rata adalah 0.75 m/s. Sedangkan berdasarkan data sekunder dari bagian mekanisasi PG. Subang kapasitas lapang untuk pembajakan adalah 0.30 ha/jam – 0.35 ha/jam. Data lengkap terdapat pada lampiran 4.

Traktor yang digunakan adalah Massey Furgusson (MF) 3085 yang memiliki tenaga 110 hp, Massey Furgusson 399 bertenaga 110 hp, Ford 8730 bertenaga 150 hp dan Jhon Deere 4255 bertenaga 150 hp semuanya memiliki sistem roda gerak 4 WD. 

C. PENYEBARAN KOHE / PUPUK KANDANG

Pupuk dibagi berdasarkan jumlah karyawan pada hari pelaksanaan dengan

perhitungan setiap tenaga mendapat 35.5 kg.

Persiapan Pemupukan Dimulai dari Gudang Pupuk

Tenaga pemupukan langsung menuju blok yang telah ditentukan, sedangkan pupuk

diangkut dengan menggunakan truk ke lokasi pemupukan.

Page 8: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

Pembagian pupuk dilakukan di setiap blok yang diawasi oleh pelaksana. Alat yang

dipakai adalah keranjang, karung/bagor dan cawan/gelas plastik yang sesuai dengan

takaran untuk realisasi pemupukan yaitu 160 g/pohon.

D. PEMBERSIHAN KAYU / AKAR / BATANG KAYU

1. Merencek

Kegiatan merencek adalah memotong cabang dan ranting kayu yang sudah ditumbang dipotong-potong untuk mempermudah perumpukan.

Memotong batang, cabang dan ranting Pedoman panjang potongan kayu :

Diameter (cm) Panjang Potongan (m)

10 - 30 1,5 – 3

30 - 75 2 – 4

> 75 4 - 5

2. Merumpuk

Kegiatan merumpuk adalah pelaksanaan pengumpulan atau menata cabang dan ranting yang telah dipotong dikumpulkan  dari kayu yang lebih besar. Perumpukan dibuat memanjang Utara – Selatan agar dapat diterpa panas matahari dan cepat kering, jarak anar rmpukan dibuat 50 – 100 meter tergantung kerapatan pohon yang ditumbang dan keadaan areal.

Mengumpulkan batang dan cabang-cabang yang telah dipotong menjadi barisan yang teratur

Potongan cabang-cabang disusun di atas potongan batang yang besar Jarak antar rumpukan 50 – 100 m.

Mekanismenya

o Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan batang dan berada di gawangan mati

Page 9: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

o Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya mudah dilihat oleh operator alat berat. Setiap jarak ± 50 m diberikan pancang pembantu sehingga terdapat 6 – 8 pancang pembantu dalam jaluran

o Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma/KKPA) dibuat tanda tidak boleh dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan lebar ± 4 m.

o Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan pengumpulan atau perumpukan kayu diatur dalam gawangan mati sejauh ± 2,5 m dari radius pohon sawit dan harus diletakkan rata di permukaan tanah

o Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau buldozer, posisi pisau diatur ± 10 cm di atas permukaan tanah dan/atau pisau dipasang gigi.

    3. Membersihkan areal

Membersihkan sisa-sisa potongan untuk dikumpulkan di  jalur rumpukan secara sistem mekanis, Perun dengan menggunakan buldozer dan/atau excavator merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar baris tanaman dengan arah Timur – Barat

 4.  Perun mekanis

Perun dengan menggunakan buldozer dan/atau excavator merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar baris tanaman dengan arah Timur – Barat

Jenis alat berat untuk perun mekanis :

Jenis Alat Vegetasi Topografi Posisi Rumpuk Kerapatan kayu

Buldozer Hutan sekunder, semak belukar

Gelombang, darat, datar

4 : 1 Sedang – rendah

Buldozer Hutan primer Datar, gelombang 2 : 1 Tinggi – sedang

Buldozer & Excavator

Hutan primer, sekunder, semak

belukar

Bukit, gelombang Antar teras Tinggi – rendah

Excavator Hutan primer, sekunder, semak

belukar

Rendahan, gambut 2 : 1 Tinggi - rendah

  

Page 10: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

Pancang jalur rumpukan

Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan batang dan berada di gawangan mati

Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya mudah dilihat oleh operator alat berat. Setiap jarak ± 50 m diberikan pancang pembantu sehingga terdapat 6 – 8 pancang pembantu dalam jaluran

Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma/KKPA) dibuat tanda tidak boleh dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan lebar ± 4 m.

Pelaksanaan perun mekanis

Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan pengumpulan atau perumpukan kayu diatur dalam gawangan mati sejauh ± 2,5 m dari radius pohon sawit dan harus diletakkan rata di permukaan tanah

Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau buldozer, posisi pisau diatur ± 10 cm di atas permukaan tanah dan/atau pisau dipasang gigi.

5. Cincang Jalur

Kegiatan yang dilakukan pada areal datar

Membebaskan jalur tanam dan titik tanam dari kayu dengan memotong kayu yang masih melintang pada jalur tanam dan disusun di jalur rumpukan

Membuat jalur rintis tengah untuk jalan kontrol selebar 4 m arah utara selatan harus bebas dari kayu

Menentukan jumlah rumpukan jalur ditetapkan :

o Pada areal dengan vegetasi padat penentuan ratio rumpukan 1:2o Pada areal dengan vegetasi sedang sampai ringan ratio rumpukan 1:4o Lebar rumpukan ± 3 m dengan ketinggian maksimal 2 m

Page 11: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

 

Kegiatan yang dilakukan pada areal berbukit

Penempatan rumpukan dilakukan mengikuti areal kontur dan kayu-kayu yang melintang pada jalur kontur tanaman harus dipotong dan disusun di jalur rumpukan

Untuk areal rendahan, penentuan rumpukan diserahkan kepada kebijakan manajemen 

6.  Perhitungan Waktu

 Waktu untuk pembukaan lahan 3.000 – 5.000 ha :

Survey/mengukur areal                        : ± 1 bulan Babat/imas                                         : 2 – 3 bulan Menumbang                                        : 2 – 3 bulan Merencek dan merumpuk                    : 1 – 2 bulan Membersihkan areal                            : 2 – 3 bulan Pemberantasan lalang                         : 2 – 3 bulan Jalan + saluran air                               : 2 – 3 bulan Penanaman kacangan                         : 1 – 2 bulan Memancang                                        : 2 bulan Teras, benteng                                    : 2 – 3 bulan Melubang                                            : ± 2 bulan Menanam                                           : ± 2 bulan 

Perencanaan dibuat dalam suatu barchart. Pembukaan lahan dilakukan bahwa tidak harus selalu menunggu suatu pekerjaan selesai dulu/dapat saling tumpang tindih.

7.  Perhitungan Kebutuhan Traktor

Kapasitas traktor dengan beberapa implement

Jenis Pekerjaan Implement Lebar Potongan (m)

Kecepatan (km/jam)

Efisiensi (%)

Kapasitas (ha) JKT/ha

Membabat JD 307 1,8 4,0 70 0,50 2,00

Membajak I JD SA 234, 4 Plow 28 inch

1,0 5,0 70 0,35 2,86

Page 12: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

Membajak II JD SA 234, 4 Plow 28 inch

1,0 5,0 80 0,40 2,50

Menggaru I JD Integral disc harrow

9,5 inch

2,8 5,0 80 1,12 2,89

Menggaru II JD Integral disc harrow

9,5 inch

2,8 5,0 80 1,12 0,8

Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan 2004

Kebutuhan traktor berdasarkan kapasitas tersebut diatas perlu dihitung sesuai dengan luas areal yang akan dibuka dan jumlah waktu yang tersedia

8. Pedoman Pelaksanaan

Hutan Primer

Cara yang digunakan : Manual atau mekanis Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan primer :

HK                       : Hari Kerja JKT                      : Jam Kerja Traktor

Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan 2004

Hutan Sekunder

Cara yang digunakan : manual atau mekanis Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan sekunder :

Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan 2004

Semak Belukar

Page 13: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

Cara yang digunakan : manual atau mekanis Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan semak belukar :

Uraian Manual Mekanis

Alat Keb. HK (HK/ha) Alat Keb. HK / JKT

Babat/Imas Parang 20-25 Parang 15-20 HK

Merencek Parang + gergaji 15-20 Parang 15-20 HK

Merumpuk - 10-15    

Membersihkan jalur/areal

Cangkul 20 Buldozer 4-6 JKT

Jumlah   65-80 HK (30-40 HK) + (4-6 JKT)

Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan 2004

E. PENGGARUAN Penyisiran (harrowing) - dimaksudkan untuk memecahkan kepingan tanah

besar kepada partikel lebih kecil. Pemutaran (rotovating) dimaksudkan untuk memecahkan partikel tanah

kepada saiz lebih kecil lagi dilakukan setelah penyisiran selesai kecuali tanah gembur.

Page 14: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

F. PENGGALURAN

1. Teras Kontur Pada umumnya areal lahan di Indonesia terletak pada daerah yang banyak hujannya. dan tidak semuanya datar/flat. Pada bulan tertentu (musim hujan) dapat tejadi lebih air (water excess), tetapi pada beberapa lokasi dimana terdapat perbedaan musim hujan dan kemarau agak tegas terdapat pula kekurangan air (water deficit). Agar air hujan yang jatuh dapat ditampung, ditahan lebih lama agar meresap dalam tanah, persediaan air dalam tanah (water reserve) selalu cukup terutama pada musim kemarau dan untuk mencegah erosi maka dibangunlah teras, rorak, bente4ng, parit dan lain-lain dilapangan. Tindakan pengawetan tanah ini mutlak diperlukan terutama didaerah yang memiliki jumlah dan hari hujan besar pada lahan yang berombak, berbukit.

 Pada daerah datar yang diutamakan adalah parit, drainase dan jembatan , sedangkan teras dan benteng tidak banyak diperlukan, Untuk mematahkan aliran air permukaan (run off) dan memperbesar daya infiltrasi air ketanah maka diperlukan teras. Teras ini juga berguna untuk meningkatkan daya simpan air, mempermudah pemeliharaan, tempat pupuk ditabur dan akan mempermudah pengmbilan hasil, sampai dengan kemiringan 8 derajat dbuat teras tunggal (individual/tapak kuda) dan diatas ini dibuat teras bersambung. Teras tunggal yang telah dibuat, berukuran 2x 1,5 meter dimana panjang menurut arah kountur dan lebar menurut  kemiringan dimulai 50 cm dibawah pancang.

 Permukaanya dibuat miring kedalam dengan sudut 10 derajat, disebelah dalam dibuat rorak kecil guna penampungan air dan benteng kecil. Teras ini harus

Page 15: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

dapat diperbesar menjadi 3x3 meter. Teras bersambung dibuat berdasarkan derajat kemiringan,jarak antar kontur diambil dari rata-rata kemiringan, makin tinggi kemiringannya maka makin jauh jaraknya, lebar teras minimum 3,7 meter dan maksimum 4,27 meter dengan asumsi bahwa diameter batang 2,36 meter maka masih tersedia ruang masing-masing sepanjang 1,175 meter didepan maupun dibagian belakang pokok. Terutama pada areal kemiringan 14% maka teras sinambung ini sudah mutlak perlu, untuk kedapatan pokok per HA 128 dan 138 pokok misalnya maka jarak antar kontur dan jarak antar pokok adalah :

                         Tabel Jarak Antar Teras dan TanamanJarak antar kontur (m )

pokok/haJarak  antar  pokok  pada 

kepadatan

128 136

7,0 7,3 7,6 7,9 8,2 8,5 8,8

11,1 10,6 10,2 9,8 9,5 9,1 8,8

10,3 9,9 9,5 9,2 8,8 8,5 8,2

                                         Tabel Bentuk Pengawaetan Tanah

Kelas

 lahan

Kemiringan Tindakan

PengawetanDerajat (º) ( % )

Rata

Agak miring

Miring

0º - 3º

4º - 28º

< 1%

1 – 6%

7 – 54%

Tidak perlu

Benteng, rorak

Teras individu, tapak

Page 16: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

 

Sangat miring

 

 

29º - 45º

 

55% - 100%

kuda dan teras kontur

Teras bersambung/Kontur

                          Tabel Jarak Teras dan Kemiingan Persyaratan Teras 

Kemiringan ( º ) Jarak Teras ( m ) Kemiringan ( º ) Jarak Teras ( m )

0 8,16 25 9,00

5 8,19 30 9,42

10 8,28 35 9,96

15 8,45 40 10,65

20 8,68 45 11,54

  

1.  Tahap Pembuatan Kontur.

Penentuan pancang induk.Pancang induk adalah pancang dengan jarak tertentu dan tetap, tempat        dimulainya pembuatan kontur. Penempatan pancang induk dimulai dari puncak lereng kearah kaki lereng, sedangkan lereng yang dipilih adalah lereng dengan kemiringan dominan atau rata-rata terbanyak pada suatu areal, bukan lereng yang ekstrim (lereng paling terjal atau paling landai).

2. Penempatan pancang induk

Penempatan Pancang Induk pada lereng yang terjal akan mengakibatkan banyaknya kontur sisipan, sedangkan pada lereng yang landai mengakibatkan banyak kontur terputus, hal ini harus dihindari.    Jarak antar pancang induk : 8 m timbang air ( water pass ),

Prinsip Kerja.

Page 17: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

Penentuan titik tanam pada kontur teratas (kontur 1) jarak antar titik tanam 9,2 m dan konstan.Penentuan titik tanam pada kontur berikutnya :       

Meletakan ujung tali ditengah-tengah antara dua tanaman pada kontur 1. Menarik tali vertikal kebawah, ketika sampai pada kontur II dibelokan

kekanan dan digeser-geser hingga sudut belokannya +/- 90 derajat. Pada sudut ini merupakan titik tanam pada kontur II. Ujung t6ali juga merupakan titik tanam ke2 titik-titik tanam tersebut diberi

pancang tanam.

Penentuan titik tanam berikutnya adalah : pembawa ujung tali pada kontur 1 menggeser ketanah pada kontur 1 diikuti oleh 2 orang yang berada dikontur II, titik tanam terakhir ada pada kontur II merupakan titik siku-siku, dan ujung tali pada kontur tanam merupakan titik tanam baru.Untuk mendapatkan titik siku-siku pada titik siku pembawa ujung tali pada kontur 1 menggeser kekiri atau kekanan diikuti pembawa ujung tali. Untuk selanjutnya penentuan kontur, berikut prinsipnya sama dengan penentuan pada kontur 1 dan II. Pancang kontur dicabut bila pancang tanam sudah ditancapkan.Pancang induk dicabut jikatitik tanam terakhir telah selesai dalam 1 kontur.Pancang dapat digesr 1-2 meter untuk menyesuaikan letak dengan tanaman diatasnya agar tidak terletak segaris atau sejajar.

2. Benteng dan Rorak

Dibuat pada tanah agak miring : 10 – 15 m/HK Ukuran : lebar alas = 60 cm, lebar atas = 40 cm, kaki lima = 45 cm, tinggi

30 cm Pedoman jarak horizontal antar 2 benteng :

                  Tabel Persyaratan Pembuatan Benteng/RorakKemiringan Jarak (m)

1%

2%

3%

4%

5%

(0º34´)

(1º9´)

(1º44´)

(2º18´)

(2º52´)

60

40

30

25

20

Page 18: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

6% (3º26´) 18

 Cara pembuatan benteng

Tentukan titik pemancangan; pancang-pancang selanjutnya sesuai jaraknya

Parit digali, tanah galian di timbun memanjang dan bentuklah benteng sesuai ukuran

Parit (rorak) : lebar atas 50 cm, dasar = 35 cm, dalam 60 cm.

3. Teras Individu (Tapak Kuda)

Dibuat pada tanah agak miring Ukuran lebar = 4 meter Prestasi kerja 2 – 3 st/HK

Cara pembuatan

o Areal yang harus di buat tapak kuda dipancang menurut pancang tanamo Tapak kuda tepat pada pancang tanamano Tanah bagian atas pancang digalio Kemiringan tapak kuda 10-15º ke arah bukit

Tanah ditumpukan ke belakang pancang kemudian dipadatkan

G. HERBISIDA

Klasifikasi herbisida berdasarkan pada waktu aplikasinya :

Ada dua tipe herbisida berdasarkan aplikasinya yaitu herbisida pratumbuh

(preemergence herbicide) dan herbisida pascatumbuh (postemergence herbicide).

Yang pertama disebarkan pada lahan setelah diolah namun sebelum benih

ditebar (atau segera setelah benih ditebar). Biasanya herbisida jenis ini bersifat

nonselektif, yang berarti membunuh semua tumbuhan yang ada. Yang kedua

diberikan setelah benih memunculkan daun pertamanya. Herbisida jenis ini

harus selektif, dalam arti tidak mengganggu tumbuhan pokoknya.

Waktu penyemburan

Page 19: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

Ada tiga waktu penyemburan, yaitu: Pra-tugal, Pra-tumbuh, dan Pasca tumbuh.

Pasca tumbuh dibagi lagi menjadi Pasca tumbuh awal, Pasca tumbuh tengah,

dan pasca tumbuh akhir.

Penyemburan Pratugal, misalnya, trifluralin dan EPTC. Oleh karena keduanya

mudah menguap dan terurai oleh sinar ultraviolet, sesudah semburan

ditujukan ke tanah perlu penggaruan tanah untuk menutup keduanya.

Paraquat dan glyphosate dapat pula dipakai secara pratugal. Sehari sesudah

penyemburan, tanah diolah, disiapkan untuk ditanami.

Herbisida pra-tumbuh disemburkan setelah penungalan benih tetapi sebelum

semai mencuat keluar. Pakailah herbisida yang tida mudah menguap dan

mudah dilarutkan air hujan sehingga dapat masuk ke bawah permukaan tanah,

tempat benih berkecambah. Contohnya : alachlor, benfluralin, chlorthal,

dichlobenil dan linuran.

Paraquat dapat pula dipakai secara pra tumbuh. Dinas P.U. memakai diuron,

atrazine, dan bromacil untuk mecengah gulma tumbuh.

Herbisida pasca tumbuh. Penyemburan dilakukan terhadap gulma yang telah

tumbuh.

Herbisida selektif dipakai pada pertanaman dan perumputan. Herbisida

nonselektif disemburkan pada pekarangan, antara gudang dan tangki minyak.

Herbisida nonselektif dipakai untuk gulma yang tumbuh mendahului tanaman.

Umumnya makin muda gulma makin mudah terbunuh gulma yang sedang

tumbuh cepat. Umumny terdapat catatan berikt pada kemaan herbisida :

―Pakailah herbisida ini bila gulma sedang tumbuh cepat dan berdaun hanya 2-3

helai.” Bila daun gulma berjumlah 4-5 helai maka naikkan dosis sebanyak 50%.

Tingkat Pra-Tugal, Pra-Tumbuh, dan Pasca-Tumbuhan Gulma tahunan

(perennial) lebih tepat dikuasai dengan herbisida sistemik daripada

dengan cara lain. Cyperus rotundus mempunyai rangkaian umbi. Imperata

cylindrical mempunyai rimpang. Umbi dan rimpang tersembunyi di dalam

tanah. Hanya herbisida sistemik yang dapat menjangkaunya. Bila diulang

tiga kali teki dapat terbunuh oleh semburan 2,4-D. Lalang dapat terbunuh

Page 20: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

bila kena dalapon 2-3 kali. Yang terakhir dengan mengusap dengan “salam

maut”. Glyposate dapat membunuh lalang sekali sembur.

Pada lahan yang baru diolah teki dan lalang yang baru berdaun lagi bukanlah sasaran yang tepat; biarkan tumbuh dulu selama tiga minggu. Kalau daunnya sudah cukup banyak, semua rimpang telah berdaun lagi, herbisida dapat menyerang semua rimpang.

III. PEKERJAAN PENGADAAN SAPRODIA. Pupuk Urea 150 Kg/Ha

Pupuk dibagi berdasarkan jumlah karyawan pada hari pelaksanaan dengan

perhitungan setiap tenaga mendapat 35.5 kg.

Persiapan Pemupukan Dimulai dari Gudang Pupuk

Tenaga pemupukan langsung menuju blok yang telah ditentukan, sedangkan pupuk

diangkut dengan menggunakan truk ke lokasi pemupukan.

Pembagian pupuk dilakukan di setiap blok yang diawasi oleh pelaksana. Alat yang

dipakai adalah keranjang, karung/bagor dan cawan/gelas plastik yang sesuai dengan

takaran untuk realisasi pemupukan yaitu 150 kg/Ha.

C. TSP 50 Kg/Ha1. Pupuk dibagi berdasarkan jumlah karyawan pada hari pelaksanaan dengan

perhitungan setiap tenaga mendapat 35.5 kg.

2. Persiapan Pemupukan Dimulai dari Gudang Pupuk

3. Tenaga pemupukan langsung menuju blok yang telah ditentukan, sedangkan pupuk

diangkut dengan menggunakan truk ke lokasi pemupukan.

4. Pembagian pupuk dilakukan di setiap blok yang diawasi oleh pelaksana. Alat yang

dipakai adalah keranjang, karung/bagor dan cawan/gelas plastik yang sesuai dengan

takaran untuk realisasi pemupukan yaitu 50 kg/Ha.

D. KCL 50 Kg/Ha1. Pupuk dibagi berdasarkan jumlah karyawan pada hari pelaksanaan dengan

perhitungan setiap tenaga mendapat 35.5 kg.

2. Persiapan Pemupukan Dimulai dari Gudang Pupuk

3. Tenaga pemupukan langsung menuju blok yang telah ditentukan, sedangkan pupuk

diangkut dengan menggunakan truk ke lokasi pemupukan.

Page 21: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

4. Pembagian pupuk dilakukan di setiap blok yang diawasi oleh pelaksana. Alat yang

dipakai adalah keranjang, karung/bagor dan cawan/gelas plastik yang sesuai dengan

takaran untuk realisasi pemupukan yaitu 100 kg/Ha.

E. KOMPOS 1000 Kg/Ha1. Pupuk dibagi berdasarkan jumlah karyawan pada hari pelaksanaan dengan

perhitungan setiap tenaga mendapat 35.5 kg.

2. Persiapan Pemupukan Dimulai dari Gudang Pupuk

3. Tenaga pemupukan langsung menuju blok yang telah ditentukan, sedangkan

pupuk diangkut dengan menggunakan truk ke lokasi pemupukan.

4. Pembagian pupuk dilakukan di setiap blok yang diawasi oleh pelaksana. Alat

yang dipakai adalah keranjang, karung/bagor dan cawan/gelas plastik yang

sesuai dengan takaran untuk realisasi pemupukan yaitu 100 kg/Ha.

F. STEK RUMPUT 15.000 Stek/Ha

Penanaman pada daerah tanpa irigasi, sebaiknya dilakukan setelah hujan

pertama  sampai pertengahan musim hujan, sehingga pada musim kemarau,

tanaman sudah dalam dan cukup kuat.

Penanaman dilakukan  dengan cara  yang sesuai dengan bibit yang digunakan

yaitu :

1. Stek, penanaman dilakukan dengan cara memasukkan ± ¾ bagian dari

panjang stek dengan kemiringan ± 30 derajat atau dapat juga dengan

cara memasukkan  stek kedalam tanah secara terlentang.

2. Sobekan akar (pols), menanamnya seperti menanam padi, dengan

kebutuhan setiap lubang 2 stek.

Tujuh hari setelah penanaman, alirkan air secukupnya ke lahan tanaman

tersebut dan lakukan pennggantian apabila terdapat stek atau pols yang mati.

.Perawatan Rumput Raja

Perawatan dilakukan dengan cara : Pendangiran/penyiangan,yaitu

membersihkan tanamanan liar dan penggemburan tanah disekitarnya atau

langsung dilaksanakan penggemburan tanah dengan cara pencangkulan

disekitar rumpun rumput dengan membalikkan tanah tersebut.

Page 22: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

Pemupukan Rumput Raja

Pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu

menggunakan urea dengan dosis 50 kg/ha. Selanjutnya pemupukan

dilakukan ± 3-4 kali per tahunnya, dan setelah tiga kali pemotongan dengan

dosis yang sama.

Pemotongan (defoliasi) Rumput Raja

Pemotongan pertama dapat dilakukan pada umur tanaman 2-3 bulan sebagai

potong paksa. Hal ini bertujuan untuk menyamakan pertumbuhan dan

merangsang pertumbuhan jumlah anakan. Pemotongan berikutnya dilakukan

sekali setiap 6 minggu, kecuali pada waktu musim kemarau waktu potong

sebaiknya diperpanjang. Tinggi pemotongan 10-15 cm dari permukaan

tanah. Hindari pemotongan yang terlalu tinggi karena akan banyak sisa

batang yang mengayu (keras). Demikian juga jangan dipotong terlalu

pendek, karena akan mengurangi mata atau tunas muda yang tumbuh.

Peremajaan Rumput Raja

Peremajaan rumput dilakukan setelah tanaman tersebut mencapai umur 3 –

4 tahun atau setinggi-tingginya 4,5 tahun. Hal ini tergantung situasi dan

konsidi daerahnya. Sedangkan pelaksanaannya dapat dilakukan secara

bertahap, yaitu diantara rumpun lama ditanam stek atau pols baru, setelah

tanaman tresebut mulai tumbuh dengan baik, maka rumpun lama dibongkar.

Begitu seterusnya sehingga kebutuhan rumput potongan tetap tersedia.

G. BIBIT PASTURA UNGGUL 4KG/HA1. Pastura adalah rumput yang tumbuh atau ditanam dan boleh digunakan untuk

hewan ternak.2. Cara memberikan pakan dengan memanen dan diberikan pada hewan atau

dapat dengan cara hewan digembalakan.3. Cara penanaman adalah dengan biji pastura dengan keperluan 4 Kg / Ha

menggunakan tenaga manusia.

H. POHON PELINDUNG SEPANJANG SUNGAI ( POHON BUAH )Pada tahap inilah rumput, pohon dan tanaman rendah mulai ditanam. Yang pertama

sekali ditanam adalah pohon. Pohon diletakkan, sesuai rencana gambar, kemudian

tanaman rendah. Dengan terpedomani gambar,tukang kebun (gardener) memberi

tanda untuk setiap lokasi tanaman pohon maupun, tanaman rendah yang lain dengan

Page 23: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

tongkat kecil yang dipancangkan ke tanah. Di setiap pancang yang telah diberi tanda

dilakukan penggalian lobang dan kemudian dilakukan penanaman tanaman yang sudah

ditentukan. Apabila ternyata terdapat kandungan pasir ataupun endapan lumpur (silt)

maka tanah tersebut pertu dikorek dan diganti dengan tanah subur yang akan

diletakkan di sekeliling tanaman tersebut.

Dalam hal ini penanaman pohon adalah pohon buah dan ditanam disepanjang alur

sungai.

I. POHON PELINDUNG LEGUME ( LAMTORO, GAMAL )Pada tahap inilah rumput, pohon dan tanaman rendah mulai ditanam. Yang pertama

sekali ditanam adalah pohon. Pohon diletakkan, sesuai rencana gambar, kemudian

tanaman rendah. Dengan terpedomani gambar,tukang kebun (gardener) memberi

tanda untuk setiap lokasi tanaman pohon maupun, tanaman rendah yang lain dengan

tongkat kecil yang dipancangkan ke tanah. Di setiap pancang yang telah diberi tanda

dilakukan penggalian lobang dan kemudian dilakukan penanaman tanaman yang sudah

ditentukan. Apabila ternyata terdapat kandungan pasir ataupun endapan lumpur (silt)

maka tanah tersebut pertu dikorek dan diganti dengan tanah subur yang akan

diletakkan di sekeliling tanaman tersebut.

IV. PEKERJAAN BUDIDAYAA. PENANAMAN STEK

Penanaman pada daerah tanpa irigasi, sebaiknya dilakukan setelah hujan

pertama  sampai pertengahan musim hujan, sehingga pada musim kemarau,

tanaman sudah dalam dan cukup kuat.

Penanaman dilakukan  dengan cara  yang sesuai dengan bibit yang digunakan

yaitu :

3. Stek, penanaman dilakukan dengan cara memasukkan ± ¾ bagian dari

panjang stek dengan kemiringan ± 30 derajat atau dapat juga dengan

cara memasukkan  stek kedalam tanah secara terlentang.

4. Sobekan akar (pols), menanamnya seperti menanam padi, dengan

kebutuhan setiap lubang 2 stek.

Page 24: METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

Tujuh hari setelah penanaman, alirkan air secukupnya ke lahan tanaman tersebut dan lakukan pennggantian apabila terdapat stek atau pols yang mati.

B. PEMUPUKAN Pupuk dibagi berdasarkan jumlah karyawan pada hari pelaksanaan dengan

perhitungan setiap tenaga mendapat 35.5 kg.

Persiapan Pemupukan Dimulai dari Gudang Pupuk

Tenaga pemupukan langsung menuju blok yang telah ditentukan, sedangkan pupuk

diangkut dengan menggunakan truk ke lokasi pemupukan.

Pembagian pupuk dilakukan di setiap blok yang diawasi oleh pelaksana. Alat yang

dipakai adalah keranjang, karung/bagor dan cawan/gelas plastik yang sesuai dengan

takaran untuk realisasi pemupukan.

C. PERAWATAN / PENYIRAMANPenyiraman atau perawatan dilakukan pada saat tidak ada hujan dengan cara manual, yaitu menggunakan truck tanki dan disemprotkan pada tanaman secukupnya. Penyemprotan menggunakan mesin air dengan tenaga manusia.

Disusun Oleh Penawar

Agustus 20013