metode analisis reduksi arus inrush pada · pdf filedapat menyebabkan efek yang kurang baik...
TRANSCRIPT
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
1
METODE ANALISIS REDUKSI ARUS INRUSH PADA
TRANSFORMATOR
Zainal Abidin
1
1) Dosen dpk pada Fakultas Teknik Prodi Elektro Universitas Islam Lamongan
Abstrak
Transformasi energi dalam sebuah transformator tak berbeban dapat menghasilkan arus
inrush dengan amplitudo tinggi. Hal ini dapat menyebabkan efek yang kurang baik terhadap
kegagalan operasi sistem proteksi differensial sebuah transformator, kerusakan isolasi dan
pendukung mekanis dari struktur lilitan serta mengurangi kualitas daya sistem.
Artikel ini menjelaskan tentang beberapa metode mereduksi arus inrush pada
transformator. Penggunaan persamaan-persamaan arus inrush ditentukan dengan menggunakan
beberapa metode untuk mereduksinya. Kemudian hasilnya dibandingkan antara beberapa metode
untuk menghasilkan metode reduksi yang terbaik. Karakter hasil dibandingkan dengan simulasi
EMTP / ATP.
Kata Kunci : Reduksi, Arus, Inrush, Transformator
Abstract
This paper present some techniques for reduction of transformer inrush current. The equation of
inrush current is obtained and then by use thes methods, transformer inrush current is reduced,
then after comparing the result of some methode, we choice the best methode is determined. These
result character is compared with EMTP / ATP simulation program.
Keywords : Arus Inrush, Transformator , Analisis, EMTP
I. Pendahuluan
Transformasi energi dalam sebuah
transformator tak berbeban dapat menghasilkan
arus inrush dengan amplitudo tinggi. Hal ini
dapat menyebabkan efek yang kurang baik
terhadap kegagalan operasi sistem proteksi
differensial sebuah transformator, kerusakan
isolasi dan pendukung mekanis dari struktur
lilitan serta mengurangi kualitas daya sistem.
Tanpa menggunakan switching
terkontrol transformasi energi sebuah
transformator dapat menghasilkan gelombang
tegangan dengan amplitudo tinggi sesaat ketika
inti transformator dalam keadaan saturasi.
Transformator daya, sebagai salah satu
komponen vital dari sistem daya listrik
memerlukan relay proteksi dengan keterkaitan,
keamanan dan kecepatan operasi yang tinggi.
Akan tetapi arus magnetisasi inrush, yang
sering muncul ketika transformator bekerja
dapat mengakibatkan kegagalan trip pada relay
diffierensial sehingga reduksi dari arus inrush
sangat diperlukan. Beberapa metode telah
banyak dilakukan untuk mereduksi arus inrush
pada transformator, diantaranya adalah metode
pemasangan resistor seri dan sistem penutupan
sinkron ( synchronous closing) pada circuit
breaker, serta metode pengetanahan resistor
menjadi dasar skema mitigasi arus inrush pada
beberapa penelitian yang telah banyak
dilakukan.
II. Model Transformator
Secara mendasar model transformator
dan persamaan-persamaan untuk menghitung
arus inrush akan dipaparkan. Karakteristik
transformator 1 phase dapat dimodelkan
melalui persamaan sederhana yang
digambarkan pada gambar 1 sebagai berikut :
Gambar 1 . Model transformator 1 phase
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
2
Dari gambar 1, rp dan Lp merupakan
representasi dari gulungan primer. Lm
representasi dari induktan non linier dari inti
besi sebagai fungsi dari arus magnetisasi.
Sedangkan rsp dan Lsp mewakili gulungan
sekunder. Vp dan Vs adalah tegangan primer
dan sekunder yang masing-masing terhubung
ke terminal ground. Dari gambar 1 tersebut
dapat diformulasikan :
Vp= Vm sin (t + 0) = irp + N1dL/ dt (1)
dimana 0 adalah tegangan fase primer pada
saat t=0, i adalah arus magnetisasi, L adalah
fluk inti dan N1 adalah jumlah lilitan sisi
primer. Sehingga didapatkan :
Vm = sin (t + 0) = (N1L. rp/ L1) + N1 L/ dt (2)
dimana L1 adalah induktansi primer. Dari
persamaan 2 maka untuk L :
)(.)( 01
0
tCoseCos m
tL
rp
rmt (3)
dimana m adalah L maksimum dan r adalah
flux residual. Pada 0=/2 sehingga dari
persamaan 3 kita mendapatkan :
te m
tL
rp
rt sin1
(4)
Dalam hal ini terjadi flux transient dengan r
tetap dan waktu konstan dengan persamaan =
L1/ rp, sehingga arus magnetisasi maksimum
dapat dihitung :
t
rmm
A
Ai
0
122.22
(5)
dimana A1 adalah luas daerah inti, At adalah
luas area inti dengan lilitan dan 0 adalah
permeabilitas udara.
Arus transient primer dapat dihitung dengan
menghubungkan transformator dengan beban
yakni sebesar :
tI
r
tL
r
sp
pp
Ieeiti 11
2
1)( (6)
dimana I adalah arus nominal . Karena Isp < L1,
maka arus transient yang timbul dengan arus
beban menjadi tertahan sangat cepat. Dari
persamaan kita dapat melihat bahwa jumlah
dari arus inrush berada dalam wilayah short
circuit dan mungkin akan mengakibatkan
tekanan dinamik pada gulungan transformator.
Nilai maksimum arus inrush biasanya tidak
sampai menyebabkan arus gagal pada
kemampuan transformator, tetapi
bagaimanapun durasi dari tekanan-tekanan
tersebut secara signifikan lebih panjang
daripada peluang beberapa frekuensi daripada
short circuit yang dikondisikan oleh proteksi
relay dengan waktu 10 ms. Amplitudo arus
tergantung pada dua faktor, yakni fluk sisa inti
magnet dan fluk transient yang dihasilkan oleh
tegangan suply. Ketika sebuah tegangan
transformator pada titik 0 grafik sinus maka
arus dan fluk menjadi maksimum, dan tertunda
90. Fluks transient berjalan dari fluk sisa dan
mencapai amplitudo tertinggi pada setengah
periode kemudian. Pada keadaan ini fluk
saturasi inti dan amplitudo arus inrush menjadi
tinggi karena induktansi dari inti magnet terlalu
kecil. Untuk mengurangi arus inrush ada
beberapa metode yang dapat diterapkan.
III. Metode Reduksi Arus Inrush Trafo
Untuk menganalisis arus inrush
transformator marilah kita analisis
rangkaian gambar 2. Gambar berikut
adalah rangkaian transformator tanpa
kontrol.
Gambar 2. rangkaian jaringan dengan ATP
Draw
A. Pengaruh Clearing Flux Sisa (Residual
Flux)
Jika transformator bekerja tanpa metode
reduksi arus inrush seperti gambar 2 di
atas, maka akan menghasilkan karakter
sebagai mana gambar 3 berikut :
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
3
Gambar 3 . Arus inrush trafo tanpa kontrol
Seperti yang digambarkan pada model
transformator, bahwa magnitude fluks sisa pada
transformator merupakan parameter penting
untuk merubah magnitude arus inrush trafo,
ketika circuit breaker dibuka maka
transformator akan terbuka dengan network,
sementara fluks sisa masih ada di transformator
dan ketika bekerja kembali arus inrush akan
naik. Untuk menurunkan pengaruh ini,
kapasitor dimasukkan pada sisi primer trafo, hal
ini untuk mereduksi fluks sisa kemudian akan
mengurangi arus inrush seperti ditampilkan
pada gambar 4 berikut :
Gambar 4. Arus inrush trafo dengan clearing fluks sisa
Dari gambar di atas, kita dapat melihat
adanya reduksi arus sisa dengan metode
clearing fluks sisa.
B. Pengaruh dari Pemasangan Resistor
Pada gambar 2 ditunjukkan pada
saat C3 ditutup rangkaian terseri dengan
resistor, setelah 10 ms switch C1 tertutup
dan tersambung dengan switch yang lain
dan resistor. Dalam kasus ini karakter arus
inrush ditampilkan pada gambar 5. Dari
gambar ini dapat dilihat bahwa arus inrush
secara efektif dapat terkurangi, ada satu
metode yang efektif untuk mereduksi arus
inrush adalah dengan memasang resistor
sebelum switch utama tertutup (pre-
insertion resistor).
Gambar 5. Arus inrush dengan pemasangan resistor
sebelum switch
C. Pengaruh pemasangan resistor dan
clearing flux sisa
Langkah selanjutnya untuk melihat
pengaruh pemasangan resistor dan clearing
flux sisa terhadap efektifitas pengurangan
arus inrush, dalam langkah ini kedua metode
digunakan bersamaan. Hasilnya adalah
berupa gambar 6 berikut :
Gambar 6. Arus inrush dengan clearing flux
sisa & metode pemasangan resistor
Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa
penggabungan dua metode tersebut dapat
lebih efektif mereduksi arus inrush trafo.
D. Pengaruh bekerjanya beban-beban
Bagaimana metode yang dapat
digunakan untuk mereduksi arus inrush
ketika bekerjanya beban-beban lain secara
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
4
simultan dengan transformator ?. Untuk
kasus ini, rangkaian lain yang diajukan
adalah seperti pada gambar 7. Pada saat
rangkaian beban bantu (auxiliary load)
bekerja, maka arus inrush transformator
yang pertama dapat tereduksi.
Gambar 7. Rangkain jaringan dengan beban bantu
(auxiliary load)
Ketika beban diputus maka arus inrush
masih ada, secara simulasi dapat dilihat pada
gambar 8.
Gambar 8. Arus inrush dengan penggunaan beban
bantu (auxiliary load)
E. Pengaruh penggunaan auxiliary load dan
clearing flux sisa
Di samping untuk menemukan
metode reduksi arus inrush, pada bagian ini
kedua metode yakni penggunaan auxiliary
load dan clearing flux sisa digunakan,
dengan hasil simulasi rangkaian sebagai
berikut :
Gambar 9. Arus inrush trafo, ketika auxiliary load
dan clearing flux sisa digunakan.
Dari gambar 9 di atas menyatakan
bahwa kombinasi dari kedua metode yakni
auxiliary load dan clearing fluks sisa dapat
lebih memperkecil arus inrush.
F. Pengaruh penggunaan auxiliary load,
clearing arus flux sisa dan pemasangan
resistor
Langkah berikutnya adalah
menggunakan ketiga metode secara
bersama-sama untuk mereduksi arus inrush.
Dan hasil simulasi dari ketiga metode ini
seperti pada gambar 10.
Gambar 10. Arus inrush dengan menggunakan
ketiga metode
Dari gambar di atas, kita dapat
melihat ketiga metode mampu menekan
lebih kecil arus inrush tetapi arus inrush
masih tetap tinggi pada orde ketiga
sehingga membutuhkan solusi untuk
mengatasinya.
G. Waktu Swiching Terbaik
Dalam bahasan kali ini mencoba
untuk menemukan waktu terbaik switching
open and close dan jadwal ini digunakan
pada metode F (penggunaan ketiga metode).
Waktu terbaik untuk open dan close
ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Waktu terbaik switching
Switch Waktu (t)
tertutup
Waktu (t)
terbuka
C1 0.0775 s -
C2 0.07 s 0.52 s
C3 0.071 s 0.15 s
Dengan menggunakan waktu
switching di atas untuk metode F, arus
inrush akan direduksi, hasil dari simulasi
ditunjukkan pada gambar 11 berikut :
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
5
Gambar 11. Arus inrush dengan ketiga metode dan
penentuan waktu terbaik
Dari gambar 11 di atas, dapat dilihat
bahwa arus inrush diperkecil. Kemudian
dengan kombinasi metode ini, kita dapat
menemukan masalah terbaik untuk
mereduksi arus inrush dengan biaya
terkecil.
H. Switching Asinkron
Dalam bagian ini, kita menggunakan
metode switching asinkron untuk switch C1
tanpa C3 pada rangkaian gambar 2. Waktu
terbaik penyalaan (switching) C1 di
tunjukkan pada tabel 2, dimana saat
tegangan sumber pada masing-masing phase
maksimum dan fluks sisa terjadi.
Tabel 2. Waktu terbaik switching C1
Phase A B C
Waktu (t)
tertutup 0.08 s 0.086 s 0.083 s
Dengan menggunakan waktu
switching pada tabel 2, maka arus inrush
dapat ditunjukkan pada gambar 12 berikut :
Gambar 12. Arus transformator ketika terjadi
switching asinkron
Kemudian dengan menggunakan
switching asinkron saja, arus inrush dapat
diperkecil. Untuk trafo tanpa beban karakter
arus inrush trafo ditunjukkan gambar 13,
ketika trafo bekerja tanpa beberapa metode
kontrol. Sebagai pembanding, ketika
switching asinkron digunakan, arus inrush
digambarkan pada gambar 14. Dengan
demikian arus inrush semakin kecil dengan
metode asinkron switching.
Gambar 13. Arus inrush transformator tanpa beban
tanpa metode kontrol
Gambar 14. Arus inrush trafo tanpa beban dengan
metode asinkron
IV. Kesimpulan
Fluks sisa pada transformator
memainkan peranan penting dalam
pembentukan magnetisasi arus inrush.
Dalam prakteknya fluk sisa (residual flux)
dapat direduksi dengan menghubungkan
kapasitor dari fase ke ground pada terminal
trafo. Pemasangan resistor dan penggunaan
kombinasi dari beberapa metode dapat
menghasilkan reduksi terbaik terhadap arus
inrush. Pada akhirnya bahwa switching
asinkron dapat menekan arus inrush tetapi
metode ini mahal karena seluruh CB harus
diadakan peralihan/ pergantian. Hasil
perbandingan numerik ditunjukkan pada
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
6
tabel 3. Pada tabel tersebut dapat dilihat
bahwa metode G adalah yang terbaik karena
hampir semua arus inrush dapat diperkecil.
Jika rugi-rugi dari pemasangan resistor dan
kemungkinan terjadinya resonansi, maka
metode switch asinkron adalah metode
terbaik untuk menekan arus inrush pada
transformator.
Tabel 3 . Hasil Perbandingan dari
beberapa metode
Metode Arus max
(pu)
Arus min
(pu)
Normal 5.96 - 5.24
A. Dengan resistor 5.05 -4.91
B. Dengan Kapasitor 4.95 - 4.2
C. Kapasitor & Resistor 4.19 - 3.82
D. Beban Auxiliary 4.78 - 2.39
E. Beban Auxiliary &
Kapasitor
3.2 - 2.72
F. Beban Auxiliary,
Kapasitor & Resistor 2.89 -2.48
G. Waktu terbaik switching 1.08 - 1.01
H. Switch asinkron 1 -1
Apendiks :
Data Transformator
F =50 Hz, S= 50 MVA, Vh = 132 kV, V1= 11
kV, Ibase = 230 A
Daftar Pustaka :
1. M. Steurer, K. Frohlich. The Impact of
Inrush current on the mechanical stress of
high voltage power transformer coils, IEEE
PWRD, Vol. 17 No. 1, pp. 155-160 January
2002
2. L. Prikler, G. Banfai, G.Ban and P. Becker,
Reducing the Magnetizing Inrush Current
by means of Controlled Energization and
de-Energization of Large Power
Transformer. International Conference on
Power System Transient. IPST.2003.
3. W. Xu. SG, Abdulsalam, S.Chen and X.
Liu. A Sequential Phase Energization
Method for Transformer inrush current
reduction, Part II : Theoritical Analysis and
Design Guide, IEEE Trans. On Power
Delivery, Vol. 20, pp. 950-957 April 2005.
4. R. Rahnavard, M. Valizadeh, and A.A.B.
Sharifian. Analitical Analysis of
Transformer Inrush Current and Some New
Techniques For Its Reduction. 2006
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
7
PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TERHADAP ARUS
NETRAL DAN LOSSES PADA TRAFO DISTRIBUSI
Arief Budi Laksono1
1) Dosen Fakultas Teknik Prodi Elektro Universitas Islam Lamongan
Abstrak
Ketidakseimbangan beban pada suatu sistem distribusi tenaga listrik selalu terjadi dan
penyebab ketidakseimbangan tersebut adalah pada beban-beban satu fasa pada pelanggan jaringan
tegangan rendah.
Akibat ketidakseimbangan beban tersebut muncullah arus di netral trafo. Arus yang
mengalir di netral trafo ini menyebabkan terjadinya losses (rugi-rugi), yaitu losses akibat adanya
arus netral pada penghantar netral trafo dan losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah.
Setelah dianalisa, diperoleh bahwa bila terjadi ketidakseimbangan beban yang besar
(28,67%), maka arus netral yang muncul juga besar (118,6A), dan losses akibat arus netral yang
mengalir ke tanah semakin besar pula (8.62%).
Kata kunci : Ketidakseimbangan Beban, Arus Netral, Losses
Abstract
The unbalanced load in electric power distribution system always happen and it is caused
by single phase loads on low voltage system.
The effect of the unbalanced load is appear as a neutral current. These neutral current
cause losses, those are losses caused by neutral current in neutral conductor on distribution
transformers and losses caused by neutral current flows to ground.
In conclusion, when high unbalanced load happened (28,67%), then the neutral current
that appear is also high (118,6 A), ultimately the losses that caused by the neutral current flows to
ground will be high too (8,62%).
Key words : Unbalanced Load, Neutral Current, Losses
Pendahuluan
Dewasa ini Indonesia sedang melaksanakan
pembangunan di segala bidang. Seiring dengan
laju pertumbuhan pembangunan maka dituntut
adanya sarana dan prasarana yang
mendukungnya seperti tersedianya tenaga
listrik. Saat ini tenaga listrik merupakan
kebutuhan yang utama, baik untuk kehidupan
sehari-hari maupun untuk kebutuhan industri.
Hal ini disebabkan karena tenaga listrik mudah
untuk ditransportasikan dan dikonversikan ke
dalam bentuk tenaga yang lain. Penyediaan
tenaga listrik yang stabil dan kontinyu
merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi
dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik.
Dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik
tersebut, terjadi pembagian beban-beban yang
pada awalnya merata tetapi karena
ketidakserempakan waktu penyalaan beban-
beban tersebut maka menimbulkan
ketidakseimbangan beban yang berdampak pada
penyediaan tenaga listrik. Ketidakseimbangan
beban antara tiap-tiap fasa (fasa R, fasa S, dan
fasa T) inilah yang menyebabkan mengalirnya
arus di netral trafo.
Teori Transformator
Transformator merupakan suatu alat
listrik yang mengubah tegangan arus bolak-
balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain
melalui suatu gandengan magnet dan
berdasarkan prinsip-prinsip induksi-
elektromagnet. Transformator terdiri atas
sebuah inti, yang terbuat dari besi berlapis dan
dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan
kumparan sekunder.
Penggunaan transformator yang
sederhana dan handal memungkinkan dipilihnya
tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-
tiap keperluan serta merupakan salah satu sebab
penting bahwa arus bolak-balik sangat banyak
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
8
dipergunakan untuk pembangkitan dan
penyaluran tenaga listrik.
Prinsip kerja transformator adalah
berdasarkan hukum Ampere dan hukum
Faraday, yaitu: arus listrik dapat menimbulkan
medan magnet dan sebaliknya medan magnet
dapat menimbulkan arus listrik. Jika pada salah
satu kumparan pada transformator diberi arus
bolak-balik maka jumlah garis gaya magnet
berubah-ubah. Akibatnya pada sisi primer
terjadi induksi. Sisi sekunder menerima garis
gaya magnet dari sisi primer yang jumlahnya
berubah-ubah pula. Maka di sisi sekunder juga
timbul induksi, akibatnya antara dua ujung
terdapat beda tegangan
Perhitungan Arus Beban Penuh
Transformator
Daya transformator bila ditinjau dari sisi
tegangan tinggi (primer) dapat dirumuskan
sebagai berikut :
S = √3 . V . I (1)
dimana :
S : daya transformator (kVA)
V : tegangan sisi primer transformator
(kV)
I : arus jala-jala (A)
Sehingga untuk menghitung arus beban
penuh (full load) dapat menggunakan rumus :
IFL V . 3
S (2)
dimana :
IFL : arus beban penuh (A)
S : daya transformator (kVA)
V : tegangan sisi sekunder transformator
(kV)
Losses (rugi-rugi) Akibat Adanya Arus
Netral pada Penghantar Netral
Transformator
Sebagai akibat dari ketidakseimbangan
beban antara tiap-tiap fasa pada sisi sekunder
trafo (fasa R, fasa S, fasa T) mengalirlah arus di
netral trafo. Arus yang mengalir pada
penghantar netral trafo ini menyebabkan losses
(rugi-rugi). Losses pada penghantar netral trafo
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
PN = IN2. RN (3)
dimana :
PN : losses pada penghantar netral trafo
(watt)
IN : arus yang mengalir pada netral trafo (A)
RN : tahanan penghantar netral trafo (Ω)
Sedangkan losses yang diakibatkan
karena arus netral yang mengalir ke tanah
(ground) dapat dihitung dengan perumusan
sebagai berikut :
PG = IG2 . RG (4)
dimana :
PG : losses akibat arus netral yang mengalir
ke tanah (watt)
IG : arus netral yang mengalir ke tanah (A)
RG : tahanan pembumian netral trafo (Ω)
Ketidakseimbangan Beban
Yang dimaksud dengan keadaan seimbang
adalah suatu keadaan di mana :
Ketiga vektor arus / tegangan sama besar.
Ketiga vektor saling membentuk sudut 120º
satu sama lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan
tidak seimbang adalah keadaan di mana salah
satu atau kedua syarat keadaan seimbang tidak
terpenuhi. Kemungkinan keadaan tidak
seimbang ada 3 yaitu :
Ketiga vektor sama besar tetapi tidak
membentuk sudut 120º satu sama lain.
Ketiga vektor tidak sama besar tetapi
membentuk sudut 120º satu sama lain.
Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak
membentuk sudut 120º satu sama lain.
Gambar 1. Vektor Diagram Arus
Gambar 1(a) menunjukkan vektor
diagram arus dalam keadaan seimbang. Di sini
terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor
arusnya (IR, IS, IT) adalah sama dengan nol
sehingga tidak muncul arus netral (IN).
Sedangkan pada Gambar 1(b) menunjukkan
vektor diagram arus yang tidak seimbang. Di
sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor
arusnya (IR, IS, IT) tidak sama dengan nol
`
120o
120o
120o 120
o
135o
105o
`
IR
IN
IS
IT
IR + IT
IS
IR
IT
(a) (b)
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
9
sehingga muncul sebuah besaran yaitu arus
netral (IN) yang besarnya bergantung dari
seberapa besar faktor ketidakseimbangannya.
Penyaluran Dan Susut Daya
Misalnya daya sebesar P disalurkan
melalui suatu saluran dengan penghantar netral.
Apabila pada penyaluran daya ini arus-arus fasa
dalam keadaan seimbang, maka besarnya daya
dapat dinyatakan sebagai berikut :
P = 3 . [V] . [I] . cos (5)
dengan :
P : daya pada ujung kirim
V : tegangan pada ujung kirim
cos : faktor daya
Daya yang sampai ujung terima akan
lebih kecil dari P karena terjadi penyusutan
dalam saluran.
Jika [I] adalah besaran arus fasa dalam
penyaluran daya sebesar P pada keadaan
seimbang, maka pada penyaluran daya yang
sama tetapi dengan keadaan tak seimbang
besarnya arus-arus fasa dapat dinyatakan
dengan koefisien a, b dan c sebagai berikut :
IcI
IbI
IaI
T
S
R
(6)
dengan IR , IS dan IT berturut-turut adalah arus di
fasa R, S dan T.
Bila faktor daya di ketiga fasa dianggap
sama walaupun besarnya arus berbeda,
besarnya daya yang disalurkan dapat dinyatakan
sebagai :
P = (a + b + c) . [V] . [I] . cos (7)
Apabila persamaan (7) dan persamaan (5)
menyatakan daya yang besarnya sama, maka
dari kedua persamaan itu dapat diperoleh
persyaratan untuk koefisien a, b, dan c yaitu :
a + b + c = 3 (8)
dimana pada keadaan seimbang, nilai a = b = c
= 1
Pengumpulan Data :
Spesifikasi Trafo Tiang adalah sebagai berikut :
Buatan Pabrik : TRAFINDO
Tipe : Outdoor
Daya : 200 kVA
Tegangan Kerja : 21/20,5/20/19,5/19 kV
// 400 V
Arus : 6,8 – 359 A
Hubungan : Dyn5
Impedansi : 4%
Trafo : 1 x 3 phasa
Gambar 2. Trafo Distribusi 200 kVA
Gambar 3. Single Line Trafo Distribusi 200
kVA
Tabel 1. Hasil Pengukuran Trafo Distribusi
200 kVA
Fasa S Vp-n I Cos
200 kVA
20 kV
Dyn 5
LA
380 V
3 fasa
Jurusan 1 Jurusan 3Jurusan 2
NH FuseNH FuseNH Fuse
NH Fuse
Fuse CO
20 kV
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
10
(kVA) (V) (A)
Pengukuran pada siang hari
R 50,42 226 223,1 0,95
S 37,34 226 165,0 0,94
T 20,56 227 90,6 0,95
IN 118,6 A
IG 62,1 A
RG 3,8
Pengukuran pada malam hari
R 68,22 225 303,6 0,91
S 42,42 226 187,7 0,92
T 37,38 226 165,4 0,94
IN 131,7 A
IG 58,9 A
RG 3,8
Ukuran kawat untuk penghantar netral trafo
adalah 50 mm2 dengan R = 0,6842 / km,
sedangkan untuk kawat penghantar fasanya
adalah 70 mm2 dengan R = 0, 5049 / km.
Gambar 4. Skema Aliran Arus di Sisi Sekunder
Trafo pada Siang Hari.
IR = 303,6 A
IS = 187,7 A
IT = 165,4 A
.
IG = 58,9 A
RG = 3,8 ohm
IN = 131,7 A
Gambar 5. Skema Aliran Arus di Sisi Sekunder
Trafo pada Malam Hari.
Analisa Pembebanan Trafo
S = 200 kVA
V = 0,4 kV phasa - phasa
IFL
= V
S
3 =
4003
200000
= 288,68 Ampere
Irata siang
= 3
TSR III =
= 3
6,900,1651,223 = 159,67 Ampere
Irata malam
= 3
TSR III =
= 3
4,1657,1876,303 = 218,90 Ampere
Persentase pembebanan trafo adalah :
Pada siang hari :
FL
ratasiang
I
I =
68.288
67.159 = 55.31 %
Pada malam hari :
FL
ratamalam
I
I =
68.288
90.218 = 75.83 %
Dari perhitungan di atas terlihat bahwa pada
saat malam hari (WBP = Waktu Beban Puncak)
persentase pembebanan cukup tinggi yaitu
75.83 %.
Analisa Ketidakseimbangan Beban pada
Trafo
Pada Siang Hari :
Dengan menggunakan persamaan (6),
koefisien a, b, dan c dapat diketahui
besarnya, dimana besarnya arus fasa dalam
keadaan seimbang ( I ) sama dengan
besarnya arus rata-rata ( Irata ).
IR = a . I maka : a
159,67
223,1
I
IR = 1,40
IS = b . I maka : b
159,67
165,0
I
IS = 1,03
IT = c . I maka : c
159,67
90,6
I
IT = 0,57
IR = 223,1 A
IS = 165,0 A
IT = 90,6 A
.
IG = 62,1 A
RG = 3,8 ohm
IN = 118,6 A
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
11
Pada keadaan seimbang, besarnya koefisien
a, b dan c adalah 1.
Dengan demikian, rata-rata
ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah
:
{│a – 1│ + │b – 1│ + │c – 1│}
= 3 x 100 %
{│1,40 – 1│+│1,03 – 1│+│0,57 – 1│}
= 3 x 100%
= 28,67%
Pada Malam Hari :
Dengan menggunakan persamaan (6),
koefisien a, b, dan c dapat diketahui
besarnya, dimana besarnya arus fasa dalam
keadaan seimbang ( I ) sama dengan
besarnya arus rata-rata ( Irata ).
IR = a . Imaka : a218,9
303,6
I
I R = 1,39
IS = b . Imaka : b218,9
187,7
I
IS = 0,86
IT = c . Imaka : c218,9
165,4
I
IT = 0,75
Pada keadaan seimbang, besarnya koefisien a, b
dan c adalah 1.
Dengan demikian, rata-rata ketidakseimbangan
beban (dalam %) adalah :
{│1,39 – 1│+│0,86 – 1│+│0,75 – 1│}
= 3 x100%
= 26.00%
Dari perhitungan di atas terlihat bahwa baik
pada siang hari maupun malam hari,
ketidakseimbangan beban cukup tinggi (> 25%),
hal ini disebabkan karena penggunaan beban
yang tidak merata di antara konsumen.
Analisa Losses Akibat Adanya Arus Netral
pada Penghantar Netral Trafo dan Losses
Akibat Arus Netral yang Mengalir ke Tanah
Pada Siang Hari :
Dari tabel pengukuran, dan dengan
menggunakan persamaan (3), losses akibat
adanya arus netral pada penghantar netral
trafo dapat dihitung besarnya, yaitu:
PN = IN2. RN = (118,6)
2 . 0,6842 =
9623,92 Watt ≈ 9,62 kW
dimana daya aktif trafo (P) :
P = S . cos φ , dimana cos φ yang
digunakan adalah 0,85
P = 200 . 0,85 = 170 kW
Sehingga, persentase losses akibat adanya arus
netral pada penghantar netral trafo adalah :
% PN % 100 x P
P N
% 100 x kW 170
kW 9,62 = 5.66 %
Losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah
dapat dihitung besarnya dengan menggunakan
persamaan (4), yaitu :
PG = IG2 . RG = (62,1) 2 . 3,8 =
14654,4 Watt ≈ 14,65 kW
Dengan demikian persentase losses-nya adalah :
% PG % 100 x P
P G
% 100 x kW 170
kW 14,65 = 8,62 %
Pada Malam Hari :
Dari tabel pengukuran, dan dengan
menggunakan persamaan (3), losses akibat
adanya arus netral pada penghantar netral trafo
dapat dihitung besarnya, yaitu:
PN = (131,7)2
. 0,6842 = 11867.37 Watt ≈
11,87 kW
Sehingga, persentase losses akibat adanya arus
netral pada penghantar netral trafo adalah :
% PN % 100 x
kW 170
kW 11.87
= 6,98 %
Losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah
dapat dihitung besarnya dengan menggunakan
persamaan (4), yaitu :
PG = (58,9) 2 . 3,8 = 13183,00 Watt
≈ 13,18 kW
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
12
Dengan demikian persentase losses akibat arus
netral yang mengalir ke tanah adalah :
% PG % 100 x kW 170
kW 13,18 = 7,75%
Tabel 2. Losses pada Trafo Distribusi 200 kVA
Pada Tabel 2 terlihat bahwa semakin besar arus
netral yang mengalir di penghantar netral trafo
(IN) maka semakin besar losses pada penghantar
netral trafo (PN). Demikian pula bila semakin
besar arus netral yang mengalir ke tanah (IG),
maka semakin besar losses akibat arus netral
yang mengalir ke tanah (PG).
Dengan semakin besar arus netral dan
losses di trafo maka effisiensi trafo menjadi
turun.
Bila ukuran kawat penghantar netral dibuat
sama dengan kawat penghantar fasanya (70
mm2) maka losses arus netralnya akan turun.
Kesimpulan
Berdasarkan analisa data di atas, terlihat bahwa
pada siang hari ketidakseimbangan beban pada
trafo tiang semakin besar karena penggunaan
beban listrik tidak merata.
Sesuai tabel 2, semakin besar ketidakseimbangan beban pada trafo tiang maka
arus netral yang mengalir ke tanah (IG) dan
losses trafo tiang semakin besar. Salah satu cara mengatasi losses arus netral
adalah dengan membuat sama ukuran kawat
netral dan fasa.
Referensi
[1] Abdul Kadir, Distribusi dan Utilisasi
Tenaga Listrik, Jakarta : UI - Press, 2000.
[2] Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000
(PUIL 2000), Jakarta : Badan Standarisasi
Nasional, 2000.
[3] James J.Burke, Power Distribution
Engineering – Fundamentals And
Applications, New York : Marcel Dekker
Inc., 1994.
[4] Sudaryatno Sudirham, Dr., Pengaruh
Ketidakseimbangan Arus Terhadap Susut
Daya pada Saluran, Bandung : ITB, Tim
Pelaksana Kerjasama PLN-ITB, 1991.
[5] Sulasno, Ir., Teknik Tenaga Listrik,
Semarang : Satya Wacana, 1991.
[6] Zuhal, Dasar Tenaga Listrik, Bandung :
ITB, 1991.
[7] Abdul Kadir, Transformator, Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo, 1989
RN
Waktu
Ketidaks
eimbanga
n Beban (
% )
IN IG PN PN PG PG
( ) ( A ) ( A ) ( kW
) ( % )
( kW
) ( % )
0,6842
(50
mm2)
Siang 28,67 118,6 62,1 9,62 5,66 14,65 8,62
Malam 26,00 131,7 58,9 11,87 6,98 13,18 7,75
0,
5049
(70
mm2)
Siang 28,67 118,6 62,1 7.10 4.18 14,65 8,62
Malam 26,00 131,7 58,9 8.76 5.15 13,18 7,75
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
13
PENENTUAN HARGA SATUAN PEKERJAAN DITINJAU DARI
PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA KONSTRUKSI PADA SETIAP
JENJANG KEAHLIAN DI LAPANGAN
Zulkifli Lubis1
Sandy Tri Putranto2
1) Dosen dpk, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
2) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
ABSTRAK
Produktivitas merupakan salah satu faktor mendasar yang mempengaruhi peformasi
kemampuan bersaing pada industri konstruksi. Tidak tesedianya standar produktivitas konstruksi
baik pada tingkatan proyek maupun tingkatan item pekerjaan sangat dirasakan oleh industri jasa
konstruksi di Indonesia untuk dapat digunakan sebaai acuan dalam menyusun anggaran biaya dan
jadwal pelaksanaan kegiatan konstruksi.
Dari hasil studi pada beberapa proyek yang ditinjau di lapangan, ternyta produktivitas tenaga kerja
sangat dipengaruhi oleh faktor pengawasan, perencanaan dan koordinasi, urutan kerja, komposisi
kelompok kerja, kondisi fisik lapangan dan sarana bantu, dan kerja lembur.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai produktivitas tenaga kerja pada daftar analisis BOW
untuk pekerjaan pasangan dinding dan pekerjaan balok dan pelat lantai sudah tidak relevan lagi
untuk digunakan pada kondisi sekarang. Kemudian disusun suatu nilai produktivitas yang
direkomendasikan untuk digunakan sebagai perubahan dari daftar analisis BOW. Dan setelah diuji
kembali ternyata produktivitas juga ditenukan oleh jenis tenaga kerja yang digunakan. Pada
pekerjaan pasangan dinding lantai 1, produktivitasnya akan lebih tinggi jika menggunakan tenaga
kerja borongan dibandingkan tenaga kerja harian.
Motivasi dari kedua jenis tenaga kerja perlu diperhatikan dan besarnya upah perlu ditinjau dan
dipikirkan bersama guna perbaikan hidup para tenaga kerja.
Kata kunci : performasi kemampuan bersaing, standar produktivitas konstruksi, daftar analisis
BOW, motivasi.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produktivitas merupakan salah satu
faktor mendasar yang mempengaruhi
performansi kemampuan bersaing pada industri
konstruksi. Peningkatan produktivitas akan
mengurangi waktu pekerjaan, dan itu berarti
akan mereduksi biaya, khususnya biaya pekerja
sehingga diperoleh suatu minimum labor cost
untuk mendapatkan harga yang kompetitif baik
untuk pelelangan maupun pelaksanaan. Oleh
karena itu pengukuran dan peningkatan
produktivitas pekerjaan konstruksi yang
mencapai sasaran mutu, proses, dan hasil kerja
yang diharapkan, baik dari segi kualitas, waktu
pelaksanaan, maupun pembiayaan.
Kendala utama bagi perusahaan
konstruksi di Indonesia dewasa ini dalam usaha
pengembangan produktivitas pekerjaan
konstruksi adalah belum adanya standar
produktivitas yang handal, yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam mengestimasi biaya dan
jadwal pelaksanaan kegiatan konstruksi.
Perusahaan konsstruksi juga jarang melakukan
pengukuran produktivitas yang murah, mudah,
fleksibel, dan cukup akurat.
Pengukuran produktivitas yang
digunakan di indusstri konstruksi saat ini
umumnya diadopsi dari industri manufaktur
dengan metoda pengukuran antara lain : Time
and Motion Study, Work Sampling dan Metoda
Productivity Delay Model. Metoda-metoda ini
memerlukan pengukuran produktivitas aktual di
lapangan secara khusus, yang pelaksanaannya
cukup sulit, memerlukan waktu lama, harus
intensif, dan memerlukan dana cukup yang harus
disiapkan.Sebagai alternatif dari metoda-metoda
pengukuran tersebut di atas, diperlukan metoda
yang lebih sederhana yaitu dengan
memanfaatkan informasi proyek yang mudah
didapat. Salah satu sumber informasi yang
berharga adalah laporan kemajuan pekerjaan
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
14
(site progress records), yaitu Laporan Harian
yang berisi : daily works report, daily material
report, daily man power report, daily equipment
report, weather and woring hour, serta Laporan
Bulanan yang isinya merupakan kumulasi dari
laporan-laporan mingguannya. Informasi yang
diperoleh dari laporan kemajuan pekerjaan ini
sebenarnya merupakan suatu sumber daya
organisasi yang berharga, khususnya untuk
perencanaan dan pengendalian, namun pada
umumnya masih belum dimanfaatkan secara
maksimal.
Maksud dan Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini, adalah untuk :
1. Mendapatkan gambaran mengenai
produktivitas tenaga kerja pada proyek
konstruksi yang didapatkan dari laporan
kemajuan pekejaan hasil observasi di
lapangan.
2. Mendapatkan suatu rentang (range)
produktivitas tenaga kerja pada setiap
jenjang keahlian (dalam hal ini adalah
tukang dan laden) pada proyek konstruksi di
lapangan.
Pembatasan Masalah
Dalam melakukan penelitian ini, dibuat
pembatasan masalah, yaitu sebagai berikut :
Pengukuran produktivitas tenaga kerja
dilakukan pada jenjang keahlian tukang dan
laden.
Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga
kerja standar.
Proyek gedung bertingkat minimal dua
lantai.
Kondisi dilapangan mendukung, antara lain :
Kondisi cuaca normal, artinya tidak ada
kendala berarti yang dapat mengganggu
kelancaran pelaksanaan pekerjaan di
lapangan.
Ketersediaan jumlah tenaga kerja yang
cukup untuk memenuhi jumlah tenaga
kerja yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan di lapangan sesuai dengan
jenis pekerjaannya.
Lingkungan kerja mendukung akan
banyaknya jumlah tenaga kerja yang
melaksanakan pekerjaan di laangan pada
suatu waktu tertentu.
Metoda Penelitian
Dengan mengumpulkan bahan dari studi
literatur, baik berupa buku yang telah
dipublikasikan secara umum maupun dengan
mengembangkan penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti terdahulu, juga dengan
memanfaatkan arsip laporan kemajuan pekerjaan
untuk mengukur produktivitas tenaga kerja pada
proyek konstruksi.
Dengan menggunakan data yang
terekam pada laporan kemajuan pekerjaan
mingguan, dapat dihitung dan dianalisa suatu
angka produktivitas tenaga kerja untuk tingkatan
proyek yang dapat dipergunakan oleh para
perencana biaya dan jadwal konstruksi pada
tahap preliminary estimate sesuai dengan
teknologi dan metode pelaksanaan konstruksi
yang biasa dilakukan sekarang.
Diharapkan dengan adanya pengukuran
ini, produktivitas tenaga kerja pada proyek
konstruksi akan dapat terus ditingkatkan, dengan
demikian kerugian akibat kesalahan estimasi
akan dapat diperkecil. Hasil pengukuran ini juga
bermanfaat sebagai data dan alat analisa bagi
perusahaan untuk terus meningkatkan
performansinya, sehingga mampu untuk ikut
berkompetisi.
Diagram Air Metoda Penelitian
Tahapan-tahapan proses kegiatan yang
dilakukan dalam tesis ini secara garis besar
dilakukan dengan mengikuti bagan air seperti
terlihat pada gambar 1.
LANDASAN TEORI
Jika membicarakan masalah
produktivitas muncullah satu situasi yang
produktivitas muncullah satu situasi yang
paradoksial (bertentangan), karena belum ada
kesepakatan umum tentang maksud pengertian
produktivitas serta kriterianya dalam mengukur
petunjuk-petunjuk produktivitas. Dan tak ada
konsepsi, metode penerapan maupun cara
pengukuran yang bebas dari kritik (Sinungan,
Muchdarsyah, 1995). Para ahli tidak
memberikan rumusan produktivitas yang sama,
karena itu masih ditemukan pengertian
produktivitas dalam berbagai cara, namun pada
prinsipnya mempunyai kesamaan.
Dalam berbagai referensi terdapat
banyak sekali pengertian mengenai
produktivitas, yang dapat dikelompokkan
menjadi tiga (Sinungan, Muchdarsyah, 1995)
yaitu :
1. Rumusan tradisional bagi keseluruhan
produktivitas tidak lain ialah ratio dari apa
yang dihasilkan (output) terhadap
keseluruhan peralatan produksi yang
dipergunakan (input).
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
15
2. Rumusan tradisional bagi keseluruhan
produktivitas tidak lain ialah ratio dari apa
yang dihasilkan (output) terhadap
keseluruhan peralatan produksi yang
dipergunakan (input).
3. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu
sikap mental yang selalu mempunyai
pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini
lebih baik daripada kemarin, dan hari esok
lebih baik dari hari ini.
4. Produktivitas merupakan interaksi terpadu
secara serasi dari tiga faktor penting, yakni :
Investasi, termasuk penggunaan pengetahuan
dan teknologi serta riset; manajemen; dan
tenaga kerja.
Gambar 1. Metoda Penelitian
Kata ’produktivitas’ sendiri pertama kali
disebutkan pada sebuah artikel oleh Quesnay
tahun 1766. Pada tahun 1833, Littre
mendefinisikan pengertian dari produktivitas
sebagai kemampuan dalam memproduksi.
Definisi yang lebih spesifik dari produktivitas
yaitu sebagai perbandingan antara keluaran dan
sumber-sumber yang digunakan dalam
menghasilkan keluaran tersebut mulai dikenal
sekitar akhir abad sembilan belas.
Definisi lainnya tentang produktivitas
telah banyak dilontarkan oleh para ahli dan
badan-badan internasional. Organization for
european Economic Cooperation (OEEC) pada
tahun 1950 mendefinisikan produktivitas sebagai
berikut :
”Produktivitas merupakan hasil bagi yang
diperoleh dengan membagi keluaran dengan
salah satu dari faktor-faktor produksi yang jadi
input, yaitu kapital, investasi, bahan mentah dan
lain-lain.”
Peter F. Ducker mengemukakan definisi
produktivitas sebagai berikut :
”Produktivitas adalah keseimbangan antara
seluruh faktor-faktor produksi yang memberikan
keluaran yang lebih banyak melalui penggunaan
sumber daya yang lebih sedikit.”
Dari definisi-definisi di atas, secara
umum produktivitas didefinisikan sebagai
perbandingan antara keluaran suatu proses
terhadap sumber daya masukan dalam proses
tersebut, yang dapat digambarkan sebagai
berikut :
Produktivitas = Masukan
Keluaran
Keluaran adalah hasil yang bermanfaat
bagi manusia yang didapat dari suatu kegiatan,
sedangkan masukan adalah sumber-sumber yang
digunakan untuk memperoleh hasil tersebut.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa produktivitas berarti juga suatu ukuran
efektivitas masukan yang digunakan suatu proses
untuk menghasilkan keluarannya.
Definisi produktivitas secara umum yaitu :
Produktivitas = Output : Input
Produktivitas = Output : Satuan Waktu
Dan produktivitas pada building site
adalah jumlah jam-orang per m2 luas lantai.
Jenis-jenis Produktivitas
Pendefinisian produktivitas dapat
bermacam-macam tergantung pada konteks apa
produktivitas tersebut dibicarakan. Pada
dasarnya ada tiga jenis dasar produktivitas
(Susanto, 1992), yaitu :
a. Produktivitas parsial
Manajemen Sumber Daya
Manusia
Mulai
PerumusanMasalah : Belum adanya standar yang jelas mengenai besarnya produktivitas tenaga kerja untuk setiap jenjang keahlian pada setiap satuan
jenis pekerjaan di lapangan.
Studi Literat
ur
Produktivitas Tenaga Kerja
PengumpulanData : Time Schedule danKurva
S Laporan Kemajuan
Pekerjaan Spesifikasi dan gambar Analisis Data :
Perhitungan produktivitas tenaga kerja pada setiap jenjang keahlian tukang dan laden pada proyek yang berbeda. Perhitungan dilakukan untuk jenis pekerjaan yang memerlukan tenaga kerja manusia dalam pelaksanaan pekerjaannya dengan menggunakan
bantuan peralatan sesedikit mungkin.
Hasil Studi : Range produktivitas tenaga kerja pada setiap jenjang keahlian untuk setiap satuan jenis pekerjaan yang ditinjau.
Rekomendasi : Besarnya nilai produktivitas tenaga kerja pada setiap jenjang keahlian untuk setiap satuan jenis pekerjaan yang ditinjau.
Selesai
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
16
Produktivitas parsial adalah rasio keluaran
terhadap salah satu faktor masukan, sebagai
contoh, produktivitas tenaga kerja (rasio dari
keluaran dan masukan kerja), merupakan
ukuran produktivitas parsial.
b. Produktivitas total faktor
Produktivitas total faktor adalah rasio
keluaran bersih terhadap jumlah masukan
faktor tenaga kerja dan faktor kapital. Yang
dimaksud dengan ’keluaran bersih’ adalah
masukan total dikurangi dengan jumlah
barang dan jasa yang dibeli. Yang harus
diperhatikan adalah faktor pembagi dari
rasio ini adalah faktor tenaga kerja dan
kapital.
c. Produktivitas total
Produktivitas total adalah rasio keluaran
total terhadap semua faktor masukan.
Dengan demikian, pengukuran produktivitas
total mencerminkan pengaruh bersama dari
semua masukan dalam menghasilkan
keluaran.
Secara tradisional orang sering
mengandalkan pada pengukuran produktivitas
parsial. Pengukuran produktivitas yang paling
sering dipakai adalah pengukuran produktivitas
tenaga kerja yang dinyatakan dengan keluaran
per-orang per-jam atau keluaran per-karyawan.
’Keluaran’ dinyatakan dalam unit uang atau
dalam bentuk fisik. Tetapi pengukuran
produktivitas parsial kadang menunjukkan sifat
yang berlawanan, sebaliknya dengan hanya
mengetahui ukuran produktivitas total, akan sulit
mendeteksi faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan untuk tindakan perbaikan.
Produktivitas Tenaga Kerja
Dari definisi-definisi produktivitas
secara umum, dapat disimpulkan bahwa
produktivitas tenaga kerja adalah besar volume
pekerjaan yang dihasilkan oleh seorang pekerja
atau oleh satu tim pekerja selama tenggang
waktu tertentu. Dengan kata lain, produktivitas
tenaga kerja adalah jumlah waktu atau tenggang
waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja atau
atu tim pekerja untuk menghasilkan suatu
volume pekerjaan tertentu.
Produktivitas dalam Industri Konstruksi
Industri konstruksi mempunyai sifat
yang berbeda dari industri manufaktur, dimana
sifat-sifat ini akan mempengaruhi pengertian
produktivitas dalam industri konstruksi.
Karakteristik dari industri konstruksi yang
membedakannya dari industri manufaktur adalah
sebagi berikut (Suryanto, 1997) :
1. Proyek konstruksi mempunyai pelaksanaan
yang relatif pendek.
2. Lokasi kerja tidak tetap.
3. Hasil akhir konstruksi merupakan hasil yang
unik dan berbeda dari satu lokasi dengan
lokasi yang lain.
4. Tenaga terlatih lebih banyak digunakan
daripada tenaga kerja kasar.
5. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan diluar
ruangan dengan kemungkinan gangguan yng
besar.
6. Keterlibatan berbagai pihak (pemberi
pekerjaan, perencana, pengawas dan
pelaksana) yang banyak terlibat dalam
proses konstruksi.
Dalam industri konstruksi keterlibatan
pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses
kegiatan konstruksi (pemberi pekerjaan,
perencana, kontraktor dan sub kontraktor,
pekerja) akan memberikan sumbangan terhadap
produktivitas suatu proyek konstruksi.
Meskipun berbagai faktor yang
berkaitan dengan keterlibatan berbagai tahap
kegiatan akan mempengaruhi produktivitas total
pekerjaan konstruksi, tetapi faktor produktivitas
tenaga kerja di lapangan memegang peranan
yang sangat besar. Hal ini dimungkinkan karena
hasil akhir suatu pekerjaan konstruksi
bergantung kepada kinerja tenaga kerja pada
setiap pekerjaan yang dilakukan di lapangan.
Sehingga pengukuran produktivitas tenaga kerja
di lapangan, tanpa mengesampingkan kontribusi
peranan pihak-pihak lain yang memungkinkan
peningkatan produktivitas proyek konstruksi
secara keseluruhan.
Dengan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas konstruksi, maka
kemampuan industri konstruksi untuk mencari
cara-cara untuk meningkatkan produktivitas juga
akan menjadi lebih baik lagi, sehingga sekarang
tinggal bagaimana cara mengukur produktivitas
konstruksi dapat dilakukan dari waktu ke waktu
untuk mengetahui peningkatan atau penurunan
produktivitas dimulai dengan mengetahi dan
menetapkan produktivitas yang ada melalui
suatu pengukuran.
Variabel-variabel yang mempengaruhi
produktivitas tenaga kerja lapangan menjadi
seperti tersebut di bawah ini (Soeharto, 1995) :
1. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu.
2. Pengawasan, perencanaan, dan koordinasi.
3. Komposisi kelompok kerja.
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
17
4. Kerja lembur.
5. Ukuran besar proyek.
6. Kurva pengalaman.
7. Pekerja langsung – sub kontraktor.
8. Kepadatan tenaga kerja.
Daftar Analisis BOW
Sampai saat ini, perencanaan atau
estimasi biaya konstruksi dan penentuan jadwal
kegiatan proyek konstruksi masih menggunakan
angka-angka standar produktivitas tenaga kerja
yang mengacu pada hasil penelitian puluhan
tahun yang lalu, seperti standar BOW yang
dikeluarkan sekitar tahun 40-an yang sekarang
dirasakan sudah tidak sesuai lagi jika
dipergunakan untuk menghitung perencanaan
tenaga kerja pada proyek konstruksi sekarang
ini, sebab baik metode kerja, peralatan,
pengawasan dan faktr-faktor lainnya sudah
banyak berbeda jika dibandingkan dengan
keadaan saat BOW tersebut disusun (Suryanto,
1997).
Di bawah ini adalah contoh nilai
produktivitas tenaga kerja hasil penelitian yang
disusun dalam BOW sebagai berikut :
1. Pekerjaan kayu, pemasangan atap
Untuk mengerjakan 1 m3 pemasangan kaso
dan reng untuk atap genteng diperlukan :
0,005 mandor
0,01 kepala tukang
0,1 tukang kayu
0,1 pekerja / laden
2. Pekerjaan beton
Untuk mengerjakan 1 m3 beton semen
portland dengan campuran 4 bagian batu
pecah (kerikil) : 2 bagian pasir : 1 bagian
semen portland yang dipakai untuk
pemasangan ubin pada lantai, pembuatan
genteng beton, pengecoran beton dibawah
air, dan pembuatan lapisan turap diatas
pasangan-pasangan batu atau bata yang
dimiringkan dengan tebal 0,06 m, diperlukan
:
0,3 mandor
0,1 kepala tukng
1 tukang batu
6 pekerja / laden
ANALISIS DATA LAPANGAN
Proyek yang ditinjau adalah :
1. Proyek pengembangan Ruko Graha Indah
Lamongan
2. ProyekpembangunanRuko LTC Lamongan
3. ProyekPembangunan Ruko Demangan
Regency Lamongan
Dibawahiniadalahjenispekerjaan pada
bangunan yang ditinjau pada setiapproyek :
1. PekerjaanTanah dan Pondasi
1.1 Pekerjaan pondasi batu kali menerus
2. PekerjaanStrukturBeton
2.1 Pekerjaankolomlantai 1
2.2 Pekerjaanpasangandindinglantai 1
2.3 Pekerjaan balok dan pelat lantai 2
Tenaga kerja di lapangan terbagi
menjadi dua jenis, yaitu tenaga kerja harian dan
tenaga kerja borongan. Tenaga kerja harian
adalah tenaga kerja yang melaksanakan satu
jenis pekerjaan di lapangan dengan tingkat
kesulitan yang cukup tinggi, dan upahnya
dihitung berdasarkan lamanya tenaga kerja
tersebut melaksanakan satu jenis pekerjaan
hingga selesai. Sedangkan tenaga kerja borongan
adalah tenaga kerja yang melaksanakan satu
jenis pekerjaan yang sifatnya massal di lapangan,
dan upahnya dihitung berdasarkan volume
pekerjaan yang dilaksanakan tanpa
memperhitungkan lamanya durasi waktu
penyelesaian pekerjaan yang dimaksud.
Dengan kenyataan yang terjadi di
lapangan, bahwa hanya tukang yang
menghasilkan pproduk, dan laden mendukung
kelancaran pekerjaan tukang, sedangkan mandor
sebagai pemberi instruksi dan mengawasi
pekerjaan tukang dan laden di lapangan, maka
sesuai dengan hasil pengamatan di lapangan,
ratio untuk tukang dan laden adalah sebagai
berikut:
a. Untuk tenaga kerja harian :
1 orang kepala tukang memimpin 10 orang
tukang, dan 1 orang tukang dibantu oleh 3
orang laden.
b. Untuk tenaga kerja borongan :
1 orang kepala tukang memimpin 12 orang
tukang, danm 1 orang tukang dibantu oleh 4
orang laden.
Dibawah ini adalah salah satu contoh
metode perhitungan produktivitas tenaga kerja
pada setiap pekerjaan yang ditinjau pada masing
- masing proyek, dan untuk pekerjaan -
pekerjaan lain dan pada proyek - proyek yang
lain dilakukan dalam bentuk tabelaris, seperti
terlihat pada tabel 1.
Proyek Pembangunan Ruko Graha Indah
Lamongan
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
18
1. Pekerjaan tanah dan pondasi
1.1 Pekerjaan pondasi batu kali menerus
Volume pekerjaan = 70,25 m3
Durasi = 14 hari
Volume pekerjaan per hari = 70,25/14
Komposisi jumlah tenaga kerja :
1 mandor
1 tukang
2 laden
Produktivitas tenaga kerja = 5 org/5,0179 m3
Jadi keperluan jumlah tenaga kerja per m3
pekerjaan pondasi batu kali di lapangan adalah
0,0057 mandor
0,9964 tukang
2,989 laden
Tabel 1 : Prodiuktivitas Tenaga Kerja Pada
Setiap Jenjang Keahlian Pekerjaan di
Lapangan
No Jenis Pekerjaan
Proyek
Ruko
Grah
a
Inda
h
Ruko
LTC
Ruko
Deman
gan
Regenc
y
1 Pekerjaan tanah dan
pondasi
1.1 Pekerjaan pondasi batu
kali (m3)
Volume pekerjaan (m3) 70,2
5
84,88 40,318
Durasi (hari) 14 14 49
Volume pekerjaan per
hari (m3)
5,01
79
6,0629 6,1224
Jumlah tenaga kerja
(orang) :
Mandor 1 1 1
Tukang 1 2 2
Laden 2 2 2
Hasil analisis
produktivitas :
Mandor 0,00
57
0,0067 0,0250
Tukang 0,99
64
1,3195 1,3067
Laden 2,98
93
3,9585 3,9200
2 Pekerjaan beton
2.1 Pekerjaan kolom lantai
1(m3)
Volume pekerjaan (m3) 72,8
9
36,22 10
Durasi (hari) 35 14 7
A Pekerjaan pembesian
(kg)
Volume pekerjaan (kg) 18.2
25
9.055 2.500
Durasi (hari) 14 7 3
Volume pekerjaan per
hari (kg)
1.30
7,8
1.293,6 833,3
Jumlah tenaga kerja
(orang) :
Mandor 1 1 1
Tukang 5 5 4
Laden 5 5 4
Hasil analisis
produktivitas :
Mandor 0,0057 0,0067 0,0250
Tukang 0,0154 0,0155 0,0192
Laden 0,0461 0,0464 0,0576
B Pekerjaan bekisting (m2)
Volume pekerjaan (m2) 833 415 115
Durasi (hari) 21 7 4
Volume pekerjaan per
hari (m2)
39,7 59,3 28,75
Jumlah tenaga kerja
(orang) :
Mandor 1 1 1
Tukang 4 4 4
Laden 3 3 4
Hasil analisis
produktivitas :
Mandor 0,0057 0,0067 0,0250
Tukang 0,3778 0,2530 0,5565
Laden 1,1335 0,7589 1,6696
Dari hasil perhitungan dengan meninjau tiga
jenis pekerjaan dari ketiga proyek di lapangan,
kemudian dibandingkan dengan hasil yang
dibuat dari daftar analisa upah dan bahan (BOW)
dapat dilihat dari tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2 : Produktivitas Tenaga Kerja Pada
Setiap Jenjang Keahlian di Lapangan
dan Dari Daftar Analisa Upah dan
Bahan (BOW)
Jenis Pekerjaan
Proyek
BOW Ruko
Graha
Indah
Ruko
LTC
Ruko
Dema
ngan
Rege
ncy
1 Pekerjaan tanah dan
pondasi
1 1 Pekerjaan pondasi
batu kali (1 m3)
Mandor 0,0057 0,0067 0,0250 0,1800
Tukang 0,9964 1,3195 1,3067 1,2000
Laden 2,9893 3,9585 3,9200 3,6000
2 Pekerjaan beton
2 1 Pekerjaan kolom
lantai 1
Pekerjaan
pembesian (1 kg)
Mandor 0,0057 0,0067 0,0250
Tukang 0,0154 0,0155 0,0192 0,0545
Laden 0,0461 0,0464 0,0576 0,0273
Pekerjaan
bekisting (1 m2) :
Mandor 0,0057 0,0067 0,0250 0,1000
Tukang 0,3778 0,2530 0,5565 1,0000
Laden 1,1335 0,7589 1,6696 2,0000
2 2 Pekerjaan
pasangan dinding
(1 m2)
Mandor 0,0057 0,0067 0,0250 0,2250
Kepala
Tukang
0,0067 0,0067 0,0174 0,1500
Tukang 2,7000 2,5800 2,0600 1,5000
Laden 8,1100 7,7400 6,1700 4,5000
2 3 Pekerjaan
balok dan
pelat lantai 2
Pekerjaan
pembesia (1
kg)
Mandor 0,0057 0,0067 0,0250
Tukang 0,0161 0,0133 0,0152 0,0545
Laden 0,0484 0,0400 0,0457 0,2730
Pekerjaan
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
19
pembesian (1
kg) :
Mandor 0,0057 0,0067 0,0250 0,1000
Tukang 0,3379 0,3019 0,4667 1,0000
Laden 1,0138 0,9057 1,4000 2,0000
Adanya perbedaan hasil produktivitas
yang didapat dari studi dengan analisis BOW
disebabkan oleh karena perkiraan kondisi pada
proyek pada saat disusunnya BOW adalah
sebagai berikut :
1. Tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di
lapangan bekerja berada di bawah
kwpwmimpinan yang keras dari pengaasnya.
2. Tingginya tingkat kedisiplinan dan
ketertiban dari tenaga kerja di bawah
pengaruh (tekanan) yang sangat tinggi dari
pimpinannya.
3. Tingkat ketelitian, kerapihan dan keindahan
yang sangat baik di bawah pengaruh
(tekanan) yang besar dari pimpinannya.
4. Faktor keamanan dari bangunan yang sangat
tinggi.
5. Belum banyaknya peralatan yang dipakai
untuk membantu melaksanakan pekerjaan
pada setiap jenis pekerjaan di lapangan.
Kondisi tersebut di atas jika
dibandingkan dengan yang terjadi pada saat
penelitian ini dibuat sudah jauh berbeda.
Setelah dilakukannya studi mengenai
produktivitas tenaga kerja pada setiap jenjang
keahlian di lapangan ini, dapat diberikan suatu
rekomendasi mengenai angka produktivitas
tenaga kerja pada setiap jenis pekerjaan, yang
dapat dipergunakan dalam menyusun rencana
jadwal pekerjaan, jumlah tenaga kerja yang
diperlukan, dan dalam menyusun rencana
anggaran biaya yang akan dipakai dalam
mengikuti pelangan proyek sebagai berikut :
1. Pekerjaan tanah dan pondasi
Pekerjaan pondasi batu kali menerus (1 m3)
Mandor 0,1
Tukang 1,1
Laden 3,4
2. Pekerjaan beton
Pekerjaan kolom lantai 1
Pekerjaan pembesian (1 kg)
Tukang 0,05
Laden 0,03
Pekerjaan bekisting (1 m2)
Mandor 0,075
Tukang 0,75
Laden 1,6
Pekerjaan pasangan dinding (1 m2)
Mandor 0,15
Kepala Tukang 0,1
Tukang 1,5
Laden 4,5
Pekerjaan balok dan pelat lantai 2
Pekerjaan pembesian (1 kg)
Tukang 0,04
Laden 0,025
Pekerjaan bekisting (1 m2)
Mandor 0,1
Tukang 0,75
Laden 1,6
PENUTUP
Kesimpulan
1. Nilai produktivitas dari daftar analisis BOW
untuk jenis pekerjaan pasangan dinding dan
pekerjaan balok dan pelat lantai sudah tidak
relevan lagi digunakan pada perencanaan
dan pelaksanaan pekerjaan di lapangan pada
kondisi saat ini terbukti dengan jauhnya
perbedaan angka produktivitas hasil studi
dengan daftar analisis BOW.
2. Produktivitas tenaga kerja pada setiap
jenjang keahlian selain dipengaruhi oleh
faktor pengawasan, perencanaan dan
koordinasi, urutan kerja, komposisi
kelompok kerja, kondisi fisik lapangan dan
sarana bantu dan kerja lembur juga
dipengaruhi oleh jenis tenaga kerja yang
digunakan apakah tenaga kerja harian atau
tenaga kerja borongan.
3. Variabel yang paling berpengaruhpada
produktivitas tenaga kerja pada setiap
jenjang keahlian di lapangan hasil
pengamatan di lapangan untuk keempat
proyek yang ditinjau adalah komposisi
kelompok kerja untuk setiap jenis pekerjaan.
Saran
1. untuk mendapatkan nilai produktivitas
tenaga kerja pada setiap jenjang keahlian
yang lebih akurat perlu dilakukan
pengamatan yang berkesinambungan dan
waktu yang cukup pada banyak proyek
konstruksi. Sebaiknya proyek dipilah - pilah
menurut jenisnya.
2. Para pengusaha konstruksi perlu
mempertimbangkan kembali mengenai
besarnya upah yang diberikan untuk mandor,
tukang, laden supaya dapat meningkatkan
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
20
taraf hidup mereka dan juga dapat
memotivasi mereka agar dapat
melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Mukomoko, J.A., 1985.
DasarPenyusunanAnggaranBiayaBangu
nan. CV. Gaya Media Pratrama :Jakarta
Sinungan, Muchdarsyah, 1985. Produktivitas
:Apa dan Bagaimana.BumiAksara
:Jakarta.
Soeharto, Iman, 1995. ManajemenProyek
:DariKonseptualSampaiOperasional.Pe
nrbitErlangga : Yakarta.
Suryanto, Krishna Pribadi, 1997. Model
Productivitas
PekerjaanKonstruksiBangunanGedungB
ertingkat di Indonesia. Laporan
penelitian, ITB : Bandung.
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
21
INSTALASI PENGOLAHAN AIR PORTABLE SEBAGAI PENYEDIAAN AIR
BERSIH DI DAERAH BENCANA BANJIR
Alfian Zuliyanto1
1)Dosen Fakultas teknik Jurusan Teknik Sipil, Universitas Islam Lamongan, email: [email protected]
Abstrak
Bencana banjir merupakan proses meningkatnya volume air akibat luapan air. Jawa Timur
merupakan provinsi yang setiap tahunnya mengalami bencana banjir di sejumlah daerah terutama
di Bojonegoro dan Lamongan. Banjir mengakibatkan masyarakat setempat mengungsi ke daerah
yang aman. Namun di tempat pengungsian kebutuhan akan air bersih menjadi langka. Air bersih
menjadi salah satu kebutuhan yang penting pada bencana banjir di tempat pengungsian.
Pemenuhan air bersih salah satunya menggunakan teknologi tepat guna dengan proses yang
sederhana untuk menghasilkan air bersih yang layak pakai oleh masyarakat di pengungsian.
Salah satu teknologi sederhana dan tepat guna dalam menyediakan air bersih yaitu instalasi
pengolahan air portable yang dengan mudah dioperasikan serta dapat dipindahkan ke tempat yang
lain. Alat ini mampu melayani 10 Kepala Keluarga dalam sehari. Proses yang dilakukan meliputi
koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi sederhana. Setiap harinya alat ini mampu
menghasilkan 1000 L dengan 5 kali pengoperasian. Alat ini dilengkapi dengan Standart
Operational Proccedure (SOP) untuk memudahkan masyarakat dalam mengoperasikannya.
Air hasil olahan dari alat ini telah diteliti di laboratorium dan diperoleh bahwa removal
kekeruhan mencapai 99,94%. Dari hasil tersebut, air yang terolah sudah tergolong dalam air
bersih yang siap pakai di tempat pengungsian. Selain kekeruhan, dilakukan juga uji mikrobiologi
dari air hasil olahan. Berdasarkan hasil laboratorium, diperoleh bahwa masih terdapat kandungan
E-Coli dalam air hasil olahan sehingga jika ingin dikonsumsi harus dimasak terlebih dahulu.
Kata Kunci: Banjir, Pengolahan Air Portable, Penyediaan Air Bersih
1. Pendahuluan
Bencana merupakan hal yang tidak dapat
dihindarkan lagi. Secara umum bencana adalah
kejadian (fenomena alam maupun ulah manusia)
yang terjadi di suatu wilayah, yang menyebabkan
kerusakan-kerusakan fisik, lingkungan, sosial
ekonomi maupun hal-hal yang membahayakan
keselamatan jiwa manusia. (Imamuddin, 2006).
Salah satu bencana yang sering terjadi di Jawa
Timur adalah meluapnya Kali Bengawan Solo.
Meluapnya kali ini dapat dikatakan terjadi setiap
tahun dengan lama dan tinggi genangan
bervariasi sesuai dengan terjadinya perioda ulang
hujan. Khusus lama genangan, hal ini dapat
terjadi mulai beberapa hari saja hingga beberapa
minggu. Saat terjadi genangan inilah ada puluhan
hingga ratusan kepala keluarga harus mengungsi,
baik dalam dalam tenda maupun tidak, hingga air
menjadi surut. Saat menunggu air surut inilah
harus tetap tersedia kesediaan air minum agar
kesehatan lingkungan terus bisa terjaga (Garsadi
et al, 2008). Ketersediaan air minum yang selama
ini terjadi seperti misalnya di Kabupaten
Bojonegoro yang dilewati oleh Kali Bengawan
Solo, tidak selalu dapat disediakan oleh PDAM.
Sangat ironis memang, dalam keadaan banjir
malah tidak tersedia air minum. Untuk itu harus
disediakan teknologi tepat guna penyediaan air
minum dan dapat dioperasikan sendiri oleh warga
yang sedang mengalami kesusahan itu.
Salah satu strategi penyediaan air bersih
zaman sekarang ini yaitu dengan memanfaatkan
teknologi tepat guna. Teknologi tepat guna juga
merupakan solusi yang tepat dalam menangani
kebutuhan air dan sanitasi dengan menggunakan
teknologi yang inovatif dan memberdayakan
masyarakat untuk mencapai tujuan mereka sendiri
(Murphy at al, 2009). Di luar masalah sosialisasi
penggunaan teknologi tepat guna yang tidak
kalah pentingnya, penelitian ini mencoba
mengkaji penyediaan teknologi yang mudah
dioperasikan oleh masyarakat yang sedang
ditimpa musibah itu, khususnya pengguna
teknologi dari kelompok wanita dan remaja.
Kelompok inilah yang dari berbagai kajian
merupakan pengguna utama dari air minum ini.
Air yang dihasilkan dari teknologi ini, meskipun
sulit untuk dicapai secara mudah, diupayakan
mengikuti standar yang dikeluarkan oleh
Permenkes nomor 492/Men.Kes/ PER/IV/2010.
Banjir mengakibatkan masyarakat harus
mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sebagian
masyarakat menetap di rumah masing masing
meski dalam kondisi terkena banjir. Baru baru ini
terjadi banjir di Kabupaten Karawang, Jawa
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
22
Barat, lebih dari 15.000 korban banjir mengungsi
ke tempat yang lebih aman, (Anonim, 2010).
Salah satu prioritas yang harus disediakan di
lokasi pengungsian adalah air bersih. Perbaikan
kualitas air bersih, juga harus diutamakan agar
terhindar dari serangan penyakit. Penyediaan air
untuk kebutuhan warga yang berada di
pengungsian, diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan minimal air bersih bagi korban
bencana alam, baik untuk keperluan minum,
masak maupun kebersihan pribadi. Pasalnya,
masalah utama menurunnya kesehatan banyak
disebabkan lingkungan yang kurang bersih akibat
kekurangan air dan mengonsumsi air yang
tercemar. Faktor yang menjadi sulitnya
memperoleh air bersih yaitu sumur penduduk
tercemar akibat tergenang air banjir, rusaknya
pipa transmisi penyalur air bersih dan sulitnya
akses menuju lokasi banjir.
Meskipun ini merupakan teknologi tepat
guna, karena air baku dari air banjir yang ada
merupakan air sungai seperti pada Gambar 1,
sudah barang tentu air menjadi sangat keruh yang
meningkatkan kadar solid yang ada. Untuk itu air
banjir harus diendapkan beberapa saat sebelum
dilakukan proses pengolahan konvensional
sederhana dengan urutan koagulasi, flokulasi,
sedimentasi, dan filtrasi. Adanya pengendapan
pendahuluan memberikan air baku dengan variasi
kualitas air yang lebih konstan. Dengan demikian
dosis koagulan yang dibubuhkan tidak menjadi
terlalu variatif. Dosis tidak variatif ini
memudahkan operator, yang notabene merupakan
warga yang sedang kesusahan, untuk
mendapatkan kualitas air terlolah yang lebih
pasti.
Gambar 1 Lokasi Unit Pengolahan
Dosis yang diberikan tentu saja dibuat dalam
kemasan (cache) sesuai dengan kapasitas bak
koagulasi-flokulasi-sedimentasi yang ada. Unit
filterpun tidak perlu dibersihkan atau dicuci
(backwashed) karena apabila terlihat keruh
(dalam keadaan bencana tidak tersedia fasilitas
turbidity-meter) media pasirpun langsung diganti
dari stok yang disediakan (spare).
Proses pengolahan air banjir merupakan
alternatif yang sangat baik untuk memperoleh air
bersih pada kondisi darurat. Sementara itu
kebutuhan air bersih yang diperlukan pengungsi
tidaklah banyak. U.S. Agency for International
Development (USAID) 2007 menyebutkan bahwa
kebutuhan air yang diperlukan oleh pengungsi
meliputi:
a. Untuk minum 3 – 4 liter per orang per hari
b. Masak dan bersih-bersih 2 – 3 liter per orang
per hari
c. Sanitasi 6 – 7 liter per orang per hari
d. Cuci pakaian 4 – 6 liter per orang per hari
Sehingga total air yang diperlukan oleh
pengungsi antara 15 – 20 liter per orang per
hari. (Coppola, 2007)
2. Metodologi
Penelitian ini dilakukan menggunakan alat
yang telah direncanakan terlebih dahulu yang
terdiri dari satu unit reaktor untuk proses
koagulasi, flokulasi dan sedimentasi dan satu unit
reaktor untuk proses filtrasi dan dari filtrasi
langsung dialirkan menuju konsumen seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2 dan Gambar 3
Unit koagulasi, flokulasi dan sedimentasi
direncanakan menggunakan drum yang terbuat
dari fiber. Pemilihan drum ini dikarenakan karena
drum ini sangat kuat dan mudah untuk dibawa
serta dimodifikasi. Drum ini akan dimodifikasi
sedemikian menggunakan pengaduk (paddle)
untuk proses pengadukan dengan dimensi paddle
sesuai perhitungan yang telah direncankan
sebelumnya. Pengaduk terbuat dari pipa PVC
berukuran 19.05 mm dan paddle terbuat dari plat
aluminium. Bagian bawah drum ini akan dibuat
outlet lumpur menggunkan pipa dengan keran
19.05 mm. Filtrasi direncanakan menggunakan
pipa PVC berukuran 203.2 mm. Media yang
digunkan yaitu pasir.
Gambar 2 Denah Alat
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
23
Gambar 3 Potongan A-A
Tahapan proses ini terdiri dari proses
koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan filtrasi.
Pengisian air baku ke reaktor sampai penuh yang
ditandai dengan adanya overflow. Kemudian
dilakukan penambahan koagulan (PAC) ke dalam
reaktor. PAC yang dimasukkan sudah dalam
keadaan dalam kemasan cache yang telah
diperoleh dari hasil percobaan jar test di
laboratorium. Proses koagulasi sangat efisien
untuk mengurangi bahan organik yang
terkandung dalam air permukaan, (Leiknes,
2009). Proses sedimentasi dapat lebih optimum
apabila diawali dengan proses flokulasi. Flokulan
yang terbentuk lebih mudah mengendap. (Guibai,
1991). Setelah penambahan koagulan dilakukan
pengadukan cepat menggunakan pengaduk yang
telah terpasang di reaktor tersebut selama 1
menit. Setelah pengadukan cepat dilakukan
proses pembentukan flok dengan pengadukan
lambat selama 5 menit. Kemudian diendapkan
selama 25 menit, kemudian dilakukan
pembuangan sludge melalui kran yang telah
disediakan di bagian bawah reaktor. Pengendapan
menggunakan kemampuan grafitasi mampu
mengendapakan suspensi dalam air setelah proses
flokulasi. (Goula et al, 2008). Setelah lumpur
habis dibuang maka kran outlet reaktor dibuka
menuju filter yang telah direncanakan. Air dari
filter langsung ke konsumen.
Untuk percobaan alat ini dilakukan beberapa
kali proses menggunakan air sungai untuk
memperoleh berapa lama filter akan clogging.
Pada saat percobaan alat ini dilakukan juga
pengukuran kualitas air yang dihasilkan dari
beberapa kali percobaan. Dari hasil percobaan
alat akan diperoleh suatu efisiensi setiap unit.
Alat yang telah terbentuk seperti pada Gambar 4.
Gambar 4 Reaktor dan Filter
Air baku yang digunakan dalam penelitian
ini adalah air yang diambil dari Kali Lamong dan
Kali Mas. Kali Lamong terletak di perbatasan
Surabaya-Gresik. Kali Lamong merupakan
cabang sungai Bengawan Solo. Kali ini termasuk
kali yang setiap tahun meluap. Kali Mas
digunakan untuk menguji filter sampai clogging.
Parameter yang dianalisa dari air baku
tersebut yaitu Kekeruhan, dan E.coli. Hasil
analisa air baku dapat dilihat pada Tabel 1 dan
Tabel 2
Tabel 1 Hasil Analisa Air Baku Kali Lamong
No. Parameter Satuan Persyaratan
Air Minum
Hasil
Analisa
1 Kekeruhan NTU 5 20
2 E.coli Jumlah per
100 ml sampel 0 5000
3 Warna TCU 15 193
4 pH - 6,5-8,5 7,91
Sumber: Hasil Penelitian
Tabel 2 Hasil Analisa Air Baku Kali Mas No. Parameter Satuan Persyaratan
Air Minum Hasil
Analisa
1 Kekeruhan NTU 5 136
2 pH - 6,5-8,5 7,03
Sumber: Hasil Penelitian
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 ANALISA KEKERUHAN
Kekeruhan merupakan parameter yang
penting dalam mengolah air. Removal kekeruhan
melalui dua variabel yaitu tinggi media (300mm,
600mm, dan 900mm) dan filtration rate (2, 4, dan
8 m3/m2.jam). Kedua variabel tersebut akan
menghasilkan sembilan kualitas air yang berbeda.
Melalui variabel tinggi media dan filtration rate
diperoleh hasil analisa seperti pada Tabel 3.
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
24
Tabel 3 Analisa Kekeruhan
No. Filtration
Rate
m3/m2.jam
Tinggi
Media
(mm)
Kekeruhan
Air Baku
(NTU)
Kekeruh
an Akhir
(NTU)
Persentase
Removal
(%)
1 2 300 663 1.9 88.89
2 4 300 663 1.7 90.06
3 8 300 663 1.9 88.89
4 2 600 663 3.6 78.95
5 4 600 663 3.8 77.78
6 8 600 663 2.9 83.04
7 2 900 663 3.1 81.87
8 4 900 663 2.2 87.13
9 8 900 663 2.8 83.63
Sumber: Hasil Analisa
Tabel 4.5 merupakan kulitas effluent hasil
pengolahan menggunakan variabel tinggi media
dan filtration rate. Kualitas outlet filter tersebut
sudah memenuhi standart kualitas air minum
sesuai dengan PERMENKES RI No.
492/MEN.KES /PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu untuk
kekeruhan maksimum 5 NTU.
Gambar 7 Grafik Analisa Kekeruhan
Gambar 7 menunjukan hasil analisa
kekeruhan dari hasil outlet berdasarkan variabel
tinggi media dan filtration rate. Berdasarkan tabel
dan grafik di atas diperoleh kualitas kekeruhan
yang paling baik yaitu pada saat tinggi media 300
mm dengan filtration rate 4 m3/m2/jam diperoleh
kekeruhan 1.7 NTU. Kualitas outlet yang paling
buruk yaitu pada saat tinggi media 600 mm dan
filtration rate 4 m3/m2.jam. Tinggi media sebesar
300 mm menghasilkan kualitas air yang baik
sedangkan dengan penambahan tinggi media 600
mm dan 900 mm kekeruhan lebih besar namun
masih di bawah standart kekeruhan untuk air
minum. Demikian juga untuk filtration rate
semakin rendah maka kualitasnya seharusnya
lebih namun pada penelitan ini hal tersebut tidak
terjadi. Kualitas air yang dihasilkan alat ini sudah
termasuk sangat baik untuk digunakan sebagai air
bersih di tempat pasca bencana. Jika
menggunakan filtration rate sebesar 4 m3/m2.jam
maka untuk menghasilkan air bersih maka
masyarakat harus membutuhkan waktu yang
cukup lama.
Gambar 8 Grafik Efisiensi Removal Kekeruhan
Unit Filter
Gambar 8 merupakan efisiensi removal
kekeruhan Unit Filter. Dari variasi filtration rate
dan tinggi madia pada grafik tersebut diperoleh
bahwa pada saat tinggi media 300 mm dengan
filtration rate 2, 4 dan 8 m3/m2.jam secara
berturut-turut efisiensi removal kekeruhan
sebesar 88.89%, 90.06% dan 88.89%. Pada saat
tinggi media 600 mm dengan filtration rate 2, 4
dan 8 m3/m2.jam secara berturut-turut efisiensi
removal kekeruhan sebesar 78.95%, 77.78% dan
83.04%. Pada saat tinggi media 900 mm dengan
filtration rate 2, 4 dan 8 m3/m2.jam secara
berturut-turut efisiensi removal kekeruhan
sebesar 81.87%, 87.13% dan 83.63%. Efisiensi
removal paling besar yaitu 90.06% pada saat
tinggi media 300 mm dan filtration rate 4
m3/m2/jam.
Proses sedimentasi juga memiliki efisiensi
removal kekeruhan yang diambil dari selisih
kekeruhan air baku dengan hasil outlet
sedimentasi. Dari hasil perhitungan diperoleh
bahwa efisiensi removal kekeruhan melalui
proses sedimentasi sebesar 97,42%. Efisiensi
terbesebu memiliki pengaruh yang sangat besar
dalam meremoval kekeruhan yang
mengakibatkan air yang masuk ke filter lebih
bersih. Secara keseluruhan efisiensi unit
pengolahan dalam meremoval kekeruhan sebesar
99,74%.
3.2 ANALIS E.COLI
Salah satu parameter syarat untuk air minum
berdasarkan PERMENKES RI No.
492/MEN.KES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum adalah E.coli dengan kadar
0/100 ml sampel. Kali Lamong merupakan sungai
yang dibantaran sungainya terdapat banyak
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
25
pemukiman penduduk. Kondisi sekarang ini
setelah disurvei ditemukan bahwa banyak sekali
masyarakat yang langsung membuang kotoran ke
Kali Lamong. Melihat kondisi tersebut perlu
dianalisa kandungan E.coli karena sangat
mempengaruhi kesehatan. Filtrasi menggunakan
filter adalah proses dimana air dilewatkan melalui
lapisan pasir secara mekanik mapun secara
biologis sehingga suspensi, bakteri dan virus
dapat tereduksi. (Wagner, 2003). Hasil analisa
E.coli terdapat pada Tabel 2 dan Gambar 9.
Analisa E.coli menggunakan air baku pada saat
kondisi air sebanarnya, sebab jika menggunakan
kekeruhan buatan akan mempengaruhi
kandungan E.coli air baku tersebut.
Tabel 4 Analisa E.coli
No
Filtration
Rate
m3/m2.jam
Tinggi
Media
(mm)
E.coli
Awal
(MPN/
100ml
sampel)
E.coli
Akhir
(MPN/
100ml
sampel)
Persentae
Removal
(%)
1 2 300 5000 2 99.96
2 4 300 5000 6 99.88
3 8 300 5000 4 99.92
4 2 600 5000 4 99.92
5 4 600 5000 1 99.98
6 8 600 5000 2 99.96
7 2 900 5000 1 99.98
8 4 900 5000 6 99.88
9 8 900 5000 4 99.92
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 9 Grafik Analisa E.coli
Dari data pada Tabel 4 dan Gambar 9
diperoleh informasi bahwa masih terdapat
kandungan E.coli dalam air hasil olahan. Grafik
di atas memberikan variasi terhadap removal
E.coli berdasarkan tinggi media dan kecepatan
filtrasi. Kondisi yang paling efisien untuk
removal E.coli yaitu pada saat tinggi media 900
mm dan filtration rate 2 m3/m2.jam yaitu sebesar
2 index MPN/100 ml sampel. Konsentrasi E.coli
yang dihasilkan sudah sangat kecil namun belum
bisa disebut air minum. Dapat disimpulkan bahwa
air yang dihasilkan termasuk air bersih sehingga
harus dimasak dulu sebelum dikonsumsi.
Gambar 10 Grafik Efisiensi Removal E.coli
Dari variasi filtration rate dan tinggi madia,
diperoleh bahwa pada saat tinggi media 300 mm
dengan filtration rate 2, 4 dan 8 m3/m2.jam
secara berturut-turut efisiensi removal E.coli
sebesar 99.96%, 99.88% dan 99.92%. Pada saat
tinggi media 600 mm dengan filtration rate 2, 4
dan 8 m3/m2.jam secara berturut-turut efisiensi
removal E.coli sebesar 99.92%, 99.98% dan
99.96%. Pada saat tinggi media 900 mm dengan
filtration rate 2, 4 dan 8 m3/m2.jam secara
berturut-turut efisiensi removal E.coli sebesar
99.98%, 99.88% dan 99.92%. Dari data tersebut
diperoleh efisiensi paling tinggi dalam melakukan
removal E.coli sebesar 99,98%.
Penelitian terakhir yang dilakukan oleh
peneliti Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi
Lahan Basah bahwa kandungan E.coli di hulu
Kali Mas sebesar 350 miliar – 1600 miliar per
100 ml sampel (Fakhrizal, 2004). Hal tersebut
akibat banyaknya pencemaran limbah domestik di
sepanjang Kali Mas. Nilai tersebut sangat berbeda
jauh dengan nilai E.coli pada Kali Lamong yang
hanya 5000 per 100 ml. Pengolahan Kali Lamong
masih menyisihkan kandungan E.coli yang
mengakibatkan air hasil olahan ini belum bisa
langsung diminum melainkan harus dimasak
terlebih dahulu agar mikroorganisemnya mati.
Setiap unit pengolahan memiliki
kemampuan melakukan removal kekeruhan, dan
E.coli. Analisa efesiensi unit pengolahan
diperoleh berdasarkan kualitas air baku dengan
air hasil olahan. Efisiensi yang diperoleh
berdasarkan setiap parameter yang diuji yaitu
kekeruhan, dan E.coli. Semakin tinggi efisiensi
removal maka kualitas air yang dihasilkan akan
semakin bagus. Perhitungan efisiensi unit
pengolahan dalam melakukan removal
kekeruhan, dan E.coli terdapat pada Tabel 5
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
26
Perhitungan diperoleh dari hasil selisih antara
inlet dan outlet unit pengolahan.
Tabel 5 Efisiensi Unit Pengolahan
No Unit Proses Parameter Efisiensi
(%)
1 Unit
Pengolahan
Koagulasi,
Flokulasi,
Sedimentasi,
Filtrasi
Kekeruhan 99,94
E.coli 99,98
Sumber: Hasil Penelitian
Tabel 5 menunjukkan efisiensi pengolahan
air berdasarkan parameter kekeruhan, dan E.coli.
Nilai efisiensi diambil dari persentase removal
yang paling tinggi dari setiap percobaan alat.
Uji clogging dapat dilihat dari hasil efluen
yang dihasilkan. Clogging terjadi akibat pengaruh
dari partikel suspensi, kandungan zat kimia, dan
aktivitas mikroorganisme. (Duran at al, 2009).
Setiap proses pengolahan diperoleh data data
kualitas hasil olahan sebagai dasar untuk
mengetahui waktu clogging. Dari data tersebut
diperoleh grafik penurunan kualitas air akibat
kemampuan filter dalam menyaring menjadi
semakin rendah. Semakin tinggi filtration rate
maka akan semakin sering periode pencucian
media (Fitriani, 2010)
Semakin sering filter digunakan maka
kemampuannya untuk menyaring menjadi
semakin rendah (Titistiti, 2010). Pada saat
running alat yang ke sembilan peningkatan nilai
kekeruhan meningkat secara drastis yaitu dari 7.2
NTU mejadi 17.4 NTU. Melalui data tersebut
dapat disimpulkan bahwa filter harus dicuci
setelah dipakai sebanyak 9 kali. Pencucian filter
dilakukan dengan mengeluarkan pasir dan dibilas
dengan air bersih.
Running alat ini berfungsi untuk
membandingkan kualitas yang dihasilkan dengan
menggunakan air baku Kali Lamong dengan air
baku menggunakan Kali Mas. Pengolahan air
Kali Lamong dilakukan di ruang kaca Teknik
Lingkungan. Air baku diambil dari Kali Lamong
menggunakan profil tank yang diangkut
menggunakan pick up sebanyak 800 Liter.
Sedangkan pengolahan air Kali Mas langsung
dilakukan di tepi Kali Mas yang terletak di Jalan
Ketabang Kali Surabaya.
Pengolahan Kali Lamong dilakukan
sebanyak empat kali proses pengolahan akibat air
baku yang terbatas. Dari data karakteristik air
baku diperoleh hasil anasila kekeruhan sebesar 20
NTU. Hal tersebut tidak sesuai dengan
karakteristik air banjir yang memiliki tingkat
kekeruhan diatas 250 NTU. Oleh karena itu,
dilakukan pembuatan kekeruhan buatan dengan
penambahan lumpur (clay) yang diambil dari
dasar sungai Kali Lamong sampai nilai
kekeruhannya sesuai dengan karakteristik air
banjir.
Selain menggunakan air baku Kali Lamong,
dilakukan juga pengolahan air baku Kali Mas.
Pengolahan air Kali Mas ini dilakukan langsung
di lapangan. Unit pengolahan dibawa ke tepi
sungai Kali Mas di Jalan Ketabang Kali.
Pengolahan dilakukan selama 2 hari sebanyak 6
Kali. Pengolahan tidak dilakukan penambahan
kekeruhan buatan melainkan langsung
menggunakan airnya secara langsung.
Pengolahan air Kali Mas ini juga berfungsi untuk
mengetahui sampai kapan filter clogging.
4. Kesimpulan
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Dengan tinggi media 300 mm maka
removal kekeruhan paling tinggi,
sedangkan untuk filtration rate sebesar 4
m3/m2.jam kemampuan removal
kekeruhan paling tinggi.
2. Dengan pemilihan filtration rate sebesar 8
m3/m2.jam dan tinggi media sebesar 900
mm pada saat running alat di lapangan,
alat ini mampu meremoval kekeruhan
99.94%.
3. Dalam kondisi baik, alat ini memiliki
kemampuan meremoval kekeruhan, dan
E.coli secara berturut-turut sebesar
99,94%, dan 99,92%. Hasil
Daftar Pustaka
Anonim. 2010. PERMENKES No.
492/MEN.KES/PER/IV/2010 Tentang
Persyaratan Kualita Air Minum
Anonim, 2010. Lebih 15.000 Korban Banjir
Karawang Mengungsi. < http://www.
sinarharapan.co.id /berita/read/lebih-15000-
korban-banjir-karawang-mengungsi/>
Titistiti, A., dan Hadi, W., 2010. Pengaruh
Roughing Filter Dan Slow Sand Filter Dalam
Pengolahan Air Minum Dengan Air Baku Dari
Intake Karang Pilang Terhadap Parameter
Kimia. Teknik Lingkungan, FTSP, ITS.
Surabaya.
Coppola, D. P., 2007. Introduction to
International Disaster Management. Oxford:
Elsevier.
Duran, M. R., Puing J. B., Arbat, G., Barragan, J.,
Ramirez, F. C., 2009. Effect of filter, emitter
and location on clogging when using
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
27
effluents. Agricultural Water Management
No. 96, hal 67-79.
Fakhrizal. 2004. Mewaspadai Bahaya Limbah
Domestik di Kali Mas. Ecoton <URL:
http://www.ecoton.or.id/ tulisanlengkap
.php?id=1566
Fitriani, N., dan Hadi, W., 2010. Pengaruh
Roughing Filter Dan Slow Sand Filter Dalam
Pengolahan Air Minum Dengan Air Baku
Dari Intake Karang Pilang Terhadap
Parameter Fisik. Jurusan Teknik Lingkungan,
FTSP, ITS. Surabaya.
Garsadi, R., Salima H.T., Soekarnoa I.,
Doppenbergb A.F.J., Verberk, J.Q.J.C., 2008.
Operational experience with a micro
hydraulic mobile water treatment plant in
Indonesia after the ‗‗Tsunami of 2004‘‘.
Desalination, No. 248, Hal 91-98
Goula, A. M., Kostoglou, M., Karapantsios, T.D.,
Zouboulis, A.I., 2008. The effect of influent
temperature variations in a sedimentation tank
for potable water treatment—A computational
fluid dynamics study. Water Research, Vol,
42 Hal 3405-3415
Guibai, L. and Gregory, J., 1991. Flocculation
and Sedimentation of High-Turbidity Waters.
Water Research, Vol. 25, No. 9, 1137-1143.
Imamuddin, M. dan Kadri, T., 2006. Penerapan
Algoritma AHP Untuk Prioritas Penanganan
Bencana Banjir. Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi 2006. ISSN: 1907-5022.
Yogyakarta.
Leiknes, T., 2009. The effect of coupling
coagulation and flocculation with membrane
filtration in water treatment. Journal of
Environmental Sciences, Vol. 21, No. 1 (8-
12)
Murphy, M. H., Edward A. M., Khosrow, F.,
2009. Appropriate technology-A
Comprehensive approach for water and
sanitation in the developing word.Technology
in Society, Vol 31 hal 158-167
Wagner, E. J. and Ronney E. A.. 2003. Filtering
Myxobolus cerebralis Triactinomyxons from
contaminated water using rapid sand
filtration. Aquacultural Engineering, Vol, 29
(77-91)
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
28
Halaman ini sengaja dikosongkan
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
29
ALTERNATIF PENURUNAN BIAYA LISTRIK
DENGAN PEMAKAIAN ELEKTRODA BATANG PADA STOP KONTAK
Abdullah Iskandar1
1)Dosen Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro, Universitas Islam Lamongan
Abstrak
Energi listrik sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat. Dampak pemakaian
energi yang cukup besar mengakibatkan timbul krisis energi listrik. Salah satu cara mengurangi
krisis energi listrik adalah dengan melakukan penghematan energi listrik. Permasalahan pada
pemakaian tenaga listrik yang biayanya ditanggung oleh pihak pelanggan adalah tarif dasar listrik
yang semakin meningkat. Sebagai evaluasi digunakan metode perhitungan register KWH meter
akhir –awal pada stop kontak dengan dan tanpa elektrode batang pada tegangan yang sama .
Tujuan Penelitian ini untuk mencari solusi penurunan biaya listrik bagi pihak pelanggan setiap
bulannya lebih rendah dari biaya rekening listrik umumnya dan membuktikan bahwa stop kontak
dengan elektrode batang dapat menurunkan biaya listrik. Hasil penelitian menunjukan bahwa
terdapat hasil berbeda antara penggunaan stop kontak dengan elektroda batang dibanding tanpa
elektroda batang. Dari perbandingan biaya rekening listrik ternyata terdapat selisih harga Rp.
75.600,-(Tujuh puluh lima ribu enam ratus rupiah). Jadi penggunaan stop kontak dengan elektroda
batang dapat menghemat atau menurunkan biaya rekening listrik, dan sekaligus pengaman listrik.
Kata Kunci : stopkontak, elektroda batang, register
I. PENDAHULUAN
Energi listrik sudah menjadi salah satu kebutuhan
pokok bagi masyarakat. Dampak pemakaian
energi yang cukup besar mengakibatkan timbul
krisis energi listrik. Salah satu cara mengurangi
krisis energi listrik adalah dengan melakukan
penghematan energi listrik.
Permasalahan pada pemakaian tenaga listrik
adalah bagaimana solusi yang diambil oleh pihak
pelanggan dalam menekan biaya listrik seiring
tarif dasar listrik yang semakin meningkat.
Beberapa peneliti menyatakan bahwa sistem
pentanahan diperlukan untuk mengurangi
kebocoran arus listrik, mendapatkan tahanan
kontak ke tanah yang cukup kecil dan berfungsi
sebagai pengaman.
Tujuan Penelitian ini untuk mencari solusi
penurunan biaya listrik bagi pihak pelanggan
setiap bulannya lebih rendah dari biaya rekening
listrik umumnya dan membuktikan bahwa stop
kontak dengan elektroda batang dapat menurunkan
biaya listrik.
I.1 Pengetanahan
Pengetanahan dapat dilakukan dengan cara
menanamkan batang-batang konduktor tegak lurus
atau sejajar dengan permukaan tanah dengan
kedalaman beberapa puluh centimeter dibawah
permukaan tanah.
I.2 Karakteristis Tanah dan Nilai resistans
jenis tanah
ρt sangat berbeda tergantung komposisi
tanah seperti dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Nilai rata-rata jenis tanah ρt
I.3 Tahanan Pentanahan
Adalah jumlah dari tahanan elektroda tanah dan
tahanan hubung tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecil
tahanan pentanahan :
1. Tahanan jenis tanah
Jenis Tanah Resistans jenis
tanah ρt dalam Ω.m
Tanah rawa 10……..40
Tanah liat dan tanah ladang 20…….100
Pasir basah 50…….200
Kerikil basah 200……3000
Pasir/kerikil kering < 1000
Tanah berbatu 2000…3000
Air laut dan Air tawar 10…….100
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
30
Harga tahanan jenis tanah tergantung dari
beberapa faktor yaitu :
a. Jenis tanah
Meliputi tanah liat, berpasir, berbatu dan
lain-lain.
b. Lapisan tanah
Meliputi berlapis-lapis dengan tahanan jenis
berlainan atau sama (uniform)
c. Kelembaman tanah
d. Temperatur
Penanaman memungkinkan kelembaman
dan temperatur bervariasi.
2. Jenis elektroda tanah
a. Elektroda Pita
Adalah elektroda yang terbuat dari hantaran
berbentuk pita / berpenampang bulat atau hantaran
pilin yang pada umumnya ditanam secara dangkal.
b. Elektroda Batang
Adalah elektroda dari pipa / tembaga atau
besi baja profil yang dipancangkan dalam tanah.
c. Elektroda Pelat
Adalah elektroda yang terbuat dari bahan
pelat logam (utuh atau berlubang).
I.4 Petunjuk Pemasangan Elektroda Batang
a. Ketika memilih suatu elektroda, harus
diperhatikan kondisi setempat seperti sifat
tanah, dan tahanan pentanahan yang
diperkenankan.
b. Permukaan elektroda tanah harus
berhubungan baik dengan tanah
sekitarnya. Batu dan kerikil yang langsung
mengenai elektroda memperbesar tahanan
pentanahan.
c. Elektroda batang dimasukan kedalam
tanah 0.5 meter sampai 1 meter setegak
lurus mungkin. Panjang elektroda
disesuaikan dengan tahanan pentanahan
yang diperlukan jika beberapa elektroda
batang yang paralel tidak bekerja efektif
pada seluruh batang misalnya karena
adanya lapisan tanah yang kering, maka
jarak minimum antara elektroda dipilih
dua kali panjang efektif dari satu elektroda
batang.
I.5 Stop kontak
Stop kontak adalah peralatan listrik yang
terdiri dari dua bagian / kutub yaitu satu kutub
bermuatan listrik positif dan satu kutub lainnya
bermuatan listrik negatif yang memiliki fungsi
antara lain :
a. Sebagai tempat sambungan / terminal
listrik
b. Sebagai alat untuk mengalirkan /
menyalurkan arus listrik
Jenis stop kontak secara umum terbagi dua macam
:
a. Stop kontak tanpa pengentanahan
b. Stop kontak dengan pengentanahan
II. BAHAN DAN CARA PENELITIAN
II.1. Bahan Penelitian
Data dan Karakteristik Bahan diasumsikan
sebagai berikut :
a. Jenis elektroda tanah : batang tembaga
b. Diameter elektroda = 1 cm
c. Panjang elektroda = 120 cm
d. Kondisi tanah sawah, selama 2 hari
tegangan normal
e. Sop kontak 10A/220V
f. Daya total = 450 VA
g. Lampu pijar 4 buah @ 100 W, Kabel
NYM 2x2,5 mm2
h. KWH meter
II.2. Cara Penelitian
II.2.1 Analisa Hasil Percobaan Stop Kontak
NON Elektroda Batang
1. Diketahui Register Akhir - Register Awal /
KWH hari 1
2. Diketahui Register Akhir - Register Awal /
KWH hari 2
3. Dicari Register Rata-rata
= Hasil Register Hari 1+ Hasil Register Hari 2
2
II.2.2 Hasil Percobaan Stop Kontak dengan
Elektroda Batang
1. Diketahui Register Akhir - Register Awal /
KWH hari 1
2. Diketahui Register Akhir - Register Awal /
KWH hari 2
3. Dicari Register Rata-rata
= Hasil Register Hari 1+ Hasil Register Hari 2
2
III. HASIL PENELITIAN
3.1 Hasil Percobaan Stop Kontak TANPA
Elektroda Batang
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Hari Ke-1
PUKUL (WIB) Register KWH meter Waktu
Jam
Keterangan Start Finish Awal Akhir
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
31
09.00 11.00 01344,3 01346,5 2 TANPA
Grounding
Tabel 4.2 Hasil Percobaan Hari Ke-2
PUKUL(WIB) Register KWH meter Waktu
Jam Ket
Start Finish Awal Akhir
09.00 11.00 01350,0 01352,2 2 Tanpa
Grounding
III.2 Hasil Percobaan Stop Kontak dengan
Elektroda Batang
Tabel 4.3 Hasil Percobaan Hari Ke-1
PUKUL WIB
Register KWH meter
Waktu Jam
Ket Start Finish Awal Akhir
09.00 11.00 01354,0 01355,5 2 Dengan
Grounding
Tabel 4.4 Hasil Percobaan Hari Ke-2 PUKUL
WIB
Register KWH
meter
Waktu
Jam
Ket
Start Finish Awal Akhir
09.00 11.00 01356,0 01357,5 2 Dengan
Grounding
IV. PEMBAHASAN
IV.1 Susunan stop kontak TANPA elektroda
Batang
Gambar 4.1 Diagram Pengawatan
IV.1.1 Hasil Percobaan Stop Kontak Tanpa
Elektroda Batang
Tabel 4.5 Hasil Percobaan Hari Ke-1
PUKUL
WIB
Register KWH
meter
Waktu
Jam
Keterangan Start Finish Awal Akhir
09.00 11.00 01344,3 01346,5 2 TANPA
Grounding
Tabel 4.6 Hasil Percobaan Hari Ke-2 PUKUL
WIB
Register KWH
meter
Waktu Jam
Keterangan Start Finish Awal Akhir
09.00 11.00 01350,0 01352,2 2 Tanpa
Grounding
Selanjutnya percobaan selama 2 hari dilakukan
pengolahan data sebagai berikut:
1. Register Akhir - Register Awal KWH hari 1=
01346,5 - 01344,3 = 2,2 KWH
2. Register Akhir - Register Awal KWH hari 2=
01352,2 - 01350,0 = 2,2 KWH
3. Register Rata-rata
= Hasil Register Hari 1+ Hasil Register Hari 2
2
= 2,2 + 2,2 = 4,4 = 2,2 KWH
2 2
IV.2 Susunan stop kontak dengan elektroda
batang
Gambar 4.2. Diagram Pengawatan
IV.2.1 Hasil Percobaan Stop Kontak dengan
Elektroda Batang
Tabel 4.7 Hasil Percobaan Hari Ke-1
PUKUL WIB
Register KWH meter
Waktu jam
Keterangan Start Finish Awal Akhir
09.00 11.00 01354,0 01355,5 2 Dengan
Grounding
KWH Meter
F
N
F
N
KWH Meter
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
32
Tabel 4.8 Hasil Percobaan Hari Ke-2
Selanjutnya percobaan selama 2 hari dilakukan
pengolahan data sebagai berikut:
1. Register Akhir - Register Awal KWH hari 1=
01354,0 - 01355,5 = 1,5 KWH
2. Register Akhir - Register Awal KWH hari 1=
01356,0 - 01357,5 = 1,5 KWH
3. Register Rata-rata
= Hasil Register Hari 1 + Hasil Register Hari 2
2
= 1,5 + 1,5 = 3,0 = 1,5 KWH
2 2
Dari tabel 4.5 sampai dengan tabel 4.8 dapat
kami nyatakan bahwa dari percobaan selama 2
hari, terdapat hasil yang berbeda antara stop
kontak dengan elektroda batang dibanding tanpa
elektroda batang. Hal ini disebabkan pada stop
kontak dengan elektroda batang memiliki sistem
pembumian dengan tahanan resistansi yang kecil,
sehingga arus yang mengalir menjadi kecil yang
mengakibatkan putaran lempengan KWH meter
menjadi lambat. Sesuai hukum P = I2.R , semakin
kecil nilai tahanan maka daya yang dihasilkan juga
semakin kecil.
IV.3 Analisa Biaya Listrik TANPA Elektroda
Batang
Dari tabel 4.1 yang identik tabel 4.2, maka
biaya rekening listrik diasumsikan sebagai berikut
:
Selisih percobaan @ 2 jam/KWH = 2,2
Dalam 2 jam ada selisih 2,2. Berarti dalam 1
hari = 12 jam,
- maka dalam 1 hari = 2,2x12 = 26,4 Kwh
- Maka dalam 1 bulan = 26,4 x 30 hari = 792
Kwh
- Jika biaya per Kwh diasumsikan Rp. 300,-
- Maka Biaya rekening listrik 1 bulan =792
Kwh x Rp.300 = Rp. 237.600,-
IV.4 Analisa Biaya Energi Listrik dengan
Elektroda Batang
Dari tabel 4.3 yang identik tabel 4.4, maka
biaya rekening listrik diasumsikan sebagai berikut
:
Selisih percobaan @ 2 jam/KWH = 1,5
Dalam 2 jam ada selisih 1,5. Berarti dalam 1 hari =
12 jam,
maka dalam 1 hari = 1,5x 12 = 18 Kwh
Maka dalam 1 bulan = 18 x 30 hari = 540 Kwh
Jika biaya per Kwh diasumsikan Rp.300,-
Maka Biaya rekening listrik 1 bulan = 540 Kwh
x Rp.300 = Rp. 162.000,-
Dari perbandingan biaya rekening listrik stop
kontak Tanpa elektroda batang dibanding stop
kontak dengan elektroda batang, ternyata terdapat
selisih harga Rp. 75.600,-(Tujuh puluh lima ribu
enam ratus rupiah).
V. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan dapat kami
simpulkan bahwa :
- Bahwa terdapat hasil berbeda antara
penggunaan stop kontak dengan elektroda
batang dibanding tanpa elektroda batang. Dari
segi perbandingan biaya rekening listrik
ternyata terdapat selisih harga Rp. 75.600,-
(Tujuh puluh lima ribu enam ratus rupiah). Hal
ini disebabkan stop kontak dengan elektroda
batang memiliki sistem pembumian dengan
tahanan resistansi yang kecil, sehingga arus
yang mengalir menjadi kecil yang
mengakibatkan putaran lempengan KWH meter
menjadi lambat. Jadi stop kontak dengan
elektroda batang berfungsi dapat menghemat
atau menurunkan biaya rekening listrik, dan
sekaligus pengaman listrik.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan Siswoyo, Elektronika Pemula,Surabaya,
CV.Gunawan Santoso,1996.
Elektro Indonesia, Peraturan Elektrode dan
Penghantar Bumi ,Jakarta, Nomor 24 Tahun
V,1999.
Supangat, Analisa Tahanan Pentanahan dan
pengaruhnya, Lamongan, Fakultas teknik,
2006.
PUKUL
WIB
Register
KWH meter
Wakt
u
jam
Keter
angan Start Finis
h Awal Akhir
09.0
0 11.00
0135
6,0
0135
7,5 2
Deng
an
Grou
nding
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
33
PROSES PRA PRODUKSI
DALAM PEMBUATAN KONTEN MEDIA INTERAKTIF
Kurnia Yahya1, Jumain
1
1)Dosen Fakultas Teknik Jurusan Teknik Informatika, Universitas Islam Lamongan
Abstrak Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa dampak kepada
media interaktif baik pendidikan maupun perusahaan, tidak terkecuali di Indonesia. Disamping
popularitas website yang digunakan untuk mendongkrak image perusahaan dan sebagai sarana
promosi, saat ini konten media interaktif berupa CD interaktif company profile juga mulai
menjamur. Proyek konten multimedia yang dikerjakan membutuhkan perencanaan yang
terstruktur dengan baik agar mencapai tujuan yang sesuai baik oleh konsumen ataupun pengguna
dari media tersebut.
Kata Kunci : Pra Produksi, Multimedia
1. Pendahuluan
Suatu proyek selalu diawali dengan suatu
gagasan atau kebutuhan yang kita saring dengan
membuat garis besar atas pesan dan tujuannya.
Kemudaian bagaimana kita akan membuat setiap
pesan dan tujuan tersebut bekerja dalam system
yang dibuat. Sebelum memulai mengembangkan
proyek kita memerlukan proses pre-production
yang cermat terutama dalam hal berinteraksi
dengan konsumen. Suatu perencanaan yang
matang dan estimasi yang tepat dan cepat juga
berpengaruh terhadap keseluruhan produksi
konten multimedia.
Penelitian ini mengembangkan proses pra
produksi dalam pembuatan konten multimedia
2. Landasan Teori
2.1. Pengertian
Istilah multimedia pertama kali di kenal
pada dunia teater, yang mempertunjukan
pagelaran dengan menggunakan gerak, musik,
dan video untuk menambah dramatisasi suatu
cerita. Sekarang multimedia dikenal dengan
panduan dari hasil gambar atau image, grafik,
teks, suara, TV, dan animasi sehingga menjadi
suatu karya yang dapat dinikmati secara audio
visual. Umumnya juga orang mengenal
multimedia sebagai sistem dari komputer
personal (PC) yang berkembang pesat dewasa
ini. Dalam Perkembangannya pengajaran,
latihan, pembuatan manufaktur, sedang dalam
system perekonomian layak digunakan untuk
kegiatan promosi penjualan [4]
2.2. Manfaat Multimedia
Multimedia memiliki manfaat yang
beragam, seperti penggunaan dibawah ini :
• Industri Kreatif
Industri kreatif menggunakan multimedia
untuk berbagai keperluan, mulai dari seni, untuk
hiburan, untuk seni komersial,
• Komersial
Presentasi yang menarik digunakan untuk
menjaga perhatian dalam periklanan. Bisnis dan
komunikasi seringkali dikembangkan oleh tim
kreatif perusahaan untuk menawarkan menjual
ide maupun dalam pelatihan dalam bentuk
presentasi multimedia
• Hiburan dan seni rupa
Selain itu, multimedia ini berisi banyak
digunakan dalam industri hiburan, khususnya
untuk mengembangkan efek khusus dalam film
dan animasi. Permainan populer dalam
multimedia sebagaimana permainan dan
program perangkat lunak yang telah tersedia
baik terdistribusi dalam CD-ROM atau online.
Beberapa video games mengajak pengguna
untuk berpartisipasi aktif, bukan hanya duduk
sebagai penerima pasif informasi.
• Pendidikan
Dalam pendidikan, multimedia digunakan
untuk memproduksi pelatihan berbasis computer
dan buku referensi seperti ensiklopedia yang
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
34
memungkinkan pengguna melalui serangkaian
modul presentasi, teks tentang topik tertentu, dan
gambar yang terkait dalam berbagai format
informasi. Informal Edutainment adalah istilah
yang digunakan untuk menjelaskan
menggabungkan pendidikan dengan hiburan,
terutama hiburan multimedia.
Belajar teori dalam dekade terakhir telah
berkembang dramatis karena pengenalan
multimedia.
• Teknik
Perangkat lunak dapat menggunakan
multimedia dalam menciptakan Simulasi
Komputer untuk sebagai hiburan dan pelatihan
seperti pelatihan militer atau industri.
Multimedia sebagai desain antarmuka yang
sering dilakukan sebagai sebuah kolaborasi
antara kreatifitas dan perangkat lunak
• Perindustrian
Di sektor industri, multimedia digunakan
sebagai cara untuk menyajikan informasi untuk
membantu pemegang saham, rekan kerja dan
atasan. Multimedia ini juga bermanfaat untuk
memberikan pelatihan karyawan, periklanan dan
penjualan produk di seluruh dunia hampir tak
terbatas melalui web berbasis teknologi.
• Matematika dan penelitian ilmiah
Dalam matematika dan penelitian ilmiah,
multimedia dipakai terutama untuk modelling
dan simulasi. Misalnya, seorang ilmuwan bisa
melihat pada model molekular tertentu dari
substansi dan memanipulasinya untuk tiba pada
suatu zat baru. Perwakilan penelitian dapat
ditemukan di jurnal seperti Journal of
Multimedia.
• Kesehatan
Dalam Pengobatan, dokter dapat dilatih
dengan melihat virtual operasi atau mereka dapat
mensimulasikan bagaimana tubuh manusia yang
terkena penyakit menular oleh virus dan bakteri
dan kemudian mengembangkan teknik untuk
mencegahnya.
• Gambar Dokumen
Pengambil foto copy / dokumen dan
mengkonversi ke dalam format digital [2]
2.3. Tujuan Multimedia
Menurut Sutopo (2003 : 22), multimedia
dapat digunakan untuk bermacam-macam bidang
pekerjaan, tergantung dari kreatifitas untuk
mengembangkannya. Setelah mengetahui
defenisi dari multimedia serta elemen-elemen
multimedia yang ada, serta aplikasi-aplikasi
yang saat ini digunakan pada bidang kehidupan
manusia, maka dapat diketahui bahwa tujuan
dari penggunaan multimedia adalah sebagai
berikut :
1. Multimedia dalam penggunaannya dapat
meningkatkan efektivitas dari penyampaian
suatu informasi.
2. Penggunaan multimedia dalam lingkungan
dapat mendorong partisipasi, keterlibatan
serta eksplorasi pengguna tersebut.
3. Aplikasi multimedia dapat meransang panca
indera, karena dengan penggunaannya
multimedia akan meransang beberapa
indera penting manusia, seperti :
Penglihatan, pendengaran, aksi maupun
suara.
2.4. Perencanaan dan Pembuatan Proyek.
Kebanyakan proyek multimedia dikerjakan
dalam beberapa tahap. Beberapa tahap harus
terlebih dahulu diselesaikan sebelum. memulai
tahap, yang lain, dan beberapa tahap ada yang
dapat dihilangkan atau dikombinasikan. Berikut
adalah empat tahap dasar dalam suatu proyek
multimedia:
1. Perencanaan dan pembiayaan
Perhitungkan waktu yang dibutuhkan
untuk mengerjakan seluruh elemen, dan
rencanakan biayanya. Susunlah sebuah prototipe
atau konsep pembuktian singkat. Kemudahan di
mana Anda dapat menciptakan material dengan
produksi hari ini dan peranti authoring akan
menarik para pengembang baru untuk beralih
produksi. Namun, berpindah jalur tanpa.
perencanaan terkadang menyebabkan awalan
yang keliru dan pemborosan waktu. dan, dalam
jangka waktu lama, mempertinggi biaya
pengembangan. Semakin lama waktu. yang
Anda. habiskan untuk menggeluti proyek Anda.
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
35
dan mendefinisikan isi dan strukturnya, semakin
cepat Anda dapat membuatnya, dan ketika
sampai di tengah-tengah pengerjaan dan
penyusunan ulang yang dilakukan semakin
berkurang.
Rencanakan dengan matang sebelurn Anda
memulai! Gagasan kreatif dan "uji coba" Anda
akan berkembang dalam. layar dan tombol
(tampilan dan rasa), dan konsep pembuktian
Anda akan menguji apakah gagasan Anda dapat
bekerja. Anda. akan menemukan bahwa dengan
melanggar aturan, Anda dapat menemukan
sesuatu yang menakjubkan!
2. Desain dan produksi:
Lakukan setiap rencana. yang dibuat untuk
membuat produk jadi. Selarna proses ini,
mungkin akan terjadi banyak siklus umpan balik
dengan klien sampai klien merasa puas.
3. Pengujian
Selalu lakukan pengujian terhadap program
Anda untuk memastikan bahwa mereka sudah
sesuai dengan tujuan proyek Anda, mereka.
bekerja sesua platform pengiriman yang
diinginkan dan sesuai keperluan klien atau
pengguna akhir.
4. Pengiriman
Kemas kemudian kirimkan proyek ke pengguna
akhir.
Dalam pengaplikasiannya multimedia
akan sangat membantu penggunanya, terutama
bagi pengguna awam.
2.5 Siklus hidup pengembangan multimedia
a. Mendefinisikan Masalah
Mendefinisikan masalah sistem adalah hal
yang pertama yang dilakukan oleh seorang analis
sistem.
b. Studi Kelayakan
Hal kedua yang dilakukan analis system
adalah studi kelayakan, apakah pengembangan
sistem multimedia layak diteruskan atau tidak.
c. Analisis Kebutuhan Sistem
Menganalisis maksud, tujuan dan sasaran
sistem merupakan hal yang dilakukan pada tahap
ini.
Gambar 2.1. Siklus hidup pengembangan
multimedia
d. Merancang Konsep
Pada tahap ini, analisis sistem terlibat
dengan user untuk merancang konsep yang
menentukan keseluruhan pesan dan isi dari
aplikasi yang akan dibuat.
e. Merancang Isi
Merancang isi meliputi mengevaluasi dan
memilih daya tarik pesan, gaya dalam
mengeksekusi pesan, nada dalam mengeksekusi
pesan dan kata dalam mengeksekusi pesan.
f. Merancang Naskah
Merancang naskah merupakan spesifikasi
lengkap dari teks dan narasi dalam aplikasi
multimedia.
g. Merancang Grafik
Dalam merancang grafik, analis memilih
grafik yang sesuai dengan dialog.
h. Memproduksi Sistem
Dalam tahap ini, komputer mulai
digunakan secara penuh, untuk merancang
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
36
sistem, dengan menggabungkan ketujuh tahap
yang telah dilakukan.
i. Mengetes Sistem
Pengetesan merupakan langkah setelah
aplikasi multimedia selesai dirancang.
j. Menggunakan Sistem
Implementasi sistem multimedia dipahami
sebagai sebuah proses apakah sistem multimedia
mampu beroperasi dengan baik.
k. Memelihara Sistem
Setelah sistem digunakan, maka sistem
akan dievaluasi oleh user untuk diputuskan
apakah sistem yang baru sesuai dengan tujuan
semula dan diputuskan apakah ada revisi atau
modifikasi [1]
3. Metodologi
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yang
langkah-langkah penelitian mengacu pada siklus
dan pengembangan, dengan uraian penjelasan
yang telah disesuaikan dengan tujuan penelitian,
seperti yang digambarkan pada gambar 2.1.
Pengembangan konten multimedia tidak
mempunyai suatu metodologi khusus dalam
prakteknya, biasanya suatu pengembangan
multimedia lazimnya mengikuti metodologi
pengembangan perangkat lunak yang sudah ada
sebelumnya. Proses pengembangan yang umum
digunakan untuk pengembangan suatu konten
multimedia biasanya bertolak dari proses
pengembangan perangkat lunak konvensional
atau biasa dikenal dengan siklus hidup perangkat
lunak (SWDLC) yang mempunyai berbagai
macam model pengembangan yang dapat
diterapkan sesuai dengan perangkat lunak yang
akan dikembangkan.
Dalam penelitian ini, penulis telah
melakukan proses yang mana ada dalam
pembahasan
4. Pembahasan
Pada prinsipnya proses ini meliputi proses
penuangan ide (proposal) produk, perencanaan
produk, perencanaan proses produksi,
penyusunan dokumentasi, penyusunan tim,
membangun prototip, pengurusan hak cipta dan
penendatangan kontrak dan pembiayaan seperti
diagram dibawah ini.
Gambar 3.1. Proses Pre-Production
Pada Alur Pre-Production diatas dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Penyampaian Konsep
o Presentasi
Dalam tahap awal ini, kita memaparkan
layanan produk multimedia yang dapat kita
kerjakan. Hal ini wajib kita siapkan dalam
bentuk proposal baik tertulis maupun disajikan
dalam slide presentasi.
o Informasi dari Klien
Setelah menawarkan jasa, kita memerlukan
tujuan utama permintaan dari klien. Informasi
sebanyak-banyaknya juga diperlukan untuk
menimbang biaya produksi. Seperti halnya
konsumen dari produk multimedia tersebut
o Penawaran
Penawaran biaya dengan target seperti
permintaan klien, misalkan jumlah halaman
ataupun fasilitas-fasilitas yang akan kita
kerjakan. Perhitungan yang cepat dan tersedia
dalam bentuk per-item akan lebih meyakinkan
konsumen. Penawaran juga dapat dilakukan
dengan produk dalam bentuk paket. Selanjutnya
Penyampaian Konsep
Desain
Rencana Produksi
Pendokumentasian
Menyusun Tim
Membangun Prototype
Penandatanganan Kontrak
Memulai Produksi
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
37
akan ditentukan secara nyata pada tahap rencana
produksi.
o Penjadwalan
Penjadwalan disusun secara cepat
menimbang berapa berat pekerjaan dan seberapa
banyak tim penyusun. Penjadwalan ini dapat
disusun dengan estimasi item yang dikerjakan,
sehingga perhitungan jadwal dapat terinci secara
cepat. Berikanlah jangka waktu lebih lama
daripada pekerjaan sebenarnya, minimal terdapat
penambahan 25 persen waktu pengerjaan
normal. Hal ini dikarenakan kebanyakan klien
membutuhkan waktu yang lebih cepat dari pada
penawaran sehingga kita siap dengan
kemungkinan percepatan pengerjaan. Perlu
diperhatikan, pengerjaan secara tergesa-gesa
akan menurunkan kualitas produk.
2. Desain
Data yang telah terkumpul dari kebutuhan
produk klien menjadi konsep awal yang kita
tawarkan kembali ke klien. Data-data ini menjadi
kesepakan final pekerjaan. Desain ini dapat
berupa bentuk konten, desain, suara, interaksi
dan navigasi.
3. Rencana Produksi
Setelah disepakati konten dan item apa saja
yang digunakan, selanjutnya merencanakan
harga dan jadwal pengerjaan.
4. Pendokumentasian
Semua rencana tersebut didokumentasikan
menjadi bentuk perjanjian dengan klien. Lain
halnya seperti proposal awal, bentuk perjanjian
berisi item-item yang telah disepakati bersama.
5. Menyusun Tim
Beban dari pembuatan produk multimedia
mempengaruhi jumlah tim yang akan kita
bangun. Semakin melebar maka semakin banyak
orang yang harus kita persiapkan. Kita tentu saja
akan kesulitan jika membangunnya secara
mandiri, contoh saja apabila kita membuat
produk interaktif, maka tenaga teknis meliputi
desainer konten, coder, teknisi audio dan video,
desainer cover, percetakan/penggandaan CD,
tester dan lain-lain.
6. Membangun Prototipe
Dari ketentuan oleh konsumen, maka kita
selanjutnya membuat prototipe atau kerangka
awal, disini kita dapat mengambil sebagian dari
tim sebagai pembangun prorotipe.
7. Penandatanganan Kontrak
Agar memiliki kekuatan hukum, maka kita
memerlukan surat perjanjian resmi. Biasanya
terdapat 2 buku atau lembar perjanjian. Satu
untuk kita sebaga developer dan satu untuk
konsumen. Dari sini kita dapat menerima uang
muka pengerjaan, minimal 20% dari jumlah
total. Secara sederhana, kita bisa membubuhi
tandatangan dengan dilengkapi dengan materai.
8. Memulai Produksi
Selanjutnya saatnya kita memulai produksi,
hubungan dengan konsumen terus berlanjut jika
terdapat perubahan-perubahan konten, namun
disini kita bisa juga meninggalkan konsumen
secara tidak langsung hingga produk menjadi
Alpha Version.
Sedangkan didalam rumah produksi
Hivemanagement
(http://www.hivemanagement.com) tahap pre-
production ini melalui tiga tahap sebagai berikut
:
1. Penerimaan (Acceptance)
Tahap awal yaitu penerimaan proyek
multimedia diawali dengan kesepakatan
permintaan klien secara tertulis dan memilki
kekuatan hukum.
Pengembangan dalam proyek multimedia
awal juga memungkinkan untuk menawarkan
produk dari rekan kerja kita yang berkaitan
dengan proyek ini.
2. Penelitian
Tim produksi dan klien bertemu bersama,
kemudian melakukan pembahasan teknis secara
singkat dari sasaran obyektif. Dalam tahap ini
juga pengetahuan tentang profil klien juga sangat
membantu dalam pengembangan proyek
multimedia. Interaksi antara klien dan tim
produksi akan membantu dalam memunculkan
kreatifitas.
3. Kesepakatan
Klien dan Produksi Tim bertemu dengan
tujuan untuk menentukan persyaratan dan
rencana proyek ke tahap produksi. Persyaratan-
persyaratan teknis dibahas dalam tahap ini,
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
38
misalkan ketentuan pembayaran dan jangka
waktu produksi hingga versi sempurna.
5. Kesimpulan
Pembuatan konten multimedia interaktif
memerlukan proses pre-production yang cermat
terurtama dalam hal berinteraksi dengan
konsumen. Suatu perencanaan yang matang dan
estimasi yang tepat dan cepat juga berpengaruh
terhadap keseluruhan produksi konten
multimedia. Dalam kasus tertentu, proses ini
juga dapat mengalami penambahan maupun
pengurangan.
REFERENSI
Philip van Allen, Interactive Production Process Notes, 1999
Juhaeri , Pengantar Multimedia Untuk Media Pembelajaran, Ilmu-Komputer.com, 2007
Suyanto, Multimedia Alat Untuk Meningkatkan
Keunggulan Bersaing, 2003
en.wikipedia.org/wiki/Multimedia, 2010
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
47
Petunjuk bagi (Calon) Penulis
TEKNIKa
1. Artikel yang ditulis untuk TEKNIKa meliputi hasil pemikiran dan hasil penelitian atau kajian pustaka
yang mempunyai kontribusi baru di bidang Teknik. Naskah diketik dengan huruf Times New Roman,
ukuran 11 pts, dengan spasi ganda, dicetak pada kertas HVS kuarto sepanjang maksimum 15 halaman,
dan diserahkan dalam bentuk print-out sebanyak 3 eksemplar beserta disketnya. Berkas (file) dibuat
dengan Microsoft word. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai attacment e-mail ke alamat:
2. Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik dan ditempatkan di bawah judul artikel. Jika
penulis terdiri 4 orang atau lebih, yang dicantumkan di bawah judul artikel adalah nama penulis utama;
nama penulis-penulis lainnya dicantumkan pada catatan kaki halaman pertama naskah. Dalam hal
naskah ditulis oleh tim, penyunting hanya berhubungan dengan penulis utama atau penulis yang
namanya tercantum pada urutan pertama. Penulis dianjurkan mencantumkan alamat e-mail untuk
memudahkan komunikasi.
3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris dengan format esai, disertai judul pada
masingmasing bagian artikel, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul bagian. Judul
artikel dicetak dengan huruf besar ditengah-tengah, dengan huruf sebesar 14 poin. Peringkat judul
bagian dinyatakan dengan jenis huruf yang berbeda (semua judul bagian dan sub-bagian dicetak tebal
atau tebal dan miring), dan tidak menggunakan angka/nomor pada judul bagian: PERINGKAT 1
(HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, RATA TEPI KIRI) Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal,
Rata Tepi Kiri) Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal-Miring, Rata Tepi Kiri)
4. Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak
(maksimum 200 kata); kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang dan tujuan atau
ruang lingkup tulisan; bahasan utama (dapat dibagi ke dalam beberapa sub-bagian); penutup atau
kesimpulan; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).
5. Sistematika artikel hasil penelitian adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak
(maksimum 200 kata) yang berisi tujuan, metode dan hasil penelitian; kata kunci; pendahuluan (tanpa
judul) yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil;
pembahasan; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk)
6. Sumber rujukan sedapat mungkin merupakan pustaka-pustaka terbitan 10 tahun terakhir. Rujukan yang
diutamakan adalah sumber-sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi)
atau artikel-artikel penelitian dalam jurnal dan/atau majalah ilmiah.
7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurang (nama, tahun). Pencantuman sumber
pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan.
Contoh: (Davis, 2003: 47).
8. Daftar Rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut dan diurutkan secara alfabetis dan
kronologis.
Buku:
Anderson, D, W., Vault, V. D. & Dickson, C. E. 1999. Problem and Prospects for the Decades Ahead:
Competency Based Teacher Education. Berkeley: McCutchan Publising Co.
Buku kumpulan artikel:
Saukah, A. & Waseso, M.G. (Eds.). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah (Edisi ke-4, cetakan ke-
1). Malang: UM Press.
Artikel dalam buku kumpulan artikel:
Russel, T. 1998. An Alternative Conception: Representing Represensation. Dalam P.J. Black & A. Lucas (Eds), Children’s Informal Ideas in Science (hlm. 62-84). London: Routledge.
Artikel dalam jurnal atau majalah:
Kansil, C.L. 2002. Orientasi Baru Penyelenggaraan Pendidikan Program Profesional dalam Memenuhi kebutuhan Dunia Industri. Transpor, XX (4): 57-61.
Artikel dalam koran:
Pitunov, B. 13 Desember, 2002. Sekolah Unggulan ataukah Sekolah Pengunggulan? Majapahit Pos, hlm. 4 & 11.
Tulisan/berita dalam koran (tanpa nama pengarang): Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, hlm. 3.
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
48
Dokumen resmi:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta:
Depdikbud. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT. Armas Duta Jaya.
Buku terjemahan:
Ary, D., Jacobs, L.C. & Razavieh, A. 1976. Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemahan oleh Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional.
Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian:
Kuncoro, T. 1996. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Magang di STM Nasional Malang Jurusan Bangunan, Program Studi Bangunan Gedung: Suatu Studi Berdasarkan Kebutuhan Dunia
Usaha Jasa Konstruksi. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP MALANG.
Makalah seminar, lokakarya, penataran:
Waseso, M.G 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar Lokakarya
Penulisan Artikel dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin, 9-11 Agustus.
Internet (karya individual) Hitchcock, S., Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Journals, 1990-1995 : The Calm
before the Storm, (Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html, diakses 12 Juni
1996)
Internet (artikel dalam jurnal online):
Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan.
(Online), jilid 5,No. 4,(http://www.malang.ac.id, diakses 20 Januari 2000).
Internet (bahan diskusi):
Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet sites. NETTRAIN Discussion List, (Online), ([email protected], diakses 22 November 1995).
Internet (e-mail pribadi):
Naga, D.S ([email protected]). 1 Oktober 1997. Artikel Untuk JIP. E-mail kepada Ali Saukah ([email protected]).
9. Tata cara penyajian kutipan, table, dan gambar mencontoh langsung tata cara yang digunakan
dalam artikel yang telah dimuat. Artikel berbahasa Indonesia menggunakan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Depdikbud, 1987). Artikel bahasa Inggris
menggunakan ragam baku.
10. Semua naskah ditelaah secara anonim oleh mitra bestari reviewers yang ditunjuk oleh
penyunting menurut bidang kepakarannya. Penulis artikel diberi kesempatan untuk melakukan
perbaikan (revisi) naskah atas dasar rekomendasi/saran dari mitra bestari atau penyunting,
kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan secara tertulis.
11. Pemeriksaan dan penyuntingan cetak-coba dikerjakan oleh penyunting dan/atau dengan
melibatkan penulis. Artikel yang sudah dalam bentuk cetak-coba dapat dibatalkan
pemuatannya oleh penyunting jika diketahui bermasalah.
12. Segala sesuatu yang menyangkut perjanjian pengutipan atau penggunaan software komputer
untuk pembuatan naskah atau ihwal lain yang terkait dengan HAKI yang dilakukan oleh
penulis artikel, berikut konsekuensi hukum yang mungkin timbul karenanya, menjadi tanggung
jawab penuh penulis artikel tersebut.
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.1 Tahun 2010
49