metabolisme energi a5
DESCRIPTION
FAALTRANSCRIPT
-
METABOLISME ENERGI
Nama Kelompok A5 :
1. Alocitta Anindyanari 021411131057
2. Qonita Azahrah D 021411131058
3. Fridianty Anggraeni 021411131060
4. Fadilatul Rohmah 021411131061
5. Nabila Anjani Y 021411131062
6. Urfa Aprilia Aksyan 021411131063
7. Naztasya Claudia P 021411131064
8. Rizza Dwi Prasetya 021411131065
9. Secondini Hillary 021411131066
10. Janery Fidelia A 021411131067
11. Nisrina Qurrota A 021411131068
12. I Dewa Agung W G 021411131072
13. Tamima Izzat N 021411131074
14. Bagus Susanto PLN 021411131075
15. Levina Azaria W 021411131091
16. Hazimi Ismail 021311133019
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
2015
-
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan praktikum faal
yang berjudul Indera Rasa Kulit.
Adapun laporan ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatannya.Untuk itu kami tidak
lupa menyampaikan terima kasih kepada:
1. Harlina Soetjipto, dr., MS
2. Anis Irmawati, drg., M.Kes
Selaku Instruktor dosen topik Metabolisme Energi, perevisi, dan semua pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan laporan ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki laporan ini.
Akhirnya kami mengharapkan semoga dari laporan ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan informasi terhadap pembaca.
Surabaya, 3 maret 2014
Kelompok A5
-
3
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teori ...4
1.2 Masalah ...5
1.3 Tujuan ..5
2. METODE KERJA
2.1 Alat ..6
2.2 Tata Kerja.7
3. HASIL..10
4. PEMBAHASAN
4.1 Diskusi Hasil..12
4.2 Diskusi Jawaban Pertanyaan..14
5. DAFTAR PUSTAKA .18
-
4
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teori
Metabolisme merupakan proses kimiawi yang terjadi di dalam tubuh dan dilakukan
oleh makhluk hidup. Metabolisme yang diukur terjadi tidak hanya pada suatu daerah tertentu
saja pada tubuh, melainkan metabolisme yang terjadi pada seluruh sel-sel tubuh. Proses
metabolisme terjadi melalui serangkaian tahapan-tahapan reaksi yang saling berkelanjutan,
meliputi proses katabolisme (penguraian) dan anabolisme (sintesis) yang melibatkan enzim.
Metabolisme merupakan suatu proses yang vital agar makhluk hidup dapat menjaga
kelangsungan hidupnya. Reaksi-reaksi metabolisme menghasilkan energi berupa ATP dan
panas. Tingkat aktifitas metabolisme ini dapat dinilai dengan melihat besarnya panas yang
dilepaskan badan atau melihat besarnya pemakaian oksigen.
Derajat metabolisme sangat dipengaruhi oleh aktivitas atau kerja orang yang
bersangkutan. Adanya perbedaan aktivitas kerja pada setiap individu maka diperlukan
keadaan standar atau basal sehingga metabolisme antara satu individu dengan individu lain
dalam kelompoknya dapat dibandingkan. Keadaan ini memerlukan syarat-syarat.
Dengan adanya syarat-syarat ini, dalam praktikum ini tidaklah dapat dikatakan bahwa
subjek coba dalam keadaan basal, namun hanya dalam keadaan istirahat. Namun, akan tetap
diukur metabolisme subjek coba yaitu dengan cara pengukuran oksigen yang dikeluarkan
yang nantinya akan dilihat dari grafik spirometer. Grafik spirometer akan memudahkan
penghitungan Basal Metabolic Rate (BMR), yaitu produksi panas per satuan waktu pada
orang yang dalam keadaan basal. Perbandingan metabolisme basal seseorang dan angka
normalnya akan dinyatakan dalam besar penyimpangan metabolisme basal seseorang dari
harga standar kelompoknya dan dinyatakan dalam bentuk persen. Penyimpangan dari 2 daftar
nilai baik itu Aub Du Bois maupun Fleisch tersebut dapat bersifat positif atau negatif.
Penyimpangan positif menunjukkan adanya peningkatan aktivitas metabolisme seseorang dan
sebalinya penyimpangan negatif menunjukkan adanya penurunan aktivitas metabolisme.
Penyimpangan tersebut merupakan dasar diagnosa penyakit maupun kelainan yang terjadi
dalam tubuh, dasar penentuan kebutuhan tambahan kalori seseorang, dan lain sebagainya.
-
5
1.2 Masalah
1. Bagaimana cara menghitung besar metabolisme basal serta bagaimana hasil dan
kesimpulannya?
2. Apakah manfaat menghitung BMR dan bukan Metabolic Rate saja?
3. Bagaimana cara menghitung BMR dengan rumus Reed?
4. Apa saja faktor-faktor fisiologis yang berpengaruh terhadap hasil pengukuran
BMR?
1.3 Tujuan
1. Menghitung dan menyimpulkan besar metabolisme basal subjek.
2. Mempelajari perlunya menghitung BMR dan bukan hanya Metabolic Rate saja.
3. Menghitung dan membandingkan pengukuran BMR dengan rumus Reed:
B.M.R = 0,75{(frekuensi nadi) + 0,74 (tekanan nadi)} -72.
4. Mempelajari pengaruh faktor-faktor fisiologi yang mempengaruhi hasil pengukuran
BMR.
-
6
2. METODE KERJA
2.1 Alat
1. Alat spirometer
2. Alat pencatat suhu ruang
3. Alat pencatat tekanan udara (barometer)
4. Pipa mulut (mouth piece) dan penjepit hidung
5. Timbangan dan pengukur tinggi badan
6. Tabel nomogram Aub Du Bois
7. Tabel tekanan uap jenuh
8. Tempat tidur
9. Termometer
Gambar 1. Alat spirometer Gambar 2. Barometer Gambar 3. Mouth piece
Gambar 4. Penjepit hidung Gambar 5. Timbangan Gambar 6. Tabel nomogram
& pengukur tinggi badan Aub Du Bois
-
7
Gambar 7. Tabel Tekanan Gambar 8. Termometer
uap jenuh
2.2 Tata Kerja
Pemeriksaan Metabolisme Basal :
1. Pemeriksaan secara tak langsung dilakukan dengan menggunakan alat spirometer.
Spirometer merupakan jenis kalorimetri tertutup dimana hawa inspirasi dan ekspirasi
ditampung dalam satu sungkup. CO2 dihilangkan dengan pengikat gas CO2 oleh soda
lime. Penurunan tabung sungkup dari awal menunjukkan besarnya pemakaian oksigen
2. Persiapan subyek
a. Catat: nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa dan pekerjaan
b. Hitung luas badan subyek dengan cara mengukur tinggi dan berat badan,
selanjutnya dengan menggunakan Nomogram Aub Du Bois
c. Subyek istirahat tenang minimal setengah jam dengan berbaring diatas kasur
3. Persiapan alat-alat :
a. Catat suhu ruang dan tekanan udara yang terbaca pada barometer
b. Spirometer
- Bilas sungkup 2-3 dengan udara atmosfir dengan cara menekan ke
bawah dan menarik ke atas sungkup. Pastikan terlebih dahulu kran
pengatur aliran udara pada ujung pipa dalam keadaan terbuka agar
sungkup dapat ditekan dan ditarik
- Periksa soda lime, apakah sudah mengalami kejenuhan dengan cara
melihat perubahan warnanya
- Periksalah pipa-pipa aliran udara terpasang dengan benar, hawa
ekspirasi keluar melewati soda lime masuk ke dalam sungkup
- Isi sungkup dengan oksigen melalui kran pengisi oksigen. Perhatikan
kran pengatur aliran udara pada ujung pipa napas dalam keadaan
tertutup
- Pasang kertas pada drum (tromol)
-
8
- Isi tinta penulis (jika perlu)
- Pasang pipa mulut (mouth piece) yang telah disterilkan
- Hubungkan arus listrik dan periksalah jalannya tromol. Gunakan
kecepatan paling rendah
4. Jalannya pemeriksaan
a. Setelah istirahat, ukurlah suhu tubuh, frekuensi nadi, tekanan darah serta
frekuensi pernafasan. Pastikan subyek dalam keadaan betul-betul tenang
b. Pasanglah pipa mulut pada subyek, kemudian jepitlah hidungnya dengan
penjepit hidung. Biarkan subyek membiasakan diri dengan alatnya (masih
bernafas dengan udara luar)
c. Setelah pernafasan teratur jalankan tromol pencatat, bukalah kran pengatur
aliran udara sehingga subyek bernafas dengan udara dalam spirometer
d. Periksalah pipa mulut, jangan sampai ada kebocoran gas melalui mulut
maupun hidung
e. Ukurlah kembali frekuensi nadi, frekuensi pernafasan pada pertengahan
percobaan
f. Catat suhu spirometer, ini adalah suhu udara dalam spirometer
g. Lanjutkan percobaan sampai didapat grafik yang teratur dalam 6 menit
h. Setelah selesai, lepaskan semua alat dari subyek
i. Hitung kembali frekuensi nadi dan frekuensi pernafasan subyek setelah
percobaan
j. Lepaskan kertas grafik dari tromol
k. Untuk menghitung pemakaian oksigen buatlah garis lurus yang banyak
menyinggung titik ujung akhir ekspirasi dari grafik yang didapat. Besarnya
pemakaian oksigen diperhitungkan dari tingginya kenaikan grafik selama 6
menit
-
9
Gambar 9. Pengukuran Gambar 10. Pemasangan Gambar 11. Pemasangan
frekuensi nadi Mouth piece Penjepit hidung
Gambar 12. Menyalakan Tromol pencatat
5. Cara penghitungan
a. Jumlah pemakaian O2 selama 6 menit dalam ATPS (liter) :
V1 = tingggi kenaikan grafik (mm) x 10 mm x 30 mm
1000
b. Jumlah pemakaian O2 selama 6 menit dalam STPD (liter):
V2 = Jumlah pemakaian O2 dalam ATPS x (tekanan barometer - tekanan uap jenuh) x 273 K
760 mmhg x (suhu spirometer + 273 K)
c. Jumlah pemakaian O2 tiap jam
V2 x 60 menit
6 menit
d. Metabolisme rate (kcal/m2/jam)
RQ = 0,82 (1 liter O2 = 4,825 kcal)
MR = jumlah pemakaian O2 tiap jam x 4,825
Luas badan
e. BMR (basal metabolic rate)
BMR = BMR subyek x 100 %
BMR = (MR - metabolisme baku Aub du Bois/Fleisch) x 100 %
40
-
10
BAB III
HASIL
DATA:
Nama Subyek : Nabila Anjani Yovanka
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
Tinggi badan : 155,3 cm Suhu Spirometer : 26
Berat badan : 49 kg Tekanan Barometer : 761 mmHg
Luas badan : 1,45 m Tekanan Uap Jenuh : 25 mmHg
Suhu tubuh : 36,4
Frekuensi Nadi:
- Permulaan : 98/menit
- Pertengahan : 90/menit
- Akhir : 80/menit
Frekuensi Pernapasan:
- Permulaan : 24/menit
- Pertengahan : 20/menit
- Akhir : 17/menit
Perhitungan:
Banyaknya pemakaian oksigen selama 6 menit (ATPS) :
tinggi grafik : 6,7 cm 67 mm
V = 67 30 = 2,010 ml = 2,01 liter ATPS
-
11
Gambar 13. Hasil Rekaman Grafik Spirometer
Banyaknya pemakaian oksigen selama 6 menit (STPD) :
V2 = V1. ( tekanan barometer - tekanan uap jenuh ) . 273
760 273 + suhu
= 2,01 . ( 762 25 ) . 273 760 273 + 26
= 2,01 . 736 . 273
760 299
= 1,78 liter STPD
Banyaknya pemakaian oksigen selama 1 jam :
60 menit . V2 = 10 1,78 = l7,8 liter STPD
6 menit
Metabolisme rate :
= (V2 . 10) 4,825 = 17,8 4,825 = 59,2 kcal/m/jam
luas tubuh 1,45
Basal Metabolic Rate (BMR) :
BMR = metabolisme rate - metabolisme standar = 59,2 - 40 = 0,48 kcal/m/jam
metabolisme standar 40
= 48%
-
12
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Diskusi Hasil
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan metabolisme energi. Namun sebelum
melakukan percobaan, terlebih dahulu identitas mahasiswa coba dicatat meliputi; nama,
umur, jenis kelamin, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, luas badan, suhu tubuh, suhu
spirometer, tekanan barometer, tekanan uap jenuh, dan tekanan darah. Percobaan
metabolisme energi ini untuk menghitung dan menyimpulkan besar metabolisme basal, yang
biasa disebut Basal Metabolic Rate (BMR). Yang dimaksud dengan Basal Metabolic Rate
(BMR) pada hakekatnya ialah produksi panas per satuan waktu pada orang yang dalam
keadaan basal. Basal Metabolic Rate (BMR) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Besar dan luas permukaan tubuh:
Orang yang bertubuh besar dan berbadan berat mempunyai jaringan aktif dan luas
badan lebih banyak dari orang yang tubuhnya kecil dan ringan. Misalnya dua orang yang
mempunyai berat badan yang sama tetapi yang satu lebih tinggi maka orang ini memiliki
proporsi jaringan aktif yang lebih banyak dan luas permukaan badan lebih besar daripada
yang lebih pendek, sehingga BMR-nya juga lebih besar.
2. Jenis kelamin:
Orang perempuan umumnya mempunyai jaringan lemak (tak aktif) lebih banyak
dibandingkan dengan orang laki-laki yang berat dan besarnya sama, disini menimbulkan
lebih rendahnya BMR. Umumnya wanita mempunyai energi basal 10% lebih rendah daripada
laki-laki.
3. Umur:
Intensitas kerja internal orang muda lebih besar daripada orang tua. Bayi mempunyai
denyut jantung, kembang kempisnya paru-paru, dan proses oksidasi lebih cepat dibandingkan
dengan orang dewasa. BMR mencapai tingkatan tertinggi umur 1-2 tahun dan setelah itu
menurun. Pada umur dewasa, BMR terus menurun sampai usia tua sehubungan dengan makin
kendornya tonus otot yang merupakan jaringan aktif. Hasil penelitian Harris & Benedict
menunjukkan bahwa pada laki-laki dewasa tiap tahun energi metabolisme basal turun 7-15
kalori dan wanita 2-3 kalori.
-
13
4. Keadaan emosi dan mental:
Pengaruh faktor emosi dan mental terhadap BMR yang terpenting melalui tonus otot.
Perasaan takut dan marah menyebabkan tonus lebih tinggi sehingga keperluan energi pun
lebih banyak. Menurut Benedict, pengaruh kegiatan mental dapat menaikkan BMR sebesar
4%.
5. Makanan:
Ketika seseorang makan, otot kawasan gastrointestinal meningkatkan kecepatan
kontraksinya, cel yang membuat dan mengsekresikan asam lambung memulai tugasnya, dan
beberapa nutrient diabsorpsi dengan transport aktif. Kecepatan dari aktivitas ini memerlukan
energi dan produksi panas, yang disebut dengan Efek panas makanan atau thermic effect of
food (TEF) dan sering disebut juga Specific Dynamic Activity (SDA). SDA ini adalah jumlah
energi yang digunakan untuk pencernaan, penyerapan dan pemanfaatan konsumsi makanan.
Semakin banyak jaringan lemak dalam tubuh maka BMR yang tercatat semakin
rendah/semakin lambat. Sebaliknya, semakin sedikit jaringan lemak yang berada dalam tubuh
seseorang maka semakin tinggi BMR yang didapatkan. Kenaikan minimum yang diakibatkan
dari proses pencernaan pada penghitungan metabolic rate pada manusia adalah 25%.
6. Sekresi Hormon:
Hormon tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid mempunyai efek mempercepat
proses oksidasi dalam tubuh. Sekresi tiroksin yang berlebihan mengakibatkan BMR
meningkat sampai 75% dan sebaliknya apabila sekresi terlalu sedikit BMR dapat turun
sampai 30%. Hormon adrenalin yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal juga mempunyai
pengaruh seperti tiroksin tapi kurang kuat. Sekresi hormon adrenalin dapat dirangsang oleh
adanya peraaan tegang, emosi/marah, terkejut, gembira dan perasaan-perasaan lainnya.
7. Obat-obatan
8. Suhu
Suhu sangat berpengaruh terhadap tingkat metabolisme, suhu yang tinggi akan
menyebabkan aktivitas yang dapat menyebabkan molekul-molekul semakin tinggi karena
energi kinetiknya makin besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara satu molekul
dengan molekul yang lain semakin besar pula. Akan tetapi,kenaikan aktivitas metabolisme di
dalam tubuh hanya akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja.
Hal ini disebabkan metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim yang memiliki suhu
optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau suhu tubuh meningkat atau menurun
drastis, enzim, enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan fungsinya
-
14
Pemeriksaan metabolisme basal pada subyek dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung. Pemeriksaan secara tidak langsung yaitu mengukur konsumsi
oksigen dalam waktu tertentu dengan menggunakan alat spirometer. Prinsip dalam
pemeriksaan secara tidak langsung ini ialah 95% metabolisme sel terjadi secara aerobik. Pada
dasarnya, spirometer termasuk jenis kalorimeter tertutup dimana hawa inspirasi dan ekspirasi
ditampung dalam satu sungkup. Spirometer mengandung air yang diisikan pada tabung.
Orang coba yang menghembuskan nafas kedalam tabung melewati tabung penghubung, hasil
kenaikan dan penurunan tabung direkam dalam spirogram yang disesuaikan dengan besar
perubahan volume.
Sedangkan pemeriksaan langsung ialah mengukur metabolisme energi yang
dikeluarkan dalam bentuk panas berdasarkan peningkatan suhu yang terjadi pada subyek
menggunakan alat kalorimeter terbuka (kalorimeter ruangan). Dengan metode ini, dibutuhkan
ruangan kecil dengan dinding yang diisolasi rapat. Di dalam dinding terdapat saluran pipa
dimana air dipompa dengan laju konstan. Pemanasan yang dihasilkan orang coba diukur
melalui perubahan suhu air, volume air, dan laju aliran air yang jumlahnya berbeda antara
yang dimasukkan dengan yang dikeluarkan. Oksigen secara terus menerus disuplai untuk
orang coba dan karbondioksida dikeluarkan sebagai hasil kimia. Panas yang diberikan oleh
subjek meningkatkan suhu air pada tabung pendingin dan panas yang terlibat dihitung dari
kenaikan suhu dan rata-rata aliran air.
Dalam praktikum ini digunakan metode pengukuran metabolisme secara tidak
langsung dengan sebuah alat yakni spirometer yang dihubungkan dengan pipa mulut (mouth
piece) pada orang coba yang berbaring atau dalam kondisi istirahat. Sementara itu hidung
orang coba juga dijepit dengan penjepit hidung agar pernafasan terjadi lewat mulut dan harus
dipastikan bahwa tidak ada kebocoran sedikitpun. Kebocoran ini akan sangat mempengaruhi
hasil praktikum karena udara yang seharusnya masuk ke dalam pipa mulut dan
menggerakkan alat spirometer ternyata keluar dari sistem. Mengukur besar basal metabolic.
Syarat untuk mendapatkan keadaan basal :
1. Paling baik bila pemeriksaan dilakukan di pagi hari waktu subyek (orang coba atau
penderita) baru bangun tidur, belum melakukan aktifitas apa-apa. Tetapi keadaan ini
tidak selalu dapat dilaksanakan, oleh karena itu untuk mendekati keadaan basal ini,
maka sebelum pemeriksaan aktifitas subyek sangat dibatasi dan diperlukan istirahat
terlebih dahulu selama minimal jam sebelum pemeriksaan.
2. Pemeriksaan dilakukan subyek dalam keadaan istirahat tiduran.
3. Ruang pemeriksaan dalam suasana tenang dan dalam batas suhu nyaman.
-
15
4. Subyek tidak makan (boleh minum air tawar) 10-12 jam sebelum pemeriksaan.
5. Malam hari sebelum pemeriksaan subyek dapat tidur nyenyak dan cukup waktu.
6. Subyek tidak makan banyak protein dan lemak, 2 hari (48 jam) sebelum
pemeriksaan.
7. Pada waktu pemeriksaan subyek harus bebas dari pengaruh obat-obatan.
Namun dalam praktikum ini orang coba hanya mengalami kondisi istirahat yang
dianalogikan sebagai keadaan basal. Orang coba beristirahat sekitar 30 menit dengan
berbaring tanpa melakukan kegiatan apapun.
Setelah alat disiapkan dengan baik dan benar, orang coba mulai melakukan ekspirasi
dan inspirasi seperti biasa melalui mulut selama 6 menit. Orang coba mendapatkan udara dari
tabung oksigen yang telah dihubungkan dengan pipa mulut dan mengeluarkan
karbondioksida kembali. Sementara itu tabung pada spirometer akan bergerak naik turun dan
mencatat grafik pernafasan secara otomatis.
Grafik pernafasan yang terbentuk merupakan cerminan dari keadaan inspirasi (grafik
naik) dan keadaan ekspirasi (grafik turun) yang terjadi pada orang coba. Dari grafik inilah
kemudian dapat diketahui besarnya oksigen yang dibutuhkan orang coba dalam proses
pernafasan serta besarnya oksigen yang telah digunakan untuk metabolisme. Grafik ini
semakin lama akan semakin naik karena karbon dioksida akan semakin habis seiring dengan
bertambahnya oksigen di dalam sistem. Hal ini dikarenakan karbon dioksida diikat oleh soda
lime.
Selanjutnya, dengan mengetahui besarnya pemakaian oksigen dalam volume ATPS
(Ambient Temperature Pressure Saturated) maka dapat dikonversikan pula pemakaian
oksigen tersebut dalam volume STPD (Standard Temperature Pressure Dry). Rumus yang
digunakan adalah :
Dengan V1 adalah pemakaian oksigen selama 6 menit, P1 didapat dari tekanan
barometer ruangan dikurangi tekanan uap jenuh, T1 adalah tekanan absolut (273 C)
ditambah suhu spirometer, P2 bernilai 760 dan T1 bernilai 273 C (suhu absolut). Sedangkan
V2 adalah volume STPD yang akan dicari.
Sementara itu untuk Basal Metabolisme Rate (BMR)-nya dihitung menggunakan rumus :
-
16
Catatan: untuk orang normal BMR-nya berkisar antara -15% sampai +15%.
Pada percobaan, subyek memiliki hasil metabolisme rate yang tinggi yaitu 59,2
kcal/m2/jam. Sedangkan metabolisme baku Aub du Bois/Fleisch yaitu 40 kcal/m
2/jam. Hal ini
dikarenakan subyek tidak benar-benar dalam keadaan basal, ditunjukkan dengan frekuensi
nadi subyek pada permulaan yaitu 98/menit.
4.2 Diskusi Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan metabolic rate cara langsung dan
tidak langsung?
a. Secara langsung : pemeriksaan produksi panas persatuan waktu yang
dilakukan setelah bangun tidur di pagi hari dengan menggunakan kalorimeter
ruangan.
b. Secara tak langsung : pemeriksaan produksi panas persatuan waktu yang
dilakukan setelah beristirahat selama beberapa menit dengan menggunakan
kalorimeter tertutup.
2. Apa yang dimaksud dengan kalorimeter tertutup dan kalorimeter terbuka?
a. Kalorimeter tertutup : Alat pengukur kalori dimana hawa inspirasi dan
ekspirasi ditampung dalam satu sungkup (CO2 yang dihasilkan dan dapat
dihilangkan dengan pengikat CO2).
b. Kalorimeter terbuka : Alat pengukur kalori yang sirkulasi udara terbuka (O2
yang didapatkan dari udara di sekitar ruangan tetapi tidak di dalam tabung
gas).
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi hasil pemeriksaan metabolic rate?
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Luas permukaan tubuh
d. Suhu tubuh
e. SDA
f. Asupan makanan
-
17
g. Hormon
h. Obat-obatan
4. Mengapa perlu dilakukan perubahan pengukuran kondisi ATPS ke STPD ?
Untuk merubah nilai yang di dapat menjadi nilai standarisasi normal.
Perubahan ini harus dilakukan karena adanya sifat yang dimiliki oleh gas itu sendiri.
Suhu yang meningkat dapat menyebabkan peningkatan pada volume gas (dengan
catatan pada tekanan yang sama). Karena itu, mengumpulkan sampel gas dari
individu yang sama dengan jumlah pekerjaan yang sama dalam kondisi temperatur
lingkungan yang berbeda akan menghasilkan jumlah yang berbeda pada volume gas
yang dihembuskan. Perubahan nilai ATPS ke STPD memberikan nilai batasan awal
yang sama yaitu 0 derajat celcius dan pada tekanan 760 mmHg (permukaan laut).
Dengan merubah nilai yang didapatkan ke dalam STPD, maka data yang didapatkan
dapat dibandingkan dengan semua data yang tersedia di seluruh belahan dunia.
(Draper, 2008)
5. Apa pengaruh SDA terhadap hasil pemeriksaan metabolic rate?
SDA ( Specific Dynamic Action) adalah peristiwa fisiologis yang
merepresentasikan energy yang dipakai dalam aktivitas incidental, penelanan,
pencernaan, absorpsi, dan asimilasi makanan. Kenaikan minimum yang diakibatkan
dari proses pencernaan pada penghitungan metabolic rate pada manusia adalah 25%
sehingga dapat mempengaruhi metabolisme seseorang karena dapat meningkatkan
produksi panas sehingga berpengaruh terhadap laju metabolik. ( Secor, 2009)
6. Bagaimana pendapat Saudara mengenai pengukuran metabolic rate
menggunakan rumus Reed?
Terdapat beberapa rumus yang digunakan untuk menghitung BMR (Basal
Metabolic Rate) dan REE ( Resting Energy Expanditure) yaitu persamaan dari
Robetson and Reid (Reed), Owen, dan Bernstein. Berdasar penelitian persamaan yang
digunakan untuk mengukur BMR yang paling tepat pada subject dengan berat badan
normal adalah Owen, Bernstein pada subject overweight, dan Reed pada subject
obesitas. Rumus Reed kurang efektif digunakan karena yang diukur menggunakan
rumus tersebut hanya frekuensi nadi dan tekanan nadi atau hanya kerja jantung saja.
-
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Draper N, Hodgson C. 2008. Adventure Sport PhysiologyOxford: Willey- Blackwell.
2. Secor, S 2009, 'Specific dynamic action: a review of the postprandial metabolic
response',Journal Of Comparative Physiology. B, Biochemical, Systemic, And
Environmental Physiology,179, 1, pp. 1-56, MEDLINE with Full Text, EBSCOhost,
viewed 21 march 2015.