meningkatkan kemampuan belajar dan motivasi …fish.unesa.ac.id/download/ifta-taufik.pdfmeningkatkan...
TRANSCRIPT
115
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA
DALAM MEMBUAT JURNAL UMUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE
KOOPERATIF LEARNING (BERPASANGAN)
Ifta Zuroidah
Guru SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo
E-mail [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar
dan motivasi siswa dalam membuat jurnal umum dengan menggunakan
metode kooperatif learning (berpasangan). Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas XI IPS 4 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo berjumlah 39 siswa.
Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode kooperatif
learning ( berpasangan). Pengumpulan data menggunakan teknik observasi
pengamat guru dan observasi motivasai siswa, dan rubrik penilaian. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode kooperatif learning (
berpasangan ) yang dilakukan dengan : membagi siswa menjadi kelompok
berpasangan yang terdiri dari 2 orang, Membagi lembar kerja untuk
dikerjakan bersama sama, siswa mengerjakan dengan diskusi bersama
pasangannya, Mengumpulkan pekerjaan yang telah selesai, dapat
meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa.
Kata kunci: hasil belajar,motivasi dan kooperatif learning
Abstract: This study aims to improve learning ability and motivation to create
a general ledger using cooperative learning methods (in pairs). The subjects
were students of class XI IPS 4 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo totaled 39
students. Learning implemented using cooperative learning methods (in
pairs). Collecting data using observation observer motivasai teacher and
student observation and assessment rubrics. The results showed that the use
of methods of cooperative learning (pairs) performed by: dividing the
students into groups of pairs consisting of two people, Dividing worksheets to
work together, students work with a discussion with his partner, Gathering
the work that has been completed, can improve results learning and student
motivation. Keywords: learning outcomes, motivation and cooperative learning
PENDAHULUAN
Dalam proses pembelajaran materi jurnal umum yang diajarkan disekolah
kebanyakan ditekankan pada aspek pengetahuannya saja (aspek kognitif), masih
sedikit yang menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar itu sendiri. Hal
itu mengakibatkan siswa kurang mandiri dalam belajar, bahkan cenderung pasif
(dikelas siswa hanya diam,dengar dan catat). Proses pembelajaran seperti itu tidak
tepat dilaksanakan dalam pembelajaran ekonomi yang menuntut perkembangan
berpikir siswa.
Dalam materi jurnal umum ini juga diajarkan hanya dengan menggunakan
system ceramah, mencontohkan bagaimana cara membuat sebuah jurnal umum pada
METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (115-124)
116
siswa. Guru berupaya agar siswa memahami pelajaran dan membuat siswa tidak bosan
mengikuti pelajaran tersebut. Pada proses pembelajaran hanya digunakan metode
belajar diantaranya : metode ceramah, pencontohan transaksi dan cara membuat jurnal
serta tanya jawab yang dilanjutkan dengan memberi soal pada siswa.
Pada awal pelajaran diharapkan mereka bisa mengerjakan seperti apa yang
sudah dicontohkan dengan mengerjakan secara individu. Ketika diamati dalam bekerja
ternyata terdapat berbagai macam aktifitas siswa dikelas, misalnya : ada sedikit siswa
yang bersungguh sungguh memperhatikan penjelasan guru dan ada siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan guru dan bergurau dengan temannya.
Pada saat mereka harus mengumpulkan pekerjaan yang sudah diberikan,
ternyata hampir 70% dari 38 siswa kelas XI IPS 4 tidak tuntas dalam mengerjakan
jurnal umum ini, dan yang tuntas sesuai dengan KKM adalah 30% saja. Guru
merasakan bahwa apa yang dilakukan belum memenuhi target yang diharapkan karena
materi ini adalah materi dasar yang akan berhubungan berkelanjutan dengan materi
yang lain. Jika mereka tidak bisa memahami materi ini maka mereka tidak akan bisa
melanjutkan pekerjaan materi berikutnya.
Kurangnya variasi dalam menyampaikan materi pelajaran (cenderung monoton),
dan kurang adanya komunikasi dua arah dan bahkan guru hanya mengejar target materi
tetapi tidak memberikan motivasi pada siswa agar aktif dalam pembelajaran.
Kurangnya motivasi belajar siswa tersebut juga disebabkan metode yang
dipakai dalam pembelajaran masih didominasi oleh metode ceramah,sehingga
menjadikan siswa pasif dan kurang interaktif, yang akhirnya menyebabkan suasana
belajar menjadi tidak aktif. Untuk itu seorang guru perlu menciptakan suasana belajar
yang lebih banyak melibatkan siswa agar motivasi belajar siswa dapat meningkat.
Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan siswa aktif yaitu
pembelajaran kooperatif learning (berpasangan). Pembelajaran kooperatif learning
(berpasangan) ini merupakan salah satu metode pembelajaran yang menuntut siswa
untuk mengembangkan ide dan memecahkan suatu masalah dengan kerjasama secara
berpasangan. Menurut Ibrahim (200:26) kooperatif learning memberi prosedur yang
ditetapkan untuk memberi waktu,yang banyak kepada siswa untuk berfikir,menjawab
dan saling membantu antara satu siwa dengan siswa lainnya.
Dalam pembelajaran kooperatif learning, siswa bekerja dengan melalui 3 tahap
yaitu : (1) siswa diminta untuk memikirkan materi dan mengerjakan lembara kerja
tugas, (2) secara berpasangan siswa diminta untuk mendiskusikan mengenai hasil
kerjanya atau saling berbagi jawaban (3) hasil dikumpulkan untuk dikoreksi.
Dengan menerapkan ketiga tahapan tersebut guru dapat mengatasi masalah
banyaknya yang tidak tuntas dalam materi jurnal umum yang sudah diajarkan kepada
siswa. Dari observasi awal saya melihat 70% dari siswa kelas XI IPS-4 SMA
Muhammadiyah 2 Sidoarjo belum bisa memenuhi criteria nilai sesuai dengan
ketuntasan minimal yang di berlakukan yaitu sebesar 78, dan kecenderungan pasif tidak
mau bertanya dan diam itulah yang menyebabkan mereka tidak bisa mencapai target itu.
Untuk itu digunakan metode pembelajaran kooperatif learning (berpasangan) agar
setiap siswa dapat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
Berdasar atas fakta di atas, rumusan masalah penelitian ini
adalah1.Bagaimanakah penerapan metode kooperatif learning ( berpasangan )
yangdapat meningkatkan kemampuan belajar dan motivasi siswa kelas XI IPS -4
membuat jurnal umum? 2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa
Zuroidah,Meningkatkan Kemampuan Belajar….
117
dalampelaksanaanpembelajaran pembuatan jurnal umum dengan menggunakan metode
kooperatif learning (berpasangan) siswa kelas XI IPS-4 SMA Muhammadiyah 2
Sidoarjo? 3. Bagaimanakah peningkatan motivasi belajar siswa dalam menyelesaikan
pembuatan jurnal umum setelah penggunaan metode kooperatif learning
(berpasangan) siswa kelas XI IPS-4 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo?. Penelitian ini
dilakukan dengan tujuan 1. Untuk mengetahui penerapan metode kooperatif learning
( berpasangan ) yangdapat meningkatkan kemampuan belajar dan motivasi siswa kelas
XI IPS -4 membuat jurnal umum. 2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
dalam pelaksanaan pembelajaran pembuatan jurnal umum dengan menggunakan
metode kooperatif learning(berpasangan) siswa kelas XI IPS-4 SMA Muhammadiyah 2
Sidoarjo. 3. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa dalam
menyelesaikan pembuatan jurnal umum setelah penggunaan metode kooperatif
learning (berpasangan) siswa kelas XI IPS-4 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo. Hasil
penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru khususnya dalam menerapkan
pembelajaran jurnal umum dengan menggunakan metode kooperatif learning dan
meningkatkan kualitas mata pelajaran ekonomi/akuntansi.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research).
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 4yang berjumlah 39 orang (20
perempuan dan 19 laki-laki).Penelitian ini dimulai bulan januari yaitu januari minggu 2
ke 3 dan minggu ke 4 tahun 2012.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus Idengan tahapan sebagai
berikut: pertama, Menentukan konsep yang digunakan dalam pembelajaran penelitian
dan pembuatan instrument penelitian (rencana Awal). Kedua, melakukan proses belajar
mengajar. Ketiga, Melakukan perefleksian dengan menganalisa data yang diperoleh dari
lembar lembar observasi penerapan kooperatif learning (berpasangan), motivasi belajar
siswa dari lebar tersebut diperoleh kelebihan dan kekurangan guru dan siswa yang
terjadi pada siklus (refleksi). Dan hasil belajar siswa yang diperoleh apakah sudah
mencapai indicator atau belum. Keempat, Dari refleksi pembelajaran siklus I diperoleh
adanya revisi rancangan untuk dijadikan acuan untuk memperbaiki dalam siklus II
(revisi).
Pada Siklus II Rancangan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sama dengan
rancangan pelaksanaan siklus I dengan memperbaiki rancangan pada siklus I dengan
cara : Pertama, Melakukan proses belajar mengajar. Kedua, Melakukan refleksi lembar
pengamatan penerapan kooperatif learning (berpasangan) dan motivasi siswa. Dari data
tersebut akan diperoleh hasil yang diharapkan sudah mencapai indicator yang
ditentukan demikian juga dengan hasil belajar yang sudah jauh lebih baik sesuai dengan
harapan. Ketiga, Dari refleksi pembelajaran pada siklus pertama dan siklus ke dua sudah
tidak ada revisi karena sudah memenuhi criteria indicator yang diharapkan.
Ada tiga indikator yang ditetapkan sebagai acuan keberhasilan penelitian ini.
PertamaPenerapan kooperatif learning (berpasangan)indicator yang diharapkan dalam
penerapan kooperatif learning (berpasangan) ini adalah mampu mencapai kategori
sangat baik dengan nilai yang diharapkan adalah 85%.KeduaHasil Belajar, Dengan
melihat pada permasalahan yang ada yaitu pencapaian hasil materi jurnal umum dengan
pembelajaran metode ceramah dan pencontohan, ternyata ketuntasan yang dicapai siswa
kelas XI IPS 4 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo hayalah sebesar 30% saja.Dalam
pencapaian indicator ini diharapkan siswa mendapatkan hasil mencapai 85%
METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (115-124)
118
keberhasilan ketuntasan setelah menggunakan metode pembelajaran kooperatif learning
(berpasangan) dan peningkatan motovasi semangat siswa dalam menyelesaikan meteri
jurnal umum. Ketiga, MotivasiIndicator yang diharapkan dalam motivasi belajar siswa
ini mampu mendapatkan hasil motivasi tinggi yaitu sebesar 4,00.
Sesuai data yang dikumpulkan.instrumen yang digunakan, yaitu: Penerapan
kooperatif Learning (berpasangan). Lembar observasi guru, Lembar observasi ini
digunakan untuk menilai sejauh mana guru menerapkan pembelajaran dengan metode
kooperatif learning (berpasangan). Hasil Belajar meliputi:1.Rencana pelaksanaan
Pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah suatu perangkat pembelajaran
yang dibuat setiap kali putaran siklus. Rencana pembelajaran ini berisi tentang standart
kompentensi, kompentesi dasar, indicator, tujuan pembelajaran,materi pembelajaran,
metode pembelajaran dan langkah langkah pembelajaran dan penilaian. 2. Soal test /
LKS. Lembar kerja siswa ini digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran untuk
mempermudah jalannya diskusi dan untuk memfokuskan perhatian siswa pada
pelajaran. Dalam LKS ini tercantum tujuan pembelajaran dan tempat bagi siswa untuk
menulis jawaban. 3. Hasil belajar siswa, Nilai hasil belajar siswa yang didapatkan
selama mengikuti pembelajaran. Motivasi, Lembar observasi motivasi belajar siswa,
Lembar observasi ini digunakan untuk menilai motivasi belajar siswa. Dari kegiatan
observasi diperoleh data tentang tinggi rendahnya motivasi siswa mulai dari kegiatan
awal dan sesudah menggunakan pembelajaran kooperatif learning berpasangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Pembelajaran pada siklus I
berlangsung dalam dua kali pertemuan. Sementara itu, dalam siklus II, pembelajaran
berlangsung dalam satu kali pertemuan. Setiap pertemuan dengan tiga kegiatan yaitu
kegiatan awal/pembukaan, kegiatan inti/pendalaman materi, dan kegiatan
akhir/penutupan. Pada kegiatan inti melakukan pembelajaran jurnal umum dengan
menggunakan metode kooperatif learning (berpasangan).
Siklus I
Data kualitatif berupa deskripsi kegiatan siswa dan guru selama dua kali
pertemuan yang diperoleh dari hasil catatan observasi dan diperkuat dengan hasil
dokumentasi foto pembelajaran.Berdasarkan hasil observasi pembelajaran yang
dilakukan pada pelaksanaan tindakan pertama, guru membuka pembelajaran dengan
apersepsi dan membangkitkan motivasi belajar siswa untuk mengikuti pelajaran serta
mengemukakan tujuan dan tema pembelajaran. Selanjutnya, guru memberi pemahaman
awal kepada siswa tentang cara mengerjakan jurnal umum.
Perencanaan, pada tahap ini guru mempersiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang berisi tentang standart kompentensi, kompentensi dasar,
indicator,tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,metode pembelajaran dan langkah
langkah pembelajaran serta penilaian. Guru juga mempersiapkan soal tets yang
berhubugan dengan jurnal umum untuk memahami tingkat pemahaman siswa setelah
pengajaran guru.
Implementasi Tindakan,TahapI(berlangsung 15 menit)Guru menyampaikan tujuan
belajar siswa dan menyampaikan tujuan pembelajarn yang ingin dicapai. Setelah itu
guru memotivasi siswa dengan cara bertanya tentang apa yang mereka ketahui tentang
jurnal umum.Tahap II ( berl;angsung 10 menit), Guru membagi siswa menjadi
Zuroidah,Meningkatkan Kemampuan Belajar….
119
kelompok kelompok yang terdiri dari 2 orang (berpasangan). Karena jumlah siswa
sebanyak 39 siswa maka kelompok yang akan terbentuk menjadi 19 kelompok dan ada
1 kelompok yang akhirnya harus bergabung dengan kelompok lain.Guru membagi
lembar kerja siswa yang disudah disiapkan dan menerangkan petunjuk untuk
mengerjakan secara bersama.Tahap III (berlangsung 20 menit). Guru meminta saiswa
untuk mengerjakan lembar kerja siswa dan mendiskusikannya bersama
pasangannya.Guru membimbing kelompok kelompok belajar pada saat
mengerjakan.Tahap IV (berlangsung 20 menit). Guru meminta perwakilan dari
beberapa kelompok untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya dan guru menilai hasil
kerja kelompok.Tahap V ( berlangsung 20 menit ). Sebelum pembelajaran
diakhiri,siswa diberikan pos tes kembali untuk mengetahui pemahaman siswa dan guru
memberikan hasil belajar siswa untuk mengetahui kemajuan belajar siswa itu dan guru
mengisi lembar observasi belajar siswa.
Refleksi. 1.Penerapan Kooperatif Learning (Berpasangan). Berdasarkan data
observasi pengamat , jumlah skor yang diperoleh adalah 46 dan skor ideal 60.
Dengan demikian, persentase nilai rata-rataadalah 46. : 60 X 100% = 76,67%
berarti taraf keberhasilan kegiatan peneliti berdasarkan observasi pengamat teman
MGMP ekonomi penerapan kooperatif learning (berpasangan) yang dilakukan
termasuk dalam kategori sangat baik.2.Hasil Belajar. Jumlah siswa yang tuntas
sebanyak 25 orang, Jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 14 orang, Ketuntasan
klasikal sebesar 64,10%.Berdasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa jumlah siswa
yang tuntas belajarnya sebanyak 25 orang dari keseluruhan siswa (39 siswa). Dan
jumlah klasikal yang tidak tuntas sebanyak 14 orang.Yang artinya ketuntasan klasikal
belum tercapai karena yang diharapkan adalah sebesar 85%.Pada siklus I ini kemajuan
belajar siswa mengalami peningkatan ini terlihat dari siswa yang mengerti materi yang
diajarkan oleh guru sebanyak 64,10% (25 siswa) siswa yang belum faham dengan
penjelasan guru sebanyak 22,86% (10 siswa ) dan jawaban lain sebanyak 13,04% (4
siswa). Dan menurut siswa cara guru agar mereka lebih paham dengan materi yang
diajarkan dengan cara memberikan fotokopi materi dan contoh penyelesaiannya dan
memberikan sering latihan membuat jurnal umum kepada siswa agar siswa terbiasa dan
bisa. Pada siklus I ini ternyata hasil belajar belum mencapai indicator yang diharapkan
sebesar 85% sehingga perlu adanya siklus II untuk bisa mencapai target diharapkan.3.
Data Motivasi Siswa. Berdasarkan hasil dari observasi yang dilakukan pada siklus I
menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa mempunyai skor 2,86 yang artinya
motivasi ini masih dalam kategori sedang. Hasil skor motivasi belajar yang tinggi
ditunjukkan pada minat dan perhatian siswa melaksanakan tugas tugasnya yang
mendapatkan skor 2,97, siswa yang mendengarkan guru berjumlah 29 siswa, siswa
memperhatikan dengan sungguh yang berjumlah 23 siswa, mencatat bagian bagian
yang penting jumlahnya 19 siswa dan tidak sering meninggalkan kelas berjumlah 28
siswa.
Dan rasa senang siswa dalam mengerjakan tugas-tugas dari guru memiliki skor
2,97,tidak berkeluh kesah saat guru memberikan tugas berjumlah 29 siswa,tertarik pada
materi yang disajikan berjumlah 28 siswa, senang menerima pandapat dari teman
berjumlah 27 siswa, dan siswa senang menerima pendapat dari guru berjumlah 14
siswa.
Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya motivasi
belajar yang memiliki kriteria sedang (skor 2,76) dilihat dari siswa yang langsung
mengerjakan tugas dari guru berjumlah 28 siswa, siswa yang memberi kontribusi
METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (115-124)
120
kepada kelompok belajarnya jumlah 18 siswa, siswa yang tekun mengerjakan tugasnya
bersama kelompoknya terdapat 20 siswa dan siswa yang tepat waktu dalam
mengerjakan tugasnya 24 siswa.
Reaksi yang ditujukan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru juga
tergolong kriteria sedang ( skor 2,76). Pada saat bertanya, siswa yang mendengarkan
pertanyaan dari guru berjumlah 23 siswa, siswa yang memperhatikan pertanyaan dari
guru berjumlah 18 siswa, siswa yang menjawab pertanyaan dari guru berjumlah 22
siswa,yang menjawab dan menunjukkan keseriusan dari guru berjumlah 20 siswa.Dari
data tersebut diperoleh kesimpulan bahwa motivasi belajar siswa masih rendah ini
dibuktikan dengan masih rendahnya semangat dan tanggung jawab siswa dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan rendahnya reaksi siswa terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru untuk itu maka akan dilakukan perbaikan motivasi
belajar pada beberapa siswa yang belum memenuhi aspek motivasi belajar dan perlu
adanya perbaikan karena belum sesuai dengan yang diharapkan,maka perlu dilakukan
kembali siklus II.
Revisi, Berdasarkan refleksi pada siklus I ,maka pada siklus II rancangan
pelaksanaan PBM adalah sebagai berikut : Penerapan Kooperatif learning
(berpasangan). Pelaksanaan pembelajaran ini masih perlu di perbaiki lagi dengan cara
lebih menekankan pada aspek pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif
learning ( berpasangan ) secara maksimal. Perlu adanya perbaikan lagi karena pada
penerapan berdasarkan pengamat masih mendapatkan nilai 76,64% sebenarnya sudah
mendapatkan criteria sangat baik, tetapi masih belum sesuai dengan yang diharapkan.
Maka untuk penerapan pembelajaran metode kooperatif learning ini perlu adanya
perbaikan kembali agar sesuai dengan yang diharapkan. Hasil belajar Hasil belajar
pada perlu ditingkatkan lagi karena belum mencapai ketuntasan klasikal sebesar 64,10%
masih dibawah 85% hal ini terlihat dari kurangnya pemahaman siswa terhadap materi
yang diajarkan. Kemajuan belajar siswa masih perlu ditingkatkan karena masih banyak
siswa yang belum paham dengan materi yang diajarkan dan siswa ingin mengetahui
materi lebih dalam dan cara guru dalam menerangkan seharusnya diperbaiki dengan
cara menjelaskan secara detail memberikan sedikit humor dan contoh agar siswa tidak
bosan mendengarkan pelajaran. Motivasi, Motivasi belajar siswa perlu ditingkatkan
lagi karena banyak siswa yang belum memiliki aspek-aspek motivasi belajar dan perlu
adanya revisi perbaikan seperti yang tercantum pada table 4.4. rendahnya motivasi
siswa ini terlihat dari kesungguhan mereka dalam mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru dan pada saat mereka menyerahkan/mengumpulkan hasil pekerjaannya
banyak siswa yang malu-malu dan saling tunjuk untuk mengimpulkan kepada guru.
Untuk itu upaya guru pada siklus II adalah dengan cara memberikan materi yang
menarik agar siswa tertarik dengan metode berpasangan.
Siklus II
Pada pembelajaran siklus kedua ini tampak sebagian besar siswa telah siap
untuk mengikuti pembelajaran.
Perencanaan,Pada tahap ini guru mempersiapkan rencana pembelajaran yang
berisi tentang tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan digunakan sebagai acuan
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Dan guru mempersiapkan soal soal
transaksi yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Untuk memahami
tingkat pemahaman siswa setelah pengajaran guru mempersiapkan pos tes ke II.
Zuroidah,Meningkatkan Kemampuan Belajar….
121
Implementasi tindakan. Tahap I ( berlangsung 15 menit ). Guru menyampaikan
tujuan belajar siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
setelah itu guru memotivasi siswa dengan cara bertanya tentang apa yang mereka
ketahui tentang jurnal umum. Selanjutnya guru menerangkan jurnal umum dan
mencontohkannya dalam pengerjaannya sekali lagi. Dalam menerangkan guru
melakukan demonstrasi dengan meminta siswa untuk maju ke depan mengerjakan
dipapan tulis.Tahap II( berlangsung 10 menit). Guru membagi siswa menjadi kelompok
kelompok yang terdiri dari 2 orang (berpasangan). Karena jumlah siswa sebanyak 39
siswa maka kelompok yang akan terbentuk menjadi 19 kelompok dan ada 1 kelompok
yang terdiri dari 3 orang.Guru membagi lembar kerja siswa yang disudah disiapkan dan
menerangkan petunjuk untuk berdiskusi. Tahap III ( berlangsung 25 menit). Guru
meminta saiswa untuk mengerjakan lembar kerja siswa dan mendiskusikannya bersama
kelompoknya. Guru membimbing kelompok kelompok belajar pada saat
mengerjakan.Tahap IV (berlangsung 20 menit). Guru menunjuk perwakilan dari
beberapa kelompok untuk mengumpulkan hasil diskusinya dan guru menilai kembali
pekerjaan mereka dan membuatkan jawaban yang benar.Tahap V (berlangsung 20
menit). Sebelum pembelajaran diakhiri,siswa diberikan pos tes II untuk mengetahui
pemahaman siswa dan guru memberikan hasil belajar siswa untuk mengetahui
kemajuan belajar siswa sementara itu guru mengisi lembar observasi belajar siswa.
Refleksi, Penerapan Kooperatif Learning ( Berpasangan ). Berdasarkan data
observasi pengamatan kedua, jumlah skor yangdiperoleh adalah 54 dan skor ideal 60.
Dengan demikian, persentase nilai rata-rataadalah 54 : 60 X 100% = 90% berarti
taraf keberhasilan kegiatan peneliti berdasarkan observasi pengamat teman MGMP
ekonomi penerapan kooperatif learning (berpasangan) yang dilakukan termasuk dalam
kategori sangat baik.Hasil Belajar siswa. jumlah siswa yang tuntas sebanyak 35
orang dan Jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 4 orang. Ketuntasan klasikal
sebesar 89,74%.Berdasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas
belajarnya sebanyak 35 orang dari keseluruhan siswa (39 siswa). Dan jumlah klasikal
yang tidak tuntas sebanyak 4 orang.Yang artinya ketuntasan klasikal sudah tercapai
karena yang diharapkan adalah lebih dari 85%.Pada siklus II ini kemajuan belajar siswa
mengalami peningkatan karena sebagian siswa mengerti yang diajarkan guru sebanyak
89,74% ( 35 siswa) siswa yang belum faham dengan penjelasan guru sebanyak 10,36%
(4 siswa). Dan menurut siswa guru hendaknya lebih bisa mengembangkan tekhnik
pengajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang bervariasi.Pada siklus II ini
sudah selesai karena pada siklus II ini sudah sesuai dengan yang diharapkan.Data
Motivasi Siswa. Berdasarkan hasil dari observasi yang dilakukan pada siklus II
menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa mengalami peningkatan skor 2,86 menjadi
skor 3,28. Peningkatan skor motivasi belajar yang tinggi ditunjukkan pada minat dan
perhatian siswa melaksanakan tugas tugasnya yang mula-mula mendapat skor 2,93
menjadi 3,48, siswa yang mendengarkan guru pada siklus I berjumlah 29 siswa naik
menjadi 35 siswa, siswa memperhatikan dengan sungguh yang berjumlah 23 siswa naik
menjadi 28 siswa, mencatat bagian bagian yang penting jumlahnya 19 siswa naik
menjadi 28 siswa dan tidak sering meninggalkan kelas berjumlah 18 naik menjadi 23
siswa.
Dan rasa senang siswa dalam mengerjakan tugas-tugas dari guru memiliki skor
2,98 yang naik dari 3,41,tidak berkeluh kesah saat guru memberikan tugas berjumlah 29
naik menjadi 34 siswa,tertarik pada materi yang disajikan yang mula-mula 28 siswa
naik menjadi 32 siswa, 27 siswa senang menerima pandapat dari teman naik menjadi 31
METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (115-124)
122
siswa, dan siswa senang menerima pendapat dari guru mengalami peningkatan dari 14
siswa menjadi 21 siswa.Semangat siswa untuk melakukan tugas tugas belajarnya
mengalami peningkatan yang semula kriterianya sedang skor 2,35 menjadi kriteria
tinggi dengan skor 3,13 yang bertanya pada guru apabila ada materi pelajaran yang
belum dimengerti dari 23 siswa mengalami peningkatan menjadi 34 siswa, bertanya jika
tidak memahami tugas guru mengalami kenaikan yang mulanya 18 siswa menjadi 22
siswa, siswa tidak mudah putus asa dalam mengerjakan tugas dari guru mengalami
kenaikan yang mulanya hanya 22 siswa naik menjadi 28 siswa, dan siswa yang serius
dan tidak bergurau dengan kawan lainnya pada saat pelajaran berlangsung mengalami
kenaikan yang semula 20 menjadi 30 siswa.
Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya motivasi
belajar pada siklus II yang memiliki kriteria sedang (skor 2,76) naik menjadi kriteria
tinggi (skor 3,15) dilihat dari siswa yang langsung mengerjakan tugas dari guru
berjumlah 28 siswa naik menjadi 34 siswa, siswa yang memberi kontribusi kepada
kelompok belajarnya jumlah 18 siswa naik menjadi 26 siswa, siswa yang tekun
mengerjakan tugasnya bersama kelompoknya terdapat 20 siswa menjadi 27 siswa dan
siswa yang tepat waktu dalam mengerjakan tugasnya 24 siswa naik menjadi 30 siswa.
Reaksi yang ditujukan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru juga
pada siklus II tergolong kriteria sedang (skor 2,85) naik menjadi kriteria tinggi ( skor
3,23). Pada saat bertanya, siswa yang mendengarkan pertanyaan dari guru berjumlah 23
siswa naik menjadi 26 siswa, siswa yang memperhatikan pertanyaan dari guru
berjumlah 18 siswa naik menjadi 20 siswa, siswa yang menjawab pertanyaan dari guru
berjumlah 22 siswa naik menjadi 28 siswa,yang menjawab dan menunjukkan keseriusan
dari guru berjumlah 20 siswa naik sebanyak 31 siswa. Pada siklus ini tidak ada
perbaikankarena apa yang diharapkan sudah mencapai indicator yang diharapkan.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi terhadap tindakan dan hasil belajar siswa,
terlihat bahwa penggunaan metode kooperatif learning (berpasangan) dapat
meningkatkan kemajuan hasil belajar baik pada siklus I maupun siklus II.
Penerapan metode kooperatif learning (berpasangan). Pada penerapan
metode kooperatif learning ini di siklus I di dapatkan hasil 76,64% yang masuk dari
kategori sangat baik dan pada siklus II ada peningkatan menjadi 90%, artinya pada
penerapan metode kooperatif learning (berpasangan) ini mencapai sesuai dengan yang
diharapkan yaitu 85%.
Hasil belajar. Pada post test pertama di siklus I hasil belajar jumlah siswa yang
tuntas belajar sebanyak 25 orang dari keseluruhan siswa (39 siswa).Dan jumlah siswa
yang tidak tuntas sebanyak 14 orang . Ketuntasan klasikal sebesar 64,10% (dibawah
85%) yang artinya ketuntasan klasikal belum tercapai. Pada post test ke dua di siklus II
dan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 35 siswa dan yang tidak tuntas adalah 4 siswa
dari keseluruhan siswa (39 siswa) Ketuntasan klasikal sebesar 89,74% (diatas 85%)
yang artinya ketuntasan klasikal sudah tercapai.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan
dari siklus I ke siklus II. Ini juga ditunjukkan dari sikap siswa yang semula kesulitan
mengerjakan sendiri akhirnya bisa mengerjakan ketika berdiskusi dengan pasangannya
atau kelompoknya, siswa begitu antusias ketika diberikan kembali tugas oleh guru.
Zuroidah,Meningkatkan Kemampuan Belajar….
123
Kemajuan belajar siswa pada setiap akhir siklus mengalami peningkatan ini
terlihat dari siswa yang memahami materi yang diajarkan yang pada saat pembelajaran
monoton oleh guru pada siklus I sebesar 64,10% (25 siswa) dan naik lagi pada siklus II
menjadi 89,74% (35 siswa) dan siswa yang belum memahami materi yang diajarkan
pada (35,90 % (14 siswa) pada siklus I dan pada siklus II turun menjadi 10,26% ( 4
siswa).
Motivasi. Pada pelaksanaan siklus ke II , siklus ini motivasi belajar siswa
mengalami peningkatan yang mulanya kategori sedang menjadi tinggi (skor 3,28) ini
dikarenakan karena minat dan perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan sangat
tinggi dan ini juga terlihat dari keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas dan ketepatan
waktu dalam mengerjakan tugasnya.Jadi dapat diambil kesimpulan motivasi belajar
siswa mengalami peningkatan dari siklus pertama sampai siklus ke dua. Ini menujukan
penerapan model pembelajaran kooperatif learnining (berpasangan) dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pelajaran
ekonomi (akuntansi) dengan penerapan model pembelajaran kooperatif learning model
berpasangan denganlangkah pembelajaran membagi siswa menjadi kelompok
berpasangan yang terdiri dari 2 orang, Membagi lembar kerja untuk dikerjakan bersama
sama, siswa mengerjakan dengan diskusi bersama pasangannya, Mengumpulkan
pekerjaan yang telah selesai,dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas XI
IPS 4 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo. Hal ini terlihat dari ketercapaian tujuan
peneliti sebagai berikut : 1. Pada penerapan metode kooperatif learning ini di siklus I di
dapatkan hasil 76,64% yang masuk dari kategori sangat baik dan pada siklus II ada
peningkatan menjadi 90%, artinya pada penerapan metode kooperatif learning
(berpasangan) ini mencapai sesuai dengan yang diharapkan yaitu 85%. 2. Hasil belajar
siswa mengalami peningkatan. Ini dibuktikan dengan pemahaman siwa tentang materi
yang disajikan dan keingintahuan siswa dengan materi yang diajarkan yang pada siklus
I sebesar sebesar 64,10% ( 25 siswa ) dan pada siklus II menjadi 89,76%( 35 siswa)
dan siswa yang belum memahami materi yang diajarkan pada siklus I sebesar 35,90%
( 14 siswa ) dan pada siklus II turun menjadi 10,26% ( 4 siswa ). Artinya ada kenaikan
dari siklus I ke siklus II dan ternyata pada siklus II ini mencapai harapan sebesar 85%
tetapi yang didapatkan lebih dari 85% yaitu sebesar 89,76% lebih tinggi dari yang
diharapkan. 3. Motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar
mengalami peningkatan ini didasarkan pada peningkatan jumlah skor pada siklus I
dengan skor 2,86 ( skor sedang) dan naik pada siklus II sebesar 3,28 ( skor tinggi).
Motivasi belajar siswa mengalami kemajuan terlihat dari kesungguhan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif
learning ( berpasangan ) pada mata pelajaran ekonomi khususnya akuntansi, maka
peneliti menyarankan kepada pembaca yang menggunakan model pembelajaran ini
hendaknya menggunakan media belajar yang menarik seperti contoh transaksi nyata
yang menarik atau soal transaksi yang mudah dipahami oleh siswa ,sehingga siswa
tertarik untuk mengikuti jalannya pekerjaan dengan diskusi berpasangan.
METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (115-124)
124
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi.2001. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Arikunto,Suharsimi.2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Bumi Aksara
Depdiknas 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Direktor Pendidikan Dasar Dan
Menengah Umum
Dimyati dan Mudjiono.2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : rieneka Cipta
Ibrahim, Muslimin. Dkk.2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press
UNESA.
Sardiman. 2000. interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo
Persada
Solihatin, Etin dan Raharjo. 2005. Cooperative Learning. Jakarta : Bumi Aksara
Sudjana,Nana. 1992. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Sutikno,Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif . Mataram : NTP Press.
Yousda,I dan Arifin,Z. 1992. Penelitian dan Statistik Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara
125
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI
PENGGUNAAN MEDIA POPILINK BERKARAKTER PADA MATA
PELAJARAN IPS
Ahmad Taufik
Guru SMPN 2 Jogoroto; e-mail: [email protected]
Abstrak; Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi, komputer sebagai media pembelajaran menjadi hal yang tidak dapat dihindari. Pembelajaran IPS dengan strategi konvensional yang selama ini diterapkan menyebabkan pembelajaran berlangsung pasif, kurang menarik, searah, kurang mampu memotivasi siswa, kurang memberikan suasana pembelajaran yang bergairah, kurang dapat melibatkan keaktifan siswa yang akhirnya berakibat pada pencapaian hasil belajar siswa yang rendah.Berangkat dari fenomena tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berkaitan dengan efektifitas penggunaan media popilink berkarakter pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.Penggunaan media Popilink Berkarakter di SMPN 2 Jogoroto mampu meningkatkan motivasi belajar siswa dengan kriteria sangat baik dengan hasil sebagai berikut: (1) siswa sangat antusias dan responsif mengikuti proses pembelajaran; (2) siswa lebih berani dalam memberi jawaban melalui slide yang ditayangkan (3) hasil belajar siswa cukup memuaskan. Temuan lain menunjukkan dari 35 siswa yang diberi angket, 34 (97,14%) menyatakan bahwa pembelajaran media Popilink Berkarakter dapat mempermudah siswa memahami materi pelajaran yang diberikan guru. Sementara 35 (100%) siswa merasa bahwa pembelajaran dengan media Popilink Berkarakter dapat melatih siswa berperilaku jujur, serius, fokus dan antusias dalam mengikuti uji kompetensi.
Kata Kunci: media popilink berkarakter, motivasi dan hasil belajar siswa. Abstract;Along with the development of science and technology, especially information and communication technology, computer as a learning medium becomes unavoidable. Learning IPS with conventional strategies that have been applied to cause the learning takes place passively, less attractive, unidirectional, less able to motivate students, providing an atmosphere of learning less passionate, less can involve student activity which eventually resulted in the achievement of student learning outcomes rendah.Berangkat of phenomena mentioned above, researchers interested in conducting research related to the effective use of media popilink character in social studies to improve motivation and learning outcomes media siswa.Penggunaan popilink character in SMPN 2 Jogoroto able to increase students' motivation with the criteria very well with the results as follows: ( 1) students are very enthusiastic and responsive following the learning process; (2) students are more daring in giving answers through the slides shown (3) the results of student learning was satisfactory. Other findings showed 35 students were given a questionnaire, 34 (97.14%) stated that learning Character Popilink media can facilitate students understand the subject matter by the teacher. While 35 (100%) of students feel that learning with media Popilink Character can train students to behave honest, serious, focused and enthusiastic in participating in the competency test.
Keywords: media popilink character, motivation and student learning outcomes.
METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (125-132)
126
PENDAHULUAN
Guru sebagai agen pembelajaran yang disumpah sebagai seorang profesional
harus mampu melaksanakan proses pembelajaran bermutu, yang bermuara pada
peningkatan mutu pendidikan. Pembelajaran bermutu diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik (PP 19
tahun 2005, pasal 19).
Upaya meningkatkan mutu pendidikan yang diimplementasikan dalam
peningkatan mutu pembelajaran amat tergantung dari munculnya gagasan atau ide dan
perilaku kreatif guru. Sinyalemen pencapaian hasil belajar yang kurang memuaskan
bukan karena kemampuan mengajar guru yang rendah, tetapi lebih disebabkan oleh
guru yang kurang kreatif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang terwujud selama ini
berlangsung pasif, kurang menarik, searah, kurang mampu memotivasi siswa, kurang
memberikan suasana pembelajaran yang bergairah, kurang dapat melibatkan keaktifan
siswa yang akhirnya berakibat pada pencapaian hasil belajar siswa yang rendah.
Kreatifitas dan inovasi guru dalam merancang dan mempersiapkan bahan ajar
atau materi pelajaran, mengelola kelas, menggunakan metode yang variatif,
memanfaatkan media pembelajaran, sampai dengan mengembangkan instrumen
evaluasi sebuah keniscayaan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, komputer sebagai media
pembelajaran menjadi hal yang tidak dapat dihindari. Komputer dapat menggantikan
fungsi berbagai media, seperti media audio, visual, audio-visual, bahkan media tiga
dimensi. Bahkan komputer dapat dirancang sebagai media interaktif, sehingga siswa
dapat belajar secara mandiri. Komputer saat ini telah menjadi media pembelajaran multi
media dan multi fungsi.
Power point merupakan program aplikasi presentasi yang populer dan paling
banyak digunakan saat ini untuk berbagai kepentingan presentasi baik seminar,
lokakarya maupun pembelajaran. Sejalan dengan kehadiran piranti lunak microsoft
power point, seolah guru sudah tidak membutuhkan lagi papan tulis, kapur, spidol dan
transparansi. Presentas materi pelajaran ditampilkan penuh variasi gambar warna-warni
dengan suara dan animasi yang mengagumkan menyebabkan proses pembelajaran
menyusut menjadi frase bullet point. Kehadiran media pembelajaran berbasis IT sebuah
keniscayaan di era globalisasi saat ini. Bagaimana implementasi pembelajaran berbasis
IT ini berpengaruh pada meningkatnya hasil belajar siswa? Bagaimana teknologi bisa
menjamin anak-anak karakternya terbangun?.
Berdasarkan hasil penelitian tentang pemanfaatan multimedia, informasi atau
materi pengajaran melalui teks dapat diingat baik jika disertai dengan gambar. Hal ini
dijelaskan dengan dual coding Theory (Paivio,1986) dalam Rudi S, 2008)
Berdasarkan pengalaman penulis selama mengajar dengan menggunakan media
power point sederhana, siswa cukup antusias mengikuti proses pembelajaran. Ketika
guru mengajukan pertanyaan, ada 1 - 2 siswa yang angkat tangan untuk menjawabnya,
sementara siswa yang lain kurang berani dalam mengajukan pertanyaan dan memberi
tanggapan. Kenyataan ini terjadi karena kurang terbiasanya siswa dilibatkan dalam
proses pembelajaran sehingga pembelajaran cenderung pasif dan kurang interaktif.
Selain itu kurang perhatian dan keseriusan siswa dalam belajar karena strategi
Taufik, Meningkatkan motivasi dan Hasil Belajar….
127
pembelajaran yang monoton membuat motivasi dan konsentrasi siswa dalam proses
pembelajaran kurang maksimal.
Berkaitan dengan hasil belajar siswa pasca penggunaan media power point
sebagai media pembelajaran interaktif, penulis merekam kemampuan siswa dalam
memahami konsep-konsep masih rendah. Berdasarkan data hasil penilaian, dari 38
siswa yang mengikuti tes, rerata nilai hasil belajar 61. Siswa yang tuntas dengan kreteria
ketuntasan minimal (KKM=70) sebanyak 12 siswa (31,58%), sedang yang belum
tuntas 26 siswa (68,42%). Dengan menggunakan katagori nilai hasil belajar: 0–59
(kurang); 60–69 (sedang); 70–85 (baik); dan 86–100 (baik sekali), maka rerata hasil
belajar siswa sebesar 61 masuk katagori sedang. Mengenai ketuntasan belajar kelas,
dengan mengacu pada ketentuan Depdiknas yang menetapkan bahwa secara klasikal
kelas dianggap tuntas manakala 85% siswa telah mencapai atau melampaui batas
minimal kriteria yang ditetapkan, maka secara klasikal kelas tersebut belum tuntas,
karena yang telah mencapai KKM hanya 31,58%.
Berdasarkan paparan di atas penulis melihat bahwa penggunaan media power
point dapat meningkatkan motivasi belajar siswa tetapi belum mampu meningkatkan
proses dan hasil belajar siswa. Melihat realita tersebut penulis mencoba menggunakan
media popilink berkarakter sebagai media pembelajaran. Sejauh mana efektifitas
penggunaan/penerapan popilink berkarakter terhadap peningkatan motivasi dan hasil
belajar siswa?
HASIL DAN PEMBAHASAN
Media Pembelajaran
Istilah media merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti
perantara atau pengantar (Miarso, 2005). Media dalam pengertian sempit adalah media
pengajaran sebagai alat bantu mengajar (Sujana, 2005). Dalam konteks ilmu
pembelajaran, media pembelajaran diberi definisi yang lebih luas. AECT atau
Association of Education and Communication Technology (1977, dalam Arsyad, 2005)
memberi batasan media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi. Pesan dan informasi dalam pembelajaran oleh
guru telah dikemas dalam bentuk bahan ajar.
Senada dengan AECT, Martin dan Brigg menyatakan bahwa media
pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi
dengan si-belajar. Ini bisa berupa perangkat keras, seperti komputer, televisi, proyektor,
dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat-perangkat keras itu. Batasan
Martin dan Briggs, juga memasukkan guru sebagai salah satu media pembelajaran,
Martin dan Brigg (1986, dalam Degeng, 1988)
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan
pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan
terkendali (Miarso, 2005).
Menurut penulis media pembelajaran dapat diartikan sebagai segala bentuk dan
saluran yang digunakan oleh guru agar lebih mudah menyampaikan informasi (bahan
ajar) kepada siswa dengan menggunakan alat-alat baik perangkat keras maupun lunak
untuk merangsang pikiran, perhatian, dan kemauan siswa sehingga tercipta proses
belajar mengajar yang interaktif dan menyenangkan. Pengertian ini sesuai konsep
pembelajaran I2M3 atau interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (125-132)
128
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik (PP 19/2005, pasal 19 ayat 1).
Dengan mempertimbangkan beberapa pengertian di atas, maka dapat
dikemukakan ciri-ciri media pembelajaran sebagai berikut: (1) Media pembelajaran
adalah berbagai bentuk saluran yang digunakan untuk menyampaikan bahan ajar kepada
siswa; (2) Media pembelajaran sengaja dirancang atau dipilih oleh guru sehingga
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga terjadi proses
belajar; (3) Media pembelajaran memiliki pengertian perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software) yaitu kandungan bahan ajar yang terdapat dalam perangkat
keras itu yang akan dipelajari oleh siswa, serta manusia (manware), yaitu guru, nara
sumber, pelaku sejarah, termasuk juga siswa; (4) Media pembelajaran dipilih oleh guru,
sesuai dengan SK dan KD yang sedang dipelajari siswa; (5) Media pembelajaran dipilih
oleh guru sesuai dengan sarana dan prasarana pembelajaran yang dimiliki oleh
sekolah; (6) Media pembelajaran dipilih oleh guru untuk mempermudah siswa belajar,
dan bukan untuk mempermudah guru mengajar.
Jenis-Jenis Media Pembelajaran.
Dengan memasukkan manusia sebagai media pembelajaran sesuai definisi
Martin dan Brigg, maka media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 7 jenis
media, yaitu: (a) Manusia; (b) Visual/ Pandang; (c) Audio/ Dengar; (d) Audio Visual/
Dengar-Pandang; (e) Model/ Tiga Dimensi; (f) Komputer; dan (g) Lingkungan.
Media Pembelajaran Berbasis Komputer
Komputer merupakan jenis media yang secara virtual dapat menyediakan respon
yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh siswa. Lebih dari itu, komputer
memiliki kemampuan menyimpan dan memanipulasi informasi sesuai dengan
kebutuhan. Perkembangan teknologi yang pesat saat ini telah memungkinkan komputer
memuat dan menayangkan beragam bentuk media di dalamnya.
Sajian multimedia berbasis komputer dapat diartikan sebagai teknologi yang
mengoptimalkan peran komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa
teks, grafik dan suara dalam sebuah tampilan yang terintegrasi. Dengan tampilan yang
dapat mengkombinasikan berbagai unsur penyampaian informasi dan pesan, komputer
dapat dirancang dan digunakan sebagai media teknologi yang efektif untuk mempelajari
dan mengajarkan materi pembelajaran yang relevan misalnya rancangan grafis dan
animasi.
Di jaman yang serba canggih ini guru dituntut memiliki kemampuan di bidang
IT sebagai salah satu media pembelajaran. Media dan teknologi pembelajaran di sekolah
dalam arti luas yang mencakup perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software),
dan sumberdaya manusia (humanware) yang dapat digunakan untuk memperkaya
pengalaman belajar siswa. Media dalam pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat
bantu untuk memperjelas pesan yang disampaikan guru. Media juga berfungsi untuk
pembelajaran individual dan kedudukan media sepenuhnya melayani kebutuhan belajar
siswa (Pannen, 1997).
Beberapa bentuk penggunaan komputer media yang dapat digunakan dalam
pembelajaran meliputi:
Penggunaan Multimedia Presentasi “Power Point”
Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang sifatnya
teoretis, digunakan dalam pembelajaran klasikal dengan group belajar yang cukup
banyak di atas 50 orang. Media ini cukup efektif sebab menggunakan multimedia
Taufik, Meningkatkan motivasi dan Hasil Belajar….
129
projector yang memiliki jangkauan pancar cukup besar. Kelebihan media ini adalah
menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan
sound menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi sesuai dengan
modalitas belajar siswa. Program ini dapat mengakomodasi siswa yang memiliki tipe
visual, auditif maupun kinestetik. Hal ini didukung oleh teknologi perangkat keras yang
berkembang cukup lama, telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam
kegiatan presentasi. Saat ini teknologi pada bidang rekayasa komputer menggantikan
peranan alat presentasi pada masa sebelumnya. Penggunaan perangkat lunak perancang
presentasi seperti Microsoft power point yang dikembangkan oleh Microsoft inc” Corel
presentation yang dikembangkan oleh Coral inc” hingga perkembangan terbaru
perangkat lunak yang dikembangkan Macromedia inc, yang mengembangkan banyak
sekali jenis perangkat lunak untuk mendukung kepentingan tersebut.
Dalam sudut pandang proses pembelajaran, presentasi merupakan salah satu
metode pernbelajaran. Penggunaannya yang menempati frekuensi paling tinggi
dibandingkan dengan metode lainnya. Berbagai alat yang dikembangkan, telah
memberikan pengaruh yang sangat besar bukan hanya pada pengembangan kegiatan
praktis dalam kegiatan presentasi pembelajaran akan tetapi juga pada teori-teori yang
mendasarinya. Perkembangan terakhir pada bidang presentasi dengan alat bantu
komputer telah menyebabkan perubahan tuntutan penyelenggaraan pembelajaran. Di
antaranya tuntutan terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan para guru dalam
mengolah bahan-bahan pembelajaran ke dalam media presentasi yang berbasis
komputer.
CD Multimedia Interaktif CD interaktif dapat digunakan pada pembelajaran di sekolah sebab cukup efektif
meningkatkan hasil belajar siswa terutama komputer. Terdapat dua istilah dalam
perkembangan CD interaktif ini yaitu Computer Based Instructuion (CBI) dan
Computer Assisted Instructuion (CAI). Sifat media ini selain interaktif juga bersifat
multi media terdapat unsur-unsur media secara lengkap yang meliputi sound, animasi,
video, teks dan grafis. Beberapa model multimedia interaktif di antaranya:
Model Drill: Model drill dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu strategi
pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit
melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang
sebenarnya.
Model Tutorial: Program CBI tutorial dalam merupakan program pembelajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak berupa
program komputer yang berisi materi pelajaran. Metode tutorial dalam CAI pola
dasarnya mengikuti pengajaran berprograma tipe Branching yaitu informasi atau mata
pelajaran disajikan dalam unit – unit kecil, lalu disusul dengan pertanyaan. Respon
siswa dianalisis oleh komputer dan diperbandingkan dengan jawaban yang
diintegrasikan oleh penulis program dan umpan baliknya yang benar diberikan. (Nana
Sudjana & Ahmad Rivai:139). Program ini juga menuntut siswa untuk mengaplikasikan
ide dan pengetahuan yang dimilikinya secara langsung dalam kegiatan pembelajaran.
Model Simulasi: Model simulasi dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu
starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih
kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana
sebenarnya.
Model Games: Model permainan ini dikembangkan berdasarkan atas “pembelajaran
menyenangkan”, karena peserta didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan
METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (125-132)
130
aturan permainan. Dalam konteks pembelajaran sering disebut dengan Instructional
Games (Eleanor.L Criswell, 1989: 20)
Media Popilink Berkarakater
Popilink Berkarakter yang merupakan singkatan dari Power Point Link
Berkarakter adalah sebuah media pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan
sikap berpikir kritis siswa, fokus dan antusias dalam pembelajaran serta jujur dalam uji
kompetensi. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada
pembelajar. Popilink Berkarakter selain merangsang pembelajar mengingat materi yang
sudah dipelajari, juga akan mengaktifkan pembelajar dalam memberikan tanggapan dan
umpan balik.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan
pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan si belajar
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan
terkendali (Miarso, 2005). Popilink Berkarakter memiliki fungsi sebagai alat bantu
untuk memperjelas pesan yang disampaikan guru. Kelebihan Popilink Berkarakter
adalah menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik
dan sound menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi modalitas belajar
siswa. Media ini dapat mengakomodasi siswa yang memiliki tipe visual, auditif maupun
kinestetik.
a. Media Popilink Berkarakter dan Motivasi Belajar
Berdasarkan pengalaman penulis, pembelajaran dengan media Popilink
Berkarakter yang diterapkan di kelas dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, tapi
pada siklus awal kurang mampu meningkatkan hasil belajar. Hal ini terjadi karena siswa
belum terbiasa dengan pembelajaran Popilink Berkarakter, terutama pada saat uji
kompetensi yang dilaksanakan dalam bentuk power point interaktif. Siswa dituntut
fokus pada sajian soal pilihan ganda, sehingga siswa tidak punya kesempatan untuk
bekerjasama atau mencontoh jawaban siswa lainnya.
Presentasi materi dengan media Popilink berkarakter juga dapat meningkatkan
keberanian siswa menjawab soal yang diberikan guru, meskipun jawaban yang
diberikan siswa banyak yang salah karena sekedar asal jawab atau tebak-tebakan.
Sementara keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan dan memberikan tanggapan
mulai muncul setelah mereka diberi tugas merangkum materi yang akan dibahas
sekaligus membuat pertanyaan untuk pertemuan berikutnya. Temuan ini mengukuhkan
temuan penelitian-penelian sebelumnya bahwa media pembelajaran yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran
(Brown, 1973). Penggunaan media Popilink Berkarakter mampu meningkatkan
motivasi belajar siswa dengan kriteria sangat baik. Skor motivasi belajar siswa yang
semula berada pada angka 63%, meningkat menjadi 74% dan meningkat lagi pada
siklus berikutnya menjadi 77%. Meningkatnya motivasi belajar siswa ini terdorong oleh
sajian presentasi Popilink Berkarakter yang lebih kreatif dan interaktif, terutama dalam
hal uji kompetensi langsung yang dikemas dalam bentuk power point interaktif yang
cukup menarik.
b. Media Popilink Berkarakter dan Hasil Belajar.
Dalam setiap proses pembelajaran berakhir, guru melakukan uji kompetensi
untuk mengetahui daya serap atau hasil belajar siswa berkaitan dengan materi yang
telah disampaikan. Pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar,
Taufik, Meningkatkan motivasi dan Hasil Belajar….
131
yaitu intern dan ekstern. Faktor intern yang mempengaruhi hasil belajar adalah
intelegensi, kesiapan, motivasi, dan kebiasaan belajar.
Hasil belajar siswa merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dan juga merupakan salah satu
indikator untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran serta digunakan untuk
mengetahui keefektifan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dengan
demikian guru sebagai penilai hasil belajar siswa juga dapat mengetahui kemampuan
dirinya sendiri dalam mengajar yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk memperbaiki strategi dalam proses pembelajaran berikutnya. Sejalan dengan
pendapat tersebut bahwa penilaian hasil pembelajaran dilakukan dengan maksud untuk
menetapkan tiga hal, yaitu: (1) keefektifan pembelajaran, (2) efisiensi pembelajaran,
dan (3) daya tarik pembelajaran, (Degeng, 2005: 152 ). Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar ini diukur dengan nilai yang diperoleh siswa. Gagne membagi
lima kategori hasil belajar yaitu: (1) informasi verbal, (2) keterampilan kontekstual, (3)
strategi kognitif, (4) sikap dan (5) keterampilan motoris, (Sudjana, 2008:22).
Berdasarkan pengalaman penulis, pembelajaran dengan media Popilink
Berkarakter ternyata juga berpengaruh terhadap meningkatnya hasil belajar siswa.
Rerata nilai siswa sebelum diterapkan pembelajaran dengan media Popilink Berkarakter
adalah 61 meningkat menjadi 66, dan meningkat lagi menjadi 75. Ini berarti ada
peningkatan nilai hasil belajar siswa, dari sebelum diterapkannya pembelajaran dengan
media Popilink Berkarakter dari 61 menjadi 66 atau meningkat sebesar 5%. Sedangkan
peningkatan hasil belajar dari 66 menjadi 75 atau meningkat sebesar 9% dan semua
siswa telah mecapai KKM. Peningkatan hasil belajar ini bisa juga dipengaruhi oleh
persepsi mereka terhadap pembelajaran dengan media Popilink Berkarakter yang
menuntut mereka lebih fokus dan serius dalam meningkatkan intensitas belajarnya.
Temuan lain menunjukkan dari 35 siswa yang diberi angket, 34 (97,14%)
menyatakan bahwa pembelajaran dengan media Popilink Berkarakter dapat
mempermudah siswa memahami materi pelajaran yang diberikan guru. Sementara 35
(100%) siswa merasa bahwa pembelajaran dengan media Popilink Berkarakter dapat
melatih siswa berperilaku jujur, serius dan perasaan senang dalam mengikuti uji
kompetensi.
Peningkatan hasil belajar salah satunya dipengaruhi oleh tingkat motivasi belajar
siswa yang tinggi. Delapan ciri siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi selama
mengikuti proses belajar mengajar di kelas, yaitu: 1) tertarik kepada guru, artinya tidak
bersikap acuh tak acuh, 2) tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan, 3)
antusiasmenya tinggi, serta mengendalikan perhatian dan energinya kepada kegiatan
belajar, 4) ingin tergabung dalam suatu kelompok kelas, 5) ingin identitas diri diakui
oleh orang lain, 6) tindakan, kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri, 7) selalu
mengingat pelajaran, dan 8) selalu terkontrol oleh lingkungannya, (Brown (dalam
Santoso, 2007:47).
Temuan meningkatnya hasil belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran
dengan media Popilink Berkarakter, sesuai dengan pendapat Borwn di atas. Motivasi
belajar siswa yang meningkat berimbas pada naiknya rata-rata hasil belajar siswa
setelah diberikan penjelasan cara meresume materi dengan model peta kognitif dalam
bentuk tabel konsep. peta kognitif berguna untuk merangkum suatu bacaan atau materi,
menyusun alur konsep menjadi peta sajian. Dengan demikian meresume materi yang
METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (125-132)
132
cukup sulit dihafalkan dengan model peta kognitif lebih mudah dihafalkan dan
dipahami, (Jonassen (1987) dalam Paulina Pannen (1997).
Dengan demikian tidak ada lagi keraguan tentang keampuhan pembelajaran
dengan media Popilink Berkarakter dijadikan strategi atau media dalam mengatasi
masalah rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran IPS.
PENUTUP
Penerapan pembelajaran dengan media Popilink Berkarakter dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Indikator peningkatan motivasi belajar
siswa nampak dari keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang ditunjukkan
dengan adanya kemauan, kemampuan bertanya, menjawab dan menanggapi jawaban
siswa lain. Penerapan pembelajaran dengan media Popilink Berkarakter juga dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk berfikir kritis, fokus dan antusias serta berperilaku
jujur dalam mengikuti uji kompetensi yang diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda
power point interaktif.
Guru bisa menerapkan strategi atau model pembelajaran dengan media
Popilink Berkarakter sebagai alternatif dalam proses pembelajaran di kelas. Selain
karena mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, juga mampu
menumbuhkan karakter positif pada diri siswa berupa berfikir kritis, fokus dan antusias
serta tertanamnya nilai kejujuran dalam proses pembelajaran dengan media Popilink
Berkarakter. Pembelajaran dengan media Popilink berkarakter menuntut kreatifitas dan
inovasi guru, untuk itu guru hendaknya selalu mengemas media pembelajaran power
point dengan desain yang menarik dan bermakna bagi siswa, sehingga keberadaan
media Popilink Berkarakter tidak mengarah pada malpraktek pendidikan, seperti yang
diungkapkan oleh Mark Issecks dalam artikel bertajuk ”Bagaimanapun Power point
adalah membunuh Pendidikan”.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta. Raja Grafindo Perkasa
Degeng, I Nyoman Sudana.2005. Teori Pembelajaran 1: Taksonomi variabel. Hand
Book . Program Pasca Sarjana. Universitas Kanjuruhan Malang.
Depdiknas, 2003, Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar
Nasional Pendidikan, Jakarta.
Miarso, Y. 2005. “Media Pembelajaran”. Dalam Miarso, Y. Menyemai Benih Teknologi
Pembelajaran. Jakarta. Pustekom Depdiknas.
Pannen Paulina.1997. Strategi Kognitif. Jakarta
Rifa’i, M. 2011. Pseido Hi Tech dan Daya Bunuh Power Point”. Artikel majalah Media.
Surabaya.
Sujana, N dan Rifa’i, A. 2005.Media Pengajaran. Bandung. Sinar Baru Algensindo
Sudrajat,A.Media Pembelajaran (online)
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/01/02/media-pembelajaran/ diakses
2 februari 2013.