mengukur risiko perbankan dengan var (value at risk)

Upload: nining-pratiwi

Post on 14-Apr-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Mengukur Risiko Perbankan Dengan Var (Value at Risk)

    1/16

  • 7/30/2019 Mengukur Risiko Perbankan Dengan Var (Value at Risk)

    2/16

    perusahaan tidak berani mengambil risiko. Meskipun persepsi tersebut benar, namun

    pengambilan risiko tanpa pertimbangan dan pemikiran yang matang dapat berdampak

    fatal. Pengelolaan risiko ditujukan untuk memastikan kesinambungan, profitabilitas

    dan pertumbuhan usaha sejalan dengan visi dan misi perusahaan. Fokus dalam

    manajemen risiko yang paling baik adalah identifikasi dan cara penanganan risiko

    tersebut. Tujuannya adalah sustainable value pada berbagai aktivitas perusahaan.

    Harus diakui bahwa pengelolaan manajemen risiko di perusahaan-perusahaan di

    Indonesia boleh dikata masih sangat rendah. Meskipun demikian penerapan

    manajemen risiko harus terus ditingkatkan mengingat risiko yang mungkin timbul

    dari aktivitas-aktivitas operasional perusahaan tidak mungkin menurun. Sehinggasolusi yang paling tepat adalah meminimalkan risiko yang terjadi dengan penerapan

    manajemen risiko yang sesuai standar.

    Manajemen risiko harus senantiasa berkesinambungan dan merupakan proses

    perencanaan strategi perusahaan dalam kaitannya dengan penerapan strategi itu

    sendiri. Perencanaan tersebut antara lain identifikasi berbagai risiko yang telah terjadi

    pada masa lalu, sekarang maupun kemungkinan yang mungkin terjadi dimasa yang

    akan datang. Selain itu perencanaan harus sesuai dengan budaya perusahaan serta

    berbagai kebijakan yang obyektif.

    1. Faktor-faktor internal dan eksternal

    Risiko dan kegiatan operasional yang dapat dijumpai dalam suatu organisasi bisa

    tergolong dalam faktor internal maupun faktor eksternal. Diagram dibawah ini

    merupakan salah satu contoh drivers of key risk : dimana yang termasuk faktor

    eksternal adalah risiko keuangan (finansial) dan risiko strategi. Sebaliknya yang

    termasuk dalam faktor internal adalah moral hazard dan risiko operasional.

  • 7/30/2019 Mengukur Risiko Perbankan Dengan Var (Value at Risk)

    3/16

    Sumber: Risk Management Stand ard , The Institute of Risk Management: AIRMIC, ALARM, IRM

    2. Proses dalam manajemen risiko

    Proses dalam manajemen risiko meliputi tujuh langkah, yaitu penentuan

    tujuan strategik perusahaan, penilaian risiko ( risk assesment ), pelaporan risiko

    (risk reporting ), pengambilan keputusan ( decision ), risk treatment , residual risk

    reporting dan monitoring. Dalam masing-masing proses tersebut diatas masih

    terbagi-bagi lagi dalam sub-sub bab yang lebih jelasnya akan diuraiakan

    selanjutnya. Untuk lebih mudah memahami alur atau proses dalam manajemen

    risiko, berikut ini adalah diagram alur proses dalam manajemen risiko:

  • 7/30/2019 Mengukur Risiko Perbankan Dengan Var (Value at Risk)

    4/16

    Sumber: Risk Management Standard , The Institute of Risk Management: AIRMIC, ALARM, IRM

    Dalam dunia perbankan, kata risiko telah menjadi sangat populer setelah

    banyak bank bergelimpangan dihantam beragam risiko setelah dengung manajemen

    berbasis risiko terus bergema. Selanjutnya metode dan teknik untuk melakukan

    lindung nilai ( hedging ) dalam mengelola risiko terus dikembangkan dengan berbagai

    Variasi. Kesimpulannya, manajemen risiko telah menjadi suatu keharusan bagi dunia

    perbankan jika ingin tetap bertahan dalam persaingan yang semakin ketat.

    Mengabaikan risiko berarti membawa financial institution tersebut pada jurang

    kehancuran.

    Salah satu instrumen pengukuran risiko adalah VaR ( Value at Risk ). VaR

    dapat diartikan sebagai stimasi potensi kerugian maksimal pada periode tertentudengan tingkat keyakinan ( confidence level ) tertentu dan dalam kondisi pasar yang

    normal.

  • 7/30/2019 Mengukur Risiko Perbankan Dengan Var (Value at Risk)

    5/16

    VaR dapat dihitung dengan menggunakan tiga metode yang berbeda. mulai

    dari Analytic VaRiance-Covariance Approach, Monte Carlo Simulation Approach

    sampai dengan Historical Simulation Approach . Walaupun ketiga metode ini berbeda

    tetapi semuanya dimulai dengan memilih faktor-faktor risiko (faktor yang

    memengaruhi nilai portfolio bank) dan kemudian dilanjutkan dengan pemilihan

    metodologi pemodelan terhadap perubahan faktor-faktor risiko pasar tersebut.

    PENGERTIAN RISIKO

    Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau

    kehancuran. Lebih luas risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasilyang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Risiko dapat

    menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola dengan

    semestinya. Sebaliknya risiko yang dikelola dengan baik akan memberikan ruang

    pada terciptanya peluang untuk memperoleh suatu keuntungan yang lebih besar.

    Menurut Gallati (2003: 7) dalam Wibowo (2006) risiko didefinisikan sebagai

    a condition in which there exist an exposure to adversity . Lebih lanjut, Bessis(2002: 11) mendefinisikan risiko sebagai risk are uncertaintainties resulting inadverse Variations of probability or in losses . Berdasarkan Workbook level 1Global Association of Risk Professionals-Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (2005)

    risiko didefinisikan sebagai chance of a bad outcome . Maksudnya adalah suatukemungkinan akan terjadinya hasil yang tidak diinginkan, yang dapat menimbulkan

    kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola sebagaimana mestinya.

    Dalam industri keuangan umumnya dikenal jargon high risk bring about high return . Hal ini dapat dicontohkan dalam melakukan investasi saham. Dalam

    bermain saham, berdasarkan volatilitas harga akan lebih besar peluang untuk

    memperoleh keuntungan dengan bermain pada saham-saham lapis kedua. Volatilitas

    atau pergerakan naik turun harga saham secara tajam membuka peluang untuk

    memperoleh hasil yang sangat besar, namun sebaliknya jika harga bergerak kearah

    yang berlawanan maka kerugian yang akan ditanggung sangat besar.

  • 7/30/2019 Mengukur Risiko Perbankan Dengan Var (Value at Risk)

    6/16

    Risiko tidak harus selalu dihindari, melainkan harus dikelola dengan baik.

    Penjelasan yang terkait dengan hal itu dapat dijelaskan dengan ilustrasi sederhana

    berikut. Sebuah bank memperoleh dana dalam bentuk deposito sebesar Rp.1 milyar,

    bunga 12% pertahun dengan jangka waktu 1 bulan. Jika ingin memperoleh

    keuntungan dari dana tersebut, maka bank harus mengalokasikan dana yang diperoleh

    kedalam aktiva produktif seperti pinjaman atau investasi dengan hasil yang lebih

    besar dari 12% pertahun. Pilihan itu akan menimbulkan risiko yang dalam kondisi

    paling ekstrim, aktiva produktif tersebut tidak kembali.

    Dalam hal ingin menghindarkan dari risiko yang mungkin akan timbul, maka

    cara yang paling aman adalah mengendapkan dana tersebut didalam bank. Sangatlikuid dan sangat aman. Menghindari risiko, secara sepintas terlihat aman, namun

    sebenarnya pada saat yang bersamaan kita tidak akan mendapatkan apa-apa dari dana

    1 milyar tersebut. Sebaliknya kewajiban bunga terhadap nasabah tetap harus

    dibayarkan dan Bank akan mengalami kerugian sebesar suku bunga berlaku yang

    harus dibayarkan.

    Dari contoh diatas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk mendapatkan hasil

    dari suatu kegiatan maka harus menghadapi risiko. Sebaliknya tidak menghadapi

    risiko sama sekali merupakan hal yang sayang untuk dilakukan karena kita tidak akan

    mendapatkan hasil apa-apa padahal peluang untuk memperoleh keuntungan tetap ada.

    Untuk itulah risiko harus dihadapi dalam setiap kegiatan investasi sehingga dapat

    memberikan peluang untuk memperoleh hasil yang diharapkan, dengan tetap

    mengelola risiko dengan baik.

    KERUGIAN AKIBAT TERJADINYA RISIKO ( RI SK L OSS )

    Kebutuhan akan ukuran risiko yang reliabel makin menguat. Pertumbuhan

    aktifitas perdagangan dan pasar yang makin tidak menentu membuat pelaku pasar

    merasa perlu untuk mengembangkan teknik pengukuran risiko yang lebih akurat dan

    handal. Beberapa contoh kejadian bangkrutnya financial institution semakin

    mendorong pengembangan teknik pengukuran risiko antara lain:

  • 7/30/2019 Mengukur Risiko Perbankan Dengan Var (Value at Risk)

    7/16

    1. Bangkrutnya Barings Bank pada Februari 1995 sesudah chief trader Barings

    Futures Singapore, Nick Leeson, mengalami kerugian lebih dari US$ 1.3

    milyar di perdagangan Japanese stock index futures . Siapa yang menyangka

    bank yang sudah mapan selama lebih dari 2 abad tersebut harus gulung tikar

    akibat ulah seorang Nick Leeson, dengan transaksi derivatifnya. Ambruknya

    Barings bermula dari transaksi option dan futures (terhadap indeks Nikkei

    225) yang dilakukan dengan agresif. Posisi yang diambil Leeson pada

    dasarnya adalah spekulasi dengan harapan nilai Nikkei 225 tidak turun. Akan

    tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Gempa Kobe yang terjadi pertengahan

    Januari 1995 menyebabkan Nikkei 225 turun drastis. Akibatnya Barings punmenjadi korban.

    2. Bangkrutnya Pemerintah Kabupaten Jeruk atau Oranges County di California,

    Amerika Serikat, pada Desember 1994, akibat Robert Citron, bendaharanya

    yang melakukan spekulasi di pasar finansial. Citron terlalu berani untuk

    mengambil risiko dengan bermain api dalam instrumen investasi (instrumen

    spekulasi) hasil rekayasa financial engineering . Akibat terlalu berani bermain

    dalam instrument ini tanpa diimbangi manajemen risiko finansial yang

    memadai, kabupaten ini mengalami kerugian milyaran dollar AS (trilyunan

    rupiah)

    3. Daiwa Bank mengalami kerugian pada perdagangan Treasury Bond lebih dari

    US$ 1 milyar karena Toshihide Iguschi, seorang trader nya, menyembunyikan

    kerugian potensial ini selama 11 tahun dan baru terungkap setelah Iguchi

    mengaku pada September 1995.

    Lebih jauh lagi, Bank For International Settlement (BIS) melalui Basel

    Committee on Banking Supervision merumuskan aturan BASEL II untuk dapat segera

    menggantikan aturan BASEL I yang dianggap sudah tidak lagi memadai untuk

    menjadi basis bagi bak dalam mengelola risiko. Demikian pula didalam negeri, Bank

  • 7/30/2019 Mengukur Risiko Perbankan Dengan Var (Value at Risk)

    8/16

    Indonesia mewajibkan bank-bank umum untuk mulai menerapkan manajemen risiko

    mulai awal Januari 2004 silam.

    Tabel 1.Perbandingan Kesepakatan Basel I dan Basel II

    Basel I Accord Basel II Accord

    Fokus pada sebuah pengukuran tunggal Fokus pada internal metodologiMemiliki sebuah pendekatan yangsederhana terhadap sensitivitas risiko

    Memiliki tingkat sensitivitas risiko yanglebih tinggi

    Mengadakan suatu pendekatan one -size-fit-all terhadap risiko dan modal

    Fleksibel untuk disesuaikan terhadapkebutuhan Bank yang berbeda-beda

    Hanya mencakup risiko pasar dan risiko

    kredit

    Mencakup risiko kredit, risiko pasar, risiko

    operasional dan risiko lain-lainSumber: Idroes, F.N. dan Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan: Dalam Konteks Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia . (2006)

    Namun, manajemen risiko tidaklah akan bermakna bagi bank apabila tidak

    disertai dengan kemampuan mengukur besarnya risiko itu sendiri. Value at Risk

    (VaR) merupakan suatu teknik pengukuran risiko yang saat ini menjadi sangat

    populer diperbincangkan dan diimplementasikan dalam mengukur risiko. Terlebih

    lagi setelah BIS merekomendasikan bank-bank diseluruh dunia untuk menggunakan

    VaR dalam pengukuran besarnya risiko pasar secara internal ( Internal Model

    Approach).

    I NTERNAL M ODEL APPROACH

    Pada April 1995 Basel Committee memperluas cakupan perhitungan

    kecukupan modal dengan memperbolehkan Bank untuk menghitung sendiri

    kebutuhan modal terkait dengan risiko pasar. Perluasan cakupan ini telah menjadi

    embrio pada sistem manajemen risiko yang lebih canggih.

    Basel Committee menyarankan kepada Bank Sentral pada setiap negara yang

    menyetujui penggunaan pendekatan model internal pada negara masing-masing untuk

    menetapkan persyaratan bagi bank-bank yang ingin menggunakan model internal

    sebagai berikut:

  • 7/30/2019 Mengukur Risiko Perbankan Dengan Var (Value at Risk)

    9/16

    Bank harus memiliki staf yang mampu unttuk menjalankan sistem yang

    terkait dengan model internal. Staf yang mampu bekerja pada sistem yang

    diperlukan minimal pada bagian trading, pengawasan, internal audit, dan

    administrasi.

    Bagian terkait harus memiliki infrastruktur electronic data processing (EDP).

    Model agregasi risiko dibuat dengan konsep yang jelas dan dapat

    diaplikasikan.

    Ketepatan pengukuran dari model agregasi risiko harus dipenuhi.

    Bank Sentral dapat meminta model agregasi risiko terlebih dahulu sebelum

    bank yang akan menggunakan internal model mengimplementasikannya. Model

    tersebut harus diuji terlebih dahulu selama jangka waktu tertentu untuk mengukur

    kecukupan modal yang sesuai dengan kebutuhan bank. Model kuantitatif yang

    digunakan bank yang telah disetujui oleh Basel Committee disebut Value at Risk

    (VaR). Berikut ini adalah pembahasan mengenai apa itu VaR dan kelebihan serta

    kekurangannya.

    VALUE AT RISK Salah satu teknik pengukuran risiko adalah Value at Risk (VaR). Value at Risk

    (VaR) merupakan metoda perhitungan market risk untuk menentukan risiko kerugian

    maksimum yang dapat terjadi pada suatu portfolio, baik single-instrument ataupun

    multi-instruments , pada confidence level tertentu, selama holding period tertentu, dan

    dalam kondisi market yang normal.

    Munculnya VaR tidak lepas dari metode pengukuran risiko yang diterapkan

    oleh Dennis Weatherstone. Mantan bos J.P. Morgan ini menginginkan laporan satu

    halaman berisi rangkuman eksposur global yang dihadapi perusahaan dan estimasi

    potensi kerugian dalam 24 jam kedepan, diserahkan kepadanya setelah hari kerja

    tepatnya pukul 16:15. 4.15 Report inilah yang menjadi cikal bakal perangkamenajemen risiko yang kemudian dikenal dengan Value at Risk.

  • 7/30/2019 Mengukur Risiko Perbankan Dengan Var (Value at Risk)

    10/16

    Menurut Philip Best (1998) Value at Risk atau VaR adalah suatu metoda

    pengukuran risiko secara statistik yang memperkirakan kerugian maksimum yang

    mungkin terjadi atas suatu portfolio pada tingkat kepercayaan ( level of confidence )

    tertentu. Nilai VaR selalu disertai dengan probabilitas yang menunjukkan seberapa

    mungkin kerugian yang terjadi akan lebih kecil dari nilai VaR tersebut. VaR adalah

    suatu nilai kerugian moneter yang mungkin dialami dalam jangka waktu yang telah

    ditentukan. Pernyataan berikut ini merupakan definisi formal dari VaR yang dikutip

    dari Philip Best (1998): Value at Risk is the maximum amount of money that may belost on a portfolio over a given period of time, with a given level of confidence .

    Pernyataan berikut ini merupakan definisi formal dari VaR yang diungkapkan olehPhilippe Jorion (2002 ): VaR summarizes the worst loss over a target horizon with a

    given level of confidence. Cormac Butler (1999) memberikan definisiVaR sebagai berikut: Value at Risk measures the worst expected loss that an institution can suffer over a given time interval under normal market conditions at a given confidence

    level. It assesses risk by using statistical and simulation models designed to capture

    the volatility of assets in a banks portfolio. Pendek kata, Value at Risk (VaR) dapat diartikan sebagai suatu besaran angka

    yang merangkum total risiko dari portfolio yang berisikan beragam asset keuangan.

    What loss level is such that we are X% confident it will not be exceeded in N business days? Pertanyaan singkat yang mengantar kita pada definisi ringkas dariValue at Risk. VaR merupakan estimasi potensi kerugian maksimal pada periode

    tertentu dengan tingkat keyakinan ( confidence level ) tertentu dan dalam kondisi pasar

    yang normal. Jadi VaR mengukur kerugian maksimal yang mungkin terjadi esok hari,

    lusa, minggu depan, dan seterusnya sesuai dengan periode waktu yang diinginkan.

    Kelebihan dari VaR adalah bahwa metoda ini fokus pada downside risk ,

    tidak tergantung pada asumsi distribusi dari return, dan pengukuran ini dapat

    diaplikasikan ke seluruh produk-produk finansial yang diperdagangkan. Angka

    yang diperoleh dari pengukuran dengan metoda ini merupakan hasil perhitungan

  • 7/30/2019 Mengukur Risiko Perbankan Dengan Var (Value at Risk)

    11/16

    secara agregat atau menyeluruh terhadap risiko produk-produk sebagai suatu

    kesatuan.

    VaR juga memberikan estimasi kemungkinan atau probabilitas mengenai

    timbulnya kerugian yang jumlahnya lebih besar daripada angka kerugian yang

    telah ditentukan. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak didapat dari metoda-

    metoda pengukuran risiko lainnya. VaR juga memperhatikan perubahan harga aset-

    aset yang ada dan pengaruhnya terhadap aset-aset yang lain. Hal ini

    memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap berkurangnya risiko yang

    diakibatkan oleh diversifikasi kelompok produk atau portfolio.

    VaR mulai dikenal secara luas sejak tahun 1994 saat J.P. Morgan membuat Risk Metrics system (berbasis metoda VaR) yang tersedia di internet

    (www.jpmorgan.com ) dan program tersebut dapat di download oleh pengguna secara

    gratis. Metoda yang digunakan J.P. Morgan tersebut selanjutnya dikenal sebagai

    RiskMetrics atau perhitungan VaR dengan Variance-Covariance Method .

    VaR memiliki tiga metoda untuk perhitungan, yaitu Historical Simulation

    Method , Variance-Covariance Method , dan Monte Carlo Simulation Method . Ketiga

    metoda tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, antara lain:

    1. Variance -covariance approach atau disebut juga delta normal method

    memiliki keunggulan dari sisi kemudahan komputasi dan implementasi.

    Model ini diperkenalkan oleh JP.Morgan pada awal 1990an. Asumsi yang

    digunakan dalam Variance- covariance approach model adalah:

    Portfolio disusun atas asset-aset yang linear. Lebih tepatnya,

    perubahan nilai dari suatu portfolio bersifat linear dependen pada

    semua perubahan yang terjadi pada nilai asset. Jadi, return portfolio

    juga bersifat linear dependen pada return asset.

    Return asset berdistribusi normal

    http://www.jpmorgan.com/http://www.jpmorgan.com/http://www.jpmorgan.com/http://www.jpmorgan.com/
  • 7/30/2019 Mengukur Risiko Perbankan Dengan Var (Value at Risk)

    12/16

    Selain memiliki keunggulan dalam hal kemudahan komputasi dan

    implementasi metode ini memiliki kelemahan dalam hal akurasi (lebih lemah)

    dibandingkan dua metoda lainnya.

    2. Historical Simulation Method merupakan metode yang paling simple dan

    paling transparan dalam perhitungan. Termasuk dalam perhitungan nilai

    portfolionya. Kelemahan metode ini tidak menggunakan distribusi normal

    pada return assetnya.

    3. Monte Carlo Simulation Method juga merupakan metode pengukuran VaR

    yang relatif simpel dibandingkan Variance-covariance model. Monte Carlo

    Simulation Method memiliki keunggulan dalam akurasi, namun memilikikelemahan dalam hal komputasi yang lebih rumit dibandingkan historical

    simulation method.

    Jadi Variance -covariance approach memiliki keunggulan dari sisi kemudahan

    komputasi dan implementasi, sedangkan Historical Simulation Method , dan Monte

    Carlo Simulation Method memiliki keunggulan akurasi namun memiliki kelemahan

    dari sisi komputasi karena memerlukan simulasi risk factors yang cukup banyak

    khususnya monte carlo simulation . Metoda historical simulation method memiliki

    keunggulan dibanding monte carlo simulation karena komputasi yang relatif lebih

    mudah ( intermediate ) dan tidak menghadapi problem model risk .

    Komputasi VaR berdasarkan sekelompok input kuantitatif yang seragam.

    Model VaR merepresentasikan estimasi jumlah maksimum kerugian yang dapat

    ditanggung portfolio dari risiko pasar dalam suatu periode waktu tertentu dan dengan

    suatu confidence level tertentu.

    Pada umumnya, VaR dihitung untuk jangka waktu 24 jam. Sebagai contoh,

    bila dikatakan bahwa VaR suatu portfolio adalah US$5,000 dengan confidence level

    sebesar 95 persen, ini berarti bahwa ada 95 persen kemungkinan portfolio tersebut

    akan mengalami kerugian dengan nilai di bawah US$5,000 dalam waktu 24 jam ke

    depan. Dapat pula dikatakan bahwa ada 5 persen kemungkinan portfolio tersebut

    akan mengalami kerugian minimal US$5,000 dalam waktu 24 jam ke depan.

  • 7/30/2019 Mengukur Risiko Perbankan Dengan Var (Value at Risk)

    13/16

    Contoh lain, jika kita memiliki VaR harian sebesar Rp.100 milyar pada

    confidence level 99%, hal ini berarti bahwa hanya terdapat satu kemungkinan dari

    100 dimana kerugian harian akan melebihi Rp.100 milyar. Atau dengan kata lain,

    kerugian harian akan melebihi Rp.100 milyar hanya akan terjadi pada satu hari dari

    100 trading day atau dua samapai tiga hari dalam satu tahun. Lebih singkat lagi dapat

    dikatakan dengan kita memiliki keyakinan sebesar 99% kerugian tidak akan melebihi

    Rp.100 milyar dalam beberapa hari kedepan. Jadi kesimpulannya, VaR berusaha

    menjawab pertanyaan, How bad can things get ? Hasil perhitungan VaR biasanya disajikan dalam bentuk jumlah uang dan

    bukan dalam persentase. Hal ini membuat VaR menjadi sangat mudah dipahami.Contoh dalam paragraf di atas telah mengilustrasikan hal tersebut. Dalam kaitannya

    dengan kemudahan pemahaman atas nilai VaR, Stambaugh (1996) dalam Prihantoro

    (2005) menyatakan bahwa VaR memiliki fungsi sebagai berikut: 1) providing acommon language for risk, 2) allowing for more effective and consistent internal risk

    management, risk limit setting and evaluation, 3) providing an enterprise-wide

    mechanism for external regulation, and 4) providing investors with an

    understandable tool for risk assessment. Walaupun berdasarkan rekomendasi Basel II bank dapat menggunakan

    internal model dalam mengukur besarnya risiko pasar yang dihadapi, tetapi bank

    harus terlebih dahulu memenuhi kriteria secara kualitatif maupun kuantitatif sebelum

    dianggap mampu untuk menerapkannya dalam perhitungan capital charge untuk

    mengiringi risiko pasar.

    KRITERIA KUALITATIF

    Bank harus memiliki unit pengendali risiko yang independent terhadap para

    trader, dan senior manajemen harus terlibat dalam proses pengendalian risiko, serta

    model internal yang digunakan bank harus terintegrasi dengan segenap fungsi

    manajemen. Lebih jauh bank harus menciptakan batasan terhadap besarnya eksposur

    yang diambil para tradernya. Kemudian bank secara regular harus memerlukan back

  • 7/30/2019 Mengukur Risiko Perbankan Dengan Var (Value at Risk)

    14/16

    testing untuk menguji apakah kerugian aktual yang terjadi sesuai dengan yang

    diprediksi VaR dan stress testing untuk mengidentifikasi suatu kejadian yang bukan

    merupakan input dalam perhitungan VaR. Kedua uji ini harus dikaji secara regular

    oleh senior manajemen. Terakhir, bank harus melakukan suatu kajian yang

    independen terhadap unit pengambil risiko dan unit pengendali risiko, paling tidak

    untuk setahun sekali.

    KRITERIA KUANTITATIF

    Sebagai pelengkap dari kriteria kualitatif, model yang digunakan bank harus

    mengandung juml ah factor risiko yang cukup, bergantung pada kompleksitasaktivitas trading yang dilakukan. Setelah kondisi ini terpenuhi, pembebanan modal

    untuk membetengi dari risiko pasar dihitung dengan menggunakan VaR harian denga

    horizon waktu 10 hari dengan tingkat keyakinan 99% dengan periode observasi

    paling tidak satu tahun kebelakang. Data yang digunakan bank paling tidak harus

    disesuaiakan setiap caturwulan. Dapat dicontohkan, misalnya jika VaR harian adalah

    Rp.100 milyar, maka VaR untuk periode 10 hari cukup dengan mengalikan Rp.100

    milyar dengan 10. Berdasarkan rekomendasi BIS, besarnya minimum capital chargyang harus disiapkan adalah VaR rata- rata 60 hari kebelakang dikali 10 dikalidengan 3 ( multiplication factor yang minimum sebesar 3) atau VaR hari sebelumnya,

    bergantung pada mana yang lebih besar.

    Melihat dan bercermin pada kriteria tersebut serta kondisi ekonomi

    perusahaan/bank dapat dirasakan bahwa banyak persiapan yang harus dilakukan

    untuk mampu menerapkan VaR dalam perhitungan besarnya risiko pasar.

    KESIMPULAN

    Melihat apa yang terdapat dalam pasal 10 Peraturan Bank Indonesia Nomor

    5/12/PBI/2003, tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank umum untuk

    menggunakan metode standar dalam menghitung risiko pasar, hal ini sudah berada

    dalam lajur yang tepat. Namun setidaknya pengukuran risiko pasar menggunakan

  • 7/30/2019 Mengukur Risiko Perbankan Dengan Var (Value at Risk)

    15/16

    VaR sudah seharusnya mulai dikembangkan dan disempurnakan sebagai langkah

    persiapan untuk naik ke jenjang penerapan manajemen risiko bank yang lebih tinggi.

    Suatu saat nanti bank-bank kita harus mampu menggunakan Internal Model

    Approach seperti yang direkomendasikan BIS dimana VaR akan menjadi hal yang

    biasa dalam pengukuran risiko perbankan.

  • 7/30/2019 Mengukur Risiko Perbankan Dengan Var (Value at Risk)

    16/16

    REFERENSI

    Best, P.W.(1998), Implementing Value at Risk , West Sussex: John Wiley & Sons Inc

    Butler, C.(1999), Mastering Value at Risk , Prentice Hall, Great Britain

    Fardiansyah, T.(2006), Refleksi dan Strategi Penerapan Manajemen RisikoPerbankan Indonesia, Elex Media Komputindo, Jakarta

    Idroes, F.N. dan Sugiarto.(2006), Manajemen Risiko Perbankan: Dalam KonteksKesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta

    Jorion, Philip.(2005), Orange County Case:Using Value at Risk to Control Financial Risk

    Jorion, P. (2002), Value at Risk: The New Benchmark for Managing Financial Risk,2nd ed., Boston: McGraw-Hill

    Prihantoro, D.S.(2005), Analisis Keakuratan Metoda Historical Simulation DalamMenghitung Nilai Value-At-Risk Portofolio Saham, Thesis, MMUGMYogyakarta.

    Sembel, Roy.(2004), Rahasia Pohon Duit & Mesin Uang, Elex Media Komputindo,Jakarta

    Wibowo, A.W.(2006), Pemilihan Portofolio Optimal Dengan Pendekatan Value At Risk (VaR), Thesis, MMUGM Yogyakarta.

    -------------- (2002). Risk Management Standard , The Institute of Risk Management:AIRMIC, ALARM, IRM