penelitian.uisu.ac.id · memperkokoh dasar-dasar moral dan etik kedokteran.(2) dalam standard...
TRANSCRIPT
38
PENERAPAN PORTOFOLIO PADA STAF PENGAJAR FK UISU : SEBUAH
INOVASI
Siska Anggreni Lubis
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, Medan
Email: [email protected]
ABSTRAK
LATAR BELAKANG : Dalam Standard Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), profesionalisme
merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dokter. Strategi yang dapat menjaga dan
meningkatkan kompetensi seorang dokter dilakukan melalui Continuing Professional Development (CPD). CPD
adalah pendekatan pembelajaran sepanjang hayat dan dalam melakukan CPD dibutuhkan proses pembelajaran
reflektif dan self assessment. Salah satu instrumen yang dapat menilai kegiatan CPD adalah portfolio. . Bentuk
instrumen yang merupakan bagian dari refleksi dan self assessment adalah portofolio
METODE : Penulisan ini dilakukan dengan penelusuran serta telaah artikel dan jurnal
HASIL : FK UISU hanya menerapkan log book sebagai salah satu keterampilan yang menunjang
Continuing professional development (CPD) di tahap pendidikan klinik. Namun kompetensi pembelajaran
sepanjang hayat telah dipetakan pada semua modul dalam pendidikan sarjana kedokteran FK UISU
KESIMPULAN : Salah satu instrumen yang dapat menilai kegiatan CPD adalah portfolio. Portfolio
merupakan alat untuk memberikan bukti pengembangan profesional sebagai sarana pribadi dan publik yang
menunjukkan pertumbuhan profesional. Juga merupakan dokumentasi efektivitas profesional dan memfasilitasi
refleksi sebaga identifikasi kebutuhan pembelajaran.
Penerapannya portfolio di FK UISU dimulai dari staf pengajar dan selanjutnya pada mahasiswa tahap
preklinik dan klinik. Untuk itu perlu dilakukan serangkaian pelatihan untuk staf pengajar yang menunjang
langkah tersebut agar dapat terlaksana lebih baik dan sistematik.
PENDAHULUAN
Dokter memiliki peran sangat penting karena
terkait secara langsung dengan proses pelayanan
kesehatan dan mutu pelayanan masyarakat. Seiring
dengan kemajuan teknologi pengetahuan, informasi
dan tingkat kesadaran masyarakat yang semakin
tinggi akan menuntut profesi dokter untuk tetap
mengikuti perkembangan ilmu yang berhubungan
dengan profesinya.(1) Dokter sebagai seorang
profesional dituntut untuk mengikuti perkembangan
ilmu secara terus menerus sepanjang hidupnya, baik
secara informal maupun terstruktur. (2)
Hal ini menunjukkan bahwa profesionalisme
yang menjadi tuntutan utama masyarakat saat ini.
Maka yang dapat kita tingkatkan adalah
meningkatkan profesionalisme para dokter,
memperkokoh dasar-dasar moral dan etik
kedokteran.(2) Dalam Standard Kompetensi
Kedokteran Indonesia (SKDI) profesionalisme
merupakan salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang dokter.(3) Oleh karena itu
strategi yang dapat menjaga dan meningkatkan
kompetensi seorang dokter menjadi hal yang sangat
diperlukan. Melalui continuing professional
development (CPD) semua tantangan tersebut dapat
dijawab. CPD adalah suatu pendekatan
pembelajaran sepanjang hayat. CPD merupakan
proses partisipasi aktif yang dilakukan sepanjang
hayat dalam kegiatan yang membantu dokter dalam
mengembangkan dan memelihara kompetensi,
meningkatkan praktek profesional dan mendukung
tujuan pencapaian karir mereka.(4)
Dalam melakukan CPD diperlukan
kemampuan yang dilatihkan dalam pendidikan
dokter, antara lain proses pembelajaran reflektif dan
self assessment. Selain itu untuk dapat terus belajar
sepanjang tugas profesionalnya, maka diperlukan
karakteristik seorang pembelajar sepanjang hayat.
Sebagai alat untuk memberikan bukti pengembangan
profesional dan sebagai sarana pribadi dan publik
yang menunjukkan pertumbuhan profesional
diperlukan sebuah portfolio. (1) Portfolio berisi
koleksi atau bukti hasil belajar dan refleksi dari
pengalaman belajar yang telah dialami oleh
seseorang sehingga ada peningkatan nantinya.
Penerapan portfolio sebagai strategi
pembelajaran masih jarang dilakukan di pendidikan
kedokteran Indonesia termasuk di Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (FK
UISU). Sebagai sebuah inovasi pendidikan di FK
UISU untuk melakukan penerapannya di mahasiswa
hendaknya didahului dengan penerapannya ditingkat
staf pengajar. Selain itu dapat menilai proses dan
hasil pembelajaran, portfolio juga dapat digunakan
untuk sertifikasi dosen dan memberikan bukti
pengembangan profesional.
Oleh karena itu perlu diadakan telaah
terhadap strategi pembelajaran portfolio yang
memfasilitasi proses refleksi dan self assesment
sebagai pendekatan pembelajaran sepanjang hayat
39
dan bekal melakukan CPD saat menjalankan tugas
profesional sebagai dokter.
METODE : Penulisan ini dilakukan dengan
penelusuran serta telaah artikel dan jurnal
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Inovasi pendidikan
Kata inovasi berasal dari istilah bahasa
Inggris “innovation” sering diterjemahkan dengan
segala hal yang baru , pembaharuan atau
penemuan.(5) Perubahan atau inovasi adalah suatu
bentuk yang wajar terjadi. Perubahan akan terjadi
pada kehidupan sosial, kelompok, masyarakat,
ekonomi, lingkungan hukum dan pendidikan.
Inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode,
yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru
bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat)
baik berupa hasil invensi yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan dan memecahkan
masalah pendidikan. (5)
Selama dekade terakhir, perubahan yang
signifikan telah terjadi dalam pendidikan
kedokteran. Fokus dari kurikulum telah bergeser dari
akuisisi pengetahuan untuk pencapaian
kompetensi.(6) Dampak perubahan ini hendaknya
disikapi oleh seorang dokter. Seorang dokter perlu
tetap menjaga kompetensinya yang menjawab
seluruh perubahan ilmu kedokteran dalam
memberikan pelayanan sebagai salah satu bentuk
profesionalismenya.
2.2. Profesionalisme
Profesionalisme mempunyai makna: mutu,
kualitas, dan sikap yang merupakan ciri suatu
profesi atau profesional. (7) Profesionalisme
kedokteran adalah perilaku sebagai dokter dalam
berinteraksi dengan pasien dan masyarakat yang
didasarkan pada keyakinan pribadi. Profesionalisme
mencakup nilai- nilai, perilaku dan sikap yang
ditanamkan ke dalam diri melalui pendidikan
sekolah kedokteran dan pascasarjana.(8)
Beberapa tanggung jawab profesionalisme, yaitu : (9)
1. Kompetensi profesional
2. Kejujuran dengan pasien
3. Kerahasiaan pasien
4. Mempertahankan hubungan yang tepat dengan
pasien
5. Meningkatkan kualitas pelayanan
6. Distribusi sumber daya yang terbatas
7. Pengetahuan ilmiah
8. Menjaga kepercayaan dengan mengelola
Profesionalisme dapat mengembangkan
efektifitas personal dan profesional serta
meningkatkan kepuasan bekerja. Menyikapi hal
tersebut seorang dokter perlu melakukan strategi
untuk dapat menjaga profesionalismenya. dengan
melakukan Continuing Professional Development
(CPD). (4)
2.3. Continuing Professional Development (CPD)
CPD sebagai domain yang luas dari
profesionalisme merupakan sebuah konsep yang luas
mengacu pada pengembangan berkelanjutan dari
sejumlah kompetensi yang melekat dalam praktek
medis.(9) CPD juga didefinisikan sebagai proses
dinamis yang dilakukan seorang profesional untuk
meningkatkan kompetensinya terhadap kegiatan
profesionalismenya. CPD dapat berupa sekumpulan
kompetensi belajar yang digunakan seorang klinisi
untuk melakukan refleksi dan belajar dari
pengalaman praktik mereka.(1)
Pelaksanaan CPD berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan praktik kedokteran,
sekaligus menjadikan dokter semakin profesional
sesuai dengan harkat dan martabat serta kehormatan
profesinya dalam rangka memenuhi harapan
kemanusiaan, masyarakat, dan bangsa.
CPD menunjuk periode pendidikan dan
pelatihan dokter dimulai setelah selesainya
pendidikan kedokteran dasar dan pascasarjana
Kegiatan CPD jauh lebih luas dari kegiatan
Continuing Medical Education (CME). CPD
bertujuan untuk mempertahankan dan
mengembangkan kompetensi (pengetahuan,
keterampilan dan sikap) dari seorang dokter,
memenuhi perubahan kebutuhan pasien dan
perawatan kesehatan, menanggapi tantangan baru
dari perkembangan ilmiah dalam bidang kedokteran
dan memenuhi persyaratan badan perizinan.(10)
Motivasi perspektif seorang dokter untuk melakukan
CPD berasal dari tiga sumber utama: (10)
• Dorongan profesional untuk memberikan
perawatan yang optimal untuk pasien.
• Kewajiban untuk menghormati tuntutan dari
masyarakat
• Kebutuhan untuk melestarikan kepuasan kerja
dan mencegah kejenuhan
Proses melakukan CPD, terdiri dari: (4)
1. Identifikasi kebutuhan pembelajaran yang
didapat dari kesenjangan anatara keterampilan,
pengetahuan dan kemampuan
2. Mendefinisikan kebutuhan dengan menyusun
tujuan pembelajaran
3. Mencocokan rencana aktivitas yang akan
dilakukan dengan tujuan, lalu melakukan
pembelajaran
4. Mengevaluasi hasil pembelajaran dan review
aplikasinya dalam praktik kerja
Pada prinsip CPD terdapat ciri pembelajaran orang
dewasa (adult learner), yaitu : (11)
1. Belajar mandiri
2. Mengumpulkan pengetahuan dan pengalaman
3. Berorientasi pada tujuan
4. Berorientasi pada relevansi
5. Praktis
6. Menunjukkan rasa hormat
40
Kegiatan CPD merupakan dasar dalam
melakukan proses pembelajaran sepanjang hayat.
Konsil Kedokteran indonesia (KKI) dalam Standar
kedokteran Indonesai (SKDI) telah memasukkan
kemampuan pembelajaran sepanjang hayat sebagai
salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang dokter. (3) Hal ini mengharuskan setiap
institusi pendidikan dokter bertanggung jawab
mengahsilkan lulusan yang memiliki kompetensi
dan terbiasa melakukan pembelajaran sepanjang
hayat setelah mereka menyelesaikan pendidikan
formal kedokteran.
2.4. Pembelajaran sepanjang hayat
Pembelajaran sepanjang hayat merupakan
pengembangan potensi manusia melalui suatu proses
berkelanjutan. Proses yang terus menerus memicu
dan mendorong seseorang untuk memperoleh
seluruh pengetahuan, keterampilan dan pemahaman
yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya.
Kemudian menerapkan apa yang telah di pelajari
dengan rasa percaya diri, kreatif, dan menyenangkan
dalam semua peran, keadaan, dan lingkungan. (12)
Beberapa alasan yang mendorong seseorang
melakukan pembelajaran sepanjang hayat, antara
lain: kemajuan pesat teknologi pengetahuan dan
komunikasi, pergerakan informasi terus menerus
dalam masyarakat, serta meningkatnya
globalisasi.(13)
Pembelajar sepanjang hayat juga dapat
belajar melalui berbagai proses sosial dalam
keluarga, teman, dan media massa, sehingga
walaupun pembelajaran sulit, tetapi dirasakan
menyenangkan. Oleh karena itu pembelajar
sepanjang hayat yang ideal harus memiliki sikap
dibawah ini, yaitu : (14)
- Menyadari kebutuhan belajar
- Menyadari pembelajaran adalah bagian dari
kehidupan sehari- hari
- Termotivasi untuk belajar dan memiliki
keterampilan untuk belajar sepanjang hayat.
- Memiliki sejumlah keterampilan seperti
mencari informasi, menggunakan media
belajar, menggunakan berbagai sumber
pembelajaran dan dapat menetapkan tujuan
pribadi dengan cara yang realisitis.
- Efektivitas menerapkan pengetahuan yang
sudah dimiliki dan menggunakan strategi
pembelajaran yang berbeda - Efisien dalam mengevaluasi pembelajaran
sendiri
Literatur lain mengatakan, adapun
karakteristik seorang pembelajar sepanjang hayat,
yaitu : (15)
- Memiliki rasa ingin tahu (seorang yang cinta
belajar, banyak mengajukan pertanyaan untuk
memenuhi rasa ingin tahunya, berjiwa kritis
serta mampu memonitor dan mengevaluasi diri
secara komprehensif.)
- Helicopter vision (seorang yang mempunyai
pandangan yang luas dan menyadari
bagaimana suatu pengetahuan dibentuk paling
tidak pada bidang yang dipelajari serta
memahami metodologi dan keterbatasan
substansi dari bidang tersebut)
- Kemampuan mengelola informasi (mampu
mengetahui sumber-sumber pengetahuan
terbaru yang dapat digunakan dalam bidang
pembelajarannya, seperti mengevaluasi,
mengelola dan menggunakan informasi secara
konstekstual, mendapatkan informasi dan
menelaah informasi secara kritis)
- Kemampuan mengelola diri sendiri (memiliki
konsep positif terhadap diri sendiri sebagai
seorang yang memiliki kemampuan dan
mandiri),
- Memiliki keterampilan belajar (mengetahui
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dan
memilih gaya belajar yang tepat untuk dirinya).
Keterampilan pembelajaran sepanjang hayat
sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki
seorang dokter supaya dapat menjaga
profesionalismenya sepanjang karir profesionalnya.
Oleh karena itu keterampilan ini harus diajarkan dan
dilatihkan selama proses pendidikan formal
kedokteran. Dalam mengajarkan keterampilan
pembelajaran sepanjang hayat terdapat beberapa
pendekatan, yaitu self-directed and peer-assisted
learning, experiential and real-world learning,
resource-based and problem-based learning,
reflective practice and critical self-awareness serta
open learning and alternatives modes of delivery.(16)
Salah satu pendekatan adalah praktik reflektif
(reflective practice). Refleksi merupakan komponen
penting dalam pendidikan kedokteran dan salah satu
awal untuk menumbuhkan sikap mawas diri yang
diperlukan untuk menerapkan pembelajaran
sepanjang hayat.
2.5 Refleksi diri
Refleksi merupakan cara untuk melakukan
pembelajaran sepanjang hayat dan bentuk evaluasi
dalam meningkatkan kinerja seseorang. Definisi
refleksi menurut Dewey adalah suatu pemikiran
seseorang yang senantiasa aktif, persisten dan
cermat dalam menyelesaikan masalah disertai
dengan alasan yang mendukung dan kemudian
menjadi suatu kesimpulan.(17) Boud mendefinisikan
refleksi sebagai suatu kegiatan intelektual dan
afektif yang melibatkan seseorang untuk menggali
pengalaman mereka dalam rangka menuju
pemahaman dan perspektif yang baru.(17) Selanjutnya
Moon berpendapat bahwa refleksi merupakan suatu
bentuk proses mental yang digunakan untuk
mencapai tujuan atau hasil yang diharapkan
Refleksi merupakan cara untuk melakukan
pembelajaran sepanjang hayat dan bentuk evaluasi
dalam meningkatkan kinerja seseorang. Dalam
melakukan proses refleksi melibatkan perencanaan
41
(planning), pelaksanaan (doing) dan evaluasi
(review). (17)
Gambar 2.The basic three stage model of reflection
Dikutip dari kepustakaan 16
Pada tahap perencanaan (planning) disebut
sebagai tahap pemikiran. tahap ini meliputi analisis
tugas dan motivasi diri. Adapun tugas yang terlibat
dalam fase pemikiran adalah menetapkan tujuan
hasil, tujuan proses dan merencanakan strategi.
Motivasi diri meliputi kemampuan diri sendiri (self-
efficacy), hasil yang diharapkan, minat dan
berorientasi pada tujuan. Tahap kedua pelaksanaan
(doing) merupakan tahap kinerja seperti
pengendalian diri (self control), pengamatan (self
observation), dan akhirnya melakukan penilaian diri
(self evaluation). Tahap akhir siklus adalah tahap
evaluasi. Tugas yang dilibatkan adalah evaluasi pada
perencanaan, evaluasi pada proses dan kesadaran
untuk melakukan tujuan yang baru. (18)
Terdapat juga beberapa cara untuk
mengajarkan refleksi di pendidikan kedokteran,
yaitu : (7) - Mendefinisikan refleksi
- Menentukan sasaran pembelajaran dari latihan
refleksi
- Memilih metode pembelajaran yang sesuai
untuk refleks
- Menentukan apakah menggunakan pendekatan
yang terstruktur
- Membuat rencana yang berhubungan dengan
kepentingan etika dan emosional
- Membuat mekanisme untuk menindaklanjuti
rencana mahasiswa
- Menciptakan lingkungan pelajaran yang
nyaman
- Dosen mengajarkan refleksi sebelum meminta
mahasiswa membuatnya
- Memberikan umpan balik dan menindaklanjuti
- Menilai refleksi,
- Membuat hal ini menjadi panduan latihan
kurikulum dalam rangka mendorong proses
refleksi
- Refleksikan proses pengajaran refleksi
Selain itu terdapat beberapa bentuk instrumen
untuk dapat melatih kemampuan refleksi berupa : (17)
1. Reflective story telling :
Suatu bentuk refleksi berbentuk cerita yang
menyampaikan pengalaman meliputi
informasi,pendapat dan emosi. Penyajian cerita
dapat bersifat pribadi ataupun kelompok
memiliki aspek terapeutik yang memungkinkan
mahasiswauntuk melepaskan emosinya.
2. Reflective writing :
Praktik refleksi berbentuk tulisan yang
menggambarkan sebuah adegan nyata atau
khayalan, peristiwa, interaksi , memori, makna
dari suatu kejadian, emosi atau situasi dalam
hidupnya. Refleksi writing terdapat beberapa
bentuk :
a. Reflective logbook
b. Reflective journal/diary
c. Personal development plan
d. Portfolio
Selain menggunakan praktik refleksi,
kegiatan CPD menggunakan berbagai format
pendidikan dan metode penyampaian lain yaitu
program self-assessment. Dalam melakukan CME,
seorang dokter perlu melakukan self assessment
terlebih dahulu untuk mengevaluasi pemahaman
kekurangan dan kekuatannya untuk memperbaiki
diri.(19)
2.6. Self assessment
Self assessment merupakan penilaian
mahasiswa terhadap kualitas pembelajarannya,
berdasarkan pada bukti dan kriteria tertentu dengan
tujuan meningkatkan pembelajaran kedepannya. (19)Self assessment dapat juga diartikan sebagai
suatu cara yang potensial karena memberi dampak
terhadap performa mahasiswa dengan cara
meningkatkan kemampuan diri dan motivasi internal
mahasiswa.(19)
Tahapan yang dilakukan untuk melakukan self
assessment di pendidikan kedokteran: (20)
1. Membuat kriteria.
Kriteria yang akan dipakai untuk menilai
performa mahasiswa ini dibuat dengan
melibatkan mahasiswa. Hal ini akan
meningkatkan kepuasan dan komitmen
mahasiswa untuk mencapai goal yang ia susun
bersama dosen. Selian itu perlu diinformasikan
melalui diskusi bersama mahasiswa bagian-
bagian kriteria mana yang memiliki tingkat
kesulitan pencapaian rendah, sedang ataupun
tinggi. Sehingga akan menentukan strategi
pembelajaran mahasiswa. Kriteria ini
ditetapkan dengan menggunakan daftar tilik.
2. Menilai fakta berdasarkan kriteria
3. Langkah selanjutnya adalah mengajarkan
bagaimana mengaplikasikan kriteria tersebut
terhadap pekerjaan mereka. Jika mahasiswa
tidak dilibatkan dalam penyusunan kriteria,
maka mahasiswa perlu diberi contoh konkrit
apa yang dimaksudkan dalam kriteria.
4. Memberikan umpan balik
Umpan balik dapat diberikan berdasarkan hasil
penilaian yang dilakukan mahasiswa, rekannya
42
serta dosen. Sehingga akan melatih akurasi dari
self-evaluation yang mereka lakuan.
5. Mengembangkan productive goals dan action
plans
Langkah ini merupakan bagian tersulit untuk
dapat membantu mahasiswa menerjemahkan
hasil self-evaluation nya untuk menghasilkan
perencanaan perbaikan ataupun productive
goals
Self-assessment sangat berhubungan erat
dengan refleksi. Kemampuan melakukan self-
assessment yang efektif membutuhkan kemampuan
refleksi yang kritis. Agar refleksi menjadi efektif,
maka dibutuhkan kemampuan self-assessment yang
baik. Bentuk instrumen yang merupakan bagian dari
refleksi dan self assessment adalah portofolio
2.7 Portfolio
Portfolio merupakan kumpulan bukti
pekerjaan mahasiswa yang menunjukan suatu
kompetensi pengetahuan, keterampilan, sikap dan
perkembangan profesional melalui proses refleksi
selama rentang waktu tertentu .(21)
Dikenal dua bentuk pengembangan portfolio, yaitu (21)
1. Portfolio sebagai proses (Portfolio as process)
- Self – assessment
- Collaborative assessment
- Documentation progression of personal
and professional development
2. Portfolio sebagai hasil (Portfolio as product) (22)
- Representative collection
- Dokumentasi upaya mahasiswa
- Alat komunikasi pengembangan profesional
peserta didik dan mentor.
Beberapa model struktur portofolio : (22)
1. Shopping trolley : segala sesuatu yang telah
dilakukan mahasiswa selama pelatihan
2. Toast rack : sejumlah slot yang harus diisi pada
setiap modul
3. Cake mix : mengintegrasikan materi yg
memberikan bukti pencapaian hasil belajar
4. Spinal collum : mengumpulkan bukti untuk
menunjukkan penguasaan serangkaian
kompetensi
Adapun konten portfolio dapat dibagai pada
berbagai tingkatan dalam pendidikan kedokteran. (21)
- Pada tahap undergraduate portfolios berupa
hasil workplace-based assessment, nilai ujian,
laporan kasus, daftar tilik prosedur
keterampilan, rekaman video konsultasi,
laporan proyek penelitian, publikasi hasil kerja,
bukti pencapaian lain (sertifikat seminar) dan
bahan hasil refleksi
- Pada tahap postgraduate portfolios, konten
berisi : critical insident reports dari
pengalaman dengan pasien, refleksi kesulitan
dan keberhasilan selama periode pelatihan
- Pada tingkat Continuing education portfolio
adalah sebagai bukti kegiatan, analisis data
praktik, data observasi teman sejawat, logbook,
data investigasi, diari reflektif, sertifikat
akreditasi dan umpan balik pasien
Terdapat beberapa kegunaan portofolio (21)
1. Learning portfolio
- Penekanan pada proses mawas diri, refleksi
dan pembelajaran melalui portfolio
- Meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan mahasiswa dalam
mengintegrasikan teori dengan praktek
2. Assesment portfolio
- Dapat melihat pencapaian learning outcome
- Menilai area yang sulit dinilai oleh metode
penilaian traditional (sikap, performa,
perkembangan pembelajaran )
- Penilaian sumatif dan formatif
3. Certification and re-certification
- Memberi kesempatan bagi pengajar untuk
menilai diri sendiri dan mendapatkan
umpan balik pada kegiatan mereka dari
peserta didik
- Dukungan institusi dan komitmen adalah
kriteria keberhasilan
4. Career advancement
- mewakili pilihan positif pada
pengembangan karir
- memberikan catatan karir dan bukti atribut
professional
5. Evaluation
- mengevaluasi program pendidikan dan
efektifitas belajar mengajar
6. Continuing Professional development (CPD)
Langkah penilaian dalam portfolio meliputi
mengumpulkan bukti-bukti pencapaian tujuan
pembelajaran, refleksi pembelajaran, evaluasi data,
mempertahankan portfolio, dan penentuan penilaian.
DISKUSI
Sebagai salah satu fakultas kedokteran yang
memakai kurikulum berbasis kompetensi (KBK),
FK UISU hanya menerapkan log book sebagai salah
satu keterampilan yang menunjang Continuing
professional development (CPD) di tahap pendidikan
klinik. Namun kompetensi pembelajaran sepanjang
hayat telah dipetakan pada semua modul dalam
pendidikan sarjana kedokteran FK UISU.
Penggunaan portfolio dalam pendidikan
kedokteran telah banyak dijelaskan dan dibahas
sebagai alat penting untuk mempromosikan praktik
reflektif dan melanjutkan pengembangan
profesional. Namun penerapan portfolio masih
43
jarang dilakukan. Penerapan portofolio merupakan
salah satu inovasi pendidikan yang akan dilakukan
dilakukan di FK UISU.
Dalam penerapannya, sebelum diterapkan
pada tingkat mahasiswa preklinik maupun klinik,
terlebih dahulu diterapkan pada staf pengajar
sebagai salah satu bentuk CPD. Adapun bentuk
konten yang akan dilakukan adalah bentuk konten
pada tahap continuing education portfolio.
Sebagai langkah awal adalah diberikan
pengenalan awal mengenai portfolio sebagai sebuah
instrumen dengan beberapa kegunaannya. Selain itu
akan dilatihkan sejumlah keterampilan pembelajaran
sepanjang hayat, refleksi diri dan self assessment
sebagai bagian dari pengembangan portfolio.
KESIMPULAN DAN SARAN
Continuing professional development
merupakan suatu aktivitas pendidikan yang dapat
menjaga, mengembangkan, dan meningkatkan
pengetahuan, pemecahan masalah, tehnik
keterampilan atau standar performa profesional
seorang profesional dengan maksud untuk
meningkatkan profesionalismenya.
Salah satu instrumen yang dapat menilai
kegiatan CPD adalah portfolio. Portfolio merupakan
alat untuk memberikan bukti pengembangan
profesional sebagai sarana pribadi dan publik yang
menunjukkan pertumbuhan profesional. Juga
merupakan dokumentasi efektivitas profesional dan
memfasilitasi refleksi sebaga identifikasi kebutuhan
pembelajaran.
Penerapannya di FK UISU dimulai dari staf
pengajar dan selanjutnya pada mahasiswa tahap
preklinik dan klinik. Untuk itu perlu dilakukan
serangkaian pelatihan untuk staf pengajar yang
menunjang langkah tersebut agar dapat terlaksana
lebih baik dan sistematik.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell C, Silver I. et al. Competency-based
continuing professional development.
Medical Teacher 2010; 32: pp. 657-662
Miller S . Et all, Continuing Medical Education,
profesional development,and requirement for
medical licensure: A white paper of the
Conjoint Committee on Continuing Medical
Education. Journal of Continuing Education
in the health Professions, 2008; 28(2):pp. 95-
98
Konsil kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi
Dokter Indonesia. Jakarta: 2006
Jenkins F, Jones R. Developing the Allied Health
Professional. Radcliff pub:UK, 2006
Noor, Idris H.M.Sebuah tinjauan teoritis tentang
inovasi pendidikan di Indonesia.[Online].
Available at http://www. pdk.go.id.
balitbang/ publikasi/jurnal/no 26/ Tinjauan
teoritis idris. (Accessed 20 desember 2012)
Driesen E., et all Portfolio in medical education:
why do they meet with mixed success? A
systematic review. Medical Education, 2007;
41: pp. 1224-1233
Departemen Pendidikan nasional. Kamus besar
bahasa indonesia, edisi ketiga, Balai Pustaka,
Jakarta.2001
Mc Donagh D. Medical Professional.[Online]
Northeast Florida Medicine Supplements.
2008; pp. 6-7. Available at . DCMS online.
Org [Accessed 19 desember 2012]
Sethurahman K.R. Professionalism in Medicine
Regional Health Forum.2006;10(1):pp.i10
Karle H. Adam O. Bajaj J. Continuing Professional
Development (CPD) of Medical Doctors
WFME Global Standards for Quality
Improvement. WFME Office: University of
Copenhagen· Denmark· 2003
Anwar A. Continued professional development-
learning in practice Pakistan Arned Forces
Medical Jurnal. 2011;2.
Hojat M, Nasca T, Erdmann JB, Frisby AJ,Veloski
JJ, Gonnela JS. An operational measure of
physician lifelong learning : Its development,
components and preliminary psychometric
data. Medical Teacher. 2003; 25(4): pp. 433-
437
Silverwood V, Swift C, Peters S, Whitehurt J,
Brigden D, Higgins A. Medical students and
lifelong learning: The journey starts here!
MEDEV. Newcastle University[Online].
2012. Available from: http// www. medev.
ac. uk/ newsletter/ article/ 272 (Accessed 3rd
November 2012)
Xhignesse M. “Am i a good lifelong learner ?” The
canadian Journal of CME. 2003; pp.1-2
Candy PC, Crebert GC, O’leary J. Developing
Lifelong Learners through Undergraduate
Education. Canberra: Australian Government
Publishing Service;1994
Whittle SR, Murdoch-eaton DG. Lifelong learning
skills: How experienced are students when
they enter medical school?. Medical Teacher.
2000; 22[2]: pp. 576-578
Sandars J. The use of reflection in medical education
: AMEE Guide No. 44. Medical Teacher,
2009;31: pp. 685-95
Abrani PC, Wade CA, Pillay V, Aslan O, Bures EM,
Bentle C, Encouraging self regulated learning
through electronic portfolio. Canadian journal
of learning and technology (Online). 2008; 34
(3). Available from: http// www .ccl. -
cca.ca/.../Abrami final
ReportSL2006.html.(Accessed 3rd October
2012)
Ross, J, The reliability, validity, and utility self
assessment: Practical Assessment, Research
& Evaluation. 2006;11(10):1-13
44
Rolheiser C, Ross JA. Student self evaluation :what
research says and what practice shows:
centre of development and learning (online).
Avalilable at : http:// www. cdl.org/resource-
library/articles/self_eval.php (accessed 11
December 2011)
Davis MH, Ponnaperuma. Portofolios, dissertasion
and projcet. In Dent JA, Harden RM. A
practical guide for medical teacher. 3rd ed.
Elsevier:UK.2009. pp349-50
Pitts J, Portfolio, personal development and
reflective practise, ASME Medical
Education, Edibnburg, 2007