membaca i hakekat membaca -...
TRANSCRIPT
• Membaca I
HAKEKAT MEMBACA
Drs.Kholid A.Harras
Pendahuluan
Membaca menduduki posisi serta peran yang sangat penting dalam konteks kehidupan umat manusia, terlebih pada era informasi dan komunikasi seperti sekarang ini. Membaca juaga merupakan sebuah jembatan bagi siapa saja dan di mana saja yang berkeinginan merih kemajuan dan kesuksesan, baik di lingkungan dunia persekolahan maupun di dunia pekerjaan. Oleh karena itu para pakar sepakat bahwa kemahiran membaca membaca (reading literacy) merupakan conditio sine quanon (prsayarat mutlak) bagi setiap insan yang ingin beroleh kemajuan. Meskipun demikian untuk memperoleh kemahiran membaca yang layak bukanlah perkara yang gampang. Mengapa demikian? Salah satu jawabannya karena faktor-faktor yang melingkupinya sangat kompleks. Atau dengan perkataan lain banyak hal yang mempengaruhi terwujudnya salah satu aspek keterampilan berbahasa tersebut. Apa sesungguhnya peranan membaca dalam kehidupan itu? Apa pengertian dan hakikat membaca itu? Unsur-unsur apa saja yang terlibat dalam setiap kegiatan atau proses membaca itu? Kemudian faktor-faktor apa yang mempengaruhi kemampuan membaca seseorang? Serta bagaimana supaya meningkatkan minat baca kepada para siswa kita. Lewat modul 1 ini kita akan mencoba membongkar seputar persoalan tersebut. Dengan demikian setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas seputar hal-ihwal membaca sebagaimana dikemukakan diatas. Secara lebih rinci yakni Anda diharapkan dapat: 1. menjelaskan peranan, pengertian dan proses membaca,
2. menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca,
3. menjelaskan upaya meningkatkan minat baca.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam mepelajari modul ini Anda disarankan untuk memulai membaca setiap konsep, definisi, uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar. Jika anda menemukan kata atau istilah-istilah yang sulit silahkan Anda buka bagian glosarium. Jika Anda telah memahami bagian tersebut, kerjakan bagian latihan dengan penuh kesungguhan. Usahakan anda jangan dulu melihat rambu-rambu jawaban sebelum Anda kerjakan selurun bagian latihan tersebut. Jika Anda belum berhasil menjawab dengan benar semua soal latihan perhatikan baik-baik sekali lagi petunjuk jawaban latihan. Jika Anda menganggap perlu, silahkan baca kembali konsep, uraian dan contoh sehubungan jawaban latihan ini. Akan tetapi jika Anda telah berhasil menjawab sebagian besar soal latihan tersebut silahkan Anda lanjutkan mengerjakan tes formatif.
• Membaca I
Dalam mengerjakan tes formatif sebaiknya Anda jawab dahulu semua soal yang ada, baru kemudian Anda mencocokannya dengan kunci jawabannya. Sebelum Anda beralih pada kegiatan belajar selanjutnya Anda harus merasa yakin bahwa Anda telah berhasil memahami seluruh isi kegiatan belajar yang sudah Anda pelajari tersebut serta seluruh latihan-latihannya. Yang perlu Anda catat, bahwa model soal-soal tes formatif yang terdapat dalam setiap kegiatan belajar akan sama dengan model soal-soal yang terdapat pada ujian akhir semester (UAS) mata kuliah ini. Dengan demikian bila Anda sudah terbiasa mengerjakan tes formatif yang terdapat dalam setiap kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya maka Anda akan mempunyai modal yang cukup besar saat menghadapi UAS nanti.
• Membaca I
1 PERANAN, PENGERTIAN DAN PROSES MEMBACA
Peranan Membaca Bahwa membaca memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia tampaknya sudah kita pahami bersama. Meskipun demikian untuk memberikan wawasan serta perspektif yang lebih luas kepada Anda mari kita simak cerita berikut ini. Dalam sebuah kesempatan Prof. Leo fay (1980) mantan presiden IRA (International Reading Asociation) pernah meyakinkan para koleganya dengan sebuah kalimat yang berbunyi, To read is to possess a power for transcending whatever physical human can muster. Kemudian Hartoonian salah seorang politikus AS diwawancarai oleh seorang wartawan ihwal apa yang harus dilakukan bangsa Amerika untuk mempertahankan supremasinya sebagai negara adidaya yang disegani oleh bangsa-bangsa lain di kolong langit ini. Hartoonian menjawab, If me want to be a super power we must have individuals with much higher levels of literacy (jika kita menginginkan menjadi bangsa adidaya kita harus memiliki lebih banyak lagi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam hal litearsi (baca-tulis). Berlebihankah ucapan Leo Fay dan Hartoonian tersebut? Sebagian orang boleh jadi akan menganggapnya demikian. Mungkin mereka akan bertanya apa hubungan membaca dengan kedigjayaan suatu bangsa atau kualitas seorang manusia? Namun hika kita kaji masalah tersebut secara mendalam sesungguhnya ucapan keduanya sangatlah realistis. Mengapa? Sebab bagi masyarakat yang hidup dalam babakan pasca industri, atau yang lazim disebut era sumber daya manusia, atau erasibernatika seperti sekarang ini, kemahiran membaca dan menulis atau yang lazim disebut literacy memang telah dirasakan sebagai conditio sine quanon alias prasyarat mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sebagai sebuah bukti, konon para ahli ekonomi telah membuat prakiraan bahwa kehidupan perekonomian mendatang akan menemukan sumber kekuatannya pada kegiatan-kegiatan yang bertalian dengan suatu sumber daya yang hanya ada pada manusia, yakni daya nalarnya. Sebab daya nalar tersebut merupakan sumber utama yang dimiliki oleh manusia untuk berkreasi dan beradaptasi agar mereka mampu memacu kehidupan dalam jaman teknologi yang semakin canggih dan berkembang ini. Nalar manusia hanya akan berkembang secara maksimal jika ia diasah melalui pendidikan. Dan jantung dari pendidikan adalah kegiatan berliterasi atau kegiatan baca tulis. Dengan demikian dalam konteks perekonomian era pasca industri mendatang, di mana sumber daya manusia (human resources) merupakan tiang penyangga utamanya, kemahiran baca tulis yanglayak merupakan prasyarat mutlak bagi siapa saja dan bangsa mana saja yang memimpin kemajuan dan kejayaan. Tanpa adanya kemahiran tersebut, betapa kaya rayanya sumber daya alam (nature resources) yang dimiliki oleh suatu bangsa misalnya hal itu akan sulit mengangkat
• Membaca I
derajat bangsa tersebut ke pentas percaturan dunia serta dapat diperhitungkan oleh bagnsa-bangsa lain. Kalau kita rajin membolak-balik buku-buku sejarah mengenai pasang surut perjalanan peradaban bangsa-bangsa di dunia ini sesungguhnya penjelasan Leo Fay serta Hartoonian diatas bukan hal yang luar biasa. Hampir semua fakta sejarah membuktikan bahwasannya tidak ada bangsa manapun di dunia ini yang berhasil mencapai puncak-puncak kebudayaannya yang tidak ditopang oleh budaya literasi masyarakatnya. Contoh yang paling actual mengenai fenomena tersebut yakni bangsa Jepang. Sebelum bangsa Jepang melakukan gerakan Restorasi Meiji, di mana mereka melakukan terjemahan besar-besaran terhadap buku-buku ilmu pengetahuan dan teknologi dan mengupayakan budaya baca-tulis kepada masyarakatnya pada sekitar paruh abad ke-18, bangsa Jepang hampir tidak pernah memperhitungkan keberadaannya oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini. Tetapi setelah mereka melakukan gerakan tersebut dan masyarakat telah memiliki tingkat literasi yang merata hanya dalam tempo kurang dari satu abad bangsa Jepang akhirnya muncul sebagai salah satu kekuatan baru yang sangat diperhitungkan keberadaannya sekaligus disegani oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini. Atau sebagian orang menyebutnya Jepang merupakan negara Asia Timur yang menjadi catur (pembicaraan-red) dunia. Ihwal peran literasi sebagai penopang utama kemajuan umat manusia tersebut juga disitir oleh para pakar antropologi budaya. Mereka mengatakan bahwa budaya literasi merupakan sesuatu yang memegang peranan penting dalam merentas kemajuan penghidupan dan ketinggian kebudayaan umat manusia. Oleh karena itu untu mengukur sejauh mana ketinggian peradaban suatu bangsa kita dapat kita dapat melihatnya dari sejauh mana bangsa tersebut pernah mengalami persentuhan dengan aktivitas litersi atau kegiatan baca-tulisnya. Atau tegasnya untuk melihat apakah bangsa itu telah memiliki peradaban yang tinggi, sedang atau primitif kita dapat melihatnya dari aktivitas literasi (baca-tulis) yang dilakukan oleh bangsa tersebut. Semakin tinggi aktivitas literasi suatu bangsa maka secara hipotesis akan semakin tinggi pula tingkat peradaban bangsa tersebut. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah aktivitas literasinya maka akan semakin rendah pula tingkat peradaban mereka. Roijakers (1980), salah seorang pakar pendidikan, mengaitkan peranan litersi dengan pengembangan karier seseorang. Menurutnya hanya melalui kegiatan berlitersi yang layaklah orang akan dapat mengembangkan diri dalam bidangnya masing-masing secara maksimal serta akan selalu dapat mengikuti perkembangan baru yang terjadi. Dengan perkataan lain kedudukan kemahiran berliterasi pada abad informasi seperti sekarang ini sesungguhnya serta kesejahteraan penghidupannya. Dalam tulisannya Membaca Cepat Menjawab Tantangan Abad Informasi (1987), Soedarso, menyatakan bahwasanya dengan gencarnya arus informasi seperti sekarang ini tuntutan untuk membaca akan semakin besar pula. Padahal waktu yang tersedia akan semakin terbatas. Oleh karena jika pada zaman ini orang tidak memiliki kemahiran membaca yang layak maka dirinya akan mudah terombang-
• Membaca I
ambingkan, bahkan akan tergilas oleh arus informasi tersebut. Ahmadsslamet Harjasujana (1988) juga menyinggung ihwal peran kemahiran membaca ini sebagai prasyarat bagi bangsa Indonesia untuk dapat mewujudkan cita-cita kemerdekaannya. Secara lengkap beliau berujar, Jika kita memimpikan Nusantara ini sebagai negara kerta raharja, gemah ripah repah rapih, baldatun toyyibatun wa robbun ghafur, maka rakyat Nusantara dituntut untuk menjadi masyarkat yang literal, yakni masyarakat yang menjadikan aktivitas baca-tulis sebagai bagian dari budaya hidupnya. Mengapa? Karena keterampilan membaca merupakan katalisator atau penghantar yang sangat ampuh untuk mendayagunakan sumberdaya manusia Indoensia yang jumlahnya demikian dahsyat, yang kini belum dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dalam dunia pendidikan kemahiran berliterasi juga merupakan hal yang sangat fundamental. Mengapa demikian? Sebab selain semua proses belajar sesungguhnya didasarkan atas kegiatan membaca dan menulis juga hanya dengan melalui kegiatan literasi membaca dan menuliskan kita dapat menjelajahi luasnya dunia ilmu yang terhampar luas dari berbagai penjuru dunia dan dari berbagai babakan jaman. Menurut William D. Baker bahwa 85% kegiatan belajar di perguruan tinggin meliputi membaca. Dengan perkataan lain, kemahiran baca-tulis merupakan batu loncatan bagi kebersilan seorang di sekolah dan dalam kehidupan selanjutnya di masyarakat. Mengomentari betapa pentingnya kaitan antara literasi dengan dunia persekolahan tersebut, secara tamsil Andre Morois, salah seorang sastrawan terkenal asal Perancis mengatakan bahwa pada hakekatnya salah satu tugas atau misi penting kehadiran dunia persekolahan dari mulai SD hingga PT/universitas yakni mengantarkan para peserta didiknya agar kelak mereka mampu “membuka pintu perpustakaan” sendiri alias manusia yang mencetak manusia-manusia yang berkebudayaan literasi (baca-tulis). Dan jika dunia sekolah tidak mampu merealisasikan misi tersebut, ujar Moris, maka proses bersekolah pada dasarnya boleh dianggap sebagai hal yang mubazir atau sia-sia. Ihwal peran mebaca dalam konteks dunia pendidikan ini marilah kita simak salah satu bagian lain dari pidato pengukuhan guru besar Prof. Ahmadslamet Harjasujana: “Tujuan Pendidikan Nasional yang telah ditetapkan oleh MPR dan kemudian dituangkan dalam GBHN kita itu sesungguhnya hanya akan tercapai jika masyarakat Indoensia telah berliteral. Sebab hanya masyarakat yang memiliki kebudayaan literatlah atau masyarkat yang melek wacana, yang akan sanggup menyerap dan menganalisis, kemudian membuat sintesis dan evaluasi tentang informasi yang tercetak sebelum dirinya mengambil keputusan menurut kemampuan nalar dan intuisinya. Hanya masyarakat yang literatlah yang mampu menjadi masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi perkerti luhur, berkepribadian, bekerja keras dan berkualitas, tangguh dan bertanggungjawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohaninya”. Kemudian dalam bagian lain dari pidatonya beliau juga menyatakan:
• Membaca I
“Sehubungan hal itu maka program-program pendidikan guru seyogyanya diperpanjang waktunya dan ditingkatkan kualitasnya. Guru yang dapat memberikan bantuan yang tepat dan efektif kepada para siswa yang ditugasi membaca materi untuk bidang studi yang khusus ialahpara guru bidang studi itu sendiri. Oleh karena itu seyogyanya para guru bidang studi perlu membekali diri dengan berbagai kompetensi pengajaran membaca yang relevan jika mereka benar-benar menghendaki anak-anak didik mencapai prestasi yang diharapkan. Itu berarti mata kuliah keterampilan membaca perlu diajarkan kepada seluruh mahasiswa calon guru”. Pengertian dan Proses Membaca Apa yang dimaksud dengan membaca? Jawaban atas pertanyaan tersebut akan sangat luas dan beragam, bergantung dari sudut mana kita hendak meninjaunya. Para pakar hingga saat ini umumnya masih memberikan batasan yang berbeda-beda. Seperti diakui oleh William (1984:2), hingga saat ini menurutnya para pakar masih bersilang pendapat dalam memberikan definisi membaca yang benar-benar akurat. Meskipun demikian menurutnya ada satu yang disepakati oleh seluruh pakar ihwal membaca, yakni bahwasannya unsur yang harus ada dalamsetiap kegiatan membaca yakni pemahaman (understanding). Sebab kegiatan membaca yang tidak disertai dengan pemahaman bukanlah kegiatan membaca. Anderson (1972:209) secara singkat dan sederhana mencoba mendefinisikan embaca sebagai proses kegiatan mencocokan huruf atau melafalkan lambing-lambang bahasa tulis atau reading is a recording and decoding process. Tetapkah pengertian membaca seperti itu? Jawabannya bisa ya bisa juga tidak. Bagi Budi yang masih duduk dikelas 1 SD misalnya, pengertian membaca semacam itu sudah bisa dikatakan tepat. Alasannya karena ketika dia melakukankegiatan membaca dia hanya terbtas mengemukakan atau membunyikan rangkaian lambang-lambang bahasa tulis yang dilihatnya; dari huruf menjadi kata, kemudian menjadi frasa, kalimat dan seterusnya. Perkara apakah dirinya mengerti atau tidak arti atau makna dari seluruh rangkaian lambang-lambang bahasa tulis tersebut tidak begitu menjadi persoalan benar. Kegiatan membaca semacam itu tentunya merupakan level yang paling rendah. Selain itu pengertian tersebut mengisyaratkan seakan-akan proses membaca merupakan proses yang pasif belaka. Bagi anak-anak SD kelas 2 keatas pengertian membaca sebagaimana disebutkan oleh Anderson di atas tentunya sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Sebab tuntutan pada level mereka ketika mereka melakukan kegiatan proses membaca adalah pemahaman. Atau dengan perkataan lain saat mereka harus dapat memahami maksud atau tujuan arti lambang-lambang bunyi bahasa tulis yang dibacanya. Oleh karena itu Finnochiaro dan Bonomo (1973:119) mencoba mendefinisikan membaca sebagai proses memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa tulis (reading is bringing meaning to and getting meaning from printed or witten material).
• Membaca I
Kedua jenis kegiatan membaca tersebut oleh para pakar membaca umumnya digolongkan sebagai kegiatan membaca literal. Artinya, pembaca hanya menangkap informasi yang tercetak secara literal (tampak jelas) dalam bacaan atau informasi yang ada dalam baris-baris bacaan (reading the lines). Pembuka tidak lagi menangkap makna yang lebih dalam lagi yaitu makna di balik baris-baris tersebut. Membaca semacam ini masih mencerminkan sebagai kegiatan yang pasif. Pengertian membaca yang sebagaimana diaktakan oleh Finnochiaro dan Banomo di atas untuk anak-anak SLTP ke atas tampaknya sudah tidak tepat lagi. Mengapa demikian? Jawabannya karena bagi mereka ketika membaca bukan hanya dituntut untuk memahami informasi-informasi yang tersurat saja tapi juga yang tersirat. Atau sebagaimana dikatakan oleh Goodman (1967:127) bahwa ketika seseorang membaca bukan hanya sekedar menuntut kemampuan mengambil dan memetik makna dari materi yang tercetak melainkan juga menuntut kemampuan menyusun konteks yang tersedia guna membentuk makna. Oleh karena itu membaca dapat kita definisikan sebagai kegiatan memetik makna atau pengertian bukan hanya dari deretan kata yang tersurat saja (reading the lines), melainkan juga makna yang terdapat di antara baris (reading between the lines), bahkan juga makna yang terdapat dibalik deretan baris tersebut (reading beyond the lines). Dalam kajian membaca jenis membaca semacam ini digolongkan kedalam membaca kritis serta membaca kreatif. Selain itu dalam prosesnya kegiatan membaca ini juga tidak lagi pasif melainkan sebagai proses yang aktif. Dengan demikian dalam tataran yang lebih tinggi membaca bukan hanya sekedar memahami lambing-lambang bahasa tulis belaka melainkan pula berusaha memahami, menerima, menolak, membandingkan dan meyakini pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh si pengarang. Oleh karena itu Thorndike mengatakan bahwa proses membaca itu tak ubahnya dengan proses ketika seseorang sedang berpikir atau bernalar (reading as thinking or reading as reasoning). Dengan perkataan lain membaca merupakan proses yang menuntut pembaca melakukan pertukaran ide dengan penulis melalui teks. Atas dasar pijakan tersebut Ahmadslamet Harjasujana (1987:36) mengatakan bahwa membaca dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan komunikasiu interaktif yang memberi kesempatan kepada pembaca dan penulis untuk membawa latar belakang, dan hasrat masing-masing. Sekali lagi pengertian atau definisi membaca itu banyak sekali ragamnya. Oleh karena yang penting bagi kita bukan menghafalkan aneka definisi-definisi tersebut. Yang lebih penting bagi kita ialah memahami alasan-alasan yang melatarbelakangi dari definisi-definisi mereka itu. Kemudian membaca bukanlah merupakan proses yang pasif melainkan aktif. Artinya seorang pembaca harus dengan aktif berusaha menangkap isi bacaan yang dibacanya tidak boleh hanya menerimanya saja. Oleh karena itu seorang pakar bahasa mengibaratkan proses membaca itu bagaikan proses menangkap bola dalam sebuah permainan bola basket, dan bukannya proses menerimanya bingkisan lebaran misalnya.
• Membaca I
Sebagaimana kita maklumi seorang pemain basket yang baik harus berusaha memperhatikan gerakan-gerakan bola yang lemparkan, baik oleh kawan maupun lawan main. Terkadang dia harus lompat kanan lompat kiri untuk dapat menangkap. Bola akan akan tertangkap dengan baik kemudian menggiring dan memasukannya ke dalam keranjang basket. Begitu pula halnya dengan kegiatan membaca. Pembaca harus berusaha menangkap pesan yang terdapat dalam bacaannya secar aktif, setelah itu memahami lebih lanjut isi yang terdapat di dalamnya, dan kalau perlu mengomentarinya. Jadi tidak begitu saja menerima seluruh pesan yang disampaikan seperti halnya saat menerima bingkisan lebaran tadi. Selanjutnya proses membaca juga tidak selamanya identik dengan proses mengingat. Membaca bukan harus hafal kata demi kata atau kalimat demi kalimat yang terdapat dalam bacaan. Yang lebih penting ialah menangkap pesan atau ide pokok bacaan dengan baik. a. Membaca sebagai suatu proses psikologis
Yang dimaksud dengan membaca sebagai proses psikologis yakni bahwasannya kesiapan dan kemampuan membaca seseorang itu dipengaruhi serta berkaitan erat dengan faktor-faktor yang bersifat psikis seperti motivasi, minat, latar belakang sosial ekonomi, serta oleh tingkat perkembangan dirinya, seperti intelegensi dan usia mental (mental age). b. Membaca sebagai proses sensoris
Membaca itu pada awalnya merupakan proses sensoris, yakni dimulai dari melihat (bagi mereka yang matanya normal) atau meraba (bagi mereka yang tuna netra). Stimulus masuk lewat indera penglihatan, mata. Pada tingkat awal anak-anak menunjukkan kemampuan yang secara umum sekali disebut membaca. Para saat permulaan itu anak mulai sadar bahwa tanda lambang-lambang tersebut itu dirangkai-rangkaikan maka akan tersusunlah suatu pembicaraan. Kapankah anak-anak telah memiliki kesiapan penglihatan untuk memulai membaca buku? Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya anak mempunyai kesiapan penglihatan untuk membaca pada usia 5-6 tahun. Pada usia tersebut anak dianggap telah memiliki kompetensi koordinasi binakular, persepsi yang dalam pemfokusan pengaturan dan pengubahan perasaan secara bebas. Akan tetapi pada usia tersebut karena anak merupakan pribadi-pribadi dengan pola kepribadian yang berbeda dalam pertumbuhan dan perkemvanannya kita harus memiliki pengetahuan-pengetahuan yang layak tentang hal-hal yang pantas diperhatikan. Kelemahan penglihatan yang umum diderita anak-anak ialah kekeliruan kesipian (refrective eror), yakni kondisi mata yang tidak dapat terpusat. Salah satu jenis keliru sipi itu adalah hipermetropia, atau pandangan jauh. Untuk mengetahui kelemahan tersebut sekolah harus menyediakan alat uji penglihatan. Hal lain untuk mengatasi hal ini ialah dengan jalan membawa para siswa secara teratur ke poliklinik terdapat untuk diperiksa kesehatan matanya. Guru yang baik tidak akan memberi tugas kepada anak-anak menderita penglihatan semacam ini untuk
• Membaca I
membaca benda-benda yang terlalu dekat atau menyuruhnya membaca dalam waktu yang terlalu lama secara terus-menerus. Jenis sipi yang kedua ialah myopia atau pandangan dekat. Penderita myopia tidak sebanyak hipermetropia pada permulaan pengajaran membaca dan akibat yang ditimbulkannya pun tidaklah begitu parah. Sedangkan eror refraktif ketiga ialah astigmatisme. Penderita cacat penglihatan ini mempunyai jarak pandang yang tidak sama untuk kedua bola matanya. Boleh jadi salah satu bola matanya menderita miopi sedangkan bola mata satu laginya menderita hipermetropik. Meskipun penyakit-penyakit tersebut tidak pernah dimasukan ke dalam faktor yang ikut serta menimbulkan ketidak mampuan membaca, namun jelaslah peranannya sebagai faktor yang ikut serta menimbulkan gangguan dalam membaca serta ketidakbetahan, keteganan dan rendahnya minat untuk melakukan kegiatan membaca. Anak-anak yang merupakan pembaca pemula harus mampu mendengarkan kesamaan di antara bunyi-bunyi huruf yang terdapat dalam setiap kata, mendeteksi kata-kata yang mulai berakhir dengan bunyi yang sama, mendeteksi irama dan sejenisnya. Hal yang perlu diperhatikan oleh para guru ialah bahwa bila seorang anak kehilangan daya dengarnya namun masih mempunyai untuk belajar membaca, kemampuan mencari kompensasi, dan bahan pengajaran yang diselaraskan, dia tidak akan memenuhi kesulitan dalam penguasaan bahan bacaannya itu. Kalaupun ada kesulitan, hal tersebut tidak akan menjadi rintangan baginya. Sebaliknya seorang anak yang mempunyai cacat pendengaran yang tidak seberapa bisa saja akan menemui kegagalan dalam penguasaan bacaannya jika dia tidak memiliki motivasi yang tinggi, tidak memiliki tingkat kepercayaan diri, dan tidak mendapatkan pengajaran yang layak. c. Membaca sebagai proses perceptual
Proses perceptual dalam membaca mempunyai kaitan yang erat dengan proses sensoris. Oleh karena itu Anda harus waspada untuk tidak mempertukarkannya. Seperti halnya dalam proses sensoris, secara umum persepsi dimulai dari melihat, mendengar, mencium, mengecap, dan meraba. Namun demikian dalam proses membaca cukup hanya memperhatikan kedua hal yang pertama, yakni melihat dan mendengar. Vernon (!962) memberikan penjelasan bahwa proses perseptual dalam membaca itu terdiri atas empat bagian: 1) kesadaran akan rangsangan visual;
2) kesadaran akan persamaan pokok untuk mengadakan klasifikasi umum kata-kata;
3) klasifikasi lambing-lambang visual untuk kata-kata yang ada di dalam kelas yang
umum;
4) identifikasi kata-kata yang dilakukan dengan jalan menyebutkannya.
• Membaca I
Meskipun Vernon bermaksud memperuntukkan langkah-langkah tersebut dapat diterapkan pada persepsi auditoris. Pada umumnya orang sepakat bahwa persepsi itu mengandung stimulus asosiasi makna dan interpretasinya berdasarkan pengalaman tentang stimulus itu serta respon yang menghubungkan makna dengan stimulus atau lambing. Seperti yang pernah kita singgung, langkah pertama ialah stimulus seringkali disalah artikan sebagai keseluruhan persepsi. Kekeliruan semacam itu mudah dikenal dengan jalan mencamkan bahwa stimulus itu sendiri sesungguhnya tidak mempunyai makna. Kita tidak memperoleh makna dari lambing atau bunyi itu, tetapi kita membawa makna kepadanya. Sebagai contoh, kalau kita melihat sebuah titik hitampada selembar kertas makna titik hitam tersebut sesungguhnya tidak mempunyai makna apa-apa bagi kita. Akan tetapi jika titik hitam itu tampak di akhir deretan kata-kata yang membentuk kalimat maka ia baru mempunyai makna, yakni tanda berhenti. Jika titik hitam itu diletakkan pada sebuah peta, boleh jadi kita akan menginterpretasikannya sebagai letak sebuah kota, jika dalam konteks kode morsetitik hitam itu boleh jadi akan dimaknai sebagai huruf e atau mungkin merupakan tanda lambing vokal dalam bahasa orang Yahudi. Jadi jika kita tidak pernah dapat mengasosiasikan sebuah titik hitam itu dengan makna apapun maka titik hitam itu tidak akan pernah bermakna. Fungsi utama stimulus, sesuai dengan namanya ialah meminta. Bagian terpenting dari stimulus ialah kemampuannya mengisolasikan dan membedakan berbagai stimuli. Sebelum anak dapat merespons perbedaan antara huruf b dan d, maka ia harus terlebih dahulu mengetahui beda keduanya itu. Sebaliknya pengenalan terhadap b yang berbeda dengan d, atau bunyi /b/ yang berbeda dengan bunyi /d/ tidaklah memberikan makna apapun. Meskipun yang demikian itu merupakan persepsi, bagi anak hanyalah merupakan masukan permulaan yang mempermudah proses pengenalan dan identifikasi. Untuk mengembangkan kemampuan membacanya anak harus pula dapat memodifikasi dan menghubungkan pengalamannya dengan stimulus-stimulus yang ada dalam konteks dan lingkungan yang sedang dialaminya. Dengan kata lain pada setiap anak haruslah terjadi semacam mediasi atau pengalihan pengalaman. Persepsi itu sesungguhnya merentang di antara batas-batas daerah yang sangat luas, mulai dari daerah-daerah yang kongkret sangat nyata dan khusus hingga ke daerah-daerah yang abstrak atau tidak jelas batas-batasnya. Pada daerah itulah sebenarnya kita harus mengasah kemampuan anak-anak agar dapat menggeneralisasikan, menganalisis, menyintesis dan sebagainya. Persepsi seorang anak dalam membaca berpengaruh dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang banyak jumlahnya. Antara lain oleh kebudayaan, pengalaman, emosi, kematangan bahkan kepribadian anak yang bersakutan. Dengan demikian seyogyanyalah anak-anak sudah terlebih dahulu memiliki banyak pengalaman sebelum dirinya pertama kali mengenal huruf, kata dan kalimat dalam wacana. Semakin luas dan bervariasi pengalaman seorang anak akan semakin luas dan semakin terbuka kesempatan baginya untuk mengembangkan konsep-konsep dan
• Membaca I
memperbaiki persepsinya. Misalnya melalui kegiatan karyawisata, permainan bersama, cerita, gambar dan seterusnya. Membaca Sebagai Proses Perkembangan Membaca itu pada dasarnya merupakan suatu proses perkembangan yang terjadi sepanjang hayat seseorang. Kita tidak tahu kapan perkembangannya itu mulai dan kapan akan berakhir. Meskipun membaca itu merupakan proses perkembangan gerakannya tidaklah berada dalam jarak-jarak yang beraturan dan tidak tentu waktunya. Seorang anak bisa berdiri pada usia tujuh bulan, berjalan pada usia delapan bulan dan lari pada usia sembilan bulan. Kemampuan yang demikian teratur jaraknya itu tidak dapat kita harapkan terjadi pada setiap anak. Demikian juga untuk perkembangan kemampuan membaca, guru harus mempunyai kejelian dalam memperhatikan kemajuan setiap anak didiknya. Kemajuan kemampuan membaca pada umumnya memang bergerak tarataur, namun keistimewaan-keistimewaan tertentu bisa terjadi pada setiap anak. Masalah yang dihadapi setiap anak ada yang bersifat problematik dan ada pula yang bersifat alami; anak yang tidak dapat membaca karena belum cukup matang akan meminta kesabaran guru untuk menanti dia sampai pada tingkat kematangannya. Kesiapan anak didik itu harus dikembangkan pada setiap taraf perkembangan kemampuannya. Dan setiap perkembangan baru itu sesungguhnya merupakan kelanjutan dari perkembangan sebelumnya. Oleh karena itu untuk menjamin adanya kesiapan anak pada tingkat perkembangan yang berikutnya guru harus betul-betul menyiapkan kesiapan anak tersebut pada taraf sebelumnya. Dalam upaya mencamkan membaca sebagai proses perkembangan ada dua hal yang harus mendapat perhatian guru. Pertama, guru harus selalu sadar bahwa membaca merupakan sesuatu yang diajarkan dan bukan sesuatu yang terjadi secara insidental. Tidak ada seorang anak yang dapat membaca dengan jalan melihat orang lain membaca misalnya. Membaca juga bukanlah merupakan proses instinktif; membaca merupakan proses yang dipelajari yang pemerolehannya akan sangat bergantung dari upaya yang dilakukan dan prosedur yang dijalani. Hal kedua yang patut diperhitungkan oleh para guru ialah keyakinan bahwa membaca bukanlah suatu objek melainkan suatu proses. Guru tidak boleh memiliki pandangan mata pelajaran yang dikelolanya itu sebagai sebuah tujuan akhir, melainkan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu mata pelajarannya harus menarik dan layak. Dengan demikian membaca harus dipandang sebagai suatu alat dan bukan sebagai suatu tugas. Anak yang dapat menguasai berbagai tingkatan proses membaca akan merasakan membaca sebagai sumber pertolongan terpenting dalam menghadapi segala persoalan dalam kehidupan kesehariannya.
• Membaca I
Membaca Sebagai Proses Perkembangan Keterampilan Berbahasa Membaca merupakan salah satu dari empat komponen keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara dan menulis (Tarigan, 1980). Sebagai suatu keterampilan sebagaimana keterampilan-keterampilan lainnya, keterampilan membaca hanya akan dapat dicapai dengan baik jika disertai dengan upaya latihan yang sungguh-sungguh. Bentuk-bentuk latihan dapat dilakukan per aspek atau per komponen keterampilan tertentu atau dapat pula secara sekaligus langsung mempraktikannya. Sifat proses perkembangan keterampilan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Keterampilan tersebut bersifat objektif
Salah satu hal yang mula-mula kita sadari meneliti proses perkembangan keterampilan membaa itu ialah bahwa perkembangan keterampilan membaca itu bersifat objektif. Hal tersebut dipandang objektif karena dalam perkembangannya tidak tergantung pada materi, metode, ataupun tingkatan-tingkatan akademis. 2. Keterampilan itu mempunyai sifat berlanjut
Meskipun keterampilan itu terikat pada tingkatan kelas anak, namun kaitannya tetap tampak. Ini tidak berarti bahwa Anda harus mengajarkan konsonan awal sebelum mengajarkan konsonan akhir, tanda titik sebelum tanda tanya, atau membaca fakta sebelum membaca untuk mencari ide tama. Anak akan mampu mencari materi sumber secara mandiri setelah mereka menguasai keterampilan-keterampilan prasyarat. 3. Keterampilan itu dapat digeneralisasikan
Di samping objektif dan bertahap, keterampilan itu bersifat tergeneralisasikan. Keterampilan dasar dalam membaca dapat digeneralisasikan sehingga anak yang telah dapat menguasai keterampilan tersebut dituntut untuk dapat menerapkannya kapan saja dan di mana saja jika situasi dan kondisi menghendaki penggeneralisasian itu. Jika anak telah dapat menguasai cara memahami kata secara mandiri, maka baginya tidak akan merupakan masalah dalam memahami kata tersebut di mana pun kata tersebut diposisikan dalam sebuah tataran kalimat, baik dalam konteks ilmu matematika, fisika, kimia biologi, dan seterusnya. Latihan Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda tentang materi yang terdapat dalam kegiatan belajar ini kerjakan secara berpasangan latihan berikut ini! 1. Buktikan bahwa membaca memegang peran yang sangat penting dalam konteks
kehidupan umat manusia abad ini!
2. Hal apakah yang harus ada dari definisi membaca itu seperti yang dinyatakan
oleh William?
• Membaca I
Petunjuk Jawaban Latihan Jika Anda telah selesai, periksalah latihan Anda dengan memperhatikan rambu-rambu berikut ini! 1. Sebagai sebuah bukti, konon para ahli ekonomi telah membuat prakiraan
bahwa kehidupan perekonomian mendatang akan menemukan sumber kekuatanya
pada kegiatan-kegiatan yang bertalian dengan suatu sumber daya yang ada pada
manusia, yakni daya nalar tersebut merupakan sumber utama yang dimiliki oleh
manusia untuk berkreasi dan beradaptasi agar mereka mampu memacu kehidupan
dalam jaman teknologi yang semakin canggih dan berkembang ini. Nalar manusia
hanya dan hanya akan berkembang secar maksimal jika ia diasah melalui
pendidikan. Dengan demikian dalam perekonomian pada era pasca industri
mendatang, dimana sumber daya manusia (human resource) merupakan tiang
penyangga utamanya, kemahiran baca-tulis yang layak merupakan prasyarat mutlak
bagi siapa saja dan bangsa mana saja, yang memimpikan kemajuan dan
keberjayaan. Tanpa adanya kemahiran tersebut, betapa kaya rayanya sumber daya
alam (nature resources) yang dimiliki oleh suatu bangsa misalnya hal itu akan sulit
mengangkat derajat bangsa tersebut bangsa tersebut ke pentas percanturan dunia
serta dapat diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain.
2. Yakni pemahaman (understanding). Kegiatan membaca yang tidak disetai
dengan pemahaman bukanlah kegiatan membaca.
Rangkuman Bagi masyarakat yang hidup dalam babakan pasca industri, atau yang lazim disebut era sumber daya manusia, atau era sibermatika seperti sekerang ini, kemahiran membaca dan menulis atau yang lazim disebut literacy memang telah dirasakan sebagai conditio sine quanon alias prasyarat mutlak yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Sebagai sebuah bukti, konon para ahli ekonomi telah membuat prakiraan bahwa kehidupan perekonomian mendatang akan menemukan sumber kekuatannya pada kegiatan-kegiatan yang bertalian dengan suatu sumber daya yang hanya ada pada manusia, yakni daya nalarnya. Sebab daya nalar tersebut merupakan sumber utama yang dimiliki oleh manusia untuk berkreasi dan beradaptasi agar mereka mampu memacu kehidupan dalam jaman teknologi yang semakin canggih dan berkembang ini. Nalar mausia hanya dan hanya akan berkembang secara maksimal jikaia diasah melalui pendidikan. Dan jantung dari pendidikan adalah kegiatan berliterasi atau kegiatan bata-tulis. Dengan demikian kedudukan kemahiran
• Membaca I
berliterasi pada abad informasi seperti sekarang ini sesungguhnya merupakan modal utama bagi siapa saja yang berkehendak meningkatkan kemampuan serta kesejahteraan penghidupannya. Dalam dunia pendidikan kemahiran berliterasi juga merupakan hal yang sangat fundamental. Sebab selain semua proses belajar sesungguhnya didasarkan atas kegaitan membaca dan menulis juga hanya dengan melalui kegaitan literasi membaca dan menulislah kita dapat menjelajahi luasnya dunia ilmu yang terhampar luas dari berbagai penjuru dunia dan dari berbagai babakan jaman. Dengan demikian dunia pendidikan dan persekolahan memiliki tugas untuk mengupayakan kehadiran salah satu aspek keterampilan berbahasa ini kepada para siswanya. Meskipun demikian mengupayakan keterampilan membaca memang bukanlah persoalan yang sederhana. Hal ini karena membaca merupakan proses yang sangat kompleks. Selain itu merupakan proses sensoris membaca juga merupakan proses psikologis, proses perkembangan, proses keterampilan berbahasa. Banyak definisi yang telah dikemukakan oleh para pakar tentang membaca. Meskipun demikian hal yang harus ada dalam kegiatan membaca yakni unsur pemahaman (understanding). Sebab kegiatan membaca yang tidak disertai dengan pemahaman bukanlah kegiatan membaca. Tes Formatif Petunjuk : Untuk soal-soal no. 1-3 pilihlah satu jawaban yang paling tepat A, B, C, atau D)! 1) Salah satu faktor yang sangat penting yang akan mengantarkan keberhasilan
umat manusia dalam bidang ekonomi pada abad informasi dan teknologi canggih
seperti sekarang ini ialah kepemilikan sumber daya …..
A. alam
B. ekonomi
C. manusia
D. politik
2) Pada tataran yang lebih rendah membaca didefinisikan sebagai proses kegiatan
mencocokkan lambing-lambang bunyi bahasa. Pendapat ini dikemukakan oleh…..
A. Anderson
B. Goodman
C. Finnochiaro
D. Bonnomo
• Membaca I
3) Dibawah ini merupakan faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi kemampuan
membaca, kecuali…...
A. motivasi
B. persepsi
C. konsisi sosial ekonomi
D. kondisi penglihatan
Petunjuk: Untuk soal no. 4-6, pilihlah: A. Jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya menunjukkan hubungan
sebab akibat.
B. Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi antara keduanya tidak
menunjukkan hubungan sebab akibat.
C. Jika pernyataan benar, alasan salah atau jika pernyataan salah alasan benar.
D. Jika pernyataan dan alasan salah.
4) Dalam dunia pendidikan kemahiran membaca merupakan hal yang sangat penting
Sebab Semua proses belajar hampir dapat dikatakan tidak mungkin dilepaskan dari kegiatan membaca. 5) Disamping objektif dan bertahap, keterampilan membaca itu bersifat
tergeneralisasikan.
Sebab Keterampilan dasar dalam membaca dapat digeneralisasikan sehingga anak yang telah dapat menguasai keterampilan tersebut dituntut untuk dapat menerapkannya kapan saja dan di mana saja jika situasi dan kondisi menghendaki penggeneralisasian itu. 6) Pada awalnya membaca itu merupakan proses sensoris
Sebab Proses sensoris ialah proses memberi makna terhadap kata-kata yang dibaca. Petunjuk: Untuk soal no. 7-10 pilihlah: A. Jika (1) dan (2) benar.
B. Jika (1) dan (3) benar.
C. Jika (2) dan (3) benar.
D. Jika (1), (2), dan (3) benar.
• Membaca I
7) Membaca merupakan proses interaksi …..
(1) antara penulis dan pembaca
(2) bersifat tidak langsung
(3) aktif dan rekreatif
8) Kesiapan membaca itu dimulai dari …..
(1) melihat bagi yang normal
(2) mendengar bagi yang tuli
(3) meraba bagi yang buta
9) Sebagai guru kita harus yakin bahwa …..
(1) keterampilan membaca itu harus diajarkan kepada para siswa
(2) keterampilan membaca bukanlah bawaan alami
(3) keterampilan membaca tidak terjadi dengan sendirinya
10) Persepsi seorang anak dalam membaca berpengaruh dan dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain yang banyak jumlahnya. Antara lain …..
(1) kebudayaan dan pengalaman
(2) emosi dan kematangan
(3) kepribadian atau watak
Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat pada bagian akhir modul ini! Hitung jumlah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang telah Anda pelajari! Rumus:
Tingkat penguasaan = Χ10010
benar yang Andajawaban Jumlah
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai 90% - 100% = Amat baik 80% - 89% = baik 70% - 79% = cukup < 70% = kurang Jika Anda telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih. Anda dapat melanjutkan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Tetapi jika tingkat penguasaan Anda kurang
• Membaca I
dari 80% Anda harus kembali mempelajari materi yang terdapat dalam kegiatan belajar ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
• Membaca I
2
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN
MEMBACA
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan membaca seseorang?
Sebelum kita membahas lebih jauh persoalan tersebut sejenak mari kita tinjau
terlebih dahulu ihwal landasan teoritis mengenai belajar membaca ini.
Landasan teoritis mengenai belajar membaca sebenarnya tidak berbeda dengan
landasan teoritis mengenai belajar bahasa. Sebagaimana kita ketahui dalam belajar
bahasa terdapat tiga acuan pendekatan yang biasa digunakan sebagai landasan-pijak
bagi proses dan pendekatan prosedural. Gagasan behavioristik tentang belajar
bahasa terutama didasarkan pada teori belajar yang menitikberatkan peran
lingkungan, baik verbal maupun non-verbal dalam pemerolehan hasil belajar.
Artinya proses penguasaan dan kemampuan berbahasa itu, khususnya bahasa
pertama, dikendalikan dari luar si pembelajar dan diperoleh sebagai akibat adanya
berbagai rangsangan yang disodorkan kepada sang pembelajar dan diperoleh sebagai
akibat adanya berbagai rangsangan yang disodorkan kepada sang pembelajar melalui
lingkungannya. Dalam pandangan behavioristik anak dianggap sebagai penerima
pasif dari lingkungannya. Oleh karena itu mereka beranggapan bahwa proses
perkembangan bahasa sangat ditentukan oleh lamanya latihan yang dilakukan oleh
lingkungannya, khususnya apa yang dikenal dengan stimulus-respons.
Gagasan mentalistik atau nativisik menekankan pada aspek kapasitas bawaan
(innate). Para pengusung aliran ini tidak memandang penting pengaruh dari
lingkungan sekitar si pembelajar. Sebaliknya mereka beranggapan bahwa selama
belajar bahasa pertama sedikit-demi sedikit seorang pembelajar akan membuka
kemampuan lingualnya yang secara generic telah diprogramkan pada dirinya. Oleh
• Membaca I
karena itu para pengikuti aliran ini lebih condong pada anggapan bahwa bahasa
merupakan pemberian secara biologis. Pemerolehan bahsa menurut mereka terlalu
kompleks dan mustahil dipelajari dalam waktu yang singkat melalui peniruan. Jadi
beberapa aspek penting yang menyangkut sistem bahasa pasti sudah ada pada
manusia secara ilmiah. Sedangkan pendekatan prosedural mencoba menjembatani
kedua kubu ekstrim tersebut dengan memadukan interaksi antara faktor-faktor
internal dengan faktor-faktor eksternal dalam belajar bahasa. Artinya proses
penguasaan dan kemampuan berbahasa seseorang itu selain ditentukan oleh faktor-
faktor yang bawaan juga sangat ditentukan oleh sejauh mana mereka mendapat
latihan-latihan, khususnya lewat kegiatan pembelajaran.
Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar membaca ini, kubu-kubu ekstrim
sebagaimana disebutkan di atas nampak juga dari hasil-hasil riset para pakar
membaca. Yap (1978) misalnya melaporkan bahwa kemampuan membaca seseorang
sangat ditentukan oleh faktor kuantitas membacanya. Tegasnya, kemampuan
berbahasa seseorang itu sangat ditentukan oleh pengaruh sejauh mana (lamanya)
seseorang melakukan aktivitas membaca. Ibarat seorang penerbang, semakin tinggi
jam terbang yang dimilikinya maka akan semakin piawai kemampuan terbangnya,
begitu pula sebaliknya. Untuk menguatkan pendapatnya itu Yap melaporkan hasil
penelitiannya ihwal perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
membaca tersebut sebagai berikut: 65% ditentukan oleh banyaknya waktu yang
digunakan untuk membaca, 25% oleh faktor IQ, dan 10% oleh faktor-faktor lain
berupa lingkungan sosial, emosional, lingkungann fisik dan sejenisnya. Dengan
demikian, menurut Yap jika kita berniat untuk meningkatkan kualitas kemampuan
membaca seseorang maka perbanyaklah melakukan aktivitas membaca. Dengan
demikian Yap termasuk seorang pakar membaca yang beraliran behavioristik, yakni
yang meyakini bahwa pemerolehan kemampuan membaca seseorang itu sebagian
besar dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal fari lingkungan.
Berbeda dengan Yap, Burmenister mengatakan bahwa kemampuan membaca
seseorang itu ditentukan oleh faktor intelegensinya (IQ). Hasil riset yang dilakukan
• Membaca I
oleh Anderson dan Freeboddy (1981) secara implicit dapat dikatakan menyokong
pendapat Burmeister tersebut. Mereka mengatakan bahwa terdapat hubungan yang
positif antara IQ yang dimiliki oleh seseorang dengan kemampuannya memahami
membaca. Smith dan Mc Ginnis (1982) juga mengatakan bahwa orang yang memiliki
intelegensi rata-rataa atau intelegensinya yang lebih baik cenderung dapat menjadi
pembaca-pembaca yang baik. Meskipun demikian mereka tetap mengingatkan bahwa
intelegensi bukanlah segalanya. Ia hanyalah merupakan salah satu dari sekian
banyak faktor yang dapat mempengaruhi belajar membaca. Harris (1970) juga
berpendapat bahwa faktor yang terpenting dalam masalah kesiapan membaca ialah
kepemilikan intelegensi umum. Karena faktor tersebut merupakan angka rata-rata
lain sangat jelas. Witty dan Kopel pun mempunyai pendapat serupa. Mereka
berkesimpulan bahwa seseorang yang memiliki skor IQ di bawah 25, biasanya tidak
pernah mecapai kematangan mental yang layak untuk belajar membaca; yang skor
IQ-nya di bawah 50 akan mengalami kesulitan dalam memahami materi bacaan yang
abstrak dan materi-materi lainnya yang sukar; dan mereka yang skor IQ-nya
merentang di antara 50 hingga 70 akhirnya akan mampu membaca juga, akan tetapi
kemampuannya itu tidak akan melebihi kemampuan peringkat keempat. Jika
ditinjau dari teori belajar di atas, para pakar tersebut termasuk mereka yang
beraliran mentalistik karena mereka beranggapan bahwa kemampuan membaca itu
sangat dipengaruhii oleh unsur-unsur yang bersifat bawaan, yakni unsur intelensi
tersebut.
Sedangkan Ebel (1972:35) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya kemampuan pemahaman bacaan yang dapat dicapai oleh siswa dan
perkembangan minat bacaannya tergantung pada faktor-faktor berikut: (1) siswa
yang bersangkutan,(2) keluarganya,(3) kebudayaannya, dan (4) situasi sekolah.
Begitu pula Omagio (1984) berpendapat bahwa pemahaman bacaan bergantung pada
gabungan pengetahuan bahasa, gaya kognitif, dan pengalaman membaca. Ahli lain
seperti Alexander (1983-146) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembangan pemahaman bacaan meliputi program pengajaran membaca,
kepribadian siswa, motivasi, kebiasaan dan lingkungan sosial ekonomi mereka.
• Membaca I
Ihwal kaitan status sosial ekonomi dengan kemampuan serta minat membaca
seorang anak ini Benson (1969) menyatakan bahwa kemampuan serta minat
membaca anak-anak yang berasal dari masyarakat kelas sosial ekonomi rendah
dapat mencapai 80%. Hal yang sama juga dikatakan oleh Coleman (1940), serta
Gough. Mereka berkesimpulan anak-anak yang berasal dari status sosial ekonomi
rendah umumnya kemampuan membacanya juga rendah.
Burron Claybaugh (1977:25-35) mengatakan bahwa pada tahap-tahap awal tingkat
pencapaian kemampuan dan minat membaca seseorang sangat dipengaruhi oleh apa
yang mereka namakan “kesiapan membaca” (reading readness). Mereka mengajukan
enam hal yang dipandang penting dalam mempertimbangkan reading readness ini,
yakni:
(a) Kepemilikan fasilitas bahasa lisan (oral language facility);
(b) Latar belakang pengalaman (backround experience);
(c) Diskriminasi auditori dan visual (auditory & visual discrimination);
(d) Intelegensi (intelligence);
(e) Sikap dan minta (attitude and interest);
(f) Kematangan emosi dan sosial (emotional and sosial maturity).
Wolfguy Michel dan Sterhagel (dalam Zielparache (1979) mencoba menggambarkan
faktor-faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan proses komunikasi membaca ini
sebagai berikut:
TEKS PEMBACA
Konstruksi Kondisi
- Struktur bahasa
- Isi teks
- Cirri-ciri teks
- Cara penyusunan
- Aktualitas
- Hubungan konteks
- Kelompok masyarakat
- Kepribadian
- Lingkungan (umum,
khusus,
- Sosial, actual
- Tujuan
- Motivasi
• Membaca I
INTERAKSI
HASIL
Keduanya mengatakan bahwa hasil dari kegiatan membaca tersebut akan sangat
tegantung pada sejauh mana teks dan kondisi pembaca saling mempengaruhi, saling
membantu. Dari penjelasan tersebut tampak jelas bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan serta membaca seseorang itu pada hakikatnya tidaklah
tunggal. Mengapa demikian karena sebagaimana yang telah kita bahas pada kegiatan
belajar 2 pada dasarnya proses membaca sendiri sesungguhnya tidaklah tunggal.
Kemudian dari sekian banyak pendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan serta minat membaca, agaknya pendapat Pearson-lah yang dapat
dianggapsebagai cermin dari kesimpulan. Menurutnya faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan serta minat membaca dapat diklasifikasikan ke dalam
dua katori, yakni faktor-faktor yang bersifat intrisik (yang berasal dari dalam
pembaca) dan faktor-faktor yang bersifat ekstrinsik (berasal dari luar pembaca).
Faktor-faktor instrinsik antara lain meliputi kepemilikan faktor-faktor ekstrinsik
dibagi menjadi dua katagori, yakni pertama, unsur-unsur yang berasal dari faktor-
faktor ekstrinsik dibagi menjadi dua kategori, yakni pertama, unsur-unsur yang
berasal dari dalam teks bacaan, dan kedua, unsur-unsur yang berasal dari lingkungan
baca. Katagori pertama berkenaan dengan keterbacaan (readability) dan organisasi
teks atau wacana. Sedangkan katagori kedua berkenaan dengan fasilitas, guru,
model pengajaran dan lain-lain (Pearson, 1978 dalam Hafni, 1981: 2-3).
Selanjutnya Hafni juga mencoba merumuskan beberapa penyebab kesulitan
memahami bacaan ke dalam beberapa alasan. Rumus-rumus yang digunakannya
didasarkan pada pendapat Swan (1979) yang berpandangan bahwa beberapa
penyebab kesukaran memahami isi bacaan berakar pada kebiasaan baca yang salah.
Kebiasaan-kebiasaan dimaksudkan meliputi:
(1) Terlalu banyak memperhatikan butir demi butir informasi sehingga gagal
memberi makna pada teks;
• Membaca I
(2) Kurang memberi perhatian kepada detail, sehingga meskipun maksud umum
bacaan tertangkap secara utuh namun gagal dalam memahami butir-butir tertentu;
dengan demikian unsur-unsur kecil dalam bacaan, seperti, kata hubung, kata ingkar,
kata modal luput dari perhatian pembaca;
(3) Terlalu imajinatif, terutama bila pembaca menganggap telah mengetahui topik
tertentu yang dibicarakan dalam bahan bacaan atau mempunyai pendapat yang kuat
tentang topik tersebut; dengan demikian pembaca akan menafsirkan makna teks
dari sudut pengetahuan dan pengalamannya sendiri;
(4) Kalimat-kalimat yang tersaji di dalam teks mempunyai kompleksitas yang tinggi;
keruwetan sintaksis dapat menyebabkan kesulitan pada pembacanya;
(5) Gaya penulisan yang bertipe mengulang-mengulang gagasan dengan ungkapan-
ungkapan dan kata-kata yang khusus juga dapat menimbulkan kesulitan pada
pembacanya;
(6) Gaya pengungkapan pokok pikiran penting secara tidak langsung yang
mengharuskan pembaca mengambil inferensi atas informasi-informasi yang tidak
tersurat dalam bacaan, juga dapat menimbulkan kesulitan pada bacaannya;
(7) Penggunaan kata yang tidak akrab dengan pembacaanya juga merupakan
kendala bagi pemahaman bacaan.
Selain hal-hal di atas dalam konteks Indonesia beberapa faktor lain yang juga
merupakan faktor penyebab rendahnya kemampuan membaca bangsa kita antara
lain, pertama, tradisi kelisanan (orality) masih menjadi semacam penyumbat dalam
kantong memori linguistik masyakat kita. Seperti kita tahu, secara histories-kultural
masyarakat kita mengantongi warisan budaya lisan atau budaya tutur yang
memfosil. Hampir berabad-abad lamanya perilaku komunikasi masyarakat kita lebih
banyak berlangsung dalam tataran yang serba melisan (omong-dengar) ketimbang
tradisi litersi (baca-tulis). Tradisi literasi sendiri konon baru dikenal secara terbatas
oleh bangsa kita sekitar paruh abad VIII, sebagai akibat persentuhan dengan agama
serta kebudayaan Hindu, Budha kemudian Islam. Itu pun hanya hanya hadir pada
sekelompokk kecil masyarakat elit priyayi sebagai akibat didirikannya lembaga
persekolahan oleh kolonial Belanda sebagai pengejawantahan dari politic etic. Dan
• Membaca I
baru setelah kita merdeka dan mendirikan sekolah-sekolah kegiatan membaca dan
menulis tersebut mulai menyentuh secara lebih luas kepada masyarakat umum.
Jadi perkenaan masyarakat kita kegiatan membaca dan menulis memang masih
relatif baru. Padahal untuk mengubah tradisi lisan menuju budaya literasi
membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebagai bahan perbandingan, masyarakat
Eropa memerlukan waktu tidak kurang dua abad untuk menjadikan kegiatan literasi
sebagai bagian tradisi hidup masyarakatnya, yakni dimulai dari zaman renesans yang
kemudian dilanjutkan dengan zaman industrialisasi. Begitu pula dengan proses
terbentuknya tradisi literasi pada bangsa Jepang, konon membutuhkan waktu satu
abad lamanya, yakni dimulai dari perancangan Restorasi Meiji.
Kedua, akibat sistem persekolahan kita yang kurang memberikan peluang yang
cukup bagi hadirnya tradisi keberaksaraan (literacy) atau tradisi membaca pada para
peserta didik. Sebagaimana kita tahu, proses pembejalaran yang dibangun dalam
dunia persekolahan kita pada umumnya lebih banyak berbasis dalam tataran lisan
(guru terlalu banyak menjadi pembicara dan murid terlalu banyak menjadi
pendengar) tinibang dalam tataran keberaksaraan (guru dan murid bersama menjadi
seorang pembaca dan penulis). Bahkan berbagai pendekatan yang dipahami serta
diperlakukan dalam perspektif kelisanan. Para guru pada umumnya jarang
mejadikan kegiatan membaca sebagai kerangka pijak (frame of reference)
pembelajaran yang ia lakukan kepada para siswanya. Oleh karena itu secara anekdot
dikatakan bahwa untuk dapat sukses belajar di sekolah seorang siswa tidak dituntut
harus terampil atau banyak membaca buku, apalagi memilikinya. Cukuplah menjadi
pendengar yang baik-baik saja, sebab bukanlah transer ilmu yang dilakukan oleh
para guru tidak mengacu serta bersumber dari sejumlah buku melainkan dari
omongan sang guru yang disampaikan secara lisan?
Dengan kondisi semacam itu, sebagaimana dikemukakakn oleh Prof. Ahmad Slamet
Harjasuajana, tidak heran manusia-manusia yang dihasilkan oleh persekolahan kita
masih merupakan masyarakat yang aliterat, yakni manusia-manusia yang bias
membaca tetapi mereka memilih untuk tidak membaca, karena memang kegiatan
membaca hanya sekedar kegiatan yang tidak terlalu mendapat penekanan utama
dalam dunia pendidikan kita.
• Membaca I
Jika dihungkan dengan pembicaraan ihwal tiga aliran teori belajar bahasa
sebagaimana kita bicarakan pada awal pembahasan di atas, maka dapat kita
katakana bahwa pandangan-pandangan terakhir ini dapat kita masukkan sebagai
para pakar yang beraliran prosedural, yakni yang beranggapan bahwa kemampuan
membaca seseorang itu selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat intrinsic
atau yang berasal dari dalam diri si pembaca juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang bersifat ekstrinsik atau luaran.
Sebagai seorang guru sebaiknya kita berpihak pada pendapat yang ketiga di atas.
Sebab dengan demikian kita dapat mendudukan posisi anak secara proposional.
Betul bahwa anak memiliki kapasitas atau potensi bahwaan, seperti IQ, yang sangat
besar pengaruhnya terhadap sukses tidaknya mereka memiliki aneka kemahiran,
termasuk dalam hal ini kemahiran membaca. Namun potensi bahwaan tersebut akan
sulit berkembang dengan baik jika tidak mendapatkan penempatan lewat proses
pembelajaran yang baik dan maksimal. Begitu pula sebaliknya, walaupun sang anak
telah mendapatkan tempaan proses pembelajaran yang baik dan maksimal akan
tetapi jika modal dasarnya kurang, misalnya IQ-nya rendah sekali maka akan susah
juga mendapatkan hasil yang maksimal.
Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda tentang materi yang terdapat dalam
kegiatan belajar ini kerjakan secaraperpasangan latihan berikut!
1. Jelaskan secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
membaca seseorang!
2. Mengapa kita sebagai guru sebaiknya berpihak kepada kaum prosedural dalam
melibatkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang itu?
Petunjuk jawaban latihan
Jika anda telah selesai, periksalah latihan Anda dengan memperhatikan rambu-
rambu berikut ini!
1. Yakni faktor-fakro yang bersifat intrinsic (yang berasal dari dalam pembaca) dan
faktor-faktor yang bersifat ekstrinsik (berasall dari luar pembaca). Faktor-faktor
• Membaca I
intrinsic antara lain meliputi kepemilikan kompetensi bahasa, motivasi, dan
kemmapuan membacanya. Sedangkan faktor-faktor ekstrinsik di bagi menjadi dua
katagori, yakni unsur-unsur yang berasal dari dalam teks bacaan (keterbacaan dan
organisasi teks) dan kedua, unsur-unsur yang berasal dari lingkungan baca (fasilitas,
guru, model pengajaran dan lain-lain).
2. Sebagai seorang guru sebaiknya berpihak pada pendapat kaum prosedural yang
berpandangan bahwa kemampuan membaca seseorang itu selain dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang bersifat instrinsik juga oleh faktor-faktor yang bersifat ekstrinsik
karena dengan demikian kita dapat mendudukkan posisi anak secara proporsional.
Betul bahwa anak memiliki kapasitas atau potensi bawaan, seperti IQ, yang sangat
besar pengaruhnya terhadap sukses tidaknya mereka memiliki aneka kemahiran,
termasuk dalam hal ini kemahiran membaca. Namun potensi bawaan tersebut akan
sulit berkembang dengan baik jika tidak mendapatkan penempaan lewat proses
pembelajaran yang baik dan maksimal. Begitu pula sebaliknya walaupun sang anak
telah mendapat tempaan proses pembelajaran yang baik dan maksimal namun jika
modal dasar mereka kurang begitu memadai, misalnya IQ-nya rendah sekali, maka
mereka akan sulit juga untuk ditingkatkan secara maksimal kemampuan
membacanya itu.
Rangkuman Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan serta minat membaca seseorang.
Namun secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kategori, yakni faktor-faktor yang bersifat intrinsic (yang berasal dalam pembaca).
Faktor-faktor intrinsic antara lain meliputi kepemilikan kompentensi bahasa, minat,
motivasi, dan kemampuan membacanya. Sedangkan faktor-faktor ekstrinsik dibagi
menjadi dua kategori, yakni unsur-unsur yang berasal dari dalam teks bacaan
(keterbacaan dan organisasi teks), dan kedua, unsur-unsur yang berasal dari
lingkungan (fasilitas, guru, model pengajaran dan lain-lain). Sebagai seorang guru
sebaiknya berpihak pada pendapat kaum prosedural yang berpandangan bahwa
kemampuan membaca seseorang itu selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
bersifat instrinsik juga oleh faktor-faktor yang bersifat ekstrinsik.
• Membaca I
Selanjutnya beberapa penyebab kesulitan memahami bacaan antara lain berakar
pada kebiasaan baca yang salah. Kebiasan-kebiasaan dimaksud meliputi (1) terlalu
banyak memperhatikan butir demi butir informasi sehingga gagal memberi makna
pada teks (2) kurang memberi perhatian kepada detail, sehingga meskipun maksud
umum bacaan tertangkap secara utuh namun gagal dalam memahami butir-butir
tertentu, (3) terlalu imajinatif, terutama bila pembaca menganggap telah
mengetahui topik tertentu yang dibicarakan dalam bahan bacaan atau mempunyai
pendapat yang kuat tentang topik tersebut, (4) kalimat-kalimat yang tersaji di
dalam teks mempunyai tingkat kompleksitas yang tinggi, (5) gaya penulisan yang
bertipe mengulang-ulang gagasan dengan ungkapan-ungkapan dan kata-kata yang
khusus (6) gaya pengungkapan pokok pikiran yang tidak langsung sehingga
mengharuskan pembaca mengambil inferensi atas informasi-informasi yang tidak
tersurat dalam bacaan, (7) penggunaan kosakata yang tidak akrab dengan pembaca.
Beberapa faktor yang lain juga merupakan faktor penyebab rendahnya kemampuan
membaca bangsa kita antara lain, pertama, tradisi kelisanan (orality) masih menjadi
semacam penyumbatan dalam kantong memori linguistik masyarakat kita, kedua,
akibat sistem persekolahan kita yang kurang memberikan peluang yang cukup bagi
hadirnya tradisi keberaksaraan (literacy) atau tradisi membaca pada para pererta
didik.
Petunjuk: Untuk soal-soal no. 1-3 pilihlah satu jawaban yang paling tepat A, B, C
atau D)
1) Kaum behavioristik beranggapan bahwa kemampuan membaca seseorang itu
sangat dipengaruhi oleh faktor……….
A. Instrinsik
B. Ekstrinsik
C. Ekstrinsik dan instrinsik
• Membaca I
D. Semuanya benar
2) Faktor ekstrinsik di yakini sebagai faktor dominan dalam mempengaruhi
kemampuan membaca seseorang. Anggapan semacam itu diyakini oleh kaum…….
A. Behavioral
B. Mentalistik
C. Prosedural
D. Semuanya benar
3) Manakah di bawah ini yang tidak termasuk ke dalam komponen kesiapan
membaca (reading readnness)?
A. Kepemilikan fasilitas bahasa lisan.
B. Sikap dan mental
C. Intelegensi.
D. Kondisi sosial ekonomi.
Petunjuk: untuk soal no. 4-6, pilihlah:
A. Jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya menunjukkan hubungan
sebab akibat
B. Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi antara keduanya tidak
menunjukkan hubungan sebab akibat.
C. Jika pernyataan benar, alasan salah atau jika pernyataan salah alasan benar.
D. Jika pernyataan dan alasan salah
4) Yap mengatakan bahwa kemampuan membaca seseorang itu diibaratkan seperti
kemampuan seorang penerbang: semakin banyak terbang maka akan semakin
piawailah kemampuan terbangnya.
Sebab
Berdasarkan hasil penelitian bahwa kemampuan hampir 65% kemampuan membaca
seseorang ditentukan oleh kuantitas membacanya
5) Burmeinster serta beberapa pakar lainnya mengatakan bahwa kemampuan
membaca seseorang itu di tentukan oleh faktor intelegensinya (IQ)
Sebab
• Membaca I
Menurut Harris IQ yang dimiliki seseorang memang sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kemampuan membaca seseorang, namun IQ bukanlah segalanya. Ia hanyalah merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar membaca.
6) Status sosial ekonomi seseorang ternyata berkorelasi dengan kemampuan serta
minat membaca seseorang.
Sebab
Benson (1969) menyatakan bahwa kemampuan serta minat membaca anak-anak
yang berasal dari masyarakat kelas sosial ekonomi rendah dapat mencapai 80%.
Petunjuk: untuku soal no. 7-10 pilihlah:
A. Jika (1) dan (2) benar.
B. Jika (1) dan (3) benar.
C. Jika (2) dan (3) benar.
D. Jika (1),(2), dan (3) benar.
7) Dalam konteks masyarakat Indonesia beberapa faktor lain yang juga merupakan
penyebab rendahnya kemampuan membaca bangsa kita antara lain yaitu:
(1) Tradisi kelisanan (orality) masih menjadi semacam penyumbat dalam
kantong memori linguistik masyakat kita.
(2) Sistem persekolahan kita yang kurang memberikan peluang yang cukup bagi
hadirnya tradisi keberaksaraan (lliteracy).
(3) Guru tidak mentradisikan membaca kepada para peserta didik.
8) Beberapa faktor ekstrinsik yang mempengaruhi kemampuan membaca ialah
(1) Motivasi, IQ, hobi
(2) Keterbacaan dan organisasi teks
(3) Fasilitas, guru, model pengajaran
9) Beberapa penyebab kesulitan memahami bacaan antara lain berakar pada
kebiasaan baca yang salah. Kebiasaan-kebiasaan dimaksud meliputi:
(1) Terlalu banyak memperhatikan butir demi butir informasi sehingga gagal
memberi makna pada teks.
• Membaca I
(2) Kurang memberi perhatian kepada detai, sehingga meskipun maksud umum
bacaan tertangkap secara utuh namun gagal dalam memahami butir-butir tertentu.
(3) Terlalu imajinatif, terutama bila pembaca menganggap telah mengetahui
topik tertentu yang dibicarakan dalam bahan bacaan atau mempunyai pendapat
yang kuat tentang topik tersebut.
10) Guru sebaiknya berpihak kepada kaum prosedural sebab dengan demikian
mereka akan dapat:
(1) Bersikap arif dan bijaksana dalam melihat keberbagian kemampuannya yang
dimiliki oleh para siswa.
(2) Melakkukan penilaian yang objektif kepada para siswa.
(3) Mendudukan posisi anak secara proporsional.
Cocokan jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat pada
bagian akhir modul ini! Hitung jumlah jawaban yang benar, kemudian gunakan
rumus berikut ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang
telah Anda pelajari!
Rumus:
Tingkat penguasaan = Χ10010
benar yang Andajawaban Jumlah
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = Amat baik
80% - 89% = Baik
70% - 79% = Cukup
< 70% = Kurang
Jika anda telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, berarti Anda dapat
melanjutkan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Tetapi jika tingkat penguasaan
Anda kurang dari 80% Anda harus kembali mempelajari materi yang terdapat
dalam kegiatan belajar ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
• Membaca I
3
Upaya meningkatkan Minat
Baca
jika kita ditanya, hal apakah yang dapat mendorong atau menggerakan hati
seseorang melakukan suatu perbuatan
dengan penuh senang hati seseorang melakukan suatu perbuatan dengan penuh
senang hati dan sukarela?. Salah satu jawabannya ialah karena factor minat. Ya,
orang yang di dalam dirinya telah memiliki minat yang tinggi terhadap sesuatu hal,
maka dirinya umumnya akan dengan senang dan sukarela mengerjakan hal yang di
minatinya tersebut,walaupun untuk itu dirinya harus melakukan sebuah
pengorbanan, baik secara materi ataupun non- materi.
Contoh mengenai hal ini dengan mudah dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-
hari. Misalnya orang yang berminat terhadap permainan golf. Kendati misalnya
mereka harus mengeluarkan biaya yang tisak sedikit untuk mereka dapat mengikuti
olahraga tersebut serta harus rela berjemur di tengah terik matahari untuk
memainkannya mereka akan menghadapinya dengan segala kesungguhan dan penuh
kesenangan. Begitu pula halnya dalam konteks membaca ini. Orang yang telah
memiliki minat yang baik, bukan hanya dengan senang dan sukarela melakukannya
tetapi juga mereka dengan penuh kerelaan melakukan pengorbanan untuk dapat
melakukannya.
Jadi sekali lagi peranan minat dalam membaca menduduki posisi yang sangat sentral
dan penting,karena ia merupakan salah satu fakror alasan pendorong yang sangat
kuat pada diri seseorang untuk berbuat dan meningkatkan keberhasilan aktivitas
membaca. Atau dengan perkataan lain peranan minat dalam membaca menduduki
tempat yang sangat penting, karena ia merupakan sumber pemicu utama seseorang
dalam melakukan aktivitas membaca. Oleh karena itu para guru di sekolah serta
B
• Membaca I
para orang tua di rumah seyogyanya lebih memahami benar seputar persoalan minat
baca ini, khususnya terhadap aneka upaya untuk menumbuhkannya.
Persoalannya sekarang indicator-indikator apakah yang dapat kita jadikan parameter
untuk mengetahui apakah seseoarang telah memiliki minat baca yang tinggi atau
masih rendah? Salah seorang pakar mencoba menawarkan beberapa indikatornya,
yaitu:
α. Frekuensi dan kuantitas Membaca
Maksudnya bagaimana frekuensi (keseringan) dan waktu yang digunakan oleh
seseorang untuk membaca. Orang yang telah memiliki minat baca yang tinggi
umumnya frekuensi membacanya pun sangat tinggi dan waktu yang di
pergunakannya pun akan sangat tinggi pula. Dengan perkataan lain, seseorang yang
mempunyai minat membaca akan banyak melakukan kegiatan membaca, begitu pula
sebaliknya.
Berapa lamakah sebaiknya seseorang pembaca melakukan aktivitas membaca dalm
setiap harinya? Jawabannya akan sangat bergantung pada tuntutan kebutuhan orang
tersebut (profesi yang mereka sandang) serta kecepatan membaca yang dimilikinya.
Sebagai gambaran kaum ibu di Amerika sana pada setiap minggunya mereka
sedikitnya dituntut melahap 400.000 kata,yang berasal dari sumber-sumber bacaan
sepertisurat kabar, majalah wanita dan berbagai novel baru. Kalau kecepatan
efektif membaca mereka hanya sekitar 250 kata per menit maka setiap harinya rata-
rata waktu yang harus mereka luangkan untuk membaca berkisar antara2-3 jam
pada setiap harinya. Bagaimana dengan kelompok mahasiswa seperti halnya Anda?
Menurut penelitian kalau Anda ingin selalu luls ujian dengan hasil yang
memuaskan,sementara KEM yang Anda miliki hanya berkisar hanya 250 kata/
8jam/hari karena volumebacaan yang harus Anda lahap pada setiap minggunya harus
mencapai 850.000 kata/minggu.Kondisi yang terjadi saat ini menurut penelitian
Syahbadyni (Kompas, 5 April1990) umumnya waktu yang digunakan oleh sebagian
besar mahasiswa kita untuk membaca rata-rata kurang dari dua jam pada setiap
harinya.
2. Kuantitas sumber bacaan
• Membaca I
Orang yang mempunyai minat baca yang baik umumnya akan berusaha melahap
aneka bacaan atau bacaannya akan sama variatif. Merka bukan hanya akan
membaca jenis-jenis bacaan yang memiliki hubungan langsung dengan pekerjaan
atau profesi dirinya saja, tetapi juga akan membaca jeniss-jenis bacaan lain.
Sejauh mana aktivitas membaca yang dilakukan oleh bangsa kita dan jenis bacaan
apasaja yang umumnya mereka konsumsi? Menurut penelitian Edward Kimman (1984)
aktivitas membaca masyarakat Indonesia beserta jenis bacaan yang mereka lahap
secara garis besar dapat dipilih dalam empat kategori. Pertama, kelompok orang
yang hanya sekali-kali saja melakukan aktivitas membaca. Artinya kelompok orang
tersebut hanya akan melakukan aktivitas membaca kalau ada tuntutan harus
membaca, seperti kala menerima surat misalnya. Karena frekuensinya tidak pasti
maka menurut Kimman jenis bacaan yang mereka baca pun menjadi sulit
diidentisifikasi. Jumlah masyarakat kita yang termasuk kelompok ini diperkirakan
meliputi sepertiga dari komunitas bangsa Indonesia.
Kedua, kelompok orang yang melakukan aktivitas membaca hanya sekedar mencari
hiburan atau kesenangan. Jenis bacaan kelompok ini antara lain komik, novel-novel
pop (picisan), serta majalah-majalah hiburan dan koran-koran kuning seperti Pos
Kota misalnya. Jumlah dari kelompok ini juga diperkirakan meliputi sepertiga dari
komunitas bangsa kita. Ketiga, kelompok masyarakat yang membaca karena
didorong oleh kebutuhan ingin mendapatkan informasi. Jenis bacaan mereka
terutama surat kabar, majalah berita,jurnal berkala serta buku-buku ilmu
pengetahuan (khususnya buku-buku teks atau buku pelajaran). Jumlah kelompok ini
menurut Kimman diperkirakan 15% dari komunitas bangsa kita. Para siswa dan
mahasiswa termasuk kedalam kategori ketiga ini.
Keempat, kelompok orang yang melakukan aktivitas karena hal itu telah menjadi
bagian dari kebutuhan hidupnya. Jenis bacaan kelompokini sangat variatf. Menurut
Kimman kelompok inilah yang sesungguhnya merupakan konsumen terbesar dari
hasil-hasil penerbitan kita (media cetak dan buku-buku). Hanya sayangnya jumlah
kelompok masyarakat kita yang termasuk kedalam kategori ini masih kurang dari
10% dari seluruh komunitas penduduk Indonesia yang jumlahnya saat ini lebih dari
200 juta orang ini.
• Membaca I
Upaya apa yang perlu kita lakukan untuk menumbuhkan minat baca, khususnya
kepada anak-anak? Ajip Rosidi (1971:1819) menjelaskan bahwa kegemaran membaca
bukanlah sesuatu yang tumbuh secara otomatis dengan sendirinya.Minat baca harus
ditanam, ditumbuhkan serta dipupuk dan dibina sejak anak-anak masih dini. Oleh
karena itu untuk mengupayakannya diperlukan bantuan serta partisipasi aktif dari
komponen masyarakat dari mulai lingkungan sekolah (guru), lingkungan masyarakat,
pemerintah, serta yang tidak kalah pentingnya yakni dukungan dari pihak keluarga.
Ihwal pentingnya penciptaan minat sedari kecil dan harus dimulai dari lingkungan
rumah atau keluarga ini disokong oleh para pakar psikologi perkembangan. Menurut
mereka karakteristik anak-anak, Khususnya pada usia persekolahan (2-6 tahun)
tengah mengalami yang pesat pada beberapa aspeknya, antara lain: perkembangan
motorik, emosi, perkembangan social, pemahaman terhadap konsep maupun
perkembangan bahasanya. Dengan demikian penanaman aneka kebiasaan pada
periode ini akan sangat besar pengaruhnya pada masa-masa selanjutnya.
Hal senada juga dinyatakan oleh Thorndike (1986).Berdasarkan hasilpenelitian yang
ia lakukan di lima belas Negara termasuk di dalamnya negara-negara berkembang,di
antara berbagai factor eksternal membaca (dia menyebutnya faktor sosiologi) dia
menyebutkan konon pengaruh keluargalah yang sangat tinggi konstribusinya dalam
mempengaruhi terbentuknya minat serta kemahiran membaca pada anak-anak.
Bahakn Thorndike menyatakan bahwa tidak terdapat indikasi bahwa anak-anak yang
memiliki minat serta kemahiran membaca unggul sebagai akibat langsung
(pengaruh) dari pengajaran membaca yang diselenggarakan di sekolah-sekolah.
Sebaliknya berkat pengaruh serta dukungan keluargalah minat serta keterampilan
mmbaca mereka terbentuk.
Pendapat senada dengan Thorndike juga direkomendasikan dalam laporan penelitian
slah satu badan Unesco, IAEA (International Achievment Education Asociation)
(1988). Menurut mereka, analisis lebih jauh di negara-negara yang anak-anaknya
memiliki minat serta keterampilan membaca yang unggul, seperti Finlandia, AS atau
negara-negara Eropa (pada penelitian ini anak-anak Indonesia menduduki peringkat
ke 29 dari 30 negara yang menjadi sample penelitian mereka) pada umumnya
memiliki akses kemudahan dalam mendapatkan berbagai bahan bacaan yang
• Membaca I
berkualitas, baik di perpustakaan sekolah, dan terutama di rumah-rumahnya.
Sehubungan dengan kenyataan tersebut IAEA merekomendasikan bahwa faktor
dukungan keluarga merupakan salah satu kunci utama dalam pembentukan minat
serta ketermpilan membaca pada anak-anak. Wujud dukungan keluarga tersebut
antara lain penciptaan tradisi membaca di dalam lingkungan keluarga (ayah, ibu dan
saudara-saudara), serta penyediaan bahan-bahan bacaan yang sesuai dengan anak-
anak.
Upaya-upaya apa yang harus dilakukan oleh orang tua untuk menanamkan kebiasaan
membaca pada anak-anak tersebut? Inilah beberapa upaya yang dapat kita lakukan.
α. Kenalkan anak-anak dengan kegiatan membaca sejak dini
Anak usia prasekolah umumnya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan para
anggota keluarganya, seperti dengan ayah-ibunya maupun saudara-saudara lainnya.
Untuk itu biasanya anak akan mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang
yang ada di sekitarnya itu. Oleh karenanya libatkanlah mereka ketika orang tua atau
anggota keluarga lainnya tengah melakukan kegiatan membaca. Janganlah anak-
anak terlalu banyak dilarang apalagi dihardik saat mereka ikut mengganggu orang
tua atau anggota keluarganya tengah melakukan aktivitas membaca. Sebab bila hal
itu kerap dilakukan maka boleh jadi mereka akan memiliki persepsi yang salah
terhadp membaca : seolah-olah membaca itu merupakan kegiatan yang serius dan
penuh dengan kerut kening dan bukan kegiatan yang bukan membahagiakan.
b. Bacakan aneka cerita-cerita yang menarik kepada mereka
Anak-anak prasekolah umumnya mempunyairasa ingin tau yang sangat besar. Oleh
karena itu seyogyanyalah orang tua mampu memberikan dan mengarahkan rasa ingin
tau mereka dengan benar untuk membina minat anak alangkah yang dapat
dilakukan oleh para orang tua adalah dengan sering membacakan cerita-cerita
menarik atau lucu kepada mereka sesuai dengan usia dengan perkemabangan
kejiwaan mereka. Dengan cara semacam itu lambat laun anak-anak akan tertarik
untuk memperhatikan dan mulai membuka-buka buku bacaan tersebut.
c. Sediakan bahan bacaan yang cocok untuk mereka
Menurut Donna Norton (1989), seorang pakar membaca dari Universitas Texas
mengatakan sesungguhnya mereka sebuah presepsi yang salah jika banyak orang tua
• Membaca I
yang mengatakan bahwa anak-anak itu tidak memiliki kesenangan membaca buku.
Menurut hasil-hasil penelitian yang ia lakukan, dia berkesimpulan bahwa pada
dasarnya semua anak senang melakukannya. Hanya saja syaratnya pihak orang tua
harus mau menyediakan buku-buku bacaan yang memang cocok dengan kondisi
mereka, baik dari segi isi maupun bahasanya. Oleh karena itu menurutnya untuk
menanamkan kebiasaan membaca pada anak-anak salah satu caranya sediakan saja
bacaan yang mereka sukai, pasti anak-anak dengan penuh suka cita akan
melakukannya.
Mengupayakan agar anak-anak gemar dan mahir membaca, memang bukanlah
sebuah pekerjaan yang mudah dan murah. Penyebabnya selain karena factor-faktor
yang turut mempengaruhi minat serta kemahiran membaca pada diri seseorang itu
tidaklah tunggal, jika tidak mau dikatakan cukup kompleks, juga karena kemampuan
membaca bukanlah kemampuan bawaan (innate) tetapi kemampuan yang
kehadirannya harus diupayakan. Dan dalam mengupayakannya sebagaimana
dikemukakan oleh Ajip Rosidi diperlukan adanya sokongan dan bantuan serta
kerjasama antara berbagai pihak,seperti pihak sekolah, keluarga, lingkungan
masyarakat dan juga pemerintah.
Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda tentang materi yang terdapat dalam
kegiatan pembelajaran kegiatan ini kerjakan secara perpasangan latihan berikut ini!
1. Mengapa minat menduduki tempat yang sangat penting dalam kegiatan
membaca?
2. Mengapa mengupayakan penumbuhan minat baca pada anak-anak dinilai bukan
Perkara yang mudah dan murah?
Petunjuk jawaban latihan
Jika Anda telah selesai, periksalah latiha Anda dengan memperhatikan rambu-rambu
berikut ini!
1. Peranan minat dalam membaca menduduki posisi yang sangat sentral dan
penting, karena ia merupakan salah satu faktor alasan pendorong yang sangat kuat
pada dri seseorang untuk berbuat dan meningkatkan keberhasilan aktivitas
membaca. Atau dengan perkataan lain peranan minat dalam membaca menduduki
• Membaca I
tempat yang sangat penting, karena ia merupakan sumber pemicu utama seseorang
dalam melakukan aktivitas membaca.
2. Mengupayakan agar anak-anak gemar dan mahir membaca, memang bukanlah
sebuah pekerjaan yang mudah dan murah. Penyebabnya selain karena factor-faktor
yang turut mempengaruhi minat serta kemahiran membaca pada diri seseorang itu
tidaklah tunggal, jika tidak mau dikatakan cukup kompleks, juga karena kemampuan
membaca bukanlah kemampuan bawaan (innate) tetapi kemampuan yang
kehadirannya yang harus diupayakan.
Peranan minat membaca menduduki tempat yang sangat penting, karena ia
merupakan sumber pemicu utama seseorang dalam melakukan aktivitas membaca.
Beberapa indikator yang dapat kita jadikan parameter untuk mengetahui minat baca
antara lain frekuensi dan kuantitas membaca yang digunakan seseorang untuk
membaca dan kuantitas sumber bacaan yang dibaca. Dan menurut hasil penelitian
Edward Kimman jika dilihat dari kedua indicator tersebut minat baca masyarakat
Indonesia masih sangat memprihatinkan.
Karena kegemaran membaca bukanlah merupakan sesuatu yang tumbuh secara
otomatis dengan sendirinya, maka ia harus ditanam, ditumbuhkan serta dipupuk dan
dibina sejak masa anak-anak. Selain itu untuk mengupayakannya diperlukan
bantuan, dukungan serta partisipasi aktif dari seluruh komponen masyarakat dari
mulai lingkungan sekolah (guru), lingkungan masyarakat, pemerintah, serta yang
tidak kalah pentingnya yakni dukungan dari pihak keluarga. Upaya-upaya yang harus
dilakukan oleh orang tua untuk menanamkan kebiasaan membaca pada anak-anak
antara lain mengenalkan anak-anak dengan kegiatan membaca sejak dini,
membacakan kepada anak-anak aneka cerita-cerita yang menarik, serta bahan-
bahan bacaan yang cocok untuk mereka.
Petunjuk: Untuk soal-soal no.1-3 pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat A, B,
C, atau D!
1) Ukuran lamanya seseorang pembaca melakukan aktivitas membaca dalam
setiap harinya antara lain akan sangat bergantung pada……
A. Tuntutan kebutuhan yang disandang oleh seseorang
B. Kedudukan yang disandang oleh seseorang
• Membaca I
C. Status social yang disandang oleh seseorang
D. Jabatan yang disandang oleh seseorang
2) Menurut penelitian berapa banyak volume bacaan yang harus dilahap oleh
seorang mahasiswa pada setiap minggunya ialah….
A. harus mencapai 750.000 kata
B. harus mencapai 850.000 kata
C. harus mencapai 950.000 kata
D. semuanya betul
3) Menurut penelitian Edward Kimman kelompok orang yang hanya sekali-kali
saja melakukan aktivitas membaca, jenis bacaan mereka antara lain….
A. Koran-koran kuning
B. Novel picisan
C. Surat-surat yang mereka terima
D. Tidak ada yang benar
Petunjuk: Untuk soal no. 4-6, pilihlah:
A. Jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya menunjukkan
hubungan sebab akibat.
B. Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi antara keduanya tidak
menunjukkan hubungan sebab akibat.
C. Jika pernyataan benar, alasan salah atau jika pernyataan salah alasan
benar.
D. Jika pernyataan dan alasan salah.
4) Menurut para pakar psikologi perkembangan penciptaan minat baca harus
diupayakan sejak kecil dan harus dimulai dari lingkungan rumah atau keluarga.
Sebab
Para pakar psikologi perkembangan menyatakan bahwa penanaman aneka kebiasaan
pada masa anak-anak akan sangat besar pengaruhnya pada masa-masa selanjutnya.
5) Donna, Norton mengatakan bahwa adalah sebuah persepsi yang salh jika
banyak orang tua yang menganggap seolah-olah anak-anak itu tidak memiliki
kesenangan membaca buku.
Sebab
• Membaca I
Membaca harus dapat menyenangkan dan menggembirakan anak-anak
6) Mendongeng sangat baik sebagai alat untuk menumbuhkan minat baca anak-
anak.
Sebab
Dongeng merupakan cerita untuk mengembangkan daya imajinasi anak-anak.
Petunjuk: Untuk saol no.7-10 pilihlah:
A. Jika (1) dan (2) benar.
B. Jika (1) dan (3) benar.
C. Jika (2) dan (3) benar.
D. Jika (1), (2), dan (3) benar.
7) Salah satu bentuk pelibatan anak-anakdengan kegiatan membaca di
lingkungan rumah antara lain:
(1) menyuruh mereka membaca secara mandiri
(2) mengajak mereka saat anggota keluarga lainnya tengah melakukan
kegiatan membaca
(3) janganlah mereka dihardik saat mereka ikut serta membaca bersama-
sama dengan anggota keluarga lainnya.
8) Bentuk-bentuk dukungan pemerintah dalam mengupayakan penumbuhan
minat baca masyarakat antara lain:
(1) memberantas pembajakan buku
(2) mendirikan perpustakaan di daerah-daerah terpencil
(3) pencanangan program KMD (Koran masuk desa).
9) Mereka yang digolongkan sebagai kelompok masyarakat yang membaca karena
didorong oleh kebutuhan ingin mendapatkan informasi antara lain:
(1) guru
(2) mahasiswa
(3) pelajar SLTA
10) Faktor-faktor yang turut mempengaruhi minat baca seseorang antara lain:
(1) kebutuhan terhadap informasi
(2) kesenangan atau hobi
(3) pengaruh budaya keluarga
• Membaca I
Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat pada
bagian akhir modul ini! Hitung jumlah jawaban yang benar, kemudian gunakan
rumus berikut ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang
telah Anda pelajari!
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = × 100%
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai
90% - 100% = Amat baik
80% - 89% = Baik
70% - 79% = cukup
< 70% = kurang
Jika Anda telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda berhasil dapat
melanjutkan dengan modul selanjutnya. Bagus! Akan tetapi jika tingkat penguasaan
kurang dari 80% Anda harus kembali mempelajari materi yang terdapat dalam
kegiatan belajar ini, terutama bagian-bagian yang belum Anda ketahui.
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
Tes Formatif 1
1. C Salah satu factor yang sangat penting yang akan mengantarkan
keberhasilan umat manusia pada abad informasi dan teknologi
canggih seperti sekarang ini ialah kepemilikan sumber daya
manusia.
2. A Pada tataran yang lebih rendah membaca diidentidifikasi sebagai proses
kegiatan mencocokan lambang-lambang bunyi bahasa. Pendapat ini dikemukakan
oleh Anderson.
3. D Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi kemampuan membaca,
antara lain motivasi, persepsi, dan kondisi social ekonomi. Kondisi penglihatan
termasuk factor sensoris
• Membaca I
4. A Dalam dunia pendidikan kemahiran membaca merupakan hal yang sangat
penting, sebab proses belajar hampir dapat dikatakan tidak mungkin dilepaskan dari
kegiatan membaca. Kedua pernyataan menunjukkan hubungan sebab-akibat.
5. B Di samping objektif dan bertahap, keterampilan membaca itu bersifat
tergeneralisasikan. Keterampilan dasar dalam membaca dapat digeneralisasikan
sehingga anak yang telah dapat menguasai keterampilan tersebut dituntut untuk
dapat menarapkannya kapan saja dan dimana saja jika situasi dan kondisi
menghendakinya penggeneralisaian itu.
Kedua pernyataan tersebut benar akan tetapi keduanya tidak menunjukkan
hubungan sebab-akibat.
6. B Pada awalnya membaca itu merupakan proses sensoris. Proses sensoris
bukan merupakan proses memberi makna terhadap kata-kata yang dibaca akan
tetapi proses melihat.
Pernyataan pertama benar sedangkan pernyataan kedua salah.
7. A Membaca merupakan prosese interaksi antara penulis dan pembaca dan
bersifat tidak langsung.
8. B Kesiapan membaca itu dimulai dari, melihat bagi yang normal dan meraba
bagi yang buta.
9. D Sebagai guru kita harus yakin bahwa keterampilan membaca itu harus
diajarkan kepada para siswa dan bukanlah bawaan alami serta tidak terjadi dengan
sendirinya.
10. D Persepsi seorang anak dalam membaca berpengaruh dan dipengaruhi oleh
factor-faktor kebudayaan dan pengalaman, emosi dan kematangan, serta
kepribadian atau watak.
Tes Formatif 2
1. B Kaum behavioristik beranggapan bahwa factor yang sangat berpengaruh
terhadap kemampuan membaca seaseorang adalah factor-faktor yang bersifat
ekstrinsik.
2. A Penjelasan sam dengan nomor
3. D Faktor sosial ekonomi termasuk kedalam komponen kesiapan membaca
(reading readness).
• Membaca I
4. A Yap mengatakan bahwa kemampuan membaca seseorang itu diibaratkan
seperti, kemampuan seorang penerbang: semakin banyak terbangnya maka akan
semakin piawailah kemampuan terbangnya.Untuk memperkuat pendapatnya itu Yap
mengemukakan hasil penelitiannya bahwa hamper 65% kemampuan membaca
seseorang itu ditentukan oleh kuantitas membacanya.
5. B Burmeinster serta beberapa pakar lainnya mengatakan bahwa
kemampuan membaca seseorang itu ditentukan oleh intelegensinya (IQ). Harris juga
mengatakan bahwa IQ yang dimiliki seseorang memang sangat besar pengaruhnya
dalam menentukan kemampuan membaca seseorang, namun IQ bukanlah
segalanya.Ia hanyalah merupakan salah satu dari sekian banyak factor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan belajar membaca. Kedua pernyataan tersebut benar
namun tidaksaling menunjukkan hubungan sebab-akibat.
6. A Status sosial ekonomi seseorang berkorelasi dengan kemampuan
membaca seseorang
7. A Beberapa faktor lain yang juga merupakan faktor penyebab rendahnya
kemampuan membaca bangsa kita antara lain, pertama, tradisi kelisanan
(orality) masih menjadi semacam penyumbat dalam kantong memori linguistik
masyarakat kita, kedua, akibat sistem persekolahan kita yang kurang memberikan
peluang yang cukup bagi hadirnya tradisi keberaksaraan (literacy) atau tradisi
membaca kepada para peserta didik.
8. C Faktor-faktor ekstrinsik yang mempengaruhi kemampuan membaca dibagi
menjadi dua katagori, yakni unsur-unsur yang berasal dari dalam teks
bacaan (keterbacaan dan organisasi teks), kedua unsur-unsur yang berasal dari
lingkungan baca (fasilitas, guru, model pengajaran dan lain-lain).
9. D Salah satu penyebab kesulitan memahami bacaan antara lain berakar pada
kebiasaan baca yang salah. Kebiasaan-kebiasaan dimaksud meliputi (1)
terlalu banyak memperhatikan butir demi butir informasi sehingga gagal
memberi makna pada teks, (2) kurang memberi perhatian kepada detail,
sehingga meskipun maksud umum bacaan tertangkap secara utuh namun
gagal dalam memahami butir-butir tertentu, (3) terlalu imajinatif, terutama
bila pembaca menganggap telah mengetahui topik tertentu yang dibicarakan
• Membaca I
dalam bahan bacaan atau mempunyai pendapat yang kuat tentang topik
tersebut, (4) kalimat-kalimat yang tersaji di dalam teks mempunyai tingkat
kompleksitas yang tinggi, (5) gaya penulisan yang bertipe mengulang-ulang
gagasan dengan ungkapan-ungkapan dan kata- kata yang fundamen (6) gaya
pengungkapan pokok pikiran penting yang tidak langsung sehingga
mengharuskan pem baca mengambil inferensi atas informasi-informasi yang tidak
tersurat dalam bacaan, (7) penggunaan kosakata yang tidak akrab dengan
pembaca.
10. D Guru sebaiknya berpihak kepada kaum prosedural sebab dengan demikian
mereka akan dapat bersikap arif dan bijaksana dalam melihat keberbagian
kemampuan yang dimiliki oleh para siswa serta dapat melakukan penilaian
yang objektif kepada para siswa. Dengan perkataan lain dapat mendudukan
posisi anak secara proporsional.
Tes Forrnatif 3
1. A Lamanya seorang pembaca melakukan aktivitas membaca dalam setiap
harinya sangat bergantung pada tuntutan kebutuhan orang tersebut (profesi
yang mereka sandang) serta kecepatan membaca yang dimilikinya.
2. B Menurut penelitian banyaknya volume bacaan yang harus dilahap oleh
seorang mahasiswa pada setiap minggunya harus mencapai 850.000 kata.
3. D Menurut penelitian Edward Kimman (1984) aktivitas membaca
masyarakat Indonesia beserta jenis bacaan yang mereka lahap secara garis
besar dapat dipilah ke dalam empat katagori. Pertama, kelompok orang yang
hanya sekali-kali saja melakukan aktivitas membaca. Artinya kelompok orang
tersebut hanya akan melakukan aktivitas membaca kala ada tuntutan harus
membaca, seperti kala menerima surat misalnya. Karena frekuensinya tidak pasti
maka menurut Kimman jenis bacaan yang mereka baca pun menjadi sulit
diidentifikasi. Jumlah masyarakat kita yang termasuk kelompok ini diperkirakan
meliputi sepertiga dan komunitas bangsa Indonesia.
• Membaca I
4. B Menurut para pakar psikologi perkembangan penciptaan minat baca
harus diupayakan sejak kecil dan harus dimulai dari lingkungan rumah atau
keluarga. Mereka juga menyatakan bahwa penanaman aneka kebiasaan pada
masa anak-anak akan sangat besar pengaruhnya pada masa-masa selanjutnya.
Kedua pernyataan tersebut benar akan tetapi keduanya.tidak saling
menunjukkan sebab akibat.
5. A Menurut Donna Norton (1989), seorang pakar membaca dari Universitas Texas
mengatakan sesungguhnya merupakan sebuah persepsi yang salah jika banyak orang
tua yang mengatakan bahwa anak-anak itu tidak memiliki kesenangan membaca
buku. Menurut hasil-hasil penelitian yang ia lakukan, dia berkesimpulan bahwa pada
dasarnya semua anak senang melakukannya. Hanya saja syaratnya pihak orang tua
harus mau menyediakan buku-buku bacaan yang memang cocok dengan kondisi
mereka, baik dari segi isi maupun bahasanya. Oleh karena itu menurutnya untuk
menanamkan kebiasaan membaca pada anak-anak salah satu caranya sediakan saja
bacaan yang mereka sukai, pasti anak-anak dengan penuh suka cita akan
melakukannya. Donna N. Norton mengatakan bahwa adalah sebuah persepsi yang
salah jika banyak orang tua yang menganggap seolah-olah anak-anak itu tidak
memiliki kesenangan membaca buku. Dengan perkataan lain membaca harus dapat
menyenangkan dan rnenggembirakan anak-anak.
6. B Mendongeng sangat baik sebagai alat untuk menumbuhkan minat baca
anak Dongeng juga merupakan cerita untuk rnengembangkan daya
imajinasi anak-anak. Tapi kedua pernyataan tersebut tidak saling
menunjukkan hubungan sebab akibat.
7. C Salah satu bentuk pelibatan anak-anak dengan kegiatan membaca di
lingkungan rumah antara lain dengan mengajak mereka saat anggota
keluarga Iainnya tengah melakukan membaca serta janganlah mereka
dihardik saat mereka ikut serta membaca bersama-sama dengan anggota
keluarga lainnya.
8. D Bentuk-bentuk pemberantasan kegiatan pembajakan buku, mendirikan
perpustakaan di daerah-daerah terpencil serta pencanangan program
• Membaca I
KMD (koran masuk desa) merupakan bentuk-bentuk dukungan pemerintah
dalam mengupayakan penumbuhan minat baca masyarakat.
9. C Mahasiswa dan Pelajar SLTA oleh Edward Kimman digolongkan sebagai
kelompok orang yang melakukan aktivitas membaca karena didorong oleh
kebutuhan ingin mendapatkan informasi. Jenis bacaan mereka terutama
surat kabar, majalah berita, jurnal berkala serta buku-buku ilmu
pengetahuan (khususnya buku-buku teks atau buku pelajaran). Jumlah
kelompok ini menurut Kimman diperkirakan sekitar 15% dan komunitas
bangsa kita.
10. D Kebutuhan terhadap informasi, kesenangan atau hobi membaca, serta
pengaruh budaya keluarga termasuk faktor-faktor yang turut
mempengaruhi minat baca seseorang.
• Membaca I
DAFTARPUSTAKA
Bwialster L.E. (1978), Reading Strategies for Middler and Secondary School, California: Addison-Wesley Publishing Company.
Eddie William, (1984), Reading in the Language Classroom, London: Macmillam Publishing Ltd.
Harris, L. Theodore (et.al) (ed): 1983, Dictionary of Reading and Related Term, London: International Reading Asociation.
Tarigan, H.G.: 1986, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa.
Smith, Frank, 1987 Understanding Reading: a Psikolinguistic Analysis of Reading and Learning to Read, London: Lawrence Erlbaum Asociates Publisher.
Smith, Carl B. (et all), Teaching Reading in Secondary School Content Subject: Bookthinking Process, NewYork: Holt, Rinehart and Wiston.
Nurhadi, 1987, Membaca Cepat dan Efektif (Teori dan Latihan), Bandung: penerbit CV. Sinar Baru.
Harjasujana, A. (dkk.), 1988, Materi Pokok Membaca, Jakarta: Universitas Terbuka
• Membaca I
Harjasujana, A, 1988, Nusantara yang Literat: Secercah Sumbangsaran terhadap Upaya Pengingkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. (Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada FPBS IKIP Bandung).
Tampubolon D.P, 1989, Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien, Bandung: Angkasa.
Mulyati, Yeti, 1994, Model Pelatihan dalam Bimbingan Membaca Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Pemahaman Bacaan, Tesis Pascasarjana IKIP Bandung.
Widyamartaya A., 1992, Seni Membaca Untuk Studi, Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Olson, R. David (et.al) (ed.), 1983, Literacy, Language, and Learning, London: Cambridge University.
Richard T. Vacca and Jo Annel Vacca, 1987, Content Area Reading, Boston: Scott, Foresman and Company.
Burnes Don and Glenda Page (ed.), 1985, Insight and Strategies for Teaching Reading, Sydney: Harcourt Brace Jovanovich Group.
Harras K.A, 1993, Mengembangkan Bahasa Anak-anak Melalui Bacaan Sastra dalam Sastra dan Perkembangan Insani Anak-anak (H.G. Tarigan dan Kholid A. Harras ed), Bandung: Penerbit Mimbar Pendidikan Bahasa dan Seni.
Harras K.A, 1995, Membaca Minat Baca Masyarakat Kita dalam jurnal Mimbar Bahasa dan Seni No.XXII 1995.
Hafni, 1981, Pemilihan dan Pengembangan Bahan Pengajaran Membaca, Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.
Norton, Donna, 1988, Through the Eyes of a Child: An Introduction to Children
Literature, Colombus, Toronto: Charles E. Merril Publishing Company.
Rosidi, Ajip, 1973, Pembinaan Minat Baca, Apresiasi, dan Penelitian Sastra, Jakarta: Panitia Tahun Buku Internasional.
• Membaca I
Tarigan, H.G., Kholid dan A. Ruhendi Saefullah (ed), 1989, Membaca dalarn Kehidupan, Bandung: Angkasa.
ANEKA JENIS MEMBACA
Drs. Kkolid A. Harras
Pendahuluan
Dalam kajian membaca dikenal banyak jenis membaca. Dasar pijakan dalam
melakukan pembagian atau penggolongan jenis-jenis membaca tersebut tentunya
bermacam-macam. Ditinjau dan terdengar tidaknya suara si pembaca pada waktu
membaca, kita dapat membagi membaca menjadi dua jenis, yakni membaca dalam
hati (silent reading), serta membaca nyaring atau membaca bersuara (oral reading
or aloud reading). Dilihat dari sudut cakupan bahan bacaan yang dibacanya,
membaca dapat kita golongkan ke dalam membaca ekstensif (extensive reading) dan
membaca intensif (intensive). Dilihat dari tingkatan kedalamannya atau levelnya,
membaca dapat digolongkan ke dalam tiga jenis, yakni membaca literal (literary
reading), membaca kritis (critical reading). dan membaca kreatif (creati reading).
Lewat modul 2 ini, kita akan mencoba mengulas aneka jenis teknik membaca
sebagaimana disebutkan di atas, baik menyangkut pengertian maupun aspek-aspek
yang terlibat di dalamnya. Dengan demikian setelah mempelajari modul ini, Anda
diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan seputar jenis-jenis teknik
membaca ini. Secara lebih rinci setelah mempelajari ini, Anda diharapkan dapat:
1. menjelaskan pengertian membaca nyaring dan membaca dalam hati;
2. menjelaskan pengertian dan jenis-jenis teknik membaca ekstensif dan intensif;
3. menjelaskan pengertian membaca literal, kritis dan kreatif.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam mempelajari modul ini Anda
disarankan untuk memulai membaca setiap konsep, denfisi, uraian, dan contoh yang
• Membaca I
terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar. Jika Anda menemukan kesulitan
berupa kata atau istilah-istilah silakan anda buka bagian glosarium.
Setalah Anda memahami bagian tersebut kerjakanlah bagian latihan dengan
sungguh-sungguh. Usahakan tidak melihat rambu-rambu jawaban terlebih dahulu
sebelum anda mengerjakan seluruh bagian latihan tersebut. Jika Anda belum
berhasil menjawab dengan benar semua soal latihan, perhatikan baik-baik sekali lagi
petunjuk jawaban latihan. Jika Anda menganggap perlu, silakan baca kembali
konsep, uraian, dan contoh sehubungan dengan jawaban latihan ini. Akan tetapi,
jika Anda telah berhasil menjawab sebagian besar soal latihan tersebut silakan Anda
lanjutkan untuk mulai mengerjakan tes formatif
Dalam mengerjakan tes formatif sebaiknya Anda jawab dahulu semua soal yang ada,
baru kemudian, Anda mencocokkannya dengan kunci jawabannya. Sebelum Auth
beralih ada kegiatan belajar selanjutnya, Anda harus ‘akiu bahwa Anda telah
berhasil memahami seluruh isi kegiatan belajar yang sudah dipelajari serta seluruh
latihan-latihanuya.
Yang perlu Anda catat, bahwa model soal-soal tes formatif yang terdapat dalam
setiap kegiatan belajar akan saina dengan model soal-soal yang terdapat pada ujian
akhir semester (UAS) mata kuhah mu Dengan demikian, bila Anda sudah terbiasa
mengerjakan tes formatif yang terdapat dalam kegiatan belajar dengan sebauk-
baaknya maka Auth. akan mempunyai modal yang cukup besar saat menghadapi UAS
nanti.
Selamatbelajar’
• Membaca I
GLOSARIUM
oral reading = kegiatan membaca nyaring atau membaca bersuara
silent reading = kegiatan membaca dalam hati atau membaca senyap
ingatan visual = ingatan yang diperoleh melalui penglihatan yang
kemudian diendapkan di dalam otak kita.
iformasi non-visual = informasi yang telah dimiliki oleh seseorang sebelumnya.
Informasi ini memegang peranan yang sangat penting
dalam proses membaca karena dapat memprediksi suatu
bahan bacaan sehingga mendapatkan suatu pemahaman.
skimming = kegiatan membaca secara cepat dan selektif serta
bertujuan.
1
• Membaca I
Membaca Nyaring dan
Membaca Dalam Hati
Ditinjau dari terdengar tidaknya suara si pembaca pada waktu membaca, kita
dapat membagi membaca menjadi dua jenis, yakni membaca dalan hati (silent
reading), serta membaca nyaring atau membaca bersuara (oral reading or aloud
reading). Untuk memberikan pemahaman yang luas kepada Anda ihwal kedua jenis
membaca ini, mari ikuti penjelasan berikut.
A. Membaca Nyaring
Selama ini banyak orang memberikan pengertian ihwal membaca nyaring ini secara
sederhana sekali, yakni kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara atau
kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras.
Akibat pengertian seperti itu, membaca nyaring dianggap sebagai kegiatan membaca
yang sangat mudah dan siapa pun seolah-olah dapat melakukannya.
Pada tataran yang paling rendah, misalnya padá anak-anak SD kelas I yang baru
belajar membaca tentu saja pengertian semacam itu tidaklah salah. Hanya dalam
tataran yang lebih tinggi, misalnya pada anak-anak sudah mulai lancar membaca,
pengertian membaca nyaring pada dasarnya bukanlah kegiatan membaca untuk
kepentingan diri sendiri, tetapi membaca untuk kepentingan orang lain (pendengar).
Membaca nyaring merupakan proses mengkomunikasikan isi bacaan (dengan nyaring)
kepada orang lain. Sebagaimana dijelaskan dalam Dictionary of Reading (193:221):
oral reading is the process of reading aloud to communicate to another to
anaudience.
Karena tujuan utamanya pengkomunikasian isi bacaan maka si pembaca bukan hanya
dituntut harus mampu melafalkan dengan suara nyaring lambang- lambang bunyi
bahasa saja, melainkan juga dituntut harus mampu melakukan ‘proses pengolahan’
• Membaca I
agar pesan-pesan atau muatan makna yang terkandung dalam lambang-lambang
bunyi bahasa tersebut dapat tersampaikan secara jelas dan tepat oleh orang yang
mendengarnya. Dengan demikian, jelaslah bahwa proses membaca nyaring
sesungguhnya bukanlah hal yang mudah Menurut A. Gates (1974) dalam Dictionary
of Reading (1983:221) dikatakan bahwasanya membaca nyaring lebih sulit
dibandingkan dengan membaca dalam hati: oral reading is much more difficult
procces than silent reading.
Kesulitan proses membaca nyaring ini juga dapat dilihat dari tingkat
keterlibatan organ-organ tubuh yang turut bereaktivitas. Dalam membaca dalam
hati, kita hanya menggunakan ingatan visual (visual memory). Dalam hal ini yang
aktif adalah mata (pandangan atau penglihatan dan ingatan), sedangkan dalam
membaca nyaring selain penglihatan dan ingatan turut juga aktif ingatan
pendengaran (auditory memory) dan ingatan yang bersangkutan dengan otot-otot
kita (motor memory), seperti alat-alat ucap kita. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan keterampilan membaca jenis ini sangat mutlak diperlukan àdanya
proses latihan secara terencana dan sungguh-sungguh di bawah asuhan guru-guru
yang profesional.
Karena tujuan akhir yang diharapkan dari membaca nyaring adalah kefasihan
(fluency): mampu mempergunakan ucapan yang tepat, membaca dengan jelas dan
tidak terbata-bata,. membaca dengan tidak terus menerus melihat pada bahan
bacaaan, membaca dengan menggunakan intonasi dan lagu yang tepat dan jelas,
maka hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pembaca nyaring secara umum
antara lain:
a) harus mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan;
b) harus mempelajari keterampilan menafsirkan lambang-lambang tertulis,
seperti tanda pungtuasi serta tanda-tanda baca lainnya, misalnya tanda titik, koma,
tanya, seru, dan sejenisnya agar dirinya dapat menyusun kata-kata dengan intonasi
yang sesuai dengan maksud si penulis serta ucapan-ucapan yang disampaikannya
terasa hidup;
• Membaca I
c) harus memiliki kecepatan penglihatan mata yang tinggi serta pandangan mata
yang jauh, karena dia harus melihat pada bacaan untuk memelihara kontak dengan
para pendengar;
d) harus dapat mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar jelas
maknanya bagi para pendengar.
Selain keempat hal tersebut, untuk mendapat kefasihan dalam membaca
nyaring maka seorang pembaca dituntut untuk memiliki tingkat kepercayaan diri
(self confidence) yang baik. Masalah kepercayaan diri ini merupakan hal yang
penting untuk dicermati dalam membaca nyaring karena seperti yang telah
dijelaskan bahwa pada hakekatnya kegiatan membaca nyaring ini diperuntukkan
bagi orang lain (pendengar). Dengan demikian sang pembaca, baik langsung maupun
tidak langsung saat dia melakukan kegiatan membaca harus berhadapan dengan
orang lain (pendengarnya). Kalau tingkat kepercayaan dirinya rapuh maka boleh jadi
saat dia melakukan kegiatan membaca nyaring, dirinya akan banyak mendapatkan
kesulitan, seperti dilanda rasa gugup.
Menurut H.G. Tarigan (1986:26) untuk membantu para pendengar menangkap
serta memahami maksud sang pengarang, maka pembaca nyaring haruslah
menggunakan berbagai cara, angara lain :
a) menyoroti ide-ide baru dengan menggunakan penekanan yang jelas;
b) menjelaskan perubahan dari satu ide ke ide berikutnya;
c) merencanakan kesatuan ide pikiran di dalam satuan kalimat;
d) menjaga suaranya agar senantiasa nyaring dan jelas;
e) menjelaskan klimaks-klimaks dengan gaya dan ekspresi yang baik dan tepat.
Selanjutnya, H .G. Tarigan juga menjelaskan bahwasannya keterampilan
keterampilan membaca nyaring akan berkembang secara wajar dan alamiah dalam
membaca teks drama. Oleh karena itu, menurutnya dalam pengajaran membaca
nyaring para guru dapat menggunakan teks-teks drama sebagai bahannya, selain
teks jenis narasi lainnya. Dalam pengajaran bahasa asing kegiatan membaca nyaring
• Membaca I
sangat cocok untuk melatih keterampilan ucapan (pronounciation) daripada
pemahaman (comprehension).
Dengan mengutip pendapat Barbe & Abbot (1975), H.G. Taringan (1986:24-25)
menyebutkan aneka keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring, yaitu:
Kelas I
a. mempergunakan ucapan yang tepat,
b. mempergunakan frasa yang tepat (bukan kata demi kata),
c. mempergunakan intonasi suara yang wajar agar makna mudah dipahami,
d. menguasai tanda-tanda baca sederhana, seperti tanda titik, koma, tanya, atau
seru,
e. memiliki sikap yang baik dalam merawat buku.
Kelas II
a. membaca dengan terang dan jelas,
b. membaca dengan penuh perasaan dan ekspresi,
c. membaca tanpa tertegun-tegun atau terbata-bata.
Kelas III
a. membaca dengan penuh perasaan dan ekspresi,
b. membaca dengan penuh pemahaman,
Kelas IV
a. memahami bahan bacaan pada tingkat dasar,
b. kecepatan mata dan saat membaca yakni 3 kata dalam satu detik.
• Membaca I
KelasV
a. membaca dengan penuh pemahaman dan perasaan,
b. mulai dapat membaca nyaring tanpa harus terus-menerus melihat pada teks.
Kelas VI
a. membaca nyaring dengan penuh perasaan. dan ekspresi,
b. mampu menggunakan. frasa dan susunan kata yang tepat,
c. membaca dengan penuh kepercayaan diri.
B. Membaca dalam hati
Dalam Dictionary of Reading (1983:296) disebut silint reading is reading
without saying aloud what is read. in silent reading one reads to oneself not other.
Jadi dalam membaca dalam hati atau membaca diam memang tidak ada suara yang
keluar. Sedangkan yang aktif bekerja hanya mata dan otak atau kognisi kita saja.
Ihwal diamnya alat ucap ini saat melakukan kegiatan membaca dalarn hati
perlu dicermati oleh kita sebagai guru, sebab hingga saat ini masih banyak anak
anak saat mereka membaca dalam hati, tetapi pada saat yang sama alat ucap
mereká turut aktif. Misalnya, membaca sambil bersuara seperti berbisik, atau
dengan bibir bergerak-gerak, atau membaca dengan kepala bergerak mengikuti baris
bacaan, atau membaca dengan menunjuk baris bacaan (kata demi kata) dengan jari,
pensil atau alat lainnya. Hal-hal semacam itu secara perlahan harus segera
dihilangkan karena akan dapat menghambat kelancaran membaca dalam hati.
Selain peristiwa di atas, kebiasaan yang juga dapat menghambat dalam proses
membaca dalam hati ialah kebiasaan melakukan regresi, yakni kegiatan mengulang
kembali bagian bacaan yang telah dilalui karena merasa diri gagal mendapatkan
pemahaman. Sebagaimana disebutkan dalam Dictionary of Reading (1983:275)
• Membaca I
regression is movement backwards; specially, a back word eye movement in reading
continous text.
Menurut Frank Smith (1986:156) sedikitnya ada 6 hal yang dapat
rnenyebabkan seseorang terjebak melakukan refresi sewaktu melakukan kegiatan
membaca,
antara lain:
a) akibat kurang memiliki kepercayaan diri,
b) sering tergoda melakukan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan cetak,
c) menemui kata-kata yang sulit,
d) terlalu terpaku pada detil,
e) terlalu cepat dalam melakukan penafsiran,
f) tidak konsentrasi dalam membaca.
Untuk mengatasi masalah regresi, yang paling panting ialah dengan
kepercayaan diri dan sikap yang benar saat melakukan aktivitas membaca. Kita
harus meyakini bahwasanya sebuah bacaan pada hakekatnya memiliki suatu gagasan
yang utuh. Hanya saja dalam hal penyampaiannya gagasan-gagasan tersebut boleh
jadi berceceran pada sepanjang teks dan penataan urutannya tidak sistematis. Oleh
karena itu, saat sedang melakukan aktivitas membaca kemudian di tengah-tengah
menemukan hal-hal yang tidak kita pahami benar, harus terus melanjutkan
membacanya hingga usai. Mengapa demikian? Jawabannya karena boleh jadi bagian
yang belum kita mengerti tersebut akan mendapatkan penjelasannya pada bagian-
bagian teks berikutnya. Jika setelah selesai keseluruhan bacaan tersebut kita masih
juga belum memahaminya, baru mengulanginya (review) dari awal lagi.
Dengan mengutip pendapat Barbe & Abbot (1975) H.G. Taringan (1986:37-38)
menyebutkan aneka keterampilan yang dituntut dalam membaca dalam hati, yakni:
Kelas I
• Membaca I
a. membaca tanpa bersuara, tanpa menggerak-gerakan bibir, tanpa berbisik
b. membaca tanpa gerakan kepala.
Kelas II
a. membaca tanpa gerakan bibir atau kepala,
b. membaca lebih cepat dalam hati ketimbang dengan bersuara.
Kelas III
a. membaca dalam hati tanpa menunjuk-nunjuk dengan jari dan tanpa gerakan
bibir,
b. mernahami bahan bacaan yang dibaca secara diam atau di dalam hati saja,
c lebih cepat membaca dalam hati daripada membaca nyaring.
Kelas IV
a. mengerti serta memahamit bahan bacaan pada tingkat dasar,
b. kecepatan mata dalam membaca berkisar 3 kata perdetik.
Kelas V
1. membaca tanpa gerakan bibir atau kepala atau menunjuk-nunjuk dengan Jari,
2. membaca dengan pemahaman yang baik,
3. menikmati bahan bacaan yang dibaca dalam hati itu dengan penuh senang hati.
Kelas VI
1. membaca tanpa gerakan bibir, tanpa komat-kamit,
• Membaca I
2. dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang
terdapat bahan bacaan,
3. dapat membaca 180 kata dalam satu menit pada bacaan fiksi tingkat dasar.
Latihan
Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda tentang pengertian kedua jenis
membaca ini jawablah pertanyaan latihan berikut ini!
1. Mengapa pada tahap yang lebih tinggi membaca nyaring dianggap sebagai
kegiatan membaca yang cukup sulit dibandingkan dengan kegiatan membaca dalam
hati?
2. Sebutkan. beberapa kebiasaan buruk yang dapat mengharnbat kelancaran
membaca nyaring!
Pelunjuk Jawaban Lalihan
Jika Anda telah selesai, periksalah latihan Anda dengan memperhatikan
rambu-rambu berikut ini!
1. Pertama, tujuan utamanya pengkomunikasian isi bacaan. Oleh karena itu, si
pembaca bukan hanya dituntut harus mampu melafalkan dengan suara nyaring
lambang-lambang bunyi bahasa saja, melainkan juga dituntut harus mampu
melakukan ‘proses pengolahan’ agar pesan-pesan atau muatan makna yang
terkandung dalam lambang-lambang bunyi bahasa tersebut dapat tersampaikan
secara jelas dan tepat oleh orang yang mendengarnya. Kedua, dilihat dari tingkat
keterlibatan organ-organ tubuh yang turut beraktivitas, dalam membaca dalam hati
kita hanya menggunakan ingatan visual (visual memory) dan yang aktif hanya mata
dan ingatan saja, sedangkan dalam membaca nyaring selain penglihatan dan ingatan
turut juga aktif ingatan pendengaran (auditory memory) dan ingatan yang
• Membaca I
bersangkutan dengan otot-otot kita (motor memory), seperti alat-alat ucap kita.
Ketiga tujuan akhir dari membaca nyaring adalah kefasihan (fluency).
2) Membaca sambil bersuara seperti berbisik, atau dengan bibir bergerak-gerak,
atau membaca dengan kepala bergerak mengikuti baris bacaan, atau membaca
dengan menunjuk baris bacaan (kata demi kata) dengan jari, pensil atau alat
lainnya, serta melakukan regresi.
Rangkuman
Ditinjau dari terdengar dan tidaknya suara si pembaca pada waktu membaca,
kita dapat membagi membaca menjadi dua jenis yakni membaca dalam hati (silent
reading), serta membaca nyaring atau membaca bersuara (oral reading or aloud
reading). Pada tataran yang paling rendah membaca nyaring merupakan aktivitas
membaca sebatas melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang
cukup keras, sedangkan pada tataran yang lebih tinggi membaca nyaring merupakan
proses pengkomunikasian isi bacaan (dengan nyaring) kepada orang lain
(pendengar).
Membaca dalam hati merupakan proses membaca tanpa mengeluarkan suara.
Yang aktif bekerja hanya mata dan otak atau kognisi saja. Untuk menanarnkan
kemahiran kedua jenis membaca ini diperlukan adanya proses latihan secara
terencana dan sungguh-sungguh di bawah asuhan guru-guru profesional.
Tes Formatif 1
Petunjuk: Untuk soal-soal nomor 1-3 pilihlah satu jawaban yang paling tepat! (A,B,
C, atau D).
1. Salah satu alasan membaca nyaring pada tingkat yang lebih tinggi dinilai lebih
sulit dibandingkan membaca dalam hati ialah ....
• Membaca I
A. Membaca nyaring lebih banyak melibatkan visual memory sedangkan
membaca dalam hati tidak melibatkan visual memory
B. Membaca nyaring lebih banyak mengeluarkan suara sedangkan membaca
dalam hati tidak
C. Membaca nyaring dituntut mampu melakukan proses pengolahan makna
agar dapat ditangkap maksudnya sedangkan membaca dalam hati tidak
D. Membaca nyaring merupakan kegiatan membaca untuk kepentingan
orang lain sedangkan membaca dalam hati untuk kepentingan diri sendiri
2. Alat utama yang paling berperan dalam proses membaca dalam hati yaitu….
A. mata dan kognisi
B. mata dan ingatan
C. mata dan memory visual
D. mata dan hati
3. Untuk membantu para pendengar menangkap serta memahami maksud sang
pengarang, maka seorang pembaca nyaring haruslah menggunakan berbagai cara,
antara lain….
A. menyoroti ide-ide baru dengan menggunakan penekanan yang jelas
B. menjelaskan perubahan dari satu ide ke ide berikutnya
C. merencanakan kesatuan ide, pikiran di dalam satuan kalimat.
D. sernuanya benar
Petunjuk: Untuk soal nomor 4-6, pilihlah
A. Jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya menunjukkan
hubungan sebab akibat.
B. Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi antara keduanya tidak
menunjukkan hubungan sebab akibat.
• Membaca I
C. Jika pernyataan benar, alasan salah atau jika pernyataan salah alasan
benar
D. Jika pernyataan dan alasan salah.
4. Pembaca dalarn hati yang baik saat melakukan kegiatan membaca dirinya tidak
menggerak-gerakkan bibir atau menunjuk teks bacaan dengan menggunakan jari
atau alat tunjuk lainnya
sebab
Hal itu akan dapat merusak pemahaman terhadap bacaan yang tengah
dibacanya
5. Salah satu tujuan membaca nyaring adalah kefasihan
sebab
Membaca nyaring pada hakekatnya merupakan kegiatan membaca untuk
kepentingan orang lain.
6. Salah satu sebab terjadinya regresi atau pengulangan kembali terhadap bagian-
bagian yang telah dibaca dalam membaca dalam hati yakni akibat pembaca kurang
memiliki harga diri.
sebab
Harga diri merupakan hal yang harus dimiliki oleh seorang pembaca nyaring.
Petunjuk: Untuk soal nomor 7-10 pilihlah:
A. Jika (1) dan (2) benar
B. Jika (1) dan (3)benar
C. Jika (2) dan (3) benar
D. Jika (1), (2), dan (3) benar
7. Tuntutan kemampuan membaca dalam hati untuk anak SD Kelas V menurut
Barbe dan Abbot antara lain:
• Membaca I
(1) membaca tanpa gerakan-gerakan bibir atau kepala atau menunjuk-
nunjuk dengan jari
(2) membaca dengan pemahaman yang baik
(3) dapat membaca dengan kecepatan 180 kata dalam satu menit pada
bacaan fiksi tingkat dasar
8) Tuntutan kemampuan membaca nyaring untuk anak SD kelas VI menurut
Barbe dan Abbot antara lain….
(1) membaca nyaring dengan penuh perasaan dan ekspresi
(2) membaca nyaring dengan penuh kesungguhan
(3) mampu menggunakan frasa dan susunan kata yang tepat
9. Contoh aplikasi membaca nyaring tingkat lanjut misalnya….
(1) membaca berita di TV
(2) membaca puisi
(3) membaca koran
10. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pembaca nyaring secara umum
antar lain….
(1) harus mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan
bacaan
(2) harus mempelajari keterampilan-keterampilan menafsirkan atas
lambang lambang tertulis, seperti tanda pungtuasi serta tanda-tanda baca
lainnya
(3) harus dapat mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar
jelas rnaknanya bagi dirinya
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir Modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
• Membaca I
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1.
Rumus:
Jumlah jawaban yang Anda benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------------- x 100%
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = balk
70% - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami kegiatan belajar 1. Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2.
Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi
Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
• Membaca I
METODE SQ3R
Dra. Lilis Siti Sulistyaningsih
egiatan berbahasa meliputi empat keterampilan yaitu menyimak
berbicara membaca dan menulis. Membaca sebagai salah satu
keterampilan berbahasa sudah selayaknya kita memiliki dengan baik
karena ia sudah merupakan kebutuhan sehari-hari. Pada saat ini, banyak
orang yang mengawali kegiatan pagi hari dengan membaca, seperti
membaca surat kabar atau bacaan lainnya. Begitu pula seorang siswa atau
mahasiswa akan sering berhadapan dengan buku-buku yang harus
dibacanya. Oleh karena itu, kita harus mempunyai cara untuk mensiasati
bahan bacaan agar dapat memahaminya dengan baik, terutama bahan
bacaan yang berkaitan dengan buku-buku untuk keperluan studi atau buku-
buku ilmiah lainnya.
Dalam modul ini akan dibahas cara atau metode yang dapat
digunakan untuk memahami sebuah buku atau bacaan lainnya, terutama
yang berkaitan dengan buku-buku pelajaran, yang biasanya dianggap lebih
sulit dipahami daripada buku cerita. Selain itu, akan dibahas langkah-
langkah penggunaan metode SQ3R, dan sekaligus membahas bagaimana
cara menerapkan metode ini untuk dapat meningkatkan kemampuan
membaca. Modul ini berjudul metode SQ3R, yang terbagi atas dua pokok
bahasan, yaitu (1) hakikat metode SQ3R dengan subpokok bahasan:
K
• Membaca I
pengertian metode SQ3R, karakteristik metode SQ3R, dan langkah-langkah
metode SQ3R; (2) penerapan metode SQ3R dengan subpokok bahasan:
keuntungan dan manfaat metode SQ3R, dan penerapan metode SQ3R
bagi peningkatan kemampuan membaca.
Metode SQ3R merupakan rangkaian modul-modul sebelumnya. Oleh
karena itu, untuk mendapat pemahaman yang baik terhadap modul ini Anda
harus memahami modul-modul sebelumnya.
Penguasaan materi modul ini, akan membantu Anda untuk
meningkatkan kemampuan membaca untuk keperluan studi. Selain itu,
akan mempermudah Anda untuk memahami buku atau bacaan lain karena
modul ini berfungsi sebagai pisau yang digunakan untuk membedah sebuah
buku agar buku itu dapat dipahami dengan baik.
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan memiliki wawasan
yang luas tentang metode membaca untuk studi. Secara lebih rinci, tujuan
yang ingin dicapai adalah agar Anda dapat :
1. menjelaskan hakikat metode SQ3R, yang meliputi pengertian
metode SQ3R, karakteristik metode SQ3R, langkah-langkah metode
SQ3R;
2. menerapkan metode SQ3R untuk meningkatkan kemampuan
membaca studi, yang meliputi keuntungan dan manfaat metode
SQ3R, dan penerapan metode SQ3R dalam kegiatan membaca
untuk studi.
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka materi dalam modul
ini akan dituangkan dalam tiga kegiatan belajar
Kegiatan Belajar 1 mambahas Hakikat Metode SQ3R;
Kegiatan Belajar 2 membahas Penerapan Metode SQ3R, bagi
Peningkatan Kemempuan membaca
Supaya Anda berhasil memahami modul ini dan tujuan yang telah
ditetapkan tercapai dengan baik, maka Anda harus mempelajari setiap
kegiatan belajar dalam modul ini dengan cermat sesuai dengan petunjuk
yang diberikan.
• Membaca I
Diskusikan dengan teman Anda bila mengalami kesulitan dan gunakan
glosarium (daftar kata-kata sulit) yang tersedia jika Anda menemukan kata-
kata atau istilah yang belum Anda pahami maknanya. Kerjakan semua
latihan dan tes formatif sesuai dengan petunjuk yang ada dalam modul
tersebut. Selamat belajar semoga berhasil!
1
Hakikat Metode SQ3R
1. Pengertian Metode SQ3R
ering kita mengalamai kesulitan dalam memahami sebuah buku atau
bahan bacaan lainnya. Tidak jarang untuk memahami sebuah
bacaan, kita membaca lebih dari satu kali. Mengapa demikian?
Banyak orang yang membaca sebuah buku atau bacaan lain dengan
cara membaca keseluruhan bacaan itu sekaligus. Dengan cara itu, orang
tersebut beranggapan akan dapat memahami bacaan tersebut dengan baik.
Ternyata anggapan tersebut tidak terlalu tepat untuk memahami suatu
bacaan, kita tidak sekedar membaca. Kita memerlukan strategi yang tepat
agar memahami bacaan itu dengan cepat dengan hasil yang baik.
Membaca sebuah buku dapat kita mulai dengan membaca sekilas
atau skiming, kemudian dilanjutkan dengan membaca secara intensif.
Membaca sekilas bertujuan untuk memperoleh kesan umum dari sebuah
buku. Akan tetapi, buku itu juga harus kita pelajari secara intensif. Kita tidak
hanya membaca buku itu secara meluas, tetapi juga perlu membaca secara
mendalam. Membaca secara intensif diperlukan untuk memperoleh
informasi yang lebih bermutu, lebih berbobot, lebih kental, dan lebih utuh.
Untuk membaca kegiatan seperti itu, kita dituntut untuk (relational thinking)
(Widyamartaya, 1992).
S
• Membaca I
Pemahaman bacaan merupakan kemampuan untuk mengerti ide-ide
pokok, rincian yang penting dari bacaan, dan pengertian yang menyeluruh
terhadap bacaan itu. Oleh karena itu, kita perlu menguasai kosa kata
struktur tulisan dengan baik.
Banyak cara atau metode yang telah dikembangkan dalam
keterampilan membaca dalam kurun waktu lima puluh tahun terakhir ini.
Salah satu diantaranya ialah metode SQ3R. apakah SQ3R itu?
SQ3R merupakan suatu metode membaca yang sangat baik untuk
kepentingan membaca secara intensif dan rasional. Metode membaca studi
ini diajaurkan oleh seorang guru besar pisikologi dari Ohio State Univercity,
yaitu Prof. Francis P. Robinson tahun 1941. metode ini merupakan metode
salah satu membaca yang makin lama makin dikenal orang dan banyak
digunakan. Kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R
mencakup lima langkah, yaitu:
1. Survei (= penelaahan pendahuluan);
2. Question (= bertanya);
3. Read (= baca);
4. Recite (= mengutarakan kembali);
5. Review (= mengulang kembali).
2. Karakteristik Metode SQ3R
Dalam menggunakan metode ini, sebelum membaca kita melakukan
survei untuk memperoleh gambaran umum dari suatu bacaan dengan cara
melihat bagain permulaan dan akhir. Misalnya, pada saat akan membaca
buku, kita mensurvei terlebih dahulu judul buku, nama pengarang, nama
penerbit, tahun terbit, daftar isi, kata pengantar, rangkuman, dan daftar
pustaka. Setelah mensurvei buku, kita kita merumuskan beberapa
pertanyaan untuk diri sendiri tentang bacaan tersebut yang diharapkan
jawabannya ada dalam buku itu. Hal itu akan membantu dan menuntun kita
memahami bacaan. Dengan bekal rumusan pertanyaan-pertanyaan tadi,
barulah kita membaca. Pertanyaan itu merupakan penentuan yang dapat
• Membaca I
membantu pembaca menemukan informasi yang diinginkannya dengan
cepat.
Setelah membaca, untuk mengetahui penguasaan kita terhadap
bacaan, kita lakukan kegiatan menceritakan/ mengutarakan kembali dengan
kata-kata sendiri. Untuk membantu daya ingat kita membuat catatan-
catatan kecil.
Kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R diakhiri
dengan kegiatan meninjau kembali/ mengulang kembali apa yang sudah
kita baca. Kita tidak perlu membaca ulang bacaan itu secara keseluruhan,
tetapi kita hanya memeriksa bagain-bagain yang dianggap penting yang
memberikan gambaran keseluruhan dari bacaan, juga untuk menemukan
hal-hal penting yang mungkin terlewat pada saat kita membaca
sebelumnya.
Begitulah gambaran singkat kegiatan membaca yang menggunakan
metode SQ3R. Dengan demikian, yang dimaksud dengan SQ3R adalah
suatu metode membaca untuk menemukan ide-ide pokok dan
pendukungnya serta untuk membantu mengingat agar lebih tahan lama
melalui lima langkah kegiatan, yaitu survei, question, read, recite, dan
review.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, metode SQ3R mempunyai lima
langkah kegiatan, yaitu survei, question, read, recite, dan review. Kelima
langkah itu akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini.
3. Langkah-langkah Metode SQ3R
Langkah 1: Survei
Jika Anda membaca sebuah buku, apa yang pertama-tama Anda
lakukan? Apakah Anda langsung membaca buku tersebut?
Sebelum kita membaca, biasanya orang menyediakan waktu beberapa
menit untuk mengenal keseluruhan anatomi buku. Caranya dengan
membuka-buka buku secara cepat dan keseluruhan yang langsung tampak.
Yang dimaksud dengan anatomi tersebut meliputi (1) bagian pendahuluan,
• Membaca I
yang meliputi halaman judul (judul, nama pengarang, penerbit, tempat
penerbit, tahun terbit, dan sebagainya), daftar isi, halaman ucapan terima
kasih, daftar tabel dan daftar gambar (jika ada daftar tabel, grafik, dan
gambar), barang kali juga halaman yang berisi persetujuan yang berwenang
menerbitkan buku tersebut, dan abstraksi; (2) bagian isi buku, yang
menggambarkan urutan dan tata penyajian isi buku; (3) bagian akhir buku,
yaitu berisi kesimpulan, saran atau rekomendasi, daftar pustaka, dan
indeks.
Semua unsur dilihat secara sekilas, minimal untuk memberikan
gambaran isi, kemenarikan, dan kemanfaatan buku yang baik (bersifat
ilmiah) hendaknya mengandung bagian-bagian buku tersebut. Jadi, dalam
membaca buku, kita tidak langsung masuk ke dalam batang tubuh bacaan
tersebut. Apakah Anda juga melakukan hal yang sama sebelum membaca?
Langkah 2 : Question
Pada saat Anda menghadapi sebuah bacaan, pernahkan Anda
mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang hal-hal yang berkaitan
dengan bacaan, pertanyaan-pertanyaan itu dapat menuntun kita memahami
bacaan, dan mengarahkan pikiran pada isi bacaan yang akan dimasuki
sehingga Anda bersikap aktif. Anda tidak hanya mengikuti saja apa yang
dikatakan pengarang. Anda boleh mengkritik dan mempertanyakan apa
yang dikatakan pengarang sambil nanti melihat buktinya.
Langkah 3 : Read
Setelah Anda menyurvei dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan,
Anda mulai melakukan kegiatan membaca. Tidak perlu semua kalimat,
Anda dapat membaca dengan dituntun oleh pertanyaan-pertanyaan yang
telah dirumuskan. Perlambat cara membaca Anda dibagian-bagian yang
penting atau yang Anda anggap sulit dan percepat kembali pada bagian-
bagian yang tidak penting atau yang telah Anda ketahui. Dengan demikian,
kegiatan membaca Anda relatif lebih cepat dan efektif, tetapi pemahaman
• Membaca I
yang menyeluruh tentang bacaan atau buku tersebut telah Anda dapatkan.
Pada langkah ini konsentrasi diri sangatlah penting.
Langkah 4 : Recite
Setiap Anda selesai membaca satu bagian berhentilah sejenak.
Buatlah catatan-catatan penting tentang bagian yang dibaca itu dengan
kata-kata sendiri, lakukan itu terus sampai Anda selesai membaca. Catatan
itu dapat berupa kutipan, simpulan, atau komentar Anda. Jika Anda masih
mengalami kesulitan, ulangi sekali lagi membaca bagian yang sulit itu.
Catatan-catatan tersebut akan membantu Anda untuk mengingat apa yang
sudah dibaca agar tidak sampai terjadi begitu selesai membaca, hilang pula
apa yang telah Anda Baca.
Langkah 5 : Review
Setelah Anda selesai membaca buku secara keseluruhan, tinjau
kembali hal-hal penting yang telah Anda baca. Temukan bagian-bagian
penting yang perlu untuk diingat kembali, terutama hal-hal yang telah diberi
tanda atau digarisbawahi. Pengulangan kembali ini akan membantu daya
ingat Anda untuk memperjelas pemahaman terhadap bacaan, juga
membantu kita menemukan hal penting yang mungkin terlewat sebelumnya.
Selain itu, kita juga mendapatkan isi buku secara keseluruhan.
Dari uraian di atas, kita mengetahui bahwa kegiatan membaca
dengan menggunakan metode SQ3R akan lebih efektif dan efisien serta
memungkinkan memberikan hasil yang maksimal.
Latihan
Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda terhadap uraian dalam
kegiatan belajar 1, kerjakanlah latihan berikut ini! Jika Anda menemukan
hal-hal yang sulit, diskusikanlah dengan teman Anda.
1. Kadang-kadang kita menemukan sebuah buku yang sulit untuk
dibaca/ dipahami dengan satu kali baca. Diskusikanlah dengan
• Membaca I
teman Anda, faktor-faktor yang menyebabkan sebuah buku sulit
untuk dipahami!
2. Metode SQ3R memiliki lima langkah kegiatan. Dapatkah kelima
langkah tersebut ditukar urutannya ? Jelaskan pendapat Anda!
3. Berikan contoh langkah ke 1 (survei) dalam kegiatan membaca
sehari-hari.
Apabila Anda selesai mengerjakan latihan di atas, periksalah hasil
latihan Anda tersebut dengan memperhatikan rambu-rambu jawaban
berikut ini!
Petunjuk Jawaban Latihan
1. Tidak semua buku mudah untuk kita pahami. Ada hal-hal yang
menyebabkan sebuah buku sulit untuk dipahami, antara lain aspek
kebahasaannya, yang mencakup kosa kata, di ……, dan struktur
kalimat, serta dari setruktur dasar penulisan, yakni organisasi tulisan
atau cara menata buku tersebut. Hal-hal tersebut harus menjadi
acuan untuk jawaban Anda.
2. Untuk menjawab latihan nomor 3, Anda harus berpedoman pada
langkah-langkah SQ3R, yaitu survei, question, read, recite, dan
review. Kelima langkah tersebut harus ditempuh secara berurutan
sesuai, dengan fungsinya masing-masing.
3. Untuk mensurvei sebuah buku, Anda harus mengetahui anatomi
buku yang terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian prelimunaries, isi
buku, dan bagian akhir buku. Pada saat Anda memberikan contoh
langkah 1 (survei), jangan lupa Anda memperhatikan bagian-bagian
buku tersebut.
Rangkuman
SQ3R merupakan metode membaca yang makin populer dan
banyak digunakan. Metode ini dianggap sebagai metode membaca yang
cukup efektif dan dapat menghasilkan pemahaman yang baik.
SQ3R ialah metode membaca untuk menemukan ide-ide pokok dan
pendukung ide pokok juga membantu pembaca dapat mengingat lebih
lama.
• Membaca I
Tes Formatif 1
Petunjuk : Kerjakanlah soal berikut dengan memilih salah satu alternatif
jawaban yang Anda anggap tepat !
1. Keterampilan berbahasa yang bersifat menerima informasi dari
bahan tertulis disebut ……..
A. menyimak.
B. berbicara.
C. membaca.
D. menulis.
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mensurvei sebuah buku
adalah sebagai berikut, kecuali …..
A. judul buku.
B. daftar isi.
C. isi bab.
D. ideks.
3. Mengutarakan kembali isi bacaan yang telah dibaca dengan kata-
kata sendiri termasuk kegiatan dalam …….
A. question.
B. recite.
C. read.
D. review.
4. Gambaran umum bacaan atau buku yang kita baca akan kita dapat
melalui kegiatan ….
A. survei….
B. read.
• Membaca I
C. recite.
D. question.
5. Langkah SQ3R yang paling tepat adalah …..
A. survei, question, recite, read, review,
B. survei, question, review, read, recite,
C. survei, question, read, review, recite,
D. survei, question, read, recite, review,
Untuk nomor 6sampai dengan nomor 8, pilihlah,
A. jika pernyataan pertama dan kedua benar dan keduanya
menunjukan hubungan sebab akibat;
B. jika kedua pertanyaan benar, tetapi keduanya tidak berhubungan
sebab akibat;
C. jika salah satu pertanyaan benar; atau
D. jika pernyataan pertama dan kedua salah.
6. SQ3R merupakan suatu metode membaca yang sangat baik untuk
kepentingan membaca secara intensif dan rasional.
sebab
Dengan metode SQ3R, kita akan membaca secara lebih mendalam
dan dapat berfikir secara saling berhubungan.
7. Pemahaman sesorang terhadap bacaan akan dipengaruhi oleh faktor
internal (dari dalam dirinya sendir) dan faktor eksternal (lingkungan),
Sebab
Pemahaman bacaan merupakan kemampuan untuk mengerti ide-ide
pokok, rincian yang penting dari bacaan, dan pengertian yang
meyeluruh terhadap bacaan itu.
8. Langkah keempat dari metode SQ3R adalah mengutarakan kembali
dengan kata-kata sendiri apa yang telah dibacanya dengan bantuan
catatan-catatan kecil.
sebab
• Membaca I
Pada langkah recite, Anda membuat pertanyaan-pertanyaan untuk
menuntun kita pada waktu membaca,
Untuk nomor 9, dan 10, pilihlah,
A. Jika 1,2 dan 3 benar;
B. Jika 1 dan 3 benar;
C. Jika 2 dan 4 benar;
D. Jika hanya 4 yang benar;
9. Setelah membaca sebuah buku, dilakukan pengecekan atas
penguasaan isi bacaan. Sebelum sampai pada kegiatan itu, langkah
yang ditempuh oleh pembaca adalah ……
(1) survei
(2) question
(3) read,
10. Yang termasuk bagian pendahuluan dalam anatomi buku ialah
(1) halam judul,
(2) halam daftar isi
(3) halaman abstraksi.
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1
yang terdapat di bagian akhir Modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang
benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Rumus :
Jumlah jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = X 100% 10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
• Membaca I
< 70% = kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, bagus!
Anda cukup memahami kegiatan belajar 1. Anda dapat meneruskan dengan
Kegiatan Belajar 2. tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih dibawah
80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.
2
Penerapan Metode SQ3R
1. Keuntungan dan Manfaat Metode SQ3R
agi seorang pelajar atau mahasiswa, kegiatan membaca bukanlah
sekedar mengisi waktu luang atau untuk bersantai, melainkan
kegiatan yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh karena
kepentingan studi.
Membaca untuk studi ialah membaca untuk memahami isi buku
secara keseluruhan, baik pikiran pokok maupun pikiran-pikiran penjelas
sehingga pemahaman yang komprehensif (mendalam dan utuh) tentang isi
buku tercapai. Untuk mencapai hal tersebut, pembaca perlu melakukan
persiapan tertentu dan mengetahui metode yang efektif dan efisien. Salah
satu di antara metode tersebut adalah metode SQ3R.
Salah satu syarat penting untuk membaca studi ialah konsentrasi
atau pemusatan pikiran. Tanpa adanya konsentrasi, maka pemahaman
yang diharapkan pun tidak akan tercapai. Ada tiga kondisi yang harus
dipersiapkan agar dapat membaca dengan penuh konsentrasi, yaitu (a)
kesehatan, ketenangan rohani dan jasmani; (b) kesegaran dan ketenangan
tempat serta; (c) keteraturan waktu. Keterangan dari salah satu ketiganya
dapat mengganggu konsentrasi pembaca.
B
• Membaca I
Membaca untuk studi memerlukan ketenangan dan kesegaran
tempat. Kebersihan, kerapihan, dan keteraturan ruang studi menimbulkan
kesegaran dan ketenangan. Selain itu, ketenangan dan kebersihan
lingkungan juga perlu ada karena berpengaruh juga pada konsentrasi.
Memang ada juga orang yang dapat membaca (belajar) sambil
mendengarkan musik (radio, tape, dan lain-lain), tetapi ini pun jika diteliti
ternyata akan menggangu konsentrasi pikiran. Sebaiknya suara-suara yang
mengganggu dihindarkan. Di dalam ruang belajar harus tersedia alat-alat
tulis yang diperlukan termasuk meja tulis yang baik. Penerangan yang
cukup perlu ada dalam ruangan belajar agar mata tidak menjadi sakit, tidak
baik hanya memakai lampu meja yang hanya meyorot buku bacaan karena
dapat mengurangi daya tahan mata. Selain itu, usahakanlah ruangan
belajar bersuhu segar, tidak lembap ataupun panas.
Membaca juga perlu ditentukan waktunya, apakah pagi hari, sore,
atau malam. Pemilihan waktu ini tentu tidak mungkin sama bagi setiap
orang. Banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti cuaca, situasi kerja.
Yang penting adalah bahwa waktu untuk belajar perlu teratur dan tetap. Jika
keteraturan waktu ini telah terbina dan telah menjadi kebiasaan, maka
kebiasaan membaca yang baik ini telah menjadi miliknya.
Setiap orang sudah tentu dapat membina suatu kebiasaan tertentu
yang berbeda dengan orang lain. Akan tetapi, persiapan-persiapan yang
dikemukakan di atas, adalah kondisi-kondisi umum yang biasanya membuat
pembaca mencapai hasil yang maksimal.
Langkah selanjutnya dalam membaca untuk studi ialah menentukan
metode yang efektif dan efisien. Salah satu metode untuk kepentingan
membaca studi ialah SQ3R. tentu pemilihan metode ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa metode SQ3R merupakan metode membaca yang
semakin populer digunakan. Oleh karena itu, kita akan lebih mudah mencari
referensi tentang hal itu.
Membaca dengan SQ3R harus kita lakukan dengan mengikuti
langkah-langkah yang tersurat dalam singkatan SQ3R tersebut. Ada
• Membaca I
beberapa keuntungan atau manfaat yang kita peroleh dengan
menggunakan metode tersebut.
2) dengan menyurvei buku terlebih dahulu, kita akan mengenal
organisasi tulisan dan memperoleh kesan umum dari buku. Hal ini
akan mempercepat pemahamn terhadap buku tersebut.
3) Pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun tetang apa yang kita
baca akan membangkitkan keingintahuan dan membantu kita
untuk membaca dengan tujuan mencari jawaban-jawaban yang
penting (relevan), serta akhirnya akan meningkatkan pemahaman
dan mempercepat penguasaan seluruh isi buku.
4) Dapat melakukan kegiatan membaca secara lebih cepat karena
dipandu oleh langkah-langkah sebelumnya, yaitu menyurvei buku
dan menyusun pertanyaan tentang bacaan.
5) Catatan-catatan tentang buku yang dibaca dapat membantu kita
memahami secara cepat dan membantu ingatan kita. Mencatat
fakta-fakta serta ide-ide yang penting akan menamkan kesan yang
mendalam pada ingatan kita.
6) Melalui langkah terakhir, yaitu review atau mengulangi, kita akan
memperoleh penguasaan bulat, menyeluruh atas bahan yang kita
baca.
Berdasarkan uraian di atas, diungkapkan bahwa metode SQ3R
sangat efektif dalam membaca untuk studi. Usaha yang efektif untuk
memahami dan mengingat lebih lama dapat dilakukan dengan:
(1) mengorganisasikan bahan yang dibaca dalam kaitan yang mudah
dipahami
(2) mengaitkan fakta yang satu dengan yang lain, atau dengan
menghubungkan pengalaman atau konteks yang Anda hadapi.
Latihan
Setelah Anda selesai membaca uraian di atas, Anda kerjakanlah
latihan berikut ini. Jika Anda mengalami kesulitan diskusikanlah dengan
teman.
• Membaca I
1. Jelaskan, mengapa konsentrasi merupakan syarat penting dalam
membaca untuk studi!
2. Untuk dapat membaca dengan penuh konsentrasi, kondisi yang
bagaimankah yang harus dipersiapkan?
3. Mengapa untuk membentuk kebiasaan membaca yang baik ,
diperlukan keteraturan waktu membaca?
4. jelaskan keuntungan mensurvei buku dalam membaca untuk studi!
Petunjuk Jawaban Latihan
1. Untuk menjawab latihan nomor 2, Anda hendaknya mengacu
pada
- pengertian konsentrasi
- fungsi membaca untuk studi
- dan hubungan dari keduanya, maksdudnya peranan
konsentrasi untuk membaca studi.
2. Jawaban Anda berkaiatan dengan berbagai persiapan untuk
membaca, antaranya:
a) keadaan ruangan/ kondisi ruangan yang baik
b) kesiapan diri baik fisik maupun mental
c) suasana lingkungan
d) sarana penunjang lainnya.
3. Jawaban Anda hendaknya memperhatikan :
a) syarat-sayarat pembentukan kebiasaan
b) peranan disiplin menggunakan waktu
4. Jawaban Anda berkaitan dengan:
a) fungsi survei dalam membaca buku
b) tujuan survei dalam membaca buku
c) manfaat survei dalam membaca buku
• Membaca I
Rangkuman
Membaca untuk studi harus dilakukan dengan sunguh-sungguh. Membaca untuk studi ialah membaca untuk memahami isi buku secara keseluruhan, baik pikiran pokok maupun pikiran-pikiran penjelas sehingga pemahaman yang komprehensif (mendalam dan utuh) tentang isi buku tercapai.
Membaca studi memrlukan konsentrasi atau pemusatan pikiran. Dengan konsentrasi, pemahaman bacaan akan tercapai dengan baik. Tiga kondisi yang harus dipersiapkan untuk membaca dengan penuh konsentrasi, yaitu:
1) kesehata, kesegaran, dan ketenangan jasmani dan rohani, 2) kesegaran dan ketenangan tempat, serta 3) keteraturan waktu baca
Membaca dengan menggunakan metode SQ3R memiliki menjawab berikut:
1) Dengan mensurvei buku terlebih dahulu, kita akan mengenal organisasi tulisan dengan memperoleh kesan umum dari buku. Hal ini akan mempercepat pemahaman terhadap buku tersebut.
2) Pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun tentang apa yang akan dibaca dapat membangkitkan keingintahuan pembaca untuk mencari jawaban-jawaban yang penting (relevan). Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan pemahaman dan mempercepat penguasaan seluruh isi buku.
3) Dapat melakukan kegiatan membaca secara lebih cepat karena dipandu oleh langkah-langkah sebelumnya, yaitu mensurvei buku dan menyusun pertanyaan tentang bacaan.
4) Catatan-catatan hasil membaca dapat membantu daya pemahaman dan daya ingat kita.
5) Melalui langkah terakhir, yaitu review atau mengulangi, kita akan memperoleh penguasaan utuh dan menyeluruh atas bahan yang kita baca. Usaha yang efektif untuk memahami dan mengingat lebih lama
dapat dilakukan dengan: (1) mengorganisasikan bahan yang dibaca dalam kaitan yang mudah
dipahami dan (2) mengkaitkan fakta yang satu dengan yang lain, atau dengan
menghubungkan pengalaman atau konteks yang Anda hadapi.
• Membaca I
Tes Formatif 2a
Kerjakanlah tes berikut dengan memilih salah satu alternatif jawaban
yang Anda anggap paling tepat!
1. Metode SQ3R lebih tepat untuk melakukan kegiatan……..,
A. membaca sekilas.
B. membaca untuk studi.
C. membaca cerpen.
D. membaca dangkal.
2. Syarat yang paling penting membaca studi ialah ……….
A. Konsentrasi.
B. suara nyaring.
C. waktu yang panjang.
D. badan yang sehat.
3. Kondisi yang harus dipersiapkan agar dapat berkonsentrasi dalam
membaca ialah seperti berikut, kecuali ……….
A. ketenangan rohani dan jasmani
B. ketenangan tempat.
C. adanya buku bacaan.
D. keteraturan waktu.
4. Untuk menciptakan ruang belajar yang tenang dan segar, hendaknya
ruangan itu …….
A. bersih dan rapi.
B. banyak perabotannya.
• Membaca I
C. ruangannya luas.
D. catnya baru.
5. Waktu untuk belajar termasuk membaca hendaknya……..
A. kapan saja.
B. jika ada waktu senggang.
C. Malam hari ketika orang sedang tidur.
D. teratur dan tetap.
Untuk nomor 6 sampai dengan nomor 8, pilihlah:
A. jika pernyataan pertama dan benar, kedua-duanya memiliki
hubungan sebab akibat
B. jika pernyataan pertama dan kedua benar, tetapi keduanya tidak
berhubungan sebab akibat
C. jika salah satu pernyataan pertama dan benar, atau
D. jika salah satu pernyataan pertama dan kedua salah
6. Membauat pernyataan merupakan langkah metode SQ3R yang
dapat membantu memahami bacaan,
sebab
Pernyataan-pernyataan dapat memandu pembaca untuk
mempercepat penguasaan isi buku,
7. Pada waktu membaca kita harus sehat jasmani dan rohani,
sebab
Membaca memerlukan konsentrasi penuh,
8. Mencatat fakta-fakta dan ide-ide yang penting akan menanamkan
kesan yang mendalam pada ingatan kita,
sebab
Membuat catatan dari buku yang dibaca hanya untuk mengisi waktu
luang,
Untuk nomor 9 dan 10 pilihlah:
A. jika (1) dan (2) benar;
B. jika (1) dan (3) benar;
• Membaca I
C. jika (2) dan (3) benar; atau
D. jika (1),(2), dan (3) benar.
9. Hal-hal yang penting dalam membaca untuk studi ialah,
(1) konsentrasi,
(2) keadaan santai,
(3) metode SQ3R,
10. Untuk dapat berkonsentrasi dalam membaca, kita perlu
mempersiapkan kondisi berikut.
(1) sehat jasmani dan rohani.
(2) tempat membaca segar dan tenang.
(3) dilakukan secara teratur.
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 a
yang terdapat dibagian akhir Modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang
benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Rumus
Jumlah jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = X 100% 10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, bagus!
Anda cukup memahami kegiatan belajar 2. Akan tetapi, bila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Kegiatan
Belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
• Membaca I
2. Penerapan Metode SQ3R
Pada uraian kegiatan belajar ini, Anda akan mempelajari penerapan
metode SQ3R dalam kegiatan membaca.
Sebelum membaca sebuah buku dengan menggunakan metode
SQ3R, kita melakukan survei terhadap buku yang akan kita baca. Survei
atau prabaca ialah teknik untuk mengenal bacaan sebelum membacanya
secara lengkap. Hal ini dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar
umum yang akan dibaca dengan maksud:
1) mempercepat menangkap arti;
2) mendapatkan abstrak;
3) mengetahui ide-ide yang penting;
4) melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut;
5) mendapatkan minat perhatian yang seksama terhadap bacaan;
6) memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah
(Soedarso, 1988)
survei buku dilakukan tidak perlu lama hanya beberapa menit saja.
Akan tetapi, dengan cara yang sistematis, kita akan cepat menemukan ide-
ide penting dan organisasi bacaan. Hal itu akan sangat membantu
mencapai tujuan membaca. Survei buku juga digunakan untuk melihat
suatu artikel atau majalah dan memilih buku di perpustakaan atau di toko
buku untuk mengetahui apakah tulisan atau buku itu cocok dengan
kebutuhan kita. Survei atau prabaca banyak macamnya, mulai dari survei
artikel, bab buku atau buku itu sendiri bahkan survei kliping. Kita mulai
dengan survei artikel.
Artikel yang dibaca oleh seseorang dapat diperlakukan terus dibaca,
ada yang perlu dikaji kembali, ada yang perlu diringkas, ada yang perlu
ditimbang-timbang, ada yang langsung dibuang saja karena pembaca
merasa tidak berkepentingan. Oleh karena itu, sebelum membaca artikel itu
• Membaca I
secara lengkap, hendaknya Anda menyurveinya dahulu. Setelah itu, jika
diperlukan kita dapat membacanya secara keseluruhan.
Organisasi tulisan artikel umumnya terbagi atas beberapa bagian,
yaitu pendahuluan, isi, dan penutup atau kesimpulan. Setiap paragraf dalam
artikel itu mempunyai kalimat tajuk yang memuat pokok pikiran. Kegiatan
surveinya dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
1. Baca judul. Judul tidak hanya menunjukan masalah yang dibahas
dalam artikel itu, tetapi juga untuk merangsang pembaca berfikir:
a) apa yang Anda dapatkan dari judul tersebut?
b) gagasan apa saja yang ada?
c) hal apa yang telah Anda ketahui?
2. Baca semua subjudul. Subjudul dibaca dengan cepat. Hal ini akan
membantu pembaca membentuk pengertian yang menyeluruh.
Subjudul umumnya menunjukan fokus yang khusu serta aspek-aspek
yang mengacu pada keseluruhan topik
3. Jika ada amati juga tabel, skema atau peta yang memperjelas isi.
4. Baca pengantar. Apabila tidak ada pengantar, baca dua paragraf
pertama dengan kecepatan yang tinggi. Dengan cara ini kita akan
mendapatkan ide, cerita, latar, nada, suasana, dan gaya penulisannya.
Pengantar pada tulisan akan membantu pembaca memahami isi.
Apabila paragraf itu terlalu panjang, baca saja kalimat pertama dan
kedua.
5. Baca kalimat pertama subbab. Kalimat pertama sering menuturkan isi
bagian tulisan itu. Akan tetapi, adakalanya kalimat pertama ini hanya
kalimat transisi atau hanya untuk menarik perhatian pembaca. Jika
demikian, baca kalimat terakhir kalimat. Kalimat ini sering mengulangi
gagasan utama paragraf itu.
6. Dibuang atau dimanfaatkan. Kalau artikel itu tidak sesuai dengan
kebutuhan Anda, tidak perlu Anda membacanya. Sebaliknya, bila
dipandang perlu, Anda dapat membacanya lebih serius.
Selanjutnya kita akan melakukan survei terhadap buku, terutama
buku nonfiksi. Banyak bagian komunikasi yang dapat menolong kita untuk
• Membaca I
mengetahui isinya dan membantu mencapai tujuan kita membaca buku
tersebut. Bagian itu adalah daftar isi, pengantar/ pendahuluan, bab, indeks,
tabel, glosarium, gambar, dan lain-lain.
Dalam menyurvei buku, tindakan pertama yang perlu dilakukan
adalah memperhatikan judul buku dan mengajukan pertanyaan tentang
topik yang terkandung di dalamnya. Lalu melihat nama penulis dan
atributnya yang biasanya memberikan petunjuk isi tulisan. Untuk melihat
aktual atau tindakannya buku tersebut lihat tahun penerbitnya. Jika ada,
baca juga sampul buku bagian belakang yang memuat pesan penerbit
mengenai hal penting dari buku. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan
ialah:
1) Telusuri daftar isi. Daftar isi kita baca untuk mendapatkan
keseluruhan organisasi buku/informasi. Daftar isi memuat kerangka
dan gambaran umum buku, serta berisi topik-topik utama dan
subtopik lainnya yang terdapat dalam buku.
2) Baca pengantar. Jika kita pergi ke perpustakaan, adakalanya kita
dihadapkan pada deretan buku yang mengupas hal yang sama.
Mungkin kita dapat menyempitkan pilihan berdasarkan tahun
penerbitannya, tentu saja kita mencari buku yang tahun terbitnya
lebih baru. Akan tetapi, sering juga kita dihadapkan pada pilihan lain.
Karena itu, biasanya penulis membatasi permasalahan yang dibahas
dalam pengantar. Jadi, pengantar dilewati waktu kita membaca.
3) Lihat tabel, gambar, grafik, dan lain-lain.bagian buku ini dapat
memperjelas dan mempercepat pemahaman isi buku.
4) Apendiks. Jangan juga tambahan atau apendiks ini. Biasanya
memberikan tambahan infomasi yang berharga bagi pembaca.
Sayangnya buku-buku yang terbit di Indonesia lebih banyak yang
tidak dilengkapi dengan apendiks.
5) Telusuri indeks. Dapatkan kat-kata kunci untuk mencocokan dengan
tujuan dan kebutuhan kita. Sama halnya dengan apendiks, indeks
pun tidak dicantumkan dalam buku-buku di Indonesia.
• Membaca I
Setelah melakukan survei terhadap buku yang akan dibaca, Anda
dapat menentukan sikap, “sejauh mana Anda akan membaca buku
tersebut?”. Apakah Anda perlu membacanya secara lengkap dari bab
pertama atau langsung membaca bab lain? Kalau demikian, apakah akan
langsung membaca bab itu? Anda juga harus melakukan survei bab itu
terlebih dahulu.
Sebelum Anda membaca suatu bab, adakan survei terlebih dahulu.
Survei bab lebih teliti dibandingkan survai secara keseluruhan buku. Selain
itu, Anda mengamati subjudul-subjudul. Amati juga alat-alat bantu visual
yang ada di bab itu, seperti grafik, peta, gambar.
Lalu. Perhatikan hal-hal berikut ini:
1) Paragraf pertama dan akhir. Kadang-kadang penulis menggunakan
paragraf itu untuk menyampaikan apa yang akan dibicarakan dalam
bab itu atau ringkasan dan kesimpulan bab itu.
2) Ringkasan. Ihtisar atau ringkasan tentang bab terkadang dituliskan
oleh penulis pada bagian tersendiri, biasanya mendahului bab itu.
Anda baca dahulu ringkasan itu untuk mendapatkan gambaran
umum tentang bab itu.
3) Subjudul. Penulis berusaha dengan susah payah memberikan
subjudul pada setiap bab. Sayangnya, banyak pembaca justru
mengabaikan hal itu, padahal subjudul itu banyak memperjelas isi
bab tersebut. Dengan subjudul, pembaca makin mengetahui
hubungan bagian-bagian isi buku itu.
Bahan bacaan yang lain yang diperlukan untuk studi adalah kliping
surat bakar atau majalah. Untuk mendapatkan bahan yang benar-benar
sesuai dengan kebutuhan kita secara cepat, lakukanlah survei terhadap
kliping tersebut dengan cara berikut.
1) Perhatikan judul. Umumnya judul mencerminkan topik dan fokus
pembahasan.
2) Perhatikan penulisannya. Jika Anda mengetahui identitasnya atau
telah mengenal mutu dan pembahasan sebelumnya, Anda dapat
• Membaca I
memperkirakan isinya dan membuat keputusan untuk membacanya
atau tidak.
3) Selanjutnya lakukan seperti survei artikel. Lakukanlah survei dengan
segera. Jangan lama-lama dengan satu artikel atau satu berita.
Cepatlah balik lembaran berikutnya.
4) Dengan survei, Anda dapat memutuskan dengan cepat apakah
lemabaran atau bahan itu sesuai dengan kebutuhan Anda.
Sejalan dengan langkah survei, pembaca mengajukan pertanyaan
sebanyak-banyaknya tentang isi bacaan. Cara yang dapat kita gunakan
ialah dengan mengubah judul dan subjudul atau yang lebih kecil dari
subjudul menjadi suatu pertanyaan. Kita dapat menggunakan kat-kata
tanya: apa, siapa, kapan, di mana, dan mengapa. Misalnya, subjudul
“Variasi bahasa”, dapat diubah dengan bertanya, Apa yang dimaksud
dengan variasi bahasa? Mengapa terjadi variasi bahasa?
Pada waktu Anda melakukan survei buku secara keseluruhan,
mungkin pertanyaan Anda masih terlalu umum, tetapi setelah Anda
menyurvei subjudul atau menyurvei bab ke bab pertanyaan-pertanyaan itu
lebih spesifik lagi. Satu pertanyaan dapat dijabarkan menjadi beberapa
pertanyaan lain tentang isi bacaan secara lebih mendalam. Dengan adanya
berbagai pertanyaan itu, cara membaca kita menjadi lebih aktif dan lebih
mudah menangkap gagasan yang ada daripada kalau hanya asal
membaca.
Setelah Anda melewati dua langkah tersebut, barulah Anda
memasuki kegiatan membaca. Jadi, membaca merupakan langkah ketiga
bukan pertama dan bukan satu-satunya langkah untuk menguasai bacaan.
Cara membaca pun harus kritis karena membaca dengan metode SQ3R
digunakan untuk membaca studi.
Bacalah tulisan itu bagian demi bagian. Sambil membaca bagian-
bagian itu carilah jawaban atas pertanyaan yang Anda buat berdasarkan
judul-judul bagian atau pertanyaan lain yang muncul sehubungan dengan
topik bacaan itu.
• Membaca I
Pada tahap ini sangat diperlukan konsentrasi terhadap penguasaan
ide pokok serta rincian yang penting, yang mendukung ide pokok. Pada
bagian-bagian yang penting atau yang Anda anggap sulit, perlambat
membaca Anda dan pada bagian-bagian yang tidak penting atau yang Anda
telah ketahui, percepat kembali membaca Anda.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan membaca.
(1) Jangan membuat catatan-catatan yang berlebihan. Hal ini
akan memperlambat Anda dalam membaca. Pilihlah
bagian-bagian yang penting saja.
(2) Jangan membuat tanda-tanda, seperti garis bawah pada
kata maupun frase tertentu karena belum tentu yang
digarisbawahi itu sudah sesuai dengan keperluan Anda.
Berbeda dengan langkah ketiga yang tidak boleh membuat catatan
secara berlebihan karena akan mengganggu kegiatan membaca, maka
pada langkah keempat yaitu recite atau mengutarakan kembali, kita dapat
membuat catatan walupun seperlunya. Catatan-catatan ini dapat
membantu kita untuk memahami bacaan.
Agar catatan-catatan yang kita buat dapat sungguh-sungguh
berguna untuk belajar maupun untuk mengarang, catatan-catatan itu
janganlah terlalu ringkas. Bentuk catatan untuk membaca studi antara lain
ada tiga macam.
1. Garais besar atau out line
Garis besar memberi pandangan menyeluruh secara tepat. Garis besar
menunjukkan kombinasi dan subordinasi gagasan dengan jelas serta
menunjukkan pikiran utama dan pikiran penjelas serta jenis dan
pengembangan paragraf. Jadi, bentuk cacatan dengan garis besar
sangat berguna untuk belajar cepat.
2. Ringkasan
Ringkasan mengandalkan kemampuan kita dalam menulis secara
ringkas. Untuk mempelajari ulang bahan , ringkasan mungkin tidak
memberikan kecepatan sebesar yang diberikan oleh garis besar. Akan
tetapi, untuk studi konstruktif yang lebih kuat, untuk tujuan mampu
• Membaca I
menyampaikan gagasan secara ringkas, tepat , dan jelas membuat
ringkasan dapat memainkan peranan yang nyata.
3. Tanya jawab
Catatan yang berupa serangkaian pertanyaan dan jawaban bernilai
untuk mampu merumuskan pertanyaan dan jawaban dalam kalimat
tanya dan kalimat afirmatif yang baik. Dengan catatan tanya jawab ini,
membaca untuk studi lebih berhasil. Bahkan pemahaman dan
penguasaan bahan pun lebih kuat.
Adapun alasan membuat catatan, yaitu:
1. Informasi atau ide yang dikandung dalam bacaan itu kita perlukan;
2. Kita tidak dapat mencoret-coret buku (buku pinjaman, dan lain-lain);
3. Untuk memudahkan mencari kembali bila kita memerlukan ide yang
kita perlukan itu.
Catatan pada saat membaca berguna untuk :
1) membantu melihat struktur apa yang dibaca;
2) mengambil pokok yang menarik, berguna, atau sesuatu yang
diperlukan;
3) mengingat-ingat materi yang penting;
4) sebagai bahan acuan bila suatu ketika diperlukan; serta
5) membantu konsentrasi dan memudahkan mengingat apa yang
kita baca.
Jadi, dengan membuat ringkasan mengambil intisari suatu bab,
bagian, atau paragraf, kita akan menguasai ide yang dikandungnya dengan
lebih baik.
Catatan yang kita buat secukupnya, yang diperkirakan dapat
membantu pemahaman kita. Yang dimaksud secukupnya ialah mencatat
hal-hal yang meliputi:
1) bagian-bagian kunci termasuk ide sentral soal-soal besar, atau
informasi penting;
2) tujuan dan asumsi penulis tentang segi-segi tertentu;
• Membaca I
3) rincian dan fakta yang kita perlukan, misalnya statistik atau hal lain
yang dapat menunjang kebutuhan kita;
4) pokok-pokok pikiran yang menarik atau yang perlu diikuti, seperti
gagasan baru, ide yang memancing komentar yang menantang, kata
yang masih asing, penjelasan atau soal yang tidak kita mengerti, dan
pendapat.
Cacatan dari berbagai sumber yang telah kita buat sebaiknya
dikumpulkan karena pada suatu saat kita akan membutuhkannya lagi,
seperti untuk membuat makalah. Dengan mengunakan catatan dari banyak
sumber, kita akan mendapatkan beberapa keuntungan.
1) Apabila catatan hanya dari satu sumber, kita akan terjebak dalam
contek-mencontek, sekalipun menggunakan kata-kata sendiri, tetapi
hal itu merupakan gagasan orang lain.
2) Dengan menggunakan catatan dari banyak sumber, ide akan lebih
kaya.
3) Informasi penting tidak akan akurat jika hanya dari satu sumber.
Lebih baik kita kumpulkan ide dari banyak sumber daripada hanya
berkonsentrasi pada ide seseorang.
4) Ide kita tidak akan berkembang karena dengan hanya satu sumber,
kita tidak berkesempatan membandingkan ide kita dengan orang lain
dan kita tidak dapat mengambil kesimpulan yang baik.
Jika kita akan membuat catatan, hendaknya memperhatikan
ketepatan. Dengan kata lain, catatan itu harus tepat atau akurat.
Maksudnya:
1) ringkasan harus merupakan refleksi dari teks;
2) catatlah kutipan dengan tepat, dengan memakai tanda petik;
3) tulislah sumbernya, seperti nama penulis, judul tulisan, penerbit, dan
lain-lain seperti yang dilazimkan karena berguna untuk referensi.
Catatan umumnya kita buat dalam lembaran kertas lepas atau buku
tulis. Kelebihan catatan dalam lembar kertas adalah kita dapat melihat jelas
apa yang terjilid. Akan tetapi, keduanya memiliki kekurangan yaitu:
1) sulit untuk menambahkan sesuatu jika ada yang tertinggal;
• Membaca I
2) sulit diatur berdasarkan kebutuhan.
Catatan yang mulai digemari dan lebih leluasa pemakaiannya adalah
sistem kartu. Ada kelemahan dari sistem kartu ini ialah mudah tercecer dan
tercampur, kecuali jika Anda mengikatnya. Kelebihan sistem ini ialah:
1) mudah diatur kembali menurut kebutuhan berdasarkan kelompok
masalah;
2) mudah menambahkan informasi baru, gagasan baru, atau catatan
lain;
3) satu kartu hanya untuk satu topik dan satu sumber.
Di atas telah disebutkan tiga bentuk catatan yang dapat kita
gunakan. Berikut ini merupakan contoh dari ketiga bentuk catatan tersebut.
1) Catatan berupa garis besar
Contoh: Jenis wacana,
I. Jenis wacana berdasarkan bentuknya:
A. Wacana prosa
B. Wacana puisi
II. Jenis wacana berdasarkan pemakaiannya:
A. Wacana Narasi
B. Wacana Deskripsi
C. Wacana Eksposisi
D. Wacana Argumentasi
2) Catatan berupa ringkasan
Bacalah kutipan berikut ini!
Masalah-masalah yang dihadapi dalam bidang pendidikan pada saat
akan dimulainya pelaksanaan Repelita I sangat berat dan mendesak. Di
bidang kurikulum terasa sekali kebutuhan akan pembaharuan agar
sistem pendidikan dapat memenuhi tuntutan pembangunan dan
kemajuan. Disamping itu, terdapat ketidakseimbangan di antara
• Membaca I
berbagai jenis pendidikan (horizontal) maupun di antara berbagai tingkat
pendidikan (vertikal). Selanjutnya, jumlah anak yang berusia sekolah
yang tidak tertampung di sekolah jauh lebih besar dari jumlah anak yang
bersekolah. Demikian pula, jumlah anak yang putus sekolah (drop-out)
jauh lebih besar daripada mereka yang berhasil menyelesaikan satu
tahap pendidikan.
Sementara itu, tenaga-tenaga yang bekerja di dalam pendidikan baik
teknis maupun administratif sangat kurang jumlahnya. Di samping itu,
mutu keahlian tenaga-tenaga tersebut perlu ditingkatkan. Prasarana
pendidikan, seperti gedung dan luar sekolah sangat tidak mencukupi.
Buku-buku sangat sedikit jumlahnya. Kecuali itu, sedikit sekali sekolah
yang mempunyai perpustakaan, alat-alat peraga, ataupun laboratorium
dan tempat praktik.
Akhirnya, organisasi dan pengelolaan pendidikan dan kebudayaan baik
di pusat maupun di daerah belum mencerminkan kerja sama yang
serasi. Demikian pula, belum ada sistem informasi pendidikan atau
keperluan perencanaan yang terarah.
(dari buku Komposisi )
Bacalah ringkasannya seperti disampaikan dalam buku Komposisi
juga!
Banyak masalah berat yang dihadapi pada awal Repelita I: masalah
kurikulum, ketidakseimbangan, penampungan murid, dan masalah putus
sekolah; kemudian masalah kurangnya tenaga pendidikan, dan kurangnya
mutu keahlian dan fasilitas; akhirnya masalah kurangnya kerja sama dan
tidak ada sistem informasi.
Selain ringkasan dari sebuah tulisan, kita juga sering membuat
ringkasan dari sebuah ceramah. Apa bila mendengarkan sebuah ceramah,
kita tidak mungkin mencatat semua ucapan penceramah, tetapi kita akan
membuat ringkasan dengan cara menuliskan butir-butir penting secara
penomoran: 1, 2, 3, dst.
• Membaca I
3) catatan berupa tanya jawab
Apakah menggagap itu
penyakit? Bagaimana
sembuhnya?
PENGGAGAPAN,
Mengganggap bukan proses patologis, melainkan
suatu kelainan perkembangan semata-mata.
Dalam perkembangan daya bicara seseorang ada
ketidak serasian. Menganggap dapat hilang
dengan sendirinya kalau keadaan Sekelilingnya
bengangsur-angsur membaik, atau kemungkinan
lain: kelainan itu tetap atau malahan bertambah
buruk.
Menganggap dapat mulai antara umur dua dan
lima tahun. Selama itu anak paling cepat belajar;
perkembangan daya bicaranya paling intensif dan
paling peka. Kalau selama itu hubungan anak dan
lingkunagn, terutama bapak dan ibunya, tidak
baik, dapat timbul efek negatif berupa
penganggapan itu. Maka perpisahan atau
perceraian orang tua dapat pula merupakan
sebab timbulnya penggagapan si anak karena
hubungan anak dengan yang mengajarnya bicara
terganggu.
Benar, meskipun aneh. Perbandingannya sekitar
3 lawan 1. anak perempuan memang umumnya
lebih tabah menghadapi stressdari pada anak
laki-laki.
Benar, meskipun aneh. Perbandingannya sekitar
3 lawan 1. anak perempuan memang umumnya
lebih tabah menghadapi stressdari pada anak
laki-laki.
Mulai umur berapa
mengapa dapat timbul?
Benarkah lebih banyak pria
yang menggagap daripada
wanita?
• Membaca I
Mengapa dapat disembuhkan
pada umur berapa saja?
Bila orang marah atau tegang tetapi menekan
kemarahannya itu agar tidak meledak dan
mengacau segala-galanya- bapak, ibu,dan
dirinya sendiri-maka akibatnya ia tidak dapat
bicara. Seorang penggagap mengalami
kelainan agresif. Lebih tua, lebih cepat dia
marah.
Ya. Kalau ia membiarkan dirinya marah,
bicaranya dapat menjadi lancar. Demikian
juga kalau ia tidak perduli apakah ia menggap
atau tidak. Sebab dengan demikian ia tidak
berusaha menekan diri.
Rupanya tidak dapat. Menggagapnya dapat
berkurang, misalnya setelah kawin dan
merasa bahagia tetapi tidak dapat hilang
sama sekali, Orang dewasa yang menggagap
umumnya mempunyai suatu teknik untuk
menekan kekurangannya. Mereka suka
beristirahat, bernafas dalam-dalam pada saat
Bilamana menggagap dapat
timbul?
Apakah penyaluran agresif
dapat merupakan terapi?
Apakah pada orang dewasa
penggagapan tidak dapat
hilang sama sekal?
• Membaca I
Setiap orang memiliki daya ingat yang berbeda-beda. Ada yang
mampu mengingat banyak hal dalam waktu yang lama, tetapi ada pula yang
hanya mampu dalam waktu sebentar. Lebih parah lagi orang yang hanya
dapat mengingat sedikit hal dalam waktu sebentar. Biasanya anak-anak
akan lebih lama daya ingatnya dibandingkan denga orang dewasa.
Daya ingat sangat berguna dalam kegiatan membaca, apalagi
membaca untuk studi. Dengan daya ingat, seseorang akan dapat
memunculkan kembali apa yang telah dibacanya. Ada peryataan yang
mendukung keterbatasan daya ingat seseorang pada waktu membaca,
yaitu “sekalipun pada waktu membaca kita menguasai isi bacaan sebanyak
85%, kemampuan kita dalam waktu 8 jam untuk mengingat rincian yang
penting tinggal 40%. Dalam tempo dua minggu, pemahaman kita tinggal
20%”. Oleh karena itu, pada waktu membaca, kita jangan melewatkan
langkah terakhir dari metode SQ3R ini, yaitu review, mengulang kembali .
setelah selesai membaca seluruh isi bacaan, kita mengulang kembali untuk
menelusuri judul-judul dan subjudul serta bagian-bagian yang penting
lainnya dengan menemukan pokok-pokok yang penting yang perludiingat
kemabli. Tahap/langkah ini sangat membantu daya ingat kita dan
memperjelas pemahaman juga.
• Membaca I
Untuk dapat menggunakan metode SQ3R dengan baik, kita perlu
memahami alat-alat bantu yang ada dalam sebuah buku. Sebuah buku
yang baik, tidak hanya mementingkan isi buku, tetapi memperhatikan juga
bagain-bagain lain sebagai pendukung buku tersebut. Bagian-bagian
pendukung itu akan membantu kita dalam mempelajari isi buku. Bagain-
bagian pendukung buku meliputi: halaman judul, kata pengantar, daftar isi,
tabel, peta, bagan diagram, grafik, gambar/foto, daftar pustaka, daftar
istilah, lampiran, dan indeks. Selanjutnya, akan diuraikan secara singkat
bagian-bagian tersebut.
‘halaman judul memberikan informasi tentang judul buku dan
subjudul (kalau ada), nama pengarang berikut jabatan dan tempat kerjanya,
nama penerbit, kota penerbit, dan tahun penerbitan buku yang
bersangkutan. Informasi yang lebih banyak tentang data-data penerbitan
diberikan pada halaman dibalik halaman judul. Kita tidak boleh harus
meneliti halaman judul apabila kita akan menyiapkan daftar pustaka
(bibliografi) dengan membuat kartu-kartu bibliografi terlebih dahulu atau
hendak menyusun catatan-catatan dengan sistem kartu. Selain itu,
pengetahuan tentang penulis buku akan memberikan motivasi yang lebih
besar untuk membacanya.
Kata pengantar dari penulis atau orang lain dapat menerangkan
tujuan, penataan dan metode penyajian buku yang ditulisnya selain itu,
sering ada petunjuk-petunjuk dari penulis untuk pembaca.
Daftar isi memberikan gambaran umum bahan yang dibicarakan.
Sebelum membaca bab-bab buku, perlu mempunyai kesan umum
mengenai isinya. Karena dalam daftar isi, kita dapat melihat tiap pokok
bahasan dan topik-topik atau subtopik-subtopik beserta halam atau tiap
topik/subtopik, kita akan mudah mencari dan membaca topik yang kita
minati terlebih dahulu.
Tabel memberikan berbagai macam informasi dalam kolom-kolom
yang jelas dan padat. Kita mengetahui jadwal keberangkatan dan
kedatangan kereta api atau tabel-tabel matematika, fisika, dan kimia.
Semua itu adalah tabel dan tentu jasa masih banyak tabel-tabel yang lain.
• Membaca I
Tabel merupakan referensi yang cepat, tetapi membacanya juga harus
cermat.
Peta sangat berguna untuk memberikan gambaran menyeluruh
secara cepat. Misalnya peta perpindahan bangsa-bangsa.
Bagan juga sangat berguna untuk membrikan gambaran menyeluruh
secara cepat tentang kata kerja, kata organisasi, atau proses suatu
kegiatan.
Diagram akan menunjukkan, misalnya sifat-sifat suatu bangun
geometris, seperti segitiga atau trapesium atau lingkaran. Diagram juga
dapat menunjukan susunan atau kerja suatu benda atau sistem.
Grafik dapat mengilustrasikan hubungan atau perbandingan antara
dua hal, hal yang satu diukur pada sumbu tegak dan hal yang lain diukur
pada sumbu mendatar. Ada beberap jenis grafik, antara lain: grafik garis,
grafik batang, grafik lingkaran. Pada grafik lingkaran ada bagian-bagian
yang menyerupai irisan-irisan bola. Lingkaran menggambarkan keseluruhan
dari suatu informasi khusus. Irisan-irisan dalam grafik lingkaran
menggambarkan ukuran sesuatu dalam keseluruhan itu.
Daftra pustaka berisi sumber-sumber informasi digunakan secara
langsung maupun secara tidak langsung yang disusun secara alfabetis.
Dalam daftar pustaka, nama akhir penulis ditempatkan pertama, atau
dengan kata lain susunannya dibalik, misalnya pengarang yang namanya
terdiri atas dua katanama terakhir ditempatkan diawal lalu pakai 3 tanda
koma I, baru nama kedua ditulis.
Daftar istilah atau glosarium memuat semua istilah yang digunakan
dalam buku disertai arti tiap-tiap istilah itu. Hal ini tentu saja merupakan alat
belajar yang sangat berguna.
indeks mendaftar secara alfabetis semua hal penting yang ada
dalam buku: istilah, nama pengarang, nama tempat, peristiwa penting, dan
sebagainya, dilengkapi dengan nomor halaman. Untuk mencari kembali
penjelasan tentang istilah yang kurang kita pahami dan sebagainya, indeks
ini sangat membantu.
• Membaca I
Lampiran merupakan tambahan untuk teks pokok, sebagai bagian
dari teks keseluruhan, yang ditempatkan terpisah pada bagian belakang.
Garafik, gambar, tabel, diagram, dan sebagainya berisi informasi
visual yang sama pentingnya dengan informasi verbal. Dalam mempelajari
bahan-bahan nonverbal itu, kita perlu berpikir sunguh-sungguh. Mengapa?
Sebab kita perlu dan mengubah informasi visual itu menjadi informasi
verbal. Dengan demikian, informasi visual itu dapat kita kuasai dengan baik,
dapat kita simpan dalam pikiran kita baik sebagai data verbal maupun
sebagai data visual. Hasilnya informasi itu dapat kita pahami dan kita ingat
dengan jelas dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, janganlah bahan-
bahan nonverbal itu kita lihat sambil atau hanya selayang pandang, tetapi
harus dengan sungguh-sungguh. Tidaklah sukar sama sekali membaca
grafik dan semacamnya itu karena bahan-bahan tersebut telah disusun oleh
para ahli dengan menerapkan empat sifat penting, yaitu:
1) Langsung. Bahan-bahan/alat-alat visual disusun untuk menarik
perhatian langsung terhadap informasi yang harus dilihat.
2) Sederhana. Informasi itu ditata dengan seksama. Rincian-rincian
yang tidak perlu disingkirkan
3) Jelas. Baik wujud visualnya maupun artinya dikemukakan secara
jelas.
4) Tepat, cermat, dan teliti. Data-data dicek secara seksama. Hanya
bentuk-bentuk grafik yang akurat saja yang digunakan.
Dengan sifat tersebut di atas, bahan-bahan visual, seperti grafik,
gambar, tabel tidak membingungkan pembaca, bahkan membantu
pembaca mempermudah memahami bacaan.
Buku pelajaran, buku acuan, buku laporan penelitian, dan buku
karangan ilmiah lainnya memuat banyak sekali informasi, fakta, waktu,
tempat, peristiwa, tokoh, nama, definisi, rumusan, eksperimen, hasil,
hipotesis, asumsi, dalil, dan segala macam topik yang lain.
Sering kita hanya ingin membaca kembali keterangan tentang suatu
topik tertentu saja. Misalnya, menghadapi buku yang berjudul Metode
Pengajaran Bahasa, kita hanya ingin, membaca atau membaca kembali
• Membaca I
pembicaraan tentang macam-macam metode pengajaran bahasa
Indonesia. Kita tidak tahu atau lupa pada halaman beberapa macam-
macam metode itu dibicarakan. Dalam keadaan seperti ini, kita akan
mencari pertolongan dalam indeks. Kita mencari dalam indeks itu entri
“metode”. Ternyata entri tersebut ada lengkap dengan rinciannya dan
nomor halaman untuk tiap-tiap rincian. Tertulis dalam indeks itu: metode
Audiolingual, 79; langsung, 86;Sugestopedia, 94. Kita sekarang mengetahui
bahwa metode Audiolingual dibicarakan pada halaman 79, metode
langsung halaman 86, dan metode Sugestopedia halam 94.
Indeks merupakan salah satu sarana yang penting untuk
menggunakan buku sebagai sumber belajar. Indeks mendaftarkan semua
topik atau butir informasi yang penting-penting secara alfabetis dan rinci
dengan dilengkapi nomor halaman buku yang memuat tentang
pembicaraan setiap butir informasi tersebut. Apabila di dalam buku banyak
sekali tokoh yang dibicarakan, sering nama-nama tokoh dibuatkan indeks
tersendiri, terpisah dari topik-topik yang lain maka pada akhir buku sering
kita temukan dua macam indeks: indeks pokok soal (subject index) dan
indeks nama (name index). Indeks nama mungkin mencakup nama-nama
yayasan, lembaga, dan media.
Selain indeks, pendukung buku yang lain ialah daftar istilah atau
glosarium. Sering kita ingin mempelajari kembali definisi istilah dalam
bidang ilmu yang dibicarakan dalam buku acuan yang telah kita baca.
Daripada mebalik-balik halaman-halaman untuk mencari istilah dan
definisinya, kita cari saja istilah dan definisi itu dalam daftar istilah atau
glosarium. Penempatan glosarium ini ada yang didepan atau dibelakang
buku. Daftar istilah atau glosarium memuat istilah-istilah atau kata-kata
teknis secara alfabetis dan mendefinisikan atau menerangkan istilah-istilah
tersebut kalau mungkin dengan contoh-contoh, gambaran-gambaran, dan
nomor halaman buku tempat istilah-istilah tersebut.
• Membaca I
Contoh indeks pokok soal
Abstract, 294 buku pelengkap, 222,
abstract, 294,306 buku referensi, 170-173,
adaptasi sosial, 5-6 bunyi, 2,
akibat, 93 bunyi voka, 2,
alat komunikasi, 1-5 cara menganalisis, 339-341,
alat peraga, 336-337 catatan, 333,
alinea, 62 et seqq catatan kaki, 193 et seqq,
alinea pembuka, 63-65 catatan penjelas, 198,207,208.
alinea penghubung, 65 contoh, 90-91,
alinea penutup, 66,
alur, 278
(diambil dari indeks yang terdapat dalam buku Komposisi),
catatan: Keterangan et seqq di belakang nomor halaman buku, misalnya 62
et seqq artinya dan seterusnya.
Maksudnya uraian alinea terdapat pada halaman 62 dan halaman-
halaman seterusnya, singkatan et seqq berasal dari bahasa Latin.
Dalam bahasa Inggris, pengertian dan seterusnya dinyatakan
dengan f dan ff, yang dilekatkan pada nomor halaman buku.
Contoh: Abbreviations, 195f, 234f, 375f
Alphabet, 73ff, 89ff, 168ff, 220ff, 240ff,
f menyatakan halaman terusannya hanya satu halaman,
sedangkan ff halaman terusannya lebih dari satu halaman. Dalam
bahasa Indonesia singkatan et seqq mungkin dapat diungkapkan
dengan dst. Misalnya 62 dst, 195 dst.
Contoh indeks nama
INDEKS
Abdul Karim Amrullah, 69,226 Aman Surana, 78.
Abdul Malik Karim Amrullah, Haji, Amar Pasaribu, 114.
• Membaca I
see Hamka Ambon (ex), 6,229,243.
Abbas, Hasan, 223 American, 128,144,160,200.
Abdullah ibu Abdul Kadir Munsyi,1. Amir, M, 36
Abdul Muis, 24,61-63,67,76,138,220 Amir Hamzah,19,28,45-46,
79,80
Abdul Muluk, Sya’ir, 50 Amsterdam, 119,140
Abdul Rivai, see Yogi Angkatan 45,46,79,107,109,
114-120
(Diambil dari indeks yang terdapat dalam buku Moderen Indonesian
Literatur oleh A.Teew).
Latihan
Setelah Anda selesai membaca uraian di atas, untuk memantapkan
pemahaman Anda, kerjakanlah latihan berikut ini. Apabila Anda
mengalamai kesulitan diskusikanlah dengan teman.
1. Apakah yang harus Anda lakukan bila buku dengan menggunakan
langkah survei?
2. Anda membaca subjudul” Kekurangan Tenaga Ahli ilmiah dan
Teknis”. Dengan menggunakan langkah bertanya, Anda harus
menyusun pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan
subjudul tersebut. Coba Anda susun pertanyaan-pertanyaan
tersebut!
3. Pada waktu Anda melakukan langkah keempat dari metode SQ3R,
Anda membuat catatan. Manfaat yang Anda peroleh dari catatan
tersebut? Jelaskan!
4. Dalam sebuah buku sering kita menemukan grafik, bagan, tabel
ataupun yang lainnya. Membaca grafik, bagan, tabel tidaklah terlalu
sulit karena grafik. Bagan, tabel telah disusun secara cermat
dengan memperhatikan sifat-sifat penting yang akan
• Membaca I
mempermudah orang untuk membacanya. Jelaskan sifat-sifat
tersebut!
Petunjuk Jawaban Latihan
Apabila Anda telah selesai mengerjakan latihan, periksalah hasil
latihan Anda dengan memperhatikan rabu-rambu jawaban berikut ini!
1. Untuk mensurvei sebuah buku, ada langkah-langkah yang dapat
Anda ikuti agar kegiatan Anda lebih efektif. Untuk menjawab
pertanyaan di atas perhatikan langkah-langkah survei buku.
2. Pada waktu menyusun pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan
subjudul tersebut, perhatikan hal-hal yang kira-kira tercakup di
dalam subjudul itu. Yang tidak ada kaitannya jangan Anda
rumuskan.
3. untuk mengutarakan kembali apa yang telah dibaca, Anda
membuat catatan-catatan. Jawaban Anda berkaitan dengan
manfaat membuat catatan.
4. Jawaban Anda harus memperhatikan empat sifat penting dalam
membuat grafik, bagan, table, dan sebagainya
Rangkuman
SQ3R terdiri atas Survei, Question, Read, Recite, Review Survei
digunakan untuk mengenal organisasi tulisan dan ikhtisar umum suatu
bacaan. Adapun manfaatnya ialah:
1) mempercepat menangkap arti;
2) mendapatkan abstrak;
3) mengetahui ide-ide yang penting;
4) melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut;
5) mendapatkan minat perhatian yang seksama terhadap bacaan;
6) membantu mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah.
Kegiatan survei bacaan dapat dipergunakan untuk mensurvei
artikel bab buku atau buku itu sendiri, dan kliping.
Organisasi artikel terdiri atas pendahuluan, isi dan penutup atau
kesimpulan. Langkah-langkah survei artikel adalah membaca judul dan
semua sub judul, mengamati tabel skema, atau pesta; membaca
pengantar, kalimat pertama subbab, dan mengambil keputusan untuk
• Membaca I
Langkah-langkah mensurvei bab, yaitu:
1) mengamati subjudul –subjudul dengan semua kaitannya;
2) mengamati alat-alat bantu visual yang ada dalam bab itu, seperti
tabel, grafik, dan sebagainya;
3) memperhatikan paragraf pertama dan akhir;
4) memperhatikan ringkasan bab,
5) memperhatikan subjudul.
Langkah-langkah mensurvei kliping, yaitu:
1) memperhatikan judul
2) memperhatikan penulisannya;
3) melakukan survei seperti menyurvei artikel;
4) memutuskan untuk menggunakan atau mengabaikan kliping.
Didalam Questions, disusun sejumlah pertanyaan tentang pokok
masalah yang ada dalam bacaan. Pertanyaan ini mulai dari pertanyaan
yang bersifat umu7m sampai yang lebih spesifik.
Catatan merupakan penunjang langkah keempat atau recite untuk
membantu pemahaman kita terhadap bacaan. Bentuk catatan terdiri atas :
1) garis besar atau outline
2) ringkasan atau summary
3) tanya jawab
• Membaca I
Tes Formatif 2b
2) mendapatkan ide penting, menarik, berguna, atau yang
diperlukan;
3) mengingat yang perlu diingat;
4) menjadi acuan kepada kesempatan lain;
5) membantu konsentrasi dan pemahamanbacaan. Hal-hal yang
perlu dicatat ialah
1) bagian-bagian kunci;
2) tujuan ada asumsi penulis tentang segi-segi tertentu;
3) rincian dan fakta yang kita perlukan;
4) paktor-paktor pikiran yang menarik atau yang perlu diikuti.
Catatan harus tepat dan akurat, artinya catatan khusus:
1) merupakan refleksi dari teks;
2) membedakan kutipan dan bukan kutipan secara jelas;
3) menulis sumber kutipan dengan lengkap.
• Membaca I
Kerjakanlah tes berikut dengan cara memilih salah satu alternatif
jawaban yang dianggap paling tepat!
1. Survei terhadap suatu buku dimaksudkan untuk ….
A. sekedar membuka-buka buku
B. mengenal organisasi tulisan
C. mengenal gaya tulisan
D. memperoleh kesan umum bacaan
2. Apakah kita membaca sebuah buku, yang pertama kali harus
kita lakukan adalah….
A. membaca kata pengantar
B. memperhatikan judul buku dan mengajukan
pertanyaan yang berkaiatan dengan topik yang
terkandung di dalamnya
C. menelusuri daftar isi
D. menelusuri daftar indeks
3. Kegiatan membaca yang dilakukan pada langkah ketiga
metode SQ3R, sebaiknya ……
A. membaca kritis
B. membaca santai
C. membaca sekilas
D. membaca dangkal
4. Bentuk catatan yang menunjukan koordinasi dan subodinasi
gagasan dengan jelas ialah…….
A. ringkasan
B. tanya jawab
C. garis besar
D. ikhtisar
5. Alasan membuat catatan adalah sebagai berikut,
kecuali………
A. informasi atau ide yang dikandung dalam bacaan itu
kita perlukan
• Membaca I
B. mengisi waktu luang dan meperbanyak tulisan
C. kita tidak dapat mencoret-coret buku pelajaran
D. untuk memudahkan mencari kembali informasi yang
dibutuhkan.
Untuk nomor 6 sampai dengan nimor 8, pilihlah:
A. jika pernyataan pertama dan kedua benar, dan keduanya
menunjukan hubungan sebab akibat;
B. jika pernyataan pertama dan kedua benar, tetapi keduanya
tidak berhubungan sebab akibat;
C. jika salah satu pernyataan benar; atau sebaliknya
D. jika pernyataan pertama dan kedua salah
6. Catatan akan membantu daya ingat kita dalam membaca untuk studi.
sebab
Daya ingat yang kuat sangat dibutuhkan dalam membaca untuk studi
7. Pada waktu melakukan langkah kedua dari metode SQ3R, kita
jangan membuat catatan yang berlebihan.
sebab
Pembuatan catatan yang berlebihan akan menggangu dan
meperlambat membaca kita.
8. Membaca untuk studi harus dilakukan dengan cara membaca kritis.
sebab
Membaca kritis ialah membaca dengan melakuykan kritik terhadap
bacaan.
Untuk nomor 9 dan 10, pilihlah:
A. Jika (1) dan (2) benar
B. Jika (1) dan (3) benar
C. Jika (2) dan (3) benar
D. Jika (1), (2), dan (3) benar
9. bagian buku yang berisi istilah-istilah berikut artinya disebut ialah ….
(1) daftar istiah
(2) daftar pustaka
(3) glosarium
• Membaca I
10. sifat-sifat yang penting dalam membuat grafik, tabel, dan
semacamnya antara lain ….
(1) tepat, cermat, teliti
(2) jelas
(3) sederhana
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2b
yang terdapat di bagian akhir Modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang
benar, kemudian gunakan rumus berikut ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda terhadap materi yang telah Anda pelajari!
Rumus :
Jumlah jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = X 100% 10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
< 70% = kurang
Jika Anda telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih,
berarti Anda telah berhasil dan dapat melanjutkan mempelajari materi yang
ada dalam modul berikutnya. Bagus! tetapi jika ttingkat penguasaan Anda
kurang dari 80%, Anda harus mempelajari materi dalam kegiatan belajar 2,
terutama bagian yang belum Anda kuasai.
• Membaca I
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
Tes Formatif 1
1. C Membaca merupakan keterampilan berbahasa untuk menerima
dan memahami informasi tertulis dan dilakukan oleh diri sendiri.
2. C Isi bab merupakan tubuh dari bacaan dan akan didapatkan oleh
pembaca ketika kita sudah membaca dan memahami bacaan
itu
3. B Mengutarakan kemabli isi bacaan yang telah dibacanya dengan
kata-kata sendiri merupakan langkah keempat atau recite.
4. A Survei merupakan langkah pertama dari Metode SQ3R yang
bertujuan memperoleh gambaran umum dari bacaan atau buku
yang kita baca.
• Membaca I
5. D SQ3R singkatan dari survei, question, read, recite, dan review,
yang sekaligus merupakan langkah-langkah dari metode
tersebut.
6. A Pernyataan benar, alasan benar dan keduanya mempunyai
hubungan sebab akibat.
7. B Pernyataan benar, alasan benar, tetapi keduanya tidak ada
hubungan sebab akibat
8. C Pernyataan benar, alasan salah
9. D Sebelum membaca buku ilmiah sebaiknya kita mengenal buku
itu secara sekilas agar kita memperoleh gambaran umum
tentang buku itu.
10. D Pada umumnya sebuah buku terbagi atas tiga bagian. Salah
satu di antaranya ialah bagaian pembukaan (preliminaries).
Bagian ini terdiri atas halaman judul, daftar isi, kata pengantar,
abstrak dan sebagainya.
Tes Formatif 2a
1. B Metode SQ3R ialah suatu metode membaca yang memiliki
tahapan atau langkah-langkah yang harus dilalui oleh pembaca.
Biasanya metode ini digunakan untuk membaca buku-buku
ilmiah secara intensif.
2. A Membaca untuk studi ialah membaca yang harus dilakukan
oleh pelajar dengan buku-buku ilmiahnya. Untuk membaca
buku-buku tersebut harus dilakukan dengan penuh perhatian
dan sungguh-sungguh.
3. C Untuk dapat berkonsentrasi dalam membaca kita harus
memersiapkan kondisi yang dibutuhkan, yaitu ketenangan
rohani dan jasmani, ketenangan tenpat, dan keteraturan waktu.
• Membaca I
4. A Ruang belajar hendaknya tenang dan segar. Untuk
menciptakan ruangan itu menjadi tenang dan segar harus
bersih dan rapih.
5. D Kegiatan membaca harus dilakukan secara teratur dan
tetapsupaya kita memiliki kebiasaan membaca yang baik.
6. A Pernyataan benar, alasan benar dan keduanya memiliki
hubungan sebab akibat .
7. B Pernyataan benar, alasan benar, tetapi keduanya tidak memiliki
hubungan sebab akibat.
8 C Pernyataan benar, alasan salah
9. B Membaca untuk studi tidak dapat dilakukan hanya secara
santai, tetapi harus penuh konsentrasi dan menggunakan
metode membaca dengan tepat antara lain SQ3R.
10. D Kondisi-kondisi yang dapat membantu pembaca berkonsentrasi
dalam membaca ialah (a) kesehatan, kesegaran, dan
ketenangan jasmani dan rohan; (b) kesegaran dan ketenangan
tenpat; (c) keteraturan waktu
Tes Fomatif 2b
1. D Sebelum membaca buku sebaiknya kita melakukan survei
terhadap buku yang akan dibaca dengan maksud untuk
mengenal organisasi dan kesan umum bacaan tersebu.
2. B Apabila kita melihat buku, maka yang pertama kali yang kita
lakukan terhadap buku itu ialah memperhatikan judulnya buku,
sejalan dengan itumengajukan pertanyaan yang berkaitan
dengan topik yang terkandung di dalamnya.
3. A Kegiatan membaca yang merupakan langkah ketiga dari
metode SQ3R harus dilakukan dengan cara membaca kritis
karena membaca ini telah dipandu dengan pertanyaan –
pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Dan pada waktu
membaca itu kita harus aktif dan kritis mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
• Membaca I
4. C Salah satu bentuk catatan yang dapat kita gunakan ialah garis
besar yang menunjukan koordinasi dan subordinasi gagasan
dengan jelas.
5. B Alasan membuat catatan karena kita melakukan informasi atau
ide yang terkandung dalam bacaan itu, tidak dapat mencoret-
coret buku pinjaman, memudahkan mencari kembali informasi
pokok bila kita memerlukannya.
6. A Pernyataan benar, alasan benar, tetapi keduanya tidak memiliki
hubungan sebab akibat.
7. B Pernyataan benar, alasan benar dan keduanya memiliki
hubungan sebab akibat .
8 C Pernyataan benar, alasan salah
9. B Bagian buku yang berisi istilah-istilah disebut daftar istilah
beserta definisinya ialah glosarium.
10. A Untuk membuat grafik, tabel, dan semacamnya harus
memperhatikan sifat-sifat yang penting, yaitu tepat, cermat,
teliti, jelas, dan, sederhana.
DAFTAR PUSTAKA
Keraf. Goris. 1994.Komposisi. Flores: Nusa Indah
Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan efektif. Bandung CV Sinar Baru
___________, 1989. Bagaimana Meningkatkan kemampuan Membaca?
Bandung Sinar Baru
Richards, Jack, Jhon Platt, dan Heidi Weber. 1987. Longman Dictionary of
AppliedLinguistics. England: Longma, Group UK Limited.
Soedarso. 1988. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta : Gramedia .
Syamsuddin A.R. 1992. Studi Wacana : Teori-Analisis-Pengajaran.
Bandung FPBS IKIP Bandung.
Tarigan , Henry Guntur. 1986. Membaca sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa
• Membaca I
Tampubolon, D.P. 1987. Kemampuan Membaca : Teknik Membaca Efektif
dan Efisien. Bandung: Angkasa
Widyamartaya, A. 1992. Seni membaca untuk Studi. Yogyakarta Kanisius
GLOSARIUM
anatomi buku : kerangka buku
akurat : tepat
aetail : rinci
fokus yang khusus : topik yang khusus
hasil yang maksimal : hasil yang tinggi
intensif : sungguh-sungguh dan mendalam
konsentrasi : memusatkan perhatian terhadap apa yang
kita hadapi
kalimat transisi : kalimat penghubung
konteks : situasi, keadaan yang ada di sekeliling kita
kondisi : keadaan
literatur : buku-buku
• Membaca I
motivasi : dorongan untuk melakukan sesuatu
populer : terkenal
referensi : acuan, rujukan
relevan : sesuai
strategi : teknik atau cara
TEORI SKEMA
Dra. Lilis Siti Sulistyaningsih
Kepemilikan keterampilan membaca pada masa sekarang ini
merupakan hal yang sangat mendesak baik oleh kalangan
masyarakat biasa. Denagna memiliki keterampilan membaca yang
baik kita dapat meyerap banyak informasi, mulai dari informasi yang
sederhana sampaidengan informasi yang kompleks danh bervariasi.
Dengan banyak memperoleh informasi kita tentunya akan dapat menempa
dirinya ke arah kemajuan.
Dewasa ini, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan
sudah semakin meningkat, apalagi ditunjang dengan adanya beberapa
program pemerintah, antara lain program wajar (wajib belajar 9 tahun),
P
• Membaca I
gerakan orang tua asuh (GN OTA). Dengan demikian, masyarakat semakin
maju dean berkembang serta sumber daya manusia yang potensial
semakin meningkat. Kesadaran memperoleh pengetahuan dengan cara
belajar sendiri sangatlah penting dan perlu dibangkitkan. Keterampilan
membaca adalah modal utamanya. Tanpa memiliki kemampuan membaca,
niscaya kita tidak mungkin dapat belajar secara mandiri.
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang di dalam
membaca terutama membaca secara mandiri, antara lain, minat, kebiasaan,
motivasi diri, kemampuan diri, bahan ajar, dan cara menyiasati bahan
bacaan tersebut.
Kita sering dihadapkan pada materi-materi bacaan yang tidak begitu
akrab dengan kehidupan kita. Untuk itu, kita perlu memiliki keterampilan
membaca yang baik dan mentukan strategi yang tepat.
Dalam modul ini akan dibahas salah satu teknik membaca dengan
cara menghubung-hubungkan bahan bacaan yang sedang dibaca dengan
pengetahuan yang dimiliki pembaca sebelumnya. Dengan kata lain
membaca dengan menggunakan latar belakang pengetahuan yang ada.
Strategi seperti ini disebut teknik membaca dengan skema.
Gambaran yang lebih jelas tentang modul ini sebagai berikut. Modul
ini berjudul membaca dengan Skema, terbagi atas dua pokok bahasan,
yaitu (1) Hakikat Teori Skema dengan tiga subpokok bahasan, yaitu
pengertian dan konsep teori skema, strategi membaca frase, dan peranan
teori skema dalam membaca frase; (2) Penerapan Pengembangan Teknik
Skemata dalam Proses Belajar Mengajar Membaca dengan tiga subpokok
bahasan, yaitu pelatihan membaca tingkat mekanis, pelatihan membaca
tingkat konseptual, dan pengembangan teknik skema dalam proses belajar
mengajar membaca.
Pemahaman terhadap modul ini dapat dilakukan secara mandiri.
Artinya dapat dipelajari tanpa dikaitkan dengan teknik membaca yang
lainnya, yang sudah dibahas sebelumnya. Penguasaan terhadap materi
modul ini dengan baik dapat membantu Anda memahami bacaan dengan
mudah dan cepat sehingga Anda akan memperoleh informasi melalui
• Membaca I
bacaan itu dengan hasil yang memuaskan. Atau dengan perkataan lain
dapat membantu meningkatkan kemampuan membaca Anda.
Selanjutnya, setelah mempelajari modul ini, Anda juga diharapkan
memiliki pengetahuan tentang teori skema serta penggunaan teori ini untuk
kegiatan membaca sehari-hari dalam upaya meningkatkan kemampuan
membaca Anda secara lebih rinci, tujuan yang ingin dicapai adalah agar
Anda dapat:
1. menjelaskan Hakikat Teori Skema, yang meliputi pengertia dan
konsep teori skema, strategi membaca frase, dan peranan teori
skema dalam membaca frase;
2. menerapkan Pengembangan Teknik Skemata dalam Pengajaran
Membaca, yang meliputi pelatihan membaca tingkat mekanis,
pelatihan membaca tingkat konseptual, dan pengembangan
teknik skema dalam proses belajar mengajar membaca,
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka materi dalam modul
ini akan dituangkan dalam dua kegiatan belajar, yaitu:
Kegiatan Belajar 1 tentang Hakikat Yeori Skema;
Kegiatan Belajar 2 tentang Peranan Pengembangan Teknik Skema
delam Proses Belajar Mengajar Membaca.
Agar Anda berhasil memahami modul ini serta dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dengan baik, maka Anda haruis mempelajari
setiap kegiatan belajar dalam modul ini dengan cermat dan mengikuti
petunjuk yang ada. Diskusikanlah dengan teman Anda bila mengalami
kesulitan dan gunakan glosarium (daftar kata-kata sulit) yang tersedia
apabila Anda menemukan kata-kata atau istilah yang belum Anda pahami
maknanya.
Selanjutnya, setelah memahami uraian dan contoh dalam kegiatan
belajar, kerjakanlah latihan satu per satu lebih dahulu, akan tetapi jangan
melihat ranbu-rambu jawaban latihan. Apabila Anda belum berhasil
menjawab dengan benar semua soal latihan terlebih dahulu perhatikan
baik-baik semua petunjuk jawaban latihan. Jika perlu, baca kembali uraian
dan contoh sehubungan dengan jawaban latihan. Jika perlu, baca kembali
• Membaca I
uraian dan contoh sehubungan dengan jawaban latihan tersebut. Akan
tetapi, jika Anda berhasil menjawab sebagain besar soal latihan, maka
Anda boleh melanjutkan dengan mengerjakan tes formatif.
Dalam mengerjakan tes formatif, jawablah terlebih dahulu semua
soal, baru setelah itu cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban yang
tersedia. Cobalah amati dengan cermat dan temukan materi mana yang
masih belum Anda pahami. Gunakan kembali latihan setra penjelasan
uraian dan contoh untuk membantu Anda. Pusatkan perhatian Anda secara
penuh terhadap aktivitas menjawab soal. Janganlah Anda ingin segera
melihat kunci jawaban tes formatif.
1
Hakikat Teori Skema
1) Pengertian dan Konsep Teori Skema
IStilah “skema” sebenarnya bukan hal yang baru bagi kita. Kata ini
sudah lama milik bahasa Indonesia {merupakan kata sarapan yang
berasal dari bahasa Inggris schema). Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), kata “skema” merupakan padanan dari bagan, rangka-
rangka, rancangan.
Dewasa ini, frekuensi penggunaan kata skema cukup meluas. Saat
ini para siswa SD/SMP pun telah mengenal kata tersebut. Yang dimaksud
dengan skema dalam tulisan ini bukanlah yang bermakna seperti
• Membaca I
pernyataan di atas, tetapi merupakan homonim kata skema tersebut. Dalam
hal ini, skema mempunyai bentuk jamak “ skemata”. Karena pentingnya
konsep skema ini. Maka kita perlu mengembangkannya untuk kepentingan
pengajaran bahasa.
Ada beberap sumber yang menjelaskan pengertian skema ini.
Keterangan yang cukup lengkap dikemukakan oleh Chaplin (1981) yang
terdapat dalam Dictionary of Psychology. Caplin mengemukakan empat
macam keterangan tentang skema itu ialah:
1) Skema sebagai suatu peta kognitif yang terdiri atas sejumlah ide
yang tersusun rapi
2) Skema sebagai kerangka referensi untuk merekam berbagai
peristiwa atau data.
3) Skema sebagai suatu model.
4) Sekam sebagai suatu kerangka referensi yang terdiri atas respon-
respon yang pernah diberikan, yang kemudian menjadi standarbagi
respon-respon selanjutnya.
Dalam kamus A Dictionary of reading (1981) dijelaskan tentang
makna skema sebagai berikut:
1) Skema adalah suatu pemberian yang digeneralisasikan, suatu
rencana ataustruktur, seperti yang digunakan dalam kalimat “Skema
proses membaca setiap orang boleh dikatakan tidak pernah sama.”
2) Skema adalah suatu sistem yang konseptual yang perlu untuk
memahami sesuatu. Contoh skema tentang kebudayaan yang
dimiliki oleh si A dapat menolong pemahamannya dalam bidang
bahasa.
3) Skema adalah suatu cerita yang melahirkan kenyataan yang
disimpan dalam pikiran, tetapi tidak ditransformasikan lewat pikiran
(Piaget).
Dari sejumlah pengertian skema di atas, kita dapat menangkap
pengertian yang sederhana tentang skema itu yakin sebagai latar belakang
atau asosiasi-asosiasi yang dapat bangkit dan muncul/ membayang kembali
• Membaca I
pada saat seseorang melihat atau membaca kata, frase, atau kalimat.
Dengan demikian skema sangat membantu terhadap pemahaman sesuatu
yang didengar atau dibaca. Banyak skema yang dapat kita miliki tentang
objek-objek tertentu , misalnya, tempat (sekolah, rumah, pasar, bioskop,
dan lian-lain), berbagai kegiatan (sepak bola, pertunjukan sandiwara, pesta
ulang tahun, dan lain-lain), tentang peranan (ayah, ibu, guru, kakak, dan
lain-lain), tentang perasaan (kekasih, benci, sayang, senang, bahagia, dan
lain-lain). Waktu membaca atau mendengar kata “pantai”, pikiran kita
mungkin akan mengasosiaskan atau menghubungkan konsep pantai itu
dengan berbagai konsep lain yang dekat hubungannya dengan pantai,
seperti: gemuruh ombak, orang yang riang bermain-maian dengan air laut,
pohon nyiur yang indah melambai-lambai, atau sinar lembayung saat
matahari terbenam. Mungkin juga skema tentang pantai dapat berasosiasi
dengan rencana berikutnya untuk pergi kepantai yang lebih mudah,
berkemah di tepi pantai dan seterusnya. Dengan demikian, skema
seseorang tidak akan sama dengan yang lainnya. Dengan kata lain, skema
seseorang sangat bergantung pada pengalaman yang dimilikinya.
Berdasarkan uraian di atas, bolehlah kita mengatakan bahwa skema
adalah abstraksi pengalaman yang secara tetap mengalami pemantapan
sesuai dengan informasi baru yang diperoleh. Dengan demikian, semakin
banyak pengalaman seseorang semakin bertambah pulalah
penyempurnaan skemanya.
Betapa penting skema pada seorang pembaca/pelajar dalam
membantumemahami suatu bacaan. Pemahaman terhadap isi bacaan
bergantung pada kemampuan pembaca menghubungkan pengetahuan
yang telah ada dengan informasi yang terdapat dalam teks, sehingga terjadi
interaksi antara pengetahuannya dengan informasi barau tersebut. Oleh
karena itu, skema yang telah ada perlu dipertahankan/ dipelihara,
diuperkaya, dan dikembangkan untuk mencapai kesempurnaan.
Pengembangan skema dapat dilakukan dengan memberikan pengalaman
sebanyak-banyaknya kepada anak-anak. Semakin banyak pengalaman
mereka maka akan semakin bertamabah pulalah penguasaan skemanya.
• Membaca I
Pengalamn tersebut dapat berupa kegiatan membaca atau kegiatan lain,
seperti: karya wisata, mengunjungi musium, kebun binatang, atau tempat-
tempat lainnya. Kekurangan skema seseorang akan menghambat
keberhasilan membaca pemahaman.
Di dalam memberikan pengalaman kepada anak-anak melalui
kegiatan membaca, tidaklah baik membiarkan mereka asyik dalam
kegiatannya masing-masing di perpustakaan.
Sebab hal itu tidak akan dapat mengembangkan pola skemata
dengan sevbai-bainya. Anak-anak perlu dibimbing, diarahkan, dan diberi
petunjuk .
Skema dan membaca merupakanb dua hal yang saling berkaitan
erat, untuk dapat menerima informasi baru perluadanya skema tentang
informasi lama yang berkenaan dengan informasi baru tersebut, sehingga
terjalin interaksi dan di situlah terjadi pemahaman.
Ada asumsi dengan teori skema bahwa teks yang kita baca atau kita
dengar itu tidaklah dengan sendirinya menyampaikan makna kepada kita.
Teks hanya memberikan petunjuk kepada pembaca atau pendegaran untuk
menyusun pengertian/ pemahaman berdasarkan pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya. Dengan bantuan skema yang ada, seseorang akan
berupaya memahami teks yang dibacanya atau didengarkannya.
Sebelum kita membicarakan masalah skema lebih lanjut, mari kita
ungkap kembali pengertian membaca untuk lebih memantapkan
pemahaman kita terhadap kegiatan membaca.
Membaca mempunyai keddudukan penting bagi manusia, baik bagi
keperluan perseorangan maupun bagi kepentingan masyarakat. Kegiatan
membaca berfungsi sebagai keterampilan dasar dalam kehidupan
masyarakat. Tanpa kemampuan membaca yang baik maka harapan anak
mencapai pendidikan yang lebih tinggi tidak akan mungkin menjadi
kenyataan.
Beberapa orang pakar membaca memberi pengertian membaca,
antara lain
• Membaca I
1) Membaca adalah suatu proses yang dilakukan atau dipergunakan
oelh pembaca untuk emmperoleh pesan yang hendak disampaikan
oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan, 1986).
2) Membaca adalah bringing meaning, memetik serta memahami arti/
makna yang terkandung di dalam bahan tertulis (Finochiaro dan
Bonomo, 1973).
3) Membaca adalah sutu proses untuk memahami yang tersirat dalam
yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata
yang tertulis (Anderson, 1972).
4) Membaca adalah proces of indentifying, interpreting, and evaluating
ides in termsof the mental content or total awareness of the reader
(Mc Ginnis, 1982).
Melihat batasan membaca di atas dapat disimpilkan bahwa
pengertian membaca bergerak dari pengertian yang sederhana sampai
pada pengertian yang kompleks, yang melibat berbagai aspek kegiatan.
Membaca terbagi dua yakni membaca permulaan dan membaca lanjut.
Membaca lanjut pada dasarnya menuju pemahaman bahan tulisan. Seperti
yang diungkapkan oleh Tarigan (19987) bahwa tujuan utama membaca
adalah pemahaman bukan hanya kecepatan. Namun akan lebih baik lagi
apabila kita dapat membaca dengan cepat dan memahaminya dengan
sebaik-baiknya.
Membaca merupakan proses yang kompleks , karena mencakup
berbagai hal: perkemabngan bahasa individu, latar belakang pengalaman,
kemampuan kognitif, dan sikap terhadap pembaca. Kemampuan membaca
dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.
Makna bacaan tidak terletak pada cetakan tertulis, tetapi berada
pada pikiran pembaca. Dengan demikian, makna itu akan berubah. Seperti
dikatakan oleh Anderson (1972) bahwa makna itu akan berubah, karena
setiap pembaca mempunyai pengalam yang berbeda-beda yang dia
pergunakan sebagai alat untuk menginterpretasi kata-kata tersebut.
Pemberian makna tersebut akan terjadi dengan baik apabila pembaca
mempunyai skema yang cukup baik. Atau dengan perkataan lain,
• Membaca I
keberhasilan seseorang dalam membaca pemahaman akan banyak
ditunjang oleh kekayaan skema yang dimilikinya. Sebaliknya kekurangan
pada skema akan dapat menjadi hamabatan bagi keberhasilan membaca.
Sebagaimana kita ketahui, membaca pemahamn menuntut pembaca
untuk dapat mengidentifikasi, menginterpretasi, dan mengevaluasi ide-ide
dengan kesadaran penuh. Selain itu menuntut pembaca untuk dapat
menentukan bagian bacaan yang pentying dan mengemukakan informasi
apa yang tidak tersajikan dalam teks. Untuk kebutuhan tersebut dapat
dikatakan selalu didasarkan pada skamata yang ada.
Dalam kegiatan membaca ada tiga macam proses pemahaman yang
berbeda, ialah proses bottom up (bawah-atas), proses top-down (atas-
bawah), dan proses interaktif (timbal balik). Dalam proses membaca bawah-
atas, pemmbaca mulai dengan pengenalan huruf lalu bergerak
kepengenalan kalimat. Proses ini timbul karena adanya data masukan.
Pembaca yang emmpergunakan cara ini umumnya merupakan pembaca
pemula. Dengan kata lain, proses ini terjadi apabila pembaca membaca
sebuah teks yang baru dikenalnya atau masih asing.
Dalam proses membaca atas-bawah, pembaca mulai melakukan
interpretasi terhadap teks yang dibacanya. Mereka telah memiliki later
belakang/ skema tentang teks tersebut. Proses ini memberi pertolongan
kepada pembaca dalam upaya mengatasi keragu-raguan atau dalam
pemilihan interpretasi terhadap data yang masuk.
Dalam proses timbal balik, pemabaca mengarahkan perhatiannya
secara interaktif. Mereka membaca dengan mempergunakan pengetahuan
yang lalu dan secara terus-menerus menyusun pengetahuannya itu agar
dapat menguasai bagain-bagaian yang terinci sebagaimana mestinya.
Dalam proses interaktif ini, proses bawah-atas dan proses atas-bawah
harus berlangsungsecara simultan, serempak dan berkelanjutan.
Dari ketiga proses tersebut, kita sebaiknya dapat melakukan
membaca melalui proses interaktif (timbal balik). Apabila seorang pembaca
hanya untuk menggantungkan diri pada proses bawah-atas atau proses
• Membaca I
atas-bawah saja, maka pembaca tersebut tergolong sebagai pembaca yang
cacat skemanya.
Latihan
Setelah Anda selesai membaca “uraian Kegiatan Belajar 1”
kerjakanlah latihan-latihan berikut ini agar pemahaman Anda semakin
mantap. Apabila Anda mengalami kesulitan diskusikanlah dengan teman.
1. Skema adalah abstraksi pengalaman yang secara konstan
mengalami pemantapan sesuai dengan informasi baru yang
diperoleh. Jelaskan pertanyaan tersebut!
2. Setiap orang yang berasal dari lingkungan yang sama dan
menerima rangsangan yang sama, akan menghasilkan skema
yang relatif sama. Benarkah demikian? Jelaskan!
3. mengapa semakinbanyak pengalaman seseorang, semakin
bertambah pulalah kesempurnaan skemanya? Jelaskan!
4. Kegiatan-kegiatan seperti karya wisata, kunjungan ke musium,
menonton pementasan drama, akan mendapat
mengembangkan pengalaman untuk memperbaiki daya
skema pembaca. Jelaskan maksud pernyataan tersebut!
5. Untuk memupuk daya skema pembaca, sebaiknya kita
sebagai guru membiarkan anak membaca secara mandiri
agar konsentrasinya tidak terganggu. Benarkah demikian?
Jelaskan!
Petunjuk jawaban latihan
Apabila Anda telah selesai mengerjakan latihan, periksalah hasil
latihan Anda dengan memperhatikan rambu-rambu jawaban berikut ini.
1. Jawaban berkaitan dengan batasan skema.
2. Jawaban hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi skema seseorang.
• Membaca I
3. Jawaban berkaitan dengan sifat skema, yaitu akan berkembang jika
ada stimulus.
4. Jawaban Anda berkaitan dengan maksud dan tujuan kegiatan
sekolah dan pengaruhnya terhadap pengembangan skema.
5. Jawaban Anda berkaitan dengan cara memelihara skema agar dapat
berkemabang dengan baik
Rangkuman
Dalam bahasa Indonesia kata skema berpadanan dengan kata-
kata bagamn, rangka, rancangan. Kata skema berasal dari bahasa Latin/
Yunani schema dan mempunyai bentuk jamak skemata (schemata).
Pengertian skema menurut istilah psikologi ialah :
1) skema sebagai suatu peta kognitif yang terdiri atas sejumlah ide
yang tersusun rapi;
2) skema sebagai kerangka refernsi untuk merekam berbagai
peristiwa atau data;
3) skema sebagai suatu model;
4) skema sebagai suatu kerangka referensi yang terdiri atas respon-
respon yang pernah diberikan kemudian yang menjadi standar
bagi respon-renspon berikutnya.
Pengertian dalam kaitannya dengan proses membaca ialah :
1) Skema merupakan suatu pengertian yang digeneralisasikan,
suatu rencana atau struktur, seperti yang digunakan dalam kalimat
“Skema proses membaca setiap orang dikatakan tidak pernah
sama”,
2) Sekema adalah suatu sistem yang konseptual yang diperlukan
untuk memahami sesuatu. Skema tentang kebudayaan yang
dimiliki oleh seseorang akan membantu pemahamnnya dalam
bidang bahasa;
3) Skema seperti yang diterangkan oleh Piaget, adalah suatu cerita
yang melahirkan kenyataan yang disimpan dalam pikiran, tetapi
tidak ditranspormasikan melalui pikiran.
Secara singkat disimpulkan bahwa skema adalah abstraksi
pemngalaman yang secar tetap mengalami pemantapan sesuai dengan
informasi yang baru diperoleh.
• Membaca I
Pengertian membaca antara lain:
1) Membaca adalah suatu proses yang dilakukan atau
dipergunakan oelh pembaca untuk memperoleh pesan
yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
kata-kata/bahasa tulis (Tarigan, 1986).
2) Membaca adalah bringing meaning, memetik serta
memahami arti/ makna yang terkandung di dalam
bahan tertulis (Finochiaro dan Bonomo, 1973).
3) Membaca adalah sutu proses untuk memahami yang
tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang
terkandung di dalam kata-kata yang tertulis (Anderson,
1972).
4) Membaca adalah proces of indentifying, interpreting,
and evaluating ides in termsof the mental content or
total awareness of the reader (Mc Ginnis, 1982).
Ada tiga macam proses pemahamn dalam membaca yang
berkaitan dengan skema, yaitu
1) proses bawah-atas;
• Membaca I
Tes Formatif 1
Petunjuk:
Pilihlah salah satu jawaban yang Anda anggap paling tepat dan
berita tanda silang (X)
1) Makna sekama menurut A Dictionary of Reading 1 ialah….
A. skema sebagai suatu model
B. skema adalah suatu sistem konseptual untuk memahami
sesuatu
C. skema sebagai kerangka referensi untuk merekam berbagai
peristiwa yang ada
D. skema sebagai peta kognitif
2) Pernyataan-peryataan berikut ini benar, kecuali ……
A. semakin banyak pengalaman, semakin bertambah
kesempurnaan skemanya.
B. pengambilan keputusan boleh dikatakan selalu didasarkan
pada informasi dalam skemata,
C. skema proses membaca setiap orang selalu sama,
D. kekurangan pada skema seseorang dapat merupakan
hambatan terhadap keberhasilan membaca pemahaman,
terutama pengambilan keputusan.
3) Deretan kata-kata yang dapat diklarifikasikan ke dalam satu
kelompok skemata kata pengadilan antara lain sebagai berikut,
kecuali……
A. polisi
B. hakim
C. jaksa
• Membaca I
D. terdakwa
4) Indonesia memroklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17-8-
1945, merupakan salah satu contoh skema ………
A. objek benda
B. ide abstrak
C. peristiwa
D. tempat
Untuk nomor 5 sampai dengan nomor 7, pilihlah:
A. jika pernyataan benar, alasan benar dan keduanya memiliki
hubungan
B. jika pernyataan benar, alasan benar tetapi keduanya tidak hubungan
C. jika pernyataan benar, alasan salah
D. jika pernyataan salah, alasan benar
5) Skema dan kegiatan membaca berkaitan erat satu sama lainnya
sebab
Skema dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang, dalam
memahami bacaan.
6) Semakin banyak pengalaman seseorang, semakin bertambah
kesempurnaan skemanya
Sebab
Kekurangan pada skema seseorang dapat menghambat keberhasilan
membaca komprehensif, terutama dalam pengambilan keputusan
7) Anak dibiarkan belajar sendiri supaya daya skemanya berkemabang
Sebab
Skema dalam proses membaca setiap orang relatif tidak pernah sama
Untuk nomor 8 sampai dengan nomor 10, pilihlah
A. jika (1) dan (2) benar;
B. jika (1) dan (3) benar;
C. jika (2) dan (3) benar; atau
D. jika (1),(2), dan (3) benar.
• Membaca I
8) Pada setiap hari Minggu mereka pergi ke …….
(1) gereja
(2) mesjid
(3) kelenteng
9) Contoh skema tentang perasaan, yaitu……..
(1) rindu
(2) sayang
(3) bersiul
10) Frase yang tepat untuk melengkapi pernyataan yang tidak lengkap
ini: orang yang tinggi itu mengambil tas ……
(1) di warung kelontong Bi Siti
(2) yang disimpan di rak paling atas
(3) yang tergantung di sudut kanan atas
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1
yang terdapat di bagian akhir Modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang
benar, kemudian gunakan rumus berikut ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajari 1 !
Rumus :
Jumlah jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = X 100% 10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, bagus!
Anda cukup memahami kegiatan belajar 1. Anda dapat meneruskan dengan
Kegiatan Belajar 2. Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih dibawah
• Membaca I
80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.
2) Strategi Membaca Frase
Sebelum kita membicarakan peranan skema dalam membaca,
penulis akan mengajak Anda untuk melihat kondisi dan berbagai aspek
yang berkaitan dengan kegiatan membaca.
Pada uraian terdahulu telah dikatakan bahwa membaca memiliki
peranan yang sangat penting. Bahkan sebagain pakar mengatakan bahwa
membaca merupakan urat nadi pendidikan. Selain itu, membaca juga
merupakan kunci untuk membuka pintu ilmu pengetahuan. Seperti
pribahasa yang sering kita dengar, “ Buku adalah gudangnya ilmu
pengetahuan, sedangkan membaca merupakan kuncinya”. Pernyataan-
peryataan seperti itu memperlihatkan dengan jelas betapa pentingnya
peranan membaca. Oleh karena itu, sudah sepantasnya para guru berupa
agar para siswa/ pelajar memiliki kemampuan membaca yang baik.
Kemampuan membaca yang baik akan tercapai jika para siswa memiliki
minat baca yang baik pula. Seperti yang dikatakan oleh Harjasujana bahwa
“minat baca mempunyai peranan penting dalam mencapai kemampuan
membaca”.
Para pakar teori skema menyatakan bahwa latar belakang
pengalaman yang kaya akan sangat membantukeberhasilan belajar.
Pengalaman yang banyak bisa diperoleh dengan berbagai car, di antaranya
dengan jalan membaca. Semakin banyak seseorang membaca, akan
semakin meningkat pula kemampuan membacanya. Pernyataan ini
didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh YAP (1978). Dia
memperoleh bukti bahwa tingkat keterampilan membaca seseorang
ditentukan 65% oleh banyaknya dia membaca.
Berdasarkan hasil penelitian Yap (1978) tersebut, para guru harus
waspada karena hasil penelitian itu memberi isyarat kepada kita bahwa
mereka harus berusaha agar murud-muridnya banyak membaca jika ia
berkeinginan agar murid-muridnya itu menjadi pembaca yang mahir.
• Membaca I
Supaya murid mau membaca banyak, guru harus berupaya agar muridnya
mempunyai minat baca yang tinggi. Untuk meningkatkan minat baca murid
ada banyak upaya yang dapat dilakukan oleh guru (Harjasujana, 1988).
Sebagai guru, kita banyak dituntut untuk menunjukan kemampuan
membaca kepada anak didik kita. Kecepatan dan pemahaman kita dalam
membaca akan menggugah anak-anak untuk mengikuti upaya kita . untuk
itu, kita perlu mengusahakan cara yang terbaik bagi mereka.
Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu strategi membaca
hanya yang dapat mengingkatkan daya baca seseorang yakni dengan
menggunakan strategi membaca frase. Strategi ini digunakan untuk
memperoleh pemahaman yang lebih tinggi.
Kata frase sudah lama kita kenal di dalam tata bahasa. Makna frase
sebagai strategi membaca tidak sama persis dengan makna frase dalam
tata bahasa. Untuk keperluan pemahaman bacaan, kata frase dibatasi
sebagai kelompok kata yang mempunyai arti/makna. Dengan demikian,
membaca frase merupakan strategi membaca yang mengharuskan
pembaca membaca kalimat-kalimat dalam bacaan itu frase demi frase
bukan kata demi kata. Membaca frase adalah suatu proses yang menuntut
agar kelompok kata yang merupakan satu kesatuan harus dapat dilihat
dalam satu kali pandangan, seperti halnya kita melihat sebuah kata. Jika hal
initidak terpengaruhi maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan
tertangkap atau dipahami dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan
baik.
Strategi membaca frase ini dapat dikembangkan melalui dua tahap,
yaitu tahap mekanis dan tahap konseptual. Tahap mekanis menekan pada
gerakan mata.
Mata didorong untuk bergerak lebih cepat melihat kelompok-
kelompokkata yang berbentuk frase pada baris-baris kalimat dalam teks.
Strategi membaca frase tahap mekanis ini terasa lebih efisien dan
sangat menunjang terhadap pemahaman makna secara lebih efektif.
Pembaca dituntut dapat menginterpretasikan gagasan-gagasan dan
informasi lain yang dibacanya melalui membaca frase.
• Membaca I
Membaca Frase Mekanis
Pada waktu membaca sesungguhnya mata kita berhenti sejenak
untuk dapat menafsirkan kata-kata atau menemukan sesuatu. Kalau mata
kita terus bergerak, kita hanyalah akan memperoleh bayangan kabu.
Pernyataan tersebut didukung oleh Tampubolon (1987), yang menyatakan
bahwa “ Pada waktu membaca, mata bergerak mengikuti baris-baris
bacaan dengan gerakan terhenti-henti. Pada saat berhenti (ini tidak disadari
karena cepatnya), mata mengadakan fiksasi (pemusatan penglihatan), dan
waktu itulah informasi bacaan diserap “ . berdasarkan pernyataan tersebut
maka menurut pandangan mekanis, membaca tidak lain merupakan
rentetan hentian-hentian visual. Pada saat melakukan hentian, saat itu piula
dengan segera mata melompat ke arah tulisan berikutnya dan setelah itu
terjadi lagi hentia, begitulah seterusnya.
Pembaca frase demi frase cenderung melakukan perhentian mata
setiap membaca sebuah frase. Dengan demikian, seorang pembaca frase
akan berhenti lebih jarang dan selalu menghemat waktu ketimbang
pembaca kata demi kata.
Kecepatan pembaca yang membaca kata demi kata akan sangat
terbatas kecepatan mereka membaca dalam hati sekitar 250 samapi 300
kata/ menit.
Sedangkan dengan menggunakan teknik membaca frase seseorang
akan dapat membaca lebih banyak lagi karena mereka membaca hanya
melalui kelompok –kelompok kata. Apabila membaca kata dalam satu detik
seorang pembaca akan dapat membaca dua sampai enam kata saja.
Sedengkan dengan membaca frase seseorang akan lebih mudah
menentukan kata kunci dan kata-kata yang boleh dihilangkan. Stategi
membaca frase akan lebih banyak lagi hasilnya bila dipadukan dengan
strategi lainnya.
• Membaca I
Membaca frase menuntut kekuatan visual seorang pembaca. Pada
umumnya, orang mempunyai potensi untuk melihat lima atau enam kata
dalam setiap hentian. Akan tetapi, tidak banyak orang berusaha untuk
mengembangkan kemampuan itu, dan merasa puas bila telah dapat
membaca satu atau dua buah kata setiap hentian.
Kelemahan lain seseorang yang membaca kata ia akan sering
melakukan “reges” (lompatan ulang). Sering terjadi pandangan mata
melomnpat pada baris yang sama telah dibacanya. Hal ini disebabkan
usahanya untuk mencari ide-ide tidak didapatkannya dari tiap-tiap kata yang
dibacanya. Kelemahan ini dapat dihindari dengan jalan membaca frase.
Pembaca frase akan mudah dapat cepat menangkap ide-ide tidak
didapatkannya dari tiap-tiap kata yang dibacanya. Kelemahan ini dapat
dihindari dengan jalan membaca frase. Pembaca frase akan mudah dan
cepat menangkap ide-ide dan dapat menghindari lompatan balik.
Dampaknya seorang pembaca frase akan dapat menikmati bacaan lebih
baik daripada pembaca kata demi kata. Dan ini akan menimbulkan sikap
yang positif terhadap kegiatan membaca.
Mereka akan lebih banyak lagi membaca. Dengan demikan maka
kemampuan mere pun akan bertambah.
Membaca Frase Konseptual
Membaca frase tahap ini lebih banyak memperhatikan aspek-aspek
konseptual, yakni penalaran dan pemahamn yang terjadi selama membaca.
Di dalam membaca frase, kita harus dapat menggunakan kapasitas melihat
sejumlah kata untuk kepentingan pemahamn bacaan.
Banyak orang berfikir dengan ide-ide, tetapi sering mereka membaca
dalam kata. Hal ini terjadi karena mereka menganggap bahwa membaca
frase lebih kompleks daripada membaca kata. Mereka lebih mudah
mengenali kata ketimbang frase. Denga latar belakang atau skema tentang
frase yang telah dimilikinya anggapan di atas tidak akan terjadi karena
mereka telah memiliki bekal latar belakang seperangkat pengetahuan
• Membaca I
tentang frase dan sturktur kalima. Dengan demikian, membaca frase akan
sama mudahnya seperti membaca kata.
Sebenarnya proses membaca frase itu sendiri bukanlah suatu hal
yang menarik. Apabali kita mau berlatih menggunakan membaca frase, kita
kan menyadari bahwa banyak frase-frase yang digunakan secara berulang
dan telah kita kenal, seperti kita mengenal kata.
Jika kita banyak melakukan latihan membaca frase, maka kita akan
dapat menerka frase berikutnya untuk melengkapi kalimat, tanda baca
sangat membantu mempermudah proses membaca frase.
Perlu selalu diingat ada beberapa hal yang ingin dicapai delam
membaca frase ini, antar lain: kecepatan membaca, kecepatan menangkap
makna, dan kelancaran ayunan pandangan mata dari frase yang satu ke
frase yang lainnya.
3) Peranan Skema dalam Membaca Frase
Pemahaman terhadap wacana bergantung pada informasi grafis dan
informasi yang merupakan skemata. Dengan bantuan skema yang baik
pemahaman wacanapun akan baik pula.
Pemahaman wacana dengan cepat sangat ditunjang oleh
kemampuan membaca frase dengan baik. Kemampuan membaca frase
akan ditunjang pula dengan skema tentang frase dan kalimat yang
dimilikinya. Bagaimana kita dapat membaca frase apabila belum memiliki
skema tentang struktur frase? Sebagai contoh:
Waktu Anda berlatih membaca frase camkanlah dalam ingatan
bahwa frase adalah unit arti yang terkeci.
Bila sesorang telah memiliki skema tentang frase maka akan
mengelompokan kalimat tersebut menjadi frase-frase sebagai berikut:
Waktu Anda berlatih membaca frase/camkanlah dalam ingatan/
bahwa frase dalam unit arti yang terkecil/.
Contoh lain:
Keindahan Bandung di waktu malam
• Membaca I
Pembaca tidak akan mengetahui bahwa kelompok kata itu frase tidak
mempunyai skema tentang struktur kalimat. Dan pembaca yang telah
memiliki skema struktur kalimat, tentu saja akan mengatakan kelompok kata
itu sebagai frase.
Pengindonesiaan ungkapan asing yang tidak mengikuti pola yang
berlaku terasa sanagt kacau. Hal ini akan lebih baik bila kita telah mengenal
pola frase. Sebagai contoh: Mengidonesiakan jkata dhortwave dan
longwave tidak sama dengan mengidonesiakan kata microwave. Kedua
kata pertama diindonesiakan menjadi gelombang pendek dan gelombang
panjang sedangkan microwave menjadi mikrogelombang. Alasannya
karena bentuk mikro pada kata mikrogelombang merupakan bentuk gabung
yang tidak mandiri, seperti pasca, antar, dan sebagainya. Penempatan
mikro, pasca, dan antar, terletak di muka kata yang diikutinya, sedangkan
pada gelombang pendek dan gelombang panjang, kata pendek dan kata
panjang merupakan kata yang mandiri sehingga dalam mengindonesiakan
kata shortwave dan longwave menjadi gelombang pendek dan gelombang
panjang.jika kita tidak banyak memiliki pengetahuan tentang ini, kesalahan
mengindonesiakan ungkapan-ungkapan asing akan banyak terjadi. Oleh
karena itu, kita perlu banyak mengisi skema kita dfengan pengetahuan
tentang tatbahasa, dan berbagai pengetahuan lainnya.
Di dalam membaca frase, pengalaman pengalaman selama latihan
yang yang disimpan di dalam ingatan kita serta latar belakang
pengetahuan tentang frase dan struktur kalimat sangat diperlukan untuk
membantu lancarnya proses membaca, dengan sendirinya akan
meningkatkan pemahaman terhadap bacaan.
• Membaca I
2
Penerapan Pengembangan Teknik Skema
dalam Proses Belajar-Mengajar Membaca
1) Pelatihan pada Tingkat Mekanis
Latihan ini dititikberatkan pada bagian mata. Mata dilatih untuk dapat
bergerak dengan cepat. Tujuannya untuk menanamkan kebiasaan pada
mata untuk bergerak dengan cepat dan irama yang tepat.
a) Latihan untuk Meningkatkan Keterampilan Mata:
(b) Sediakan sejumlah angka yang ditulis tidak beraturan
misalnya, angka 1 samapi 60;
(c) Tarikalah garis penghubung angka-anga itu dengan pensil
mengikuti uratan angak 1 samapi 60;
• Membaca I
(d) Catatlah waktu yang dipergunakan dalam menyelesaikan
latihan itu;
(e) Lakukan latihan tersebut secara berulang.
Sesungguhnya dalam latiahan ini skema kita ikuti berperan. Skema
tentang urutan kata yang telah kita miliki sangat membantu gerakan tangan
kita pada saat menarik garis penghubung angka-angka dari 1 secara
berurutan sampai 60. Dengan demikian, kita dapat menarik garis
penghubung itu dengan cepat. Untuk lebih jelas tentang latihan di atas lihat
Gambar 1, halam 22.
b) Latihan Ayunan Visual
Dalam usaha untuk mengembangkan kepercayaan terhadap
kemampuan untuk membuat ayunan-ayunan visual waktu membaca frase,
ikutilah pola ini dengan tekun:
(f) Mata kita hanya boleh berhenti sejenak pada setiap tanda hitam;
(g) Ayunkan dengan segera pandangan kita pada bagian berikutnya;
(h) Jangan sekali-kali berhenti di antara dua tanda hitam;
(i) Pada saat menggerakan mata, kepala jangan ikut bergerak pula;
(j) Ayunkan pandangan mata secepat-cepatnya melewati setiap
bagian di antara dua tanda hitam dengan irama yang tetap;
(k) Lakukan latihan ini dua atau tiga kali untuk mengawali setiap
kegiatan membaca sebagai pemanasan.
Latihan ayunan mata/ visual ini diharapkan dapat menghilangkan
kebiasaan lompatan balik (regresi). Lihat Gambar 2, halaman 22.
c) Latihan Membaca dengan Ayunan Visual
Latihan ini menerapkan latihan ayunan visual pada bacaan. Harsu
diingat betul, selama membaca perhatian terutama harus ditujukan pada
makna kelompokkata. Sebelum mulai membaca, dianjurkan untuk
mengadakan pemanasan. Gunakanlah halaman buku yang terbuka di
hadapan kita sebagai tempat berlatih. Buatlah bagian awal dan bagian akhir
setiap baris sebagai target. Bergeraklah dengan cepat sampai bagian
• Membaca I
bawah halam tanpa memperhatikan makna. Tujuan pemanasan ini ialah
untuk memperoleh irama gerak mata yang lancar. Setelah kita merasakan
gerakan mata yang licin tidak kaku lagi, maka tiba saatnya kita beralih pada
usaha untuk memperoleh makna bacaan. Mulailah membaca dengan
menggerakan semua keterampilan yang pernah dipelajar.
2) Pelatihan pada Tingkat Konseptual
a) Latihan Penandaan dengan Garis
Latihan ini merupakan langkah selanjutnya dari latihan secara
mekanis. Di dalam latihan ini bukan hanya berusaha mengelompokan kata-
kata melainkan kelompok kata itu harus benar-benar bermakna.
Kita dapat memulai latihan ini dengan bacaan-bacaan yang ringan. Ikutilah
langkah-langkah berikut ini:
(a) Pada bacaan kita buatlah pengelompokan kata-kata yang terdiri
atas dua samapai lima kata;
(b) Kelompok kata yang dibuat itu harus mempunyai makna;
(c) Cobalah cari makna kelompok-kelompok kata itu dengan tidak
memperhatikan kata demi kata;
(d) Mulailah membuat pengelompokan kata itu secara lamabat, yang
berangsur-angsur secara cepat;
(e) Bacalah pragraf yang telah ditandai itu tiga atau empat kali
sampai dapat menangkap makna setiap frase itu dengan cepat.
Pda latihan tahap ini , skema yang kita milikilebih banyak lagi
berperan, terutamadalam pengelompokan kata skema tentang struktur frase
dan kalimat itumembantu sekali. Mustahil kita dapoat mengelompokan kata
skema tentang frase atau kalimat. Oleh karena itu, kita perlu memperkaya
skemata dengan pengetahuan tentang struktur frase atau kalimat
sebanyak-banyanya.
• Membaca I
b) Latiahn Tanpa Tanda
Setelah melakukan berbagai latihan, sudah saatnya kita mendekati
membaca frase yang sebenarnya. Kita mencoba membuat pengelompokan
kata yang mengandung makna dengan menggunakan kemampuan yang
kita miliki dengan tidak menggunakan tanda-tanda apapun. Lakukan latihan
ini selam kurang lebih 30 menit. Memang pada mulanya kita akan
merasakan bahwa pemahaman kita tidak mantap. Akan tetapi, kita harus
bertahan untuk tidak kembali pada kebiasaan lama membaca kata demi
kata. Percayalah pada diri sendiri agar merasa yakin dapat melakukan
membaca frase dengan baik. Lakukanlah latihan seperti itu beberapa lama.
Dan kita akan merasakan perubahan yang jelas pada pemahaman kita.
Ada orang yang menganggap bahwa membaca dengan kecepatan
tinggi akan mengganggu pemahaman. Anggapan seperti itu sering
menyebabkan pembaca enggan mencoba mencapai kecepatan yang
optimal yang dapat dicapainya. Padahal menurut penelitian, membaca
lambat bukan merupakan jaminan pemahaman yang baik. Oleh karena itu
dalam membaca capailah kecepatan yang optimal.
3) Pengembangan Teknik Skema dalam Proses Belajar Mengajar
Membaca
Sering kita menemukan pembaca yang tidak dapat mengembangkan
teknik skema yang layak pada waktu dia membac. Mengapa? Pada awal
kegiatan membaca, mereka sudah melakukan proses-proses yang tidak
terarah pada tujuan yang tepat.
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa didalam kegiatan membaca
ada tiga macam proses yang dapat memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap pemahaman, yaitu proses bawah-atas, atas-bawah dan timbal
balik. Didalam proses bawah-atas, pembaca mulai membaca dengan
m,engenalkan huruf lalu bergerak ke pengenalan kjalimat. Pembaca yang
biasa menggunakan strategi ini, cenderung memusatkan perhatiannya
bagian-bagian yang kecil sehingga berhasil untuk memproses makna yang
• Membaca I
sebanyak-banyaknya. Mereka sering tidak mampu menggunakan hak-hak
yang telah dimiliki sebagai alat untuk memproses dan mengevaluasi
bacaan.
Dalam proses atas-bawah, pembaca dengan mengikuti langka-
langkah yang aktif. Mereka membaca hanya untuk memeriksa dan
memperbaiki bacaan. Karena itu, mereka sering tidak menangkap bagian-
bagian yang terinci dalam bacaan-bacaan yang teknis yang bersifat ilmiah
atau bagian-bagian bahasa yang pelik yang dungkapkan dalam puisi.
Dalam proses atas-bawah, pembaca mulai membaca dengan
mengikuti langkah-langkahyang aktif. Mereka membaca hanya untuk
memeriksa dan memperbaiki bacaan. Karena itu, mereka sering tidak
menangkap bagian-bagian yang terinci dalam bacaan-bacaan yang teknis
yang bersifat ilmiah atau bagian-bagian bahasa yang pelik yang
diungkapkan dalam puisi.
Dalam proses timbal balik, pembaca mengarahkan perhatiannya
secara interaktif. Mereka membaca dengan menggunakan pengetahuan
yang lalu, hal-hal yang dapat diperkaya, dan secara terus-menerus
menyusun pengetahuannya itu agar dapat diterkanya, dan secara terus-
menerus menyusun pengetahuannya itu agar dapat menguasai bagian-
bagian yang terinci sebagaimana mestinya. Pada umumnya, pembaca yang
cacat skema akan mempunyai kecenderungan menguntungkan diri pada
proses yang pertama dan kedua di atas.
Apabila Anda sebagai guru menjumpai anak yang terlalu bergantung
pada proses bawah-atas, cobalah bagaian berikut ini untuk memperbaiki
kebiasaannya tersebut.
1) Pilihlah teks yang layak yang berisi suatu topik yang akrab dengan
anak-anak.ssipkanlah ke dalam teks tersebut kata-kata, frase, dan
kalimat yang memiliki makna istimewa atau khusus. Bacalah teks
tersebut di depan anak-anak yang akan diperbaiki kebiasaan
membacanya. Suruh mereka menghentikan Anda membaca, jika ada
hal-hal yang tidak dapat mereka pahami. Tanyakan kepada mereka
apa sebab hal tersebut tidak jelas.
• Membaca I
2) Selanjutnya buatlah suasana membacadan mendengarkan. Buatlah
teks yang sama dengan yang digunakan pada langkah pertama, dan
berilah anak-anak teks yang benar. Suruhlah anak-anak itumemberi
tanda pada bagian-bagian yang tidak dipahami seraya mengikuti
bacaan Anda. Kemudian diskusikan bagian-bagian yang dirasakan
sulit oleh anak-anak itu dan tanyakan kepada mereka mengapa hal
itu danggap sulit.
Apabila Anda menjumpai anak-anak-anak yang mempunyai
kebiasaan membaca dengan proses atas-bawah, maka strategi- strategi
berikut ini akan dapat menolong Anda:
1) Menyuruh para siswa untuk melengkapikalimat dengan kata-kata
yang tersedia yang bersamaan maknanya dengan cara memilihnya,
kata yang tepat maknanya hanya satu. Misalnya :
Setiap hari ibuku berbelanja di…….. (toko)….(pasar)…….(warung)
2) menyuruh anak-anak berkelompok untuk mengerjakan tugas seperti
yang diberikan dalam tugas yang pertama di atas dengan
menggunakan berbagai variasi dan dengan dua ruang yang
dikosongkan, seperti dalam contoh di bawah ini:
Setiap pagi ibuku……… di……..
Istilah ruang pertama dengan kata-kata “berbelanja”, “ menyapu”,
“masak”, “membaca” , “menjahit”, “ mencuci”, “sholat”, dan
sebagainya, dan suruhlah anak-anak mengisi ruang kedua dengan
kata-kata yang cocok. Kebiasaan dan kemampuan mempoerkirakan
dan menempatkan kata-kata yang tepat dapat mempercepat
membaca dan mempertinggi pemahaman mereka.
3) Menyadarkan anak-anak bahwa mereka sering menghadapi bacaan
yang berisi petunjuk, resep, atau atauran untuk membuat atau
melakukan sesuatu. Kesadaran akan hal tersenut akan mengubah
sikapnya sebagai pembaca yang terlalu mengikuti proses atas-
bawah menjadi poembaca yang dimiliki kecermatan dan fleksibilitas.
4) Anak –anak diberi pertanyaan pilihan ganda untuk meyertaibahan
bacaan. Buatlah tiga pilihan, yang pertama pilihan yang jelas salah,
• Membaca I
yang kedua pilihan yang benar, yang diambil dari teks, dan yang
ketiga pilihan yang benar, tetapi tidak diambil dari teks. Suruh siswa
memilih kedua pilihan yang benar, lalu menunjukan pilihan yang
mana yang diambil dari teks. Langkah seperti ini akan
menumbuhkansikap positif terhadap teks sebagai sumber informasi
yang penting tanpa menjadikan anak-anak itu budak teks yang
dibacanya.
Berdasarkan uraian di atas, sebaiknya kita mengambil inisiatif untuk
mengadakan penelitian yang lebih mendalam selain yang pernah dilakukan
orang selama ini tentang makna dan manfaat skema dalam pengajaran
membaca.
Sebagai uraian terakhir penulis ingin menegaskan kembali hal-hal
yang berkaitan deengan skema ini. Skema yang dimiliki seseorang akan
menjadi dasar dalam menginterpretasikan dan menggali informasi tentang
sesuatu yang didengar atau dibacanya. Selain itu, teori skema memberi
suatu dasar untuk:
a) menyaring informasi dari suatu teks;
b) membuat penggalian yang sejalan dengan pesan yang
dikandung dalam teks;
c) memberi perhatian yang lebih terhadap bagian-bagian yang
penting dari teks;
d) memilih inti-intiyang terpenting, kurang penting, samapi
dengan yang tidak penting,;
e) membuat kesimpula; dan
f) membuat suatu persamaan yang bisa membuat orang
mengerti tentang hal-hal (pesan) tersebut.
Penjelasan di atas merupakan gambaran bagaiman pengetahuan
diolah oleh sesaeorang sehingga memberikan hasil bagi interpretasinya.
Latihan
• Membaca I
Setelah Anda selesai membaca uraian di atas, untuk memantapkan
pemahaman Anda, kerjakanlah latihan berikut ini. Apabila Anda
mengalamai kesulitan diskusikanlah dengan teman.
1. Semakin banyak seseorang membaca, akan semakin meningkat
pula kemampuan membacanya. Mengapa demikian? Jelaskan!
2. Memilih teks yang layak tentang suatu topik yang akrab dengan anak
menyisipkan kata, frase, atau kalimat-kalimat yang bermakna
istimewa sangat cocok untuk meluruskan kebiasaan membaca
bawah-atas. Betulkah demikia? Jelaska!
3. berikan 3 contoh kalimat yang merupakan strategi yang dapat
meluruskan kebiasaan membaca model atas-bawah!
4. Skema yang dimiliki sesorang akan menjadi dasar bagi interpretasi
terhadap apa yang didengar atau dilihatnya. Jelaskan pernyataan
tersebut!
5. Aoakah Anda menjumpai anak yang mempunyai kebiasaan
membaca dengan proses pemahamannya atas-bawah, strategi apa
yang Anda gunakan untuk mengatasinya? Jelaskan!
Petunjuk Jawaban Latihan
Apabila Anda telah selesai mengerjakan latihan, periksalah hasil
latihan Anda dengan memperhatikan rabu-rambu jawaban berikut ini.
1. Jawaban Anda berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
peningkatan kemampuan membaca.
2. Jawaban Anda berkaitan dengan strategi yang digunakan oleh guru
untuk menghadapi anak, yang mempunyai kebiasaan membaca
dengan proses bawah-atas.
3. Contoh yang Anda buat merupakan strategi untuk meluruskan
kebiasaan model atas-bawah. Jangan lupa syarat pembuatan
kalimatnya.
• Membaca I
4. Jawaban berkaitan dengan pemahaman Anda terhadap makna
skema.
5. Jawaban Anda harus memperhatikan langkah-langkah strategi
penanggulangan kebiasaan membaca model atas-bawah.
Kemampuan membaca hendaknya dimiliki oleh para siswa.
Pencapaian kemampuan membaca sangat dipengaruhi oleh minat baca
dan kekerapan membaca. Semakin baik minat baca seseorang, semakin
sering orang itu membaca akan semakin meningkat pula kemampuan
membacanya.
Guru hendaknya berusaha agar para siswanya banyak membaca.
Salah satu strategi membaca yang dapat meningkatkan daya baca
seseorang ialah strategi membaca frase. Ada dua tahap membaca frase,
yaitu:
A. membaca frase mekanis
B. membaca frase konseptual
Untuk dapat membaca frase dengan baik, perlu melakukan
latihan. Ada dua cara dalam membaca frase, yaitu:
1) Latihan pada Tingkat mekanis, terdiri atas:
(1) Latihan untuk meningkatkan keterampilan mata;
(2) Latihan ayunan visual;
(3) Latihan membaca dengan ayunan visual.
2) Latihan pada Tingkat Konseptual
(1) Latihan penandaan dengan garis;
• Membaca I
Gambar 1: Latihan Meningkatkan Keterampilan Mata
• Membaca I
Gambar 2: Latihan Ayunan Visual
………………………______……………………………_________……………
……………_________……………………………_________…………………
……………………………._________…………………________…………….
………………………______……………………………_________……………
……………_________……………………………_________…………………
……………………………._________…………………________…………….
Tes Formayif 2
Petunjuk:
Pilihlah salah satu jawaban yang palimh tepat dan berilah tanda
silang (x).
1) membaca frase konseptual lebih memperhatikan aspek-
aspek……
A. kekuatan visual pada saat membaca
B. penalaran dan pemahaman yang terjadi selam membaca
C. perhentian visual pada waktu membaca
D. gerakan mata mengikuti baris-baris bacaan
2) proses membaca yang cocok untuk mengembangkan skema
anak ialah model ……
A. bawah-atas
B. atas-bawah
C. timbal balik
• Membaca I
D. ketiga-tiganya benar
3) Teori skema memberi suatu dasar untuk…..
A. menyaring informasi dari teks
B. membuat panggilan pesan sejalan dengan pesan dalam
teks
C. memberikan perhatian yang lebih terhadap bagian-bagian
penting dari teks,
D. ketiga-tiganya benar
4) kata “penjara” dapat menimbulkan skema yang bermacam-
macam. Tunjukan skema yang dapat diklasifikasikan pada
kelompok pembuatan …….
A. Bangunan yang terdiri dari kamar-kamar kecil yang sempit.
B. Seorang hakim yang bijaksana dan ulet
C. Menipu uang dalam jumlah ratusan juta rupiah.
D. Mang Karim yang sudah tiga bulan menjadi penghuni di
sana
5) Manakah pernyataan berikut yang menunjukan kesesuaian
hubungan antara fakta dan kegiatan …….
A. Orang yang tinggi itu membeli petasan yang berada di rak
paling atas.
B. Orang yang tinggi itu membeli petasan di pasar minggu.
C. Orang yang kuat itu membuat ringkasan buku sebelum
tidur.
D. Orang botak membaca koran sambil sarapan pagi.
Untuk soal nomor 6 sampaidengan nomor 8, pilihan
A. jika pernyataan benar, alasan benar dan keduanya memiliki
hubungan;
B. jika pernyataan benar, alasan benar tetapi keduanya tidak
memiliki hubungan;
C. jika pernyataan benar; alasan salah;
D. jika pernyataan salah, alasan benar.
• Membaca I
6) Perhatian yang terlampau tertuju pada analisis visual tentang
huruf, suku kata, dan kata-kata meyebabkan terlepasnya skema
anak
sebab
Teori skema memberi suatu dasar untuk menjaring informasi dari
teks
7) Skema yang dimiliki seseorang akan menhadi dasar dalam
menginterpretasikan dan menggali informasi tentang sesuatu
yang didengar atau dibacanya
sebab
Guru harsu mampu menyadarkan kesalahan interpretasi
siswanya terhadap teks yang dibacanya dan membiarkan siswa
merenungi kesalahannya
8) Kemampuan membaca banyak dipengaruhi oleh minat baca dan
kekerapan emmbaca seseorang
sebab
Minat baca merupakan dorongan bagi seseorang untuk
membaca. Makin singgi minat bacanya makin sering seseorang
untuk membaca akan semakin meningkat kemampuan
membacanya.
Untuk nomor 9 dan 10, pilihlah
A. jika (1) dan (2) benar;
B. jika (1) dan (3) benar;
C. jika (2) dan (3) benar;
D. jika (1),(2), dan (3) benar.
• Membaca I
9) Bacaan yang dapat menyadarkan sikapnya yang terlalu
mengandalkan proses membaca atas-bawah ialah….
(1) resep
(2) petunjuk untuk melakukan sesuatu
(3) aturan pemakaian obat
10) Latihan pada Tingkat Konseptual dapat dilakukan dengan cara
…..
(1) Latihan penandaan dengan garis
(2) Latihan ayunan visual
(3) Latihan tanpa tanda
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2
yang terdapat di bagian akhir Modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang
benar, kemudian gunakan rumus berikut ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda terhadap materi yang telah Anda pelajari!
Rumus :
Jumlah jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = X 100% 10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, bagus!
Anda cukup memahami kegiatan belajar 2. Anda dapat meneruskan dengan
modul selanjutnya . Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih dibawah
80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.
• Membaca I
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
Tes Formatif 1
1) Berdasarkan A Dictionary of Reading ada beberapa makna skema,
anata lainskema adalah suatu sistem yang konseptual yang perlu
untuk memehami sesuatu. Contoh skema tentang kebudayaan
yang dimiliki oleh si A dapat menolong pemahamannya dalam
bidang bahasa.
Jawaban yang benar B
2) Pernyataan a,b,dan c benar seperti itu, sedangkan pertanyaan c
salah karena skema prosesmembaca setiap orang tidak selalu
sama, sangat bergantung pada berbagai faktor antara lain
pengalam yang dimiliki orang itu.
Jawaban yang benar C
• Membaca I
3) Kata hakim, jaksa dan terdakwa sangat berkaitan dengan
pengadilan, sehingga apabila orang mendengar pengadilan maka
skemanya akan bekerja mencari kosa kata yang berkaitan dengan
kata pengadilan tersebut, sedangkan kata polisi keterkaitannya
yang tidak hanya dengan pengadilan, tepai dengan hal-hal lain,
seperti kamtibnas. Oleh karena itu, kata polisi tidak diklasifikasikan
ke dalam kelompok skemata kata pengadilan.
Jawaban yang benar A
4) Banyak skema yang dapat kita miliki tentang objek-objek tertentu,
misalnya tentang tempat (sekolah, pasar), perasaan (kasih, sedih,
benci dan sebagainya), juga tentang peristiwa (Bandung lautan
api). Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17-8-1945
merupakanperistiwa yang pernah terjadi. Karena itu, termasuk
salah satu contoh skema peristiwa.
Jawaban yang benar C
5) Pernyataan benar, alasan benar dan keduanya memiliki hubungan
sebab akibat
Jawaban yang benar A
6) Pernyataan benar, alasan salah, tetapi keduanya tidak memiliki
hubungan sebabakibat.
Jawaban yang benar B
7) Pernyataan salah, alasan salah
Jawaban yang benar D
8) Umat Kristen dan kong hutsyu biasa menggunakan hari
minggu untuk melakukan kegiatan keagamaan di gereja atau
di kelenteng, sehingga hari Minggu bagi mereka merupaka
hari untuk melakukan ibadat. Karena itu, apabila kita
mengdengar kata hari Minggu, maka skema kita akan mencari
hal-hal yang berkaitan dengan itu, antara lain ke gereja dan ke
kelenten.
Jawaban yang benar B
• Membaca I
9) Skema yang kita miliki sangat beragam, baik tentang objek
benda, tempat, perbuatan, peristiwa, dan perasaan. Untuyk
contoh yang lain lihat penjelasan pada nomor 1 dan 2
sedangkan yang termasuk skema tentang perasaan, antara
lain: kasih, sayang, benci, sedih.
Jawaban yang benar A
10) Skema kita gunakan untuk menghubungkan apa yang sedang
kita baca atau dengar dengan apa yang telah kita miliki
sebelumnya.akan tetapi, dapat pula kita gunakan untuk
melengkapi kalimat yang kita tuturkan, sehingga kalimat
tersebut memiliki kesesuaian hubungan antara fakta dan
kegiatannya.
Jawaban yang benar C
Tes formatif 2
1) Membaca frase konseptual tidak hanya sekedar membaca dengan
gerakan mata yang cepat mengikuti baris-baris bacaan, tetapi lebih
banyak memperhatikan aspek-0aspek penalaran dan pemahaman
yang terjadi selama membaca.
Jawaban yang benar B
2) Dalam proses membaca dengan model timbal balik, membaca
mengarahkan perhatiannya secara interaktif. Mereka membaca
dengan menggunakan pengetahuan yang lalu dan secar terus-
menerus menyusun pengetahuannya itu agar dapat
menguasaibagian-bagian yang terinci sebagiman mestinya. Proses
membaca seperti itu sangat cocok untuk mengembangkan skema
anak karena anak akan lebih aktif dalam membaca dan
memungkinkan untuk dapat memelihara skemanya.
Jawaban yang benar C
• Membaca I
3) Pada dasarnya teori skema memberi suatu dasar untuk :
a) menyaring informasi dari suatu teks;
b) membuat penggalian yang sejalan dengan pesan yang
dikandung dalam teks;
c) memberi perhatian yang lebih terhadap bagian-bagian yang
penting dari teks;
d) memilih inti-intiyang terpenting, kurang penting, samapi
dengan yang tidak penting,;
e) membuat kesimpula; dan
f) membuat suatu persamaan yang bisa membuat orang
mengerti tentang hal-hal (pesan) tersebut.
Jawaban yang benar D
4) Banyak skema yang kita miliki tentang berbagai objek tertentu.
Apabila kita mendengar kata penjara kama skema yang
merupakan kelompok perbuatan, ialah pernyataan yang
menyatakan perbuatan yang mengarah pada kejahatan pada
akhirnya masuk penjara.
Jawaban yang benar C
5) Pernyataan yang menunjukan kesesuaian hubungan fakta dan
kegiatan dapat membangkitkan skema seseorang dengan baik. Di
antara keempat pernyataan tersebut, pernyataan A merupakan
pernyataan yang dimaksud.
Jawaban yang benar A
6) Pernyataan benar, alasan benar, tetapi keduanya tidak memiliki
hubungan sebabakibat.
Jawaban yang benar B
7) Pernyataan benar, alasan salah.
Jawaban yang benar C
8) Pernyataan benar, alasan benar dan keduanya memiliki hubungan
sebab akibat.
Jawaban yang benar A
• Membaca I
9) Bacaan yang berisi petunjuk untuk melakukan sesuatu, resep,
atau aturan membuat sesuatu merupakan salah satu strategi yang
dapat dilakukan oleh guru untuk meluruskan kebiasaan anak yang
terlalu tergantung pada proses atas-bawah.
Jawaban yang benar D
10) Membaca frase konseptual sangat memperhatikan aspek-aspek
penalaran dan pemahaman terhadap bacaan. Untuk hal ini
diperlukan latihan. Latiahn yang dimaksud mengarah pada
memperoleh penalaran dan pemahaman bacaan, yaitu latihan
penandaan dengan garis dan latihan tanpa tanda.
Jawaban yang benar D
DAFTAR PUSTAKA
Freenam, Yvonne, David Freeman, dan Ruth Beall Heining. 1994. Reading
Process and Practice, Second Edition. Portsminth, NH: Heinemann.
Harjasujana, Ahmad S. dkk 1986. Buku Materi Pokok Keterampilan
Membaca.Jakarta: Karunika, Universitas Terbuka.
________, 1988. Nusantara yang Literat; Secercah Sumbang Saran
terhadap Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Indonesia. Bandung: Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Mc Ginnis, Doroty J. 1982. Analyzing and Treating Reading Problems. New
York: Macmillan Publishing Company Inc.
Tampubolon, DP 1987. Kemampuan Membaca, Teknik Membaca Efektif
dan Efisien.Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Membaca sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung : Angkasa
• Membaca I
GLOSARIUM
Ayunan visual : Pandangan mata yang bergerak dengan cepat melihat
baris bacaan
interpretasi : penafsiran
kapasitas : kemampuan
konseptual : berdasarkan konsep
mahir : terampil, mampu
mekanis : Kegiatan yang menggunakan gerak fisik saja, dan
belum melibatkan pemahaman
membaca frase : membaca secara kelompok kata kelompok kata
minat baca : dorongan dari dalam dirinya sendiri untuk membaca
optimal : pencapaian sesuatu samapai batas kemampuan yang
terbaik
strategi : cara, teknik
visual : berdasarkan penglihatan.
• Membaca I