me kasus i
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 ME KASUS I
1/41
MODUL MENTAL EMOSIONALKELOMPOK 4
Seorang siswi SMA melakukan percobaan bunuh diri
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
Jakarta, 14 November 2011
-
7/28/2019 ME KASUS I
2/41
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan klinis, banyak tokoh psikiatri
dan neurologi yang berperan. Mula-mula Emil Kreaplin (18-1926) menyebutkan
gangguan dengan istilah dementia prekok yaitu suatu istilah yang menekankan proses
kognitif yang berbeda dan onset pada masa awal. Istilah skizofrenia sendiri diperkenalkan
oleh Eugen Bleuler (1857-1939), untuk menggambarkan munculnya perpecahan antara
pikiran, emosi, dan perilaku pada pasien yang mengalami gangguan ini. Bleuler
mengindentifikasi symptom dasar dari skizofrenia yang dikenal dengan 4A antara lain :Asosiasi, Afek, Autisme dan Ambivalensi.
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1% penduduk
dunia menderita psikotik selama hidup mereka di Amerika. Skizofrenia lebih sering
terjadi pada negara industri terdapat lebih banyak populasi urban dan pada kelompok
sosial ekonomi rendah.Walaupun insidennya hanya 1 per 1000 orang di Amerika Serikat,
skizofrenia seringkali ditemukan di gawat darurat karena beratnya gejala,
ketidakmampuan untuk merawat diri, hilangnya tilikan, dan pemburukan sosial yang
bertahap. Kedatangan diruang gawat darurat atau tempat praktek disebabkan oleh
halusinasi yang menimbulkan ketegangan yang mungkin dapat mengancam jiwa baik
dirinya maupun orang lain, perilaku kacau, inkoherensi, agitasi, dan penelantaran.
-
7/28/2019 ME KASUS I
3/41
BAB II
LAPORAN KASUS
Conny, gadis berumur 17 tahun, siswi SMA Swasta di Jakarta, dibawa oleh ibunya ke RS
Trisakti dengan keluhan sulit tidur dan merasa bingung. Ketika ditanya mengapa dia bingung,
pasien mengatakan bahwa ia bingung karena ia tidak bisa mengerti mengapa semuanya berubah.
Ia selalu memikirkan hal itu sehingga membuatnya sulit tidur. Sudah delapan bulan yang lalu
pasien tampak malas dan tidak mau sekolah. Padahal sebelumnya ia termasuk anak yang rajin
bersekolah dan prestasi akademinya baik. Menurut ibunya, akhir-akhir ini, Conny cenderung
menarik diri, malas merawat diri, dan sering bergumam seperti orang yang kebingungan:
mengapa semuanya berubah?
Menurut ibunya, delapan bulan yang lalu, sejak naik ke kelas II SMA, Conny tampak
agak berubah perilakunya. Sebelumnya Conny tampak periang, tetapi belakangan ini lebih sering
terlihat berdiam diri dan kerap kali bertanya tentang hal-hal yang tidak masuk akal seperti :
Kenapa kok orang-orang sekarang berubah semua? Ibunya menurut pasien juga berubah seperti
bukan ibunya yang dulu. Demikian juga teman-temannya berubah seperti bukan temannya yang
dulu. Bahkan lingkungan rumahnya juga berubah. apa dunia sudah mau kiamat?, apa aku ini
mau gila?.
Ibunya mengira Conny telah mengalami stress yang berat, mungkin karena pergaulan di
sekolahnya. Oleh karena itu, Conny lalu dicutikan dari sekolahnya dan dibawa beristirahat di
luar kota.
Enam bulan berisitirahat di luar kota, tidak membuat Conny menjadi lebih baik. Bahkan keadaan
Conny menjadi semakin memburuk. Ia tidak lagi memperhatikan perawatan dirinya. Sekarang
Conny bahkan sering marah-marah tanpa alasan yang jelas. Menurutnya, ia seing mendengar
orang-orang menyindir dirinya, mengomentari dirinya, yang ia tidak dapat mengerti menurutConny, mengapa semua orang itu mengetahui tentang rahasia dirinya. Hal itu membuat Conny
menjadi semakin bingung dan putus asa, serta pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan
berusaha memotong urat nadi di tangannya. Beruntung Conny masih bisa diselamatkan. Oleh
karena kejadian-kejadian di atas, ibunya merasa tidak mampu lagi mengurus Conny, lalu
membawanya ke klinik jiwa di RS Trisakti, tempat anda sedang bertugas sebagai dokter jaga.
-
7/28/2019 ME KASUS I
4/41
Status mental tanggal 8 November 2011
Deskripsi umum
Penampilan :
Seorang wanita muda, 17 tahun, tampak sesuai dengan usianya. Rambut tidak tersisir rapi, cara
berpakaian terlihat seadanya, wajah tidak dirias, memakai sepatu. Terlihat seperti otang
kebingungan, bicaranya agak kacau dan sering tidak menyambung. Pasien tampak tidak tenang,
tidak dapat duduk lama. Pasien kadang kadang terlihat seperti bicara sendiri, tersenyum
sendiri. Kesadaran biologis tidak terganggu, walaupun pasien terlihat seperti orang yang
mengantuk.
Afek terbatas, cenderung terlihat tumpul. Ekspresi afektif agak labil, pengendalian kurang, echt,
dangkal, tidak dapat dirabarasakan, skala diferensiasi sempit, tidak serasi. Batas ego tidak intak
Persepsi : Derealisasi dan depersonalisasi ada. Halusinasi auditorik third order.
Proses pikir : produktivitas kurang, miskin pikir, pengendoran asosiasi, inkoherensi
Isi pikir : waham dunia kiamat, siar pikir
Fungsi intelektual : daya konsentrasi terganggu, perhatian terganggu, orientasi baik, daya ingat
baik, intelegensi diatas rata rata.
Daya nilai sosial dan uji daya nilai sosial: baik
Daya nilai realita : ada hendaya berat dalam menilai realita
Tilikan : derajat satu
Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
Skenario berikutnya,
Pasien anak ke-2 dari tiga bersaudara. Kakaknya laki-laki berumur 20tahun, mahasiswa di
Universitas Swasta di Jakarta. Adiknya berumur 15tahun, pelajar SMP Swasta di Jakarta.
Ayahnya karyawan Swasta, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga. Pasien dilahirkan cukup
-
7/28/2019 ME KASUS I
5/41
bulan. Tidak ada masalah dengan kelahirannya. Perkembangan psikomotorik tidak ada kelainan.
Di antara saudaranya, pasien termasuk yang paling pandai di sekolah. Pasien anak yang rajin,
sangat memperhatikan perawatan dirinya. Pasien senang bergaul dan memiliki banyak teman.
Hobby pasien adalah membaca buku novel, mengarang cerita dan jalan-jalan ke Mal. Kehidupan
beragamanya cukup baik, pasien belum punya pacar.
Riwayat keluarga :
Adik perempuan ibu pasien (bibi pasien) pernah mengalami stress berat hingga mau bunuh diri
dan sempat dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Paman pasien, pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa
karena marah-marah tanpa alasan dan mempunyai pikiran yang aneh-aneh.
a. Informasi lengkap dari kasus yang didiskusikan :
Identitas pasien
Nama : Conny
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : -
Pekerjaan : Pelajar
Riwayat psikiatri
Keluhan utama : ingin melakukan percobaan bunuh diri dengan berusaha
memotong urat nadi ditangannya.
Riwayat gangguan sekarang :
- Sering tidak tidur (insomnia) bisa karena beberapa hal seperti: tempat tinggal atau
lingkungannya berisik, panas, pengap, banyak pikiran dan depresi.
-
7/28/2019 ME KASUS I
6/41
- Sudah 8 bulan tidak mau sekolah
Kemungkinan penyebabnya: pasien ada masalah di sekolahnya sehingga ia menjadi takut,
hubungan pasien dengan temannya kurang baik, malu, prestasi akademiknya jelek, ada
masalah dengan guru dan masalah keuangan.
- Sering bergumam seperti orang yang keheranan: Mengapa semua berubah?
- Belakangan ini lebih sering terlihat berdiam diri, cenderung menarik diri, malas merawat
diri.
Ini merupakan fase prodromal (biasanya timbul gejala-gejala non spesifik yang lamanya
bisa berminggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas.
Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu
luang dan fungsi perawatan diri.
Pasien malas merawat diri menunjukkan beberapa kemungkinan penyebab, bisa karena
depresi, schizophrenia, pasien phobia terhadap air atau kecanduan heroin.
Perbedaan malas antara depresi dan penderita schizophrenia yaitu:
Pada depresi ada rem yang bikin orang tersebut jadi malas untuk melakukan
aktivitas padahal ada kemauan untuk melakukannya.
Sedangkan pada schizophrenia terdapat abulia (tidak ada dorongan
kemauannya).
Pasien cenderung menarik diri menandakan adanya kemunduran kepribadian pada
pasien.
-
7/28/2019 ME KASUS I
7/41
- Kerap kali bertanya hal-hal yang tidak masuk akal: kenapa kok orang-orang sekarang
berubah semua? Apa dunia sudah mau kiamat? Apa aku ini mau gila?
- Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas
- Menurutnya sering mendengar orang-orang menyindir dia dan mengomentari dirinya.
Gejala ini merupakan halusinasi Third Order(Kurt Schneider).
Riwayat gangguan dahulu :
- Delapan bulan yang lalu, tampak agak berubah perilakunya dan merasakan orang-orang di
sekitarnya sudah berubah sejak beberapa bulan yang lalu.
Hal ini merupakan sesuatu yang kronis, disebut derealisasi dimana pasien melihat
lingkungannya sudah berubah.
- Pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan berusaha memotong urat nadi di
tangannya.
Ini disebabkan oleh pasien yang merasa putus asa karena kemungkinan pasien malu kalau
rahasia dirinya diketahui semua orang dan pasien merasa bingung kenapa semua orang tahu
rahasianya.
- Enam bulan sudah berisitirahat di luar kota tapi tidak membuat dirinya menjadi lebih baik,
tapi keadaannya malah menjadi semakin buruk.
Pada kasus dikatakan bahwa ibunya mengira Conny mengalami stress berat, mungkin
karena pergaulannya di sekolah. Dalam hal ini kemungkinan yang kita pikirkan adalah
-
7/28/2019 ME KASUS I
8/41
orang tuanya (ibunya Conny) mengalami ketakutan akan stigma sehingga Conny dicutikan
dari sekolahnya.
Tindakan ibu Conny ini bisa memberikan dampak yang benar atau tidak benar terhadap
Conny, karena kalau memang benar gejala-gejala pasien timbul karena faktor stress atau
adanya faktor eksternal yang dialami pasien, maka tindakan ibunya benar, tetapi kalau
gejala-gejala tersebut timbul dari diri pasien sendiri (faktor internal), maka tindakan ibunya
akan menambah keadaan pasien menjadi semakin memburuk.
Riwayat kehidupan pribadi
- Sebelumnya pasien termasuk anak yang rajin bersekolah dan prestasi akademiknya baik.
- Sebelumnya pasien juga tampak periang
Riwayat gangguan keluarga:
- adik perempuan ibu pasien (bibi pasien) pernah mengalami stress berat hingga pernah
mau bunuh diri dan sempat dirawat di Rumah Sakit Jiwa.
- paman pasien, pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa karena marah- marah tanpa alasan
dan mempunyai pikiran yang aneh - aneh.
Status Mental
Tangga 8 November 2011
Deskripsi umum
Penampilan : Seorang wanita muda 17 tahun, tampak sesuai dengan usianya.
Rambut tidak tersisir rapi, cara berpakaian terlihat seadanya, wajah tidak dirias,
memakai sepatu.
-
7/28/2019 ME KASUS I
9/41
Kesadaran : kompos mentis, kesadaran biologis tidak terganggu, walaupun
pasien terlihat seperti orang yang mengantuk.
Pembicaraan : terlihat seperti orang kebingungan, bicaranya agak kacau dan
sering tidak menyambung. Pasien kadang- kadang terlihat seperti bicara sendiri,
tersenyum sendiri.
Perilaku dan aktivitas psikomotor : pasien tampak tidak tenang, tidak dapat duduk lama.
Sikap terhadap pemeriksa : -
Alam perasaan
afek (ekspresi afektif) : terbatas(tidak luas) , cenderung terlihat tumpul.
Agak labil oleh karena pengendalian kurang.
Echt(sungguh-sungguh), dangkal(intensitas afek kurang atau tidak dalam), tidak dapat di
rabarasakan, skala differensiasi sempit(tidak ada variasi perasaan), tidak serasi(antara
perasaan,pikiran,dan perbuatan).
Batas ego : tidak intak (seolah-olah orang lain mengetahui isi
pikirannya)
Gangguan persepsi
halusinasi : auditorik third order
depersonalisasi : ada
derealisasi : merasakan orang-orang yang disekitarnya berubah
Fungsi intelektual
Intelegensi : di atas rata-rata
Orientasi : baik
-
7/28/2019 ME KASUS I
10/41
Daya ingat : baik
Konsentrasi dan perhatian : terganggu
Proses pikir : produktivitas kurang, miskin pikir, pengendoran asosiasi, dan inkoherensi
Isi pikiran : waham dunia kiamat, siar pikir.
Daya nilai
Daya nilai social : baik karena masih menghormati norma-norma social dan
memperhatikan kepentingan orang lain
Uji adaya nilai sosial : baik
Daya nilai realita : ada hendaya berat dalam menilai realita karena adanya waham
dan halusinasi
Tilikan : derajat satu karena tidak menerima dirinya sakit
Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
Anamnesis tambahan
Autoanamnesis :
Apakah pernah terpikir melakukan percobaan bunuh diri?
Apakah ada perasaan terganggu?
Apakah ada perasaan tidak nyaman?
-
7/28/2019 ME KASUS I
11/41
Alloanamnesis :
Sejak kapan gejala ini muncul? apakah berulang?
Bagaimana riwayat kelahirannya? kemungkinan komplikasi kelahiran. (Hipoksia
perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap skizofrenia)
Bagaimana sikap keluarga terhadap pasien?
Apakah ada anggota keluarga lain yang mengalami hal yang sama?
Pemeriksaan lanjutan
Pemeriksaan fisik : tidak ditemukan kelainan
Kesadaran biologik : kompos mentis
Fisik : tampak sesuai dengan usianya ,rambut tidak tersisir rapi, cara
berpakaian, cara berpakaian terlihat seadanya, wajah tidak dirias, dan memakai sepatu
Kesadaran psikologik : terganggu
Pemeriksaan neurologi : tidak ditemukan kelainan
Pemeriksaan lab : tidak ditemukan kelainan
b. mekanisme dan penyebabnya atau ditegakannya diagnosis(diagnosis multiaksial)
Psikopatologi
1. Berdasarkan kesadaran :
Secara biologis tidak ada gangguan
Secara psikologis ada gangguan yaitu pasien mengalami halusinasi
Secara sosial ada gangguan yaitu pasien cenderung menarik diri dan berdiam diri
-
7/28/2019 ME KASUS I
12/41
2. Berdasarkan kepribadian :
Pasien mengalami derealisasi : melihat lingkungannya berubah
Depersonalisasi : melihat dirinya sendiri berubah
3. Ada kecenderungan afektif jadi tumpul : antara pikiran dan perbuatannya tidak sesuai
dengan perasaannya (ketidakserasian)
4. Ada gangguan proses pikir : waham, halusinasi
5. Gangguan persepsi :
- Distorsi sensorik : sensoriknya menyimpang, contohnya ukuran (makroksia &
mikroksia), kualitas
- Disepsi sensorik : munculnya persepsi baru dengan atau tanpa obyek luar.
Kalau disepsi dengan obyek luar disebut dilusi.
Disepsi tanpa obyek luar disebut halusinasi, bisa halusinasi auditorik (halusinasi
yang ditangkap oleh telinga), visual (halusinasi yang dilihat), gustatorik
(halusinasi yang dirasa) maupun halusinasi olfaktorik (halusinasi yang
ditangkap oleh penciuman).
Pada kasus pasien mengalami halusinasi auditorik Third Order (Schneider) karena pasien
merasa sering mendengar orang-orang menyindir dan mengomentari dirinya.
6. Adanya siar pikir dan batas ego yang tidak intak karena pasien merasa semua orang
mengetahui tentang rahasia dirinya.
-
7/28/2019 ME KASUS I
13/41
Mekanisme
Tanda awal adalah simptom-simptom pada masa premorbid pada masa remaja dan diikuti
dengan berkembangnya simptom prodormal dalam kurun waktu beberapa hari sampai beberapa
bulan. Adanya perubahan social / lingkungan dapat memicu munculnya simtom gangguan. Masa
prodormal ini bisa langsung sampai bertahun-tahun sebelum akhirnya muncul simtom psikotik
yang terlihat.
Penyebab
Hipotesa Dopamin
Menurut hipotesa ini, skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan aktivitas neurotransmitter
dopaminergik akibat dari meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor
dopamine, turunnya nilai ambang, atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau kombinasi dari
faktor-faktor tersebut. Munculnya hipotesa ini berdasarkan observasi bahwa :
a. Ada korelasi antara efektivitas dan potensi suatu obat antipsikotik dengan
kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor dopamine D2.
b. Obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik- seperti amphetamine-dapat
menimbulkan gejala psikotik pada siapapun.
Diagnosis multiaksial
Aksis I : skizofrena tipe tak tergolongkan
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III: tidak ada diagnosis
Aksis IV : tidak ada diagnosis
Aksis V : GAF sekarang : 50 dengan disabilitas dan gejala sedang sampai berat
1 tahun terakhir : 80
-
7/28/2019 ME KASUS I
14/41
Kriteria diagnosis: DSM IV adalah sebagai berikut:
a. terdapat 2 atau lebih gejala karakteristik, yanag masing-masing ditemukan untuk
sebagian waktu yang bermakna selama periode 1 bilan ( atau kurang bila berhasil
diobati).
Gejala karakteristik tersebut berupa:
1. waham
2. halusinasi
3. bicara terdisorganisasi ( misalnya sering menyimpang atau inkoheren)
4. perilaku terdisorganosasi atau katatonik yang jelas
5. gejala negative ,yaitu afek datar,alogia,atau tidak adakemauan (avolition)
catatan : hanya satu gejala criteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau
halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus mengomentari perilaku atau pikiran
pasien, atau 2/lebih suara yang saling bercakap satu sama lainnya.
b. Disfungsi social atau pekerjaan untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset
gangguan, satu atau lebih fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau
perawatan diri , adalah jelas dibawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset
pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian
interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).
c. Durasi tanda gangguan terus-menerus menetap selama sekurang-kurangnya 6 bulan .
periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala ( atau kurang jika diobati
dengan berhasil) yang memenuhi criteria A ( yaitu,gejala fase aktif) dan mungkin
termasuk periode gejala prodromal/residual, tanda gangguan mungkin dimanifestasikan
hanya oleh gejala negative atau 2 atau lebih gejala yang dituliskan dalam criteria A dalam
-
7/28/2019 ME KASUS I
15/41
bentuk yang diperlemah (misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang
tidak lazim.
d. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan suasana perasaan : gangguan
skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena :
1. Tidak ada episode depresi berat, manic, atau campuran yang telah terjadi bersama-
sama dengan gejala fase aktif atau
2. Jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah
relative singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.
e. penyingkiran zat/kondisi medis umum: gangguan tidak disebabkan oleh afek biologis
langsung dari suatu zat ( misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu
kondisi medis umum.
f. hubungan dengan perkembanagn pervasive: jika terdapat riwayat adanya gangguan
autistic atau gangguan perkembangan pervasive lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia
dibuat hanya jika waham atau halusinasi yang menonjol juga ditemukan atau
sekurangnya satu bulan (atau kurang jika diobati secara berhasil)
Pada pasien ini memenuhi criteria skizoprenia menurut DSM IV pada poin A,B,dan C
Daftar masalah pada pasien ini:
Problem organobiologis : bakat skizofrenia yang diturunkan keluarga
Problem psikologis : waham, halusinasi, derealisasi, ingin bunuh diri, tidak
merawat diri, siar pikir
Problem sosiokultural : menarik diri dari lingkungan , tidak percaya ibunya.
Rencana terapi
1. Pasien dirawat di rumah sakit dengan baik
-
7/28/2019 ME KASUS I
16/41
2. Disuntik obat anti psikotik karena pasien menunjukkan hendaya berat.
3. Follow up terus (SOAP) :
-Keluhan subyektif
- Gejala obyektif
- Penilaian (assessment)
- Rencana penanganan (planning)
- Psikofarmaka : antipsikotik atipikal dan tipikal
Antipsikotik Generasi Pertama (APG I / tipikal)
APG I bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal, nigostriatal,
dan tuberoinfundibular, sehingga dengan cepat dapat menurunkan gejala positif (waham,
halusinasi, dll). Pemakaian lama dapat mengakibatkan efek samping berupa gangguan ekstra
piramidal, tardive dyskinesia, meningkatnya kadar prolaktin yang dapat menyebabkan disfungsi
sosial, peningkatan berat badan, dan memperberat gejala negatif dan kognitif. APG I juga dapatmenimbulkan efek samping antikolonergik seperti mulut kering, gangguan miksi, pandangan
kabur, gangguan defekasi, dan hipotensi. Fluphenazine, haloperidol, trifluoperazine, dan
pimozide, digunakan untuk mengatasi sindrom psikosis, dengan gejala dominan, apatis, menarik
diri, hipoaktif, waham, dan halusinasi. Chlorpromazinedan thiondazine digunakan untuk
penderita dengan gejala dominan gaduh, gelisah, hiperaktif, dan sulit tidur.
Antipsikotik Generasi kedua (APG II/ atipikal)
Sering disebut sebagai serotonin dopamin antagonis (SDA) atau antipsikotik atipikal.
Obat ini bekerja melalui interaksi serotonin dan dopamin pada empat jalur dopamin di otak yang
dapat mengakibatkan menurunnya efek samping ekstrapiramidal dan sangat efektif untuk
-
7/28/2019 ME KASUS I
17/41
mengatasi gejala negatif (cenderung menarik diri, dll). Obat yang termasuk pada golongan ini
adalah clozapine, olanzapine, quetiapine, dan resperidon.
Pada pasien ini, injeksi haloperidol 5 mg dapat berguna untuk menenangkan pasien dengan
mengatasi halusinasi, waham, dan gejala - gejala darurat membahayakan lainnya. Resperidon
digunakan pada tahap selanjutnya mengingat efek samping yang lebih ringan.
- Psikoterapi : untuk pasien adalah terapi suportif dan untuk keluarga adalah konseling
keluarga
- Psikososial
Terapi Perilaku
Sering dinamakan terapi keterampilan sosial ( social skills therapy ). Latihan
keterampilan ini melibatkan penggunaan kaset video orang lain dan pasien permainan
simulasi ( role playing ) dalam terapi, dan pekerjaan rumah tentang keterampilan yang
telah dilakukan.
Terapi Berorientasi Keluarga
Yang dilakukan dokter :
1. Pendekatan ke pasien (bina raport)
2. Pasien jangan ditinggal sendirian untuk mencegah kemungkinan bunuh diri lagi
3. Pasien dijauhkan dari benda-benda tajam
4. Diberikan obat anti psikotik secara parenteral
5. Perlu informed consent kepada keluarganya karena pasien tidak berkompeten untuk
melakukan informed consent karena ia merasa kalau dirinya tidak sakit.
-
7/28/2019 ME KASUS I
18/41
Prognosis
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad malam karena adanya faktor herediter, usia
yang masih muda, tidak adanya faktor pencetus yang jelas, onset yang berjalan selama lebih dari
6 bulan sehingga pengobatan terlambat, adanya gejala-gejala negative seperti penarikan diri
-
7/28/2019 ME KASUS I
19/41
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah-istilah Psikiatri
Pemeriksaan Status Mental
1. Gambaran umum :
Penampilan
Hal ini adalah suatu gambaran tentang penampilan pasien dan kesan fisik secara
keseluruhan yang disampaikan kepada dokter psikiatri, seperti yang dicerminkan
dari postur, ketenangan, pakaian, dan dandanan. Contoh hal lain dalam
penampilan disini juga meliputi adalah jenis tubuh, postur, ketenangan, pakaian ,
dandanan, rambut, dan kuku. Istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan penampilan adalah tampak sehat, sakit, agak sakit, seimbang,
kelihatan tua, kelihatan muda, kusut, seperti anak-anak dan kacau.
Perilaku dan aktuvitas psikomotor
Katagori ini dimaksudkan dalam aspek kuantitatif maupun kualitatif dari perilaku
motorik pasien. Yang termasuk didalamnya adalah gerak-gerak isyarat, kedutan,
hiperaktivitas, melawan, flexibelitas,rigiditas, cara berjalan. Tiap aktivitas yang
tidak bertujuan harus digambarkan.
Sikap terhadap pemeriksa
Sikap pasien terhadap pemeriksa digambarkan sebagai bekerja sama, bersahabat,
penuh perhatian, tertarik, datar, menggoda, bertahan, kebingungan, apatis,
bermusuhan, dll.
Mood
Didefinisikan sebagai emosi yang meresap terus menerus yang mewarnai persepsi
seseorang akan dunia. Kata sifat yang sering menggambarkan seorang pasien
adalah depresi, kecewa, mudah marah, cemas, marah, meluap-luap, bersalah,
terpesona, merendahkan diri, ketakutan, membingungkan.
-
7/28/2019 ME KASUS I
20/41
Afek
Afek adalah respon emosional secara eksternal yang tampak pada
pasien pada saat wawancara. Afek timbul setelah membicarakan sesuatu
biasanya sesaat.
Afek terbagi menjadi:
o Afek yang sesuai : kondisi dimana irama emosional adalah harmonis
dengan gagasana, pikiran atau pembicaraan yang menyertai
o Afek yang tidak sesuai : ketidakharmonisan antara irama perasaan
emosional dengan gagasan, pikiran, atau pembicaraan yng menyertai
o Afek tumpul : gangguan pada afek yang dimanifestasikan dengan
penurunan berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan
keluar
o Afek yang terbatas : penurunan intensitas irama perasaan yang kurang
parah daripada afek yang tumpul, tapi jelas menurun
o Afek yang datar : tidak adanya ekspresi afek, suara yang monoton,
wajah yang tidak bergerak
o Afek yang labil : perubahan irama perasaan yang tiba-tiba dan cepat,
yang tidak berhubungan dengan stimulus eksternal.
Gangguan PersepsiSeperti halusinasi dan ilusi.
Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi sensoris palsu yang tidak disertai dengan stimuli
eksternal yang nyata. Mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi
waham tentang pengalaman halusinasi.
a. Halusinasi hipnagogik yaitu persepsi sensoris yang palsu. Biasanya terjadi
saat mau tidur dan dianggap sebagai fenomena yang nonpatologis.
b. Halusinasi hipnohompik yaitu persepsi palsu yang terjadi saat bangun tidur
dan juga tidak dianggap patologis.
c. Halusinasi auditoris adalah persepsi suara / bunyi palsu.
d. Halusinasi visual adalah persepsi palsu tentang penglihatan, baik cit ra yang
berbentuk (melihat orang) atau tidak berbentuk (cahaya). Paling sering
terjadi pada gangguan organik.
-
7/28/2019 ME KASUS I
21/41
e. Halusinasi olfaktorius adalah persepsi membau yang palsu.
f. Halusinasi gustatoris adalah persepsi tentang rasa kecap yang palsu. Paling
sering pada gangguan organik.
g. Halusinasi raba (taktil) adalah persepsi palsu tentang perabaan atau sensasi
pada kulit.
h. Halusinasi somatik Sensasi palsu mengenai hal yang terjadi pada tubuh,
paling sering pada daerah viseral.
i. Halusinasi yang sejalan dengan mood ( mood - congruent hallucination)
yaitu isi halusinasi konsisten dengan mood yang dirasakan pasien. Bila
pasien sedang depresi, pasien seolah mendengar suara yang mengatakan
dia jahat.
j. Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood ( mood-incongruent
hallucination) yaitu halusinasi ini terjadi saat pasien mengalami pergantian
mood yang tiba - tiba. Tetapi halusinasi yang terjadi tidak konsisten dengan
mood tersebut.
k. Halusinosis adalah halusinasi yang berhubungan dengan penyalahgunaan
alkohol kronis dan terjadi dalam sens orium yang jernih. Yang paling sering
adalah halusinasi auditoris.
l. Trailing phenomenon adalah kelainan persepsi yang berhubungan dengan
obat - obatan yang bersifat halusinogen. Benda yang bergerak akan dilihat
sebagai sederetan citra yang terpisah dan tidak kontinu.
Pikiran
Pikiran dibagi menjadi proses dan isi.
Isi pikiran dimaksudkan pada apa yang sesungguhnya dipikirkan oleh
seseorang, yakni berupa gagasan, keyakinan, preokupasi, obsesi.
Sedangkan proses berpikir adalah sebagai cara dimana seseorang
berpikir.
Tilikan
Tilikan adalah derajat kesadaran dan pengertian pasien bahwa mereka sakit.
Tingkat Tilikan
Penyangkalan penyakit sama sekali
-
7/28/2019 ME KASUS I
22/41
Agak menyadari bahwa mereka adalah sakit dan membutuhkan
bantuan tetapi dalam waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya
Sadar bahwa mereka sakit tetapi melemparkan kesalahan kepada
orang lain, pada factor eksternal, atau factor organic
Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak
diketahui pada diri pasien
Tikikan intelektual : menerima bahwa pasien sakit dan bahwa gejala
atau kegagalan dalam penyesuaian sosial adalah disebabkan oleh
perasaan irasional atau gangguan tertentu dalam diri pasien sendiri
tanpa menerapkan pengetahuan tersebut untuk pengalaman dimasa
depan
Tilikan emosional sesungguhnya : kesadaran emosional tentang motif
dan perasaan di dalam diri pasien dan orang yang penting dalam
kehidupanya, yang dapat menyebabkan perubahan dasar dalam
perilaku
Waham
Waham adalah Keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang
salah tentang kenyataan eksternal. Apa yang diyakininya tidak sejalan
dengan intelegensia pasie n dan latar belakang kultural. Dan ini tidak
dapat dikoreksi dengan suatu alasan. Waham terbagi lagi menjadi
a. Waham yang kacau (bizarre delusion), yaitu seseorang yang
memiliki pikiran palsu yang aneh, mustahil dan sama sekali tidak
masuk akal. Contoh: ora ng dari angkasa luar merupakan teman
baiknya.
b. Waham tersistematisasi, pikiran palsu yang digabungkan oleh suatu
tema atau peristiwa tunggal. Contoh: seseorang dimata - matai oleh
agen rahasia.
c. Waham yang sejalan dengan mood, yaitu waham dengan isi pikran
yang sesuai dengan mood yang sedang dialaminya. Contoh: pasien
depresi percaya bahwa ia bertanggung jawab atas kehancuran dunia.
-
7/28/2019 ME KASUS I
23/41
d. Waham yang tidak sejalan dengan mood yaitu isi pikiran (waham)
tidak sesuai dengan mood.
e. Waham nihilistic yaitu isi pikiran p alsu di mana dirinya, orang lain
dan dunia telah berakhir atau tidak ada.
f. Waham kemiskinan yaitu isi pikiran palsu bahwa pasien akan
kehilangan semua harta miliknya.
g. Waham somatik yaitu isi pikiran palsu yang menyangkut tubuh
pasien.
h. Waham paranoid , termasuk di sini waham persekutorik, waham
referensi, kontrol dan waham kebesaran.
-Waham persekutorik yaitu keyakinan palsu dan kecurigaan berlebihan
bahwa pasien sedang diganggu, ditipu atau disiksa. Waham ini sering
ditemukan pada seorang pasien yang senang me nuntut. Pasien
mempunyai kecenderungan patologis untuk mengambil tindakan
hukum karena penganiayaan yang dibayangkan.
-Waham kebesaran memiliki gambaran kepentingan, kekuatan atau
identitas seseorang yang berlebihan.
-Waham referensi memiliki keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain
ditujukan kepada
dirinya. Peristiwa, benda- benda atau semua hal yang terjadi
mempunyai hubungan dengan dirinya.
i. Waham menyalahkan diri sendiri yaitu keyakinan palsu tentang
penyesalan yang mendalam.
j. Waham pengendalian yaitu keyakinan palsu bahwa kemauan, pikiran
dan perasaan pasien dikendalikan oleh suatu kekuatan dari luar.
Waham pengendalian terdiri dari penarikan pikiran (thought withdrawal),
penanaman pikiran (thought insertion), siar pikiran (thought
broadcasting) dan pengen dalian pikiran ( thought control).
-Toughtwithdrawal adalah keyakinan palsu bahwa pikiran pasien
dihilangkan dari ingatannya oleh suatu kekuatan yang berasal dari luar.
-Tought insertion adalah keyakinan palsu bahwa isi pikirannya
ditanamkan oleh orang lain.
-Tought broadcasting adalah keyakinan palsu bahwa isi pikiran mereka
sedang disiarkan dan dapat didengar semua orang.
-
7/28/2019 ME KASUS I
24/41
-Thought control adalah keyakinan palsu bahwa pikiran pasien
dikendalikan oleh suatu kekuatan dari luar.
k. Waham ketidaksetiaan (waham cemburu) yaitu keyakinan palsu
yang didapatkan dari kecemburuan patologis terhadap pasangannya.
l. Erotomania adalah keyakinan waham, waham yang paling sering
terjadi pada perempuan. Pasien beranggapan bahwa seseorang sangat
mencintai dirinya.
m. Pseudologia phantastics : suatu jenis kebohongan, dimana
seseorang tampaknya percaya terhadap kenyataan fantasinya dan
bertindak atas kenyataan. Disertai penyakit Munchausen, berpura-pura
penyakit yang berulang
Kesadaran
Kesadaran merupakan persepsi yang dimodifikasi oleh emosi dan pikiran
seseorang.
Dan pengukuran derajat suatu kesadaran manusia dengan penilaian GCS.
Glasgow Coma Scale.Penilaian :* Refleks Membuka Mata (E)
4 : membuka secara spontan
3 : membuka dengan rangsangan suara2 : membuka dengan rangsangan nyeri
1 : tidak ada respon
* Refleks Verbal (V)
5 : orientasi baik4 : kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan
3 : kata-kata baik tapi kalimat tidak baik
2 : kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang1 : tidak ada respon
* Refleks Motorik (M)
6 : melakukan perintah dengan benar5 : mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukan perintah dengan benar
4 : dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi.
3 : hanya dapat melakukan fleksi
2 : hanya dapat melakukan ekstensi1 : tidak ada respon
Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan. Penderita yang
sadar = compos mentis pasti GCSnya 15 (4-5-6), sedang penderita koma dalam, GCSnya
3 (1-1-1). Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata bengkak sedang V
-
7/28/2019 ME KASUS I
25/41
dan M normal, penulisannya X-5-6.Bila ada trakheostomi sedang E dan M normal,
penulisannya 4-X-6.Atau bila tetra parese sedang E dan V normal, penulisannya 4-5-X.
GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur kurang dari 5
tahun. Atau jika ditotal skor GCS dapat diklasifikasikan :
a.Skor 14-15 : compos mentis
b. Skor 12-13 : apatis
c. Skor 11-12 : somnolent
d. Skor 8-10 : stupor
e. Skor < 5 : koma
Derajat Kesadaran- Sadar : dapat berorientasi dan komunikasi
- Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik / verbal
kemudian terlelap lagi. Gelisah atau tenang.
- Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri,
pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi
terbatas pada satu atau dua kata saja. Non verbal dengan menggunakan kepala.
- Semi Koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada yang
menghindar (contoh menghindari tusukan).
- Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus.
Kualitas Kesadaran
- Compos mentis : bereaksi secara adekuat
- Abstensia drowsy / kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak begitu waspada. Perhatian
terhadap sekeliling berkurang. Cenderung mengantuk.
- Bingung / confused : disorientasi terhadap tempat, orang dan waktu.
- Delirium : mental dan motorik kacau, ada halusinasi dan bergerak sesuai dengan
kekacauan pikirannya.
- Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandangan hampa.
http://www.lenterabiru.com/2010/02/delirium.htmhttp://www.lenterabiru.com/2010/02/delirium.htm -
7/28/2019 ME KASUS I
26/41
Gangguan fungsi cerebral meliputi : gangguan komunikasi, gangguan intelektual,
gangguan perilaku dan gangguan emosi. Pengkajian position mental / kesadaran
meliputi : GCS, orientasi (orang, tempat dan waktu), memori, interpretasi dan
komunikasi.
SKIZOPRENIA
1. DEFINISI
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizeinyang berarti terpisahatau pecah,
dan phren yang artinya jiwa. jadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan
perilaku.
2. ETIOLOGI
Model Diatesis-stress
Model ini mendalilkan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik
(diatessis) jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stress. Komponen
lingkungan mungkin biologikal (seperti infeksi) atau psikologis (missal kematian orang
terdekat). Sedangkan dasar biologikal dari diatesis selanjutnya dapat terbentuk oleh pengaruh
epigenetik seperti penyalahgunaan obat, stress psikososial, dan trauma.
Faktor Neurobiologi
Sampai kini belum diketahui bagaimana hubungan antara kerusakan pada bagian otak
tertentu dengan munculnya simptom skizofrenia. Terdapat area berperan dalam membuat
seseorang menjadi patologis, yaitu sitem limbik, korteks frontal, cerebellum dan ganglia basalis.
Faktor Genetika
Resiko seseorang menderita skizofren akan menjadi lebih tinggi jika terdapat anggota
keluarga lainnya yang juga menderita skizofren, apalagi jika hubungan keluarga dekat.
-
7/28/2019 ME KASUS I
27/41
GEJALA KLINIS
Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok menurut Bleuler :
Gejala-gejala primer :
1. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, isi pikiran).
Yang terganggu terutama ialah assosiasi. Kadang-kadang satu ide belum selesai
diutarakan, sudah timbul ide lain Atau terdapat pemindahan maksud, umpamanya maksudnya
tani tetapi dikatakan sawah. Atau digunakan arti simbolik, seperti dikatakan merah bila
dimaksudkan berani. Atau terdapat clang association oleh karena pikiran sering tidak
mempunyai tujuan tertentu .Semua ini menyebabkan jalan pikiran pada skizofrenia sukar atautidak dapat diikuti dan dimengerti. Hal ini dinamakan inkoherensi.
2. Gangguan afek dan emosi
Emosi yang berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat
Hilangnya kemampuan untuk melakukan hubungan emosi yang baik
Karena terpecah belahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan mungkin terdapat
bersama-sama orang yang sama contohnya menangis dan tertawa tentang satu hal yang
sama. Ini dinamakan ambivalensi pada afek.
3. Gangguan kemauan
Negativisme : sikap atau perbuatan yang negative atau berlawanan terhadap suatu
permintaan.
Ambivalensi kemauan : menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu yang sama,umpamanya hendak masuk kedalam ruangan, tetapi sewaktu melewati pintu ia mundur
Otomatisme : penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga dari
luar, sehingga ia melakukan sesuatu secara otomatis.
-
7/28/2019 ME KASUS I
28/41
4. Gejala psikomotor
Juga dinamakan gejala-gejala katatonik atau gangguan perbuatan. oleh Bleuler
dimasukkan dalam kelompok gejala sekunder sebab didapati pada penyakit lain. Bila gangguan
hanya ringan, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang agak kaku.
Hiperkinesa : ia terus bergerak saja, maka keadaan ini dinamakan logorea. Kadang-
kadang penderita menggunakan atau membuat kata-kata yang baru : neologisme.
Berulang-ulang : melakukan suatu gerakan disebut stereotipi dapat berlangsung beberapa
hari sampai beberapa tahun. Stereotipi pembicaraan dinamakan verbigerasi. Mannerisme
yang dapat dilihat dalam bentuk grimas pada mukanya atau keanehan berjalan dan gaya.
Gejala katalepsi ialah bila suatu posisi badan dipertahankan untuk waktu yang lama.
Fleksibilitas cerea: bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan seperti pada
lilin.
Negativisme : menentang atau justru melakukan yang berlawanan dengan apa yang
disuruh.
Gejala-gejala sekunder :
1. Waham
Pada skizofrenia, waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizarre. Mayer gross
membagi waham dalam dua kelompok yaitu :
Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar.
Umpamanya seorang penderita berkata dunia akan kiamat sebab ia melihgat seekor
anjing kencing
Waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti dan merupakan cara bagi
penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain.
2. Halusinasi
-
7/28/2019 ME KASUS I
29/41
Pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran.Paling sering ialah
halusinasi (oditif atau akustik) dalam bentuk suara. Kadang-kadang terdapat halusinasi
penciuman (olfaktorik), halusinasi citrarasa (gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktil).
Halusinasi penglihatan jarang pada skizofrenia
Penderita sering dapat menceritakan dengan jelas pengalamannya dan perasaannya.
Kadang-kadang didapati depersonalisasi atau double personality, seakan-akan terdapat
kekuatan lain yang bertindak sendiri didalamnya atau yang menguasai dan menyuruh penderita
melakukan sesuatu. Pada skizofrenia sering dilihat otisme : penderita kehilangan hubungan
dengan dunia luar ia seakan-akan hidup dengan dunianya sendiri tidak menghiraukan apa yang
terjadi disekitarnya.
Oleh Bleuler depersonalisasi, double personality dan otisme digolongkan sebagai gejala primer.
Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menilai simptom dan gejala klinis skizofrenia :
(1). Tidak ada symptom atau gejala klinis yang patognomonik untu skizofrenia. Tiap
simptom skizofrenia mungkin ditemukan pada gangguan psikiatrik atau gangguan
syaraf lainnya. Karena itu diagnosis skizofrenia tidak dapat ditegakkan dari
pemeriksaan status mental saat ini
(2). Simptom dan gejala klinis pasien skizofrenia dapat berubah dari waktu ke waktu.
Oleh karena itu pasien skizofrenia dapat berubah diagnosis subtipenya
(3). Harus diperhatikan taraf pendidikan, kemampuan intelektual, dan latar belakang
sosial budaya pasien.
DIAGNOSIS
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua gejala atau lebih
bila gejala-gejala itu kurang jelas :
(a) - Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kulitasnya berbeda; atau
-
7/28/2019 ME KASUS I
30/41
- Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari
luar (withdrawal); dan
- Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
(b) - delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
- delusion of influence: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
- delusion of passivity: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar;
(tentang dirinya: secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke
pikiran, tindakan atau penginderaan khusus);
- delusional perception: pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
(c) Halusinasi auditorik :
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama
atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa
-
7/28/2019 ME KASUS I
31/41
(misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;
(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisispan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau
neologisme;
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
(h) Gejala-gejala negative seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja
social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi
atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan
atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
KLASIFIKASI
-
7/28/2019 ME KASUS I
32/41
Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di muka, dalam
PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai spesifikasi
masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Skizofrenia Paranoid
Halusinasi dan atau waham harus menonjol :
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi
auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa.
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan
tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control),
dipengaruhi (delusion of influence), atau Passivity (delusion of passivity), dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.
Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik
terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode pertama penyakitnya.kekuatan
ego paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenikparanoid menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuanmentalnya, respon emosional, dan
perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.
Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak ramah.
Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang
dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak
terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.
2. Skizofrenia Hebefrenik
usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).
-
7/28/2019 ME KASUS I
33/41
Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri
(solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.
Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan
kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, dengan gambaran yang khas :
- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme;
ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan
hampa tujuan dan hampa perasaan;
- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh
cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendiri (self-
absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa
menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks),
keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);
- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta
inkoheren.
Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya
menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol
(fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive)
dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga
perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan
tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan
bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin
mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.
3. Skizofrenia Katatonik
Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :
-
7/28/2019 ME KASUS I
34/41
(a) stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam
gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):
(b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak
dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
(c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan
mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);
(d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua
perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang
berlawanan);
(e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya
menggerakkan dirinya);
(f) Fleksibilitas cerea / waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan tubuh
dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan
(g) Gejala-gejala lain seperti command automatism (kepatuhan secara otomatis
terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.
Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik,
diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang
adanya gejala-gejala lain. Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan
petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak,
gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan
afektif. Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik memerlukan pengawasan
yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau orang lain. Perawatan medis
mungkin ddiperlukan karena adanya malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang
disebabkan oleh dirinya sendiri.
4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated).
-
7/28/2019 ME KASUS I
35/41
Seringkali. Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan kedalam
salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe tidak terinci. Kriteria
diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau
katatonik.
Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.
5 Skizofrenia Residual
(a) Gejala negative dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik,
aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam
kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka,
kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;
(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhikriteria untuk diagnosis skizofenia;
(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala
yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul
sindrom negative dari skizofrenia;
(d) Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis atau
institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.
DIAGNOSIS BANDING
Gangguan Psikotik Sekunder dan Akibat Obat : mempunyai lebih banyak tilikan pada
penyakitnya dan lebih menderita
-
7/28/2019 ME KASUS I
36/41
Gangguan Mood : Gejala afektif atau mood pada skizofrenia harus relative singkat terhadap
lama gejala primer.
Gangguan Kepribadian : mempunyai gejala yang ringan, suatu riwayat ditemukannya
gangguan selama hidup pasien, dan tidak adanya onset tanggal yang dapat diidentifikasi.
PERJALANAN PENYAKIT
Perjalanan penyakit skizofrenia yang umum adalah memburuk dan remisi. Setelah sakit
yang pertama kali, pasien mungkin dapat berfungsi normal untuk waktu lama (remisi), Namun
yang terjadi biasanya adalah pasien mengalami kekambuhan. Tiap kekambuhan yang terjadi
membuat pasien mengalami deteriorasi sehingga ia tidak dapat kembali ke fungsi normal
kadang, setelah episode psikotik lewat, pasien menjadi depresi, berlangsung seumur
hidup.Seiring dengan berjalannya waktu, simtom positif hilang, berkurang, atau tetap ada,
sedangkan simtom negative relative sulit hilang bahkan bertambah parah.
PROGNOSIS
20-30% menjalani kehidupan yang agak normal, 20-30% mengalami gejala yang sedang, 40-
60% dari pasien terus terganggu selama hidupnya, Secara umum prognosis skizofrenia
tergantung pada:
1. Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.
2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.
3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.
4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.
5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.
6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.
7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek.
-
7/28/2019 ME KASUS I
37/41
8. Keaansosial ekonomi: bila rendah lebih jelek.
PENATALAKSANAAN
Tiga pengamatan dasar tentang skizofrenia :
1. Terlepas dari penyebabnya, skizofrenia terjadi pada seseorang yang mempunyai sifat
individual, keluarga, dan sosial psikologis yang unik.
2. Kenyataan bahwa angka kesesuaian untuk skizofrenia pada kembar monozigotik
adalah 50 persen telah diperhitungkan oleh banyak peneliti untuk menyarankan
bahwa factor lingkungan dan psikologis yang tidak diketahui tetapi kemungkinan
spesifik telah berperan dalam perkembangan gangguan.
3. Skizofrenia adalah suatu gangguan yang kompleks, dan tiap pendekatan terapetik
tunggal jarang mencukupi untuk menjawab secara memuaskan gangguan yang
memiliki berbagai segi.
Perawatan di Rumah Sakit
Indikasi utama perawatan di rumah sakit adalah : Untuk tujuan diagnostic,Menstabilkan
medikasi, Keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh,Perilaku yang sangat
kacau atau tidak sesuai,Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Terapi Somatik
Antipsikotik
Antipsikotik termasuk tiga kelas obat yang utama, yaitu:
1. Antagonis Reseptor Dopamin
Adalah obat antipsikotik yang klasik dan efektif dalam pengobatan skizofrenia. Obat
ini memiliki dua kekurangan utama, yaitu:
-
7/28/2019 ME KASUS I
38/41
a. Hanya sejumlah kecil pasien cukup tertolong
b. Dapat menyebabkan akatisia dan gejala mirip parkinsonisme berupa rigiditas dan
tremor. Efek serius yang potensial adalah tardive dyskinesia dan sindromaneuroleptik malignan.
2. Risperidone
Adalah suatu obat antispikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna
pada reseptor serotonin tipe 2 ( 5-HT2 ) dan pada reseptor dopamine tipe 2 ( d2 ).
Risperidone menjadi obat lini pertama dalam pengobatan skizofrenia karena
kemungkinan obat ini adalah lebih efektif dan lebih aman daripada antagonis reseptor
dopaminergik yang tipikal.
3. Clozapine
Clozapine adalah suatu antagonis lemah terhadap reseptor D2 tetapi
merupakan antagonis yang kuat terhadap reseptor D4 dan mempunyai aktivitas
antagonistic pada reseptor serotogenik. Agranulositosis merupakan suatu efek
samping yang mengharuskan monitoring setiap minggu pada indeks-indeks darah.
Kontraindikasi Utama Antipsikotik:
1. Riwayat respon alergi yang serius
2. Kemungkinan bahwa pasien telah mengingesti zat yang akan berinteraksi dengan
antipsikotik sehingga menyebabkan depresi sistem saraf pusat.
3. Resiko tinggi untuk kejang dari penyebab organic atau audiopatik.
4. Adanya glukoma sudut sempit jika digunakan suatu antupsikotik dengan aktivitas
antikolinergik yang bermakna.
Terapi Somatik Lainnya
-
7/28/2019 ME KASUS I
39/41
Elektrokonvulsif ( ECT ) dapat diindikasikan pada pasien katatonik dan bagi pasien yang karena
suatu alasan tidak dapat menggunakan antipsikotik ( kurang efektif ). Pasien yang telah sakit
selama kurang dari satu tahun adalah yang paling mungkin berespon.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
-
7/28/2019 ME KASUS I
40/41
1. Kaplan, HI,Sadock BJ,Grebb JA,Skizofrenia dalam Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan
Prilaku Psikiatri Klinis.7th ed.Jakarta.Binarupa Aksara,1997:685-729
2. Setiabudhi T.Skizofrenia dalam catatan ilmu kedokteran jiwa.cetakan ke 8.
Jakarta.Universitas Trisakti.2008:41-46
3. Ibrahim SA. Skizofrenia.Cetakan kedua.Jakarta:PT Dian Ariesta.2002.
4. American psychiatric Associates.Diagnostic Criteria From DSM-IV. Skizofrenia and
Other Psychotic Disorders.Washington:2000.Hal 153-154.
5. Direktorat Kesehatan Jiwa.Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia. Gangguan Skizofrenik. Jakarta:1983.Hal 118-120.
BAB V
-
7/28/2019 ME KASUS I
41/41
PENUTUP DAN UCAPAN TERIMAKASIH
Kelompok kami berpendapat bahwa kasus tentang skizofrenia ini cukup disajikan secara baik
dengan diskusi yang menonjolkan cirri khas dari skizofrenia tersebut.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan YME karenanyalah kami dapat menyelesaikan
makalah ini dan kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusinya dalam pengerjaan makalah nini. Kritik dan saran yang membangun
sangat kami hargai demi kebaiokan penulisan di masa yang akan datang. Semoga makalahj ini
dapat berguna bagi kita semua.