materi tambahan
DESCRIPTION
MATERI TAMBAHANTRANSCRIPT
![Page 1: MATERI TAMBAHAN](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082708/55cf996f550346d0339d6383/html5/thumbnails/1.jpg)
PENGERTIAN PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA
Psikologi lintas budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi
individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-
hubungan di antara ubaha psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta
mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.
Pengertian
Menurut Segall, Dasen dan Poortinga, psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai perilaku
manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan
dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Definisi ini mengarahkan perhatian pada
dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku terjadi. Definisi
ini relatif sederhana dan memunculkan banyak persoalan. Sejumlah definisi lain mengungkapkan
beberapa segi baru dan menekankan beberapa kompleksitas: 1. Riset lintas-budaya dalam
psikologi adalah perbandingan sistematik dan eksplisit antara variabel psikologis di bawah
kondisi-kondisi perbedaan budaya dengan maksud mengkhususkan antesede-anteseden dan
proses-proses yang memerantarai kemunculan perbedaan perilaku.
Sejarah Singkat Munculnya Psikologi Lintas Budaya
Psikologi Lintas Budaya (PLB) merupakan salah satu cabang (sub disiplin) dari ilmu Psikologi,
yang dalam 100 tahun terakhir ini berbagai studi mengenai PLB mengalami perkembangan yang
cukup pesat. Jika ditarik agak jauh kebelakang dengan mencermati fenomena sebelum lahirnya
PLB yakni pada masa abad pertengahan (abad ke 15) dan ke 16, maka dapat dilihat
kecenderungan masyarakat di Eropa yang menaruh perhatian pada nilai-nilai luhur kemanusiaan.
Kebebasan (freedom), kesetaraan (equality) mengemuka di masa perahlian menuju pembaharuan
(renaissance) terhadap sektor-sektor kehidupan. Keragaman (diversity) yang tampak dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari menjadi bagian yang tak terpisahkan dan merupakan isu
penting pada menjelang masa renaissance tersebut.
Tumbuh-kembang PLB lebih tampak di Amerika Serikat sejalan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi di negara itu. Namun demikian, kita akan mudah menjumpai studi-
studi tentang perbandingan antara orang Amerika dengan Jerman, dibandingkan studi mengenai
![Page 2: MATERI TAMBAHAN](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082708/55cf996f550346d0339d6383/html5/thumbnails/2.jpg)
orang Amerika keturuan Afrika dengan orang Amerika keturunan Asia. Hal ini dimungkinkan
karena mereka berasumsi bahwa Amerika merupakan satu kesatuan budaya (homogen) yang
dapat dibedakan dengan bangsa di negara-negara lainnya.
Pada masa “European Enlightenment” atau era pencerahan bangsa Eropa (Jahoda & Krewer: hal.
8) di abad 17 hingga ke 19, sebagai kelanjutan masa renaissance, perkembangan peradaban
manusia mulai berubah kearah yang lebih luhur dan manusiawi dalam menempatkan posisi serta
harkat manusia dalam kehidupannya (from savage to the civilized state of human life).
TUJUAN
Berry dan Desen (1974) membagi tujuan dari Psikologi Lintas Budaya menjadi 3 bagian yaitu:
1. Transport and Test Goal: Intinya bahwa sang psikolog berusaha membawa hipotesis dan
temuan nmereka ke lingkungan budaya lain untuk menguji terapannya dalam kelompok manusia
lain . Hal ini ditujukan untuk melihat kevalidan suatu teori.
2. Menjelajahi budaya lain untuk menemukan variasi psikologis yang tidak dijumpai dalam
pengalaman budaya seseorang yang memang terbatas.
3. Berusaha menjalin dan mengintegrasikan hasil-hasil yang diakui ke dalam sebuah psikologi
berwawasan luas ketika tujuan pertama dan kedua tercapai.
HUBUNGAN PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA DENGAN ILMU LAIN
Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan
yang lainnya. Jadi hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu ekologi adalah melihat
persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan
kelompok entnik berdasarkan interaksi antara organisme dengan lingkungannya.
Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Biologi
Biologi atau ilmu hayat adalah ilmu yang mempelajari aspek fisik kehidupan. Jadi hubungan
Psikologi lintas budaya dengan ilmu biologi adalah melihat persamaan dan perbedaan dalam
fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok entnik dengan
mempelajari aspek kehidupan fisik makhluk hidup.
Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Sosiologi
Menurut Soejono Sukamto, Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi
![Page 3: MATERI TAMBAHAN](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082708/55cf996f550346d0339d6383/html5/thumbnails/3.jpg)
kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum
kehidupan masyarakat. Jadi hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu sosiologi adalah
melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai
buadaya dan kelompok etnik yang berada dalam suatu kehidupan masyarakat.
PERBEDAAN PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA DENGAN ILMU LAIN
1. Perbedaan Psikologi Lintas Budaya dengan Psikologi Budaya
Psikologi budaya adalah studi tentang cara tradisi budaya dan praktek sosial meregulasikan,
mengekspresikan, mentransformasikan dan mengubah psike manusia. Jadi perbedaan Psikologi
lintas budaya dengan Psikologi budaya adalah Psikologi lintas budaya melihat persamaan dan
perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik
sedangkan Psikologi budaya melihat bagaimana budaya dapat mentransformasikan dan
mengubah psike seseorang.
2. Perbedaan Psikologi Lintas Budaya dengan Psikologi Indigenous
Indigenous Psychology merupakan suatu terobosan baru dalam dunia psikologi yang mana
merupakan suatu untuk memahami manusia berdasarkan konteks kultural/budaya. Indigenous
psychology dapat juga didefinisikan sebagai pandangan psikologi yang asli pribumi dan
memiliki pemahaman mendasar pada fakta-fakta atau keterangan yang dihubungkan dengan
konteks kebudayaan setempat. Jadi perbedaan Psikologi lintas budaya dengan Psikologi
Indigenous adalah Psikologi lintas budaya berfokus pada membicararakan isu, konsep dan
metode yang dikembangkan oleh komunitas ilmiah di barat—kebanyakan Amerika Serikat dan
Eropa Barat—dan yang dipelajari di timur—kebanyakan negara dunia. Sedangkan Psikologi
Indigenous mencakup studi tentang isu dan konsep yang mencerminkan kebutuhan dan realitas
dari budaya tertentu—dalam hal ini, tentu akan banyak upaya untuk memodifikasi instrumen
guna memasukkan perspektif indigenus/setempat.
3. Perbedaan Psikologi Lintas Budaya dengan Antropologi
Menurut Koentjaraningrat, Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang
dihasilkan. Jadi perbedaan Psikologi lintas budaya dengan Antropologi adalah Psikologi lintas
budaya melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam
![Page 4: MATERI TAMBAHAN](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082708/55cf996f550346d0339d6383/html5/thumbnails/4.jpg)
berbagai budaya dan kelompok etnik sedangkan Antropologi melihat bagaimana manusia dalam
suatu masyarkat melahirkan suatu kebudayaan.
Hubungan ilmu budaya dasar dengan psikologi
Pada awal perkembangannya, ilmu psikologi tidak menaruh perhatian terhadap budaya.
Baru sesudah tahun 50-an budaya memperoleh perhatian. Namun baru pada tahun 70-an ke atas
budaya benar-benar memperoleh perhatian. Pada saat ini diyakini bahwa budaya memainkan
peranan penting dalam aspek psikologis manusia. Oleh karena itu pengembangan ilmu psikologi
yang mengabaikan faktor budaya dipertanyakan kebermaknaannya. Triandis (2002) misalnya,
menegaskan bahwa psikologi sosial hanya dapat bermakna apabila dilakukan lintas budaya. Hal
tersebut juga berlaku bagi cabang-cabang ilmu psikologi lainnya.
Sebenarnya bagaimana hubungan antara psikologi dan budaya?
Secara sederhana Triandis (1994) membuat kerangka sederhana bagaimana hubungan
antara budaya dan perilaku social.
Ekologi - budaya - sosialisasi - kepribadian – perilaku
Sementara itu Berry, Segall, Dasen, & Poortinga (1999) mengembangkan sebuah
kerangka untuk memahami bagaimana sebuah perilaku dan keadaan psikologis terbentuk dalam
keadaan yang berbeda-beda antar budaya. Kondisi ekologi yang terdiri dari lingkungan fisik,
kondisi geografis, iklim, serta flora dan fauna, bersama-sama dengan kondisi lingkungan sosial-
politik dan adaptasi biologis dan adaptasi kultural merupakan dasar bagi terbentuknya perilaku
dan karakter psikologis. Ketiga hal tersebut kemudian akan melahirkan pengaruh ekologi,
genetika, transmisi budaya dan pembelajaran budaya, yang bersama-sama akan melahirkan suatu
perilaku dan karakter psikologis tertentu.
Contoh dalam kehidupan sehari-sehari , komunikasi antar keluarga, pergaulan kita
terhadap teman, yang mungkin kita dapat mengetahui bagaimana kita dapat memahami sifat dan
karakteristik setiap orang. Begitupun dalam bermasyarakat, dalam interaksi kita harus
memahami norma- norma dalam masyarakat agar tercipta keharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat. Contoh lainnya seperti, dalam aspek bersikap dalam kehidupan yang berbeda
beda sehingga kita dapat menempatkan diri pada situasi apapun yang akan kita hadapi. Dalam
penerapan ilmu ini factor pendukungnya antara lain adalah agama atau kepercayaan kita terhadap
tuhan, dimana dalam agama itu sendiri kita sudah pasti diajarkan bagaimana kita harus menjaga
![Page 5: MATERI TAMBAHAN](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082708/55cf996f550346d0339d6383/html5/thumbnails/5.jpg)
interaksi kita terhadap tuhan dan sesama manusia, agar tercipta hubungan yang harmonis dalam
kehidupan. Inti dari ilmu budaya dasar dalah kehidupan bermasyarakat, yaitu sejauh apa ilmu
budaya dasar dapat mempengaruhi sikap dan tata cara kita dalam bermasyarakat. Bila kita sudah
mempunyai dasar yang kuat, dapat diyakini bahwa kita akan dapat membawa diri dalam
masyarakat..
Kebudayaan dan Proses Dasar Psikologis
Persepsi adalah kemampuan seorang individu memberi makna pada informasi-informasi yang
telah diperolehnya. Hubungan dan pengaruh budaya ini tentu sangat menentukan perbedaan dan
persamaan persepsi atas proses berpikir seorang individu. Individu dibesarkan sesuai dengan
nilai-nilai tertentu yang berlaku dalam masyarakatnya dan diturunkan secara turun-temurun.
Nilai-nilai yang dianut inilah yang sangat menentukan bagaimana seseorang dapat mempersepsi
objek-objek yang ditangkap melalui proses kognisinya.
Kategorisasi yang merupakan bagian dari proses kognisi ternyata tak berbeda anta budaya bila
terkait dengan pengalaman seperti warna, ekspresi wajah, dan bentuk-bentuk geomeetris. Hal ini
berarti, proses-proses dasar ini akan sama pada semua orang namun kategori dapat pula menjadi
berbeda ketika individu memiliki latar belakang pengalaman kultural yang berbeda. Ketika ada
perbedaan kultural yang muncul bukanlah dalam kemampuan kognitif melainkan perbedaan
dalam preferensi (pilihan) untuk menggunakan gaya-gaya kognitif tertentu.
Hubungan inteligensi sebagai bagian dari proses kognisi memiliki banyak definisi yang
dipengaruhi oleh latar belakang budaya. Bagaimana sutau budaya mendefinisikan apa yang
disebut cerdas barangkali tidak sama dengan bagaimana budaya lain mendefinisikan inteligensi.
Oleh karena itu, pengukuran inteligensi seharusnya disesuaikan dengan kemungkinan terjadinya
bias budaya.
Dalam Bimbingan dan Konseling konselor hendaknya mempunyai kompetensi yang baik tentang
bagaimana caranya mempersepsi sesuatu yang terjadi pada konselinya, dalam fungsi Bimbingan
dan Konseling seorang konselor harus memahami perbedaan-perbedaan yang menyangkut
![Page 6: MATERI TAMBAHAN](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082708/55cf996f550346d0339d6383/html5/thumbnails/6.jpg)
tentang masalah budaya, di dalam kebudayaan persepsi seseorang tentang sesuatu sangat berbeda
tergantung pada budaya apa yang ia anut.
Inteligensi juga perlu diperhatikan oleh konselor dalam proses Bimbingan dan Konseling karena
budaya mempengaruhi Inteligensi dalam diri individu dari situ lah konselor harus bisa
memberikan kebutuhan-kebututuhan yang sesuai dengan inteligensi konseli yang dipengaruhi
dalam budaya yang berlaku dalam lingkungannya.