materi k3
DESCRIPTION
materi k3TRANSCRIPT
Kecelakaan (accident) secara bebas merupakan segala kejadian yang tidak diinginkan, tidak
direncanakan, dan tidak dapat dikendalikan, yang mengakibatkan kerugian baik berupa cidera pada
manusia, kerusakan alat, atau penurunan produktivitas. Khusus untuk industri pertambangan,
masalah kecelakaan (atau lebih tepatnya masalah keselamatan kerja) diatur dalam KepMen
Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan Umum. Di dalam KepMen dijelaskan secara spesifik bahwa kecelakaan tambang harus
memenuhi 5 (lima) unsur sebagai berikut:
1. benar-benar terjadi, artinya murni kejadian kecelakaan, bukan rekayasa, tanpa motif, dan bukan
kesengajaan
2. mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh Kepala Teknik Tambang
3. akibat kegiatan usaha pertambangan
4. terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cidera
5. terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau wilayah proyek
Kelima unsur kecelakaan di atas harus dipenuhi, tanpa terkecuali, barulah sebuah kecelakaan dapat
dikategorikan sebagai kecelakaan tambang. Jika salah satu tidak terpenuhi, biasanya kecelakaan yang
terjadi dikategorikan sebagai kecelakaan kerja (tentunya jika kecelakaan yang terjadi memang berkaitan
dengan aktivitas pelaksanaan pekerjaan). Seluruh kecelakaan tambang harus dicatat dan dilaporkan.
Jenjang pelaporan tergantung dari kategori cidera yang terjadi akibat kecelakaan tambang. Cidera
akibat kecelakaan tambang dikategorikan ke dalam 3 (tiga) kelas, yaitu:
1. cidera ringan, yaitu cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak
mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 hari namun kurang dari 3 minggu
2. cidera berat, yaitu cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak
mampu melakukan tugas semula selama lebih dari 3 minggu, atau cidera yang menyebabkan pekerja
tambang cacat tetap, atau mengakibatkan keretakan tengkorak kepala, tulang punggung, pinggul, lengan
bawah, lengan atas, paha, kaki, atau mengakibatkan pendarahan dalam, atau pingsan akibat kekurangan
oksigen, atau luka terbuka yang dapat mengakibatkan ketidakmampuan tetap, atau persendian yang
lepas yang belum pernah terjadi sebelumnya
3. mati, yaitu kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang mati dalam waktu 24 jam
sejak terjadinya kecelakaan tersebut
Untuk kecelakaan kerja ditambang MIGAS untuk pelaporannya sudah ada ketentuannya, salah
satunya “PENDATAAN DAN PELAPORAN KECELAKAAN TAMBANG PADA PENGUSAHAAN
PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DAN PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI”
tertanggal 25 Oktober 1996.
Dalam dokumen tersebut, dinyatakan yang dimaksud dengan kecelakaan kerja tambang adalah
setiap kecelakaan yang menimpa pekerja tambang, pada waktu melakukan pekerjaannya ditempat kerja
pada wilayah kuasa pertambangan yang mengakibatkan pekerja kehilangan kesadaran, memerlukan
perawatan medis, mengalami luka-luka, kehilangan anggota badan, atau kematian.
Untuk pengertian tambahan:
Pekerja tambang adalah setiap orang yang kegiatannya berhubungan dengan pemberi kerja
tambang yang mengawasi langsung atau tidak langsung, termasuk karyawan kontraktor yang terdapat
dalam kontrak kerja tambang yang diketahui dan atau oleh pemberi kerja.
Tempat kerja tambang adalah wilayah kerja kuasa pertambangan dimana kegiatan atau aktifitas
kegiatan perusahaan berlangsung dan tempat lain dibawah pengawasan Kepala Teknik Tambang dan
atau Penyelidik.
Jadi disini, pengertian untuk kecelakaan yang tejadi pada saat pergi atau pulang dari kerja, bukan
termasuk kecelakaan kerja. (Kalau untuk OSHA, commuting tidak termasuk work related).
Mengenai biaya ganti rugi atau kompensasi, tergantung term and condition dari kesepakatan
yang ada. Kalau kita ikut Jamsostek atau Astek atau asuransi lain, tentunya disitu sudah ditentukan
kondisi yang bagaimana yang akan mendapatkan kompensasi. Begitu juga dengan perusahaan, tentunya
mempunyai kebijakan yang berbeda-beda untuk masalah tanggungan kesehatan atau jaminan kesehatan
ini. Contoh ada kontraktor asing yang mengasuransikan pegawainya pada saat bepergian dengan
pesawat, jika mendapat kecelakaan dan meninggal akan mendapatkan US $ 150,000 dan masih
ditambahkan lagi dari perusahaan masih memberikan tunjangan kematian dan pesangonnya. Belum lagi
yang dari Jamsostek, dan lain-lain. Dan perlakuan antara pegawai tetap dengan pegawai kontrak
biasanya akan berbeda.
Perbedaan mengenai definisi kecelakaan kerja inilah yang menjadi masalahnya, khususnya mengenai
berangkat/pulang ke/dari lokasi kerja dari/ke rumah. JAMSOSTEK mengatakan sebagai kecelakaan
kerja, OSHA tidak , MIGAS tidak masuk. Perbedaan pengertian antara lembaga Pemerintah seyogyanya
diselesaikan dan bagaimana sebaiknya, menuju yang menguntungkan rakyat banyak (JAMSOSTEK)
atau menuju pendapat definisi masyarakat internasional (OSHA)?
Mengenai kriteria kecelakaan tambang (referensi keputusan mentamben no 555.K/26/M.PE/1995 tentang
K3 pertambangan umum.Kecelakaan tambang harus memenuhi 5 unsur yaitu :
1. Benar-benar terjadi
2. Mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh kepala tehnik tambang
3. Akibat kegiatan usaha pertambangan
4. Terjadi pada jam kerja tambang yang mendapat cidera atau setiap orang yang diberi izin dana
5. Terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau wilayah proyek demikian sedikit
informasi dari saya
Peraturan tentang kecelakaan kerja di atur dalam Pedoman Peraturan Perusahaan Bidang SDM
(Korporat Pertamina) di Surat Keputusan No. Kpts.48/C0000/99-SO. Dalam diperaturan tersebut tidak
disebutkan wilayah kerja, hanya disebutkan hak & kewajiban jika pekerjaan mengalami kecelakaan kerja.
Tetapi dalam Wording Liability Insurance tentang Work Compensation Act (WCA) disebutkan bahwa yang
termasuk dalam kategori lokasi kecelakaan kerja adalah selama bekerja di lokasi pekerjaan / proyek,
ketika berangkat dari rumah hingga ke lokasi proyek, dan juga ketika pulang kerja dari lokasi proyek ke
rumah kembali dalam suatu perjalanan yang wajar. Untuk jenis proyek seperti pembangunan jalan atau
pemasangan pipa, maka yang dimaksud lokasi proyek adalah sepanjang jalur pembangunan jalan atau
sepanjang jalur pemasangan pipa.
Perbedaannya dengan Asuransi Personal Accident (PA) adalah PA hanya menyantuni jika pekerja
meninggal/cacat tetap total atau sebagian karena kecelakaan. Dimanapun ia berada, sedang kerja atau
sedang tidak dalam rangka bekerja.
Besarnya santunan sesuai dengan Harga Pertanggungan yg telah disepakati. Sedangkan di WCA yg
dicover adalah jika mengalami kecelakaan di lokasi kerja saja dan jika meninggal dunia maksimal
penggantiannya 72 kali gaji bulanan. Sedangkan untuk cacat total atau cacat tetap besarannya mengacu
pada lampiran UU No.14/1993
Peraturan tersebut berlaku untuk KPS KPS yang lain. Oleh karena itu dalam kontrak dengan para
kontraktornya/Supplier, para KPS biasanya mewajibkan mereka (Kontraktor/Suppliernya)
mengasuransikan pekerjanya. Biasanya hal itu termuat dalam kontrak yang secara garis besar meliputi
WCA (Workmen Compensation Act), ELI ( Employer's Liability Insurance), CGL ( Comprehensive
General Liability ) dan ATPL ( Automobile Third Party Liability). Keempat jenis asuransi tersebut tidak
harus dipenuhi oleh para kontraktor/supplier, jadi tergantung dari jenis pekerjaan.