mata kuliah oseanografi lingkungan - itb blogs · pdf filei. tujuan mengetahui kondisi terumbu...
TRANSCRIPT
LAPORAN EKSKURSI MATA KULIAH OSEANOGRAFI LINGKUNGAN
Oleh KELOMPOK 7 :
Topan Eko Raharjo 10109098
Chandra Adhi Nugraha 10208033
Waldy Afuar 10208088
Derina Adriani 10209043
Gerhana Puannandra Putri 10308007
Diani Alendhita 10508007
Haryo Anindito 12209044
Tetuko Mustofa Ahyar 15309010
Roy Jeremiah Pasaribu 15309014
Andria Anggraina 15309067
Gede Surya Marteda 15309069
Daril Andrean Davinsa 15309097
Kennya Rizki Rinonce 17309014
Kiki Zakiah 17309046
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2012
I. Tujuan
Mengetahui kondisi terumbu karang, kualitas air laut, kondisi meteorologi,
kepadatan ekosistem, pasang surut yang terjadi di pulau pramuka.
Memahami dan mampu melakukan pengambilan data menggunakan instrument
o HORIBA water quality multimeter.
o Refrektometer
o Pasut
o AWS (Automatic Weather Stations)
Menganalisa hasil pengambilan data kualitas air laut sesuai dengan Lampiran V
KEP‐02/MENKLH/I/1988 Tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Pariwisata dan
Rekreasi
II. Lokasi dan Waktu pengukuran
Lokasi
Pulau pramuka berada pada bagian tengah gugusan kepulauan seribu. Secara
administratif, Pulau Pramuka berada di Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara, Provinsi DKI Jakarta. Posisi Pulau Pramuka dapat digambarkan
secara umum melalui tofografi dan batas wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.
Topografinya rata ‐ rata mendatar dengan tingkat ketinggian dari permukaan laut antara
1 sampai dengan 2 meter, tanah berpasir dengan tingkat kesuburan yang relatif rendah.
Letak geografis Pulau Pramuka 5°44’19”‐5°45’05” LS dan 106°36’35‐106°37’07” BT.
Pulau Pramuka merupakan pusat pemerintahan kabupaten administrasi Kepulauan
Seribu. Dengan menggunakan transportasi laut hanya butuh 2,5 jam dari Muara Angke
akan sampai di dermaga Pulau Pramuka. Penduduk pulau ini mulai berkembang seiring
menjadi daerah pariwisata beberapa tahun belakangan ini karena keindahan alam di
sekitar pulau ini dan penduduk yang ramah.
Fasilitas‐fasilitas yang tersedia di pulau ini mencakup tempat
penginapan(homestay), rumah makan, rumah sakit, masjid, lapangan olahraga, dan
lain‐lain. Di dalam Pulau Pramuka sendiri terdapat sebuah penangkaran Penyu Sisik yang
di kepalai oleh Bapak Salim. Penyu‐penyu ini dikembangbiakan dan di rawat dalam satu
area ini. Para wisatawan dapat menyentuh langsung penyu‐penyu ini untuk
mendapatkan wawasan mengenai penyu ini. Apabila penyu‐penyu ini sudah cukup
umurnya, maka mereka akan dilepaskan di tepi pantai.
Waktu
Sabtu, 28 April 2012 sampai dengan Minggu, 29 April 2012.
III. Kegiatan
Untuk pengambilan data kualitas air laut, pengambilan sample dilakukan dengan
metode grab sampling. Diambil hanya sekali dan pada lokasi tertentu saja. Pengukuran
parameter langsung dilakukan dengan horiba dan refrektometer.Data kemudian
dibandingkan dengan KEP‐02/MENKLH/I/1988 Tentang Baku Mutu Air Laut Untuk
Pariwisata dan Rekreasi.
IV. Alat, Bahan, dan Parameter yang Diukur
Materi : Identifikasi terumbu karang
Pemateri : Lucky Dwi Nanda
Lokasi : Spot snorkeling pulau pramuka
Alat : 1. Underwater paper
2. Pensil
3. Snorkel kit
4. Papanjalan anti air
Bahan : 1. Log sheet
2. Alattulis
Teknik identifikasi : Teknik visual
Parameter yang diukur : 1. Warnaterumbukarang
2. Bentukterumbukarang
3. Kerasataulunaknyakarang
4. Ada atautidaknyatentakel
Materi : Pengukuruan kualitas air laut
Pemateri : Hamdi Eko Putranto (pos 3)
Trie Lany Putri Yuliananingrum (pos 2)
Lokasi : Pos 3 (Limnologi kit) danpos 2 (Horiba U‐10)
Alat : 1. Limnologi kit
1.a.Dissolved oxygen meter (DO‐5990)
1.b. pH Tester (versi FT11)
2. Horiba U‐10
3. GPS
Bahan : 1. Sampel air laut
2. Log sheet
3. Alat tulis
Teknik pengamatan : Teknik Visual
Parameter yang diukur : 1. pH
2. Konduktivitas
3. Turbiditas
4. DO
5. Temperatur
6. Salinitas
7. Koordinat dan waktu pengukuran
Materi : Pengamatan keadaan meteorologi
Pemateri : Imaddudin
Lokasi : Pos 1
Alat : 1. AWS
1.a. Console
1.b. Connector kabel
1.c. Connector temperature
1.d. Adaptor danbaterai
1.e. Tiang dan kabel
1.f. Winda Fan
1.g. Weather Computer
1.h. Rain Collector
2. GPS
Bahan : 1. Log sheet
2. Alat tulis
Teknik pengamatan : Teknik Visual
Parameter yang diukur : 1. Kecepatan angin
2. Arah angin
3. Temperatur udara
4. Curah hujan
5. Koordinat dan waktu pengukuran
Materi : Pengukuran pasang surut
Pemateri : Corry Corvianawatie
Lokasi : Pos 1
Alat : 1. Palempasut
2. Waterpass
3. Statip
4. Rambuukur
5. Payung
6. GPS
Bahan : 1. Log sheet
2. Alattulis
Teknik pengamatan : Teknik Visual
Parameter yang diukur : 1. Ketinggianmuka air lautterhadappalempasut
2. Koordinatdanwaktupengukuran
V. Data
a. Kualitas air laut Data yang diambil
No. Posisi Waktu pH suhu Salinitas Turbiditas Konduktivitas DO
Lintang Bujur
Pantai
1 5,74537 °LS
106,61543 °BT
17.17 7,1 30°C 27,5 /mil - - -
2 5,74537 °LS
106,61543 °BT
17.42 7,24 30°C 23,6 /mil 10 NTU 35,9 mS/cm 0,62 mg/L
3 5,748 °LS
106,58977 °BT
11.10 7,15 29,9 °C 2.41 /mil - 37.8 mS/cm 0.59 mg/L
4 5,748 °LS
106,58977 °BT
11.21 6,69 29,8 °C 2.42 /mil - 37.9 mS/cm 0.58 mg/L
*) keterangan alat:
No 1. menggunakan Limnologi Kit dan Refraktometer
No 2, 3, 4 menggunakan Multimeter Horiba
Gambar V.a.1 Multimeter Horiba
b. Hasil pemetaan ekosistem
Lokasi Jenis pantai Ekosistem Pantai Struktur / Bangunan
Pantai Fasilitas Umum
Antara pos 1
dan pos 2
berbatu Terumbu karang dermaga, breakwater dermaga, kantor pos,
masjid, kantor bupati,
lapangan, penginapan,
wc umum, rumah sakit,
atm
pos 2 berbatu Mangrove, padang
lamun
penginapan, bank DKI,
wc umum
Antara pos 2
danpos 3
Berpasir,
berbatu
mangrove, terumbu
karang
breakwater Lapangan bola,
pembangkit listrik, SDN
02, SLTPN 133, SMUN
69, penangkaran
penyu, balai taman
nasional kepulauan
seribu, wc umum
Peta pulau pramuka
Gambar V.b.1. Peta Pulau Pramuka
Gambar V.b.2 Ekosistem pantai
Gambar V.b.3 Padang lamun
c. Hasil identifikasi terumbu karang
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis
tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis filum
Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua
Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan
secara asal‐usul, Morfologi dan Fisiologi.
Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut Polip. Dalam bentuk
sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung
dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh Tentakel. Namun pada
kebanyakanSpesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang
disebut koloni. Hewan ini memiliki bentuk unik dan warna beraneka rupa serta dapat
menghasilkan CaCO3. Terumbu karang merupakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan laut,
hewan laut, danmikroorganisme laut lainnya yang belum diketahui.
Berdasarkan data di seluruh pulau di gugusan wilayah Kepulauan Seribu di kelilingi oleh
terumbu karang yang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu jenis karang keras/batu dan jenis
karang lunak. Koloni Karang tersebut di bangun oleh beribu‐ribu hewan kecil yang mempunyai
bentuk dan ukuran sangat bervariasi. Di Kepulauan Seribu diperkirakan terdapat 257 jenis
binatang Karang yang hidup pada kedalaman kurang dari 30 meter.
Adapun koloni karang yang cukup dominan di kawasan Pulau Seribu adalah : Bentuk
Lembar Daun (foliosa) Karang ini berbentuk lembaran‐lembaran pipih seperti daun. Bentuk
strukturnya rapuh dan mudah patah. Bentuk Keras (massive) umumnya Karang ini berbentuk
bola atau setengah bola dengan stuktur cukup kokoh. Bentuk Jamur (mushroom coral) karang
ini bercabang dan tumbuh melebar dengan permukaan rata berbentuk bulat dengan struktur
sangat rapuh dan mudah patah. Bentuk Merayap, mengikuti subtan ( encrusting) karang ini
umumnya tumbuh merayap diatas karang yang telah mati. Masa depan terumbu karang –
terumbu karang yang tersebar dalam aneka rupa warna, ternyata memiliki manfaat yang sangat
dibutuhkan manusia, diantaranya untuk kegiatan pariwisata, perikanan dan perlindungan
pantai. Dari data identifikasi terumbu karang beberapa jenis karang yang ada di snorkeling site
di Pulau Seribu:
1. Acropora digitifera
Family Acroporidae
Genus Acropora
Spesies Acropora digitifera
Kedalaman Karang ini banyak ditemukan pada kedalaman 3‐15 meter
Ciri‐ciri Koloni berbentuk digitata, umumnya permukaannya rata dengan ukuran
bisa mencapai lebih dari 1 meter. Percabangannya kecil, berbentuk bulat
atau pita. Aksial koralit kecil. Radial koralit berbentuk bulat, memiliki
ukuran yang sama, pinggir koloni berwarna terang.
Warna Jingga, krem atau kuning, sering berwarna biru muda. Umumnya memiliki
warna krem atau kuning pada ujung koloni.
Kemiripan A. japonica, A. humilis, A. gemmifera.
Distribusi Perairan Indonesia, Philipina, Australia, Mikronesia, Jepang, Zanzibar,
Tanzania.
Habitat Di daerah yang bergelombang dan perairan dangkal.
2. Acropora humilis
Family Acroporidae
Genus Acropora
Spesies Acropora humilis
Kedalaman Karang ini banyak ditemukan pada kedalaman 1‐7 meter
Ciri‐ciri Umumnya memiliki korimbosa, percabangan tebal dan memiliki koralit
aksial yang besar serta mempunyai radial koralit dengan dua ukuran.
Warna Umumnya memiliki warna yang beragam, namun yang paling utama
adalah warna krem, coklat, atau biru.
Kemiripan Karang ini tidak memiliki kemiripan dengan A. gemmifera dan A.
monticulosa.
Distribusi Tersebar di perairan Indonesia, Laut Merah hingga Amerika Tengah dan
sekitar Australia.
Habitat Umumnya dijumpai di daerah reef slope dan reef flat.
3. Acropora hyacinthus
Family Acroporidae
Genus Acropora
Spesies Acropora hyacinthus
Kedalaman Karang ini banyak ditemukan pada kedalaman 3‐15 meter
Ciri‐ciri Koralit terlihat seperti piringan. Cabangnya tipis. Radial koralit berbentuk
mangkok.
Warna Umumnya berwarna krem, coklat, keabu‐abuan, hijau, biru dan merah
muda.
Kemiripan Sepintas karang ini mirip dengan A. cytherea, A. Spicifera dan A.
Tanegashimensis.
Distribusi Tersebar dari perairan Indonesia, dan Australia.
Habitat Karang ini umumnya banyak hidup di perairan yang dangkal.
4. Acropora cervicornis
Family Acroporidae
Genus Acropora
Spesies Acropora cervicornis
Kedalaman Karang ini banyak ditemukan pada kedalaman 3‐15 meter
Ciri‐ciri Koloni dapat terhampar sampai beberapa meter, Koloni arborescens,
tersusun dari cabang‐cabang yang silindris. Koralit berbentuk pipa. Aksial
koralit dapat dibedakan.
Warna Coklat muda.
Kemiripan A. prolifera, A. formosa.
Distribusi Perairan Indonesia, Jamaika, dan Kep. Cayman.
Habitat Lereng karang bagian tengah dan atas, juga perairan lagun yang jernih.
5. Acropora elegantula
Family Acroporidae
Genus Acropora
Spesies Acropora elegantula
Kedalaman Karang ini banyak ditemukan pada kedalaman 3‐15 meter
Ciri‐ciri Koloni korimbosa seperti semak. Cabang horisontal tipis dan menyebar.
Aksial koralitnya jelas.
Warna Abu‐abu dengan warna ujungnya muda.
Kemiripan A. aculeus, dan A. elseyi.
Distribusi Perairan Indonesia, Srilanka.
Habitat Fringing reefs yang dangkal.
6. Acropora Acuminata
Family Acroporidae
Genus Acropora
Spesies Acropora acuminata
Kedalaman Karang ini banyak ditemukan pada kedalaman 3‐15 meter
Ciri‐ciri Koloni bercabang. Ujung cabangnya lancip. Koralit mempunyai 2 ukuran.
Warna Biru muda atau coklat.
Kemiripan A. hoeksemai, A abrotanoides.
Distribusi Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea dan Philipina.
Habitat Pada bagian atas atau bawah lereng karang yang jernih atau pun keruh.
7. Acropora millepora
Family Acroporidae
Genus Acropora
Spesies Acropora millepora
Kedalaman Karang ini banyak ditemukan pada kedalaman 3‐15 meter
Ciri‐ciri Koloni berupa korimbosa berbentuk bantalan dengan cabang pendek yang
seragam. Aksial koralit terpisah. Radial koralit tersusun rapat.
Warna Umumnya berwarna hijau, orange, merah muda, dan biru.
Kemiripan Sepintas karang ini mirip dengan A. convexa, A. prostrata, A. aspera dan A.
pulchra.
Distribusi Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina dan Australia
Habitat Karang ini umumnya banyak hidup di perairan yang dangkal.
8. Acropora desalwii
Family Acroporidae
Genus Acropora
Spesies Acropora desalwii
Kedalaman Karang ini banyak ditemukan pada kedalaman 3‐15 meter
Ciri‐ciri oloni berbentuk korimbosa dangan percabangan yang padat. Percabangan
pada koloni primer umumnya horisontal dan berbeda dengan koloni
lainnya. Percabangannya memiliki lebih dari satu aksial koralit. Aksial
koralit panjang, berbentuk tabung dan menghadap keatas. Pada daerah
berarus aksial koralit berbentuk seperti radial koralit.
Warna Umumnya berwarna coklat muda, biru, hijau dan memiliki warna yang
berbeda pada bagian ujung/pinggir koloni.
Kemiripan A. parapharaonis, A. Plana, A. willisae.
Distribusi Perairan Indonesia, Philipina, Papua New Guinea, Solomon.
Habitat Daerah perairan dangkal yang terlindung.
9. Montipora digitata
Family Acroporidae
Genus Montipora
Spesies Montipora Digitata
Kedalaman Karang ini banyak ditemukan pada kedalaman 3‐15 meter
Ciri‐ciri Koloninya digitata atau arborescent dengan cabang menghadap keatas.
Koralit kecil, terutama yang hidup di perairan dangkal. Koenesteum halus.
Warna Krem muda atau coklat, kadang berwarna merah muda atau biru
Kemiripan M. samarensis.
Distribusi Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Jepang, Madagaskar,
Solomon, Tanzania dan Australia.
Habitat Lingkungan karang yang dangkal.
10. Montipora tuberculosa
Family Acroporidae
Genus Montipora
Spesies Montipora tuberculosa
Kedalaman Karang ini banyak ditemukan pada kedalaman 3‐15 meter
Ciri‐ciri Koloni submasif atau berlapis. Koralit kecil. Koralit dipisahkan oleh papila.
Warna Coklat, hijau, biru terang.
Kemiripan M. monasteriata.
Distribusi Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Jepang, Tanzania,
Madagaskar, Mesir dan Australia.
Habitat Dapat ditemui hampir di semua lingkungan perairan karang.
Koloni karang yang cukup dominan di kawasan Pulau Pramuka adalah :
Bentuk Lembar Daun (foliose) Karang ini berbentuk lembaran‐lembaran pipih seperti daun.
Bentuk strukturnya rapuh dan mudah patah.
Gambar V.c.1 Terumbu karang
Bentuk Keras (massive) umumnya Karang ini berbentuk bola atau setengah bola dengan
stuktur cukup kokoh.
Gambar V.c.2 Terumbu karang keras Gambar V.c.3 Terumbu karang
setengah bola
Bentuk Jamur (mushroom coral) karang ini bercabang dan tumbuh melebar dengan
permukaan rata berbentuk bulat dengan struktur sangat rapuh dan mudah patah.
Gambar V.c.4 Terumbu karang jamur
Bentuk Merayap, mengikuti subtan (encrusting) karang ini umumnya tumbuh merayap
diatas karang yang telah mati.
Gambar V.c.5 Terumbu karang merayap
d. Hasil pengukuran pasut
Pasang surut merupakan fenomena naik turunnya permukaan air laut akibat gaya
gravitasi Bulan dan Matahari secara periodik. Variasi ketinggian pasang surut bergantung pada
konfigurasi Bumi, Bulan, dan Matahari saat itu.
Jika Bumi, Bulan, dan Matahari berada pada satu garis, yaitu pada saat bulan
purnama dan bulan baru, maka total gaya gravitasi yang menarik air lautnya besar dan pada
saat itulah pasang maksimum. Sedangkan ketika Bumi, Bulan, dan Matahari berada pada posisi
siku‐siku, yaitu ketika fase bulan setengah, gaya gravitasi dari Bulan dan Matahari sama besar
dan saling menarik ke arah yang berlawanan, sehingga pasang pada saat itu adalah pasang
minimum. Pengamatan pasang surut air laut berguna untuk pembangunan dermaga dan
jembatan di muara sungai. Selain itu, berguna juga bagi nelayan ketika ingin menangkap ikan.
Cara mengamati pasang surut yang mudah dilakukan adalah dengan menggunakan
palem pasut. Pada palem pasut terdapat garis‐garis yang menentukan ketinggian muka air laut
saat itu. Kemudian kita bisa mencatat ketinggian muka air laut yang teramati dengan rentang
waktu tertentu. Pada saat ekskursi, didapat ketinggian muka air laut sebesar 10,5.
Baru
Gambar V.d.1 siklus bulan Sumber : Diktat Mekanika Benda Langit
Gambar V.d.2 Fase Bulan di lokasi Image credit : Gerhana Puan
Umur Bulan pada saat ekskursi sekitar 6 hari. Fasenya mendekati setengah. Jadi,
seharusnya pada saat ekskursi pasang yang terjadi tidak terlalu tinggi, karena konfigurasi posisi
Bulan, Bumi, dan Matahari tidak segaris, melainkan mendekati siku‐siku.
e. AWS (Automatic Weather Stations)
AWS atau Automatic Weather Stations adalah satu set perlengkapan pengukuran
cuaca yang bisa dibawa kemana saja. AWS sering digunakan untuk orang‐orang yang
membutuhkan pengamatan meteorologi pada tempat‐tempat yang terpencil. AWS terdiri dari
berbagai macam alat antara lain, termometer, anemometer, dan rain collector.
Termometer digunakan untuk mengukur temperatur pada saat itu. Rain collector
digunakan untuk mengukur curah hujan di tempat tersebut. Pada rain collector terdapat tabung
untuk menampung air hujan. Di dalam tabung tersebut terdapat alat akan mengukur curah
hujan melalui titik‐titik hujan yang jatuh ke alat tersebut. Lalu ada anemometer yang berguna
untuk mengukur kecepatan angin dan arah angin.
Karena pada saat ekskursi peralatan AWS tidak bisa digunakan, jadi tidak ada data
yang bisa diambil.
Gambar V.d.3 Palem Pasut Image credit : Gerhana Puan
VI.
S
o
si
m
(v
si
lis
p
2
d
d
d
D
a
k
Analisis
ALINITAS
Air la
rganik dan
ifat fisis air l
menjadi mak
viskositas, d
ifat yang sa
strik (kondu
Secara
ada setiap k
7,5 permil,
an danau k
ikategorikan
ikategorikan
Dari penguku
ir payau.
s
aut mengan
partikel‐par
laut (densita
ksimum) be
aya serap c
ngat ditentu
ktivitas) dan
a ideal, salin
kilogram air
sedangkan
kurang dari
n sebagai ai
n sebagai ai
uran yang d
ndung 3,5%
rtikel tak te
as, kompresi
berapa ting
cahaya) tida
ukan oleh ju
n tekanan os
nitas merup
r laut. Nilai
sampel 2 ad
0,05%. Jika
ir payau. Jik
r saline dan
ilakukan, m
Gambar VImage cre
% garam‐gar
erlarut. Keb
ibilitas, titik
gkat, tetapi
k terpengar
umlah garam
smosis.
akan jumlah
salinitas yg
dalah 29 pe
a melebihi
ka tingkat s
n jika meleb
aka sampel
.d.4 peralatanedit : Afidah D
raman, gas
eradaan ga
beku, dan t
tidak mene
ruh secara s
m di laut (s
h dari total g
diukur di p
rmil. Kandu
itu atau se
alinitasnya
bihi 5%, air
air laut ter
n AWS Dzikra
‐gas terlaru
ram‐garama
temperatur d
entukannya
signifikan ole
alinitas) ada
garam‐garam
os 3,untuk
ngan garam
ekitar 0,05‐3
di antara 3
dikategorika
rsebut dikate
ut, bahan‐b
an memeng
di mana den
. Beberapa
eh salinitas.
alah daya ha
man dalam
sampel 1 ad
m pada air su
3%, air ters
‐5% air ters
an sebagai b
egorikan se
bahan
aruhi
nsitas
sifat
. Dua
antar
gram
dalah
ungai
sebut
sebut
brine.
bagai
Alat untuk mengukur salinitas di laut adalah refraktometer. Refraktometer
merupakan alat pengukur salinitas yang cukup umum, juga disebut sebagai pengukur
indeks pembiasan pada cairan yang dapat digunakan untuk mengukur kadar garam.
Prinsip alat ini adalah dengan memanfaatkan indeks bias cahaya untuk mengetahui
tingkat salinitas air. Karena memanfaatkan cahaya, alat ini harus dipakai di tempat yang
mendapatkan banyak cahaya atau lebih baik kalau digunakan di bawah sinar matahari.
Jadi, setelah mengambil sampel air laut, kita langsung menghitungnya dengan alat ini.
KONDUKTIVITAS
Konduktivitas air laut bergantung pada jumlah ion‐ion terlarut per volumenya
dan mobilitas ion‐ion tersebut. Satuannya adalah mS/cm (milli‐Siemens per centimeter).
Konduktivitas bertambah dengan jumlah yang sama dengan bertambahnya salinitas
sebesar 0,01, temperatur sebesar 0,01, dan kedalaman sebesar 20 meter. Secara umum
faktor yang paling dominan dalam perubahan konduktivitas di laut adalah temperatur.
Dari hasil pengukuran, konduktivitas sampel air laut tersebut adalah 35,9 mS/cm. Ini
termasuk nilai yang cukup tinggi karena air laut banyak mengandung garam.
PH
Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah
perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan petunjuk
terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan
ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan biota laut. pH air
laut permukaan di Indonesia umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6.0–8,5.
Perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Dari hasil penelitian yang dilakukan, nilai
pH untuk sampel air laut yang diukur adalah sekitar 7,2‐7,4 ini menandakan pH air laut
berada pada kadar yang normal, tidak terlalu asam dan tidak terlalu basa, seperti air
murni. Air yang memiliki pH lebih kecil atau lebih besar daripada kisaran pH normal akan
memengaruhi organisme yang hidup di dalam lingkungan perairan.
DISSOLVED OXYGEN
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) adalah jumlah oksigen yang ada dalam
kolom air. Dalam lingkungan perairan, level oksigen terlarut dipengaruhi oleh
temperatur, salinitas, dan ketinggian. Oksigen terlarut (DO) sangat dipengaruhi oleh
aktivitas fotosintesis dan respirasi. Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah
difusi udara dan dari hasil fotosintesis biota berklorofil yang hidup di perairan. Semakin
kecil nilai DO dalam air, tingkat pencemarannya semakin tinggi. Oksigen terlarut
berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik.
Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh organisme
aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk
mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang
pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen
yang dihasilkan akan lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses
oksidasi dan reduksi inilah peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu
mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan
aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga.
Kandungan oksigen di dalam air untuk dapat mendukung kehidupan organisme
air berkisar antara 4‐8 mg/liter. Dari hasil penelitian, kadar oksigen dalam sampel hanya
0,63‐0,64 mg/liter. Ini menunjukkan kadar oksigen yang sangat rendah. Hal ini bisa jadi
mengindikasikan tercemarnya air laut. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
penduduk, sebagian air limbah domestik memang dialirkan ke laut. Selain itu, ini
mungkin terjadi karena alat DO meter yang digunakan kurang baik.
SUHU
Secara alami suhu air permukaan merupakan lapisan hangat karena mendapat
radiasi matahari pada siang hari. Karena pengaruh angin, di lapisan teratas sampai
kedalaman kira‐kira 50‐70 m terjadi pengadukan sehingga di lapisan tersebut terdapat
suhu hangat (sekitar 28°C) yang ertical. Oleh sebab itu, lapisan teratas ini sering pula
disebut lapisan vertikal. Karena adanya pengaruh arus dan pasang surut, lapisan ini bisa
menjadi lebih tebal lagi. Di perairan dangkal, lapisan vertikal ini sampai ke dasar. Lapisan
permukaan laut yang hangat terpisah dari lapisan dalam yang dingin oleh lapisan tipis
dengan perubahan suhu yang cepat yang disebut termoklin atau lapisan diskontinuitas
suhu. Dari hasil penelitian, suhu sampel air laut yang diukur berada pada suhu 29‐30°C,
maka sampel tersebut merupakan air yang diambil dari permukaan. Selain itu, sampel
telah diambil dalam jangka waktu lama sebelum diukur sehingga kemungkinan suhunya
mirip dengan suhu lingkungan.
IDENTIFIKASI TERUMBU KARANG
Berdasarkan hasil identifikasi, ternyata terumbu karang di dekat Pulau Pramuka
beragam warnanya, jumlahnya banyak, dan jenis dan bentuknya variatif. Ini
menandakan lingkungan perairan masih cukup terjaga dengan baik. Namun, yang
dikhawatirkan adalah adanya sampah yang terbawa arus. Walaupun sampah itu hanya
mengapung di permukaan, bisa jasi sampah‐sampah tersebut mengandung bahan‐
bahan berbahaya yang terlarut dalam air yang mungkin pada akhirnya akan berdampak
buruk bagi kehidupan karang.
VII. Kesimpulan
Dari segi kualitas air laut, Pulau Pramuka masih berkualitas baik. Namun, kita harus
berhati‐hati terhadap kebiasaan penduduk Pulau Pramuka yang belum mendukung
kelestarian lingkungan, misalnya membuang air limbah domestik ke laut, membakar
sampah secara manual, menimbun sampah tanpa mengolahnya, dll. Oleh karena itu,
pihak‐pihak yang berwenang seharusnya menyediakan fasilitas sanitasi dan kebersihan
yang memadai. Selain itu, penduduk pulau itu harus diberi penyuluhan atau sosialisasi
terkait hidup ramah lingkungan, terutama dalam mengelola limbah yang dihasilkan. Jika
tidak, potensi keindahan alam di pulau ini lama‐lama akan punah.
VIII. Lampiran
Gambar VIII Foto Kelompok 7