mata kuliah kesehatan reproduksi waktu dosengriyahusada.id/files/bahan-ajar/modul kespro.pdf · ia...
TRANSCRIPT
-
MATA KULIAH
WAKTU
DOSEN
TOPIK
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi
-
1
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi
Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan tentang defenisi kesehatan reproduksi
2. Menjelaskan tentang ruang lingkup kesehatan reproduksi
3. Menjelaskan tentang hak-hak reproduksi
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3. Masyarakat, 1996, Kesehatan Reproduksi di Indonesia, Jakarta.
4. Mohamad, Kartono, 1998, Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford
Foundation, 1995, Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan
bahasa Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,
Yogyakarta.
6. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan
Ketimpangan Gender, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
7. Wattie, Anna Marie,1996, Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian
dan implikasi, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
8. Wattie, Anna Marie, 1996. Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan
Kesehatan Reproduksi, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
9. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial, Jakarta.
SUB TOPIK
1. Definisi kesehatan reproduksi 2. Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus
kehidupan.
3. Hak-hak reproduksi.
OBJEKTIF PERILAKU SISWA
REFERENSI
-
2
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi
Konsep Pemikiran Tentang Kesehatan Reproduksi Wanita
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan
masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita sebagai
penerima kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan harus
berperan dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasi
muda. Oleh sebab itu wanita, seyogyanya diberi perhatian sebab :
1. Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria
berkaitan dengan fungsi reproduksinya
2. Kesehatan wanita secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang
dikandung dan dilahirkan.
3. Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan
mengatas namakan pembangunan seperti program KB, dan pengendalian
jumlah penduduk.
4. Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda Intemasional
diantaranya Indonesia menyepakati hasil-hasil Konferensi mengenai
kesehatan reproduksi dan kependudukan (Beijing dan Kairo).
5. Masih adanya kebiasaaan tradisional yang merugikan baik bagi kesehatan
perempuan secara umum maupun bagi perempuan hamil.
6. Di berbagai dunia masih terjadi berbagai diskriminasi yang berdampak negatif
terhadap kesehatan dan hak reproduksi perempuan.
7. Adanya ketidaksetaraan bagi perempuan dalam akses pendidikan, pekerjaan,
pengambilan keputusan dan sumber daya yang tersedia.
5. Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita merupakan aspek paling
penting disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh sebab itu
pada wanita diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik
menurut dirinya sesuai dengan kebutuhannya di mana ia sendiri yang
memutuskan atas tubuhnya sendiri.
1. KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
-
3
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi
Defenisi Kesehatan Reproduksi
1. Menurut Drs. Syaifuddin, BAC: 1992
Suatu keadaan kesehatan dimana suatu kegiatan organ kelamin laki-laki dan
perempuan yang khususnya testis menghasilkan spermatozoid dan ovarium
menghasilkan sel kelamin perempuan.
2. Menurut Turmen, 1994
Merupakan kemampuan manusia melaksanakan kehidupan seks yang aman,
memuaskan dan bertanggungjawab dan memiliki kemampuan bereproduksi
dan kebebasan dalam memutuskan kapan dan berapa banyak mereka
bereproduksi.
3. Menurut Affandi, 1995
Seperti hubungan seksual, kehamilan, persalinan, kontrasepsi dan aborsi
berlangsung dengan aman seyogyanya bukan aktifitas berbahaya.
4. Menurut ICPD
Keadaan sejahtera fisik, mental, sosial secara utuh tidak semata-mata terbebas
dari penyakit dan kecacatan dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem
fungsi dan proses reproduksi.
5. Menurut Ida Bagus Gde Manuaba, 1998
Kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan alat reproduksi dengan
mengukur kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan persalinan serta
aman mendapatkan bayi tanpa resiko apapun (Well Health Mother Baby) dan
selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal.
6. Menurut WHO
Suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas
dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.
-
4
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi
7. Menurut Hausa Hasan
Suatu keadaan dimana proses reproduksi terjadi dalam kesatuan yang lengkap
meliputi fisik, mental dan sosial yang baik serta tidak hanya adanya penyakit
atau ketimpangan reproduksi.
8. Menurut Depkes RI, 2000
Suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan
kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi
yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari
penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual
yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah.
Agar dapat melaksanakan fungsi reproduksi secara sehat, dalam pengertian
fisik, mental maupun sosial, diperlukan beberapa prasyarat :
1. Agar tidak ada kelainan anatomis dan fisiologis baik pada perempuan maupun laki-
laki. Antara lain seorang perempuan harus memiliki rongga pinggul yang cukup
besar untuk mempermudah kelahiran bayinya kelak. Ia juga harus memiliki kelenjar-
kelenjar penghasil hormon yang mampu memproduksi hormon-horman yang
diperlukan untuk memfasilitasi pertumbuhan fisik dan fungsi sistem dan organ
reproduksinya. Perkembangan-perkembangan tersebut sudah berlangsung sejak usia
yang sangat muda. Tulang pinggul berkembang sejak anak belum menginjak remaja
dan berhenti ketika anak itu mencapai usia 18 tahun. Agar semua pertumbuhan itu
berlangsung dengan baik, ia memerlukan makanan dengan mutu gizi yang baik dan
seimbang. Hal ini juga berlaku bagi laki-laki. Seorang lakilaki memerlukan gizi yang
baik agar dapat berkembang menjadi laki-laki dewasa yang sehat.
2. Baik laki-laki maupun perempuan memerlukan landasan psikis yang memadai agar
perkembangan emosinya berlangsung dengan baik. Hal ini harus dimulai sejak sejak
anak-anak, bahkan sejak bayi. Sentuhan pada kulitnya melalui rabaan dan usapan
yang hangat, terutama sewaktu menyusu ibunya, akan memberikan rasa terima
kasih, tenang, aman dan kepuasan yang tidak akan ia lupakan sampai ia besar kelak.
Perasaan semacam itu akan menjadi dasar kematangan emosinya dimasa yang akan
datang.
-
5
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi
3. Setiap orang hendaknya terbebas dari kelainan atau penyakit yang baik langsung
maupun tidak langsung mengenai organ reproduksinya. Setiap lelainan atau penyakit
pada organ reproduksi, akan dapat pula menggangu kemampuan seseorang dalam
menjalankan tugas reproduksinya. Termasuk disini adalah penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual-misalnya AIDS dan Hepatitis B, infeksi lain pada organ
reproduksi, infeksi lain yang mempengaruhi perkembangan janin, dampak
pencemaran lingkungan, tumor atau kanker pada organ reproduksi, dan ganguan
hormonal terutama hormon seksual.
4. Seorang perempuan hamil memerlukan jaminan bahwa ia akan dapat melewati masa
tersebut dengan aman. Kehamilan bukanlah penyakit atau kelainan. Kehamilan
adalah sebuah proses fisiologis. Meskipun demikian, kehamilan dapat pula
mencelakai atau mengganggu kesehatan perempuan yang mengalaminya. Kehamilan
dapat menimbulkan kenaikan tekanan darah tinggi, pendarahan, dan bahkan
kematian. Meskipun ia menginginkan datangnya kehamilan tersebut, tetap saja
pikirannya penuh dengan kecemasan apakah kehamilan itu akan mengubah
penampilan tubuhnya dan dapat menimbulkan perasaan bahwa dirinya tidak menarik
lagi bagi suaminya. Ia juga merasa cemas akan menghadap i rasa sakit ketika
melahirkan, dan cemas tentang apa yang terjadi pada bayinya. Adakah bayinya akan
lahir cacat, atau lahir dengan selamat atau hidup. Perawatan kehamilan yang baik
seharusnya dilengkapi dengan konseling yang dapat menjawab berbagai kecemasan
tersebut.
Isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi kadang merupakan isu
yang pelik dan sensitif, seperti hak-hak reproduksi, kesehatan seksual, penyakit
menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, kebutuhan khusus remaja, dan
perluasan jangkauan pelayanan kelapisan masyarakat kurang manpu atau meraka
yang tersisih.
Karena proses reproduksi nyatanya terjadi terjadi melalui hubungan seksual,
defenisi kesehatan reproduksi mencakup kesehatan seksual yang mengarah pada
peningkatan kualitas hidup dan hubungan antar individu, jadi bukan hanya konseling
2. RUANG LINGKUP MASALAH KESPRO
-
6
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi
dan pelayanan untuk proses reproduksi dan PMS. Dalam wawasan pengembagan
kemanusiaan. Merumuskan pelayanan kesehatan reproduksi yang sangat penting
mengingat dampaknya juga terasa pada kualitas hidup generasi berikutnya. Sejauh
mana seseorang dapatmenjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara aman dan
sehat sesungguhnya tercermin dari kondisi kesehatan selama siklus kehidupannya,
mulai dari saat konsepsi, masa anak, remaja, dewasa, hingga masa pasca usia
reproduksi.
Menurut program kerja WHO ke IX (1996-2001), masalah kesehatan reproduksi
ditinjau dari pendekatan siklus kehidupan keluarga, meliputi :
a. Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak (seperti mutilasi,
genital, deskriminasi nilai anak, dsb);
Dibahas dalam pertemuan ICPD ( International conference on population and
development) di Kairo bahwa kebiasaan ini meningkatkan kerentanan anak
perempuan terhadap hak azasi manusia karena:
1. Sunat perempuan dilakukan terhadap anak perempuan yang tidak bisa
memberikan informed consent.
2. Ada kebiasaan di lingkungan budaya tertentu, di mana sunat perempuan
mengarah kepada genital mutilation, dan bisa berdampak negatif pada kesehatan
perempuan.
b. Masalah kesehatan reproduksi remaja (kemungkinan besar dimulai sejak masa
kanak-kanak yang seringkali muncul dalam bentuk kehamilan remaja,
kekerasan/pelecehan seksual dan tindakan seksual yang tidak aman);
c. Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-KB, biasanya terkait dengan isu aborsi tidak
aman;
d. Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama kehamilan,
persalian dan masa nifas, yang diikuti dengan malnutrisi, anemia, berat bayi lahir
rendah;
e. Infeksi saluran reproduksi, yang berkaitan dengan penyakit menular seksual;
f. Kemandulan, yang berkaitan erat dengan infeksi saluran reproduksi dan penyakit
menular seksual;
g. Sindrom pre dan post menopause dan peningkatan resiko kanker organ
reproduksi;
h. Kekurangan hormon yang menyebabkan osteoporosis dan masalah ketuaan
lainnya.
-
7
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi
Masalah kesehatan reproduksi mencakup area yang jauh lebih luas, dimana masalah
tersebut dapat kita kelompokkan sebagai berikut:
Masalah reproduksi
1. Kesehatan, morbiditas (gangguan kesehatan) dan kematian peremp uan yang
berkaitan denga kehamilan. Termasuk didalamnya juga maslah gizi dan anemia
dikalangan perempuan, penyebab serta komplikasi dari kehamilan, masalah
kemandulan dan ketidaksuburan; Peranan atau kendali sosial budaya terhadap
masalah reproduksi. Maksudnya bagaimana pandan gan masyarakat terhadap
kesuburan dan kemandulan, nilai anak dan keluarga, sikap masyarakat terhadap
perempuan hamil;
2. Intervensi pemerintah dan negara terhadap masalah reproduksi. Misalnya
program KB, undang-undang yang berkaitan dengan masalah genetik, dan lain
sebagainya;
3. Tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, serta
terjangkaunya secara ekonomi oleh kelompok perempuan dan anak-anak;
4. Kesehatan bayi dan anak-anak terutama bayi dibawah umur lima tahun;
5. Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan lingkungan
terhadap kesehatan reproduksi.
Masalah gender dan seksualitas
1. Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya adalah peraturan
dan kebijakan negara mengenai pornografi, pelacuran dan pendidikan
seksualitas;
2. Pengendalian sosio -budaya terhadap masalah seksualitas, bagaimana norma-
norma.
3. sosial yang berlaku tentang perilaku seks, homoseks, poligami, dan
perceraian;
4. Seksualitas dikalangan remaja;
5. Status dan peran perempuan;
6. Perlindungan terhadap perempuan pekerja.
Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan
1. Kencenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja kepada perempuan,
-
8
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi
perkosaan, serta dampaknya terhadap korban;
2. Norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta mengenai
berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan;
3. Sikap masyarakat mengenai kekerasan perkosaan terhadap pelacur;
4. Berbagai langkah untuk mengatasi masalah- masalah tersebut.
Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual
1. Masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti sifilis, dan gonorhea;
2. Masalah penyakit menular seksual yang relatif baru seperti chlamydia, dan
herpes;
3. Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired immunodeficiency
Syndrome);
4. Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual;
5. Kebijakan dan progarm pemerintah dalam mengatasi maslah tersebut (termasuk
penyediaan pelayanan kesehatan bagi pelacur/pekerja seks komersial);
6. Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual.
Masalah pelacuran
1. Demografi pekerja seksual komersial atau pelacuran;
2. Faktor-faktor yang mendorong pelacuran dan sikap masyarakat terhadapnnya;
3. Dampaknya terhadap kesehatan reproduksi, baik bagi pelacur itu sendiri maupun
bagi konsumennya dan keluarganya
Masalah sekitar teknologi
1. Teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan bayi tabung);
2. Pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin (gender fetal screening);
3. Pelapisan genetik (genetic screening);
4. Keterjangkauan dan kesamaan kesempatan;
5. Etika dan hukum yang berkaitan dengan masalah teknologi reproduksi ini.
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat
berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi:
-
9
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi
a. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan
yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses
reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil);
b. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak
buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki,
informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja
karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dsb);
c. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena
ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang
membeli kebebasannya secara materi, dsb);
d. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit
menular seksual, dsb).
Pengaruh dari semua faktor diatas dapat dikurangi dengan strategi intervensi yang
tepat guna, terfokus pada penerapan hak reproduksi wanita dan pria dengan
dukungan disemua tingkat administrasi, sehingga dapat diintegrasikan kedalam
berbagai program kesehatan, pendidikan, sosial dam pelayanan non kesehatan lain
yang terkait dalam pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan
reproduksi.
Tujuan dan Sasaran Kesehatan Reproduksi
Tujuan Utama
Sehubungan dengan fakta bahwa fungsi dan proses reproduksi harus didahului oleh
hubungan seksual, tujuan utama program kesehatan reproduksi adalah meningkatkan
ksesadaran kemandiriaan wanita dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya,
termasuk kehidupan seksualitasnya, sehingga hak-hak reproduksinya dapat
terpenuhi, yang pada akhirnya menuju penimgkatan kualitas hidupnya.
Tujuan Khusus
Dari tujuan umum tersebut dapat dijabarkan empat tujuan khusus yaitu :
1. Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi
reproduksinya;
-
10
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi
2. Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan kapan
hamil, jumlah dan jarak kehamilan;
3. Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari
perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan pasangan
dan anak-anaknya;
4. Dukungan yang menunjang wanita untuk menbuat keputusan yang berkaitan
dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi dan pelayanan yang
dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan reproduksi secara
optimal.
Tujuan diatas ditunjang oleh undang-undang No. 23/1992, bab II pasal 3 yang
menyatakan: Penyelenggaraan upaya kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, dalam bab III pasal 4 Setiap
orang menpunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Sasaran
Indonesia menyetujui ke -tujuh sasaran reproduksi WHO untuk masa 1993- 2001,
karena masih dalam jangkauan sasaran Repelita VI, yaitu:
1. Penurunan 33% angka prevalensi anemia pada wanita (usia 15-49 tahun)
2. Penurunan angka kematian ibu hingga 59%;semua wanita hamil mendapatkan
akses pelayanan prenatal, persalinan oleh tenaga terlatih dan kasus kehamilan
resiko tinggi serta kegawatdaruratan kebidanan, dirujuk kekapasilitas kesehatan
3. Peningkatan jumlah wanita yang bebas dari kecacatan/gangguan sepanjang
hidupnya sebesar 15% diseluruh lapisan masyarakat;
4. Penurunan proporsi bayi berat lahir rendah (
-
11
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi
7. Proporsi yang memanfaatkan pelayanan kesehatan dan pemeriksaan dan
pengobatan PMS minimal mencapai 70% (WHO/SEARO,1995)
Strategi kesehatan reproduksi menurut komponen pelayaanan kesehatan
reproduksi komprehensif dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Komponen Kesejahteraan Ibu dan Anak
Peristiwa kehamilan, persalinan dan masa nifas merupakan kurun kehidupan
wanita yang paling tinggi resikonya karena dapat membawa kematian, dan makna
kematian seorang ibu bukan hanya satu anggota keluarga tetapi hilangnya
kehidupan sebuah keluarga. Peran ibu sebagai wakil pimpinan rumah tangga sulit
digantikan. Untuk mengurangi terjadinya kematian ibu karena kehamilan dan
persalinan, harus dilakukaun pemantauan sejak dini agar dapat mengambil
tindakan yangcepat dan tepat sebelum berlanjut pada keadaan kebidanan darurat.
Upaya intervensi dapat berupa pelayanan ante natal, pelayanan persalinan/partus
dan pelayanan postnatal atau masa nifas. Informasi yang akurat perlu diberikan
atas ketidaktahuan bahwa hubungan seks yang dilakukan, akan mengakibatkan
kehamilan, dan bahwa tanpa menggunakan kotrasepsi kehamilan yang tidak
diinginkan bisa terjadi. Dengan demikian tidak perlu dilakukan pengguguran yang
dapat mengancam jiwa.
2. Komponen Keluarga Berencana
Promosi KB dapat ditujukan pada upaya peningkatan kesejahteraan ibu sekaligus
kesejahteraan keluarga. Calon suami-istri agar merencanakan hidup berkeluarga
atas dasar cinta kasih, serta pertimbangan rasional tentang masa depan yang baik
bagi kehidupan suami istri dan anak-anak mereka serta masyarakat. Keluarga
berencana bukan hanya sebagai upaya/strategi kependudukan dalam menekan
pertumbuhan penduduk agar sesuai dengan daya dukung lingkungan tetapi juga
merupakan strategi bidang kesehatan dalam upaya peningkatan kesehatan ibu
melalui pengaturan jarak dan jumlah kelahiran. Pelayanan yang berkualitas juga
perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan pandangan klien atau pengguna
pelayanan.
-
12
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi
3. Komponen Pencegahan dan Penanganan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), termasuk
Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS Pencegahan dan penanganan infeksi ditujukan
pada penyakit dan gangguan yang berdampak pada saluran reproduksi. Baik yang
disebabkan penyakit infeksi yang non PMS. Seperti Tuberculosis, Malaria, Filariasis, dsb;
maupun penyakit infeksi yang tergolong PMS (penyalit menular seksual), seperti
gonorrhoea, sifilis, herpes genital, chlamydia, dsb; ataupun kondisi infeksi yang berakibat
infeksi rongga panggul (pelvic inflammatory diseases/ PID) seperti alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR), yang dapat berakibat seumur hidup pada wanita maupun pria, misalnya
kemandulan, hal mana akan menurunkan kualitas hidupnya. Salah satu yang juga sangat
mendesak saat ini adalah upaya pencegahan PMS yang fatal yaitu infeksi virus HIV
(Human Immunodeficiency Virus).
4. Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja
Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi juga perlu
diarahkan pada masa remaja, dimana terjadi peralihan dari masa anak menjadi
dewasa, dan perubahan-perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam
waktu relatif cepat. Hal ini ditandai dengan berkembangnya tanda seks sekunder
dan berkembangnya jasmani secara pesat, menyebabkan remaja secara fisik
mampu melakukan fungsi proses reproduksi tetapi belum dapat
mempertanggungjawabkan akibat dari proses reproduksi tersebut. Informasi dan
penyuluhan, konseling dan pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk mengatasi
masalah kesehatan reproduksi remaja ini.
5. Komponen Usia Lanjut
Melengkapi siklus kehidupan keluarga, komponen ini akan mempromosikan
peningkatan kualitas penduduk usia lanjut pada saat menjelang dan setelah akhir
kurun usia reproduksi (menopouse/adropause). Upaya pencegahan dapat
dilakukan melalui skrining keganansan organ reproduksi misalnya kan ker rahim
pada wanita, kanker prostat pada pria serta pencegahan defesiensi hormonal dan
akibatnya seperti kerapuhan tulang dan lain-lain.
Hasil akhir yang diharapkan dari pelaksanaan kesehatan reproduksi yang
dimodifikasikan dari rekomendasi WHO tersebut adalah peningkatan akses :
a. Informasi secara menyeluruh mengenai seksualitas dan reproduksi, masalah
kesehatan reproduksi, manfaat dan resiko obat, alat, perawatan, tindakan
-
13
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi
intervensi, dan bagaimana kemampuan memilih dengan tepat sangat
diperlukan.
b. Paket pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas yang menjawab
kebutuhan wanita maupun pria.
c. Kontrasepsi (termasuk strerilisasi) yang aman dan efektif
d. Kehamilan dan persalinan yang direncanakan dan aman
e. Pencegahan dan penanganan tindakan pengguguran kandungan tida k aman.
f. Pencegahan dan penanganan sebab-sebab kemandulan (ISR/PMS).
g. Informasi secara menyeluruh termasuk dampak terhadap otot dan tulang,
libido, dan perlunya skrining keganasan (kanker) organ reproduksi.
Pengukuran perubahan-perubahan yang positif terhadap hasil akhir diatas
akan menunjukkan kemajuan pencapaian tujuan akhir; pelayanan kesehatan
dasar yang menjawab kebutuhan kesehatan reproduksi individu, suami-istri
dan keluarga, hal mana menjadi dasar yang kokoh untuk mengatasi
kesehatan reproduksi yang dihadapi seseorang dalam kurun siklus
reproduksinya.
Yang termasuk di dalam hak reproduksi adalah:
a. Hak semua pasangan dan individual untuk memutuskan dan bertanggung
jawab terhadap jumlah, jeda dan waktu untuk mempunyai anak serta hak atas
informasi yang berkaitan dengan hal tersebut;
b. Hak untuk mendapatkan kehidupan seksual dan kesehatan reproduksi yang
terbaik serta hak untuk mendapatkan pelayanan dan informasi agar hal
tersebut dapat terwujud; dan
c. Hak untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan reproduksi yang
bebas dari diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan.
Hak-hak reproduksi merupakan hak asasi manusia. Baik ICPD 1994 di Kairo
maupun FWCW 1995 di Beijing mengakui hak-hak reproduksi sebagai bagian yang
tak terpisahkan dan mendasar dari kesehatan reproduksi dan seksual.
3. HAK REPRODUKSI
-
14
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi
Piagam IPPF/PKBI Tentang Hak-hak reproduksi dan Seksual:
1. Hak untuk hidup
2. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan
3. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi
4. Hak privasi
5. Hak kebebasan berpikir
6. Hak atas informasi dan edukasi
7. Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan
merencanakan sebuah keluarga
8. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak
9. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan
10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan
11. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik
12. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan
Bagaimana Hak Reproduksi dapat Terjamin
a. Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil langkah-
langkah yang tepat untuk menjamin semua pasangan dan individu yang
menginginkan pelayanan kesehatan reproduksi dan kesehatan seksualnya
terpenuhi;
b. Hukum-hukum dan kebijakan-kebijakan harus dibuat dan dijalankan untuk
mencegah diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan yang berhubungan dengan
sekualitas dan masalah reproduksi; dan
c. Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui haknya,
mendorong agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini serta membangun
dukungan atas hak-hak tersebut melalui pendidikan dan advokasi.
d. Konsep-konsep kesehatan reproduksi dan uraian hak-hak perempuan ini
diambil dari hasil kerja International Womens Health Advocates Worldwide.
e. Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
perempuan sebagaimana mereka inginkan, serta mengetahui bahwa
kebutuhan-kebutuhan ini sangat beragam dan saling terkait satu dengan yang
-
15
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi
lain. Hak Reproduksi maupun akses untuk mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Reproduksi adalah penting, sehingga perempuan dapat:
f. Mempunyai pengalaman dalam kehidupan seksual yang sehat, terbebas dari
penyakit, kekerasan, ketidakmampuan, ketakutan, kesakitan, atau kematian
yang berhubungan dengan reproduksi dan seksualitas
g. Mengatur kehamilannya secara aman dan efektif sesuai dengan keinginannya,
menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan, dan menjaga kehamilan
sampai waktu persalinan
h. Mendorong dan membesarkan anak-anak yang sehat seperti juga ketika
mereka menginginkan kesehatan bagi dirinya sendiri.
-
16
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi
1. Konsep pemikiran tentang reproduksi wanita didasarkan pada, kecuali:
a. Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan
dengan fungsi reproduksinya
b. Kesehatan wanita tidak secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang
dikandung dan dilahirkan.
c. Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan mengatas
namakan pembangunan seperti program KB, dan pengendalian jumlah
penduduk.
d. Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda Intemasional
Jawab B
2. Suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan
sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran
kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan
sebelum dan sesudah menikah, adalah defenisi kesehatan reproduksi menurut:
a. ICPD
b. WHO
c. Depkes RI
d. Manuaba
Jawab C
3. Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak, yaitu:
a. Mutilasi genital wanita
b. Pendidikan anak
c. Pijat bayi
d. Bermain
Jawab A
4. Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya adalah peraturan
dan kebijakan negara mengenai pornografi, pelacuran dan pendidikan
seksualitas, merupakan masalah:
a. Masalah gender dan seksualitas
b. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan
EVALUASI
-
17
Kesehatan Reproduksi
Konsep Kesehatan Reproduksi
c. Masalah sekitar teknologi
d. Masalah pelacuran
Jawab A
5. Teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan bayi tabung);
a. Masalah gender dan seksualitas
b. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan
c. Masalah sekitar teknologi
d. Masalah pelacuran
Jawab C
6. Praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi,
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi, ditinjau
dari faktor:
a. Sosial ekonomi
b. Budaya-lingkungan
c. Psikologis
d. Biologis
Jawab B
-
MATA KULIAH
WAKTU
DOSEN
TOPIK
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja
-
1
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja
Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
- Menjelaskan tentang asuhan kesehatan reproduksi remaja
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3. Masyarakat, 1996, Kesehatan Reproduksi di Indonesia, Jakarta.
4. Mohamad, Kartono, 1998, Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford
Foundation, 1995,
6. Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan bahasa
7. Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,
Yogyakarta.
8. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan
Ketimpangan Gender, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
9. Wattie, Anna Marie,1996, Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian
dan implikasi, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
10. Wattie, Anna Marie, 1996. Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan
Kesehatan Reproduksi, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
11. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial, Jakarta.
SUB TOPIK
Asuhan Kesehatan Reproduksi pada Remaja
OBJEKTIF PERILAKU SISWA
REFERENSI
-
2
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja
Defenisi Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia)
adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah,
maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah
bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka
dimasukkan ke dalam kelompok remaja.
Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to
grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan
definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja
sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia
dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit
melainkan secara implicit melalui pengertian masa remaja (adolescence).
Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan
antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia
12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan
tahun.
Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11
hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa
remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun
hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada
masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih
mendekati masa dewasa.
Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara
kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990)
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
-
3
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja
berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi
perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan
juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka,
dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
Perubahan fisik selama masa remaja dibagi menjadi beberapa tahap :
1. Perubahan Eksternal
Perubahan yang terjadi dan dapat dilihat pada fisik luar anak. Perubahan
tersebut ialah :
a. Tinggi Badan : Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi matang pada usia
antara tujuh belas dan delapan belas tahun, rata-rata anak laki-laki kira-kira
setahun setelahnya.
b. Berat Badan: Perubahan berat badan mengikuti jadual yang sama dengan
perubahan tinggi badan, perubahan berat badan terjadi akibat penyebaran
lemak pada bagian-bagian tubuh yang hanya mengandung sedikit lemak atau
bahkan tidak mengandung lemak.
c. Proporsi Tubuh : Berbagai anggota tubuh lambat laun, mencapai perbandingan
yang tubuh yang baik. Misalnya badan melebar dan memanjang sehingga
anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu pandang.
d. Organ Seks: Baik laki-laki maupun perempuan organ seks mengalami ukuran
matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai
beberapa tahun kemudian.
e. Ciri ciri Seks Sekunder: Ciri ciri seks sekunder yang utama,
perkembangannya matang pada masa akhir masa remaja. Ciri sekunder tersebut
antara lain ditandai dengan tumbunya kumis dan jakun pada laki-laki
sedangkan pada wanita ditanda dengan membesarnya payudara.
2. Perubahan Internal:
Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak tampak
dari luar. Perubahan ini nantinya sangat mempengaruhi kepribadian remaja.
-
4
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja
Perubahan tersebut adalah :
1. Sistem Pencernaan: Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau
berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot-oto di perut
dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat
dan kerongkongan bertambah panjang.
2. Sistem Peredaran Darah : Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia
tujuh belas atau delapan belas, beratnya dua belas kali berat pada waktu lahir.
Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat
kematangan bilamana jantung sudah matang.
3. Sistem Pernafasan: Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada
usia tujuh belas tahun ; anak laki-laki mencapat tingkat kematangan baru
beberapa tahun kemudian.
4. Sistem Endokrin: Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber
menyebabkan ketidak seimbangan sementara dari seluruh system endokrin
pada masa awal puber. Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi,
meskipun belum mencapai ukuran yang matang sampai akhir masa remaja atau
awal masa dewasa
5. Jaringan Tubuh: Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia delapan
belas tahun. Jaringan selain tulang, khususnya bagi perkembangan otot, terus
berkembang sampai tulang mencapai ukuran yang matang.
3. Perubahan kejiwaan
Proses perubahan kejiwaan berlangsung lambat yang meliputi:
1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi :
sensitif ( mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa )
Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh,
sehingga misalnya mudah berkelahi.
2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi:
Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik
Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul prilaku ingin mencoba-
coba. Prilaku ini jika didorong oleh rangsangan sesual dapat membawa
-
5
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja
remaja masuk pada hubungan seks pranikah dengan segala akibatnya,
antara lain akibat kematangan organ seks maka dapat terjadi kehamilan
remaja putri diluar nikah, upaya abortus dan penularan penyakit kelamin,
termasuk HIV/AIDS.Prilaku ingin mencoba-coba juga dapat
mengakibatkan remaja mengalami ketergantungan NAPZA ( Narkotik,
psikotropik dan zat adiktif lainnya, termasuk rokok dan alkohol )
Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode
sebelumnya :
Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1990), antara lain :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang
dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang
bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa
kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status
remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya
hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling
sesuai dengan dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi
perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan
pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa
usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian
karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang
membuat banyak orang tua menjadi takut.
f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang
kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan
orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya
terlebih dalam cita-cita.
g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau
kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan
-
6
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja
didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu
dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan
terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan
memberikan citra yang mereka inginkan.
Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan
remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini
diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan
penuh tanggung jawab.
Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak
semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat
secara mental serta sosial kultural.
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar
mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan
informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang
bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
Pengetahuan dasar apa yang perlu diberikan kepada remaja
1. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh
kembang remaja)
2. mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana
merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan pasanganya
3. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi
kesehatan reproduksi
4. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
5. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
6. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
-
7
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja
7. Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat
kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif
8. Hak-hak reproduksi
9. Manakala tubuh juga mengalami transisi, maka pada masa seperti ini, remaja
sangat perlu untuk benar-benar memperhatikan kondisi tubuh terutama organ
reproduksi yang banyak berkembang dalam fase ini.
10. Anak-anak perempuan yang dulu hanya peduli untuk membersihkan organ
kewanitaannya begitu saja tanpa ada permasalahan yang lain, pada masa
remaja dan pubertas, organ kewanitaan anak gadis mulai mengalami
perubahan.
11. Tumbuhnya rambut-rambut halus disekitar organ intim juga perlu diperhatikan
sehingga kebersihanpun tetap terjaga, terutama setelah buang air kecil maupun
buang air besar. Cara mencuci pun harus perlu diperhatikan dimana arah yang
sesuai (menjauhi arah kemaluan) lebih disarankan agar bakteri dan kotoran
tidak kembali bersarang.
12. Organ kewanitaan memang patut benar-benar dijaga kebersihannya terutama
bagi yang tinggal di negara tropis semcam Indonesia. Produksi keringat
membuat daerah tersebut lembab dan merupakan kondisi yang tepat untuk
tumbuhnya jamur. Selain itu darah haid dan perubahan hormon juga dapat
merubah ekosistem organ kewanitaan.
13. Bekal pengetahuan seperti ini sangat mendasar dan penting yang nantinya akan
sangat berpengaruh pada perkembangan organ kewanitaan pada remaja putri.
14. Kebersihan organ reproduksi juga harus diperhatikan oleh remaja pria.
Beberapa remaja pria tidak harus mengalami pemotongan kulit pembungkus
penis pada masa kanak-kanak yang sering dikenal dengan sunatan, nah remaja
pria yang memiliki organ intim seperti ini harus tetap rajin membersihan organ
intimnya dengan membersihkan daerah di dalam lipatan kulit tersebut, karena
apabila bagian di dalam lipatan kulit tidak dibersihkan, potensi untuk
tumbuhnya jamur dan hidupnya bakteri-bakteri lain akan sangat besar.
15. Seringkali karena terburu-buru, para remaja pria juga tidak memperhatikan
keadaan sekitar saat mereka beraktivitas. Padahal apabila salah sedikit saja dan
organ intim mereka terantuk, terjepit resleting ataupun terkena benda lain
-
8
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja
dengan cukup keras, organ intim tersebut dapat mengalami cedera,
pembengkakan yang akan dapat berakibat fatal dikemudian hari bahkan sampai
disfungsi ereksi.
Promosi Pengembangan Kesehatan remaja
Pada tahun 1994, International Conference on Population and Development (ICPD)
melakukan upaya untuk mengembangkan program yang cocok untuk kebutuhan
kesehatan reproduksi remaja.
Strategi kunci untuk menjangkau dan melayani generasi muda :
1. Melakukan pengembangan layanan-layanan yang ramah bagi generasi muda;
2. Melibatkan generasi muda dalam perancangan, pelaksaan, dan evaluasi
program;
3. Membentuk pelatihan bagi penyedia layanan (provider) untuk dapat melayani
kebutuhan dan memperhatikan kekhawatiran-kekhawatiran khusus para
remaja;
4. Mendorong upaya-upaya advokasi masyarakat untuk mendukung
perkembangan generasi muda dan mendorong munculnya perilaku kesehatan
remaja yang positif;
5. Memadukan latihan-latihan membangun keterampilan ke dalam program-
program yang ditujukan untuk generasi muda agar dapat meningkatkan rasa
percaya diri mereka, mengembangkan kemampuan mereka berkomunikasi
mengenai seksualitas,dan memperkuat kemampuan mereka dalam
mengupayakan praktik-praktik seksual yang lebih aman.
Survei pada 24 negara di Amerika Utara dan Eropa menunjukkan bahwa perilaku
seks remaja sudah dimulai sejak usia 15 tahun. Survei dilakukan kepada 33.943 di 24
negara dan dikerjakan Service Medical du Rectorat de Toulouse tersebut,
menunjukkan 13,2 % remaja berperilaku seks aktif semenjak usia 15 tahun dan tidak
menggunakan alat kontrasepsi. Sementara 82% lainnya, menggunakan alat
kontrasepsi
-
9
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja
Program kesehatan reproduksi remaja mulai menjadi perhatian pada beberapa
tahun terakhir ini karena beberapa alasan:
1. Ancaman HIV/AIDS menyebabkan perilaku seksual dan kesehatan reproduksi
remaja muncul ke permukaan. Diperkirakan 20-25% dari semua infeksi HIV di
dunia terjadi pada remaja. Demikian pula halnya dengan kejadian PMS yang
tertinggi di remaja, khususnya remaja perempuan, pada kelompok usia 15-292.
2. Walaupun angka kelahiran pada perempuan berusia di bawah 20 tahun
menurun, jumlah kelahiran pada remaja meningkat karena pertumbuhan
populasi remaja. Diperkirakan bahwa 40% dari semua anak perempuan berusia
14 tahun yang hidup akan hamil paling tidak sekali saat mereka berumur 20
tahun3. Selain itu, sebagian besar mereka masih belum memiliki akses untuk
mendapatkan pendidikan seksual atau kesehatan reproduksi serta pelayanan
yang dibutuhkan.
3. Bila pengetahuan mengenai KB dan metode kontrasepsi meningkat pada
pasangan usia subur yang sudah menikah, tidak ada bukti yang menyatakan hal
serupa terjadi pada populasi remaja.
4. Pengetahuan dan praktik pada tahap remaja akan menjadi dasar perilaku yang
sehat pada tahapan selanjutnya dalam kehidupan. Sehingga, investasi pada
program kesehatan reproduksi remaja akan bermanfaat selama hidupnya.
5. Kelompok populasi remaja sangat besar; saat ini lebih dari separuh populasi
dunia berusia di bawah 25 tahun dan 29% berusia antara 10-25 tahun.
Masalah-Masalah kunci dalam Kesehatan Remaja dan peran bidan
1. Melakukan advokasi untuk memperoleh dukungan masyarakat
terhadap kesehatan reproduksi remaja.
Masalah reproduksi dan kesehatan seksual remaja merupakan masalah yang
kontroversial di banyak kelompok masyarakat sehingga membuat tindakan
advokasi dan mendorong munculnya kesadaran akan masalah ini menjadi
lebih penting. Para orang tua, pemuka agama, petugas kesehatan dan generasi
muda sendiri mungkin memiliki pendapat yang kuat mengenai masalah ini.
Advokasi efektif akan membangun sebuah kasus yang memberikan informasi
-
10
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja
dan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual menyeluruh bagi generasi
muda agar mereka dapat menjaga keselamatan hidupnya.
Upaya-upaya advokasi dapat difokuskan pada membuat perubahan di tingkat
lokal, daerah atau nasional dengan menargetkan para stake holder yang
mempengaruhi penerimaan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi
bagi para remaja. Individu dan organisasi diposisikan dengan baik untuk
membentuk persepsi publik dan program dapat dipusatkan dalam
memperkuat dukungan untuk pendanaan dan pelaksanaan program yang
relevan sehingga meningkatkan kemungkinan suksesnya program.
2. Komponen-komponen program yang berhasil
Program-program kesehatan reproduksi untuk remaja cenderung akan
mencapai keberhasilan maksimal jika program-program tersebut:
a. Secara akurat mengidentifikasi dan memahami kelompok yang akan
dilayani.
b. Melibatkan remaja dalam perancangna programnya.
c. Bekerja sama dengan para pemuka masyarakat dan orang tua.
d. Melepaskan hambatan-hambatan kebijakan dan mengubah pra
anggapan para pemberi layanan (provider)
e. Membantu remaja melatih keterampilan interpersonal yang diperlukan
untuk menghindari risiko.
f. Menghubungkan informasi dan saran dengan pelayanan
g. Memberikan tokoh panutan (role model) yang membuat perilaku lebih
aman menjadi perilaku yang menarik.
h. Menginvestasikan sumber danan dan waktu dalam kerangka yang
cukup panjang.
3. Melibatkan kaum remaja dalam aktivitas yang bermakna
Pendidikan oleh teman sebaya dapat merupakan pendekatan efektif untuk
melibatkan para remaja. Para pendidik/edukator remaja yang dilatih untuk
membantu teman sebaya mereka dalam hal informasi dan pelayanan
kesehatan reproduksi menerima pelatihan khusus dalam pengambilan
-
11
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja
keputusan, melakukan perujukan klien dan memberikan komoditas atau
pelayanan. Program-program yang menggunakan pendidik/edukator
teman sebaya didasarkan pada bukti bahwa para remaja memiliki
hubungan baik dengan orang lain yang berusia hampir sama, dengan
ketertarikan dan latar belakang serupa.
4. Pelayanan klinik yang ramah bagi remaja
Pelayanan kesehatan reproduksi yang youth friendly (ramah untuk remaja)
merupakan salah satu yang dikembangkan serta dibentuk dengan cara yang
akan mengenali bahwa tantangan, kesulitan dan hambatan yang dihadapi
remaja sangat berbeda dengan orang dewasa. Remaja umumnya lebih tidak
memiliki informasi, tidak berpengalaman, dan lebih tidak percaya diri
mengenai masalah-masalah seksual dan kemampuan mereka sendiri jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Pendekatan-pendekatan khusus
diperlukan untuk menarik, melayani dan mempertahankan remaja sebagai
klien kesehatan reproduksi.
Pendekatan ini mencakup memiliki petugas pelayanan kesehatan yang
dilatih dengan baik, termasuk bidan dan dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan khusus remaja secara biologis, psikologis dan kebutuhan
kesehatan remaja, memiliki rasa hormat terhadpa privasi remaja dan
kerahasiaan remaja sebagai klien, fasilitas yang dapat diakses dan lokasi
yang nyaman, pelayanan dengan harga yang masuk akal dan lingkungan
yang aman dan nyaman bagi populasi remaja, termasuk kelompok remaja
pria dan wanita yang sudah menikah.
Untuk membuat pelayanan menjadi ramah dan nyaman, bidan harus
mempertimbangkan masukan-masukan para remaja terhadpa komponen-
komponen klinik seperti famplet informasi dan gaya ruang tunggu.
Pelayanan harus diberikan di tempat-tempat remaja biasa berkumpul untuk
belajar, bersosialisasi dan bekerja dan kerahasiaan harus dipastikan. Sikap-
sikap menghakimi dan kadang-kadang bahkan kekerasan di pihak pemberi
layanan dapat menciptakan hambatan kritis dan bertahan lama terhadap
-
12
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja
pelayanan kesehatan reproduksi. Bidan yang bersikap menghakimi dapat
menghambat pelayanan kesehatan reproduksi pada remaja.
5. Memberikan informasi dan pelayanan untuk para remaja
Remaja memerlukan informasi yang sesuai dengan usianya mengenai
perkembangan fisik dan emosional, risiko-risiko potensial dari kegiatan
seksual yang tidak terlindung, kekerasan substansial, bagaimana
mengakses pelayanan kesehatan dan kesempatan-kesempatan pendidikan,
kerja dan rekreasi. Bidan sebagai penyedia layanan dapat melakukan
hubungan interaktif dengan klien remaja dengan melakukan komunikasi
interpersonal. Media massa hiburan (radio, televisi, musik, video, fil, buku
komik) dapat menjadi cara yang efektif dari segi biaya untuk mengomun
ikasikan pesan-pesan yang dpat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan
perilaku.
6. Kontrasepsi bagi remaja
Para remaja memiliki hak untuk memperoleh informasi yang jelas dan
akurat mengenai kontrasepsi termasuk pemakain yang benar, efek
samping, dan bagaimana menjangkau petugas pelayanan kesehatan untuk
menjawab kekhawatiran mereka. Bidan mempunyai peranan yang sangat
besar dalam memberikan informasi tersebut serta konseling yang sesuai
sangat penting untuk membantu remaja menangani atau menyisihkan
potensi efek samping. Konseling harus mengungkapkan aspek pencegahan
kehamilan sekaligus perlindungan terhadap PMS (penyakit menular
seksual).
7. HIV dan PMS di kalangan Remaja
Menurut WHO, 333 juta kasus baru PMS terjadi di seluruh dunia setiap
tahun dan setidaknya 111 juta dari kasus ini terjadi pada mereka yang
berusia di bawah 25 tahun. Hampir setengah dari infeksi HIV secara
keseluruhan terjadi pada pria dan wanita yang berusia di bawah 25 tahun,
dan di banyak negara berkembang data menunjukkan bahwa sampai 60%
-
13
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja
dari semua infeksi HIV baru terjadi pada kelompok usia antara 15 samapi
24 tahun. Infeksi di kalangan perempuan melebihi infeksi di kalangan pria,
rasio 2 berbanding 1. Salah satu penelitian di Tanzania memperlihatkan
bahwa perempuan muda memiliki kemungkinan untuk terinfeksi HIV
lebih dari empat kali dibandingkan pria muda, meskipun para perempuan
lebih tidak berpengalama seksual dan memiliki pasangan seksual yang
lebih sedikit dibanding pria sebayanya.
8. Kehamilan dini dan kehamilan yang tidak diinginkan
Banyak remaja aktif secara seksual ( meskipun bukan pilihan mereka
sendiri. Setiap tahun sekitar 15 juta remaja melahirkan anak. Proses
persalinan selalu memiliki potensi risiko-risiko kesehtan, tapi risiko
persalinan lebih besar pada perempuan berusia di bawah 17 tahun. Remaja
dengan usia ini lebih mudah mengalami komplikasi dalam persalinan.
Perempuan muda seringkali memiliki pengetahuan terbatas atau kurang
percaya diri untuk mengakses pelayanan kesehatan sehingga
mengakibatkan pelayanan prenatal yang terbatas berperan penting
terhadap terjadinya komplikasi. Peran bidan dalam asuhan prenatal sangat
dibutuhkan, sehingga menimbulkan kepercayaan diri remaja.
Di negara-negara berkembang hampir 60% kehamilan dan persalinan pada
remaja yang sudah menikah atau yang belum menikah tidak dilakukan
dengan pertolongan. Persalinan yang tidak direncanakan dapat mengarah
pada stress emosional dan kesulitan ekonomi. Jika remaja perempuan
tersebut belum menikah, maka beban psikologis akan dirasa semakin berat
akibat sikap tidak menerimanya masyarakat. Para siswa-siswa yang hamil
di negara berkembang seringkali mencari cara untuk melakukan aborsi
untuk menghindari kemungkinan dikeluarkannya dari sekolah. Di negara-
negara di mana aborsi adalah ilegal atau dibatasi oleh ketentuan dan usia,
para perempuan muda ini mungkin akan mencaripenolong ilegal yang
mungkin tidak terampil atau berpraktik di bawah kondisi-kondisi yang
tidak bersih. Aborsi yang tidak aman menempati proporsi tinggi dalam
kematian ibu di antara para remaja.
-
14
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja
9. Pendidikan seks berbasis sekolah
Evaluasi yang dilakukan di antara para kawula muda di negara-negara
berkembang dan negara-negara maju telah memperlihatkan bahwa
pendidikan seks berbasis sekolah dapat membantu menunda hubungan
seksual pertama para remaja yang belum aktif secara seksual. Untuk para
remaja yang aktif secara seksual, pendidikan seksual dapat mendorong
pemakaian kontrasepsi dan perlindungan PMS yang benar dan konsisten.
10. Masalah Gender Spesifik
Generasi muda, terutama anak perempuan rentan terhadap kekerasan
seksual, hubungan seksual yang dipaksakan dan hubungan dengan
kekuatan yang tidak seimbang. Beberapa budaya, perilaku pria berisiko
ditoleransi dan kadang-kadang didukung. Karena sikap-sikap gender ini
telah terbukti tidak dapat dipisahkan dari dalam banyak upaya kesehatan
reproduksi remaja, program harus secara langsung mengkonfrontasi
masalah hubungan gender yang tidak setara. Program yang meminta para
perempuan muda untuk mengambil keputusan dan tindakan yang
merupakan kontradiksi dari peran perempuan yang diterima seperti
menolak melakukan hubungan seksual atau berkeras akan pemakaian
kondom. Bidan harus membantu para perempuan muda tersebut
membangun keterampilan dan rasa percaya diri yang diperlukan untuk
membantu mereka membuat keputusan-keputusan.
-
15
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja
1. Batasan usia remaja menurut WHO, yaitu:
a. 12-18 tahun
b. 13-19 tahun
c. 12-24 tahun
d. 14-22 tahun
Jawab C
2. Ciri-ciri remaja, kecuali :
a. Masa remaja sebagai periode pelatihan.
b. Masa remaja sebagai periode kemapanan
c. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri
d. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan.
Jawab B
3. Perubahan eksternal selama masa remaja, yaitu:
a. Tinggi badan
b. Psikis
c. Mental
d. Perilaku
Jawab A
4. Perkembangan intelegensia, dalam perubahan kejiwaan remaja, yaitu:
a. sensitif
b. Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar
c. Mampu berpikir abstrak
d. Mudah menangis
Jawab C
5. Perubahan internal selama masa remaja , yaitu:
a. Tinggi badan
b. Psikis
c. Sistem pencernaan
d. Perilaku
Jawab C
EVALUASI
-
16
Kesehatan Reproduksi
Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja
-
MATA KULIAH
WAKTU
DOSEN
TOPIK
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus
Kehidupan
-
1
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan
Setelah perkuliahan ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang:
1. Siklus kesehatan wanita, konsepsi, bayi, anak, bayi, remaja, dewasa dan usia
lanjut.
2. Perubahan yang terjadi pada setiap tahap
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus kehidupan wanita.
4. Aspek yang dikaji dalam setiap tahap kehidupan
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3. Masyarakat, 1996, Kesehatan Reproduksi di Indonesia, Jakarta.
4. Mohamad, Kartono, 1998, Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford
Foundation, 1995,
6. Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan bahasa
7. Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,
Yogyakarta.
8. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan
Ketimpangan Gender, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
9. Wattie, Anna Marie,1996, Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian
dan implikasi, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
10. Wattie, Anna Marie, 1996. Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan
Kesehatan Reproduksi, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
11. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial, Jakarta.
SUB TOPIK
1. Siklus kesehatan wanita, konsepsi, bayi dan anak, remaja, dewasa, usia lanjut
2. Perubahan yang terjadi setiap tahap 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi 4. Aspek yang dikaji dalam setiap tahap kehidupan
OBJEKTIF PERILAKU SISWA
REFERENSI
-
2
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan
Reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan
kebutuhan penannganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta
kesinambungan antar fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan
reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tidak ditangani
dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.
Dalam pendekatan siklus hidup ini, dikenal lima tahap, yaitu:
1. Konsepsi
2. Bayi dan anak
3. Remaja
4. Usia subur
5. Usia lanjut
1. Konsepsi
a. Perlakuan sama terhadap janin laki-laki/perempuan
b. Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas serta pelayanan bayi baru
lahir.
c. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin,
BBLR, kurang gizi (malnutrisi).
d. Pendekatan pelayanan antenatal, promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit.
2. Bayi dan anak
a. ASI Eksklusif dan penyapihan yang layak
b. Tumbuh kembang anak, pemberian makanan dengan gizi seimbang
c. Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
d. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
e. Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan
KESEHATAN WANITA SEPANJANG SIKLUS
KEHIDUPANNYA
-
3
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan
f. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin,
sunat perempuan, kurang gizi (malnutrisi), kesakitan dan kematian BBLR,
penyakit lain disemua usia dan kekerasan.
g. Pendekatan yang dilakukan: pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan,
pelayanan kesehatan primer, imunisasi, pelayanan antenatal, persalinan,
postnatal, menyusui serta pemberian suplemen, dll.
Asuhan yang diberikan
a). ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin sejak lahir sampai
bayi berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan lain. Manfaat dari
pemberian ASI Eksklusif tersebut terbagi 4 yaitu manfaat bagi bayi, bagi
ibu, bagi keluarga dan bagi Negara.
b). Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi
seimbang
Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik anak dan
perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ / individu dari
anak itu sendiri.
c). Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
Kesehatan bayi di Indonesia masih jauh dari keadaan yang diharapkan
karena besarnya jumlah bayi yang meninggal. Karena itu, upaya
pemantauan kesehatan bayi perlu ditingkatkan melalui pemberian
imunisasi dan pengelolaan balita sakit. Pemberian imunisasi anak yang
sesuai dengan jadwal akan mencegah anak menderita campak, polio,
difteri, pertusis, tetanus, TBC dan hepatitis. Untuk penerapan MTBS,
tenaga kesehatan diajarkan untuk memperhatikan secara cepat semua
gejala anak sakit, sehingga ia dapat menentukan apakah anak sakit berat
dan perlu segera dirujuk.
d). Pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan
(KtP)
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah KtP antara lain :
-
4
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan
1. Masyarakat menyadari/mengakui KtP sebagai masalah yang
perlu diatasi.
2. Menyebarluaskan produk hukum tentang pelecehan seks di
tempat kerja.
3. Membekali perempuan tentang penjagaan keselamatan diri.
4. Melaporkan tindak kekerasan pada pihak yang berwenang
5. Melakukan aksi menentang kejahatan seperti kecanduan alcohol,
perkosaan dan lain-lain, antara lain melalui organisasi
masyarakat
e). Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan
perempuan.
Laki-laki dan perempuan, sebagai pasangan atau individu merupakan
kesamaan/kesetaraan gender yaitu keadaan tanpa diskriminasi dalam
memperoleh kesempatan, pendidikan, serta akses terhadap pelayanan.
3. Remaja
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan
merupakan peralihan dari masa kanak-anak menjadi dewasa. Peristiwa terpenting
yang terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama yang dinamakan
menarche. Secara tradisi, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan
gadis yang mengalaminya dianggap sudah tiba waktunya untuk melakukan tugas-
tugas sebagai wanita dewasa, dan siap dinikahkan. Pada usia ini tubuh wanita
mengalami perubahan dramatis, karena mulai memproduksi hormon-hormon
seksual yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sistem
reproduksi
a. Gizi seimbang
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
c. Pencagahan kekerasan, termasuk seksual
d. Pencegahan terhadap ketergantungan napza
e. Perkawinan pada usia yang wajar
f. Pendidikan, peningkatan keterampilan
g. Peningkatan penghargaan diri
-
5
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan
h. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.
i. Masalah yang ditemui meliputi: seks komersial, pelecehan seksual,
penyalahgunaan obat (alkohol, obat, tembakau), kekerasan gender, praktik
tradisional berbahaya, perilaku seks tidak aman, kehamilan remaja, aborsi
tidak aman, ISR/IMS/HIV/ AIDS.
j. Pendekatan yang dapat dilakukan meliputi; konseling tentang perubahan
hukum/sosial, pendidikan kesehatan, deteksi, pencegahan, pengobatan,
kontrasepsi yang sesuai, pemberian suplemen, pendidikan dalam keluarga,
konseling dll
Asuhan apa yang diberikan
a) Gizi seimbang
Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat
pembangun dan zat yang sesuai dengan kebutuhan gizi . Gizi seimbang
sangat dibutuhkan dalam tahap ini untuk kepentingan kesehatan
reproduksinya dan juga untuk kemampuan pertumbuhan dan
perkembangan.
b) Informasi tentang kesehatan reproduksi
Pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi bertujuan untuk
memberikan informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan
perilaku hidup sehat bagi remaja, disamping mengatasi masalah yang
ada. Dengan pengetahuan yang memadai dan adanya motivasi untuk
menjalani masa remaja secara sehat, para remaja diharapkan mampu
memelihara kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan
berkeluarga dengan reproduksi yang sehat.
c) Pencegahan kekerasan seksual (perkosaan)
Yang dimaksud dengan perkosaan disini adalah hubungan seksual yang
dipaksakan terhadap perempuan, dilakukan tanpa izinnya dan mungkin
menggunakan kekerasan.Manusia dalam hal ini remaja secara biologis
mempunyai kebutuhan seksual sehingga perlu mengendalikan naluri
seksualnya dan menyalurkannya menjadi kegiatan yang positif, seperti
olahraga dan mengembangkan hobi yang membangun.
-
6
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan
d) Pencegahan terhadap ketergantungan napza
Pencegahan terhadap penyalahgunaan NAPZA pada remaja hendaknya
dilakukan dengan pendekatan sejak dini baik dari orang tua, guru,
pendamping dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para pelajar
disekolah, sehingga dengan pendampingan dan bimbingan kita bisa
mengetahui proses perkembangan jiwa yang terjadi pada pelajar dan juga
pengaruhnya terhadap lingkungan.
e) Perkawinan pada usia yang wajar
Kegagalan perkawinan dalam masyarakat dewasa ini sangat meningkat
sehingga menimbulkan dampak social yang tidak diinginkan. Pengaturan
perkawinan yang semula merupakan ritus adat diambil alih tanggung
jawabnya oleh Negara dan dijadikan sebagai ketentuan hukum serta di
atur lewat undang-undang. Undang-undang juga mengatur batas umur
seseorang yang diperbolehkan menikah dengan alas an untuk
kepentingan demografi, mencegah anak-anak dibawah umur yang belum
dianggap mampu untuk mengambil keputusan bagi dirinya sendiri.
f) Peningkatan pendidikan, ketrampilan, penghargaan diri dan pertahanan
terhadap godaan dan ancaman. Remaja memerlukan pembekalan tentang
informasi / pendidikan, ketrampilan dan kiat-kiat untuk mempertahankan
diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam menghadapi berbagai
godaan, seperti ajakan untuk menggunakan NAPZA dan lain-lain.
4. Usia subur
Usia dewasa muda, yaitu antara 18 sampai 40 tahun, sering dihubungkan
dengan masa subur, karena pada usia ini kehamilan sehat paling mungkin
terjadi. Inilah usia produktif dalam menapak karir yang penuh kesibukan di
luar rumah. Di usia ini wanita harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya
agar selalu dalam kondisi prima, sehingga jika terjadi kehamilan dapat
berjalan dengan lancar, dan bayi yang dilahirkan pun sehat. Pada periode ini
masalah kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis
akibat merawat anak, dan tuntutan karir. Kanker, kegemukan, depresi, dan
penyakit serius tertentu mulai menggerogoti tubuhnya. Gangguan yang sering
-
7
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan
muncul pada usia ini, adalah endometriosis yang ditandai dengan gejala nyeri
haid, kram haid, nyeri pinggul saat berhubungan seks, sakit saat buang air
besar atau buang air kecil. Penderita kadang mengalami nyeri hebat, tetapi
ada juga yang tidak mengalami gejala apa-apa.
a. Kehamilan dan persalinan yang aman
b. Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan
bayi
c. Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat
kontrasepsi (KB)
d. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e. Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
f. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
g. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
h. Pencegahan dan manajemen infertilitas.
i. Masalah yang mungkin ditemui: Kesakitan dan kematiani ibu yang
disebabkan berbagai kondisi, malnutrisi/anemia, kemandulan,
pelecehan/kekerasan seksual, komplikasi aborsi, ISR/IMS/HIV/AIDS
dan pengaturan kesuburan.
j. Pendekatan yang dapat dilakukan : pendidikan kesehatan, suplemen,
konseling, pencegahan primer, pengobatan KB, pendidikan tentang
perilaku seksual yang bertanggungjawab, pencegahan dan pengobatan
IMS, pelayanan antenatal, persalinan, post partum pelayanan kebidanan
darurat, imunisasi dan informasi-informasi.
Asuhan yang diberikan
a). Kehamilan dan persalinan yang aman
Kesehatan ibu dan bayi di Indonesia masih jauh dari keadaan yang
diharapkan karena besarnya jumlah ibu dan bayi yang meninggal. Karena itu,
upaya kesehatan ibu dan bayi baru lahir melalui pemeriksaan kehamilan dan
pertolongan persalinan yang aman menjadi upaya prioritas dalam bidang
kesehatan..
b). Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
-
8
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan
Pertolongan terhadap komplikasi yang ditemukan baik selama kehamilan
maupun dalam persalinan memerlukan tindakan yang cepat agar nyawa ibu
dan janinnya dapat diselamatkan. Terjadinya komplikasi ini sulit
diperkirakan, sehingga sering muncul secara mendadak dan perlu diantisipasi
bahkan bias dilakukan tindakanpencegahan sedini mungkin.
c). Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat
kontrasepsi ( KB )
Sebagai komponen kesehatan reproduksi, pelayanan KB diarahkan untuk
menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi. Pelayanan KB bertujuan
untuk menunda, menjarangkan /menjaga jarak kelahiran dan atau membatasi
kehamilan bila jumlah anak sudah cukup. Dengan demikian, pelayanan KB
sangat berguna dalam pengaturan kehamilan dan pencegahan kehamilan yang
tidak diinginkan atau tidak tepat waktu.
d). Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
Pencegahan penularan terhadap PMS/HIV/AIDS yaitu :
1. Melakukan hubungan seksual hanya dengan satu pasangan
dan menghindari hubungan seks dengan pasangan yang
berganti-ganti.
2. Mempunyai perilaku seksual yang bertanggung jawab dan
setia pada pasangan
3. Setiap darah transfuse di cek terhadap HIV.
4. Menghindari injeksi, pemeriksaan dalam , prosedur
pembedahan yang tidak steril dari petugas kesehatan yang
tidak bertanggung jawab.
5. Menggunakan kondom dengan hati-hati, benar dan konsisten.
e). Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
Pelayanan kesehatan reproduksi mencakup semua pelayanan yang disediakan
oleh program-program yang ada dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi.
Kualitas pelayanan kesehatan reproduksi ini ditentukan oleh beberapa factor
antara lain :
1. Pelayanan kesehatan yang kurang memperhatikan kebutuhan klien
-
9
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan
2. Kemampuan fasilitas kesehatan yang kurang memadai.
f). Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi
Dalam rangka mencegah kematian ibu akibat aborsi, sejumlah Negara telah
meberikan pelayanan aborsi yang aman secara terbatas, misalnya untuk
mengatasi :
1. Kehamilan yang mengancam kesehatan fisik dan mental ibu.
2. Ibu yang mengalami kegagalan KB
3. Risiko cacat pada janin
4. Korban perkosaan.
g). Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
Kanker sistem reproduksi meliputi kanker leher rahim, payudara, indung
telur, rahim dan alat kelamin. Kanker leher rahim merupakan kanker yang
paling banyak diderita oleh wanita dinegara berkembang dan menepati urutan
kedua setelah kanker payudara. Untuk mengetahui secara dini kanker leher
rahim adalah melalui pemeriksaan Pap Smear, IVA Test dan Schiller Test.
Kanker payudara lebih sering terjadi dibandingkan dengan kanker leher rahim
karena kanker ini dapat terjadi pada semua perempuan. Cara sederhana untuk
menemukan tumor pada payudara sedini mungkin yaitu dengan melakukan
pemeriksaan payudara sendiri ( SADARI ).
h). Pencegahan dan manajemen infertilitas.
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah kesulitan untuk memperoleh
keturunan pada pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi dan
melakukan sanggama secara teratur. Permasalahan infertilitas merupakan
masalah yang kompleks sehingga pengelolaan infertilitas di pelayanan
kesehatan dasar masih sangat terbatas. Klien perlu mendapat informasi yang
memadai tentang berbagai penyebab infertilitas dan pelayanan rujukan ke RS.
Informasi dan penyuluhan mengenai pemeriksaan serta pengobatan
infertilitas perlu dilakukan dengan sabar dan seksama.
-
10
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan
5. Usia Lanjut
Yang dianggap lanjut usia (lansia) adalah setelah mencapai usia 60 tahun. Inilah
masa yang paling rentan diserang berbagai penyakit degeneratif dan penyakit berat
lainnya. Sangat penting bagi wanita untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya
secara teratur. Prioritas utamanya adalah menjaga agar tubuh tetap sehat dengan
mengatur pola makan yang benar, dan minum suplemen yang dibutuhkan tubuh.
Selain itu olahraga ringan dan tetap aktif secara intelektual.
a. Perhatian pada problem meno/andro-pause
b. Perhatian pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabun, gangguan
mobilitas dan osteoporosis.
c. Deteksi dini kanker rahim dan kanker rahim
d. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: penyakit sistem sirkulasi,
kekerasan, prolaps/osteoporosis, kanker saluran reproduksi, payudara/kanker
prostat, ISR/IMS/HIV/AIDS.
e. Pendekatan yang dapat dilakukan: dipengaruhi oleh pengalaman reproduksi
sebelumnya, diagnosis, informasi dan pengobatan dini.
Asuhan apa yang diberikan
1). Perhatian pada problem menopause
Masalah kesehatan reproduksi pada usia lanjut terutama dirasakan oleh
wanita ketika masa suburnya berakhir atau ketika mengalami menopause.
Menopause adalah keadaan pada seorang wanita yang mengalami penurunan
fungsi indung telur yang berakibat menurunnya produksi hormone estrogen.
Upaya pencegahan terhadap keluhan/masalah menopause yang dapat
dilakukan ditingkat pelayanan dasar antara lain :
a. Pemeriksaan alat kelamin.
b. Pap Smear, IVA Test, Schiller Test.
c. Perabaan payudara ( SADARI )
d. Penggunaan makanan yang mengandung unsure Fito-Estrogen.
e. Penggunaan bahan makanan sumber kalsium.
f. Menghindari makanan yang mengandung lemak, kopi, alkohol.
-
11
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan
2.). Perhatian pada penyakit utama degenerative, termasuk rabun, gangguan
mobilitas dan osteoporosis. Berkurangnya hormone estrogen pada
wanita menopause mungkin menyebabkan berbagai keluhan sebagai
berikut :
a. Penyakit jantung koroner
b. Kadar estrogen yang cukup, mampu melindungi wanita dari penyakit
jantung koroner. Berkurangnya hormone estrogen dapat menurunkan
kadar kolesterol baik ( HDL ) dan meningkatnya kadar kolesterol
tidak baik ( LDL ) yang meningkatkan kejadian penyakit jantung
koroner.
c. Osteoporosis
d. Adalah berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat penurunan
kadar hormone estrogen, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah
patah.
e. Gangguan mata
f. Mata terasa kering dan kadang terasa gatal karena produksi air mata
berkurang.
g. Kepikunan ( demensia tipe Alzeimer ).
h. Kekurangan hormone estrogen juga mempengaruhi susunan saraf
pusat dan otak. Penurunan hormone estrogen menyebabkan kesulitan
berkonsentrasi, sukar tidur, gelisah, depresi sampai pada kepikunan
tipe Alzeimer. Penyakit kepikunan tipe Alzeimer dapat terjadi bilam
kekurangan estrogen sudah berlangsung cukup lama dan berat, yang
dipengaruhi factor keturunan.
3). Deteksi dini kanker rahim.
Untuk mengetahui secara dini kanker leher rahim, dianjurkan kepada para
wanita untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear, IVA Test, atau Schiller
Test secara teratur, paling tidak sekali setiap tahun :
a. Pada umur berapapun dalam usia subur.
b. Telah berhubungan seks lebih dari 1 tahun
c. Ada / tidak ada cairan vagina yang mencurigakan.
-
12
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Perempuan
1. Kemiskinan
Diperkirakan sekitar 40% penduduk Indonesia masih berada di bawah garis
kemiskinan sejak terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan. Hal ini
menghambat akses terhadap pelayanan kesehatan yang pada akhirnya dapat
berakibat kesakitan, kecacatan dan kematian.
2. Kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat ditentukan oleh
banyak hal, misalnya keadaan sosial ekonomi, budaya dan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat di mana mereka menetap. Dewasa ini masih banyak
ditemukan diskriminasi terhadap perempuan, antara lain:
a. Perempuan dinomor-duakan dalam segala aspek kehidupan, misalnya
dalam pemberian makan sehari-hari, kesempatan memperoleh
pendidikan, kerja dan kedudukan.
b. Perempuan seringkali terpaksa menikah pada usia muda, karena tekanan
ekonomi atau orang tua mendorong untuk cepat menikah agar terlepas
dari beban ekonomi.
c. Keterbatasan perempuan dalam pengambilan keputusan untuk
kepantingan dirinya, misalnya dalam ber-KB, dalam memilih bidan
sebagai penolong persalinan atau dalam mendapat pertolongan segera di
RS ketika diperlukan, disamping kurangnya kesempatan mengendalikan
penghasilan keluarga.
d. Tingkat pendidikan perempuan yang belum merata dan masih rendah
menyebabkan informasi yang diterima tentang kesehatan reproduksi
sangat terbatas. Seperti diketahui, tingkat pendidikan yang meningkat
dapat meningkatkan rasa percaya diri, wawasan dan kemauan untuk
mengambil keputusan yang baik bagi diri dan keluarga, termasuk yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi
3. Akses ke fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
a. Jarak ke fasilitas kesehatan yang cukup jauh dan sulit dicapai
b. Kurangnya informasi tentang kemampuan fasilitas kesehatan
-
13
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan
c. Keterbatasan biaya
d. Tradisi yang menghambat pemanfaatan tenaga dan fasilitas kesehatan
4. Kualitas pelayanan kesehatan reproduksi yang kurang memadai, antara lain
karena:
a. Pelayanan kesehatan yang kurang memperhatikan kebutuhan klien
b. Kemampuan fasilitas kesehatan yang kurang memadai
5. Beban ganda, tanggung jawab tidak proporsional sehingga kesehatan anak
perempuan dan perempuan semakin buruk
6. Akses untuk pelayanan kespro rendah karena:
a. Pengetahuan tentang seksualitas dan informasi mengenai hak
reproduksi masih rendah.
b. Menonjolnya perilaku seksual resiko tinggi
c. Diskriminasi sosial
d. Sikap negatif terhadap perempuan dan anak perempuan
e. Rendahnya kemampuan dalam pengendalian kahidupan seksual pada
reproduksi
7. Kurangnya penanganan kespro dan seksual pada laki-laki dan perempuan usia
lanjut
8. Kebijakan dan program kesehatan masih belum mempertimbangkan
perbedaan sosial, ekonomi dan perbedaan lainnya antara perempuan dan
masih rendahnya kemandirian perempuan.
-
14
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan
1. Dibawah ini yang bukan merupakan tahap pendekatan siklus hidup adalah :
a. Konsepsi
b. Bayi dan anak
c. Keluarga
d. Dewasa
e. Usia Lanjut
Jawab C
2. Dibawah ini merupakan asuhan yang diberikan pada tahap remaja, kecuali
a. Gizi seimbang
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
c. Kehamilan dan persalinan yang aman
d. Peningkatan pendidikan
e. Peningkatan keterampilan
Jawab C
3. Peran petugas kesehatan dalam mencegah kasus kekerasan terhadap perempuan
diantaranya, kecuali :
a. Melakukan penyuluhan
b. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
c. Bermitra dan berpartisipasi dengan instansi terkait
d. Memberikan pelayanan yang dibutuhkan korban
e. Mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental
Jawab E
4. Berikut ini adalah asuhan yang diberikan pada tahap dewasa, kecuali
a. Pencegahan kekerasan seksual (perkosaan)
b. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
c. Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
d. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi
EVALUASI
-
15
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan
e. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
Jawab A
5. Upaya pencegahan terhadap keluhan/masalah menopause yang dapat dilakukan
ditingkat pelayanan dasar antara lain :
a. Pemeriksaan alat kelamin.
b. Pap Smear, IVA Test, Schiller Test.
c. Pemeriksaan payudara sendiri ( SADARI )
d. Menghindari makanan yang mengandung lemak, kopi, alkohol.
e. Memberikan terapi hormone estrogen.
Jawab E
-
MATA KULIAH
WAKTU
DOSEN
TOPIK
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan
Reproduksi Dan Upaya
Penanggulangannya
-
1
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
Setelah perkuliahan ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang:
1. Infertilitas
2. Seksual Transmited Desease (STD)/ Infeksi menular seksual
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3. Masyarakat, 1996, Kesehatan Reproduksi di Indonesia, Jakarta.
4. Mohamad, Kartono, 1998, Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford
Foundation, 1995, Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan
bahasa Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,
Yogyakarta.
6. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan
Ketimpangan Gender, Pustaka Sinar Harapan, Ja