masala h

5
Pengaruh permainan boneka tangan untuk peningkatan oral hygyne pada anak retardasi mental di......... Retardasi mental diperkirakan terjadi 1-3% dari jumlah penduduk Indonesia. Retardasi mental merupakan suatu keadaan dengan inteligensi yang kurang sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Orang tua memiliki peranan yang sangat penting pada perkembangan anak retardasi mental. Pasien dengan retardasi mental memiliki kesehatan rongga mulut dan oral hygiene yang lebih rendah dibanding dengan orang tanpa cacat perkembangan. Studi epidemiologi tentang status kebersihan mulut berdasarkan skor Oral Hygiene Index Simplified (OHI- S) pada anak retardasi mental yang dilakukan oleh Roesnawi (2006) pada anak usia 5-12 tahun, menunjukkan 35% tingkat kebersihan mulut baik dengan skor OHI-S = 0,62, 45% tingkat kebersihan mulut sedang dengan skor OHI-S = 2,63, dan 20% tingkat kebersihan mulut buruk dengan skor OHI-S = 3,54 [6]. Sedangkan penelitian Oeripto dan Dalimunthe (2002), tentang keadaan oral hygiene pada penderita retardasi mental di YPAC Medan menunjukkan bahwa rata-rata penderita tersebut mempunyai oral hygiene yang jelek dengan skor OHI-S adalah 3,43 [6]. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Nurlaela tahun 2009 di Ciamis pada 20 anak penderita retardasi mental usia 10-12 tahun dengan hasil sebesar 15% anak memiliki nilai OHI-S dengan kriteria baik, 55% sedang, dan 30% buruk. Menurut Sunarwati (2000), beberapa etiologi yang menyebabkan kondisi retardasi mental adalah 32% akibat kelainan kromosom, 33,3% kelainan metabolik, 35% malnutrisi, dan 10% intoksikasi . Dengan IQ di bawah rata-rata

Upload: zuhrina

Post on 27-Jan-2016

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

poiyfxxdghm

TRANSCRIPT

Page 1: Masala h

Pengaruh permainan boneka tangan untuk peningkatan oral hygyne pada anak

retardasi mental di.........

Retardasi mental diperkirakan terjadi 1-3% dari jumlah penduduk Indonesia.

Retardasi mental merupakan suatu keadaan dengan inteligensi yang kurang sejak masa

perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Orang tua memiliki peranan yang sangat

penting pada perkembangan anak retardasi mental. Pasien dengan retardasi mental

memiliki kesehatan rongga mulut dan oral hygiene yang lebih rendah dibanding dengan

orang tanpa cacat perkembangan. Studi epidemiologi tentang status kebersihan mulut

berdasarkan skor Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) pada anak retardasi mental yang

dilakukan oleh Roesnawi (2006) pada anak usia 5-12 tahun, menunjukkan 35% tingkat

kebersihan mulut baik dengan skor OHI-S = 0,62, 45% tingkat kebersihan mulut sedang

dengan skor OHI-S = 2,63, dan 20% tingkat kebersihan mulut buruk dengan skor OHI-S =

3,54 [6]. Sedangkan penelitian Oeripto dan Dalimunthe (2002), tentang keadaan oral

hygiene pada penderita retardasi mental di YPAC Medan menunjukkan bahwa rata-rata

penderita tersebut mempunyai oral hygiene yang jelek dengan skor OHI-S adalah 3,43

[6]. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Nurlaela tahun 2009 di Ciamis pada 20

anak penderita retardasi mental usia 10-12 tahun dengan hasil sebesar 15% anak memiliki

nilai OHI-S dengan kriteria baik, 55% sedang, dan 30% buruk. Menurut Sunarwati

(2000), beberapa etiologi yang menyebabkan kondisi retardasi mental adalah 32%

akibat kelainan kromosom, 33,3% kelainan metabolik, 35% malnutrisi, dan 10%

intoksikasi . Dengan IQ di bawah rata-rata menyebabkan penderita retardasi mental

tidak mampu melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kondisi ini juga

menyebabkan oral hygiene mereka lebih buruk dari pada individu tanpa cacat

perkembangan. Semakin rendah IQ seseorang maka tingkat kebersihan mulutnya semakin

berkurang. Hal ini disebabkan pada penderita retardasi mental tidak hanya dijumpai

kemunduran mental saja tetapi juga ketidaksempurnaan gerakan otot-otot sekitar mulut

dan kondisi lainnya yang menghambat perkembangan seluruh aktifitas fisiologis tubuh.

Page 2: Masala h

Upaya meningkatkan kemampuan membaca menggunakan metode fonik untuk anak

retardasi mental di.......

Pendapat Gorys Keraf (dalam Husain Junus,1996:14) menyatakan bahwa

“Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa bunyi

suara atau tanda atau lambang yang dikeluarkan oleh manusia untuk

menyampaikan isi hatinya kepada manusia lainnya”. Dalam hal ini yang dimaksud

dengan bahasa sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat adalah bahasa

Indonesia. Bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota

kata yang cukup akan memperlancar siswa dalam berkomunikasi dan mempermudah

siswa untuk memahami bahasa yang terdapat dalam buku-buku pelajaran.

Seperti diungkapkan oleh Burhan Nurgiantoro (1988:154) “ Untuk dapat

melakukan kegiatan masyarakat ini tidak lepas dari penguasaan kosa kats karena

dengan penguasaan kosa komunikasi dengan bahasa diperlukan. Anak tunagrahita

ringan dengan segala kelebihan dan kekurangannya juga interaksi dengan

lingkungannya. Mereka butuh dihargai dan diterima di masyarakat. Fenomena yang

dihadapi anak retardasi mental dalam kemampuan kosakata sangat kurang. Anak

hanya mampu mengucapkan satu suku kata saja. Dalam hal ini sangat jelas bahwa

kosakata anak membutuhkan sangat kurang. Anak hanya mampu untuk

mengucapkan satu suku kata saja apabila ditanya. Adakalanya anak kalau ditanya

hanya diam saja, tidak menjawab. Dalam hal ini kosakata yang ditanyakan yaitu

kosakata kerja dan kosakata benda.

Page 3: Masala h

Penerapan metode flash card untuk meningkatkan kemampuan membaca kosa kata

pada anak retardasi mental di.......

Keterampilan membaca sebagai salah satu kemampuan berbahasa memegang

peranan penting agar seorang individu dapat mempelajari berbagai informasi,

pengetahuan tertulis. Pengajaran Bahasa Indonesia bagi anak tuna grahita ringan,

merupakan suatu usaha mengarahkan mereka sesuai dengan kemampuannya agar kelak

dapat berkembang menjadi manusia dewasa yang dapat bergaul di dalam masyarakat.

Anak tuna grahita mempunyai perbedaan perkembangan jika dibandingkan dengan anak

biasa yang disebabkan oleh keadaan mental, pengalaman emosinya.

Sehubungan dengan itu maka pendidikan bagi anak tuna grahita harus dilandasi

keyakinan bahwa mereka masih mempunyai potensi yang dapat dikembangkan untuk

berkomunikasi. Tujuan utamanya agar mereka dapat mengadakan sosialisasi dengan

masyarakat. Dalam masyarakat yang semakin maju kemampuan membaca merupakan

kebutuhan. Sebagian informasi disajikan tertulis dan hanya dapat diperoleh melalui

membaca koran, majalah, resep obat, menu makanan, daftar harga, bahkan informasi visual

melalui televisi memerlukan kemampuan membaca.

Kenyataan yang ada banyak dijumpai sebagian anak juga anak tuna grahita ringan

mengalami kesulitan membaca. Dalam penyampaian pengajaran membaca permulaan,

selama ini guru hanya menggunakan buku-buku teks dan kurang memanfaatkan media

gambar, sehingga hasil pembelajaran membaca permulaan anak tuna grahita cenderung

rendah. Kelemahan dalam kognitif yang dialami anak tuna grahita meruapakan salah satu

hambatan dalam proses pengajaran membaca.