mas yara kat
DESCRIPTION
fie docTRANSCRIPT
![Page 1: Mas Yara Kat](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022071920/55cf998f550346d0339e001b/html5/thumbnails/1.jpg)
PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SEKTOR SWASTA
DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
KATA PENGANTAR
Memorandum pandangan (position paper) ini memuat uraian tentang berbagai bentuk
peranserta masyarakat dan sektor swasta dalam penyelenggaraan pendidikan. Keikutsertaan
masyarakat dan sektor swasta dalam penyelenggaraan pendidikan baik secara langsung
maupun tidak langsung sangat penting artinya dalam mendukung dan menunjang tercapainya
tujuan pendidikan nasional.
Kemampuan masyarakat dan sektor swasta untuk berperan aktif dalam
penyelenggaraan pendidikan sangat potensial dan merupakan aset bangsa yang sangat besar,
yang hingga saat sekarang belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu, upaya
meningkatkan tujuan pendidikan nasional senantiasa perlu terus dilakukan dan dikaji agar
lebih berdaya guna dan berhasil guna.
Pemikiran-pemikiran Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (BPPN) yang tertuang
dalam memorandum pandangan ini semoga bermanfaat bagi pembangunan pendidikan dan
pengembangan kebudayaan.
UMUM
Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang amat penting
untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa yang bersangkutan.
Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan melalui BAB XIII, Pasal 31 ayat (2),
bahwa pendidikan yang dimaksud harus diusahakan dan diselenggarakan oleh Pemerintah
sebagai “satu sistem pengajaran nasional”. Sesuai dengan judul bab yang bersangkutan, yaitu
PENDIDIKAN, pengertian “satu sistem pengajaran nasional” dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (selanjutnya
disingkat UUSPN) diperluas menjadi “satu sistem pendidikan nasional”. Perluasan pengertian
ini memungkinkan undang-undang ini tidak membatasi perhatian pada pengajaran saja
melainkan juga memperhatikan unsur-unsur pendidikan yang berhubungan dengan
pertumbuhan kepribadian manusia Indonesia yang bersama-sama merupakan perwujudan
bangsa Indonesia, suatu bangsa yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memelihara
budi pekerti kemanusiaan dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur
sebagaimana dimaksud dalam ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor: II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
![Page 2: Mas Yara Kat](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022071920/55cf998f550346d0339e001b/html5/thumbnails/2.jpg)
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional sebagaimana Pengamalan Pancasila
di bidang pendidikan, maka pendidikan nasional mengusahakanpertama pembentukan
manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu
mandiri, dan kedua, pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang terwujud dalam ketahanan nasional yang tangguh yang mengandung makna
terwujudnya kemampuan bangsa menangkal setiap ajaran, paham dan ideologi yang
bertentangan dengan Pancasila.
Sistem pendidikan nasional adalah sekaligus alat dan tujuan yang amat penting dalam
perjuangan mencapai cita-cita dan tujuan nasional serta dilaksanakan secara semesta,
menyeluruh dan terpadu; semesta dalam arti terbuka bagi seluruh rakyat dan berlaku di
seluruh wilayah negara; menyeluruh dalam arti mencakup semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan; dan terpadu dalam arti adanya saling keterkaitan antara pendidikan nasional
dengan seluruh usaha pembangunan nasional.
Pada dasarnya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah (UUSPN, pasal 25 ayat (1), butir 1 (penjelasan) dan karenanya
masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang seluas-luasnya untuk berperanserta
dalam penyelenggaraan pendidikan nasional (UUSPN, BAB XIII, Pasal 47, ayat (1)).
Peranserta masyarakat secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelenggaraan
pendidikan nasional dapat dilakukan oleh perorangan sebagai individu, keluarga, kelompok
profesi, lembaga sosial, budaya dan keagamaan, serta sektor swasta yang meliputi dunia
usaha dan industri yang merupakan perwujudan tanggung jawab serta hak masing-masing
secara sendiri-sendiri maupun bersama dan berkedudukan serta diperlakukan dengan
penggunaan ukuran yang sama (UUSPN, Penjelasan-UMUM, butir (h)).
Peranserta masyarakat yang bertujuan untuk menghimpun dan mendayagunakan
pikiran-pikiran serta sumber daya pendidikan yang ada pada masyarakat secara bersama-
sama dengan pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional, dapat
berbentuk:
1. Pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan yang dapat dilaksanakan pada semua
jenis dan jenjang pendidikan, pada jalur pendidikan sekolah dan pada jalur pendidikan
luar sekolah, termasuk pendidikan pra sekolah, serta tidak termasuk pendidikan
kedinasan.
2. Pemberian bantuan tenaga yang dapat berupa penyediaan tenaga kependidikan dan
tenaga non-kependidikan, termasuk instruktur, fasilitator, tutor, ataupun narasumber
![Page 3: Mas Yara Kat](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022071920/55cf998f550346d0339e001b/html5/thumbnails/3.jpg)
untuk melaksanakan pendidikan keterampilan, kejuruan, pemberantasan tiga buta serta
kurikulum muatan lokal.
3. Pemberian bantuan dana yang dapat bersifat sumbangan wajib, sumbangan sukarela,
pinjaman dan beasiswa bagi para peserta didik yang ekonomis tidak/kurang mampu
dan/atau peserta didik yang berbakat.
4. Pemberian bantuan sumber daya yang dapat berbentuk:
(a) bantuan sarana dan prasarana pendidikan yang berupa: tanah, bangunan, perabot,
peralatan, laboratorium/tempat praktek, perpustakaan, pusat sumber belajar.
(b) bantuan buku dan bahan pelajaran yang diperlukan oleh guru dan peserta didik;
(c) pemberian kesempatan kepada tenaga kependidikan dan atau peserta didik untuk
kepentingan pelatihan, praktek, penelitian dan pengembangan maupun pemagangan
dengan mempergunakan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh masyarakat
dan/atau sektor swasta;
5. Keikutsertaan masyarakat dalam penentuan kebijaksanaan Menteri berkenaan dengan
sistem pendidikan nasional yang diselenggarakan melalui suatu Badan Pertimbangan
Pendidikan Nasional yang beranggotakan tokoh-tokoh masyarakat yang bertugas
menyampaikan saran, nasihat, dan pemikiran lain sebagai bahan pertimbangan (UUSPN,
BAB XIV, Pasal 48);
6. Pemberian pemikiran dan saran penyelenggaraan pendidikan dalam pengembangan
kurikulum nasional yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan
ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan;
7. Penyampaian masukan balik mengenai produk pendidikan yang khususnya ditujukan
untuk memberikan penilaian terhadap ketepatan kurikulum pendidikan dikaitkan dengan
pembekalan pengetahuan dan keterampilan seseorang peserta didik setelah
menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu, yang diperlukan dalam jabatan dan atau
pekerjaan tertentu; serta
8. Pemberian bantuan dan keikutsertaan dalam kegiatan penelitian dan pengembangan
tertentu yang berupa melakukan kerja sama dalam kegiatan penelitian dan
pengembangan tertentu yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan tertentu, dan atau
memberikan kesempatan penggunaan fasilitas penelitian dan pengembangan yang
dimilikinya kepada satuan pendidikan tertentu.
![Page 4: Mas Yara Kat](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022071920/55cf998f550346d0339e001b/html5/thumbnails/4.jpg)
Dalam melaksanakan peranserta masyarakat tersebut, semua pihak perlu berusaha
untuk menciptakan suasana lingkungan yang mendukung terwujudnya tujuan pendidikan
nasional (UUSPN, Penjelasan), sedang untuk memperlancar peranserta masyarakat, pelaku-
pelaku dapat mengadakan forum konsultasi, kerjasama dan koordinasi berdasarkan bentuk
peranserta masyarakat di tingkat nasional atau daerah.
Di samping itu, pengadaan dan pendayagunaan sumber daya pendidikan baik yang
disediakan oleh pemerintah maupun masyarakat perlu dipertahankan fungsi sosialnya, dan
tidak mengarah pada usaha mencari keuntungan material (UUSPN, Penjelasan).
Syarat dan tata cara peranserta masyarakat perlu diatur dengan peraturan perundang-
undangan tertentu, dan/atau oleh suatu bentuk kesepakatan bersama antara pemerintah,
masyarakat dan sektor swasta, sehingga bentuk peranserta masyarakat tersebut dapat lebih
terarah dan melembaga. Di samping itu, perlu diperhatikan, bahwa peranserta masyarakat
tidak dibenarkan bertentangan dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Undang-
undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peraturan perundang-
undangan lain yang berlaku, dan kepentingan nasional.
Untuk mewujudkan kesungguhan implementasi masyarakat sebagai mitra pemerintah
di dalam penyelenggaraan pendidikan nasional perlu diciptakan suatu kondisi hubungan
timbal-balik yang benar-benar mesra atas dasar kedudukan yang sama (equal status), serta
dilandasi oleh jiwa pengabdian dan perolehan manfaat bersama (mutual benefit oriented).
ORIENTASI PERANSERTA MASYARAKAT DAN SEKTOR SWASTA DI
LAPANGAN
Dari uraian singkat di atas dapat dilihat betapa luas dan banyak bentuk-bentuk dan arah
peranserta masyarakat yang dapat diperani oleh masyarakat dan sektor swasta, serta siapa-
siapa yang diharapkan dapat berperanserta dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pengamatan sepintas di lapangan menunjukkan, bahwa walaupun peranserta
masyarakat telah dilakukan, namun masih terdapat banyak bentuk-bentuk peranserta
masyarakat yang belum sepenuhnya dijamah, yang disebabkan oleh kemungkinan:
(a) Kurang adanya informasi mengenai bidang-bidang yang bisa diperani oleh pelaku
peranserta masyarakat;
(b) Kurang adanya informasi mengenai tata cara berperanserta;
(c) Belum adanya pelembagaan yang jelas di bidang ini; dan
![Page 5: Mas Yara Kat](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022071920/55cf998f550346d0339e001b/html5/thumbnails/5.jpg)
(d) Adanya bidang-bidang yang kurang/tidak diminati, karena alasan-alasan tertentu. Di
samping kemungkinan masih kurang disadarinya hak dan tanggung jawab sebagian dari
masyarakat dan sektor swasta di dalam peranserta penyelenggaraan pendidikan, dan
karenanya perlu diupayakan peningkatannya.
Selain dari itu pelaksanaan peranserta masyarakat yang kini telah berjalan, masih
terdapat pula masalah-masalah yang mmerlukan pembenahan demi lebih menjamin
keberhasilannya, serta perlu diperhatikan azas keadilan dan pemerataannya.
1. Dalam pendirian dan penyelenggaraan pendidikan:
(a) Pada jenjang pendidikan prasekolah (Taman kanak-kanak) walaupun oleh UUSPN
ditentukan bukan merupakan kewajiban atau keharusan, namun kiprah pihak swasta
dalam melakukan penyelenggaraannya akan merupakan andil yang sangat berarti,
khususnya jika dikaitkan dengan keterbatasan-keterbatasan sumber-sumber daya dan
dana yang dimiliki negara/pemerintah kita.
(b) Bila dilihat banyaknya warga belajar di jalur pendidikan luar sekolah yang amat
mngharapkan “uluran tangan pihak-pihak kuat”. Kiranya dapat dipikirkan bentuk dan
model penyelenggaraan pendidikan luar sekolah yang intinya berupa peranan aktif
dunia usaha dan pihak swasta berpotensi akademik dan ekonomi kuat.
(c) Pihak bank kiranya dapat mengambil peranan tinggi dalam membantu
penyelenggaraan pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Kredit yang bisa
diberikan kepada penyelenggara pendidikan luar sekolah yang berorientasi pada
pembekalan mencari penghasilan, khususnya yang ditujukan kepada golongan
ekonomi lemah, perlu dibuka lebar, dikaitkan dengan keterikatan dunia usaha dan
industri dalam penampungan tenaga kerja yang dihasilkan oleh pendidikan luar
sekolah yang bersangkutan.
(d) Partisipasi masyarakat dan pihak swasta, baik perorangan maupun secara
kelembagaan, perlu diantaranya memfokuskan diri kepada pembangunan wilayah-
wilayah yang relatif masih terbelakang, termasuk wilayah pedesaan yang masih
berstatus swadaya dan swakarya, dan di banyak daerah di wilayah Indonesia di
Bagian Timur yang mulai ditingkatkan pembangunannya.
Keuntungan materi perlu sementara disingkirkan dari skema partisipasi ini. Benefit
atau manfaat, baik manfaat ekonomi maupun manfaat sosial yang akan diperoleh
dalam jangka relatif pendek bagi peserta didik ini, di kemudian hari akan mudah
diarahkan untuk menarik pofit/keuntungan materi yang wajar bagi penyelenggaranya.
![Page 6: Mas Yara Kat](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022071920/55cf998f550346d0339e001b/html5/thumbnails/6.jpg)
(e) dalam konteks menghilangkan peluang terjadinya kesenjangan dan gejolak sosial,
yang kini tengah tajam menjadi sorotan masyarakat kita, para golongan ekonomi kuat
akan mempunyai banyak peluang memberikan andil melalui jalur pendidikan luar
sekolah. Hal ini adalah sejalan dengan petuah Bapak presiden baru-baru ini yang
disampaikan kepada para pengusaha golongan ekonomi kuat guna menerapkan
“ajian”: Tuno satak, bathi sanak” (pepatah Jawa) yang artinya: “rugi benda, tetapi
akan memperoleh keuntungan berupa banyak teman atau sahabat”.
2. Dalam kegiatan perencanaan pendidikan, andil pihak swasta masih banyak yang dapat
diperani, antara lain:
(a) Dikembangkan profesi konsultan perencanaan pendidikan yang dapat dimanfaatkan
oleh penyelenggara pendidikan, baik penyelenggara swasta maupun pemerintah,
untuk keperluan perencanaan pendidikan yang berjangka panjang, menengah
maupun tahunan.
(b) Dihidupkan dan diaktifkan forum dan mekanisme umpan balik dari pihak swasta dan
masyarakat luas dengan pemerintah bagi perbaikan dan penyesuaian perencanaan
pendidikan.
(c) Dikembangkannya asosiasi-asosiasi profesi di bidang upaya pendidikan meliputi
aspek “perangkat lunak” dan “perangkat keras” dengan pembentukan forum-forum
komunikasi dan koordinasi berjenjang dari tingkat propinsi, regional dan nasional.
(d) Didayagunakannya secara optimal peranan, tugas, dan fungsi BPPN dalam kaitannya
BPPN sebagai penghimpun dan pengolah aspirasi masyarakat, dan sebagai pemberi
pertimbangan mengenai masalah pendidikan kepada pemerintah.
3. Dalam penyusunan “perangkat lunak” berupa kurikulum muatan lokal dan pengisian
aspek ko-kurikuler, pihak swasta mempunyai kebebasan yang relatif tinggi, khususnya
bagi upaya menyambut kebutuhan nyata lingkungan.
Sementara seorang peserta didik berproses dalam pendidikan lingkungannya dari waktu
ke waktu selalu mengalami perubahan, baik berupa perubahan struktur maupun proses.
Oleh karenanya pendidikan kita yang secara kerangka dasar per definisi kurikulumnya
ditentukan oleh UUSPN, isi kurikulum dan variasi bagi kurikulum muatan lokalnya
dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasionalnya harus senantiasa dinamis dan
antisipatif terhadap kecenderungan perkembangan masyarakat.
Dikaitkan antara potensi industri dan kebebasan penyusunan kurikulum bagi pendidikan
luar sekolah yang relatif longgar, kiranya pihak swasta sektor industri berpeluang besar
![Page 7: Mas Yara Kat](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022071920/55cf998f550346d0339e001b/html5/thumbnails/7.jpg)
berpartisipasi melakukan penyusunan program studi dan melakukan operasi pendidikan
internal yang relevan dengan jenis industrinya.
4. Dalam bidang sarana dan prasarana pendidikan
Guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas pendidikan, pihak swasta yang
berkecimpung dalam dunia industri, dapat berpartisipasi aktif berupa pengelompokan
“asosiasi” industri perlengkapan pendidikan. Asosiasi ini bertujuan menghimpun industri
dalam negeri yang profesional, khusus bagi perlengkapan pendidikan. Hal ini dirasa
perlu, karena selama 20 tahun lebih Indonesia membangun, ketergantungan kita pada
dunia industri luar negeri bagi keperluan pendidikan masih cukup besar. Produk peralatan
pendidikan yang berasal dari luar negeri diragukan kesesuaiannya dengan tujuan
pendidikan dan kemampuan ekonomi negara kita.
5. Dalam proses pendidikan, kiranya amat luas peluang yang dimiliki oleh pihak swasta.
Disamping pihak swasta dapat langsung menyelenggarakan pendidikan, yang sesuai
dengan ketentuan yang diatur oleh UUSPN, juga dapat langsung memberikan bantuan-
bantuan kepada satuan-satuan pendidikan, misalnya berupa:
(a) pemberian bantuan beasiswa bagi peserta didik;
(b) pemberian bantuan perlengkapan pendidikan;
(c) pemberian bantuan keuangan guna pelaksanaan pendidikan;
(d) pemberian kesempatan untuk melakukan kerja praktek bagi para siswa pendidikan
sekolah maupun bagi warga belajar pendidikan luar sekolah.
(e) pemberian informasi perkembangan ilmu dan teknologi, baik sebagai produknya
sendiri maupun yang bersifat adopsi inovasinya dari dunia luar.
Penyediaan dan pemberian bantuan tersebut di atas kiranya perlu diatur secara
terkoordinasi, guna menjamin adanya keseimbangan dan mencegah pemanfaatannya
hanya oleh sebagian golongan tertentu saja.
6. Dalam upaya merintis dan memelopori pendidikan nasional supaya dapat memiliki
ketahanan pendidikan yang tangguh, pendidikan yang mampu secara cepat melakukan
adopsi inovasi ilmu dan teknologi dari dunia luar/internasional tanpa mengorbankan dasar
afektifnya, peranan swasta sangat diperlukan. Pendidikan semacam ini bahkan yang juga
mampu melakukan pemrosesan ilmu dan teknologi, sehingga dari padanya lahir
“kebenaran-kebenaran ilmiah dan teknologi baru”, relatif mahal harganya. Namun
manfaat balik yang diperoleh bagi pengguna produk ilmu dan teknologi baru, yang
notabene adalah pihak swasta sendiri (pengusaha dan industri), juga akan tinggi.
Pendidikan yang mampu melakukan manuver secara cepat, jitu dan terkendali, biasanya
![Page 8: Mas Yara Kat](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022071920/55cf998f550346d0339e001b/html5/thumbnails/8.jpg)
pendidikan yang diselenggarakan oleh pihak swasta, dan pada jenjang pendidikan tinggi.
Ini antara lain disebabkan karena ciri organisasi swasta yang tidak birokratik.
7. Dalam bidang penelitian dan pengembangan
Perbaikan dan penyempurnaan mutu produk pendidikan bersumber pada kemampuan
pendidikan menyampaikan pengetahuan dan informasi mutakhir kemajuan ilmu dan
teknologi. Untuk memungkinkan pendidikan menghayati materi yang akan diteruskan
kepada peserta didik yang diasuhnya, (terutama bagi pengajar yang berkecimpung di
perguruan tinggi), maka mereka dituntut keterlibatannya secara langsung dalam kegiatan
membina, menggali dan memajukan ilmu dan teknologi. Guna mencapai tingkat
penghayatan semacam ini mutlak diperlukan terjun secara nyata dan aktif melaukan
sendiri kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi.
Sebagaimana kebanyakan negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, program
penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi ini belum mengalami perkembangan
sebagaimana diharapkan. Banyak faktor yang menyebabkan kelambanan dalam
perkembangannya, antara lain: (1) sistem pendidikan di perguruan tinggi yang belum
mampu menciptakan lulusan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian; (2) sistem
bimbingan yang diterapkan di perguruan tinggi belum memungkinkan lahirnya peneliti-
peneliti yang berpengalaman, yang dapat diandalkan untuk melakukan penelitian; (3)
sarana dan prasarana yang ada di perguruan tinggi belum menunjang, seperti
laboratorium, perpustakaan dan sejenis, yang belum dapat menunjang perkembangan
minat para peneliti, yang justru diharapkan lahir melalui program Tridharma Perguruan
Tinggi; (4) biaya penelitian yang relatif sangat kecil, yang terpaksa masih harus dibagi
merata kepada semua peneliti; dan (5) kerja sama antar lembaga-lembaga penelitian,
perguruan tinggi, dan sektor swasta dan industri, yang masih perlu dirintis dan dicari
bentuknya.
Kelemahan-kelemahan di atas tidak memungkinkan kita untuk melakukan penelitian dan
pengembangan sendiri, yang berakibat kita harus menggunakan tenaga peneliti dari luar
negeri dengan biaya yang relatif mahal dan belum tentu menjamin hasilnya lebih baik;
pengujian berbagai hasil teknologi di luar negeri dengan biaya yang sangat tinggi dan
yang mengakibatkan ketergantungan kita pada produk-produk ilmu pengetahuan bentuk
teknologi dari negara lain. Ketergantungan ini dengan sendirinya merupakan kendala
yang terbesar untuk tinggal landas, dimana perubahan-perubahan negatif yang terjadi di
![Page 9: Mas Yara Kat](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022071920/55cf998f550346d0339e001b/html5/thumbnails/9.jpg)
negara lain akan langsung berpengaruh secara negatif pula terhadap perkembangan
industri di negara kita.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan peranserta masyarakat dan sektor swasta
perlu kiranya diperhatikan kemungkinan keterlibatan dunia swasta atau industri yang
secara langsung dapat menopang program penelitian dan pengembangan. Kerja sama
antar berbagai lembaga penelitian dengan sektor swasta dan industri, ini sangat penting.
Sektor swasta dan industri dapat menyediakan fasilitas dan dana yang diperlukan,
sedangkan lembaga penelitian seperti perguruan tinggi menyediakan tenaga-tenaga
peneliti yang baik.
Model interaksi semacam ini apabila diterapkan, niscaya akan menghasilkan tenaga-
tenaga peneliti yang baik dan berpengalaman serta sekaligus dapat menunjang
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat diperlukan untuk memacu
laju pembangunan industri nasional.
Bentuk-bentuk peranserta masyarakat yang pada dewasa ini telah dilaksanakan,
sebagian besar bersifat insidental dan belum terencana secara terpadu. Karenanya guna
meningkatkan partisipasi peranserta masyarakat dan sektor swasta dalam penyelenggaraan
pendidikan, serta guna menjamin pembinaan dan pengendaliannya yang lebih efektif, efisien,
terpadu dan berencana, kiranya perlu dikembangkan suatu sistem secara lebih terstruktur,
efektif, bermakna, berkesinambungan dan yang berdampak luas terhadap keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan nasional.
Selain daripada itu, perlu diketengahkan di sini akan pentingnya pendidikan keluarga, yang
walaupun penyelenggaraannya merupakan kemandirian masing-masing keluarga, namun
pada hakikatnya upaya tersebut merupakan pula bentuk tersebdiri peranserta masyarakat.
Pendidikan keluarga tersebut, karena berbagai kesibukan para orang tua, dewasa ini
berangsur-angsur terabaikan, dan banyak orang tua yang beranggapan telah terpenuhi dengan
cukup memasukkan anak-anaknya di sekolah-sekolah.
KESIMPULAN
Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang amat penting
untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa yang bersangkutan.
![Page 10: Mas Yara Kat](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022071920/55cf998f550346d0339e001b/html5/thumbnails/10.jpg)
Pada dasarnya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah, dan karenanya masyarakat sebagai mitra pemerintah
berkesempatan yang seluas-luasnya untuk berperanserta dalam penyelenggaraan pendidikan.
Peranserta masyarakat terdiri atas berbagai bentuk, dan bertujuan untuk menghimpun
dan mendayagunakan sumbang pikir dan sumber daya pendidikan yang ada pada masyarakat
secara bersama-sama dengan pemerintah guna pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Pengadaan dan pendayagunaan sumber daya pendidikan baik yang disediakan oleh
pemerintah maupun masyarakat tersebut perlu dipertahankan fungsi sosialnya, dan tidak
mengarah pada usaha mencari keuntungan material. Model organisasi, prosedur dan
mekanisme keterlibatan secara aktif dan bertujuan semua kekuatan yang ada di dalam
masyarakat termasuk dunia industri perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut.
Untuk mewujudkan kesungguhan implementasi masyarakat sebagai mitra pemerintah
di dalam penyelenggaraan pendidikan nasional perlu diciptakan suatu kondisi timbal balik
yang benar-benar mesra, atas dasar kedudukan yang sama (equal status), serta dilandasi oleh
jiwa pengabdian dan perolehan manfaat bersama (mutual benefit oriented).
Pengamatan sepintas menunjukkan, bahwa berbagai bentuk peran serta masyarakat
telah dilakukan, namun masih banyak terdapat pula bentuk-bentuk lainnya yang belum
dijamah, yang kemungkinan besar dikarenakan antara lain: (1) kurang adanya informasi
mengenai berbagai bentuk yang bisa diperani; (2) kurang adanya informasi mengenai tata
cara untuk berpartisipasi; (3) belum adanya pelembagaan yang jelas; (4) adanya bentuk-
bentuk yang tidak diminati, di samping kemungkinan adanya kurang kesadaran akan hak dan
tanggung jawab sebagian dari masyarakat dari pihak swasta.
Keadaan ini menuntut optimasi dalam pengupayaannya dengan memperluas
penyampaian informasi-informasi yang diperlukan serta diselenggarakannya forum-forum
komunikasi pemerintah dan masyarakat, di samping perlunya segera diatur syarat dan tata
cara peranserta masyarakat yang dapat berbentuk peraturan perundang-undangan tertentu,
dan/atau suatu kesepakatan bersama antara pemerintah masyarakat dan sektor swasta.
Guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas peranserta masyarakat dan sektor swasta
dalam penyelenggaraan pendidikan, serta guna menjamin pembinaan dan pengendaliannya
yang lebih terpadu dan berencana, perlu dikembangkan suatu sistem secara lebih terstruktur,
efektif, bermakna, berkesinambungan dan yang berdampak luas terhadap keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan nasional.
Pendidikan keluarga, yang penyelenggaraannya merupakan kemandirian masing-
masing keluarga yang bersangkutan, pada hakikatnya merupakan pula bentuk tersendiri dari
![Page 11: Mas Yara Kat](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022071920/55cf998f550346d0339e001b/html5/thumbnails/11.jpg)
peranserta masyarakat, yang perlu tetap dimintakan perhatian akan pentingnya upaya tersebut
bagi pencapaian tujuan pendidikan nasional, karena upaya tersebut berangsur-angsur mulai
terabaikan, dan dianggap telah terpenuhi dengan cukup menyekolahkan anak-anak dari
keluarga yang bersangkutan.
http://bppndik.tripod.com/permasy.htm