abstract martha nugraha...kemunculan teori ini sebenarnya untuk melengkapi teori deprivasi relatif...

17
1 BERITA KERUSUHAN SUPORTER DI SURAKARTA (Analisis Framing Media terhadap Penyajian Berita Kerusuhan Suporter di Surat Kabar Joglosemar edisi Juni September 2013) Erfan Martha Nugraha Mursito BM Aryanto Budhy S. Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Case The study was based on the interest of researchers about the news of this incident supporter unrest attract many sides. Researchers are trying to capture how the framing created by the daily newspaper Joglosemar to see fans riot Persis Solo and PSS Sleman. Newspapers Joglosemar grow and develop in Solo and Yogyakarta where the fans are coming from. This study is a qualitative study using analytical approach to framing. The object of this study is the news about riots fans in general daily Joglosemar edition from June to September 2013. The analysis used in the study Zhongdang framing Pan and Gerald M. Kosicki methods, analyzing the text message to see the four elements: syntax, script, thematic, and rhetorical. This model is used by researchers because it is important to give an opportunity to specifically look at a frame constructed by the media in capturing a scene. The conclusion of this analysis is provided by the news lifted by Joglosemar and highlighted the fact that there are facts omitted, the news from the Newspaper Joglosemar impressed cornering for one group of supporters, both from fans and supporters Persis Solo PSS Sleman. Labelling on one group of supporters for the lay community can lead the wrong opinion on one group of supporters. In the manufacture of a news riot supporters, do not use the scheme Joglosemar good news, that there are some irrelevant news between the headline and lead story. Some news in Newspapers Joglosemar completeness news are not used, that is why the element in an event. Keywords: Framing Media, Daily Newspaper, riots Supporters

Upload: others

Post on 29-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Abstract MARTHA NUGRAHA...Kemunculan teori ini sebenarnya untuk melengkapi Teori Deprivasi Relatif yang tidak menyinggung tahapan-tahapan yang menyertai munculnya kekerasan atau konflik

1

BERITA KERUSUHAN SUPORTER DI SURAKARTA

(Analisis Framing Media terhadap Penyajian Berita Kerusuhan Suporter di

Surat Kabar Joglosemar edisi Juni – September 2013)

Erfan Martha Nugraha

Mursito BM

Aryanto Budhy S.

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

Case The study was based on the interest of researchers about the news of this

incident supporter unrest attract many sides. Researchers are trying to capture how

the framing created by the daily newspaper Joglosemar to see fans riot Persis Solo

and PSS Sleman. Newspapers Joglosemar grow and develop in Solo and Yogyakarta

where the fans are coming from. This study is a qualitative study using analytical

approach to framing. The object of this study is the news about riots fans in general

daily Joglosemar edition from June to September 2013. The analysis used in the study

Zhongdang framing Pan and Gerald M. Kosicki methods, analyzing the text message

to see the four elements: syntax, script, thematic, and rhetorical. This model is used

by researchers because it is important to give an opportunity to specifically look at a

frame constructed by the media in capturing a scene.

The conclusion of this analysis is provided by the news lifted by Joglosemar

and highlighted the fact that there are facts omitted, the news from the Newspaper

Joglosemar impressed cornering for one group of supporters, both from fans and

supporters Persis Solo PSS Sleman. Labelling on one group of supporters for the lay

community can lead the wrong opinion on one group of supporters. In the

manufacture of a news riot supporters, do not use the scheme Joglosemar good news,

that there are some irrelevant news between the headline and lead story. Some news

in Newspapers Joglosemar completeness news are not used, that is why the element

in an event.

Keywords: Framing Media, Daily Newspaper, riots Supporters

Page 2: Abstract MARTHA NUGRAHA...Kemunculan teori ini sebenarnya untuk melengkapi Teori Deprivasi Relatif yang tidak menyinggung tahapan-tahapan yang menyertai munculnya kekerasan atau konflik

2

Pendahuluan

Media cetak memberitakan hal-hal yang menarik perhatian masyarakat, salah

satunya berita kerusuhan. Karena peristiwa kerusuhan merupakan salah satu hal yang

menyangkut kepentingan publik, sehingga menimbulkan keingintahuan dari publik

yang cukup besar. Nyaris tak ada peristiwa penting mengenai kerusuhan yang luput

dari perhatian media cetak. Media selalu hadir dalam peristiwa penting tersebut,

mengamati, mencatat dan merekam, dan kemudian melaporkannya pada masyarakat

dengan frame atau sudut pandang tertentu.

Kericuhan sepak bola yang melebar menjadi isu primordialisme itu

merupakan bahaya laten yang sangat meresahkan. Sebagai contoh, masyarakat

Soloraya yang akan pergi ke jogja menggunakan kendaraan pribadi dibuat waswas

dengan ancaman sweeping oleh warga Jogja, demikian juga sebaliknya. Hal ini pula

yang terjadi di Bandung-Jakarta dan Malang-Surabaya.

Ini merupakan pekerjaan rumah besar yang harus segera disikapi bersama.

Tidak hanya oleh PSSI, tetapi juga melibatkan klub dan pemerintah. Indonesia

sebetulnya patut berbangga karena fanatisme supporter sudah diakui di tingkat dunia.

Namun potensi luar biasa itu tercoreng dengan berbagai kasus kerusuhan di berbagai

daerah di Indonesia. Sebenarnya kita bisa belajar banyak dari Negara Inggris yang

dikenal mempunyai supporter garis keras nan brutal, hooligans. Kebrutalan itu bisa

dijinakkan dan dunia sekarang bisa melihat hasilnya. Hanya di Inggris jarak supporter

dan lapangan begitu dekat, bahkan tanpa sekat. Hebatnya, tidak ada kerusuhan disana,

bahkan dalam kondisi emosional sekalipun para supporter melakukan standing

ovation memberikan penghormatan kepada pemain yang telah berjuang di lapangan.

Di Inggris atau kebanyakan Negara di Eropa, supporter sudah mendapatkan

pemahaman bahwa eksistensi mereka terikat oleh klub. Jadi, jika mereka berbuat

negatif, sanksi tidak hanya diberikan kepada mereka tetapi juga berlaku bagi klub

yang bersangkutan. Mereka bisa dilarang ke stadion hingga batas waktu tertentu,

sedangkan klub bisa dikenai denda dan pengurangan poin. Revolusi itu kini

menjadikan sepak bola di Inggris benar-benar menjadi industri. Kondisi di Inggris itu

Page 3: Abstract MARTHA NUGRAHA...Kemunculan teori ini sebenarnya untuk melengkapi Teori Deprivasi Relatif yang tidak menyinggung tahapan-tahapan yang menyertai munculnya kekerasan atau konflik

3

sangat mungkin segera diterapkan di Indonesia jika payung hukum yang khusus

mengatur soal suporter segera direalisasikan oleh pemerintah dan PSSI. Tidak bisa

dipungkiri, sepak bola merupakan olahraga nomor wahid dan paling merakyat di

Indonesia. Apalagi selama ini berbagai formula mulai mempertemukan pentolan

organisasi suporter hingga pemberian sanksi untuk membina suporter tidak

membuahkan hasil. Justru permusuhan itu kian terasa dan menggerogoti akal sehat

suporter Indonesia.

Menurut peneliti, berita mengenai kerusuhan suporter memiliki nilai berita

yang tinggi. Hal ini terlihat dari berbagai topik mengenai kerusuhan supporter selalu

mewarnai berbagai pemberitaan media massa pada rentan waktu bulan Juni-

September, dan salah satunya adalah pemberitaan di media cetak. Hal itulah yang

mendorong peneliti untuk melihat sejauh mana media cetak yaitu harian Joglosemar

mengemas realitas tentang kerusuhan supporter.

Masing-masing media memiliki pandangan dan sikap atau idealisme tertentu.

Hal ini tergantung dari sudut pandang wartawan dalam melihat dan memaknai fakta

yang ditemui di lapangan. Bisa jadi fakta tertentu dilihat sebagai hal yang menarik

menurut media A tetapi belum tentu menarik menurut media B. Mungkin saja ada

fakta-fakta yang ditonjolkan, atau mungkin dihilangkan.

Framing berita mencirikan cara kerja jurnalis dalam mengidentifikasi dan

mengklasifikasi sebuah peristiwa sebelum disajikan secara tepat kepada pembaca.

Kegiatan Framing merupakan kegiatan menyeleksi beberapa aspek dari realita dan

membuatnya menonjol atau dianggap penting dalam sebuah berita teks. Oleh karena

itu, frame sering diidentifikasi sebagai cara bercerita (story line) yang menghadirkan

konstruksi makna spesifik tentang objek wacana. Selain itu berperan dalam

penyelesaian dari sebuah masalah, interpretasi dari sebab akibat, evaluasi moral dan

rekomendasi metode–metode selanjutnya. Seorang wartawan bertugas tidak hanya

sekedar mengumpulkan informasi dan merangkainya menjadi sebuah berita, tetapi

juga mengarahkan pembacanya untuk melihat dari sudut pandang tertentu.

Sebuah realitas, seperti berita kerusuhan supporter pada akhirnya akan

dikonstruksi kembali oleh media masa terutama Joglosemar menjadi berita atau

Page 4: Abstract MARTHA NUGRAHA...Kemunculan teori ini sebenarnya untuk melengkapi Teori Deprivasi Relatif yang tidak menyinggung tahapan-tahapan yang menyertai munculnya kekerasan atau konflik

4

realitas media. Realitas media dibangun dan dikonstruksi berdasarkan syarat-syarat

dan aturan-aturan tertentu, atau dengan kata lain disebut pembatasan, seperti news

value, memiliki format straight news dengan model penulisan piramida terbalik, etika

jurnalistik dan juga undang-undang. Fakta-fakta yang didapat diseleksi dan disusun

kembali dengan mempertimbangkan aspek tertentu untuk kemudian disampaikan

kepada audiens. Wartawan kedua media tersebut secara sadar melakukan proses

pengabaian dan penonjolan dari konstruksi teks beritanya, proses tersebut mengarah

dalam konsep yang di sebut framing atau pembingkaian.

Proses konstruksi yang dilakukan oleh media mengenai sebuah realitas dapat

dipahami bahwa berita bukanlah sebuah cerminan dari realitas. Berita merupakan

hasil akhir dari sebuah proses konstruksi yang berisi informasi yang diyakini oleh

media kebenarannya, baru setalah itu media menyusunnya dengan menonjolkan

bagian yang dianggap penting tanpa menghilangkan fakta-fakta yang ada untuk

disampaikan kepada khalayak. Sehingga pengaruh framing yang dilakukan oleh

media berujung pada penerimaan pesan oleh khalayak. Apa yang ingin media

tanamkan kepada khalayak bisa diterima melalui fakta-fakta yang telah disusun

sedemikian rupa. Sehingga ketika khalayak membaca berita yang disajikan tadi,

memiliki opini yang terbentuk sesuai bingkai yang telah dibuat oleh media tersebut.

Penelitian ini akan meneliti berita-berita yang berisikan mengenai kerusuhan

supporter. Dengan menggunakan analisis framing maka akan diketahui bagaimana

media tersebut mengemas dan membingkai berita kerusuhan supporter. Peneliti

memilih waktu empat bulan (Juni-September 2013) dikarenakan media Joslosemar

mulai menampilkan pemberitaan mengenai kerusuhan supporter.

Rumusan Masalah

Bagaimana framing penyajian berita mengenai kerusuhan supporter pada

harian Joglosemar edisi Juni – September 2013?

Page 5: Abstract MARTHA NUGRAHA...Kemunculan teori ini sebenarnya untuk melengkapi Teori Deprivasi Relatif yang tidak menyinggung tahapan-tahapan yang menyertai munculnya kekerasan atau konflik

5

Tujuan

Untuk mengetahui framing penyajian berita mengenai kerusuhan supporter

pada harian Joglosemar edisi Juni – September 2013.

Tinjauan Pustaka

1. Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa latin, yakni communico yang artinya

membagi dan communis yang berarti membangun kebersamaan antara dua orang

atau lebih.1

Menurut Trenholm dan Arthur Jensen dalam Marhaeni Fajar

mendefinisikan komunikasi yaitu:

“A process by which a source transmits a message to a receiver

through some chanel” (Komunikasi adalah suatu proses dimana sumber

mentransmisikan pesan kepada penerima melalui berbagai saluran)2

Sedangkan menurut Menurut Raymond S. Ross dalam Jalaluddin

Rakhmat, mendefinisikan komunikasi sebagai berikut:

“a transactional process involving cognitive sorting, selecting and

sharing of symbol in such a way as to help another elicit from his own

experiences a meaning or responses similar to that intended by the

source”. (proses transaksional yang meliputi pemisahan dan pemilihan

bersama lambang secara kognitif sedemikian rupa sehingga membantu

orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau

respons yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber)3

Secara sederhana, Harold D. Lasswell seperti yang dikutip oleh Sedjaja

menggambarkan komunikasi secara mudah dengan menjawab pertanyaan berikut

1 Hafied Cangara.2009.Komunikasi Politik.Rajawali Pers:Jakarta.Hal.18 2 Fajar Marhaeni, Ilmu Komunikasi Teori&Praktik, Graha Ilmu. 2009. Hal 31 3 Rakhmat Jalaluddin,Psikologi Komunikasi, Rosdakarya, Bandung, 2009, hal 3.

Page 6: Abstract MARTHA NUGRAHA...Kemunculan teori ini sebenarnya untuk melengkapi Teori Deprivasi Relatif yang tidak menyinggung tahapan-tahapan yang menyertai munculnya kekerasan atau konflik

6

Who Says What in what chanel to whom with what effect?(Siapa mengatakan apa

dengan saluran apa kepada siapa dengan efek bagaimana?)4.

2. Pesan

Komunikasi massa dilakukan dan diselenggerakan oleh sebuah organisasi

sebagai institusi yang disebut media massa. Sebagai penyelenggara, media

memproses, memformat, dan memproduksi sekaligus mentransmisikan pesan-

pesan yang ditujukan kepada massa atau khalayak luas. “Komunikasi massa

adalah suatu proses dengan nama organisasi-organisasi media memproduksi dan

mentransmisikan pesan-pesan kepada publik yang benar, dan mentransmisikan

pesan-pesan kepada publik yang besar, dan proses dimana pesan-pesan itu dicari,

digunakan, dimengerti, dan dipengaruhi oleh audiens5.”

Organisasi-organisasi media ini akan menyebarluaskan pesan-pesan yang

akan memengaruhi dan mencerminkan kebudayaan suatu masyarakat, lalu

informasi ini akan mereka hadirkan serentak pada khalayak luas yang beragam.

Hal ini membuat media menjadi bagian dari salah satu institusi yang kuat di

masyarakat. Dalam komunikasi massa, media massa menjadi otoritas tunggal

yang menyeleksi, memproduksi pesan, dan menyampaikannya pada khalayak.

“Dalam praktiknya memproduksi pesan adalah memproses

fenomena-fenomena yang ada di masyarakat menjadi pesan, Fenomena-

fenomena di masyarakat itu bias berupa kejadian, peristiwa, opini, bisa

pula berupa situasi, kondisi, atau kecenderungan. Sedangkan pesan

merupakan format informasi, yang di media cetak bisa berupa berita,

feature, atau artikel. Di media televise, format informasi ini lebih banyak

dan beragam. Disamping berita dan format-format lain di media cetak, ada

documenter, film, sinetron, dan lain-lainnya. Kita konsepsikan saja, fakta-

fakta di masyarakat kita sebut realitas empirik, sedangkan pesan yang

diformat di media kita sebut realitas media6”.

3. Berita

4 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, 2004. Hal. 6-7 5 Littlejohn W., Theories of Human Communication. 1999. Hal 327. 6 Mursito BM, Jurnalisme Komprehensif, Literate. 2013. Hal. 17-18

Page 7: Abstract MARTHA NUGRAHA...Kemunculan teori ini sebenarnya untuk melengkapi Teori Deprivasi Relatif yang tidak menyinggung tahapan-tahapan yang menyertai munculnya kekerasan atau konflik

7

Komunikasi memiliki beberapa bentuk, namun dalam penelitian ini hanya

di fokuskan pada komunikasi massa saja. Komunikasi massa secara singkat dapat

dikatakan sebagai komunikasi melalui media massa. Media massa yang dimaksud

adalah TV, koran atau radio. Bahkan saat ini dikenal juga new media yang disebut

internet.

Dalam pengertian awam, komunikasi massa sering dipahami sebagai

“komunikasi berhadapan dengan massa,” atau “berpidato dihadapan orang

banyak.” Contohnya seorang calon legislative berpidato di hadapan massa

pendukungnya di sebuah lapangan terbuka. Secara konseptual pemahaman ini

kurang tepat. Dalam bahasa Inggris, untuk menyebut “komunikasi berhadapan

dengan massa atau publik” ini, digunakan istilah public speaking atau komunikasi

publik7.

Sedangkan ciri-ciri komunikasi massa menurut Onong Uchjana Effendy

yaitu8:

a. Komunikasi massa berlangsung satu arah

Komunikasi massa berlangsung satu arah dan tidak ada arus balik atau

feedback dari komunikan ke komunikator.

b. Komunikator pada komunikasi massa melembaga

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga,

yakni suatu institusi atau organisasi. Oleh karena itu, komunikatornya

melembaga.

c. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum karena

ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum.

d. Media massa menimbulkan keserempakan

Mempunyai kemampuan untuk menimbulkan keserempakan pada

pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.

e. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen

7 Mursito BM, Jurnalisme Komprehensif, Literate. 2013. Hal. 15-16 8 Fajar Marhaeni, Op.Cit., Hal.226-230

Page 8: Abstract MARTHA NUGRAHA...Kemunculan teori ini sebenarnya untuk melengkapi Teori Deprivasi Relatif yang tidak menyinggung tahapan-tahapan yang menyertai munculnya kekerasan atau konflik

8

Komunikan yang terlibat dalam komunikasi masa sebagai sasaran yang

dituju komunikator bersifat heterogen.

4. Kerusuhan Massa

Kemunculan teori ini sebenarnya untuk melengkapi Teori Deprivasi

Relatif yang tidak menyinggung tahapan-tahapan yang menyertai munculnya

kekerasan atau konflik. Ahli yang mengemukakan teori ini adalah N.J. Smelser

yang menjelaskan tahap-tahap terjadinya kekerasan massa. Menurutya, ada lima

tahapan yang menyertai munculnya kekerasan ini, yaitu sebagai berikut :

a. Situasi sosial yang memungkinkan timbulnya kerusuhan atau kekerasan akibat

struktur sosial tertentu, seperti tidak adanya saluran yang jelas dalam

masyarakat, tidak adanya media untuk mengungkapkan aspirasi-aspirasi, dan

komunikasi antarmereka.

b. Kejengkelan atau tekanan sosial, yaitu kondisi karena sejumlah besar anggota

masyarakat merasa bahwa banyak nilai-nilai dan norma yang sudah dilanggar.

c. Berkembangnya prasangka kebencian yang meluas terhadap suatu sasaran

tertentu. Sasaran kebencian ini berkaitan dengan faktor pencetus, yaitu

peristiwa tertentu yang mengawali atau memicu suatu kerusuhan.

d. Mobilisasi massa untuk beraksi, yaitu adanya tindakan nyata dari massa dan

mengorganisasikan diri mereka untuk bertindak. Tahap ini merupakan tahap

akhir dari akumulasi yang memungkinkan pecahnya kekerasan massa. Sasaran

aksi ini bisa ditujukan kepada pihak yang memicu kerusuhan atau di sisi lain

dapat dilampiaskan pada objek lain yang tidak ada hubungannya dengan pihak

lawan tersebut.

e. Kontrol sosial, yaitu kemampuan aparat keamanan dan petugas untuk

mengendalikan situasi dan menghambat kerusuhan. Semakin kuat kontrol

sosial, semakin kecil kemungkinan untuk terjadi kerusuhan.

5. Konstruksi Media

Setiap media memiliki nilai – nilai serta sudut pandang masing- masing

sehingga peristiwa yang sama terkadang di bingkai sedemikian rupa sehingga

dalam penyajiannya berbeda dengan media lain. Audience “membaca peristiwa”

Page 9: Abstract MARTHA NUGRAHA...Kemunculan teori ini sebenarnya untuk melengkapi Teori Deprivasi Relatif yang tidak menyinggung tahapan-tahapan yang menyertai munculnya kekerasan atau konflik

9

yang fakta-faktanya telah diseleksi, di format, diberi struktur, dan menurut

perspektif media. Seperti apa cerita suatu peristiwa bergantung pada bagaimana

media mengkonstruksinya9. Audience Istilah konstruksi atas realitas sosial

pertama kali diperkenalkan oleh Peter L.Berger dan Thomas Luckman. Ia

menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya dimana individu

menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami

bersama secara subyektif10.

Bagi Berger dan Luckmann, realitas tidak terbentuk dengan sendirinya

secara ilmiah, namun dibentuk dan dikonstruksi. Realitas berwajah ganda/plural,

setiap orang dapat memiliki konstruksi yang berbeda-beda terhadap sebuah

realitas, selain itu realitas juga bersifat dinamis dan dialektis. Realitas tidak statis

maupun tunggal karena ada relativitas sosial dari apa yang disebut pengetahuan

dan kenyataan. Teori dan pendekatan konstruksi realitas Peter L. Berger dan

Luckman telah direvisi dengan melihat variabel atau fenomena media massa

menjadi sangat subtansi dalam proses eksternalisasi, subyektivitasi dan

internalisasi. Substansi teori konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi

informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan

sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga

membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung

sinis. Pada dasarnya, pekerjaan media adalah mengkonstruksi realitas. Isi media

adalah hasil para pekerja mengkonstruksikan realitas yang dipilihnya.

6. Analisis Framing

Analisis framing merupakan perkembangan terbaru yang lahir dari

elaborasi terhadap pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menghasilkan

suatu metode yang up to date untuk memahami fenomena-fenomena media

mutakhir. Ide tentang framing pertama kali diperkenalkan oleh Beterson tahun

1955.

9 Mursito BM, Realitas Media, Smart Media, Solo, 2012. Hal. 1 10 M. Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa : Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan

Televisi, Dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L.Berger&Thomas Luckmann,

Kencana, Jakarta, 2008. Hal.13

Page 10: Abstract MARTHA NUGRAHA...Kemunculan teori ini sebenarnya untuk melengkapi Teori Deprivasi Relatif yang tidak menyinggung tahapan-tahapan yang menyertai munculnya kekerasan atau konflik

10

Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam

kategori penelitian konstruksionis. Paradigma ini memandang realitas kehidupan

sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi.11 Sehingga

dalam hal pemberitaan media, apa yang disampaikan dalam berita bukanlah

cerminan dari realitas, tetapi konstruksi dari realitas. Berita yang di sampaikan

kepada masyarakat adalah realitas yang dikonstruksi oleh wartawan. Teks berita

tak bisa dilepaskan dari proses pengolahan realitas. Bagi Peter L. Berger, realitas

tidak dibentuk secara alamiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan.

Tapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman semacam ini,

realitas berwajah ganda/plural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-

beda atas suatu realitas.12

Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau

cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis

berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang

diambil, bagian mana di tonjolkan dan dihilangkan.13 Tetapi framing bukan hanya

berkaitan dengan skema individu (wartawan), melainkan juga berhubungan

dengan proses produksi berita, kerangka kerja dan rutinitas organisasi media.14

Media framing pada dasarnya adalah framing berita yang mencerminkan

produk media sekaligus produk dari wartawannya ketika harus mengeidentifikasi

dan mengklasifikasi serta kemudian menyampaikan informasi dan opini kepada

khalayak. Dengan kata lain, media framing pada hakikatnyamerupakan konstruksi

atau pendefinisian oleh media mengenai realitas atau peristiwa-peristiwa yang ada

atau terjadi dalam masyarakat.15

Media framing dapat mempengaruhi secara sistematik bagaimana

khalayak memahami peristiwa-peristiwa, atau lebih luasnya adalah realitas.16

Bagaimana media mengkonstruksi realitas dapat diketahui dengan menggunakan

11 Eriyanto,Analisis Framing, Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 37 12 Ibid,hal. 15 13 Ibid, hal. 162 14 Ibid, hal. 99 15 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKIS, Yogyakarta, 2008, hal 188 16 Ibid, hal. 188

Page 11: Abstract MARTHA NUGRAHA...Kemunculan teori ini sebenarnya untuk melengkapi Teori Deprivasi Relatif yang tidak menyinggung tahapan-tahapan yang menyertai munculnya kekerasan atau konflik

11

analisis framing. Secara sederhana analisis framing dapat digambarkan sebagai

analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau

apa saja) dibingkai oleh media.17

Metodologi

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan analisis framing karena bertujuan untuk menggambarkan suatu

gejala yang diteliti dengan melihat bagaimana media memberitakan sebuah berita,

yang dalam hal ini adalah mengenai kerusuhan suporter, dengan menggunakan

analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Penelitian deskriptif

dalam menafsirkan data tidak bermaksud untuk menguji suatu teori, tetapi

mendapatkan gambaran yang cukup komprehensif tentang suatu fenomena. Data

yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti

lebih daripada sekedar angka atau frekuensi.18 Jenis berita yang diambil dalam

penelitian ini adalah straight news yaitu berita yang aktual mengenai peristiwa yang

sedang terjadi.

Sajian dan Analisis Data

1. Penyajian Data

Penyajian data dan analisis data dalam penelitian ini, diawali dengan

analisis teks terhadap berita-berita yang berkaitan dengan kerusuhan suporter

pada surat kabar harian Joglosemar. Berita yang dianalisis adalah berita yang

muncul pada periode Juni - September 2013, yang sesuai dengan tema yang

diangkat oleh peneliti.

17 Eriyanto, Op.Cit., hal 3 18 Pawito, Op.Cit., hal. 35.

Page 12: Abstract MARTHA NUGRAHA...Kemunculan teori ini sebenarnya untuk melengkapi Teori Deprivasi Relatif yang tidak menyinggung tahapan-tahapan yang menyertai munculnya kekerasan atau konflik

12

Tabel II

Daftar Berita Joglosemar Yang di Teliti

No Judul Berita Tanggal Terbit

(2013)

1

2

3

Pendukung PSS Sleman Lempari Persis

Persis Siap Adukan Panpel PSS Sleman

Ricuh Suporter 8 Luka

Senin, 10 Juni

Selasa, 11 Juni

Kamis, 5 September

2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis framing. Ada

berbagai model framing yang digunakan untuk melihat upaya media dalam

mengemas berita. Setelah dilakukan penelitian, analisis data model yang

paling mendekati adalah model yang dikembangkan oleh Zhongdang Pan dan

Gerald M. Kosicki (1993). Pan dan Kosicki sendiri mendefinisikan framing

sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi

lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut.

Framing oleh Pan dan Kosicki merupakan hasil integrasi secara

bersama-sama konsepsi psikologis yang melihat frame semata sebagai

persoalan internal dengan konsep sosiologis yang lebih tertarik melihat frame

dari sisi bagaimana lingkungan sosial dikonstruksi seseorang. Dalam media

framing dipahami sebagai perangkat kognisi yang digunakan dalam informasi

membuat kode, menafsirkan dan menyimpannnya untuk dikomunikasikan

dengan khalayak, yang semuanya dihubungkan dengan konvensi, rutinitas dan

praktek kerja profesional wartawan. Framing lalu dimaknai sebagai suat

stratgi atau cara wartawan dalam mengkonstruksi dan memproses peristiwa

yang disajikan kepada khalayak.

Pan dan Kosicki mengoperasionalkan empat dimensi struktural teks

berita sebagai perangkat framing: sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Model

ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai

Page 13: Abstract MARTHA NUGRAHA...Kemunculan teori ini sebenarnya untuk melengkapi Teori Deprivasi Relatif yang tidak menyinggung tahapan-tahapan yang menyertai munculnya kekerasan atau konflik

13

pusat dari organisasi ide frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan

elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti kutipan sumber, latar

informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu kedalam teks secara

keseluruhan). Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang

memaknai suatu peristiwa dapat dilihat dalam tanda yang dimunculkan dalam

teks. Secara singkat empat dimensi sebagai perangkat framing yang di

kembangkan oleh Pan dan Kosicki adalah sebagai berikut:

1. Strukktur Sintaksis

Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata atau frase

dalam kalimat. Kaitannya dengan bagaimana wartawan menyusun

peristiwa. Elemen sintaksis memberi petunjuk yang berguna tentang

bagaimana wartawan memaknai peristiwa dan hendak dibawa kemana

berita tersebut akan dibawa. Aspek-aspek yang diteliti dalam elemen

sintaksis diantaranya adalah headline, lead, latar informasi,sumber, dan

penutup

2. Struktur Skrip

Berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau

menceritakan peristiwa kedalam bentuk berita. Struktur ini melihat

bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai oleh wartawan

dalam mengemas peristiwa kedalam bentuk berita.

Struktur skrip pada umumnya terdiri dari Siapa (Who), Apa (What),

Kapan (When), Mengapa (Why), dan Bagaimana (How). Namun terkadang

dalam penyajian wacana berita, beberapa unsur terlihat lebih menonjol.

Penonjolan unsur-unsur tertentu dari kelengkapan berita inilah yang akan

memberi makna lain pada suatu berita. Skrip adalah satu strategi wartawan

dalam mengkonstruksi berita. bagaimana suatu peristiwa dengan urutan

tertentu dipahami dengan cara tertentu dengan menyususn bagian-bagian

dengan urutan tertentu.

Page 14: Abstract MARTHA NUGRAHA...Kemunculan teori ini sebenarnya untuk melengkapi Teori Deprivasi Relatif yang tidak menyinggung tahapan-tahapan yang menyertai munculnya kekerasan atau konflik

14

3. Struktur Tematik

Dalam jurnal internasionalnya yang berjudul Framing Analysis: An

Approach to News Disourse Pan dan Kosicki mengatakan:

We may consider a thematic structure as consisting of a summary

and a main body. The summary is usually represented by the headline,

lead, or conclusion. The main body is where evidence supporting a

hypothesis is introduced that contains episodes,background information,

and quotes .(Kami mungkin mempertimbangkan tematik struktur yang

terdiri dari ringkasan dan tubuh utama. Ringkasan biasanya diwakili oleh

judul, lead, atau kesimpulan. Tubuh utama adalah di mana bukti yang

mendukung hipotesis diperkenalkan yang berisi episode, latar belakang

informasi, dan kutipan)

Maka dari itu tema suatu berita dapat dilihat dari bagian penting

yaitu headline, lead dan penutup. Selain itu juga berhubungan dengan

bagaimana wartawan menuliskan pandangannya atas peristiwa kedalam

proposisi, kalimat atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks

secara keseluruhan . Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu

diwujudkan dalam bentuk yang lebih kecil.

Ada beberapa perangkat tematik yang dapat diamati salah satunya

adalah koherensi, yaitu menyangkut pertalian atau jalinan antar kata,

proposi, atau kalimat. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta

berbeda dihubungkan dengan menggunakan koherensi. Fakta yang tidak

berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seorang

wartawan menghubungkannya.

Ada beberapa macam koherensi, Pertama, koherensi sebab akibat,

yang memandang proposisi atau kalimat satu dipandang akibat atau sebab

dari proposisi lain. Kedua, Koherensi yang memandang kalimat satu

dilihat sebagai penjelas kalimat lain. Ketiga, Koherensi pembeda yaitu

proposisi atau kalimat satu dipandang kebalikan atau lawan dari proposisi

atau kalimat lain.

Page 15: Abstract MARTHA NUGRAHA...Kemunculan teori ini sebenarnya untuk melengkapi Teori Deprivasi Relatif yang tidak menyinggung tahapan-tahapan yang menyertai munculnya kekerasan atau konflik

15

4. Struktur Retoris

Berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu

ke dalam berita. Struktur ini akan melihat bagaimana wartawan memakai

pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya

mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti teretentu kepada

pembaca.

Dari analisis berita yang dilakukan Solopos dan Joglosemar sering

menempatkan pemberitaan mengenai keikutsertaan Jokowi dalam Pilkada

DKI Jakarta pada halaman depan, yang menandakan bahwa peristiwa

tersebut mempunyai news value yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan

adanya unsur kedekatan antara kedua media dan juga Jokowi yang

notabene berasal dari kota Solo dimana kedua media tersebut tumbuh dan

berkembang.

Kesimpulan

Harian Umum Joglosemar media cetak yang tumbuh dan berkembang di

kota Solo. Dalam peristiwa kerusuhan suporter, media tersebut cukup banyak

memberitakan mengenai kerusuhan suporter. Dari sekitar 14 berita yang ada,

hanya diambil 3 berita yang sesuai dengan tema yang diambil.

Dalam proses framing media tersebut memiliki cara penyampaian dan

gaya bahasa untuk dituangkan dalam sebuah berita, yang nantinya akan disajikan

pada khalayak. Ada fakta yang dihilangkan, maupun ditonjolkan, hal tersebut

merupakan salah satu proses konstruksi. Dari hasil penelitian yang dilakukan

dengan metode Pan dan Kosicki untuk melihat frame harian umum Joglosemar

dalam kerusuhan suporter didapatkan kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Hasil Framing Analisis Teks.

a. Pada berita “Ricuh Suporter, Delapan Luka” yang terbit kamis, 5

September 2013, Joglosemar menyebutkan suporter dari Persis Solo hanya

Page 16: Abstract MARTHA NUGRAHA...Kemunculan teori ini sebenarnya untuk melengkapi Teori Deprivasi Relatif yang tidak menyinggung tahapan-tahapan yang menyertai munculnya kekerasan atau konflik

16

satu yaitu Pasoepati, sedangkan fakta yang ada suporter Persis Solo telah

terpecah menjadi dua, yaitu Pasoepati dan Casual.

b. Pada berita “Persis Siap Adukan Panpel PSS Sleman” yang terbit selasa, 11

Juni 2013, terdapat berita follow up dari berita sebelumnya “Pendukung

PSS Sleman Lempari Persis” yang tetap menyebut pelaku kerusuhan

adalah dari pihak suporter PSS Sleman yaitu BCS (Brigata Curva SUD).

c. Pada berita “Pendukung PSS Sleman Lempari Persis” yang terbit senin, 10

Juni 2013, Joglosemar menggunakan judul berita tentang peristiwa yang

terjadi di dalam stadion, tetapi pada lead berita justru membahas kejadian

amukan Pasoepati di perbatasan Sleman-Klaten yang dikarenakan tidak

diperbolehkannya Pasoepati masuk ke area Sleman.

d. Pada berita “Persis Siap Adukan Panpel PSS Sleman” yang terbit selasa, 11

Juni 2013, terdapat isi berita yang tidak menyangkut judul berita. Pada

akhir berita terdapat informasi tentang kesiapan tim Persis Solo pada

putaran kedua, hal tersebut tidak relevan dengan tema berita.

2. Hasil Wawancara mengapa framing Joglosemar seperti yang terdapat di

Analisis Teks.

a. Joglosemar menghilangkan fakta dan menonjolkan fakta.

b. Skema Berita di Surat Kabar Joglosemar belum memenuhi unsur

pembuatan berita.

Saran

1. Hasil penelitian memperlihatkan Joglosemar dalam pemberitaan kerusuhan

suporter telah menonjolkan dan menghilangkan fakta. Joglosemar seharusnya

menyadari fungsinya yang berperan sebagai sumber informasi bagi

masyarakat, hendaknya menyampaikan informasi secara netral dan juga

berimbang, serta menuliskan fakta-fakta yang ada tanpa memihak pihak

tertentu. Sehingga apa yang diterima masyarakat merupakan informasi yang

dapat dipercaya kebenaranya.

Page 17: Abstract MARTHA NUGRAHA...Kemunculan teori ini sebenarnya untuk melengkapi Teori Deprivasi Relatif yang tidak menyinggung tahapan-tahapan yang menyertai munculnya kekerasan atau konflik

17

2. Hasil penelitian memperlihatkan Joglosemar dalam pemberitaan kerusuhan

suporter skema berita yang digunakan belum memenuhi unsur pembuatan

berita. Dalam membuat skema berita hendaknya juga memperhatikan tentang

koherensi antara judul yang dimuat dan isi berita yang disajikan, sehingga

masyarakat tidak rancu dalam menerima informasi yang diberikan.

Daftar Pustaka

Bungin, M. Burhan. (2008). Kostruksi Sosial Media Massa : Kekuatan Pengaruh

Media Massa, Iklan Televisi, Dan Keputusan Konsumen Serta Kritik

Terhadap Peter L. Berger & Thomas Luckman. Jakarta : Kencana.

Cangara, Hafied. (2009). Komunikasi Politik. Jakarta : Rajawali Pers.

Eriyanto. (2002). Analisis Framing Konstruksi, Ideologi dan Politik Media.

Yogyakarta : LkiS.

Fajar, Marhaeni. (2009). Ilmu Komunikasi Teori & Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. (2009). Jurnalistik Teori dan

Praktik. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mursito BM. (2013). Jurnalisme Komprehensif. Solo : Literate.

__________. (2012). Realitas Media. Solo : Smart Media.

Pawito. (2009). Komunikasi Politik Media Massa dan Kampanye Pemilihan.

Yogyakarta : Jalasutra.

_____. (2008). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LkiS.

Rakhmat, Jalaluddin. (2009). Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosdakarya.

Sutopo, HB. (2002). Metode Penelititan Kualitatif. UNS Press.

Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo.

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Framing Analysis : An Approach to News

Discourse. Political Communication, Volume 10.