manual plasenta mei rifki
DESCRIPTION
fk unibTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat
implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara
manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong
persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri. Pada umumnya ditunggu
sampai 30 menit dalam lahirnya plasenta secara spontan atau dgn tekanan ringan pada
fundus uteri yang berkontraksi. Bila setelah 30 menit plasenta belum lepas sehingga
belum dapat dilahirkan atau jika dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang
banyak, plasenta sebaiknya dikeluarkan dengan segera.
Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan
retensio plasenta. Retensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan. Perdarahan yang
disebabkan karena retensio plasenta dapat terjadi karena plasenta lepas sebagian,
yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding
uterus bisa disebabkan karena:
a). Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva),
b).Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus
desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
Teknik operasi plasenta manual tidaklah sukar, tetapi harus diperkirakan
bagaimana persiapkan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita.
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan
oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III,
sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi
keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta). Sehingga dilakukan tindakan manual
plasenta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pengertian
Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat
implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara
manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong
persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri. Pada umumnya ditunggu
sampai 30 menit dalam lahirnya plasenta secara spontan atau dgn tekanan ringan pada
fundus uteri yang berkontraksi. Bila setelah 30 menit plasenta belum lepas sehingga
belum dapat dilahirkan atau jika dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang
banyak, plasenta sebaiknya dikeluarkan dengan segera.
Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan
retensio plasenta. Retensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan. Perdarahan yang
disebabkan karena retensio plasenta dapat terjadi karena plasenta lepas sebagian,
yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
II.2. Indikasi
Adapun indikasi manual plasenta adalah sebagai berikut:
- Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah
uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta). Sehingga
perlu dilakukan tindakan manual plasenta.
- Obstetri operatif dengan narkose
- Sejarah perdarahan postpartum pada persalinan yang lalu
- Dalam waktu menunggu timbul perdarahan yang banyak
- Pada kasus-kasus dimana diperkirakan terjadi perdarahan misalnya, pada
grandemultipara, hidramnion, gemeli, janin besar, ibu lemah, atoni uteri dan
sebagainya.
II.3. Persiapan Sebelum Tindakan Manual Plasenta
1. Pasien
a) Cairan dan selang infuse sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha
sudah dibersihkan.
b) Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi
c) Siapkan kain alas bokong, sarrung kaki dan penutup perut bawah
d) Medikamentosa
- Analgetika (Phetidin 1-2 mg/kg BB, Ketamin Hcl 0,5 mg/kg BBT,
Tramadol 1-2 mg/kg BB)
- Sedative (Diazepam 10 mg)
- Atropine Sulfas 0,25-0,55 mg/ml
- Uteretonika (Oksitosin,Ergometrin, Prostaglandin)
- Cairan NaCl 0,9% dan RL
- Infuse Set
- Larutan Antiseptik (Povidon Iodin 10%)
- Oksigen dengan regulator
2. Penolong
a) Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kaca mata : 3 set
b) Sarung tangan DTT/steril : sebaiknya sarung tangan panjang
c) Alas kaki (sepatu boot karet) : 3 pasang
d) Instrument
- Kocher: 2, Spuit 5 ml dan jarum suntik no 23G
- Mangkok tempat plasenta : 1
- Kateter karet dan urine bag : 1
- Benang kromk 2/0 : 1 rol
- Partus set
II.4. Teknik Manual Plasenta
Untuk mengeluarkan plasenta yang belum lepas jika masih ada waktu dapat
mencoba teknik menurut Crede yaitu uterus dimasase perlahan sehingga berkontraksi
baik dan dengan meletakkan 4 jari dibelakang uterus dan ibu jari didepannya, uterus
dipencet di antara jari-jari tersebut dengan maksud untuk melepaskan plasenta dari
dinding uterus dan menekannya keluar. Tindakan ini tidaklah selalu berhasil dan
tidak boleh dilakukan secara kasar.
Sebelum mengerjakan manual plasenta, penderita disiapkan pada posisi
litotomi. Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCl
atau Ringer Laktat. Anestesi diperlukan kalau ada constriction ring dengan
memberikan suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi ini berguna untuk
mengatasi rasa nyeri. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu
tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan
jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut.
Gambar 1. Meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut
Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu
melewati serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring), ini
dapat diatasi dengan mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan yang
membentuk kerucut tadi. Sementara itu, tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri
dari luar dinding perut ibu sambil menahan atau mendorong fundus itu ke bawah.
Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah permukaan fetalnya ke
arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala tiga, biasanya telah ada bagian pinggir
plasenta yang terlepas.
Gambar 2. Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus
Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di
dalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu. Dengan
gerakan tangan seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya bila
memungkinkan sementara tangan yang di luar tetap menahan fundus uteri supaya
jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan uterus (perforasi)
dapat dihindarkan.
Gambar 3. Mengeluarkan plasenta
Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui
kalau ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang tersisa. Pada
waktu ekplorasi sebaiknya sarung tangan diganti yang baru. Setelah plasenta keluar,
gunakan kedua tangan untuk memeriksanya, segera berikan uterotonik (oksitosin)
satu ampul intramuskular, dan lakukan masase uterus. Lakukan inspeksi dengan
spekulum untuk mengetahui ada tidaknya laserasi pada vagina atau serviks dan
apabila ditemukan segera di jahit.
Jika setelah plasenta dikeluarkan masih terjadi perdarahan karena atonia uteri
maka dilakukan kompresi bimanual sambil mengambil tindakan lain untuk
menghetikan perdarahan dan memperbaiki keadaan ibu bila perlu.
Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat
dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada
umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus
dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis
dibandingkan dengan kuretase pada abortus. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa
plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per-
oral. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan
infeksi sekunder.
II.5. Komplikasi
Kompikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain infeksi/
komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan, multiple organ
failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ dan
sepsis, ialah apabila ditemukan plasenta akreta. Dalam hal ini villi korialis menembus
desidua dan memasuki miometrium dan tergantung dari dalamnya tembusan itu
dibedakan antara plasenta inakreta dan plasenta perkreta. Plasenta dalam hal ini tidak
mudah untuk dilepaskan melainkan sepotong demi sepotong dan disertai dengan
perdarahan. Jika disadari adanya plasenta akreta sebaiknya usaha untuk
mengeluarkan plasenta dengan tangan dihentikan dan segera dilakukan histerektomi
dan mengangkat pula sisa-sisa dalam uterus.
II.6. Prosedur Klinik Manual Plasenta
1. Persetujuan Tindakan Medik
Informed consent merupakan persetujuan dari pasien dan keluarga
terhadap tindakan medic yang akan dilakukan terhadap dirinya oleh
dokter/bidan. Persetujuan diberikan setelah pasien diberikan penjelasan yang
lengkap dan objektif tentang diagnosis retensio plasenta, upaya penyembuhan,
tujuan dan pilihan tindakan yang akan dilakukan.
a. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa Anda petugas yang
akan melakukan tindakan medik.
b. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan pada retensio plasenta.
c. Jelaskan bahwa setiap tindakan medik mengandung risiko, baik yang
telah diduga sebelumnya, maupun tidak
d. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas tentang
penjelasan tersebut di atas
e. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk mendapat
penjelasan ulang apabila ragu dan belum mengerti
f. Setelah pasien dan keluarganya mengerti dan memberikan persetujuan
untuk dilakukan tindakan ini, minta persetujuan secara tertulis dengan
mengisi dan menandatangani formulir yang telah disediakan.
g. Masukkan lembar persetujuan tindakan yang telah ditandatangani ke
dalam rekam medik pasien
2. Tindakan Penetrasi Ke Kavum Uteri
a. Intruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik melalui karet
infuse.
b. Lakukan kateterisasi kandung kemih.
- Pastikan kateter masuk kedalam kandung kemih dengan benar.
- Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan.
c. Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegakan tali pusat sejajar lantai.
d. Secara obstetrik masukkan satu tangan (punggung tangan ke bawah)
kedalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah.
e. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk
memegang kocher kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri.
f. Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan ke dalam kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
g. Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke
pangkal jari telunjuk).
h. Melepas Plasenta dari Dinding Uterus
1) Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah
- Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila
dibagian depan, pindahkan tangan ke bagian depan tal pusat
dengan punggung tangan menghadap ke atas.
- Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat
implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari di antara
plasenta dan dinding uterus, dengan punggung tangan mengahadap
ke dinding dalam uterus.
- Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (dinding
tangan pada dinding kavun uteri) tetapi tali pusat berada di bawah
telapak tangan kanan.
2) Kemudian gerakan tangan kanan menyusuri plasenta dengan bagian
ulnar sambil bergeser ke cranial sehingga semua permukaan maternal
plasenta dapat dilepaskan
Catatan : Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu
(pasien), lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi penyuliit.
i. Mengeluarkan Plasenta
- Sementara satu tangan masih berada di kavum uteri, lakukan
eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang
masih melekat pada dinding uterus.
- Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada
saat plasenta dikeluarkan.
- Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat
sambil tangan dalam menarik plasenta ke luar (hindari percikan
darah).
- Letakan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan.
- Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke
dorsokranial setelah plasenta lahir.
- Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar
3. Dekontaminasi Pasca Tindakan
Alat-alat yang digunakan untuk menolong di dekontaminasi, termasuk
sarung tangan yang telah di guanakan penolong ke dalam larutan antiseptik.
a. Sementara masih menggunakan sarung tangan, masukkan bahan dan
instrumen yang akan dipergunakan lagi ke dalam wadah yang mengandung
klorin 0,5% dan rendam selama 10-20 menit.
b. Buang bahan habis pakai ke dalam tempat sampah yang tersedia
(mengandung larutan klorin 0,5%)
c. Bersihkan bagian-bagian yang tercemar oleh darah atau cairan tubuh
dengan larutan klorin 0,5%
d. Bersihkan sarung tangan dengan larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan
secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut
4. Cuci Tangan Pascatindakan
Mencuci kedua tangan setelah tindakan untuk mencegah infeksi.
a. Setelah melepas sarung tangan, cuci tangan dengan sabun dibawah air
mengalir
b. Keringkan tangan dengan handuk yang bersih.
5. Perawatan Pasca Tindakan
a. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan instruksi
apabila masih diperlukan.
b. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom yang
tersedia.
c. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk dipantau.
d. Jelaskan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai
dilaksanakan dan pasien masih memerlukan perawatan.
e. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai
tetapi pasien masih memerlukan perawatan.
f. Jelaskan pada petugas tentang perawatan apa yang masih diperlukan,
lama perawatan dan apa yang perlu dilaporkan (di Rumah Sakit).
g. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi
perawatan dan pengobatan serta laporkan bila pada pemantauan lanjut
ditemukan perubahan-perubahan.
BAB III
KESIMPULAN
Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat
implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara
manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong
persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri.
Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan
pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan
uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah
persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan
dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus. Plasenta sudah lepas,
akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi perdarahan yang merupakan indikasi
untuk mengeluarkannya. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebabkan oeh gangguan kontraksi uterus.
Telah dijelaskan bahwa kalau ada perdarahan banyak maka mungkin plasenta
akan dilepas secara manual plasenta terlebih dahulu. Tetapi dalam hal ini adalah
indikasi untuk perdarahan bukan karena retensio plasenta. Untuk mempermudah
berikut dicantumkan teknik manual plasenta dalam bentuk bagan.
LANGKAH-LANGKAHPERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
1. Sapa pasien dan keluarga, perkenalkan bahwa anda petugas yang akan melakukan tindakan medik
2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan pada Retensio Plasenta
3. Jelaskan bahwa setiap tindakan medik, mengandung risiko, baik yang telah diduga sebelumnya, maupun tidak
4. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas tentang penjelasan tersebut diatas
5. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk mendapat penjelasan ulang, apabila ragu atau belum mengerti
6. Setelah pasien dan keluarganya mengerti dan memberikan persetujuan untuk dilakukan tindakan ini, mintakan persetujuan secara tertulis, dengan mengisi dan menandatangani formulir yang telah disediakaan
7. Masukkan lembar Persetujuan Tindakan Medik yang telah diisi dan ditandatangani kedalam catatan medik pasien
8. Serahkan kembali catatan medik pasien setelah diperiksa kelengkapannya, catatan kondisi pasien dan pelaksanaan instruksi
PERSIAPAN SEBELUM TINDAKANA. PASIEN9. Cairan dan slang infus sudah terpasang. Perut bawah dan
lipat paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun10. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi
kardiopulmoner11. Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut
bawah12. Medikamentosa:
a. Analgetika (Pethidin 1-2 mg/kgBB, Ketamin HCl 0,5 mg/kgBB, Tramadol 1-2 mg/kgBB)
b. Sedativa (Diazepam 10 mg)c. Atropin Sulfas 0,25-0,50 mg/mld. Uterotonika (Oksitosin, Ergometrin, Prostaglandin)
13. Larutan Antiseptik (Povidon Iodin 10%)14. Oksigen dengan RegulatorB. PENOLONG (Operator dan Asisten)15. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan
kacamata pelindung: 3 set16. Sarung tangan DTT/Steril: 4 pasang17. Alas kaki (Sepatu/”boot” karet): 3 pasang18. Instrumen:
a. Kocher: 2, Tabung suntik 5 ml dan jarum suntik No. 23 G
b. Mangkuk logam (wadah plasenta): 1c. Kateter karet dan penampung air kemih: 1
d. Benang kromik 1/0, plain 0, sutra 2/0: 1 rol (masing-masing)
e. Partus set: 1 setPENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN
19. Cuci tangan hingga siku dengan sabun dibawah air mengalir
20. Keringkan tangan dengan handuk DTT21. Pakai baju dan alas kaki kamar tindakan, masker dan
kacamata pelindung22. Pakai sarung tangan DTT/Steril23. Pasien dengan posisi lithotomi, pasangkan alas bokong,
sarung kaki dan penutup perut bawah, fiksasi dengan klem kain
TINDAKAN PENETRASI KE KAVUM UTERI24. Instruksikan asisten untuk memberikan sedativa dan
analgetik melalui karet infus (Pethidin diberikan intramuskuler)
25. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, sisihkan labium mayus kiri dan kanan ke lateral sehingga tampak muara urethra, dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan, masukkan kateter ke urethra hingga 0,5 cm, lepaskan labium mayus, pindahkan telunjuk kiri ke dinding depan vagina (dasar urethra) kemudian dorong kateter (dengan tuntunan telunjuk kiri)hingga memasuki kandung kemih
26. Setelah kandung kemih dikosongkan. Lepaskan kateter, masukkan ke dalam wadah yang tersedia. Dengan tangan kiri, jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegangkan tali pusat sejajar lantai
27. Secara obstetrik tangan kanan (punggung tangan kebawah) dimasukkan ke vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah
28. Setelah tangan kanan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk memegang kocher, kemudian tangan kiri penolong menahan fundus uteri
29. Sambil menahan fundus uteri dengan tangan kiri, tangan kanan masuk kedalam cavum uteri hingga mencapai tempat implantasi plasenta
30. Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam, dengan ibu jari merapat ke pangkal jari telunjuk
MELEPAS PLASENTA DARI DINDING UTERUS31. Tentukan implantasi plasenta di corpus uteri bagian
belakang atau bagian depan, temukan tepi plasenta yang
paling bawah32. Bila berada di belakang, tali pusat tetap disebelah atas.
Bila di bagian depan, pindahkan tangan ke bagian depan tali pusat dengan punggung tangan menghadap ke atas
33. Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari diantara plasenta dan dinding uterus. Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (punggung tangan menghadap dinding uterus) tetapi tali pusat berada dibawah telapak tangan kanan
34. Kemudian gerakkan tangan kanan kekiri dan kanan sambil bergeser ke kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
35. Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu (pasien),lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi penyulit.
MENGELUARKAN PLASENTA36. Sementara tangan kanan masih di dalam cavum uteri,
lakukan eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus.
37. Pindahkan tangan kiri ke supra simfisis untuk menehan uterus bagian bawah.
38. Kemudian instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat sambil tangan kanan menarik plasenta keluar.
39. Setelah plasenta lahir, letakkan plasenta kedalam tempat yang telah disediakan.
40. Tangan kiri sedikit mendorong uterus ke dorsokranial (untuk mengembalikan posisi uterus).
41. Perhatiakn kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar.
DEKONTAMINASI42. Sementara masih menggunakan sarung tangan, masukkan
bahan dan instrumen yang akan dipergunakan lagi kedalam wadah yang mengandung klorin 0.5 % dan rendam selama 10-20 menit.
43. Buang bahan habis pakai kedalam tempat sampah yang tersedia (mengandung larutan klorin 0.5 %).
44. Bersihkan bagian-bagian yang tercemar darah atau cairan tubuh dengan larutan klorin 0.5 %.
45. Bersihkan sarung tangan dengan larutan klorin 0.5 %, kemudian lepaskan secara terbalik dan rendam dalam
larutan tersebut.CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN
46. Setelah melepas sarung tangan, cuci tangan kembali dengan sabun dibawah air mengalir.
47. Keringkan tangan dengan handuk/tissue yang bersih.PERAWATAN PASCA TINDAKAN
48. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan instruksi apabila diperlukan.
49. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan didalam kolom yang tersedia pada catatan medik penderita.
50. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting yang memerlukan pemantauan ketat. (pitosin drip diberikan hingga 6 jam pasca tindakan.) Bila keadaan umum baik, lepaskan infus.
51. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai dilaksanakan dan pasien masih memerlukan perawatan.
52. Bersama petugas yang akan melakukan perawatan, jelaskan perawatan apa yang masih diperlukan, lama perawatan serta laporkan pada petugas jika ada keluhan/ gangguan pasca tindakan.
53. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi perawatan dan pengobatan serta laporkan segera bila pada pemantauan lanjut ditemukan perubahan-perubahan seperti yang ditulis dalam catatan pasca tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Modul “Safe Motherhood” Dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter
di Indonesia. Jakarta: Konsorsium Ilmu Kesehatan Depdikbud &
Depkes & WHO; 1997. Hal: IID-7 – IID-10.
2. F. Gary Cunningham, Norman F. Gant, Kenneth J. Leveno, et all.
Obstetri Williams Vol. 1. Jakarta: EGC; 2004.
3. Supono. Ilmu Kebidanan. Palembang: FK Unsri; 1985.
4. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka;
2008.
5. Obstetri patologi Bagian obgyn FK UNPAD 1981
6. SINOPSIS OBSTETRI DR RUSTAM MOHTAR EDISI 2 EGC
JAKARTA 1998