manajemen pengadaan koperasi dan lingkungan koperasi serta perkembangan (2)

Upload: rachman-sam

Post on 18-Jul-2015

706 views

Category:

Documents


42 download

TRANSCRIPT

KELOMPOK

5(1192040089) (1192040093) (1192040095) (1192040097) (1192040101) (1192040103) (1192040106) (1192040108) (1192040082) (1192040067)

ANGGOTA : MUH. ISMAIL MUSTAFA INDAH RAMADHANI SUSILOWATI SUKMA WANA MARISKA NURHAMZAH HERIANTO RUSNIATI RESKI WAHYUNI DWI WAHYUNI ICHSAN

Manajemen Pengadaan

Pentingnya Pengadaan Tingkat pentingnya dalam manajemen pengadaan dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu: 1. Aspek keuangan Frekuensi pengadaan menyebabkan perbedaan pada biaya pengadaan. Maka dari ituperlu dipilih frekuensi pengadaan yang menggunakan biaya paling rendah. 2. Aspek barang Bagaimana menyediakan barang kepada anggota dengan baik dan benar. 3. Aspek tempat Dimana barang yang dibutuhkan konsumen harus disimpan agar tidak mudah rusak. 4. Aspek harga Koperasi harus menyediakan barang dengan harga yang murah tanpa harus mengurangi kualitas dari barang tersebut.

Pemilihan Asal, Jenis, dan Jumlah Barang

1) Pemilihan asal barang Koperasi hendaknya berfungsi sebagai pedagang perantara, dengan harapan saluran distribusi menjadi semakin pendek sehingga harga menjadi semakin murah. 2) Pemilihan jenis barang Bagian pengadaan barang ini harus memahami betul jenis barang agar tidak terjadi kesalahan dalam membeli barang. 3) Pemilihan jumlah barang Bagian pengadaan barang harus paham betul jumlah barang yang dibutuhkan oleh para konsumen. Pengendalian Persediaan Memudahkan pengawasan Mengurangi resiko hilang, rusak, dan usang Meringankan biaya perawatan Meringankan biaya gudang

LINGKUNGAN KOPERASI INDONESIAlingkungan yang mempengaruhi hidup koperasi di Indonesia ini dapat dikelompokkan ke dalam : a. Lingkungan hukum politik; b. Lingkungan ekonomi; c. Lingkungan sosial; d. Lingkungan etika dan kebudayaan; e. Lingkungan pertahanan dan keamanan; f. Lingkungan teknologi; g. Lingkungan internasional.

1.

2.

3.

Lingkungan Hukum dan Politik Yang dimaksud di sini ialah adanya usaha pemerintah untuk mengadakan tertib hukum serta politik, sehingga diperoleh kestabilan pemerintah. Lingkungan Ekonomi Menurut Robert J. Holloway dan Robert S. Hancock lingkungan ekonomi dapat dibagi ke dalam : a) Lingkungan konsumen yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial terdiri dari keadaan-keadaan sosiologis, psikologis dan antropologis b) Situasi persaingan c) Situasi harga-harga Lingkungan Sosial Secara sosiologis terdapat perkembangan yang pesat dalam hal bahwa konsumen/anggota koperasi merasa dirinya dapat berbuat bebas sesuai dengan apa yang dirasakannya akan menguntungkan dirinya. Oleh karena itu pengurus koperasi harus dapat menyesuaikan kegiatannya pada kecenderungan seperti ini, yaitu harus dapat memberikan jasa yang melawan dibandingkan dengan kegiatan badan usaha lainnya.

4. Lingkungan Etika dan Budaya Dalam hal ini menyangkut segi-segi etika dan kebudayaan manusia, akan ditinjau para anggota terhadap koperasi hal mana merupakan faktor yang perlu diperhatikan dengan baik di dalam pengurus menjalankan koperasi . 5. Lingkungan Pertahanan dan Keamanan Pada hakekatnya berupa lingkungan/situasi stabilitas politik yang dapat dipertahankan baik dari kekuatan-kekuatan dari dalam maupun dari luar. Apabila kesadaran ini menguntungkan baik nasional maupun lokal maka pengelolaan koperasi dapat dijalankan secara lebih baik. 6. Lingkungan Teknologi Apabila koperasi tidak ikut serta memanfaatkan teknologi modern karena satu dan lain hal, seperti tingkat edukasi, kekurangan modal dan lain-lain maka persoalan-persoalan yang kompleks itu jelas tidak akan dapat diselesaikan. Padahal sebenarnya teknik-teknik (ilmiah) sudah tersedia/ada, tinggal menerapkannya saja. 7. Lingkungan Internasional Secara tidak langsung pengaruh lingkungan internasional ini dapat dirasakan oleh koperasi, misalnya dengan naiknya harga minyak yang mendorong naiknya harga-harga pada umumnya sehingga anggota tidak membeli pada koperasi.

Perkembangan dan Pengembangan Koperasi di Indonesia

Awal mula perkembangan koperasi di indonesia

Struktur organisasi koperasi di Indonesia mirip dengan lembaga kemasyarakatan yang strukturnya primer sampai ke tingkat nasional. Karena hal itu, menyebabkan kurang efektifnya peran organisasi sekunder didalam membantu koperasi primer. tidak heran, menjadi sebuah fenomena di masa akan datang yang harus diubah karena adanya perubahan pola pikir terhadap perkembangan bisnis yang ada di dunia, yaitu era globalisasi. bersama awal berdirinya koperasi hanya ada koperasi simpan pinjam, sekarang telah berkembang menjadi beberapa bentuk koperasi yang ada di Indonesia yang sangat bervariasi bentuknya. koperasi yang didirikan pada abad ke 19 awalnya belum mengalami kemajuan yang begitu pesat di karenakan faktor antara lain mungkin karena pada saat koperasi didirikan indonesia belum menggenggam kemerdekaan, koperasi mengalami perkembangan yang cukup pesat setelah indonesia memproklamirkan kemerdekaan indonesia.

koperasi di indonesia didirikan atas dukungan pemerintah agar dapat memperluas lapangan pekerjaan, sebelum didirikannya koperasi mungkin lebih banyak pengangguran di banding dengan saat ini, dengan adanya koperasi paling tidak dapat mengurangi tingkat pengangguran di negara kita dan membuka lapangan pekerjaan lebih luas lagi, informasi ini saya dapatkan yang saya dapatkan dari google bahwa sampai pada bulan november 2001 tercatat di Indonesia ada sekitar 103.000 unit koperasi, dengan jumlah keseluruhan anggotanya kurang lebih sebanyak 26.000.000 orang.

Perkembangan koperasi sebelum era kemerdekaan

Di Indonesia, ide-ide perkoperasian diperkenalkan pertama kali oleh Patih di Purwokerto, Jawa Tengah, R. Aria Wiraatmadja yang pada tahun 1896 mendirikan sebuah Bank untuk Pegawai Negeri. Cita-cita semangat tersebut selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode. Pada tahun 1908, Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo memberikan peranan bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Pada tahun 1915 dibuat peraturan Verordening op de Cooperatieve Vereeniging, dan pada tahun 1927 Regeling Inlandschhe Cooperatieve. Pada tahun 1927 dibentuk Serikat Dagang Islam, yang bertujuan untuk memperjuangkan kedudukan ekonomi pengusahapengusaha pribumi. Kemudian pada tahun 1929, berdiri Partai Nasional Indonesia yang memperjuangkan penyebarluasan semangat koperasi. Hingga saat ini kepedulian pemerintah terhadap keberadaan koperasi nampak jelas dengan membentuk lembaga yang secara khusus menangani pembinaan dan pengembangan koperasi

Perkembangan koperasi setelah kemerdekaan

Setelah era kemerdekaan di Indonesia, koperasi mulai perlahan menunjukkan perubahan. pada tahun 1945,Koperasi masuk dalam tugas Jawatan Koperasi serta Perdagangan Dalam Negeri dibawah Kementerian Kemakmuran. Setelah itu, pada tahun 1946 koperasi memasuki Urusan Perdagangan Dalam Negeri dimasukkan pada Jawatan Perdagangan, sedangkan Jawatan Koperasi berdiri sendiri mengurus soal koperasi. kemudian tahun 1947-1948,Jawatan Koperasi dibawah pimpinan R. Suria Atmadja, pada masa ini ada suatu peristiwa yang cukup penting yaitu tanggal 12 Juli 1947, Gerakan Koperasi mengadakan Kongres di Tasikmalaya dan hasil Kongres menetapkan bahwa tanggal 12 Juli dinyatakan sebagai Hari Koperasi. pada tahun 1949 Pusat Jawatan Koperasi RIS berada di Yogyakarta, tugasnya adalah mengadakan kontak dengan jawatan koperasi di beberapa daerah lainnya. Tugas pokok yang dihasilkan telah melebur Bank dan Lumbung Desa dialihkan kepada Koperasi. Pada tahun yang sama yang diundangkan dengan Regeling Cooperatieve 1949 Ordinasi 7 Juli 1949 (SBT. No. 179). Tahun 1950 Jawatan Koperasi RI yang berkedudukan di Yogyakarta digabungkan dengan Jawatan Koperasi RIS, bekedudukan di Jakarta. tahun 1954 Pembina Koperasi masih tetap diperlukan oleh Jawatan Koperasi dibawah pimpinan oleh Rusli Rahi. Tahun 1958 Jawatan Koperasi menjadi bagian dari Kementerian Kemakmuran.tahun 1960 Perkoperasian dikelola oleh Menteri Transmigrasi Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa (TRANSKOPEMADA), dibawah pimpinan seorang Menteri yang dijabat oleh Achmadi. Tahun 1963 Transkopemada diubah menjadi Departemen Koperasi dan tetap dibawah pimpinan Menteri Achmadi . Tahun 1964 Departemen Koperasi diubah menjadi Departemen Transmigrasi dan Koperasi dibawah pimpinan Menteri ACHMADI kemudian diganti oleh Drs. Achadi, dan Direktur Koperasi dibawah pimpinan seorang Direktur Jenderal yang bernama Chodewi Ami

Perkembangan koperasi pada era sekarang

Sejarahnya koperasi sudah dikenal pada masa peralihan abad 19-20 dan berarti sudah lebih dari satu abad kemudian juga dipraktekkan oleh para pimpinan pergerakan nasional. Setelah proklamasi peranan koperasi ditulis dalam konstitusi sehingga memiliki posisi politis strategis, kemudian pada tahun 1947 gerakan koperasi menyatukan diri dalam wadah gerakan koperasi, yang saat ini bernama Dekopin, yang berarti tahun ini usia organisasi gerakan koperasi ini sudah 61 tahun Dengan modal pengalaman selama lebih dari satu abad, dukungan politis dari negara dan wadah tunggal gerakan koperasi, seharusnya koperasi Indonesia sudah bisa mapan sebagai lembaga ekonomi dan sosial yang kuat dan sehat. Tetapi kenyataan menunjukkan, koperasi yang dengan landasan konstitusi pernah didambakan sebagai soko guru perekonomian nasional itu, saat ini tidak mengalami perkembangan yang berarti, sehingga amat jauh ketinggalan dari koperasi-koperasi di negara-negara lain, termasuk koperasi di negara sedang berkembang.

Berdasarkan data dari Kementerian Negara Koperasi dan UKM, perkembangan koperasi di Indonesia tahun 2000 sampai dengan tahun 2008, menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, pada tahun 2000 jumlah koperasi sebanyak 103.077 unit, dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 155.301 unit atau meningkat 50,67%. Dalam 1 tahun terakhir jumlah Koperasi Indonesia bertambah 126 unit, yaitu Koperasi Indonesia dengan status primer bertambah 119 unit dan Koperasi Indonesia yang berstatus sekunder bertambah 7 unit. Total Koperasi Indonesia primer tingkat nasional mencapai 873 unit dan Koperasi Indonesia sekunder menjadi 165 unit. Sedangkan total Koperasi Indonesia yang tersebar di seluruh Indonesia sebanyak 149.793 Koperasi. Secara Jumlah Koperasi Indonesia memang cukup fenomenal tetapi secara kualitas masih jauh dibawah usaha - usaha kapitalis jika dibandingkan dengan koperasi internasional Selain itu, dari hasil klasifikasi dan peringkatan, jumlah Koperasi Indonesia berkualitas di tahun 2008 mencapai 42.267 Koperasi Indonesia.

Pada Tahun 2001 Sampai dengan bulan November 2001, jumlah koperasi di seluruh Indonesia tercatat sebanyak 103.000 unit lebih, dengan jumlah keanggotan sebanyak 26.000.000 orang. Jumlah itu jika dibanding dengan jumlah koperasi per-Desember 1998 mengalami peningkatan sebanyak dua kali lipat. Jumlah koperasi aktif, juga mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan, yaitu per-November 2001, sebanyak 96.180 unit .

Pada Tahun 2002 1) Jumlah Koperasi pada Akhir tahun 2002 sebesar 1.628 mengalami pertumbuhan sebanyak 151 unit atau 10,22 % dari tahun 2001 sebanyak 1.477 unit. 2) Jumlah Anggota Koperasi pada akhir tahun 2002 sebanyak 142.470 orang mengalami peningkatan sebanyak 18.713 orang atau 15,12 % dari tahun 2001 sebanyak 123.757 orang. 3) Jumlah modal sendiri pada akhir tahun 2002 sebesar Rp. 51.568.000.000,- mengalami kenaikan sebesar Rp. 84.000.000,- atau 0,16 % dari tahun 2001 sebesar Rp. 51.484.000.000,- 4) Jumlah Modal luar pada akhir tahun 2002 sebesar Rp.39.412.000.000,- mengalami kenaikan sebesar Rp.9.111.000.000,- atau 30,06 % dari tahun 2001 sebesar Rp. 30.301.000.000 5) Jumlah Asset pada akhir tahun 2002 sebesar Rp.90.980.000.000,- mengalami peningkatan sebesar Rp. 9.195.000.000,- atau 11,24 % dari tahun 2001 sebesar Rp. 81.785.000.000,- 6) Jumlah volume usaha pada akhir tahun 2002 sebesar Rp.116.485.000.000,- mengalami kenai-kan sebesar Rp. 3.115.000.000,- atau 2,74 % dari tahun 2001 sebesar Rp. 113.370.000.000,- 7) Jumlah SHU pada akhir tahun 2002 sebesar Rp. 8.642.000.000,-mengalami kenaikan sebesar Rp. 92.000.000,- atau 1,07 % dari tahun 2001 sebesar Rp. 8.550.000.000,- 8) Jumlah Karyawan Koperasi tahun 2002 sebanyak 1.684 orang, mengalami kenaikan 335 orang atau 24,83 % dari tahun 2001 sebanyak 1.349 orang.

Pada Tahun 2007 Tahun 2007 sebanyak 41.381 Koperasi Indonesia yang berkualitas sehingga terjadi peningkatan Koperasi Indonesia berkualitas sebanyak 886 Koperasi Indonesia.

Pada Tahun 2008 Dari hasil klasifikasi dan peringkatan, jumlah Koperasi Indonesia berkualitas di tahun 2008 mencapai 42.267 Koperasi Indonesia. Selama tahun 2008 Kemenkop dan UKM telah menyeleksi 3.866 Koperasi Indonesia yang memenuhi persyaratan untuk diumumkan dalam berita negara. Anggaran APBN tahun 2008 Kemenkop dan UKM sebesar Rp 1,098 triliun telah direaliasikan sebesar Rp 940,95 miliar (85,65 %) sehingga Sisa lebih Penggunaan Anggaran (SILPA) senilai Rp 157,31 miliar terdiri dari penghematan Rp 60,3 miliar dan lain-lain Rp 97,01 miliar.

Kondisi Koperasi di Indonesia Tahun 2011 :Menteri Negara Koperasi dan UKM, Syarif Hasan, mengatakan bahwa jumlah koperasi di Indonesia meningkat 5,31% dibanding tahun lalu. Data Kementerian Koperasi dan UKM menyebutkan sampai Juni 2011 total koperasi di Indonesia mencapai 186.907 unit. Dari 186.907 unit koperasi itu, memiliki 30.472 anggota dengan volume usaha sebesar Rp 97.276 triliun serta modal sendiri mencapai Rp 30,10 triliun. Dibandingkan dengan Desember 2008 angka pertumbuhan koperasi mencapai 20,6%. Pertumbuhan jumlah koperasi ini seiring dengan realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari 19 bank yang per 30 Juni 2011 ini juga mengalami peningkatan. Sejak diluncurkan 2007 lalu sampai 30 Juni 2011 realisasi penyaluran KUR sudah mencapai Rp 49,9 triliun untuk 4,804.100 debitur. Adapun target penyaluran KUR tahun 2011 sebesar Rp 20 triliun kepada 991,542 debitur.