management pain
TRANSCRIPT
MANAJEMEN NYERI
ILMU KEPANITERAAAN AN ANASTESI PERIODE 20 JANUARI – 15 FEBRUARI 2014
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Pembimbing dr. Ganda Sibabiat, Sp An.
PenyusunPhiljeuwbens A Rahantoknam (07 -016)
Keithy Dorothy Sirait (08 – 101)Christy Imelda Margaretha (08 – 007)
DEFENISI
Definisi nyeri berdasarkan International Association for the Study of Pain (IASP, 1979) adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan dimana berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial terjadi kerusakan jaringan.
Respon Stress Metabolik
Perubahan kognitif (sentral) : kecemasan, ketakutan, gangguan tidur dan putus asa
Perubahan neurohumoral : hiperalgesia perifer, peningkatan kepekaan luka
Plastisitas neural (kornudorsalis), transmisi nosiseptif yg difasilitasi sehingga meningkatkan kepekaan nyeri
Aktivasi simpatoadrenal : pelepasan renin, angiotensin, hipertensi, takikardi
Perubahan neuroendokrin : peningkatan kortisol, hiperglikemi, katabolisme
TISSUEINJURY
Central processing(Cognitive changes)
Neurohumoralaletrations
Neural plasticity(dorsal hom
Symphatoadermalactivation
Neuroendocrinealterations
Peripheral hyperalgesia
FacilitatedNociceptivetransmission
Renin angiontensinrelease
Tachycardiahypertension
Increased cortisol,Hyperglicemia,catabolism
IncreasedWoundsensitivity
Decreased regional blood flow
Platelet agregationSodium retention
Immunosupression,Increased risk ofinfection
Increased oxygen concumption
Sleep deprivation
MUSCLE SPLINTING
ANXIETY
Fear, helplessness
DEMORALISATION
IMMOBALISATION
Venousstatis
DiminishedPulmonaryfunction
DEEP VEINTHROMBOSIS Atelectasis
CORONARRY ISCHEMIA
Hypoxia
PNEUMONIA
POOR WOUND HEALING
pelepasan zat-zat kimia yg berhubungan dgn transduksi nyeri
Prostaglandin, Histamin, Serotonin, Bradikinin, Substansi P dan Lekotrein)
Perjalanan nyeri
PERJALANAN NYERI (NOCICEPTIVE PATHWAY)Proses Transduksi
Proses dimana stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal pada ujung saraf. Suatu stimuli kuat (noxion stimuli) seperti tekanan fisik kimia, suhu dirubah → suatu aktifitas listrik yg akan diterima ujung - ujung saraf perifer (nerve ending) / organ-organ tubuh (reseptor meisneri, merkel, corpusculum paccini, golgi mazoni).
Proses Transmisi
Proses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan proses transduksi melalui serabut A-delta dan serabut C dari perifer ke medulla spinalis, dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh tractus spinothalamicus dan sebagian ke traktus spinoretikularis
Proses Medulasi
Proses perubahan transmisi nyeri yang terjadi disusunan saraf pusat (medulla spinalis dan otak).
Presepsi Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses tranduksi,transmisi dan modulasi yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu proses subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri, yang diperkirakan terjadi pada thalamus dengan korteks sebagai diskriminasi dari sensorik1
Mekanisme Nyeri NosiseptorStimulasi Sebagian besar jaringan dan organ di
inervasi reseptor khusus nyeri → nociceptor → berhubungan dgn saraf aferen primer dan berujung di spinal cord.
Jika suatu stimuli (kimiawi, mekanik, panas) datang → diubah menjadi impuls saraf pada saraf aferen primer
Ditransmisikan sepanjang saraf aferen ke spinal cord → SSP
Transmisi dan presepsi nyeri Transmisi nyeri terjadi melalui serabut saraf aferen
(serabut nociceptor), yang terdiri dari dua macam: Serabut A-δ (A-δ fiber) → peka thd nyeri tajam, panas →
first pain Serabut C (C fiber) → peka thd nyeri tumpul dan lama →
second pain contoh: nyeri cedera, nyeri inflamasi Mediator inflamasi dapat meningkatkan sensitivitas
nociceptor → ambang rasa nyeri turun → nyeri Contoh:
prostaglandin, leukotrien, bradikinin → pada nyeri inflamasi substance P, CGRP (calcitoningene-related peptide) → pada
nyeri neurogenik Persepsi nyeri Setelah sampai di otak → nyeri dirasakan secara sadar
→ Menimbulkan respon : Aduuh..!!
Nyeri Neuropati
Berbeda dari nyeri nosiseptif Nyeri biasanya bertahan lebih lama dan
merupakan proses Input sensorik yang abnormal oleh sistem saraf perifer atau CNS
Biasanya lebih sulit diobati Mekanismenya mungkin karena dinamika
alami pada sistem saraf Pasien mungkin akan mengalami: rasa
terbakar, tingling, shock like, shooting, hyperalgesia atau allodynia
Mekanisme Nyeri
PERIPHERAL SENSITIZATION
Tissue Damage Inflamation Symphatic terminals
SENSITIZING “SOUP”
Hidrogens Histamine Purines Leukothriens
Norepinephrine
Potassium ions
Cytokines
Nerve Growth Factor
Bradykinin Prostaglandins
5-HT Neuropeptides
Transduction Sensitivity
High – Threshold Nociceptor
Low – Threshold Nociceptor
CENTRAL SENSITIZATION
Nociceptor input
Activity – DependentIncrease in ExotabilityOf dorsal Hom Neurons
ModifiedResponsiveness
PAIN(Mechanical Allodynia
Low ThresholdMechanoreceptors
(A-Beta fibers)
Perjalanan Nyeri
Nyeri Akut & Kronik
Nyeri kronis Nyeri AkutPengalaman
Satu situasi, status eksistensi
Satu kejadian
Sumber Tidak diketahui/ pengobatan yang terlalu lama
Sebab eksternal atau penyakit dari dalam
Waktu 1 – 6 bulan mendadak, sampai 7 hari post op
Pernyataan nyeri
Daerah yang sulit dibedakan intensitasnya, sehingga sulit dievaluasi
Daerah nyeri terkadang tidak diketahui
Gejala – gejala klinis
Pola respon yang bervariasi dengan sedikit gejala
Pola respon yang khas dengan gejala yang lebih jelas
Pola Berlangsungnya terus, dapat bervariasi.
Terbatas
Perjalanan Penderitaan meningkat setelah beberapa saat.
Biasanya berkurang setelah beberapa saat
Nyeri Akut Dan Kronik
Nyeri bisa berupa nyeri tajam, tumpul, rasa terbakar, geli (tingling), menyentak (shooting) yang bervariasi dalam intensitas dan lokasinya
Suatus timulus yang sama dapat menyebabkan gejala nyeri yang berubah sama sekali (mis. Tajam menjadi tumpul)
Gejala kadang bersifat nonspesifik Nyeri akut dpt mencetus kan hipertensi, takikardi,
midriasis → tapi tidak bersifat diagnostik Untuk nyeri kronis seringkali tidak ada tanda yang
nyata Perlu diingat: nyeri bersifat subyektif!!
Nyeri Somatik Dan Visceral
Nyeri somatik superficial
Nyeri Viseral
Kualitas Tajam, menusuk, membakar
Tajam, tumpul, nyeri terus, kejang.
Menjalar Tidak Ya Stimulasi Torehan, abrasi terlalu
panas dan dingin Distensi, iskemia, spasmus.
Reaksi otonom Tidak YaRefleks kontraksi otot
Tidak Ya
Skala Nyeri
Gbr. Wong Baker Faces Rating Scale : expresi wajah dimulai dari senyuman – menangis kesakitan
Gbr. Verbal rating scale : tidak nyeri, sedang, berat dan sangat berat
Gbr. Numerical Rating Scale (NRS) Derajat nyeri : 0 tidak nyeri 5 – 10 menunjukan nyeri berat
Gbr. Visual Analogue Scale (VAS)
Penanganan Nyeri
FARMAKOLOGIS NON - FARMAKOLOGIS
Arachodonic Acid
COX - 1 COX- 2constitutive Induced
Inhibitiondesirable
Inhibitionundesirable
Homeostatic FunctionsGastrointestinal tract Renal
tract renal tract Platelet Function Machrophage
differentiation
InflamationConstitutive : concentarion in the body is stable regardless of stimulusInduced : Increadsed concentration response to stimulus (up – regulated).
Cytokines IL – 1, TNFGrowth Factor
Glucocortiroids Cytokines IL-4
Konsep tentang Enzim COX
COX-I vs COX-II
COX-I Bersifat konstitutif Menghasilkan prostaglandin yang bertanggung jawab
terhadap keutuhan mukosa gastro intestinal dan tromboxan yang memperantarai agregasi platelet
Penghambatan COX-I menyebabkan kerusakan GICOX-II Diinduksi (up-regulated) oleh adanya asam arakidonat
dan beberapa sitokin. Dihambat oleh keberadaan glukokortikoid.
Menghasilkan protaglandin yang bertanggungjawab pada peristiwa inflamasi.
PenghambatanCOX-II dapat mencegah nyeri
Farmakologis
Non Opioid Analgetik Paracetamol NSAIDs, including, COX-2 inhibitors* Gabapentin, Pregabalin
Weak Opioid CodeinTramadolParacetamol combined with CodeineOr Tramadol
Strong Opioid MorphineDiamorphinePethidinePiritramideOxycodone
Adjuvants KetamineClonidine
Terapi penanganan nyeri berdasarkan operasiMild Intensity Pain Moderate intensity
painSevere intensity pain
For exampleInguinal hernia Varices laparoscopy
For exampleHip replacement Hysterectomy Jaw surgery
For exampleThoracotomy upper abdominal surgery aortic surgery knee replacementi. Paracetamol and
wound infiltration with local anasthetic
ii. NASAIDs (unless contraindicated) and
iii. Epidural local analgesia or major peripheral nerver or plexus block or opiod injection (IV PCA)
I. Paracetamol and wound infiltration anaestheticII. NSAIDs (unless contraindicated) andIII. Peripheral nerve block (single shot or continous
infusion or opioid injection (IV PCA)I. Paracetamol and wound infiltration with local anaestheticII. NSAIDs (unless contraindicated) andIII. Regional block analgesia . Add weak rescue analgesia with small
increments of intravenous strong opioid if necessary
Analgesia MultimodalAnalgesia multimodal menggunakan dua / lebih obat analgetik yg
memiliki mekanisme kerja yg berbeda utk mencapai efek analgetik yg maksimal tanpa dijumpainya ↑ efek samping dibandingkan dgn ↑ dosis pd satu obat saja.
Penekanan pada proses tranduksi dgn menggunakan AINS Penekanan pada proses transmisi dgn anestetik lokal (regional) Peningkatan proses modulasi dgn opioid Analgesia multimodal merupakan suatu pilihan yg dimungkinkan
dgn penggunaan parasetamol dan AINS sebagai kombinasi dgn opioid atau anestesi lokal utk ↓ intensitas nyeri pd pasien-pasien yg mengalami nyeri paska pembedahan ditingkat sedang s/d berat .
Analgesia multimodal diberikan secepatnya (early analgesia), juga harus disertai dengan inforced mobilization (early ambulation) disertai dengan pemberian nutrisi nutrisi oral secepatnya (early
alimentation).
Analgesia Preemptif
Analgesia preemptif artinya mengobati nyeri sebelum terjadi
Ditujukan pada pasien sebelum dilakukan tindakan operasi (pre-operasi).
Tujuan mencegah sensistisasi sentral dan membatasi pengalaman nyeri selanjutnya.
Analgesia preemptif mencegah kaskade neural awal yg dapat membawa keuntungan jangka panjang dgn menghilangkan hipersensitifitas yg ditimbulkan oleh rangsangan luka.
Dengan cara demikian keluhan nyeri paska bedah akan sangat menurun dibandingkan dengan keluhan nyeri paska pembedahan tanpa memakai cara analgesia preemptif. Bisa diberikan obat tunggal, misalnya opioid, ketorolak, maupun dikombinasikan dengan opioid atau AINS lainnya, dilakukan 20 – 30 menit sebelum tindakan operasi
PCA (Patient Control Analgesia) Pasien dikontrol nyerinya dengan obat
analgesik itu dengan memakai alat (pump) Dosis diberikan sesuai dengan tingkatan
nyeri yang dirasakan. PCA bisa diberikan dengan cara
Intravenous Patient Control Analgesia (IVPCA) atau Patient Control Epidural Analgesia (PCEA).
Namun dengan cara ini memerlukan biaya yang mahal baik peralatan maupun tindakannya.
Parasetamol PCT → obat analgetik dan antipiretik, kombinasi PCT dgn opioid → penanganan nyeri berat paska
pembedahan dan terapi paliatif pada pasien-pasien penderita kanker. Onset analgesia dari PCT 8 menit setelah pemberian IV, Efek puncak tercapai dalam 30 – 45 menit dan durasi analgesia 4 – 6
jam serta waktu pemberian intravena 2 – 15 menit. PCT termasuk dalam kelas “aniline analgesics” dan termasuk dalam
golongan obat antiinflamasi non steroid (masih ada perbedaan pendapat).
PCT memiliki efek anti inflamasi yg sedikit dibandingkan dgn obat AINS lainnya.
Akan tetapi PCT bekerja dgn mekanisme yg = obat AINS lainnya (menghambat sintesa prostaglandin).
PCT juga lebih baik ditoleransi dibandingkan aspirin dan obat AINS lainnya pada pasien-pasien dgn sekresi asam lambung ↑ atau pasien dengan masa perdarahan yang memanjang
Ketorolak
Ketorolak atau ketorolak trometamin merupakan obat golongan anti inflamasi non steroid, masuk dalam gol. derivate heterocyclic acetic acid dimana secara struktur kimia berhubungan dgn indometasin. Ketorolak menunjukkan efek analgesia yg poten tetapi hanya memiliki aktifitas anti inflamasi yg sedang bila diberikan secara IM atau IV.
Dpt dipakai sebagai analgesia paska pembedahan sebagai obat tunggal maupun kombinasi dgn opioid, dimana ketorolak mempotensiasi aksi nosiseptif dari opioid.
(±) – 5 – benzoyl - 2,3 – dihydro - 1H – pyrrolizine – 1 – carboxylic acid, 2 - amino – 2 (hydroxymethyl) - 1,3 – propanediol
Ketorolak
Mekanisme kerja utama menghambat sistesa prostaglandin dgn
berperan sebagai penghambat kompetitif dari enzim siklooksigenase (COX) dan menghasilkan efek analgesia.
Seperti AINS pd umumnya, ketorolak merupakan penghambat COX non selektif.
Efek analgesianya 200 – 800 kali lebih poten dibandingkan dgn pemberian aspirin, indometasin, naproksen dan fenil butazon pada beberapa percobaan di hewan.
Non-Farmakologis
Ada beberapa metode metode non-farmakologi → nyeri paska pembedahan
Terapi fisik (dingin, panas) → mengurangi spasme otot,
Akupunktur → nyeri kronik (gangguan muskuloskletal, nyeri kepala),
Terapi psikologis (musik, hipnosis, terapi kognitif, terapi tingkah laku) dan
Rangsangan elektrik → sistem saraf (TENS, Spinal Cord Stimulation, Intracerebral Stimulation).
TERIMA KASIH