makna pesan janji tinggal janji jokowi pada...
TRANSCRIPT
MAKNA PESAN JANJI TINGGAL JANJI JOKOWI PADA
COVER MAJALAH TEMPO EDISI 16-22 SEPTEMBER 2019
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Fariz Nugraha
NIM 11160510000041
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Fariz Nugraha
NIM 11160510000041
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul
“MAKNA PESAN JANJI TINGGAL JANJI JOKOWI PADA
COVER MAJALAH TEMPO EDISI 16-22 SEPTEMBER 2019”
adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan
tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada
dalam penysunan karya itu telah saya cantumkan sumber kutipannya
dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata
skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya
orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan
seperlunya.
Jakarta, 17 Februari 2020
Fariz Nugraha
NIM 11160510000041
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
MAKNA PESAN JANJI TINGGAL JANJI JOKOWI PADA
COVER MAJALAH TEMPO EDISI 16-22 SEPTEMBER 2019
(JOKOWI PINOKIO)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh
Fariz Nugraha
NIM 11160510000041
Pembimbing
Thalitha Sacharissa Rosyiidiani, M.I.Kom
NIP. 199102172018012004
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
i
ll
ii
ABSTRACT
Fariz Nugraha, 11150610000041
Meaning of the Message of the Promise, Jokowi's Promise, on
the Cover of the 16-22 September 2019 Edition of Tempo
Magazine. Pictures or illustrations on magazine covers must be made
as attractive as possible to attract the interest of the readers.
Tempo Magazine always issues unique magazine cover
illustrations and sometimes has messages to convey. However, not
all humans have the same level of insight and understanding, so
that sometimes different interpretations appear
Based on the background above, on the cover of Tempo
magazine. An illustration of how the pros and cons occurred when
the cover of the Tempo Jokowi Pinokio magazine was issued by
due in September 2019. The researcher formulated a question,
namely: What are the signs on the cover of Tempo Jokowi Pinokio
magazine?
The theory used is Charles Sanders Peirce's semiotic
theory, which sees the meaning of signs (icons, indexes and
symbols), objects, and interpretants. An icon is a sign designed to
represent a reference source through an equation. An index is a
sign designed to identify a reference source or to connect a
reference source to one another. Meanwhile, the symbol is a sign
that is designed to be a reference source through an agreement or
agreement. The methodology used in this research is semiotic
analysis method which is qualitative descriptive model. The data
is obtained in the cover of Tempo magazine, as well as with
reference books and interviews.
So the conclusion that appears on the cover of the 16-22
September 2019 edition of Tempo magazine is closely related to
the KPK Bill case, also seen in the quality of signs, use of
background colors, and the inscription "Promises Stay Promises".
On the cover, there are two categories, namely the figure of Joko
Widodo and the silhouette of Pinocchio who is the shadow of
Jokowi.
Keywords: Semiotics, Tempo Magazine, Cover, KPK Bill,
magazine cover
iii
ABSTRAK
Fariz Nugraha, 11150610000041
Makna Pesan Janji Tinggal Janji Jokowi Pada Cover Majalah
Tempo Edisi 16-22 September 2019.
Gambar ataupun ilustrasi pada sampul majalah harus di
buat semenarik mungkin agar menarik minat para pembacanya.
Majalah Tempo selalu mengeluarkan illustrasi sampul majalah
yang unik dan kadang memiliki pesan yang ingin disampaikan.
Namun, tidak semua manusia memiliki tingkat wawasan dan
pemahaman yang sama, hingga kadang muncul tafsir yang
berbeda-beda
Berdasarkan latar belakang di atas, pada sampul majalah
Tempo .Gambaran bagaimana pro dan kontra terjadi ketika cover
sampul majalah Tempo Jokowi Pinokio di keluarkan oleh tempo
pada September 2019. Peneliti merumuskan pertanyaan yakni:
Petanda apa saja yang terdapat dalam sampul majalah Tempo
Jokowi Pinokio?
Teori yang digunakan adalah teori semiotika Charles
Sanders Peirce, yaitu melihat makna atas sign (ikon, indeks, dan
simbol), object, dan interpretan. Ikon merupakan tanda yang
dirancang untuk merepresentasikan sumber acuan melalui
persamaan .Indeks merupakan tanda yang dirancang untuk
mengidentifikasikan sumber acuan atau saling menghubungkan
sumber acuan. Sedangkan simbol merupakan tanda yang dirancang
untuk menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau
persetujuan. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis semiotik yang bersifat kualitatif model
deskriptif. Data yang didapatkan dalam sampul majalah Tempo,
serta dengan buku-buku referensi dan wawancara.
Maka kesimpulanya petanda yang muncul pada sampul
majalah Tempo edisi 16-22 September 2019 berkaitan erat dengan
kasus RUU KPK, juga dilihat pada kualitas tanda, penggunaan
warna background, serta tulisan “Janji Tinggal Janji”. Pada
sampul tersebut terdiri dua kategori, yaitu sosok Joko Widodo dan
siluet Pinokio yang menjadi bayangan Jokowi.
Kata kunci: Semiotika, Majalah Tempo, Sampul, RUU
KPK, cover majalah
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirobbil ‘alamiin, puji serta syukur kehadirat
Allah SWT yang telah mencurahkan nikmat sehat secara lahir
maupun batin sehingga peneliti dapat memulai dan menyelesaikan
penelitian ini dengan sebaik-baiknya. Sholawat seiring salam
senantiasa terhaturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabatnya atas perjuangan beliau islam rahmatal lil
‘alamin masih terhirup dibumi ini.
Dengan penuh kerendahan hati dan kesadaran diri, dalam
melaksanakan penelitian yang berjudul “Makna Pesan Janji
Tinggal Janji Jokowi Pada Cover Majalah Tempo Edisi 16-22
September 2019”. Peneliti sadar bahwa masih banyak
kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karenanya peneliti
memohon maaf manakala setiap bagian dari penelitian ini masih
jauh dari kata sempurna serta peneliti membuka kritik serta saran
yang membangun untuk panggung akademisi akan akan datang.
Peneliti sadar bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini,
dipastikan tidak lepas dari dukungan dari banyak pihak Dengan
ketulusan dan kerendahan hati,penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar ubis, Lc.,
M.A, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
v
Suparto, M.Ed, Ph.D, Wakil Dekan 1 Bidang
Akademik, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag, BSW. MSW,
Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Dr.
Sihabbudin Noor, M.Ag, serta Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan, Drs. Cecep Castrawijaya, M.A.
3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Dr.
Armawati, M.Si, serta Sekretaris Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam Dr. H. Edi Amin, S.Ag., M.A.
4. Kalsum Minangsih, M.A , selaku Dosen Penasihat
Akademik yang telah memberikan nasihat serta arahan
kepada penulis.
5. Thalitha Sacharissa Rosyiidiani, M.I.Kom, selaku
Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan
waktu serta pikirannya dalam mengarahkan,
membimbing serta memberi masukan kepada penulis
selama penulisan skripsi ini berlangsung.
6. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Terimakasih telah mengajarkan dan
memberikan ilmunya kepada seluruh mahasiswa
khususnya penulis.
7. Seluruh karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi serta seluruh pengelola Perpustakaan
Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih
atas pelayanannya selama penulis kuliah dan sampai
menyusun skripsi ini.
8. Teruntuk keluarga tercinta, orang tua saya Almarhum
Munadi bin Suhud, dan ibunda saya, ibu Ida
Marhmamah skripsi ini penulis persembahkan
untuknya yang telah berdedikasi penuh semasa
vi
hidupnya dan untuk saudara-saudara kandung saya, yang
senantiasa sabar dan selalu memberikan doa tanpa henti
untuk penulis sehingga penulis sampai pada tahap ini.
Serta seluruh kakak penulis yang penulis sayangi yang
selalu memberikan doa serta semangat kepada penulis.
9. Teman-teman KPI angkatan 2016, terkhusus untuk KPI
A. Terutama kepada teman dekat penulis, yaitu Faqih,
Hanip, Aji dan Maey. Terimakasih sudah menjadi
teman pertama penulis di masa perkuliahan. Kelas yang
dipenuhi dengan orang-orang hebat dan kritis.
10. Kepada pihak Tempo Media Group, mba Agatha dan
Mas Kendra. H Paramita yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk memperoleh data dan
wawancara untuk penulisan skripsi penulis.
11. Saudara persepupuan penulis yang terus menyemangati
saya untuk menyelesaikan skripsi dan penelitian
penulis, Faqih, Iki, Ian, Inne, Lili, yang dari kecil telah
mengenal saya, semua begitu terasa istimewa.
Demikianlah sebuah pengantar yang dapat
disampaikan oleh penulis. Rasa terima kasih hingga
rasa syukur yang teramat dalam karena di kelilingi
orang-orang baik sehingga penulis mampu
menyelesaikan penelitian ini. Semoga penelitian ini
mampu memberikan manfaat bagi yang membacanya.
Jakarta, 12 Juli 2020
Fariz Nugraha
NIM 11160510000041
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................... 1
B. Batasan Masalah ................................................. 5
C. Rumusan Masalah ............................................... 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................... 5
E. Review Kajian Terdahulu .................................... 7
F. Metodelogi Penelitian .......................................... 8
G. Sistematika Penulisan ......................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................. 13
A. Landasan Teori .................................................. 13
1. Teori Semiotika Charles Sanders Pearce ....... 13
B. Kajian Pustaka .................................................... 25
1. Pengertian Majalah ....................................... 25
2. Pemaknaan Dalam Sampul Majalah .............. 29
3. Komunikasi Visual ....................................... 33
4. Warna ........................................................... 36
5. Karikatur ...................................................... 29
viii
C. Kerangka Berpikir .............................................. 41
BAB III GAMBARAN UMUM TEMPO MEDIA GROUP .. 43
A. Sejarah Majalah Tempo ...................................... 43
B. Struktur Organisasi Majalah Tempo .................... 47
C. Profil Perusahaan ................................................ 57
D. Visi dan Misi Perusahaan Tempo ........................ 58
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ................... 60
A. Makna Pesan Janji Tinggal Janji Pada Cover
Majalah Tempo Edisi 16-22 September 2019
(Jokowi Pinokio) ................................................. 60
BAB V PEMBAHASAN ..................................................... 72
A. Analisis Semiotika pada Sampul Majalah Tempo
(Jokowi Pinokio) ................................................. 72
B. Hasil Analisis Berdasarkan Klarifiaksi Sign ........ 76
C. Hasil Analisis Berdasarkan Klarifikasi Object ..... 80
BAB VI PENUTUP .............................................................. 87
A. Kesimpulan ........................................................ 87
B. Implikasi ............................................................. 88
C. Saran .................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 91
LAMPIRAN ......................................................................... 94
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Semiotika Peirce .................................................. 19
Tabel 2. 2. Jenis Tanda .......................................................... 20
Tabel 5. 1. Analisis Sampul Majalah ..................................... 71
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. Alur Semiotika Peirce ...................................... 17
Gambar 2. 2. : Bagan kerangka pemikiran .............................. 41
Gambar 3. 1. Logo Tempo Media Group ............................... 43
Gambar 3. 2. Alur Berita Tempo ........................................... 46
Gambar 5. 1. Sampul Majalah Tempo ................................... 70
Gambar 5. 2. ......................................................................... 79
Gambar 5. 3. ......................................................................... 79
Gambar 5. 4. ......................................................................... 83
Gambar 5. 5. .......................................................................... 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak The Daily Graphic pada 16 April 1877 memuat sebuah
sketsa gambar untuk melengkapi informasi peristiwa yang
diberitakan, kehadiran foto (gambar visual) dianggap semakin
penting.1 Tidak hanya berguna untuk membuat berita semakin
menarik untuk dibaca tapi hadirnya foto ataupun ilustrasi dapat
membuat pembaca lebih merasa terlibat terhadap peristiwa yang
sedang dibacanya. Seiring dengan terbitnya majalah Life tahun
1937-1950 di Amerika, dengan editor fotonya Wilson Hicks yang
juga merupakan pelopor foto jurnaslis, membuat kehadiran
fotografi sebagai salah satu elemen berita berkembang semakin
pesat.2
Media massa seperti majalah dan koran tidak hanya berfungsi
sebagai penyebaran berita, saat ini di negara kita yang memiliki
sistem demokrasi media massa dapat dijadikan alat sebagai senjata
untuk mengkrtik aparatur negara, seperti pemerintah, pejabat dan
lain sebagainya.
1 Forum Diskusi “Fotografer.net” dengan tema : Jurnalisfto antara
Foto Headline HARIAN UMUM VS Foto Sampul Majalah life style, diakses di
https://fotografer.net/galeri/kategori/jurnalistik pada 20 Januari 2020.
2 Audy Mirza Alwi. Foto Jurnalistik, Metode Memotret dan Mengirim
Foto ke Media Massa. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 204), h.4.
2
Majalah merupakan media yang terbit secara berkala, yang
isinya meliputi bermacam-macam artikel, cerita, gambar, dan
iklan.3 Tempo adalah majalah berita mingguan Indoneisa yang
umumnya meliputi berita dan politik dan diterbitikan oleh Tempo
Media Group, melihat visualisasi pada cover majalah Tempo
memberikan dampak yang luar biasa ,perdebatan muncul dimana-
dimana, kalangan Jokowi Mania yang menganggap cover tersebut
menghina presiden, ada yang menganggap cover tersebut
merupakan krtitik pedas untuk presiden kemudian ada juga akun
Instagram dengan username “sewordofficial_” yang menganggap
bahwa Tempo sering menggunkan karikatur yang
memvisualisasikan Jokowi dengan framming SARA, seperti mata
sipit, kulit merah dan sebagainya. Framming SARA dari majalah
Tempo sepertinya memang jelas-jelas tidak suka atau benci kepada
Jokowi Dodo.
Visualisasi adalah cara untuk membuat sesuatu yang abstrak
menjadi jelas secara visual yang mampu menarik emosi pembaca,
dan dapat menolong seseorang untuk menganalisa, merencanakan
dan memutuskan suatu problema dengan mengimajinasikan pada
kejadian yang sebenarnya.4 Pada sebuah sampul, ilustrasi
digunakan sebagai gambaran pesan yang tidak terbaca, namun bisa
bisa mewakili cerita dalam bentuk grafis yang menarik. Meskipun
ilustrasi merupakan attention-getter (penarik perhatian) yang
3 Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung: Rosdakarya,
2002), h.32
4 Artini Kusmiati, Sripudji Astuti dan Pamudji Suptandar, Teori
Dasar Desain Komunikasi Visual, (Jakarta: Djambatan, 1999), h.36.
3
paling efektif, tetapi akan lebih efektif lagi bila ilustrasi tersebut
juga mampu menunjang pesan yang terkandung dari sebuah cerita.
Dengan ilustrasi, maka pesan menjadi lebih berkesan, karena
pembaca akan lebih mudah mengingat gambar dari pada kata-kata
(teks). Dalam sampul pemilihan judul harus singkat, mudah
dibaca, mudah dimengerti dan secara langsung dapat
menginformasikan isi yang terkandung dalam buku atau majalah
tersebut.5
Kekuatan ilustrasi tidak bisa dipungkuri banyak memantik
minat baca khalayak massa. Kondisi ini dimanfaatkan oleh media
cetak dengan maksimal. Salah satunya adalah majalah Tempo.
Tempo banyak memanfaatkan ilustasi cover yang menarik minat
baca dengan topik-topik headline yang lekat dengan karakter
Tempo yang terkenal berani dan kritis. Salah satu cover majalah
Tempo yang memantik respon masyarakat dan politisi adalah
Majalah Tempo Edisi 16-22 September 2019 dengan headline Janji
Tinggal Janji.
Terkait dengan cover majalah Tempo, berangkat dari isu
pelemahan KPK. Pada sampul atau cover majalah Tempo, Jokowi
digambarkan memiliki hidung panjang seperti Pinokio, Pinokio
adalah tokoh fiksi yang digambarkan bahwa ketika Pinokio
berbohong, hidung dari Pinokio akan memanjang. Menurut
Penulis Denny Siregar, adannya RUU ini bisa jadi berkaitan
dengan strategi politik Jokowi yang disebut-sebut memiliki
5 Ibid, h.29
4
kecendrungan untuk menggunakan cara-cara yang otoritatif.
Bahkan, masyarakat Indonesia menjadikan sampul majalah Tempo
terbaru itu perdebatan mengenai isu pelemahan KPK dengan
#PinokioIngkarJanji, yang menjadi trending topic di Twitter kala
itu.
Bahkan di Al-Qur’an pada surat As-Shaff ayat 3, Allah SWT
berfirman :
ان تقولوا ما ل تفعلون ﴿الصف : ۳﴾ كبر مقتا عند الله
Artinya : Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
Hal ini juga yang menjadikan latar belakang muncul ilustrasi
Jokowi Pinokio yang disebut bahwa Jokowi telah ingkar janji.
Cover majalah Tempo Jokowi Pinokio menuai banyak
pertentangan, ada yang pro maupun yang kontra. Sehingga peneliti
ingin mengupas dan menelusuri latar belakang terciptanya ilustrasi
Jokowi Pinokio pada majalah Tempo melalui simbol, tanda, dan
lambang. Peneliti akan mencoba membaca tanda melalui analisis
semiotik. Semiotik atau semiologi adalah ilmu tanda. Semiotik
berasal dari bahasa yunani semion yang berarti tanda. Semiotika
diperkenalkan oleh Charles Sanders Pierce dan Ferdinand de
Saussure yang juga merupakan bapak semiotika. Meskipun
semiotika merupakan ilmu dalam sastra penggunaanya tidak lepas
dari bidang seni dan komunikasi visual.
Dengan menggunakan metode semiotik dari Charles Sanders
Pierce, maka tanda-tanda pada gambar ilustrasi tersebut dapat
5
dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik, yaitu
ikon, indeks dan simbol. Dari interpretasi tersebut, maka dapat
diungkapkan muatan pesan yang terkandung dalam ilustrasi cover.
Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah di atas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mendalam tentang topik ini
dengan judul, “Makna Pesan Janji Tinggal Janji Jokowi Pada
Cover Majalah Tempo Edisi 16-22 September 2019”.
B. Batasan Masalah
Membatasi masalah penelitian merupakan upaya pembatasan
dimensi masalah atau gejala agar jelas ruang lingkup dan batasan
yang akan diteliti.6 Setelah diidentifikasi, penelitian ini
memfokuskan permasalahan pada ilustrasi cover majalah Tempo
edisi 16-22 September 2019 sebagai bentuk kritik terhadap
kebijakan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
C. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka peneliti dapat merumuskan
pemasalahan yaitu sebagai berikut:
1. Apa makna objek atau ilustrasi dalam cover majalah
Tempo edisi 16-22 September 2019 dilihat dari jenis tanda
yang digolongkan dalam semiotik, pertanda (ground)?
2. Apa makna objek atau ilustrasi dalam cover majalah
Tempo edisi 16-22 September 2019 dilihat dari jenis
tanda yang digolongkan dalam semiotik ikon,indeks dan
6 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta: Arruz
Media, 2016), h.134.
6
simbol (object)?
3. Apa makna objek atau ilustrasi dalam cover majalah
Tempo edisi 16-22 September 2019 dilihat dari jenis
tanda interpretasi (interpertant)?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara spesifik
tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui petanda (ground) pada sampul majalah
Tempo Jokowi Pinokio.
2. Mengetahui petanda ikon, indeks dan simbol
(object) pada sampul majalah Tempo Jokowi
Pinokio.
3. Mengetahui petanda interpretasi (interperntant)
pada sampul majalah Tempo Jokowi Pinokio.
Berdasarkan rumusan masalah diatas penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan simbol-
simbol dan makna dari ilustrasi yang di gambarkan pada cover
majalah Tempo edisi 16-22 September 2019.
4. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis, diharapkan agar hasil penelitian ini
dapat memberi sumbangan bagi kajian ilmu komunikasi
atau referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan
penelitian semiotika, terutama bagi mahasiswa yang akan
7
menggunakan metode semiotika Charles Sanders Pierce.
b. Manfaat Praktis, secara praktis penelitan ini memiliki
manfaat untuk memberikan makna-makna yang nyata
terhadap pemaknaan foto yang terdapat pada cover
majalahnya. Serta diharapkan nantinya penelitian ini dapat
memberikan masukan ide-ide kepada perusahaan atau
pihak ilustrator majalah dalam mendesain cover agar lebih
kreatif dalam mengemas pesan visual dan pesannya
mudah dimengerti.
c. Review Kajian Terdahulu
Review kajian terdahulu dimaksudkan untuk mengidentifikasi
persamaan dan perbedaan kajian yang diangkat dengan kajian
lainnya, sehingga tidak terjadi duplikasi.7
1. Skripsi Yunus Priyonggo Kartiko mahasiswa Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul
(Analisis Semiotik Korupsi Terhadap Sampul Majalah Tempo
pada Kasus Simulator SIM) tahun 2015. Dalam penelitian ini,
peneliti memfokuskan pada analisis semiotik pada kasus
simulator SIM Kesamaan ada padaobjek penelitian,
sedangkan perbedaan terletak pada subjek penelitian.
2. Skripsi Wildan Yusran mahasiswa Universitas Padjadajaran
yang berjudul (Analisis Semiotik atas Sampul Majalah Tempo
Jakarta “Rizal Ramli Petarung Atau Peraung) tahun 2015.
Kesamaan ada pada objek penelitian, sedangkan perbedaan
7 Lihat di, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi), (Jakarta: tidak diterbitkan, UIN Syarif Hidayatullah, 2017), h. 7.
8
ada pada subjek penelitian.
3. Skripsi Retno Dyah Kusumastuti mahasiswi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta yang berjudul
(Analisis Semiotika pada Cover Majalah Tempo Edisi Tanggal
23 Februari- 1 Maret 2015) tahun 2015. Kesamaan ada pada
subjek penelitian, sedangan perbedaan terletak pada objek
penelitiannya.
d. Metodelogi Penelitian
1. Subjek dan Objek
Subjek dalam penelitian ini adalah Majalah Tempo yang
diterbitkan oleh Tempo Media Group. Sedangkan yang
menjadi objek penelitian adalah Cover Majalah Tempo Edisi
16-22 September 2019.
2. Pendekatan dan Paradigma Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif
menekankan analisis proses berpikir secara induktif yang
berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang
diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah.
Penelitian kualitatif bukan berarti tanpa menggunakan
dukungan dari data kuantitatif, tetapi lebih ditekankan pada
kedalaman berpikir formal dari peneliti dalam menjawab
9
permasalahan yang dihadapi.8
b. Paradigma Penelitian
Agar memudahkan dalam proses penelitian, maka
metodologi yang digunakan adalah analisis semiotika
dengan jenis kualitatif. Metode semiotik yang peneliti
lakukan memakai metode analisis semiotika teori Charles
Sanders Pierce. Dengan berdasarkan kepada paradigma
kritis yaitu usaha untuk melakukan analisis secara tajam dan
teliti terhadap realitas yang terjadi. Pendekatan kritis ini
lebih menggunakan fakta-fakta yang terjadi dan lebih
menggunakan logika dalam pemahaman makna.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data:
a. Data Primer
Sumber data primer dari penelitian yaitu cover
majalah Tempo Edisi 16-22 September 2019 dengan
ilustrasi Jokowi dan bayangan Jokowi yang memiliki
hidung panjang seperti Pinokio.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder dari penelitian ini yaitu
dengan melakukan wawancara kepada tim redaksi atau
ilustrator dari majalah Tempo, untuk mendapatkan
8 Imam Gunawan, Metode penelitian Kualitatif (Jakarta:bumi Aksara
2013) h 80.
10
informasi yang berkaitan dengan penelitian. Dimana
wawancara adalah metode yang digunakn untuk
memperoleh informasi secara langsung, mendalam, tidak
terstruktur, dan individual.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dengan semiotika model Charles
Sanders Peirce tiga dari elemen utama tersebut, yang disebut
peirce sebagai teori segitiga makna triangle meaning. yang
membagi tanda atas representamen, Object dan interpretant.
Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan
objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sehingga, yang akan
dianalisis sign dan object terkait gambar ilustrasi sampul
majalah Tempo. Sementara interpretant adalah pemahaman
makna yang muncul dalam diri penerima tanda khususnya
peneliti.
5. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian untuk mencari buku-buku literatur dan
referensi dilakukan di beberapa perpustakan, seperti di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Universitas Indonesia, dan di perusahaan Majalah Tempo Media
Group, serta internet.
e. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar
mempermudah penulisan skripsi, maka peneliti membagi menjadi
enam bab yang terdiri dari:
11
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran,
metodelogi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI DAN KONSEP
Bab ini menguraikan kajian teoritis yang terdiri dari
pengertian teori semiotika Charles Sanders Peirce,
pengertian majalah, pemaknaan dalam sampul majalah,
pengertian komunikasi visual dan pengertian semiotika
warna dan karikatur.
BAB III GAMBARAN UMUM TEMPO MEDIA GROUP
Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum tempo
media group, sejarah tempo media group, struktur
organisasi dan visi dan misi perusahaan tempo.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab ini peneliti akan membahas uraian untuk
mengakitkan data dan temuan penelitian.
BAB V PEMBAHASAN
Bab ini mengenai penjelasan hasil data dan informasi
yang telah dipilih, dianalisis serta dikaitkan dalam teori
serta pembahasannya.
BAB VI PENUTUP
Bab ini merupakan akhir penulisan skripsi, dimana
12
berdasarkan uraian-uraian yang telah dibahas akan
dituangkan ke dalam suatu bentuk kesimpulan dan saran
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Semiotika Charles Sanders Peirce
Semiotika adalah studi tentang tanda dan segala sesuatu yang
berhugungan denganya: cara berfungsinya, hubungan dengan tanda-
tanda lain, pengirimnya, dan penerimanya oleh mereka yang
mempergunakanya.1 Semiotika adalah suatu ilmu atau metode
analisis untuk mengkaji tanda.2 semiotika adalah ilmu yang secara
sistematis mempelajari tanda-tanda, lambang- lambang, sistem-
sistemnya dan prosesnya.3
Semiotika berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal
yang tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks,iklan, berita). Karena
sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada
pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan
hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna
tanda tersebut berada.4
Charles Sanders Peirce ialah seorang ahli matematika dari
Amerika Serikat yang sangat tertarik pada persoalan lambang-
1 Panuti Sudjiman dan Aart Van Zoest, Serba-Serbi Semiotika.
(Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,1992) , h.5 2 Alek Sobur, Semiotika Komunikasi,(Bandung:Remaja
Rosdakarya,2009), hal.15 3 Puji Santosa, Ancangan Semiotika Dan Pengkajian Susastra,(
Bandung:Angkasa, 1931), h.3 4 Rachmat Krisyanto, Teknik Praktis Riset
Komunikasi,(Jakarta:Kencana,2006), h.262.
14
lambang. Peirce terkenal karena teori tandanya. Di dalam lingkup
semiotika, Peirce, sebagimana dipaparkan Lechte, seringkali
mengulang-ulang bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili
sesuatu bagi seseorang.
Semiotika menurut Charles Sanders Peirce adalah tidak lain
dari pada sebuah nama lain bagi logika, yakni doktrin formal tentang
tanda-tanda.5 Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep
konsep tentang tanda: tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang
tersusun oleh tanda-tanda melainkan dunia itu sendiri terkait dengan
pikiran manusia.6 penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat
tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda.
Sebagai metode kajian, semiotika memperlihatkan kekuatanya
didalam berbagai bidang, seperti antropologi, sosiologi politik,
kajian agama, media studies, dan cultural studies. Sebagai metode
penciptaan, semiotika mempunyai pengaruh pula pada bidang-
bidang seni rupa, seni tari, seni film, desain produk, arsitektur,
termasuk desain komunikasi visual.
Sedangkan Peirce menyebut ilmu yang dibangunya semiotika
(semiotic). Bagi peirce yang ahli filsafat dan logika, penalaran
manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya
dapat bernalar lewat tanda. Dalam fikirannya, logikasama dengan
semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda
(Berger,2001:11-22). Dalam perkembangan selanjutnaya, istilah
5 Sumbo Tinarbuko, Seminar Komukasi Visual,((Yogyakarta:
Jalasutra, 2008), h.11. 6
Alek Sobur, Semiotika Komunikasi,(Bandung:Remaja
Rosdakarya,2009), h.2.
15
semiotika lebih popular dibandingkan dengan semiologi. Semiotika
menurut Peirce adalah tidak lain dari sebuah nama dari logika yakni
doktrin formal tentang tanda-tanda.7
Semotika adalah ilmu yang mempelajari tentang (sign),
berfungsinya tanda, dan produksi makna. Anda adalah sesuatu yang
bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pendangan Zoest,
segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut
tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda. Adanya
peristiwa, tidak adanya peristiwa, struktur yang ditemukan dalam
sesuatu, suatu kebiasaan, semua ini dapat disebut tanda.
Sebuah bendera kecil, sebuah isyarat tangan, suatu keheningan,
suatu kebiasaan makan, sebuah gejala mode, suatu gerak syaraf ,
peristiwa memerahnya wajah, suatu kesukaan tertentu, letak bintang
tertentu, suatu sikap, setangkai bunga, rabut uban, sikap diam
membisu. Gagap, berbicara cepat, berjalan sempoyongan, menatap,
api, putih, bentuk, bersudut tajam, kecepatan kesabaran, kegilaan,
kekawatiran, kelengahan, semuanya itu dianggap sebagai tanda.8
Sampai sejauh ini, bidang-bidang studi semiotika sangatlah
beragam, mulai dari kajian perilaku komunikasi hewan sampai
dengan analisis atas system-sistem pemaknaan seperti komunikasi
tubuh (kinesik dan proksemik), tanda-tanda berbauan , teori estika,
retorika, dan seterusnya. Ruang lingkup studi semiotika, dengan
demikian,sangatlah luas sehingga mungkin akan menimbulkan
7 Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta:penertbit Buku
Baik,2004), h.3 8
Sumbo Tinarbuko, Seminar Komukasi Visual,((Yogyakarta:
Jalasutra, 2008), h.12
16
kesan sebagai suatu ilmu dengan, meminjam istilah Umberto Eco
(1979:6).
Sebuah tanda atau representamen (representamen) menurut
Peirce adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang
lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu
dinamakan sebagai interpretan (interpretant) dari tanda yang
pertama yang pada giliranya mengacu pada ubjek (object). Dengan
demikian, sebuah tanda atau representamen memiliki relasi tradik
langsung dengan interpretan dan objenya. Apa yang disebut sebagai
proses semiosis merupakan suatu proses yang memadukan entitas
yang disebut sebagai representamen tadi dengan entitas lain yang
disebut sebagai objek. Proses semiosis ini sering juga disebut
sebagai signifikasi (signification).9
Peirce menandaskan bahwa kita hanya dapat berfikir dengan
medium tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana
tanda. Peirce dikenal dengan teori segitiga maknanya (triangle
meaning). Menurutnya, semiotika berangkat dari tiga elemen utama,
yaitu tanda (sign atau representamen), acuan tanda (object),
pengguna tanda (interpretan). Yang dikupas teori segitiga adalah
bagaimana muncul dari sebuah tanda digunakan orang pada waktu
berkomunikasi.10
a. Tanda
9 Kris Budiman, Semiotika Visual:Konsep, Isu, Dan Problem
Ikonisitas, (Yogyakarta: jalasutra, 2011),h.17 46
Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:
Kencana, 2006), h.263.
17
Adalah suatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh
panca indra manusia, dan merupakan suatu yang merujuk
(merepresentasikan) hal lain luar tanda itu sendiri. Acuan
tanda disebut objek
b. Acuan Tanda (Objek)
Adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau
sesuatu yang dirujuk tanda
c. Penggunaan Tanda (Interpertan)
Konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan
menurunkanya ke suatu makna tertentu atau makana yang ada
di dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah
tanda.
Gambar 2. 1 Alur Semiotika Peirce11
Menurut Peirce, tanda (sign atau representament) selalu
terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan
interpretant. Ground adalah suatu yang digunakan agar tanda dapat
berfungsi. Berdasarkan ground-nya Peirce membagi menjadi
qualisign (kualitas yang ada pada tanda), sinsign (eksistensi aktual
11
Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:
Kencana, 2006), 263
18
benda atau peristiwa yang ada pada tanda) dan legisign (norma yang
dikandung oleh tanda). Berdasarkan objeknya, Peirce membagi
tanda menjadi icon (tanda yang hubungan antara penanda dan
pertandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah), index (tanda yang
menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan
penandaannya yang bersifat klausal), dan symbol (tanda yang
menunjukan hubungan arbiter antara penanda dengan petandanya).
Dan berdasarkan interpretant-nya dibagi atas rheme (tanda yang
memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan), dicent sign
(tanda sesuai kenyataan) dan argument tanda yang langsung
memberikan alasan sesuatu.12 Karena proses semiosis seperti
tergambarkan pada skema di atas ini menghasilkan rangkaian
hubungan yang tak berkesudahan, maka pada gilirannya sebuah
interpretan akan menjadi representamen , menjadi interpretan lagi,
menjadi representamen lagi, dan seterusnya. Gerakan yang tak
berujung-pangkal ini oleh Umberto Eco dan Jacques Derrida
kemudian dirumuskan sebagai proses semiosis tanpa batas.13
Bagi Peirce, tanda “is something which stands to some body
for Something in some respect or capacity” menurutnya, tanda
adalah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-
batas tertentu.14 Atas hubungan dasar ini Peirce mengadakan
klasifikasi tanda :
12 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2004),
h.41-42. 13 Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem
Ikonisitas, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h.18. 14 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta:
Jalasutra, 2008), h.13.
19
a. Ground
Tanda yang berkaitan dengan ground dibaginya menjadi:
Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya
kata-kata kasar, keras, lembut, lemah, dan merdu. Sinsign
adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda,
misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai
keruh” yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai.
Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-
rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang tidak boleh
dilakukan manusia.15
Table 2. 1 Semiotika Peirce
Ground Objek Interpretan
1. Qualisign (suatu
kualitas yang
merupakan suatu
tanda)
2. Singsign (“sign”:
“hanya sekali”
peristiwa yang
merupakan tanda)
3. Legisign (hukum
yang berupa tanda.
setiap tanda
konfensional
adalah Legisign).
1. Ikon yaitu tanda
yang memiliki
kualitas objek yang
didenotasikan.
2. Indeks (petunjuk)
yaitu tanda yang
mendenotasikan
suatu obyek melalui
terpengaruhnya
kepada objek itu.
3. Symbol yaitu sebuah
Tanda yang
konvensional.
1. Rheme yaitu
tanda sebuah
kemungkinan
kualitas yaitu
bahwa ia
mewakili suatu
obyek yang
mungkin ada.
2. Design yaitu
tanda eksistensial
suatu objek.
3. Argument yaitu
tanda suatu
hukum.
Sumber: Marcel Danasi (2010)
15 Alek sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), h.41
20
b. Objek
Menurut Pierce (Noth, 1995:45), maka tanda-tanda objek dalam
gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam
semiotika. Diantaranya: ikon, indeks dan simbol.
Tabel 2. 2 Jenis Tanda
Jenis Tanda
(Representa
men)
Hubungan Antar
Tanda Dan Sumber
Acuan
Contoh
Ikon Tanda dirancang
untuk
mempresentasikan
sumber acuan melalui
simulasi atau
persamaan (artinya,
sumber acuan dapat
dilihat, didengar dan
seterusnya, dalam
ikon)
Segala macam gambar
(bagian, diagaram dan
lain- lain), photo, kata-
kata dan seterusnya.
Indeks Tanda dirancang untu
mengidentifikasikan
sumber acuan atau
saling
menghubungkan
sumber acuan
Jari yang menunjuk, kata
keterangan seperti di sini,
di sana, kata ganti seperti
aku, kau, ia dan seterusnya
Simbol Tanda dirancang
untuk menyandingkan
sumber acuan melalui
kesepakatan
atau persetujuan
Simbol sosial seperti
mawar, simbol
matematika dan
seterusnya
21
1. Ikon
Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa”
(resemblance) sebagaimana dapat dikenali oleh para
pemakainya. Didalam ikon hubungan antara representamen dan
objeknya terwujud sebagai “kesamaan dalam beberapa
kualitas”. Suatu pete atau lukisan misalnya, memiliki hubungan
ikonik dengan objeknya sejauh di antara keduanya terdapat
keserupaan.16
Ikon adalah tanda yang mewakili sumber acuan melalui
sebuah bentuk replikasi, simulasi, imitasi atau persamaan,.
Simbolisme bunyi adalah salah satu contoh ikonisitas dalam
bahasa. Namun, ikonitas dapat pula ditemukan dalam wilayah
representasi non verbal misalanya,sebuah foto mirip dengan
sumber acuan secara visual, begitu pula dengan lukisan
pemandangan alam.17 Ikonitas adalah upaya untuk
memanipulasikan sifat indrawi yang direpresentasikan dalam
berbagai tanda.
Pada dasarnya icon merupakan tanda yang bisa
menggambarkan ciri utama sesuatu meskipun Sesutu yang lzim
disebut objek acuan tersebut tidak hadir. Hubungan antara tanda
dengan objek dapat juga direpresentasikan oleh ikon dan indeks,
namun ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan. Ikon
adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang
16 Kris Budiman. Semiotika Visual Konsep, Isu Dan Problem
ikonisitas (Yogyakarta; Jalasutra, 2011)h.20 17 Marcel Danesi. Pesan, Tanda dan Makna (Yogyakarta: Jalasutra,
2004),h.38.
22
menyerupai apa yang direpresentasikannya. Misalnya gambar
shillouet Jokowi dan Ma’aruf Amin adalah adalah ikon Jokowi
dan Ma’aruf Amin.
2. Indeks
Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal
atau eksistensial di antara representamen dan objeknya.
Didalam indeks hubungan antara tanda dan objeknya sifatnya
konkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial
atau kasual. Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yanhg mewakilinya. Atau disebut juga
tanda sebagai bukti.18
Indeks merupakan tanda yang dirancang untuk
mengidentifikasikan sumber acuan atau saling menghubungkan
sumber acuan.19 Misalnya, bisa berupa hal-hal semacam zat atau
material ( asap adalah indeks dari adanya api), gejala fisik (
kehamilan adalah indeks dari sudah terjadi pembuahan), gejala
alam (jalan becek adalah indeks dari hujan yang turun beberapa
saat lalu).
3. Simbol
Simbol adalah tanda yang dirnacang untuk menjadikan
sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan dalam
18 Kris Budiman. Semiotika Visual Konsep, Isu dan Problem
Ikonisitas (Yogyakarta; Jalasutra, 2011),h.201 19
Marcel danesi. Pesan, Tanda dan Makna (Yogyakarta: Jalasutra,
2004), h.38.
23
konteks spesifik.20 Misalnya simbol love adalah simbol yang
menggambarkan tentang cinta, dan hati. Garuda Pancasila bagi
bangsa Indonesia adlah burung yang memiliki perlambang yang
kaya makna. Namun bagi orang yang memiliki latar budaya
berbeda misalnya seperti Eskimo, Garuda Pancasila dipandang
sebagai burung elang biasa.
Simbol adalah tanda yang representamen merujuk pada
objek tertentu tanpa motivasi; simbol terbentuk melalui
konvensi-konvensi atau kaidah-kaidah, tanpa adanya kaitan
langsung di antara representamen dan objeknya.21 Simbolisme
adalah hasil dari kesepakatan historis dan sosial, persetujuan
atau fakta.
c. Tanda yang berkaitan dengan interpertan adalah :
Pertama, (rheme) adalah suatu tanda kemungkinan
kualitatif, yakni tanda apapun yang tidak betul dan tidak pula
salah pula. Reme merupakan tanda yang mungkin orang
menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya orang yang merah
matanya dapat saja menandakan bahwa orang itu baru
menangis, atau menderita penyakit mata dimasukin insekta,
atau baru bangun atau ingin tidur.
Kedua, tanda disen (decentsign) adalah tanda sesuai
kenyataan. Misalnya jika suatu jalan sering terjadi kecelakaan,
20 Marcel danesi. Pesan, Tanda dan Makna (Yogyakarta: Jalasutra,
2004) h.38 21 Marcel danesi. Pesan, Tanda dan Makna (Yogyakarta: Jalasutra,
2004) h.38.
24
maka ditepi jalan dipasang rambu lalu lintas yang menyatakan
bahwa disitu sering terjadi kecelakaan.
Ketiga, argument (argument) adalah tanda yang langsung
memberikan alasan tentang sesuatu. Lalu Lintas yang
menyatakan bahwa disitu sering terjadi kecelakaan.
Menurut interpretan, tanda (sign, representamen) dibagi
atas rheme, dicent sign atau dicisign dan argument.22 Pertama,
rema adalah suatu tanda kemungkinan kualitatif, yakni tanda
ataupun yang tidak betul dan tidak pula salah.23 Rema
merupakan tanda yang memungkinkan orang menafsirkan
berdassarkan pilihan.24 Misalnya gambar ilustrasi pada sampul
majalah Tempo menandakan bahwa gambar tersebut adalah
ilustrasi Jokowi ingkar janji terhadap kebijakan-kebijkan yang
ia janjikan ketika kampanye. kedua decisign adalah tanda
sesuai kenyataan. Misalnya, pada sampul majalah tersebut
menambahkan teks yang menyatakan gambar tersebut ada
kaitanya dengan kasus RUU KPK. ketiga, argument adalah
tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.
Misalnya teks yang menyatakan bahwa itu adalah gambar
ilustrasi kasus RUU KPK yang menyebabkan demonstrasi
besar-besaran dari mahasiswa.
22 Alek Sobur, Semiotika Komunikasi, (bandung: Remaja Rosdakarya,
2009),h.42. 23 Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu,
dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta:Jalasutra,20011), h.81. 24 Alek Sobur, Semiotika Komunikasi, (bandung: Remaja Rosdakarya,
2009), h.42.
25
B. Kajian Pustaka
1. Pengertian Majalah
Majalah adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagi
liputan jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut
diketahui pembaca. Dan menurut waktu penerbitanya dibedakan
atas majalah bulanan, tengah bulanan, mingguan dan sebagainya.
Dan menurut penkhususan isinya dibedakan atas majalah berita,
wanita remaja, olahraga, sastra, ilmu pengetahuan tertentu dan
sebagainya (KBBI,2002:698).
Sementara pandagan Dewitt Wallace bahwa majalah merupakan
media massa terbesar adalah karena majalah ini berusaha melayani
audien massal.25 Majalah menyajikan ringkasan berita berdasarkan
kategori seperti persoalan-persoalan kehidupan manusia yang
aktual. Karena para pembaca biasanya menyukai majalah yang
menampilkan berita yang fokus pada orang sukses dan terkenal.
Selain itu kategori terbesar adalah persoalan-persoalan politik
seperti, Majalah Tempo yang terbit seminggu sekali.
Majalah merupakan medium yang pervasife. Bukan hanya untuk
orang atas tetapi banyak juga majalah yang diterbitkan untuk
kalangan bawah, yang berarti bahwa peran medium majalah
melintasi hampir seluruh lapisan masyarakat. Bahkan orang buta
huruf dapat memperoleh kesenangan dan manfaat dari majalah yang
umumnya dapat memuat gambar dan warna.
25 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008), h.112.
26
Penerbitan berkala yang menggunakan kertas bersampul,
menurut bermacam- macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun
foto-foto. Dari segi isi dibagi dalam dua jenis yakni Majalah umum,
yaitu majalah yang membuat karangan-karangan pengetahuan
umum, karangan-karangan yang menghibu, gambar-gambar,
olahraga, film, seni, dll. Majalah khusus, seperti majalah wanita,
majalah keluaraga, majalah humor, majalah kecantikan, politik,
kebudayaan, cerpen,dll.26
Menurut Muchtar Lubis, majalah dibagi menjadi dua golongan
yaitu:
1. Majalah Umum
Majalah yang berisikan tentang politik, kebudayaan, fiksi,
karangan, pengetahuan umum, pelipur lara, hiburan, olahraga,
film, dan sebagainya.
2. Majalah Khusus
Majalah yang hanya berisikan mengenai bidang khusus, seperti
majalah wanita, majalah pria, majalah remaja, dan anak-anak.
Majalah yang demikian memiliki perasaan yang cukup luas
terutama dikota- kota besar.27
Menurut pendapat Muchtar Lubis di atas, secara umum dapat
dipahami bahwa majalah menciptakan pasar sendiri untuk suatu
produk, maka hubungan majalah dengan khalayaknya dapat
diterima karena setiap majalah lebih diarahkan untuk kepentingan
26 Kurnia Efendi, Ensiklopedia Pers Indonesia,(Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama), h.154-155 27
Muchtar Lubis, Pers dan Wartawan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1963),
h. 90.
27
khalayak tersebut. Dapat dipahami pula secara khusus bahwa
majalah memiliki jangkauan khalayak yang cukup luas. Namun
jenisnya cukup bervariasi sehingga masing-masing dapat
mewakili berbagai kepentingan atau selera pembaca.
Dari penggabungan definisi majalah umum dan khusus,
majalah dapat didefinisikan sebagai suatu media massa yang
berfungsi sebagai media informasi yang diberikan kepada
khalayak secara luas, karena berita bersifat universal, dengan kata
lain isi berita yang disampaikan berkaitan dengan kehidupan
manusia dari berbagai aspek.
Tipe majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju.
Artinya sejak awal redaksi sudah menentukan siapa yang akan
menjadi pembacanya, apakah anak-anak, remaja, wanita dewa,
pria dewasa, atau untuk pembaca umum dari remaja sampai
dewasa.
Selain dengan sifat atau karakteristiknya majalah dapat
dijadikan publikasi yang beraneka ragam . ciri khas dari majalah
adalah dapat dibaca berulang-ulang kali, sehingga dapat dipahami
atau dihaval sampai mendetail.28
Menurut Elvinari Ardianto dan Lukiati Erdinaya Majalah
mempunyai karakteristik yang dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
a. Penyajian lebih dalam
Majalah berita biasanya terbit mingguan, sehingga para
reporternya punya waktu yang cukup lama untuk memahami
28
Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam,
(Jakarta: logos, 1999), h.26-30
28
dan mempelajari suatu peristiwa. Mereka juga mempunyai
waktu yang leluasan untuk melakukan analisis terhadap
peristiwa tersebut, sehingga penyajian berita dan informasi
dapat dibahas secara lebih dalam.
b. Nilai aktualitas lebih lama
Nilai aktualitas majalah bisa satu minggu. Karena dalam
mebaca majalah tidak akan pernah tuntas sekaligus. Pada hari
pertama mungkin hanya membaca topik yang disenangi atau
topik yang relevan dengan profesi, hari esok dan seterusnya
membaca topik lain sebagai referensi.
c. Gambar atau foto lebih banyak
Majalah juga mempunyai gambar atau foto yang lengkap,
dengan ukuran besar dan kadang-kadang berwarna, serta
kualitas kertas yang digunakan pun lebih baik
d. Cover (sampul) sebagai daya tarik
Sampul majalah merupakan daya tarik tersendiri, karena
sampul majalah menggunakan kertas yang bagus dengan
gambar yang menarik.29
Dalam Majalah Tempo Edisi 16-22 September 2019 terlihat
cover Presiden Republik Indonesia yang di gambarkan memiliki
bayangan Pinokio, tanda-tanda inilah yang menyebabkan cover
tersebut jadi menarik sehingga, Majalah Tempo edisi 16 September
ini, menuai kontroversial, dan jadi pembahasan hangat di forum-
forum publik.
29
Elviano Ardianto dan Lukianti Komala, Komunikasi Massa
Suatu Pengantar, (Bandung:Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 113-114.
29
2. Pemaknaan Dalam Sampul Majalah
Sampul Majalah, salah satu ciri khas dari majalah berita adalah
desain sampul atau halaman 1. Majalah berita menampilkan satu
berita utama atau satu fokus utama. Ukuran publikasi, yang
biasanya berukuran tabloid atau 8.5 x 11 inci, menyebabkan fokus
harus seperti itu. Sampul sering juga dilengkapi dengan teaser
headline tentang berita lain yang ada di publikasi.30
Pada sebuah majalah terdapat ruang lingkup desain, yaitu
tentang sampul majalah. Elemen visual pada sampul majalah saling
berkaitan satu dengan yang lainnya. Tipografi, ilustrasi, dan warna
adalah beberapa elemen visual untuk menciptakan komposisi yang
menarik pada sebuah sampul majalah.
Sampul majalah adalah sampul halaman depan yang membuat
identitas perusahaan dan menghinpun isi pemberitaan verbal dan
visual yang berkaitan dengan materi pemberitaan agar menarik
pembaca. Unsur- unsur yang harus ada pada sebuah sampul
majalah adalah ukuran dasar dari majalah tersebut (ukuran saku
atau ukuran tabloid), logo, fotografi, warna dasar, keterangan
mengenai jadwal penerbitan, pencamtuman harga, headline (judul
artikel dan sub judul artikel). Unsur-unsur ini memiliki fungsi
praktis dan fungsi komunikasi yang mewakili konsep yang
diberikan perusahaan majalah untuk selanjutnya diterbitkan.
30
Tom E. Rolnicki, Pengantar Dasar Jurnalisme,( Jakarta: Kencana
2008)h.301
30
Pengertian sampul menurut Dja’far H.Assegaf sebagai sampul
“lembaran kertas paling luar depan belakang pada buku yang lebih
tebal dari kertas isinya”.31Sedangkan sampul sebagai kulit
dijelaskan Assegaf sebagai “Lapisan depan atau belakang dari
suatu majalah yang lazimnya memuat judul majalah dan berisikan
gambar yang menarik”.32
Kemudian Onong Uchjana mendefinisikan sampul sebagai
“lembaran bagian luar dari majalah atau buku dimana tertera nama
atau judul dan media yang yang bersangkutan”.33
Dari beberapa definisi di atas, dapat diperoleh pengertian bahwa
sampul adalah lembaran kertas yang lebih tebal dari kertas isinya,
terdapat di halaman paling luar depan atau belakang, dan dibuat
untuk menarik perhatian pembaca. Sampul juga dapat membuat
citra dan karakter penerbit yang membuatnya.
Sampul dalam sebuah majalah seperti halnya etalase sebuah
toko yang akan mendorong pembaca untuk mengetahui isi
kedalamannya. Karena itu, halaman depan sampul majalah itu
harus menarik perhatian pembaca.Pentingnya sebuah sampul
merupakan bagian dari suatu strategi yang tidak dapat dipandang
remeh. Posisi sampul justru menentukan penilaian pembacanya
dalam memaknakan sampul tersebut. Karena sampul dapat
mempengaruhi calon pembaca dan tentunya dapat menumbuhkan
31 Dja’far H. Assegaf, Jurnalistik Masa Kini, Pengantar
Kepraktekan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), h. 127. 32 Dja’far H. Assegaf, Jurnalistik Masa Kini, Pengantar
Kepraktekan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), h. 125. 33 Onong Uchjana Efendy, Kamus Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju
komunikasi, 1999), h. 79
31
kesan terhadap identitas media yang bersangkutan. Cara media
menghiasi sampul salah satunya menggunakan informasi
bergambar.
Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan
informasi (melulu) tertulis, karena menatap gambar jauh lebih
mudah dan sederhana. Dibandingkan media verbal, gambar
merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan
pemahaman. Gambar berdiri sendiri, memiliki subyek yang mudah
dipahami dan merupakan “simbol “ yang jelas dan mudah dikenal.
Pembuatan suatu “gambar komunikasi“, dimaksudkan untuk
mendukung suatu pesan. Ada beberapa bentuk gambar komunikasi,
antara lain ilustrasi, logo, atau karikatur. Dalam hal ini adalah
sampul berbentuk gambar karikatur Majalah Tempoy ang disajikan
kepada khalayak yang mempunyai makna.
Selain itu sampul adalah halaman pertama yang ditampilkan
oleh sebuah majalah yang berisi foto atau gambar ilustrasi,
headline dan warna. Foto atau ilustrasi adalah gambar yang
menjelaskan apa isi dari majalah tersebut, biasanya selalu
berhubungan dengan headline. Headline adalah judul artikel yang
sedang dibahas oleh majalah dalam setiap edisisnya.
Sampul dalam sebuah buku atau majalah merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan. Peranan sampul sangat penting,
karena pada saat akan membeli buku atau majalah yang pertama
kali dilihat adalah sampul atau gambar ilustrasinya. Pemilihan
judul (teks) harus singkat, mudah dibaca, mudah dimengerti, dan
secara langsung dapat menginformasikan isi yang terkandung
didalamnya. Jika tampilan sampul dibuat menarik makan akan
32
membuat seseorang tertarik untuk membeli majalah tersebut.
Informasi berita yang panjang di sampul harus menarik bagi
banyak pembaca. Focus berita ini harus dilaporkan dan disajikan
dengan amat cermat dan ditulis serta disunting dengan baik.34
Sampul dibuat untuk membantu calon konsumen dalam hal
pemahaman pesan yang ingin disampaikan oleh seorang penulis
tentang apa yang ada didalamnya. Melalui gambar ilustrasi pada
sampul, seorang penulis dapat menuangkan ide dan kreatifitasnya
sebagai salah satu kesatuan dari karya sastra yang dihasilkan, selain
itu ada misi tertentu yang ingin disampaikan oleh seseorang kepada
khalayak umum. Gambar secara visual pada sampul mampu
mengomunikasikan pesan dengan cepat dan berkesan, sebuah
gambar ilustrasi yang tepat pemilihanya maka bisa memiliki nilai
yang sama dengan ribuan kata. Visualisasi adalah cara atau sarana
yang tepat untuk membuat sesuatu yang abstrak menjadi lebih
jelas, penampilan secara visual selalu mampu menarik emosi
pembacanya.
Banyak penerbitan yang digunakan sebagai media, tetapi
penggunanya disesuaikan dengan tujuan bidang-bidang tertentu.
Kapan akan digunakanya, tergantung pada jenis, serta jumlah
artikel yang akan ditulis. Tetapi yang paling penting adalah bentuk
perwajahan penerbitan, sehingga perlu adanya perencanaan desain
yang baik dari setiap unsur yang akan ditampilkan.
Unsur-unsur penerbitan antara lain berupa tanda simbol,
34 Tom E. Rolnicki, Pengantar Dasar Jurnalisme,( Jakarta: Kencana
2008) h.302
33
gunanya untuk membantu pembaca untuk mengikuti alur suatu
tulisan. Jika tanda-tanda atau simbol, gunanya untuk membantu
pembaca alur suatu tulisan. Jika tanda-tanda atau simbol memilki
bentuk yang sama semua, tentu pembaca akan sulit membedakan
serta memahami apa yang dimaksud dengan simbol tersebut.
Sedang pemaknaan dalam semiotika, menurut Saussure,
didasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah
laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai
tanda, harus ada dibelakang sistem tanda pembedaan dan konvensi
yang memungkinkan makna itu. Dengan demikian, bagi Peirce
semiotika adalah sebuah cabang dari filsafat, sedangkan bagi
Saussure semiotika adalah bagian dari disiplin psikologi sosial.35
3. Komunikasi Visual
Dilihat dari sudut pandang semiotika, desain komuniksi visual
adalah sistem semiotika khusus, dengan perbendaharaan tanda
(vocabulary) dan sintaks (syntagm) yang khas, yang berbeda
dengan sistem semiotika seni. Di dalam sistem, semiotika
komunikasi visual melekat fungsi komunikasi. Yaitu fungsi tanda
dalam menyampaikan pesan (massage) dari sebuah pengirim pesan
(sender) kepada para penerima (receiver) tanda berdasarkan aturan
atau kode-kode tertentu.
Semiotika visual pada dasarnya merupakan salah sebuah
bidang studi semiotika yang secara khusus menaruh minat pada
35 Kris Budiman,Semiotika Visual: Konsep Visual: Konsep ,Isu, Dan
Problem Ikonisitas, (Yogyakarta:Jalasutra,2011), h.3.
34
penyelidikan terhadap segala jenis makna yang disampaikan
melalui sarana indra lihatan (visual senses).36
Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam karya
desain komunikasi visual disosialisasikan kepada khalayak melalui
tanda. Secara garis besar, tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu
tanda verbal dan tanda visual. Danda verbal adalah aspek bahasa,
tema, dan pengertian yang didapatkan. Sedangkan tanda visual
akan dilihat dari cara menggabarkanya, apakah secara ikonis,
indeksial, atau simbolis, dan bagaimana cara mengungkapkan
idiom estetinya. Tanda-tanda yang dilihat dan dibaca dari dua
aspek seecara terpisah, kemudian diklasifikasikan dan dicari
hubungan antara yang satu dengan yang lainnya.37
Agar pesan mampu menarik perhatian calon konsumen,
maka karya desain komunikasi visual harus menawarkan
ekskusivisme, keistimewaan, dan kekhususan yang kemudian
dapat memberikan akhibat berupa ketertarikan calon konsumen
untuk membeli. Contohnya dalah sampul majalah, sampul majalah
harus dibuat semenarik mungkin agar calon pembaca tertarik untuk
membeli majalah tersebut, karena biasanya sebelum membeli calon
pembaca melihat dahulu sampulnya, apakah menarik atau tidak.
Strategi semacam ini sengaja dilakukan karena produk desain
komunikasi visual, yang salah satunya adalah sampul majalah
hanyalah sekedar “alat pembius” bagi produsen untuk berburu
36 Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, Dan
Problem Ikonsitas, (Yogyakarta:Jalasutra, 2011), h.9. 37 Sumbo Tinarbuko, semiotika komunikasi visual,
(Yogyakarta:Jalasutra,2008)h.9-10
35
konsumen.38
Tanda adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia
dengan perantaraan tanda-tanda dapat melakukan komunikasi
dengan sesamanya. Kajian semiotika dibedakan atas dua jenis,
yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi.39
Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang
produksi tanda yang salah satu diantarnya mengasumsikanya
dalam adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim,
penerima, kode pesan, saluran komunikasi dan acuan (hal yang
dibicarakan). Sedangkan semiotika signifikasi memberikan
tekanan pada teori tanda dan pemahamannya suatu konteks
tertentu.40
Dalam hal ini yang diutamakan adalah segi pemahaman
suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerimaan. Tanda
lebih diperhatikan daripada proses komunikasinya, karena tujuan
dari komunikasi pada hal ini tidak dipersoalkan.
Ketika semua bentuk komunikasi adalah tanda, maka dunia
ini penuh dengan tanda. Ketika kita berkomunikasi, kita
mencipatakan tanda sekaligus makna. Dalam perpektif semiotika,
pada akhirnya komunikasi akan menjadi suatu ilmu untuk
mengungkapkan pemaknaan dari tanda yang diciptakan oleh proses
komunikasi itu sendiri.
38 Sumbo Tinarbuko, semiotika komunikasi visual,
(Yogyakarta:Jalasutra,2008), h.1 39 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi,(Bandung:Remaja Rosdakarya,
2009), h.12 40
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung:Remaja
Rosdakarya, 2009), h.15
36
4. Warna
Warna merupakan pelengkap gambar serta mewakili suasana
kewajiban pelukisnya dalam berkomunikasi. Warna juga
merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan
penglihatan sehingga mampu merangsang munculnya rasa haru,
sedih, gembira, mood atau semangat, dan lain-lain. Secara
visual, warnamemiliki kekuatan yang mempu mempengaruhi
citra orang yang melihatnya. Masing–masing warna mampu
memberikan respon secara psikologis. Warna selalu dipakai
orang di semua segi kehidupan. Hal itu membuktikan bahwa
warna benar- benar menjadi sesuatu yang berarti dalam
kehidupan manusia.41
Penggunaan warna yang tidak tepat di headline akan
mempengaruhi persepsi pembaca terhadap isi berita dan nilai
berita. Teks isi yang berwarna akan menyebakan pembaca
lambat dalam memproses informasi dan bahkan menyebabkan
mereka enggan membacanya.
Beberapa warna tidak tepat dipakai. Warna sepertikuning
adalah sulit dibaca dan akan menciptakan isi yang samar dan
sulit dibaca. Sedangkan warna yang kuat dan hangat, seperti
merah adalah warna yang lebih baik untuk teks yang baik
adalah hitam diatas putih. Tipe sebaliknya, putih diatas hitam,
akan memperlambat pembaca dan menciptakan area tulisan
padat di majalah.42
41 Adi Kusrianto, pengantar Desain Komunikasi Visual, (
penerbit ANDI, Yogyakarta,2007), h.46-47 42 Tom E.Rolnicki,dkk., Pengantar Dasar Jurnalisme (scholastic
37
1. Merah
Melambangkan kesan energi, kekuatan, hasrat, erotisme,
keberanian, simbol dari api, pencapaian tujuan, darah,
resiko, ketenaran, cinta, perjuangan, perhatian, perang,
bahaya, kecepatan, panas, kekerasan.
2. Putih
Menunjukkan kedamaian, Permohonan maaf, pencapaian
diri, spiritualitas, kedewaan, keperawanan atau kesucian,
kesederhanaan, kesempurnaan, kebersihan, cahaya,
takbersalah, keamanan, persatuan.
3. Hitam
Melambangkan perlindungan, pengusiran, sesuatu yang
negatif, mengikat, kekuatan, formalitas, misteri, kekayaan,
ketakutan, kejahatan, ketidak bahagiaan, perasaan yang
dalam, kesedihan, kemarahan, sesuatu yang melanggar
(underground), modern music, harga diri, anti kemapanan.
4. Biru
Memberikan kesan Komunikasi, Peruntungan yang baik,
kebijakan, perlindungan, inspirasi spiritual, tenang,
kelembutan, dinamis, air, laut, kreativitas, cinta,
kedamaian, kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan,
kekuatan dari adlam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan
diri, kesadaran, pesan, ide, berbagi, idealisme, persahabatan
dan harmoni, kasih sayang.
5. Hijau
journalism)”, Jakarta: Kencan Prenada Media Group, 2008, h.274
38
Menunjukkan warna bumi, penyembuhan fisik,
kelimpahan, keajaiban, tanaman dan pohon, kesuburan,
pertumbuhan, muda, kesuksesan materi, pembaharuan,
daya tahan, keseimbangan, ketergantungan dan
persahabatan.
6. Kuning
Merujuk pada matahari, ingatan, imajinasi logis, energi
sosial, kerjasama, kebahagiaan, kegembiraan, kehangatan,
loyalitas, tekanan mental, persepsi, pemahaman
kebijaksanaan, penghianatan,kecemburuan, penipuan,
kelemahan, penakut, aksi, idealisme, optimisme, imajinasi,
harapan, musim panas, filosofi, ketidakpastian,resah dan
curiga.
7. Ungu
Menunjukkan pengaruh, pandangan ketiga, kekuatan
spiritual, pengetahuan yang tersembunyi, aspirasi yang
tinggi, kebangsawanan, upacara, misteri, pencerahan,
telepati, empati, arogan, intuisi, kepercayaan yang dalam,
ambisi, magic atau keajaiban, harga diri.
8. Cokelat
Menunjukkan Persahabatan, kejadian yang khusus, bumi,
pemikiran yang materialis, reliabilitas, kedamaian,
produktivitas, praktis, kerja keras.
9. Abu-abu
Mencerminkan keamanan, kepandaian, tenang dan serius,
kesederhanaan, kedewasaaan, konservatif, praktis,
kesedihan, bosan, profesional, kualitas, diam, tenang.
39
10. Emas
Mencerminkan prestis (kedudukan), kesehatan, keamanan,
kegembiraan, kebijakan, arti, tujuan, pencarian kedalam
hati, kekuatan mistis, ilmu pengetahuan, perasaan kagum,
konsentrasi.43
5. Karikatur
Karikatur adalah bagian dari kartun opini, tetapi kemudian
menjadi salah kaprah. Karikatur yang sudah diberi beban pesan,
kritik dan sebagainya berarti telah menjadi kartun opini. Dengan
kata lain, kartun yang membawa pesan kritik sosial,yang
muncul disetiap penerbitan media massa political cartoon atau
editorial cartoon, yakni versi lain dari editorial atau tajuk
rencana dalam versi gambar humor.44
Menurut Sudarta, kartun adalah semua gambar humor,
termaksud karikatur itu sendiri sedangkan karikatur adalah
deformasi berlebihan atas wajah seseorang, biasanya orang
terkenal, dengan mempercantiknya dengan penggambaran ciri
khas lahiriahnya untuk tujuan mengejek.45
Kartun Opini atau kartun editorial dalam media pers harus
sejalan dengan kebijakan media dan konteks di masyarakat.
Redaksi menganggap penting kartun opininya karena sebagai
43 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung :
Rosdakarya, 2005), h.48. 44 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2003),
h. 138-139. 45 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya,
2003),,h. 138.
40
cermin kualitas media. Sudut pandang redaksi dan bagian yang
peka ada misi yang diemban, yaitu dalam jurnalistik, media, dan
humor.
Alex sobur mengatakan bahwa sebagian kartun opini
setidaknya adalah empat hal teknis yang harus diingat. Pertama,
harus informatif dan komunikatif; Kedua harus situasional
dengan pengungkapan yang hangat; Ketiga cukup memuat
kandungan humor; Keempat harus mempunyai gambar yang
baik.46 Media memakai tanda-tanda visual berupa gambar yang
dituangkan dalam bentuk kartun. Sebuah gambar memiliki
makna tertentu seperti halnya teks tulisan. Terlebih gambar
tersebut ditambah humor dengan bobot cerita yang menarik.
Jika dikaitkan dengan karikatur pada sampul Majalah
Tempo dalam penelitian ini. Maka yang dimaksud kartun disini
adalah karun opini atau kartun editorial yang isi kartunnya
biasanya mengangkat situasi politik, sosial, dan sebagainya.
Kartun dibuat dengan lelucon dan sarat dengan kritik tajam
terhadap prilaku serta kebijakan tokoh. Sifat kartun yang harus
informatif, komunikatif, situasional dengan mengungkapkan
yang hangat, memuat humor dan memiliki gambar yang baik,
sehingga memberikan keuntungan dalam penyampaian kritik
dengan sasaran pembaca. Kartunis harus mampu
menyampaikan pesan dengan sedikit rangkaian kata kepada
pembaca, agar kritik tersebut dapat dipahami pembaca dan
pesan dapat tersampaikan. Tugas kartunis adalah mengangkat
46
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2003), h. 139.
41
masalah secara unik agar pembaca dapat mengungkap sisi lain
dalam memandang suatu masalah dengan ciri khasnya tertentu.
Namun, pembaca tentu dapat menafsirkan sendiri suatu masalah
yang diangkat dan tidak sesuai dengan pandangan kartunis.
C. Kerangka Berpikir
Rumusan Masalah
1. Apa makna objek atau ilustrasi dalam cover majalah Tempo
edisi 16-22 September 2019 dilihat dari jenis tanda yang
digolongkan dalam semiotik, pertanda (ground)?
2. Apa makna objek atau ilustrasi dalam cover majalah
Tempo edisi 16-22 September 2019 dilihat dari jenis tanda
yang digolongkan dalam semiotik ikon,indeks dan simbol
(object)?
3. Apa makna objek atau ilustrasi dalam cover majalah
Tempo edisi 16-22 September 2019 dilihat dari jenis tanda
interpretasi (interpertant)?
Teori Analis semiotika
(Charles Sander Pierce)
Semiotika berangkat dari tiga elemen utama, yang disebut
Peirce sebagai teori segitiga makna atau triangle meaning
theory. Teori segitiga makna Peirce ini terdiri dari sign (tanda),
object (objek), dan interpretant (interpretan)
42
Sumber : Modifikasi peneliti dan pembimbing, 2020
Gambar 2.2. : Bagan kerangka pemikiran berjudul “Makna Pesan
Janji Tinggal Janji Jokowi Pada Cover Majalah Tempo Edisi 16-
22 September 2019.”
Interpretant Object Sign
43
BAB III
GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO
A. Sejarah Majalah Tempo
Gambar 3. 1. Logo Tempo Media Group
Suatu hari di tahun 1969, sekumpulan anak muda berangan-
angan membuat sebuah majalah berita mingguan. Alhasil,
terbitlah majalah berita mingguan bernama Ekspres. Di antara
para pendiri dan pengelola awal, terdapat nama seperti Goenawan
Mohamad, Fikri Jufri, Christianto Wibisono, dan Usamah.
Namun, akibat perbedaan prinsip antara jajaran redaksi dan pihak
pemilik modal utama, terjadilah perpecahan.Goenawan cs keluar
dari Ekspres pada 1970. Di sudut Jakarta yang lain, seorang
Harjoko Trisnadi sedang mengalami masalah. Majalah Djaja,
milik Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) , yang
dikelolanya sejak 1962 macet terbit. Menghadapi kondisi
tersebut, karyawan Djaja menulis surat kepada Gubernur DKI
saat itu, Ali Sadikin, minta agar Djaja diswastakan dan dikelola
Yayasan Jaya Raya-sebuah yayasan yang berada di bawah
Pemerintah DKI.
44
Lalu terjadi rembugan tripartite antara Yayasan Jaya Raya-
yang dipimpin Ir. Ciputra-orang-orang bekas majalah Ekspres,
dan orang-orang bekas majalah Djaja.Disepakatilah berdirinya
majalah Tempo di bawah PT. Grafiti Pers sebagai penerbitnya.
Kenapa nama Tempo? Menurut Goenawan -Pemimpin Redaksi
saat itukarena kata ini mudah diucapkan, terutama oleh para
pengecer. Cocok pula dengan sifat sebuah media berkala yang
jarak terbitnya longgar, yakni mingguan. Mungkin juga karena
dekat dengan nama majalah berita terbitan Amerika Serikat,
Time-sekaligus sambil berolok-olok-yang sudah terkenal. Edisi
perdana majalah Tempo terbit pada 6 Maret 1971. Dengan rata-
rata umur pengelola yang masih 20-an, Tempo tampil beda dan
diterima masyarakat. Dengan mengedepakan peliputan berita
yang jujur dan berimbang, serta tulisan yang disajikan dalam
prosa yang menarik dan jenaka, Tempo diterima masyarakat. 37
Pada tahun 1982, untuk pertama kalinya Tempo dibredel.Tempo
dianggap terlalu tajam mengkritik rezim Orde Baru dan
kendaraan politiknya, Golkar.Saat itu tengah dilangsungkan
kampanye dan prosesi Pemilihan Umum. Tapi akhirnya Tempo
diperbolehkan terbit kembali setelah menandatangani semacam
"janji" di atas kertas segel dengan Ali Moertopo, Menteri
Penerangan saat itu (zaman Soeharto ada Departemen
Penerangan yang fungsinya, antara lain mengontrol pers).
Makin sempurna mekanisme internal keredaksian Tempo,
makin mengental semangat jurnalisme investigasinya.Maka
makin tajam pula daya kritik Tempo terhadap pemerintahan
Soeharto yang sudah sedemikian melumut.Puncaknya, pada 21
45
Juni 1994.Untuk kedua kalinya Tempo dibredel oleh pemerintah,
melalui Menteri Penerangan Harmoko.Tempo dinilai terlalu
keras mengkritik Habibie dan Soeharto ihwal pembelian kapal
kapal bekas dari Jerman Timur. Selepas Soeharto lengser pada
Mei 1998, mereka yang pernah bekerja di Tempo -dan tercerai
berai akibat bredel- berembuk ulang.Mereka bicara ihwal perlu-
tidaknya majalah Tempo terbit kembali.Hasilnya, Tempo harus
terbit kembali.
Maka, sejak 12 Oktober 1998, majalah Tempo hadir
kembali. Untuk meningkatkan skala dan kemampuan penetrasi
ke bisnis dunia media, maka pada tahun 2001, PT. Arsa Raya
Perdana go public dan mengubah namanya menjadi PT Tempo
Inti Media Tbk. (Perseroan) sebagai penerbit majalah Tempo -
yang baru. Dana dari hasil go public dipakai untuk menerbitkan
Koran Tempo yang berkompetisi di media harian. Saat ini,
produk-produk Tempo terus muncul dan memperkaya industry
informasi korporat dari berbagai bidang, yaitu penerbitan (
majalah Tempo, Koran Tempo, Koran Tempo Makassar, Tempo
English, Travelounge, Komunika, dan Aha! Aku Tahu), Digital
(Tempo.co, Data dan Riset (Pusat Data dan Analisa Tempo),
Percetakan (Temprint), Penyiaran (Tempo TV dan Tempo
Channel), Industri Kreatif (Matair Rumah Kreatif), Event 38
Organizer(Impressario dan Tempo Komunitas), Perdagangan
(Temprint Inti Niaga), dan Building Management (Temprint
Graha Delapan).1 Secara umum, alur berita di Tempo dapat
1 http://korporat.tempo.co./tentang/sejarah, Diakses pada 10/04/2020
46
dilihat pada bagan berikut2 :
Organizer (Impressario dan Tempo Komunitas),
Perdagangan (Temprint Inti Niaga), dan Building
Management (Temprint Graha Delapan). 8
Secara umum, alur berita di Tempo dapat dilihat pada bagan
berikut' 9 :
Gambar 3. 2. Alur Berita Tempo
Sumber . Compani profile PT.Tempo Inti Media, Tbk
2 Compani profile PT.Tempo Inti Media, Tbk
Majalah
Tempo
Koran Tempo Redaktur
Telepon
Rapat Proyeksi
(perencanaa)
PERISTIWA
Reportase
terencana
insidental
Reporter Meliput
47
B. Struktur Organiasasi Majalah Tempo
Di majalah Tempo ada dua struktur organisasi pertama stuktur
organisasi redaksi, kedua struktur perusahaan.Struktut redaksi
bertugas dan bertangung jawab terhadap isi majalah.Untuk struktur
organisasi redaksi.
Dipimpin oleh Pimpinan Redaksi, sedangkan perusahaan
bertanggung jawab terhadap keungan perusahaan dan pemasran
majalah Tempo. Untuk perusahaan secara stuktur dipimpin oleh
Direktur utama.3
1. Kelompok Tempo Media (Tempo.com, Pt Info Media
Digital)
Direktur Utama : Toriq Hadad
Direktur : Burhan Sholihin, Y. Tomi
Aryanto, Wahyu
Dhyatmika
Pemimpin Redaksi : Setri Yasra
Redaktur Eksekutif : Anton Aprianto
Koordinator Kanal Vertikal : Elik Susanto
I. Nasional dan hukum
Kepala : Juli Hantoro
Redaktur : Jobpie Sugiharto, Endri
3 Majalah Tempo Edisi 9-15 Januari 2017
48
Kurniawati, Syaleindra
Persada
Staf redaksi : Amirullah, Friski Riana,
Egy Adyatama
Reporter : Andita Rahma, Budiarti
Utami Putri, Dewi Nurita,
M. Ruseno Aji Nugroho
II. Ekonomi dan Bisnis
Kepala : Rr Aryani Widyastuti
Redaktur : Kodrat Setiawan,
Dewi Rina Cahyani
(nonaktif)
Staf Redaksi : Ali Ahmad Noor Hidayat
Reporter : Caesar Akbar, Dias
Prasongko, Fajar Febrianto,
Muhammad Hendratyo
Hanggi, Francisca
III. Metro
Kepala : Zakarias Wuragil
Redaktur : Tjandra Dewi,
Dewi Arjanto
Staf Redaksi : Febriyan, Martha
Warta Silaban
Reporter : Adam Prierza, Imam
Hamid, M. Julnis
49
Firmansyah Lani
Wijaya, M. Yusuf
Manurung
IV. Internasional
Kepala : Maria Rita Ida Hasugian .
Staf Redaksi : Budi Reza
V. Gaya Hidup
Kepala : Rini Kustiani
Redaktur : Istiqomatul Hayati
Staf Redaksi : Erwin Z. Prima, Aditya
Budiman, Wawan Priyatno
VI. Multimedia
Kepala : Nana Rishki Susanti
Fotografer : Amston Probel
(koordinaor), Seubekti
Periset Foto : Charisma Adristy, Fardi
Bestari, Nufus Nita
Editor Foto : Ngarto Februana
(koordinator), Ryan
Maulana
Videografer : Ridian Eka Saputra
Produser Podcast : Dewa Made Erdy Kusuma
VII. Media Lab
50
Kepala : Moerat Sitompul
Staf Redaksi : Krisna Pradipta,
Angelina Anjar Sawitri
Desainer : Imam Riyadi, Rio Ari
Seno, Riyan Rahmat
VIII. Pengembangan Audiens
Manajer : Nita Azhar
Analisis Data : Rahmawati
Media Sosial : Ferdhinand Akbar
(Koordinator), Abdur
Rohim Latada, Bernadus
Guntur
IX. Teras.id
Redaktur Pelaksana : Yosep Suprayogi
Redaktur : S. Dian Andryanto
X. Indonesiana
Kepala : Gendur Sudarsono
Redaktur Pelaksana : Tulus Wijanarko
Pengembangan Komunitas: Rob Januar
XI. Teknologi dan Informasi
Kepala : Handy Dharmawan
Koordinator : William Rince
Progamer : Birtha Arifudzaki, Abdul
51
Rozaq Tri Novanto, Riky
Susanto, Arif Hidayat, Reza
Pahlevi
Web Desainer : Sunardi
2. Majalah Tempo
Pemimpin Redaksi : Wahyu Dhyatmika
Redaktur Eksekutif : Anton Septian
I. Nasional dan hukum
Redaktur Pelaksana : Stefanus Teguh Edi
Pramono
Redaktur : Mustafa Silalahi, I Wayan
Agus Purnomo,
Raymundus Rikang, Linda
Trianita
Staf redaksi : Riky Ferdianto, Usein
Abri Dongoran, Devy Ernis
II. Ekonomi
Redaktur Pelaksana : Agoeng Wijaya
Redaktur : Retno Sulistyowati,
Khairul Anam
Staf Redaksi : Putri Adityowati
III. Investigasi
Redaktur Pelaksana : Bagja Hidayat
Redaktur : Agung Sedayu, Erwan
52
Hermawan, Dini Paramita
IV. Internasional
Redaktur Pelaksana : Kurniawan
Redaktur : Abdul Manan
V. Seni dan Intermezzo
Redaktur Pelaksana : Seno Joko Suyono
Redaktur Utama : Nurdin Kalim
Staf Redaksi : Moyang Kasih Dewi
Merdeka, Isma Savitri
VI. Sains dan Report
Redaktur Utama : Dodi Hidayat
Redaktur : Gabriel Wahyu Titiyoga
VII. Gaya Hidup
Redaktur Pelaksana : Sapto Yunus
Redaktur : Mahardika Satria Hadi,
Nur Akfiyah, Aisha Shaidra
VIII. Kreatif, Foto, dan Bahasa
Redaktur Desain : Eko Punto pambudi
Desainer Senior : Aji Yuliarto, Djunaedi,
Ehwan Kurniawan, Gatot
Pandego, Imam Yunianto,
Kendra H. Paramita,
53
Munzir Fadly
Desainer : Agus Darmawan Setiadi,
Rudy Asrori
Penatak Letak : Ahmad Fatoni, Arief
Mudi Handoko, Endang
Wijaya, Hindrawan,
Junianto Prasongko,
Lukmanul Hakim
Redaktur Foto : Gunawan Wicaksono,
Ijar Karim
Priset Foto : Jati Mahtmaji, Ratih
Purnama Ningsih, Nita
Dian Afianti, Bintari
Rahmawati, Fardi Bestari,
Charisma Adrysto
Fotografer : Amston Probel, Subekti
Redaktur Bahasa : Hasto Pratikno,
Iyan Bastian
Staf Senior : Michael Timur Kharisma,
Suhud Sudarjo, Hardian
Putra Pertama, Sekar
Septiandari
STAF : Andry Setiawan, Edy
Sembodo, Ogi Raditya,
Tasha Agrippina
3. Koran Tempo
54
Pemimpin Redaksi : Budi Setyarso
Redaktur Eksekutif : Jajang Jamaludin
I. Nasional dan hukum
Redaktur Pelaksana : Sunudyantoro
Redaktur : Efri Ritonga,
Rusman Paraqbueq
Staf redaksi : Robby Irfany Maqoma,
Maya Puspitasari, Ahmad
Faiz Ibnu Sani, Avit
Hidayat, Diko Oktara
Achmad Yani. Rezki
Alvionitasari
II. Ekonomi
Redaktur Pelaksana :Yandhrie Arvian
Redaktur : Ali Nur Yasin, Fery
Firmansyah
Staf Redaksi : Andi Ibnu Masri, Ghoida
Rahmah, Larrisa Huda,
Vindry Florentin Yohanes
Paskalis
III. Metro
Redaktur Pelaksana : Reza Maulana
Redaktur : Suseno
Staf Redaksi : Ninis Chairunnisa,
55
Fransisco Rosarians Enga
Geken, Gangsar Parikesit,
Inge Klara Safitri
IV. Internasional
Redaktur : Sukma N. Loppies
Staf Redaksi : Sita Planasari
V. Seni
Redaktu : Mustafa Ismail
Staf Redaksi : Dian Yuliastuti
VI. Sains dan Report
Redaktur Pelaksana : Firman Atmakusuma
Redaktur : Irfan Budiman
Staf Redaksi : Afrilia Suryanis, Indra
Wijaya, Nur Hayanto
4. Tempo English
Pemimpin Redaksi : Wahyu Dhyatmika
Redaktur Eksekutif : Philipius Perera
Redaktur Pelaksana : Purwani Diyah Prabandari
Redaktur : Lucas Edward
Koordinator Produksi : Dewi Pusfitasari
I. TV Tempo
Direktur : Qaris Tajudin
56
Produser Eksekutif : M. Nur Hidayat
Produser : Alfian Noviar,
Budhi Santoso
Editor Video : Akbar Ramadhan
II. Pusat Data dan Analisa Tempo
Direktur : Burhan Sholihin
Kepala : Priatna
Riset : Ai Mulyani, Priandono
Data : Agus Supriyatno, Ismail,
Evan Koesoemah, Danni
Muhadiansyah
Buku : Siti Rhanty
III. Redaktur Khusus
Arif Zulkifli, Gendur Sudarsono, Toriq Hadad, Putu
Setia, Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Bambang
Harymurti, S. Malela Mahargasarie.
IV. Kepala Pemberitaan Korporat
Arif Zulkifli
V. Biro Pendidikan, Ombudsman dan Digitalisasi
Media
Kepala : Philipius Parera
Biro Pendidikan : Jajang Jamaludin
(koordinator), Anton
57
Aprianto
Ombudsman : Purwani Dyah Prabandari
(koordinator)
Multimedia : Nana Rishki Susanti
(koordinator), Ngarto
Februana (Redaktur), Ryan
Maulana, Ridian Eka
Saputra, Dewa Made Erdy
Medialab : Moerat Sitompul
(koordinator), Krisna
Pradipta, Angelina Anjar
Sawitri
C. Profil Perusahaan
Majalah Tempo berada dibawah naungan PT. Tempo Inti
Media TBK dengan Direktur Utama Bambang Harymurti dibantu
oleh Direktur Gabriel Sugrahetty, Herry Hernawan, Sri Malela
Mahargasarie, Toriq Hadad dan Faira Bagja sekalu Sekretariat
Korporat. Untuk lebih jelaskan penulis akan menerengkan sejarah
rinci sturktur perusahaan di Majalah Tempo.
Direktur : Toriq Hadad
Direktur : Arif Zulkifli, Sebastian
Kinaatmaja, Herry Hernawan,
Meiky Sofyansyah
I. Pemasaran : Meiky Sofiansyah
II. Iklan : M.M Ekawati, Silvia Husnaini,
58
Fransisca W.R, Seto Ajie Wijaya,
Revvy Oktario, Rizqi Filco, Gian
Ardy, Adimas Triyono, Rakasiwi
Permana
III. Komunikasi Pemasara: Gilang Rahadian, Berkah Demiat,
Yefri
IV. Business Development : Budi Setyarso
V. Sirkulasi dan Distribusi
Cetak : Imam Sukarnadi, Efina Andriyani
(sekretaris)
Tempo Komunitas : Joko Prasetyo
Sirkulasi Digital : Prathiya Putra
CRM : Retno Effendi
VI. Kreatif Pemasaran
Penulis : Mira Larasati (Kepala), Hotma
Siregar, Abdul Djalal
Desain : Juned Aryo Sembada
(koordinator), Andi Faisal, Jemmi
Ismoko, Setiyono
Periset Foto : Lourentius
Ep Traffic : Prayogi
D. Visi Dan Misi Perusahaan Tempo
1. VISI
59
Menjadi acuan dalam usaha meningkatkan kebebasan publik
untuk berpikir dan berpendapat serta membangun peradaban
yang menghargai kecerdasan dan perbedaan.
2. MISI
a. Menghasilkan produk multimedia yang independen dan
bebas dari segala tekanan dengan menampung dan
menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda.
b. Menghasilkan produk multimedia bermutu tinggi dan
berpegang pada kode etik.
c. Menjadi tempat kerja yang sehat dan menyejahterakan
serta mencerminkan keragaman Indonesia.
d. Memiliki proses kerja yang menghargai dan memberi
nilai tambah kepada semua pemangku kepentingan.
e. Menjadi lahan kegiatan yang memperkaya khazanah
artistik, intelektual, dan dunia bisnis melalui
pengingkatan ide-ide baru, bahasa, dan tampilan visual
yang baik.
f. Menjadi pemimpin pasar dalam bisnis multemedia dan
pendukungnya.
60
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Makna Pesan Janji Tinggal Janji Jokowi Pada Cover
Majalah Tempo Edisi 16-22 September 2019.
Majalah adalah salah satu jenis dari produk media massa.
Majalah terdiri dari sekumpulan kertas cetakan yang disatukan.
Tulisan-tulisan di dalam majalah dibuat bukan oleh tulisan tangan,
namun oleh suatu mesin cetak. Majalah merupakan media opini.
Jadi dalam sebuah majalah pun terdapat tulisan-tulisan mengenai
opini atau pendapat-pendapat, pandangan-pandangan seseorang
mengenai sesuatu yang tentunya berkaitan dengan masalah-
masalah yang terjadi di masyarakat.
Agar majalah bisa terlihat menarik, sehingga bisa menarik
perhatian pembacanya, cover atau gambar sampul yang ada pada
majalah menjadi kunci keberhasilan untuk menarik pembaca. Hal
tersebut dikemukakan oleh Kendra H. Paramita selaku designer
illustrator pada majalah Tempo dalam wawancaranya dengan
penulis.
“Pertama, jelas ya, jadi jelas, lalu bisa mewakili isi
cerita lalu menarik eye catching, lalu membuat orang
tertarik untuk ingin tahu, kurang lebih seperti itu ,
sebetulnya itu kriteria dasar begitu, tapi, itu aja sebetulnya
yang paling penting , mewakili ya jadi pembaca tidak perlu
tahu isi semua majalah nya, tapi setidaknya buat
61
penasaran lah, intinya membuat penasaran. Kalau
langsung tahu orang tidak mau baca.”1
Sebelum mengeluarkan edisi majalah terbaru, tim redaksi
majalah Tempo bersama dengan tim redaksinya mengadakan
rapat setiap pekan, guna merancang juga menentukan latar
belakang dan isi dari majalah Tempo tersebut melalui pristiwa
ataupun isu yang tengah terjadi.
“Latar belakang dari tim redaksi memang setiap
pekan , kita selalu membuat laporan panjang kan, memang
laporan panjang itu dipilih berdasarkan salah satunya
adalah aktualitas , begitu jadi memang mengambil dari
peristiwa yang banyak sedang diperbincangkan, nah, saat
itu , itu adalah isu yang paling kuat dan kita mengangkat
berdasarkan fakta-fakta temuan kita lah, jadi.. kurang
lebih seperti itu kalau dari sisi redaksional nya.”2
Dari pernyataan tersebut, Tempo selalu mengedepankan
nilai aktualitas, dan menghubungkan peristiwa-peristiwa hangat
atau issue terkini berdasarkan fakta-fakta yang telah ditemukan
oleh tim redaksi majalah Tempo.
Melalui rapat opini serta penelitian, akhirnya dapat
diillustrasikan sebuah gambar sampul majalah Tempo.
1 Kendra H. Paramita. Senior Designer & Illsutrator PT Tempo Media
Group . Dalam wawancara pribadi pada Tanggal 31 Mei 2020 2 Kendra H. Paramita. Senior Designer & Illsutrator PT Tempo Media
Group . Dalam wawancara pribadi pada Tanggal 31 Mei 2020
62
“Tapi kalau dari ilustrasi , ya ilustrasi kan
merespon temuan redaksi kan jadi opini tempo pada suatu
isu itu seperti apa, nah, ilustrasi sampul terutama, bertolak
dari situ, Dari opini redaksi tempo terkait isu, opininya
itu berasal dari sikap tempo dalam menyikapi sebuah isu
sebenernya, jadi kita punya rapat khusus , namanya rapat
opini gitu.”3
Sedangkan dari pernyataan di atas, illustrasi yang ada pada
sampul majalah Tempo adalah bentuk respon dari temuan tim
redaksi majalah Tempo, yang berangkat dari opini, menurut
Kendra H. Paramita, rapat opini merupakan rapat yang
dikhususkan untuk membahas isu tertentu.
“Jadi itu khusus membahas sebuah isu, dari
berbagai angle dari angle nya yang dipermasalahkan
dari angle nya oposisi pokonya yang pro dan kontra
semua dibahas di situ, jadi kalau kita berusaha netral jadi
kita selalu cover both side, kita selalu mengkonfirmasi
dari ke dua kubu, dan ini pun kita juga sudah konfirmasi
dengan Presiden juga untuk isu yang ini.”4
Adapun rapat opini disini bisa dikatakan adalah rapat yang
membahas sebuah pristiwa maupun isu dari berbagai sisi, dari
3 Kendra H. Paramita. Senior Designer & Illsutrator PT Tempo Media
Group . Dalam wawancara pribadi pada Tanggal 31 Mei 2020 4 Kendra H. Paramita. Senior Designer & Illsutrator PT Tempo Media
Group . Dalam wawancara pribadi pada Tanggal 31 Mei 2020
63
yang setuju dan tidak setuju, yang pro dan yang kontra. Pihak
Tempo selalu mengkonfirmasi dari ke dua kubu, dari angle
pemerintah juga angle oposisi, bahkan untuk sampul Jokowi
Pinokio sendiripun, dari syarat-syarat jurnalistik pun pihak
Tempo mengaku seudah memenuhi syarat tersebut, Tempo
mengklaim bahwa sudah konfrimasi dengan presiden Joko
Widodo melalui wawancara, telfon ataupun doorstop.
“Jadi semua syarat-syarat, saya bukan jurusan
jurnalistik ya jadi tidak terlalu paham gitu, tapi yang jelas
syarat-syarat secara jurnalistiknya sudah terpenuhi lah
gitu apa lagi laporan, syarat utamanya laporan ada
wawancara dengan narasumber yang sedang
diperbincangkan lah gitu, dalam hal ini ya Pak Jokowi lah
gitu. Jadi memang ada wawancaranya, Konfirmasi di sini
dalam bentuk wawancara, bisa via telpon/ doorstop, dsb.
Yang menjadi salah satu bagian dalam rangkaian tulisan
di laporan majalah. belum ada penolakan internal, proses
pengerjaan satu malam..”5
Dari pengalaman Kendra H. Paramita, belum pernah ada
penolakan dari siapapun, maksudnya adalah orang yang akan
dijadikan ilustrasi pada sampul majalah Tempo. Jadi pihak
Tempo bisa mengeluarkan edisi majalahnya tanpa takut
diperkarai oleh narasumber maupun pihak yang bersangkutan,
5 Kendra H. Paramita. Senior Designer & Illsutrator PT Tempo Media
Group . Dalam wawancara pribadi pada Tanggal 31 Mei 2020
64
disebutkan juga bahwa untuk sampul majalah Tempo, termasuk
sampul majalah Jokowi Pinokio, proses pengerjaannya hanya
satu malam.
Pihak Tempo Media Group menjelaskan visi dan misi nya
bahwa Tempo selalu mengkedepankan kode etik jurnalistik.
Tempo mengklaim bahwa sebelum menciptakan cover yang
dinilai sering mengkritisi pemerintah,Tempo selalu meminta
izin dan konfirmasi terlebih dahulu kepada pihak terkait,
sebelum memuat orang yang bersangkutan muncul pada cover
dengan gambar kontroversial. Sepertinya halnya Joko Widodo
yang digambarkan memilki simbol bayangan pinokio.
“Setiap kerja jurnalistik tempo itu, kita selalu
mengkedepankan kode etik jurnalistik, kurang lebih
seperti itu, jadi emang terkesan klise, tapi sebenernya kita
hanya berusaha benar-benar menjalankan itu sih seperti
konfirmasi , jadi kita setiap kita menyebutkan narasumber
kita menyebutkan seseorang itu kita selalu konfrimasi
dulu pada orang yang bersangkutan jadi kita tidak pernah
sembarangan menulis nama segala macem atau tidak
mencantumkan sumber.”6
Kemudian pada di dalam kinerja Tempo itu sendiri
Kendra H. Paramita menyebutkan bahwa Tempo memiliki
6 Kendra H. Paramita. Senior Designer & Illsutrator PT Tempo Media
Group . Dalam wawancara pribadi pada Tanggal 31 Mei 2020
65
sistem yang cukup egaliter, yaitu memandang setiap orang
sama, tanpa deraja tertentu. Oleh karena itu, ketika menyepakati
sesuatu melalui rapat maupun diskusi sifatnya bisa dikatakan
bebas. Apapun yang hendak dibicarakan, dan siapa saja yang
ingin bicara ketika diskusi dipersilahkan tanpa memandang
derajat hingga semua pendapat dapat dikumpulkan,
didiskusikan dan disepakati.
“Kalau internal tempo sendiri sih sebenernya
cukup egaliter yah, jadi kita biasa berdiskusi tanpa
hirarki, jadi ketika di ruang rapat redaksi itu , struktur
hirarki itu tidak ada, jadi siapapun bebas mengemukakan
pendapat begitu, mau sifatnya bantahan kritikan segala
macem itu bebas, jadi dengan kultur seperti itu memang
semua pendapat argumen itu memang benar-benar teruji
disitu, jadi semangat seperti itulah yang kami kedepankan
dalam kerja jurnalistik.”7
Kendra H. Paramita menyebutkan bahwa, ketika
memiliki pekerjaan sebagai jurnalistik, hendaklah menjadi
seseorang yang tidak mudah percaya dan skepstis. Jika
mendapatkan infromasi, nantinya tidak akan berpacu hanya
pada satu sumber. Semaksimal mungkin jurnalis harus mencari
sumber lain.
7 Kendra H. Paramita. Senior Designer & Illsutrator PT Tempo Media
Group . Dalam wawancara pribadi pada Tanggal 31 Mei 2020
66
“Semangatnya seperti itu, mempertanyakanlah
tidak mudah percaya, mempertanyakan ya skeptis ya
jurnalis memang harus skeptis kan ya,, ya seperti itu ya
mas.
Pada pemilihan sampul Jokowi Pinokio dinyatakan
bahwa Pinokio dipilih sebagai simbol untuk mewakili
pernyataan presiden Jokowi yang tidak sesuai.
Soal itu , memang sengaja pinokio ini dipinjam
untuk mewakili simbol itu, pernyataan yang tidak
simbolnya hanya satu yah, jadi pinokio sendiri tuh
memang dipilih sebagai simbol untuk mewakili
pernyataan yang tidak sesuai...”.8
Simbol pinokio tersebut dinyatakan oleh Kendra H.
Paramita sebagai kebohongan presiden yang telah ingkar janji
berkaitan dengan RUU KPK. ketika masa kampanye Jokowi
berjanji akan menguatkan Komisi Pemberantas Korupsi.
Sedangkan seperti yang kita ketahui pada bulan September
2019. Dimana pada saat itu DPR merancang dan mensahkan
UU KPK , namun RUU tersebut ditolak oleh rakyat. Jika suatu
UU dianggap tidak bisa diimplementasikan atau ditolak rakyat,
Joko Widodo selaku presiden bisa memberlakukan Perpes
untuk tidak menyetujui hal tersebut, namun tidak demikian.
Padahal dalam Nawa Cita Jokowi pada pilpres 2014 berisikan
8 Kendra H. Paramita. Senior Designer & Illsutrator PT Tempo Media
Group . Dalam wawancara pribadi pada Tanggal 31 Mei 2020
67
berikut :
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap
bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga
negara, melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan
nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara
Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan
memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata
kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan
terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya
memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi
demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui
reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem
dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui
peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan
program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia
Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program
kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program rumah kampung
68
deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan
sosial untuk rakyat di tahun 2019.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan
bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan
penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan
mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang
menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti
pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai
patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan
budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial
Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan
kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog
antarwarga.9
Dalam poin empat Nawa Cita Jokowi (poin visi dan
misi Jokowi ketika kampanye) disebutkan bahwa, ia menolak
negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
9https://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.Nawa.Cita.9.Agenda.
Prioritas.Jokowi-JK, di akses pada 08 Agustus 2020
69
terpercaya.10
Akan tetapi sikap Presiden yang menyepakati revisi UU
KPK usulan dari DPR ini, Nawa Cita yang didengungkan
Jokowi itu, diabaikan sama sekali.
“Iya bahwa sebenernya pesan nya sederhana sih,
pernyataan beliau saat kampanye itu tidak sesuai dengan
kenyataan yang terjadi , di bulan September itu, kan salah
satunya janjinya kan waktu itu adalah penguatan KPK ya
kan , tapi dengan revisi undang-udang KPK ini, ada
beberapa hal yang justru berpotensi melemahkan KPK
gitu, jadi termasuk pemilihan ketuanya, kandidat
ketuanya segala macem, yang oleh ICW sendiri dinilai
tidak anti korupsi seperti itu dan banyak hal lainnnya lah
segala macem memang sengaja dipreteli lah ketika ini,
dan terbukti setelah revisi ini kita ga pernah liat lagi kan
ada operasi tangkap tangan (OTT) segala macem, karena
ya begitulah.”11
Adapun maksud lain yang dipaparkan oleh Kendra H.
Paramita selaku designer dan illustrator Majalah Tempo
terhadap penggambaran Jokowi di cover Tempo edisi 16-22
September 2019 yaitu menggambarkan Jokowi sebagaimana
mestinya yang memiliki karakteristik umum orang Asia yaitu,
10 https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/13/125511365/pernah-
janji-memperkuat-kpk-jokowi-diingatkan-jangan-ingkar?page=all, diakses
pada 29 Juni 2020. 11 Kendra H. Paramita. Senior Designer & Illsutrator PT Tempo Media
Group . Dalam wawancara pribadi pada Tanggal 31 Mei 2020
70
memiliki dahi yang lumayan lebar, mata yang sipit dan bibir
tebal seperti kebanyakan orang Jawa dalam hal ini Solo pada
umunya.
“Betul jadi memang tidak ada bedanya dengan orang
solo, ya mirip-mirip lah bahkan sampe , cina daratan di
Asia itu juga masih ada yang begitu struktur mulutnya,
terutama yang di daerah- daerah kalau diperhatikan
sekarang kantung mata beliau kan membesar yah,
mungkin faktor usia ya dan faktor kelelahan juga
mungkin karena tugasnya menjadi presiden, begitu jadi
itu membuat matanya menjadi sedikit lebih sipit lah ya,
lalu struktur susunan gigi pada mulut juga orang asia,
asia tenggara, itu memang strukturnya seperti itu yang ini
yang masih versi original ya..”.12
Jika dilihat dari pernyataan-pernyataan di atas, bisa
diartikan bahwa adanya simbol bayangan Pinokio pada Jokowi
merupakan bentuk illustrasi yang dikaitkan dengan pristiwa
pada bulan september 2019, kemudian bentuk wajah dan lain-
lain digambarkan sebagaimana aslinya, tapi ditambah dengan
kantung mata yang sedikit besar, yang timbul karena faktor usia
dan faktor kelelahan. Disebutkan juga bahwa wajah presiden
Joko Widodo merupakan gambaran dari versi original orang
Asia.
“Saya tidak bisa menjelaskan secara rinci tapi jika
12 Kendra H. Paramita. Senior Designer & Illsutrator PT Tempo Media
Group . Dalam wawancara pribadi pada Tanggal 31 Mei 2020
71
dilihat dari sample kecil sampul yang di nilai
kontroversial, lebih sering di share dll.. karena saya tidak
bergerak pada ranah tersebut atau di bagian penjualan.
Saya hanya illustrator, tapi jika saya kaitkan dengan
respon netizen di media sosial benar-benar berbeda,
responnya terhadap sampul yang menuai kontroversial,
lebih banyak mendapat respon, dari mulai like, komen,
share. dan seterusya, mungkin seperti itu dari saya...”.
13
Cover sampul majalah Tempo yang kontroversial seperti
Jokowi Pinokio bisa di bilang mendapat respon berbeda karena
di nilai lebih menarik. Sampul yang tidak seperti pada umumnya
akan lebih terlihat menarik, unik, dan menjadi sesuatu yang
baru. Menurut pernyataan Kendra H.Paramita traffic sampul
majalah Tempo yang telah di posting di media sosial , lebih
cepat mendapat respon dari netizen, lebih banyak mendapat like,
komen, dan share. Hingga proses publikasi dan penyebarannya
lebih cepat dan luas dari pada sampul yang dinilai tidak
kontroversial.
13 Kendra H. Paramita. Senior Designer & Illsutrator PT Tempo Media
Group . Dalam wawancara pribadi pada Tanggal 31 Mei 2020
72
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Semiotika pada Sampul Majalah Tempo Edisi
16-22 September 2019
Pada bab ini akan dibahas mengenai masalah pokok yang
diambil untuk bahan penelitian. Dengan menggunakan teori
Charles Sanders Peirce yang mengemukakan tentang jenis tanda,
diantaranya sign,object, dan interpretant. Untuk penelitian ini,
peneliti mengambil sampul majalah Tempo Edisi 12 September
2019. Sampul majalah Tempo yang diteliti adalah sebagai berikut
:
Gambar 5. 1. Sampul Majalah Tempo
73
Majalah Tempo Edisi 12 September 2019 ini bertemakan
“Janji Tinggal Janji”. Gambar sampul majalah ini
menggambarkan Jokowi menggunakan kemeja putih dan memiliki
bayangan Pinokio.
Tabel 5. 1 Analisis Sampul Majalah
71 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung :
Rosdakarya, 2005), h.48 72 Kendra H. Paramita. Senior Designer & Illsutrator PT Tempo Media
Group . Dalam wawancara pribadi pada Tanggal 31 Mei 2020
1. Background
Penggunaan background dengan
warna abu-abu gelap yang
melambangkan kesedihan,
lemah, kehabisan energi, dan
kotor. 71
Kendra. H Paramita
menyebutkan bahwa penggunaan
warna abu-abu di sampul
tersebut ditujukan untuk
kepentigan estetis semata, juga
untuk kepentingan design atau
skin tone untuk menonjolkan
objek dalam hal ini adalah
Jokowi.72
74
73 Kendra H. Paramita. Senior Designer & Illsutrator PT Tempo Media
Group . Dalam wawancara pribadi pada Tanggal 31 Mei 2020
2. Mata
Menggambarkan mata orang
Asia pada umumnya, yaitu
memiliki mata yang sipit, serta
kantong mata yang terlihat
membesar. Dari kantong mata
yang membesar tersebut secara
tidak langsung membuat para
pembaca diajak berfikir bahwa
menjadi presiden adalah
pekerjaan yang tidak mudah dan
menyita waktu.
Dilansir dari pernyataan Kendra
H. Paramita, bahwa faktor usia
yang menggambarkan kantung
mata Jokowi semakin
membesar.73
3. Bibir dan hidung
Bibir Jokowi digambarkan
sedikit manyun atau tebal
dimaksudkan untuk
menggambarkan fisik orang Jawa
asli, “refleksinya adalah jendral
Sudirman sama-sama berasal
75
74 Kendra H. Paramita. Senior Designer & Illsutrator PT Tempo Media
Group . Dalam wawancara pribadi pada Tanggal 31 Mei 2020
dari tanah Jawa yang memiliki
bentuk fisik demikian, yaitu,
memiliki bibir tebal dan hidung
yang biasa saja.”74
4. Kemeja
Kemeja putih polos merupakan
kemeja khas yang sering
digunakan oleh Jokowi.
5. Bayangan Pinokio
Bayangan Pinokio yang
mereprsentasikan atau mewakili
pernyataan ketika kampanye
tidak sesuai dengan kenyataan,
Kendra H. Paramita illustrator
dari cover majalah tersebut
disebutkan bahwa, salah satu
pernytaan atau jani yang
disebutkan adalah penguatan
KPK, dengan revisi undang-
undang KPK justru berpotensi
76
B. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Sign
1. Qualisign
Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda. 76 Misalnya
kata-kata kasar, keras, lembut, lemah, dan merdu. Contohnya
orang yang berbicara keras maka ia sedang marah, orang yang
tertawa maka ia sedang bahagia. Misalnya juga warna merah
yang menunjukan keberanian ataupun putih yang meunjukan
kesucian, serta hitam yang menunjukan kejahatan. Qualisign
yang ada pada cover Jokowi Pinokio ditampikan warna dasar
cover dari latar gambar ini adalah warna abu-abu gelap yang
melambangkan kesedihan, lemah, kehabisan energi, dan
75 Kendra H. Paramita. Senior Designer & Illsutrator PT Tempo Media
Group . Dalam wawancara pribadi pada Tanggal 31 Mei 2020. 76 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2004),
h.41.
melemahkan KPK, seperti
hilangnya pergerakan OTT atau
operasi tangkap tangan. Tulisan
“Janji Tinggal Janji” tampak
mencolok. Dengan diikuti tulisan
“Para pegiat antikorupsi
menuduh Presiden Jokowi ingkar
janji perihal penguatan komisi
pemberantasan korupsi”.75
77
kotor.77
Dilihat dari kualitas sampul majalah Tempo edisi 16 – 22
September 2019 terlihat judul yang tertulis adalah “Janji
Tinggal Janji” memiliki redaksi yang menyinggung soal
ketidak sanggupan Jokowi memenuhi janji kampanye tentang
penguatan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang
menyepelekan janjinya sesudah menjadi presiden. Hal ini
berkaitan dengan Jokowi yang mulai melemahkan janjinya
karena adanya ketidaksesuaian dengan perkataan dan tindakan
dalam hal ini adalah pengambilan kebijakan yang
menyinggung soal RUU KPK. Sosok Jokowi dalam kemeja
putih khasnya dan mata yang tidak terbuka dikarenakan kantung
matanya yang sudah membesar. Bayangan pinokio mengandung
arti bahwa, karena banyak hal yang beliau pikirkan hingga
kelelahan karna faktor usia, juga yang beliau janjikan ketika
masa kampanye, hingga tidak semua janji beliau penuhi.
Digambarkan presiden republik Indonesia memilki raut wajah
yang cemberut. Seolah-olah menggambarkan bahwa bangsa
Indonesia memiliki berbagai macam masalah yang harus
diselesaikan dan dipertanggungjawabkan, salah satunya adalah
masalah korupsi.
2. Sinsign
Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang
ada pada tanda.78 Seperti halnya peristiwa pada September
77 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung :
Rosdakarya, 2005), h.48. 78 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2004),
78
2019, unjuk rasa dan kerusuhan Indonesia September
2019 merupakan serangkaian unjuk rasa yang dilakukan oleh
mahasiswa, pelajar, dan jurnalis Indonesia untuk mendesak
pemerintah membatalkan revisi Undang-undang Komisi
Pemberantasan Korupsi (UU KPK), menunda pengesahan
Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP),
segera mengesahkan Rancangan Undang-undang Penghapusan
Kekerasan Seksual, dan tuntutan lainnya.
Rangkaian unjuk rasa ini dimulai pada 23 September di
daerah Gejayan, Yogyakarta Alun-alun Tugu Kota
Malang Semarang dan Balikpapan, yang diikuti oleh
mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Pada 24 September,
bertepatan dengan 20 tahun Tragedi Semanggi II, mahasiswa
menggelar unjuk rasa di gedung DPR saat rapat paripurna dan
gedung pemerintahan daerah lainnya di berbagai wilayah.
Polisi sempat menembakkan gas air mata pada pengunjuk rasa.
Pada 25 September, para pelajar setingkat SMA berunjuk rasa
di depan gedung DPR. Unjuk rasa ini sempat berlangsung
damai, tetapi saat menjelang sore, unjuk rasa memanas dan
polisi kembali menembakkan gas air mata pada pengunjuk
rasa. Pada 26 September, mahasiswa di Surabaya mengadakan
unjuk rasa untuk menuntut Presiden Joko
Widodo menerbitkan Peraturan Pengganti Undang-Undang
(Perppu) UU KPK.
h.41
79
Sinsign yang ada pada cover Jokowi Pinokio adalah cover
Jokowi Pinokio dengan ekspresi wajah yang berada pada posisi
menyamping sambil memejamkan matanya dan adanya
bayangan pinokio serta judul majalah yang berbunyi “Janji
Tinggal Janji” .Menggambarkan ketika Jokowi terpilih
menjadi presiden adanya pengkhianatan atas janji Jokowi
ketika masa kampanye janji yang menyebutkan bahwa jika
Jokowi terpilih menjadi presiden, maka beliau akan
menjadikan KPK sebagai lembaga mandiri yang kuat. Di sisi
lain, pernyataan tersebut tidak sesuai dengan apa yang terjadi
ketika Jokowi terpilih menjadi presiden. Pada cover majalah
tersebut terdapat bayangan hidung yang memanjang yang
menunjukan karakter dari seorang Jokowi.
Majalah tempo memiliki pandangan yang kritis sesuai
dengan ekspetasi khalayak, maksudnya gambaran nyata yang
ada sudah tepat sesuai ruh demokrasi. Dari sini bisa dilihat
bahwa tanda yang dibentuk oleh majalah Tempo berkaitan
dengan peristiwa demokrasi di mana rakyat berhak mengkritisi
presiden ketika presiden membuat kebijakan yang tidak sesuai
dengan ekspektasi.
3. Legisign
Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda.79
Contoh sederhana dari legisign adalah norma sosial, yaitu soal
kebohongan. Legisign yang ada pada sampul majalah Tempo
79 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2004),
h.2.
80
Jokowi Pinokio merupakan bentuk metafora ataupun
perumpamaan dari simbol yang melambangkan kebohongan.
Bayangan Pinokio yang disatukan dengan Jokowi
diilustrasikan dengan bentuk hidung yang panjang dan mimik
wajah serta bibir monyong, memilki makna di dalamnya yaitu
menunjukan karakter sifat kepribadaan yang pembohong, yaitu
presiden yang mengingkari janji.
Oleh karena itu, dilihat dari lesisgin terhadap gambar
ilustrasi cover tersebut menandakan ada makna-makna tertentu
yang menjelaskan bahwa, ada makna yang merepresentasikan
terhadap apa yang dikritisi masyarakat terhadap pemerintah
pada peristiwa kala itu.
C. Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Object
1. Ikon
Ikon adalah tanda Ikon adalah tanda yang mengandung
kemiripan “rupa” sebagaimana dapat dikenali oleh para
pemakainya.80 Pada sampul tesebut terdapat dua sosok ikon
yaitu Joko Widodo.
80 Kris Budiman. Semiotika Visual Konsep, Isu Dan Problem ikonisitas
(Yogyakarta; Jalasutra, 2011)h.20
81
Gambar 5. 2. Gambar 5. 3.
Presiden yang memiliki paras asli keturunan Jawa dan
menggunakan kemeja khasnya yang berwarna putih yang
berdiri dalam potret berdiri menyamping, hingga di sebelah nya
terdapat bayangan Pinokio. Di gambarkan memilki muka
cemburut serta bibir yang monyong. Seolah-olah memberikan
pesan bahwa menjadi presiden merupakan pekerjaan yang tidak
mudah hingga tidak semua janji-janji yang telah dilontarkan
dapat terpenuhi.
2. Indeks
Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal
atau eksistensial di antara representamen dan objeknya.81
Indeks pada sampul ini ditampikan melalui ilustrasi terkait
peristiwa diumumkannya kebijakan Presiden terhadap revisi
81 Kris Budiman. Semiotika Visual Konsep, Isu dan
Problem Ikonisitas (Yogyakarta; Jalasutra, 2011),h.201
82
undang-undang KPK yang dinilai melemahkan KPK. Tidak
terpenuhinya janji-janji Jokowi dalam hal ini yang berikatan
dengan KPK dan dari ilustrasi mimik wajah serta bibir
monyong Jokowi mengandung arti yang berkaitan dengan
fenomena bahwa adanya revisi Undang-Undang KPK Presiden
harus bersikap tanggung jawab mengenai masalah tersebut.
Hingga kausalitas munculnya sampul tersebut dapat diartikan,
adanya pengingkaran janji dari presiden, kemudian munculah
gambar sampul majalah Tempo presiden Jokowi dengan
bayangan Pinokio
3. Simbol
Simbol adalah tanda yang dirancang untuk menjadikan
sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan dalam
konteks spesifik. Simbol yang muncul adalah Presiden Joko
Widodo dengan bayangan Pinokio. Pinokio adalah tokoh fiksi
yang diceritakan sebagai seorang anak kecil yang ketika
berbohong hidungnya akan memanjang. Ilustrasi pada cover
Jokowi Pinokio di gambarkan dengan merepresentasikan sosok
asli Jokowi dengan paras orang Jawa asli, yang memilki bibir
tebal dan hidung yang pesek serta simbol pakaian Jokowi yang
selalu mengenakan kemeja polos berwarna putih.
Dari awal kemunculan seorang pengusaha kayu asal Solo,
Jawa-Timur. Jokowi yang awal karir politiknya merupakan
wali kota di kota tersebut sejak 28 Juli 2005 sampai 01 Oktober
2012. Jokowi juga pernah menjabat sebagai Gubernur DKI
83
Jakarta sejak 15 Oktober 2012 sampai 16 Oktober 2014, hingga
akhirnya mencalonkan diri menjadi presiden pada tahun 2014
silam, Jokowi selalu terlihat menggunakan pakaian yang
sederhana, dari mulai kemeja kotak-kotak yang digunakannya
pada pilpres 2014 hingga kemeja putih polos sebagai pakaian
resmi Jokowi ketika pilpres 2019. Jokowi memiliki ciri khas
pada gaya ramburnya, yaitu rambut yang ditata atau disisir
kesamping. Hal tersebut menjadi gaya dan khas Jokowi ketika
berada didepan khalayak.
Pada sampul majalah Tempo Jokowi Pinokio terlihat
bahwa Jokowi menggunakan kemeja khasnya yang berwana
putih, dengan gaya rambut di sisir kesamping yang
menggambarkan betul bahwa objek tersebut merupakan sosok
presiden Joko Widodo, ditambah dengan bayangan Pinokio
yang merupakan simbol kebohongan, dimaksudkan untuk
memberikan pesan kepada pembaca pada pristiwa ingkarnya
janji Jokowi terhadap revisi undang-undang KPK di bulan
September 2019.
Majalah Tempo Edisi 12 September 2019 ini bertemakan
“Janji Tinggal Janji”. Ini adalah adanya rasa pengkhianatan
atas tidak terpenuhi janji yang diberikan presiden Joko Widodo
saat masa kampanye.
Dari pemaparan terhadap ikon, indek, dan simbol di atas,
maka peneliti melihat bahwa apa yang para politkus lakukan,
pada saat membentuk strategi di masa kampanye, para
politikus banyak membuat janji-janji yang tentu ditujukan
84
untuk menarik perhatian pemilih dalam hal ini masyarakat
untuk berada pada pihak si politikus tersebut. Dalam hal ini
Joko Widodo yang pada saat berkampanye, berkoar
mengutarakan janji untuk memperkuat KPK lembaga yang
seharusnya independen dirubah menjadi lembaga dibawah
kendali pemerintah, hal ini di nilai justru memperlemah KPK.82
Hingga terciptalah ilusrasi pada cover majalah Tempo,
Jokowi dengan bayangan Pinokio, Presiden yang berasal dari
Solo keturunan Jawa asli, hingga dilustrasikan sedemikian rupa
oleh ilustrator untuk mnyerupai persis dengan sosok yang
dimaksud dalam hal ini Jokowi , dibarengi di kemeja polos
khasnya. Menggunakan background abu-abu sebagai bentuk
penggambaran yang bisa diartikan lemah, serta mimik wajah
cemberutnya yang juga menggambarkan betap lelahnya
menjadi dan memilki tugas serta tanggung jawab sebagai
presiden di republik Indonesia. Ketika pertama kali melihat ,
gambar yang ditampilkan adalah visualisasi bayangkan
Pinokio yang disandingkan presiden republik Indonesia, kritik
yang dituangkan dalam gambar ilustrasi yang ditujukan kepada
Joko Widodo.
Sampul majalah Tempo yang dinilai kontroversial,
memiliki respon yang berbeda dengan sampul yang biasa-biasa
saja. Bagaimana respon khalayak (netizen) yang begitu masif
82 https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/13/125511365/pernah-
janji-memperkuat-kpk-jokowi-diingatkan-jangan-ingkar?page=all, diakses
pada 29 Juni 2020.
85
ketika menanggapi ilustrasi kontroversial yang di keluarkan
oleh Tempo. Berikut adalah perbandingan like dan komen
terhadap postingan sampul majalah Jokowi Pinokio edisi 16 –
22 September 2019 dengan majalah Pura-pura Sepak Bola edisi
14-20 Januari 2019 di instagram Kendra.H Paramita selaku
illustrator dan senior designer di majalah Tempo.
Gambar 5. 4. Gambar 5. 5.
Dapat diketahui bahwa dari kedua postingan tersebut
sampul Jokowi Pinokio mendapat 23. 303 like dan 707
komentar sedangkan sampul Pura-pura Sepak Bola hanya
mendapat 1. 531 like dan 15 komentar. Maka dapat dipahami
bahwa respon masyarakat terhadap illustrasi atau simbol
sampul majalah Tempo yang kontroversial lebih menarik
86
untuk dibahas serta dikupas secara mendalam, salah satunya
melalui pendekatan semiotika.
Agar pesan mampu menarik perhatian calon konsumen,
maka karya desain komunikasi visual harus menawarkan
ekskusivisme, keistimewaan, dan kekhususan yang kemudian
dapat memberikan akhibat berupa ketertarikan calon konsumen
untuk membeli. Contohnya dalam sampul majalah, sampul majalah
harus dibuat semenarik mungkin agar calon pembaca tertarik untuk
membeli majalah tersebut, karena biasanya sebelum membeli calon
pembaca melihat dahulu sampulnya, apakah menarik atau tidak.
Strategi semacam ini sengaja dilakukan karena produk desain
komunikasi visual, yang salah satunya adalah sampul majalah
hanyalah sekedar “alat pembius” bagi produsen untuk berburu
konsumen.83
83 Sumbo Tinarbuko, semiotika komunikasi visual,
(Yogyakarta:Jalasutra,2008), h.1
87
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam cover majalah Tempo terdapat tanda , ground, Object,
dan interpretant. Ikon yang muncul disetiap sampul adalah model
yang ditampilkan pada cover majalah Tempo berkaitan erat dengan
pristiwa RUU KPK pada September 2019 silam. Pada sampul yang
menjadi instrument dalam penelitian ini yaitu sosok Presiden
Republik Indonesia Joko Widodo yang memilki gambar bayangan
hidung yang memanjang (Pinokio) maupun mimik ekspresi Jokowi
dengan bibir monyong dan wajah yang cemberut.
Ground pada sampul ditampilkan melalui tiga tanda, yaitu kata-
kata yang terkait dengan gambar, melalui gambar ilustrasi tokoh,
atribut yang dikenakan yang ada pada gambar ilustrasi. Sementara
simbol yang muncul adalah keterkaitan Jokowi dalam pristiwa
Revisi Undang-undang KPK pada September 2019.
Objek yang ditampilkan dalam sampul pada bulan September
2019 menampilkan gambar Joko Widodo yang berdiri menghadap
samping dengan kemeja putih dan raut wajah cemberut serta
banyangan Pinokio dan bertuliskan “Janji Tinggal Janji”.
Interpretasi peneliti, baik gambar visual yang terdapat dalam
sampul cover majalah Tempo edisi 16-22 September 2019 yang
terdiri dari ilustrasi, teks, dan warna memiliki makna tersendiri.
Ketika melihat gambar ilustrasi yang ditampilkan pada sampul
cover majalah tempo edisi 16- 22 September 2019 yaitu ingkarnya
88
janji seorang presiden terhadap ekspektasi masyarakat yang
berkaitan dengan Revisi UU KPK , juga mengambarkan majalah
Tempo adalah media yang memilki cara nya tersendiri untuk
menumbuhkan ruh demokrasi, di negara Republik Indonesia.
Dalam Al-Qur’an pada surat As-Shaff ayat 3, Allah SWT
berfirman :
ان تقولوا ما ل تفعلون ﴿الصف : ۳﴾ كبر مقتا عند الله
Artinya : Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
Adapun dalam perspektif komunikasi Islam, mengingkari
janji adalah perbuatan yang tidak disukai Allah SWT, untuk itu
sebagai umat Islam , hendaklah kita konsisten terhadap perkataan
kita, agar kita senantiasa terhindar dari murkanya Allah SWT.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan
implikasi secara teoritis dan praktis sebagai berikut.
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini bisa menjadi acuan bagi pembaca dalam
pempelajari analisis semiotika melalui teori sign , object dan
interpertant khususnya dalam kajian ilmu komunikasi atau
referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian
semiotika, terutama bagi mahasiswa yang akan menggunakan
metode semiotika Charles Sanders Pierce.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini digunakan sebagai rujukan bagi Tempo
89
untuk memberikan makna-makna yang nyata terhadap
pemaknaan foto yang terdapat pada cover majalahnya. Serta
diharapkan nantinya penelitian ini dapat memberikan masukan
ide-ide kepada perusahaan atau pihak ilustrator majalah dalam
mendesain cover agar lebih kreatif.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, penulis
menyertakan saran untuk kemudian dijadikan sebagai bahan
acuan dan evaluasi baik secara akademik ataupun secara praktis.
1. Bagi Tempo
Penulis berharap dalam proses pembuatan cover majalah
Tempo hendaknya tidak dalam waktu yang singkat sehingga
pesan yang disampaikan nantinya lebih mendalam akan tetapi
penggunaan illustrasi yang sering memunculkan multitafsri
hendaknya dapat dikurangi, pasalnya tidak semua manusia
memiliki nalar yang baik. Buatlah cover yang bertujuan untuk
mengkritik akan tetapi dibentuk agar lebih mudah di mengerti.
2. Bagi Akademisi
Diharapkan ada penelitian lebih lanjut dan mendalam
tentang analisis semiotika yang bertujuan untuk menggali dan
mencari makna sesungguhnya terhadap suatu tanda atau simbol.
Karena pastinya, akan ada perbedaan-perbedaan pendapat yang
muncul, hingga takutnya akan menciptakan kekacauan, untuk itu
penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
menginformasikan hal-hal yang tidak diketahui masyarakat,
yakni melalui bidang akademisi dan penelitian model ini.
90
Peneliti melihat bahwa gambar ilustrasi tentang kasus
korupsi simulator SIM pada majalah Tempo. Ilustrator banyak
menggambarkan sesuatu dengan istilah tertentu dibantu dengan
penulisan kata-kata verbal yang dijadikan sebuah tema. Hal
tersebut baik, karena dapat melatih penalaran para pembaca
Majalah Tempo. Peneliti melihat bahwa tidak semua pembaca
dapat dengan mudah mengerti makna dibalik gambar ilustrasi
tersebut karena tingkat pemahaman seseorang yang berbeda-
beda. Jadi ada baiknya jika ilustrator dapat mengistilahkan
sesuatu dengan gambar yang mudah dimengerti.
91
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Alwi, Audy Mirza. (2004). Foto Jurnalistik Metode Memotret dan
Mengirim Foto ke Media Massa.Jakarta : PT Bumi
Aksara.
Amir,Mafri. (1999). Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan
Islam. Jakarta:logos..
Budiman, Kris. (2011) Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan
problematika Ikonisitas. Yogyakarta:Jalasutra..
Djuroto, Totok. (2002) Manajemen Penerbitan Pers, Bandung:
Rosdakarya.
Danesi, Marcel. (2004) Pesan , Tanda dan Makna, Yogyakarta :
Jalasutra..
Efendi, Kurniawan. Ensiklopedia Pers Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Efendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Krisyantono, Racmat. (2006) .Teknik Praktis Riset Komunikasi,
Jakarta: Kencana..
Kusmianti, Artini. (1999) “Teori Dasar Desain Komuniksi
Visual”. Djambatan, Jakarta..
Kusrianto, Adi. (2007).pengantar Desain Komunikasi Visual.
Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Lubis, Muchtar (1963). Pers dan Wartawan, Jakarta : Balai
92
Pustaka,.
Prastowo, Andi. (2016) Metode Penelitian Kualitatif.
Jogjakarta: Arruz Media..
Rakhmat Jalaluddin. (2003). Psikologi Komunikasi. Bandung:
Rosdakarya..
Santosa,Puji. (1931) Ancangan Semiotika Dan Pengkajia
nSusastra. Bandung:Angkasa..
Sobur, Alex. (2009) Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya..
Sudjiman,Panuti. (1992) Serba-Serbi Semiotika.
Jakarta:Gramedia Pustaka Utama..
Syamsul,Asep. (2001. )Jurnalistik Praktis:Untuk Pemula,
Bandung: PT Remaja Rosadakarya..
Tinarbuko, Sumbo. (2008). Semiotika Komunikasi Visual,
Yogyakarta: jalasutra..
Vivian, Jhon. (2008). Teori Komunikasi Massa, Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
LAINNYA :
Majalah Tempo edisi 16-22 September 2019.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi).
(2017). Jakarta: tidak diterbitkan, UIN Syarif
Hidayatullah.
WEB
Penerbit Pt Tempo Media TBK, (2020). Tentang Tempo. Di akses
pada 02 Juni 2020, dari https://www.tempo.co/about
93
Dzulfaroh, Ahmad, Naufal. (2019). Pernah Janji Memperkuat
KPK , Jokowi Diingatkan Jangan Ingkar. Di akses pada 29 Juni
2020, dari
https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/13/125511365/perna
h-janji-memperkuat-kpk-jokowi-diingatkan-jangan-
ingkar?page=all.
94
LAMPIRAN
95
Lampiran 1.
TRASNKIP HASIL WAWANCARA ONLINE
(VIA APLIKASI ZOOM & WHAT’S APP CALL)
Mahasiswa : Fariz Nugraha
Narasumber : Kendra Paramita
Jabatan : Senior Designer & Ilustrator
PT. Tempo Media Group
Tanggal Wawancara : Minggu 31 Mei 2020
Tempat : Dirumah masing-masing
Pukul : 17.00 WIB
Fariz Nugraha Ya.. bagaimana bapak langsung mulai
saja atau?
Kendra
H.Paramita
Ya langsung aja..
Fariz Nugraha Oke Bismillahirahmanirahim,
sebelumnya terima kasih Pak Kendra
sudah bersedia untuk saya wawancarai
demi memenuhi kebutuhan penelitian
saya pak,
Kendra H.Paramita Ya.. baik..
Fariz Nugraha Oke disini skripsi saya menceritakan
atau meneliti tentang cover majalah
Jokowi Pinokio pak, yang waktu itu ada
pristiwa demo mahasiswa besar-besaran
pak ya..
96
Kendra H.Paramita O iya oke, oh iya Fariz sebelumnya dari
kampus mana?
Fariz Nugraha Dari kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pak,
Kendra
H.Paramita
Oh UIN.. iya, jurusan apa?
Fariz Nugraha Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
pak (broadcasting)
Kendra H.Paramita Oh broadcasting.. oke ,oke
Fariz Nugraha
Langsung saja ya pak, disini saya ada
tujuh pertanyaan yang telah saya
susun...
Kendra H.Paramita Ya silahkan..
Fariz Nugraha
Pertanyaan pertama ini bapak, ini
mengenai masalah tim redaski terlebih
dahulu, jadi disini saya ingin bertanya
mengenai pandangan tim redasksi
majalah tempo, itu bagaimanakah sampul
atau cover majalah yang baik dan layak
disuguhkan masyarakat?
Kendra H.Paramita Ini khusus ilustrasinya ya kan?
Fariz Nugraha
Ya betul, khusus ilustrasinya, cover nya..
Kendra H.Paramita Pertama, jelas ya, jadi jelas, lalu bisa
mewakili isi cerita lalu menarik eye
catching, lalu membuat orang tertarik
untuk ingin tahu, kurang lebih seperti itu ,
sebetulnya itu kriteria dasar begitu, tapi,
itu aja sebetulnya yang paling penting ,
mewakili ya jadi pembaca tidak perlu tahu
isi semua majalah nya, tapi setidaknya
buat penasaran lah, intinya membuat
penasaran. Kalau langsung tahu orang
tidak mau baca.
97
Fariz Nugraha
Iya, jadi intinya itu, covernya eye
catching , menarik masyarakat untuk
membacanya dan menggambarkan isi
ceritanya gitu pak ya?
Kendra
H.Paramita
Betul , mewakili ya, mewakili, jadi orang
tidak perlu tidak perlu seluruh isi
ceritanya tapi, setidaknya dia bisa tahu
tentang apa , penasaran lah,
Fariz Nugraha
Dibikin penasaran dulu gitu pak ya, biar
tertarik..
Kendra
H.Paramita
Bener...
Fariz Nugraha
Oke, oke, berarti yang bisa saya katakan
, kan pertanyaan saya adalah,
bagaimanakah sampul atau cover
majalah yang baik dan layak disuguhkan
untuk masyarakat sebenernya intinya itu
yang baiknya itu disini untuk menarik
perhartian masyarakat saja ya pak,
untuk membaca majalahnya gitu pak ya?
Kendra H.Paramita Iya betul, membuat orang ingin tahu lah,
gitu..
Fariz Nugraha Oke, langsung saja ya pak pertanyaan
kedua,
Kendra
H.Paramita
Oke...
Fariz Nugraha Nah, apa yang melatar belakangi tim
redaksi majalah Tempo atau dari ilustrator
majalah tempo sendiri yaitu pak Kendra
dalam menampilkan sampul atau cover
98
majalah Jokowi Pinokio?latar
belakanganya apa itu pak?
Kendra H.Paramita Kalau latar belakang dari tim redaski
memang setiap pekan , kita selalu
membuat laporan panjang kan, memang
laporan panjang itu di pilih berdasarkan
salah satunya adalah aktualitas , begitu
jadi memang mengambil dari peristiwa
yang banyak sedang diperbincangkan,
nah, saat itu , itu adalah isu yang paling
kuat, dan kita mengangkat berdasarkan
fakta-fakta temuan kita lah, jadi.. kurang
lebih seperti itu kalau dari sisi
redaksional nya, tapi kalau dari ilustrasi ,
ya ilustrasi kan merespon temuan redaksi
kan jadi opini tempo pada suatu isu itu
seperti apa, nah, ilustrasi sampul
terutama, bertolak dari situ,
Fariz Nugraha Oke, mengenai opini kan tadi bapak
bilang , berdasarkan opini ya pak, di
ilustrasinya itu, nah opini ini berasal dari
mana pak? Apakah secara random kah?
Apakah dari oposisi kah? Atau dari mana
gitu pak?
Fariz Nugraha
Dari opini redaksi tempo terkait isu,
opininya itu berasal dari sikap tempo
dalam menyikapi sebuah isu sebenernya,
jadi kita punya rapat khusus , namanya
rapat opini gitu, jadi itu khusus membahas
sebuah isu, dari berbagai angle dari angle
nya yang dipermasalahkan dari angle nya
oposisi pokonya yang pro dan kontra
semua di bahas di situ, jadi kalau kita
berusaha netral jadi kita selalu cover both
side , kita selalu mengkonfirmasi dari ke
dua kubu, dan ini pun kita juga sudah
konfirmasi dengan Presiden juga untuk isu
99
yang ini , jadi semua syarat-syarat, saya
bukan jurusan jurnalistik ya jadi tidak
terlalu paham gitu, tapi yang jelas syarat-
syarat secara jurnalistiknya sudah
terpenuhi lah gitu apa lagi laporan, syarat
utamanya laporan ada wawancara dengan
narasumber yang sedang diperbincangkan
lah gitu, dalam hal ini ya Pak Jokowi lah
gitu. Jadi memang ada wawancaranya...
Fariz Nugraha Minta izin lah pak istilahnya..
Kendra H.Paramita Iya betul minta izin..
Fariz Nugraha Oke, lanjut pak ya...
Kendra H.Paramita Iya..
Fariz Nugraha Pertanyaan ke tiga nih pak, apa saja makna
simbol-simbol yang ada pada cover majalah
Tempo yang mengilustasikan Jokowi
Pinokio ?
Kendra H.Paramita Simbolnya hanya satu yah, jadi pinokio
sendiri tuh memang dipilih sebagai simbol
untuk, mewakili pertanyataan yang tidak
sesuai begitu jadi, untuk edisi ini simbolnya
memang hanya satu, karena kita memang
hanya berbicara soal itu , memang sengaja
pinokio ini dipinjam untuk mewakili simbol
itu, pernyataan yang tidak sesuai jadi, ya
ga ada simbol lain aja sebetulnya
Fariz Nugraha
Iya tapi disitukan pak kendra sendiri
menggunakan background seperti warna
abu-abu, pake kemeja putih, lalu mata Pak
Jokowi rada sipit, lalu bibirnya rada
manyun, nah itu bagaimana itu pak?
Kendra H.Paramita Itu bukan di maksudkan sebagai
simbol sih, haha
100
Fariz Nugraha
Ooh berarti memang hanya simbol
pinokionya saja ya pak,
Kendra H.Paramita Oh iya yang lainnya itu tidak sengaja, jadi
memang yang latar abu-abu itu , terkait
warna,kita tuh ada urgensi untuk membuat
warna pada setiap edisinya, supaya tidak
sama dengan edisi sebelumnya, mungkin
dari sebelumnya saya lupa warnanya apa ya,
terus lalu kedua kalau dalam sampul ini si
supaya objek utamanya lebih menonjol
begitukan warnanya kan, dengan kemeja
putih skin tone, jadi abu- abu akan
menonjolkan itu semua, begitu, sementara
kalau , kalau parasnya pak Jokowi sendiri
sih tidak ada maksud apa-apa ya, ya
memang tujuan nya dibuat supaya orang
mengenali bahwa ya biar orang paham
bahwa ini Jokowi meskipun tidak ditulis di
headline, begitu ya..
Fariz Nugraha
Oke, saya kan belajar soal warna juga ya
pak,seperti kuning menggambarkan
optimisme misalnya, merah berani begitu,
berarti untuk masalah abu-abu pada cover
ini cuman variasi cover saja ya pak, untuk
membedakan pada edisi sebelumnya,
Kendra H.Paramita Iya, sayangnya begitu, karena kita membuat
sampul setiap pekan, karena kita terus
memproduksi hal yang berulang gitukan jadi
memang dan deadline pun juga tidak
panjang gitu kan semalam, tidak punya
banya waktu untuk memikirkan yang sedetail
itu , tapi kalo dari simbol warna abu-abu apa
memang?
Fariz Nugraha
Bijaksana
101
Kendra H.Paramita Iya boleh saja, tapi sebetulnya lebih ke arah
soal estestis aja, begitu, benar-benar
kebutuhan estestis, jadi memang abu-abu
lebih terkesan modern gitu, lebih kekinian
segala macam, jadi memang kita
menghindari cover sampul yang terlalu
colour full begitu
Fariz Nugraha
Berarti yang di buat mata pak Jokowi sipit,
dan bibir manyun tidak ada maksud apa-apa
ya pak? (pertanyaan keenam)
Kendra H.Paramita Engga ada maksud sih.. kalau diperhatikan
sekarang kantung mata beliau kan membesar
yah, mungkin faktor usia ya, begitu jadi itu
membuat matanya menjadi sedikit lebih sipit
lah ya, lalu struktur sususanan gigi pada
mulut juga orang asia, asia tenggara, itu
memang strukturnya seperti itu yang ini yang
masih versi original ya,
Fariz Nugraha
Asia original ya pak, belum
campur-campur?
Kendra H.Paramita Iya betul belum campur-campur, kalau yang
masih ori struktur tengkoraknya masih
seperti itu, begitu dengan tulang pipi yang
menonjol terus perhatikan deh orang-orang
zaman dulu, contohnya pak Sudirman,
Jendral Sudirman juga bentuk mulutnya
seperti itu, orang Jawa lah ya..
Fariz Nugraha
Rada tebel lah ya pak begitu..
Kendra H.Paramita Betul jadi memang tidak ada bedanya
dengan orang solo, ya mirip-mirip lah
bahkan sampe , cina daratan di Asia itu juga
masih ada yang begitu struktur mulutnya,
terutama yang di daerah- daerah
102
Fariz Nugraha
Oke, pertanyaan ke empat ya pak, pesan apa
yang ingin disampaikan majalah Tempo
terkait cover majalah Jokowi Pinokio kepada
masyarakat?
Kendra H.Paramita Iya bahwa sebenernya pesan nya sederhana
sih, pernyataan beliau saat kampanye itu
tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi ,
di bulan September itu, kan salah satunya
janjinya kan waktu itu adalah penguatan
KPK ya kan , tapi dengan revisi undang-
udang KPK ini, ada beberapa hal yang
justru berpotensi melemahkan KPK gitu, jadi
termasuk pemilihan ketuanya, kandidat
ketuanya segala macem, yang oleh ICW
sendiri dinilai tidak anti korupsi seperti itu
dan banyak hal lainnnya lah segala macem
memang sengaja dipreteli lah ketika ini, dan
terbukti setelah revisi ini kita ga pernah liat
lagi kan ada operasi tangkap tangan (OTT)
segala macem, karena ya begitulah
Fariz Nugraha
Pokonya apa pernyataan pak Jokowi saat
kampanye tidak sesuai dengan realitanya ya
pak
Kendra H.Paramita Begitu betul..
Fariz Nugraha
Berarti yang ingin disampaikan pada
masyarakat bahwa, pak Jokowi ini ketika
masa kampanye beliau bercakap ini itu, dan
setelah terpilih kenyataan dan kebijakan
tidak sesuai ya pak ?
Kendra H.Paramita Betul, terutama janji saat kampanye
itu,
Fariz Nugraha
Sip-sip dapat point nya, oke, pertanyaan ke
lima ini pak.. Terkait dengan visi dan misi
Majalah Tempo , ideologi seperti apa yang di
pegang teguh pada majalah tempo sehingga
berani untuk tampil beda dan tidak takut
untuk menyatakan kebebasan berpendapat
103
pada jurnalis dalam hal ini yang ada di
Tempo Media Group?berani begitu pak
untuk mengkritisi pemerintah, seperti
kemarin itu pak, Jokowi Pinokio
Kendra H.Paramita Waduh,, hehehe kalo visi misi saya udah lupa
ya.. sebenernya ini pertanyaan untuk ke
redaksi nih ya, saya jawab sesuai yang saya
tangkap saja ya.. dalam kerja jurnalistik
tempo, itu setiap kerja jurnalistik tempo itu,
kita selalu mengkedepankan kode etik
jurnalistik, kurang lebih seperti itu, jadi
emang terkesan klise, tapi sebenernya kita
hanya berusaha benar-benar menjalankan
itu sih seperti konfirmasi , jadi kita setiap
kita menyebutkan narasumber kita
menyebutkan seseorang itu kita selalu
konfrimasi dulu pada orang yang
bersangkutan jadi kita tidak pernah
sembarangan menulis nama segala macem
atau tidak mencantumkan sumber, seperti
itu, kedua kita juga selalu punya konfirmasi
dari beberapa narasumber termasuk yang
bersebrangan gitu, jadi memang opini-opini
jadi dari opini kita punya beberapa
pandangan yang, cukup banyaklah gitu,
sehingga kita bisa menyaring mana yang
bisa dipertanggung jawabkan mana yang
bisa diuji , mana yang bener lah gitu, jadi
kita bisa menyaringlah , kalau internal
tempo sendiri sih sebenernya cukup egaliter
yah, jadi kita biasa berdiskusi tanpa hirarki,
jadi ketika di ruang rapat redaksi itu ,
struktur hirarki itu tidak ada, jadi siapapun
bebas mengemukakan pendapat begitu, mau
sifatnya bantahan kritikan segala macem itu
bebas, jadi dengan kultur seperti itu memang
semua pendapat argumen itu memang benar-
benar teruji disitu, jadi semangat seperti
104
itulah yang kami kedepankan dalam kerja
jurnalistik , itu yang saya saksikan ya saya
kan bagian design ya, jadi saya tidak belajar
khusus soal itu, jadi saya mempelajari
dengan mengamati , saya bicara dengan
orang-orang redaksi jadi memang
semangatnya seperti itu,
mempertanyakanlah tidak mudah percaya,
mempertanyakan ya skeptis ya jurnalis
memang harus skeptis kan ya,, ya seperti itu
ya mas,
Fariz Nugraha
Ini untuk menekankan poin nya saja si pak,
jadi dari pernyataan pak Kendra sendiri
bisa saya katakan bahwa, media tempo,
tidak di tunggangi oleh kubu mana
pun,tidak dikendarai oleh pihak tertentu,
dari oposisi misalnya, dan lain-lain begitu
ya pak?
Kendra H.Paramita Iya betul sekali..
Fariz Nugraha
Baik pak, lanjut ke pertanyaan terakhir (via
what’s app call, karena sinyal zoom
terganggu)
Kendra H.Paramita Baik, silahkan
Fariz Nugraha
Oke pak pertanyaan terakhir.. apakah
dengan cover mjalah yang kadang di nilai
kontroversial bisa meningkatakan tingkat
penjualan Majalah Tempo?
Kendra H.Paramita Waduh, ha, ha ha, saya tidak bisa
menjelaskan secara rinci tapi jika dilihat
dari sample kecil sampul yang di nilai
kontroversial, lebih sering di share dll..
karena saya tidak bergerak pada ranah
tersebut atau di bagian penjualan, saya
hanya illustrator,tapi jika saya kaitkan
dengan respon netizen di media sosial.
benar-benar berbeda , responya terhadap
105
sampul yang menuai kontroversial, lebih
banyak mendapat respon, dari mulai like,
komen, share. dan seterusya, mungkin
seperti itu dari saya, untuk makronya saya
kurang mengetahui..
Fariz Nugraha
soal konfirmasi dengan pak jokowi prihal
ilustrasi jokowi pinokio, itu proses
konfirmasinya sperti apa bapak? apa dlm
bentuk mengirimkan soft file atau
bagaimana?atau ada pernyataan
kesediaan dari pak jokowi utk dipinokio
kan ? untuk kasus jokowi pinokio ini pernah
ada penolakan dari redaksi atau tidak pak?
dan berapa lama prosesnya?
Kendra H.Paramita Konfirmasi di sini dalam bentuk
wawancara, bisa via telpon/ doorstop, dsb.
Yang menjadi salah satu bagian dalam
rangkaian tulisan di laporan majalah.
belum ada penolakan internal, proses
pengerjaan satu malam.
Fariz Nugraha
Oke baik pak baik.. terimakasih bapak atas
waktu nya, semoga kita sama-sama
dipermudahkan urusanya dalam masa
pandemi global seperti ini ya pak
Kendra H.Paramita Baik, sama-sama fariz.. Semangat
skripsinya..
106
Lampiran 2.
Wawancara dengan Senior Designer dan Illsutrato PT. Tempo
Media Group
107
Lampiran 3.
SURAT IZIN PENELITIAN
108
Lampiran 4.
Bukti Keterangan Wawancara dengan Pihak Tempo & Kendra
H. Paramita Designer & Ilustrator Tempo
109
110
Lampiran 5.
SURAT PENGAJUAN SEMINAR PROPOSAL
111
Lampiran 6.
LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR PROPOSAL
112
Lampiran 7.
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI