makna organisasi bagi mahasiswa perantau (1)
DESCRIPTION
g6tg7y8ghTRANSCRIPT
Makna Organisasi Bagi Mahasiswa Perantau
(Studi Tentang Pemaknaan Organisasi Permakan Bagi Mahasiswa Karo Unpad)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian ini membahas mengenai pemaknaan terhadap organisasi
Permakan (Persadaan Mahasiswa Karo Unpad) bagi mahasiswa Karo Unpad
sebagai anggotanya. Organisasi ini berdiri pada tanggal 24 Agustus 1996 yang
berpusat di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Anggota Permakan terdiri dari
mahasiswa yang ber-Warga Negara Indonesia, bersuku Karo dan memiliki
keterkaitan dengan Karo. Mereka memiliki tujuan untuk menjadikan Permakan
bermanfaat bagi masyarakat sekitar, membentuk mahasiswa yang intelektual,
berwawasan budaya, dan peka terhadap lingkungan. Struktur kepengurusannya
terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan koordinator bidang.
Mereka merupakan organisasi independen yang tidak berada di bawah naungan
instansi manapun. Sehingga, sumber keuangan Permakan ini berasal dari iuran
anggota dan sumber pendapatan lain yang sah, halal, dan tidak mengikat serta
tidak bertentangan dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Permakan
serta peraturan organisasi lainnya.
Secara umum orgainisasi dapat diartikan sebagai wadah yang menampung
berbagai orang yang di dalamnya terdapat aktifitas yang memiliki sistem,
keteraturan, dan pola interaksi yang jelas. Menurut Stoner organisasi adalah suatu
pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan
atasan mengejar tujuan bersama. Organisasi itu sendiri memiliki berbagai bidang
kajian sendiri, seperti politik, keagamaan, dan salah satunya adalah organisasi
mahasiswa.
Organisasi mahasiswa adalah organisasi yang beranggotakan mahasiswa
sebagai wadah kegiatan ko dan atau ekstra kurikuler. Organisasi ini dapat berupa
organisasi kemahasiswaan intra kampus, organisasi kemahasiswaan ekstra
kampus, maupun semacam ikatan mahasiswa kedaerahan yang pada umumnya
beranggotakan lintas atau antar kampus. Salah satu bentuk organisasi mahasiswa
di kampus Indonesia adalah Ikatan Organisasi Mahasiswa Sejenis (IOMS) baik di
tingkat perguruan tinggi maupun tingkat nasional sebagai wadah kerja sama dan
berjejaring untuk mengembangkan potensi serta partisipasi aktif terhadap
peningkatan kualitas pendidikan dan kemajuan Indonesia. Beberapa IOMS tingkat
nasional memiliki legalitas berupa SK dari Dirjen DIKTI (tidak ada keharusan)
dan hanya ada satu IOMS yang mewakili setiap organisasi profesi mahasiswa di
tingkat nasional. Di luar negeri juga terdapat organisasi mahasiswa berupa
Perhimpunan Pelajar Indonesia, atau PPI yang beranggotakan pelajar dan
mahasiswa Indonesia.
Organisasi kemahasiswaan itu sendiri terbagi lagi menjadi dua, yaitu
organisasi kemahasiswaan ekstrakampus dan intrakampus. Organisasi
kemahasiswaan ekstrakampus merupakan organisasi yang berdiri di luar
wewenang kampus dan memiliki sistem dan hukum sendiri di dalamnya tanpa
terkait dengan aturan kampus.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini akan menjawab beberapa pertanyaan berikut:
1) Bagaimana pemaknaan yang muncul terhadap Permakan dari anggota
organisasinya sendiri?
2) Apakah visi misi yang dibuat sejak berdirinya Permakan masih sama
hingga saat ini?
1.3 Manfaat Penelitian
1.3.1 Kegunaan Teoritis
Dalam mendirikan organisasi yang dapat berkembang secara kontinu,
diperlukan sudut pandang dari anggota bagaimana mereka memaknai organisasi
itu sendiri, apakah sesuai dengan parameter kriteria mereka sebagai organisasi
yang layak atau tidak. Penelitian ini dapat memberikan sudut pandang dari
anggota organisasi bagaimana mereka memaknai dan melihat suatu organisasi
yang mereka tekuni, serta memberikan pengetahuan mengenai bagaimana
perilaku mahasiswa suku Karo dalam berorganisasi.
1.3.2 Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah dapat meningkatkan kinerja
atupun solidaritas bagi para pelaku organisasi baik itu organisasi ekstrakampus
maupun intrakampus. Dengan melihat perspektif para anggota suatu organisasi
dalam memaknai dan memberi gambaran akan organisasi tersebut, kita dapat
mengambil solusi terbaik untuk menjaga antusiasme anggota untuk tetap
berkontribusi di dalam organisasi secara berkepanjangan.
1.4 Kerangka Pemikiran
Blumer mengutarakan tentang tiga prinsip utama interaksionisme
simbolik, yaitu tentang pemaknaan (meaning), bahasa (language) dan pikiran
(thought). Premis ini nantinya mengantarkan kepada konsep ‘diri’ seseorang dan
sosialisasinya kepada ‘komunitas’ yang lebih besar, yaitu masyarakat. Blumer
mengajukan premis pertama, bahwa “human act toward people or things on the
basis of the meanings they assign to those people or things”. Maksudnya, manusia
bertindak atau bersikap terhadap manusia yang lainnya pada dasarnya dilandasi
atas pemaknaan yang mereka kenakan kepada pihak lain tersebut. “Once people
define a situation as real, its very real in its consequences”. Pemaknaan tentang
apa yang nyata bagi kita pada hakikatnya berasal dari apa yang kita yakini sebagai
kenyataan itu sendiri. Karena kita yakin bahwa hal tersebut nyata, maka kita
mempercayainya sebagai kenyataan. Premis kedua Blumer adalah “meaning
arises out of the social interaction that people have with each other”. Pemaknaan
muncul dari interaksi sosial yang dipertukarkan diantara mereka. Makna bukan
muncul atau melekat pada sesuatu atau suatu objek secara alamiah. Makna tidak
bisa muncul ‘dari sananya’. Makna berasal dari hasil proses negosiasi melalui
penggunaan bahasa (language) dalam perspektif interaksionisme simbolik.Premis
ketiga Blumer adalah “an individual’s interpretation of symbols is modified by his
or her own thought process”. Interaksionisme simbolik menggambarkan proses
berpikir sebagai perbincangan dengan diri sendiri. Proses berpikir ini sendiri
bersifat refleksif.
Ketiga premis ini merupakan dasar dari suatu individu untuk menarik
kesimpulan dalam penemuan makna suatu kejadian atau praktik sosial dalam
konteks sosial tertentu, hal ini disebut sebagai pemahaman (Achmad Saefuddin:
287). Pemahaman itu sendiri merupakan produk akhir dari suatu kegiatan
observasi individu terhadap fenomena atau praktik sosial. Produk akhir tersebut
tidak terlepas dari penggunaan kata-kata yang digunakan oleh objek observasi.
Karena, kata-kata merupakan alat komunikasi yang mencerminkan suatu individu
ataupun instansi yang memperlihatkan ciri atau pola tingkah laku mereka sendiri.
Kekuatan penggunaan kata-kata sebagai tanda untuk mengekspresikan
pemikiran yang dengan ekspresi itu bunyi tidak secara langsung
menghubungkannya. Sebenarnya simbol-simbol arbiter adalah tingkat
kemampuan khusus manusia yang tertinggi dalam bahasa, yang kehadirannya
mengikut bersama semua ras manusia dalam kesatuan mental yang substansial
(Edward Tylor, 1975:118).
Bahasa bukan satu-satunya bentuk ekspresi simbolik. Simbol dapat
berbentuk peristiwa publik, parade, pemakaman, turnamen, hari libur, dan bahkan
cara pemimpin tampil di depan umum. Seringkali simbol bercampur dengan
tanda, misalnya ketika gambar publik ditayangkan. Simbolisasi sebagai kegiatan
mental dapat mengambil bentuk suatu tipe dari objek atau gerak-gerik tertentu.
(Achmad Saifuddin, 2005:288).
1.5 Tinjauan Pustaka
Organisasi adalah suatu wadah yang terdiri dari orang-orang yang
mempunyai tujuan yang sama dengan kepentingan yang sama dimana di
dalamnya terdapat kerja sama antar orang sehingga terdapatnya suatu struktur
(Widjojo dkk., 1994:15). Di dalam wadah tersebut menyimpan suatu sistem
tertentu menurut kebujakannya masing-masing yang harus dijalankan dan menjadi
ciri khas atupun pola khusus di dalam organisasi tersebut.
Diperlukan beberapa persyaratan tertentu untuk menjadikan himpunan
manusia dapat dinamakan sebagai organisasi, antara lain: 1) Adanya kesadaran
pada setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok
yang bersangkutan; 2) Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu
dengan anggota yang lain; 3) Adanya faktor yang dimiliki bersama sehingga
hubungan antara mereka bertambah erat yang dapat menjadi pemersatu setiap
anggota, seperti nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama dan
ideologi yang sama; 4) Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku; 5)
Memiliki sistem dan proses.
Dari kelima poin tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi harus
memiliki suatu sistem ataupun proses yang harus dijalankan dan ditaati oleh setiap
anggota dalam suatu aturan yang telah ditetapkan sebelumnya serta memiliki
keterikatan yang kuat antar sesama anggotanya, dimana keterikatan tersebut
diikuti dengan kebanggaan akan kepemilikan atas organisasi tersebut.
Tingkat kebanggaan terhadap suatu organisasi tergantung dari bagaimana
anggota organisasi itu sendiri memaknai secara objektif maupun subjektif akan
organisasi tersebut. Hal tersebut tersebut dapat diukur dari kinerja dan antusiasme
anggota dalam melaksanakan suatu program. Menurut Clifford Geertz, asumsi
interaksi simbolik mengatakan bahwa manusia bertindak tentang sesuatu
berdasarkan pada pemaknaan yang mereka miliki tentang sesuatu itu. Organisasi
dipandang sebagai budaya. Suatu organisasi merupakan sebuah cara hidup (way of
life) bagi para anggotanya, sehingga membentuk sebuah realita bersama yang
membedakannya dari budaya-budaya lainnya.
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1 Teknik Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian
kualitatif. Tujuan penelitian kualitatif adalah berupaya untuk memahami situasi
tertentu. Seperti definisi penelitian kualitatif menurut Kirk dan Mille yang dikutip
dari Buku Metodologi Penelitian Kualitatif oleh Moleong (2008 : 4), yaitu :
“Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya”.
Berdasarkan definisi tersebut, penelitian kualitatif bertitik tolak dari
paradigma fenomenologis yang obyektifitasnya dibangun atas rumusan tentang
situasi tertentu yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Masalah dalam penelitian
kualitatif dinamakan fokus, dalam penelitian kualitatif dibagi kedalam empat
tahap, yaitu tahap sebelum kelapangan (pra-lapangan), pekerjaan lapangan,
analisis data dan penulisan laporan.
Sedangkan teknik penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu
mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang suatu unit sosial
(lembaga) dengan memberikan suatu penjelasan yang seksama tentang suatu
kasus penelitian. Studi kasus adalah penelitian mengenai status subjek penelitian
yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan
personalitas. Subjek penelitian dapat saja berupa individu, kelompok, keluarga,
maupun masyarakat. Sedangkan alat pengumpul data yang digunakan oleh
peneliti adalah berupa pedoman observasi dan pedoman wawancara. Selain itu
untuk membantu dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan alat-alat
pengumpulan data seperti kamera, alat perekam dan alat tulis.
1.6.2 Unit Analisis Penelitian
Unit Analisis Penelitian adalah perangkat inti organisasi beserta anggota
aktif yang memiliki pengetahuan emik mengenai seluk beluk kegiatan program,
kemajuan dan perkembangan organisasi, serta sejarah terbentuknya Permakan.
1.6.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di kesekretariatan Permakan yang terletak di
kelurahan Ciseke, Sumedang Jawa Barat. Kesekretariatan ini merupakan pusat
tempat berlangsungnya seluruh kegiatan program, yang berupa penggalangan
dana, musyawarah besar, musyawarah tengah tahun, musyawarah istimewa, rapat
koordinasi, dan berbagai kegiatan lainnya yang berfungsi untuk menunjang
kelangsungan program Permakan itu sendiri.
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk
mendapatkan data primer adalah sebagai berikut :
1. Wawancara mendalam (indepth interview) dilakukan kepada siswa
normal, dan pihak lembaga yang disini adalah guru untuk mengetahui
informasi seputar kegiatan di dalam tubuh Permakan. Alat bantu yang
digunakan adalah pedoman wawancara dan alat perekam.
2. Observasi non partisipasi yaitu dimana penulis tidak dilibatkan secara
langsung, hanya sebatas mengamati kegiatan yang berkaitan dengan
penelitian yang sedang dilakukan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk
mendapatkan data sekunder adalah sebagai berikut :
1. Studi kepustakaan yaitu mempelajari dan membaca buku-buku,
majalah, modul, dan artikel lainnya yang berhubungan dengan masalah
penelitian dan berkaitan dengan perspektif pekerjaan sosial dalam
memandang masalah pemaknaan organisasi.
2. Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan mencari informasi
tertulis untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan dokumentasi data-data dan informasi
yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan program, kegiatan
internal organisasi, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dilaksanakan oleh
organisasi Permakan.
1.6.4.1 Pengamatan (Observasi)
Observasi merupakan pengamatan terhadap fenomena yang dapat dilihat
secara langsung sebagai pelengkap data yang diperoleh. Metode pengamatan
digunakan untuk memahami gejala-gejala yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari individu yang diteliti untuk dicocokan relevansi atau kebenarannya dengan
informasi yang diperoleh melalui wawancara. Salah satu kegunaan metode
pengamatan adalah untuk mendeskripsikan lokasi dan lingkungan masyarakat
yang diteliti (Wijayanti, 2009).
Observasi yang akan digunakan adalah observasi partisipasi. Observasi
partisipasi melibatkan keikutsertaan peneliti dengan individu yang di observasi
atau komunitas. Observasi partisipasi membutuhkan suatu jalinan hubungan yang
baik antara peneliti dengan komunitas baru yang akan diobservasi (Endraswara,
2006: 140).
1.6.4.2 Wawancara
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan
berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah
untuk mendapatkan informasi dari orang yang diwawancarai melalui pertanyaan-
pertanyaan untuk dijawab oleh informan. Dalam mempersipakan informan, ada
tiga (3) hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1) Seleksi individu yang akan
diwawancara; 2) Pendekatan terhadap individu yang akan diwawancara; 3)
Pengembangan suasana wawancara yang dapat menimbulkan saling pengertian
antara penliti dan yang diwawancarai. (Koentjaraningrat,1977: 163)
1.6.4.3 Studi Kepustakaan dan Riset Data Sekunder
Studi kepustakaan diperlukan untuk memanfaatkan data sekunder, seperti
data yang berasal dari buku dan bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan
masalah penelitian. Studi kepustakaan ini juga dapat memperlihatkan bagaimana
gambaran umum mengenai suku Karo yang terdapat di media ataupun arsip-arsip
yang memuat tentang suku Karo pada umumnya. Sumber data sekunder
masyarakat terdiri dari arsip data desa, data pemerintah, dan bahan-bahan yang
dipublikasikan lainnya (Black dan Champion, 1992: 348-359).
1.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen dalam buku Metode
Penelitian Kualitatif oleh Moleong (2008 : 248) adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
yang dapat diceriterakan kepada orang lain.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam
catatan lapangan, maupun ke dalam dokumen-dokumen. Data yang telah
dikumpulkan merupakan mentah (soft data) karena data yang diperoleh berupa
uraian yang penuh deskriptif mengenai subjek yang diteliti seperti pendapat,
pengetahuan, pengalaman dan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah
penelitian.
Setelah ditelaah, langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data
dengan jalan melakukan abstraksi yang merupakan usaha membuat rangkuman,
proses dan peryataan-peryataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di
dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan
itu tidak lain adalah bagian terkecil yang mengandung makna yang bulat dan
dapat berdiri sendiri terlepas dari bagian yang lain (Moleong, 2008 : 250). Satuan
dapat berwujud kalimat faktual sederhana selain itu satuan dapat pula berupa
paragraph penuh. Satuan ditemukan dalam catatan wawancara, catatan lapangan,
dan dokumen lainnya.
Satuan-satuan itu kemudian dikategorikan yang berarti penyusunan
kategori. Kategori tidak lain adalah salah satu tumpukan dari seperangkat
tumpukan yang disusun atas dasar pikiran, intuisi, pendapat atau kriteria tertentu
(2008 :252). Tahap akhir dari analisis data ialah mengadakan pemeriksaan
keabsahan data. Setelah selesai, mulailah kini tahap penafsiran data yang
mengolah hasil sementara menjadi teori substantife dengan menggunakan
beberapa metode tertentu (2008 :258).
Analisa data merupakan proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan
melalui penggolongan dalam pola, tema dan karakteristik tertentu, oleh karenanya
untuk mencapai hal tersebut diperlukan 3 (tiga ) langkah utama, yaitu:
1. Reduksi data dalam bentuk penyeleksian, pemfokusan, simplikasi,
pengabstraksian dan transformasi data mentah yang diperoleh gambaran yang
tajam tentang hasil pengamatan dan juga memudahkan peneliti untuk mencari
data lain yang diperlukan.
2. Pengujian data, maksudnya adalah penyusunan informasi dengan
sistematis agar dapat akurat kesimpulan dan tindakan lebih lanjut dan untuk
kelengkapan-kelengkapan kegiatan tertentu atau disajikan dalam bentuk tabel.
3. Menarik kesimpulan, walaupun sejak awal pengumpulan data telah
dibuat kesimpulan, namun kesimpulan tersebut masih bersifat sementara, masih
memerlukan penyempurnaan pada saat informasi bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
- Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Alfabeta, Bandung.
- Saifuddin, Achmad. 2005. Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar
Kritis Mengenai Paradigma, Jakarta.