makalah_tataniaga_kangkung_(autosaved).doc

27
Makalah Tataniaga Produk Agribisnis (kangkung) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam aspek makro pemasaran merupakan seluruh aktivitas yang dibutuhkan dalam semua tahap, dalam sistem aliran produk dan jasa mulai dari petani sebagai produsen primer sampai produk ditangan konsumen akhir atau organisasi (memuaskan konsumen). Sehingga, Pemasaran merupakan salah satu aktivitas yang merupakan penghubung langsung produk dari produsen sampai kekonsumen akhir. Secara umum, pemasaran merupakan proses mengalirkan barang dari produsen hingga kekonsumen akhir. Dalam hal ini menunjukan bahwa kegiatan pemasaran merupakan aktivitas yang sangat penting dan merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu aktivitas bisnis. Begitu halnya dengan produk pertanian yang membutuhkan tahap pemasaran dalam aktivitas bisnis. Namun pemasaran produk pertanian harus menggunakan pemasaran yang lebih efisien dan efektif yang dikarenakan sifat dari produk pertanian bervariasi bentuk, varietas banyak, perishable ( cepat busuk), bulky (besar sekali), voluminous, harga murah, tergantung alam, gestation period, risiko HPT, musiman, dan membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga diperlukan prose analisis dan pencarian solusi untuk

Upload: sela

Post on 08-Nov-2015

24 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Makalah Tataniaga Produk Agribisnis (kangkung)BAB 1

PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDalam aspek makro pemasaran merupakan seluruh aktivitas yang dibutuhkan dalam semua tahap, dalam sistem aliran produk dan jasa mulai dari petani sebagai produsen primer sampai produk ditangan konsumen akhir atau organisasi (memuaskan konsumen). Sehingga, Pemasaran merupakan salah satu aktivitas yang merupakan penghubung langsung produk dari produsen sampai kekonsumen akhir. Secara umum, pemasaran merupakan proses mengalirkan barang dari produsen hingga kekonsumen akhir. Dalam hal ini menunjukan bahwa kegiatan pemasaran merupakan aktivitas yang sangat penting dan merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu aktivitas bisnis. Begitu halnya dengan produk pertanian yang membutuhkan tahap pemasaran dalam aktivitas bisnis. Namun pemasaran produk pertanian harus menggunakan pemasaran yang lebih efisien dan efektif yang dikarenakan sifat dari produk pertanian bervariasi bentuk, varietas banyak, perishable ( cepat busuk), bulky (besar sekali), voluminous, harga murah, tergantung alam, gestation period, risiko HPT, musiman, dan membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga diperlukan prose analisis dan pencarian solusi untuk mengatasi sifat-sifat tersebut, sehingga menghasilkan keuntungan yang maksimal. Dalam mencapai hal ini maka diperlukan untuk mengetahui beberapa indikator yang dapat mempengaruhi keberhasilan pemasaran produk agribisnis yang tujuan akhir dari kegiatan ini adalah meningkatnya keuntungan yang diperoleh oleh petani sebagai produsen dan kepuasan yang diperoleh oleh konsumen akhir. Beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah saluran pemasaran yang dilalui oleh produk, lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam mengalirnya produk, proses produksi dan proses pemasaran, biaya produksi, biaya pemasaran, harga beli dan harga jual produk, marjin pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar yang dihadapi, efisiensi pemasaran, dan Farmer Share,sehingga dalam mengalirnya produk pertanian dapat mengurangi gap antara produksi dan konsumsi yang menimbulkan risiko kehilangan secara phisik karena penyusutan, penyimpanan, dan risiko fluktuasi harga yang dihadapi oleh petani, sehingga petani dapat meninggkatkan kesejahteraan mereka dan konsumen dapat tetap memperoleh produk dengan kuantitas dan kualiatas yang sesuai dan tepat pada waktu saat dibutuhkan untuk memenuhi kepuasannya.1.2 TujuanPembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas akhir matakuliah Tataniaga Produk Agribisnis, selain itu dalam pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui definisi pemasaran secara umum, dan menganalisis saluran pemasaran, lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat, proses produksi dan proses pemasaran, biaya produksi, biaya pemasaran, harga beli dan harga jual, marjin pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar, efisiensi pemasaran, dan farmer share dalam hal ini kami menganalisis komoditas pertanian kangkung milik bapak pandi, yang terletak di Kebun Belakang Farm Dramaga Bogor.BAB 2HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Definisi PemasaranSecara umum, pemasaran merupakan proses mengalirkan barang dari produsen ke konsumen akhir. Dalam mengalirkan barang tersebut, ada dua hal yang dialami barang tersebut. Pertama, barang dialirkan ke konsumen akhir tanpa ada nilai tambah dalam bentuk fisik. Pada produk pertanian, manfaatnya yang nyata adalah barang lebih didekatkan dengan konsumen mengurangi risiko kebusukan. Kedua, barang dialirkan dari produsen ke konsumen akhir disertai penambahan guna bentuk melalui proses pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyimpanan.Memberikan nilai tambah produk pertanian dalam bentuk fisik bisa seperti pembersihan dan pengemasan. Nilai tambah dalam hal tempat yakni mendekatkan produk dengan konsumen melalui transportasi yang efisien. Transportasi dengan dana rendah belum tentu dapat efisien karena dalam masa transportasi itu, pemasar harus melihat jarak daerah tujuan dan memperhitungkan bagaimana produk pertanian dapat terus segar. Seperti contohnya dengan menyediakan box pendingin di dalam kendaraan atau berinvestasi pendingin di outlet tujuan masing-masing.Dalam usahatani sayuran organik Bapak Pandi, pemasaran yang akan dianalisis adalah saluran produk sayuran kangkung organik. Bapak Pandi menerima pembelian satuan ikat sayur, ikatan untuk pengeteng dan sayuran yang sudah dimasukkan kemasan untuk selanjutnya dikemas dan diberi label oleh pengepul. Kemudian pengeteng maupun pengepul akan mendistribusikan sayuran kangkung organik ke tujuan pemasaran berikutnya hingga sampai ke konsumen.

2.2 Saluran Pemasaran

Ada dua macam saluran pemasaran sayuran organik kangkung dari petani Bapak Pandi:

1. Saluran 1: dari petani-Penjual sayuran keliling-Konsumen rumah tangga

2. Saluran 2: dari petani-Pengepul (yang memberikan nilai tambah pengemasan, stiker merk dan distribusi)-Outlet-Konsumen AkhirSaluran Jenis A:

Saluran 1

Saluran 2

Saluran 3

Saluran Jenis B:

Saluran 3Saluran 1

Saluran 2

Saluran 4Saluran Jenis C:

Saluran 1

Saluran 2

Saluran 3

Saluran 4Saluran Jenis A:Saluran 1: Petani produsen sayuran kangkung di Kebun Belakang Farm Dramaga, Bogor. Petani responded adalah Bapak Pandi. Salah satu dari tiga petani di kebun belakang Perwira. Saluran 2: Penjual keliling sayuran kangkung atau pengeteng.Saluran 3: Konsumen rumah tangga yang membeli sayuran di pengeteng.Dalam saluran satu, pemasaran terjadi sangat singkat. Produsen panen kangkung setiap hari dari pukul 07.00-11.00. Dari pagi hingga siang, akan ada penjual sayuran keliling yang membeli beberapa ikatan besar berisi 50 ikatan kecil. Satu ikatan besar dari petani produsen dihargai Rp. 20.000,00. Setelah melalui penjual sayuran keliling, sayuran kangkung dipasarkan keliling di rumah tangga seperti perumahan-perumahan warga sehingga sayuran kangkung sampai ke konsumen rumah tangga.

Saluran Jenis B:

Saluran 1: Petani produsen sayuran kangkung di Kebun Belakang Farm Dramaga, Bogor. Petani responded adalah Bapak Pandi. Salah satu dari tiga petani di kebun belakang Perwira.Saluran 2 : Pengepul sayuran organik dari ketiga petani. Pengepul membeli sayuran yang telah berplastik 1000 rupiah per kemasannya. Nilai tambah yang diberikan terdiri dari label kemasan sebagai sayuran organik Kebun Belakang Farm. Kemasan berlabel kemudian dimasukkan dalam chiller box untuk ditransfer ke outlet-outlet tujuan. Ada lima tujuan outlet dari distributor ini yang tersebar di beberapa perumahan sekitar Bogor. Pengepul dan pendistributor juga memberikan investasi chiller di outlet tersebut. Harga yang dipasang untuk semua outlet sama. Namun, outlet-outlet diberikan kebebasan untuk menjual dengan harga berapapun tergantung pasar outlet tersebut.

Saluran Jenis C :

Dari saluran pemasaran 1, 2 sama dengan saluran jenis A hanya saja, setelah sayuran sampai ke tangan penjual sayuran keliling, sayuran kangkung disetor ke warung-warung penjual sayuran untuk dijual kembali ke konsumen yang belanja kebutuhan dapur di warung tersebut. 2.3 Lembaga-Lembaga Pemasaran yang Terlibat

Lembaga pemasaran yang terlibat dalam hal ini adalah pengepul dan pendistributor. Pengepul memberikan nilai tambah dalam hal kemasan berlabel dan mendekatkan produk ke konsumen. Dalam kasus ini, pengepullah yang memberikan nilai tambah fisik. Dari membantu proses sortir, pembersihan, pengemasan hingga cara menutup kemasan. Proses sortir hingga mengemas dilakukan langsung di saung kebun tersebut. Setelah itu, pengepul juga yang kemudian menyalurkan produk ke outlet-outlet. Tidak banyak pihak yang terlibat dalam saluran pemasaran produk organik sayuran kangkung kebun belakang farm sehingga tidak terlalu banyak melibatkan lembaga-lembaga pemasaran.Lembaga pemasaran yang terlibat hanya pengepul, pemberi nilai tambah dan pendistributor yang dilakukan oleh satu orang.

2.4 Proses Produksi dan Proses Pemasaran Proses produksi sayuran kangkung ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Penyiangan, tanah yang akan ditanami disiangi sedemikian rupa untuk menghindari perebutan unsur hara tanah serta mengembalikan kesuburan tanah.

2. Penyemaian, petani melakukan penyemaian benih kangkung.

3. Penanaman, benih yang telah disemai ditanam pada media tanam tanah yang telah disediakan sebelumnya.

4. Pemupukan, benih kangkung yang telah ditanam diberi pupuk gabah padi. Pembeerian pupuk ini sebanyak sepuluh karung untuk satu bedengan lahan.

5. Pengaturan air, setiap hari, kangkung disiram agar lahan tetap basah.

6. Setelah 20-25 hari, kangkung sudah dapat dipanen.

Setelah dipanen, kangkung dapat dipasarkan ke kios atau warung, serta ke pengecer. Proses pemasaran yang dilakukan melalui tiga saluran seperti yang telah djelaskan sebelumnya. Proses pemasaran yang dilakukan langsung oleh petani dilakukan dengan memasarkannya ke kios atau warung dengan menggunakan motor.

2.5 Biaya Produksi No.InputJumlahSatuan Harga per satuanTotal

1Benih Kangkung122gram10012200

2Pupuk gabah padi150karung70001050000

3Tenaga Kerja pesemaian (Pria)2,28HKP50000114000

4Tenaga kerja penanaman (Pria)2,28HKP50000114000

5Tenaga kerja pemupukan (pria)2,28HKP50000114000

6Tenaga kerja pengolahan tanah (pria)2,28HKP50000114000

7Tenaga kerja pengendalian HPT (pria)2,28HKP50000114000

8Tenaga kerja Pengaturan air (pria)11,42HKP50000571000

9Tenaga kerja pengangkutan (pria)0,71HKP5000035500

10Tenaga Kerja Panen dan Pasca panen (Wanita)2,74HKW50000137000

Total Biaya Produksi2375700

Input plastik yang dibutuhkan pada saluran B ketika petani menjual ke pengepul=20.000 rupiah per 500 ikat.

Petani memanen sayuran setiap hari. Ada 20 bedeng sayuran dengan masing-masing bedeng memerlukan biaya input 2375700:20= 118785 rupiah. Biaya produksi sayuran kangkung ini dihitung untuk produksi sekali panen, dengan satu periode selama 20 hari. Namun, petani responden yang kami temui ini memiliki pola tanam sedemikian rupa, sehingga dapat panen kangkung setiap hari dengan pola tanam yang dilakukannya. sehingga kegiatan pemasaran kangkung yang dilakukan berjalan setiap hari. Penggunaan biaya produksi tersebut digunakan untuk luas lahan tanam seluas 392 m2.2.6 Biaya Pemasaran Biaya pemasaran dari tataniaga sayuran kangkung ini hanya mengeluarkan biaya transportasi untuk kegiatan pemasarannya. Tidak ada biaya lain, seperti biaya iklan atau biaya promosi lainnya. Biaya transportasi yang dikeluarkan ini adalah biaya bensin yang digunakan untuk kendaraan bermotor roda dua. Biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.10.000 setiap memasarkan kangkung ke kios atau warung di sekitar lokasi produksi (kebun).

2.7 Harga Beli dan Harga Jual

a. Menentukan Harga Jual Berdasarkan Biaya

Penentuan harga jual berdasarkan biaya yaitu dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi suatu produk ditambah dengan margin keuntungan yang diinginkan penjual.

Kangkung yang dibeli oleh Pak Titis dari petani 2,5 ons harganya Rp1000. Setelah melakukan pensortiran, pencucian, pengemasan dan pelabelan, serta ditambah dengan keuntungan yang diinginkan oleh Pak Titis maka terbentuk harga jual kangkung Rp3000,- untuk outlate yang nantinya akan dijual kepada konsumen dengan harga Rp5000,-.

b. Harga Jual Berdasarkan Kompetisi

Penentuan harga jual berdasarkan kompetisi ini biasa dipakai oleh pendatang baru. Karena pendatang baru untuk berjualan produk sejenis yang lebih dulu ada, maka produsen akan mengecek beberapa harga jual kompetitor sebelum memutuskan untuk menentukan harga jual bagi produknya.

Biasanya harga jual barang lebih murah dari produk yang lebih dulu ada. Bedanya adalah dari margin keuntungan yang didapat lebih sedikit dibandingkan kompetitor. dalam beberapa kasus ada juga yang berani rugi saat menerapkan strategi harga jual berdasarkan kompetisi ini. Biasanya hal itu dilakukan oleh pemodal besar. prinsipnya adalah tidak apa-apa jika rugi di awal, yang penting selanjutnya bisa untung terus.

c. Harga Jual Berdasarkan Tujuan Khusus

Strategi harga berdasarkan tujuan khusus adalah tergantung dari penjualnya. Misalkan penenetapan harga yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah penjualan, mendongkrak image produk, atau tujuan khusus lainnya.Intinya adalah harga jual terbentuk dari kesepakatan antara penjual dan pembeli. Seperti Pak Titis yang menentukan harga jual berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk nilai tambah produk dan biaya pemasaran serta penentuan harga berdasarkan tujuan khusus yaitu ingin memperoleh keuntungan.

2.8 Marjin Pemasaran

Margin pemasaran dapat dipergunakan untuk mengkaji sebaran harga yang dibayar konsumen akhir sampai kepada petani. Dari persepektif mikro atau perusahaan tertentu, margin pemasaran merupakan selisih harga jual dengan harga beli atau margin pemasaran merupakan biaya-biaya dan keuntungan dari perusahaan tersebut akibat adanya aktivitas bisnis yang dilakukanperusahaan.

Margin pemasaran dalam aspek makro atau sistem pemasaran menggambarkan kondisi pasar ditingkat lembaga-lembaga yang berbeda minimal ada dua tingkat pasar yaitu pasar ditingkat petani dan pasar ditingkat konsumen akhir. Asumsinya, struktur pasar disetiap tingkat adalah pasar kompetitif, sehingga kurva supply dan demand di setiap tingkat pasar mempunyai slope yang sama dan jumlah transaksi disetiap tingkat pasar juga sama. Hal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar margin pemasaran

Keterangan gambar :

Df = Permintaan di tingkat petani (derived demand)Dr = Permintaan di tingkat konsumen akhir (primary demand)Sf = penawaran di tingkat petani (primary supply)Sr = penawaran di tingkat konsumen akhir (derived supply)1. Perbedaan harga ditingkat petani (Pf) dengan tenaga kerja harga di pedesaan (Pr) ( M=Pr-Pf ( hanya perbedaan harga tidak membuat perbedaan dengan quantity di pasar. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen.

2. Merupakan harga dari kumpulan jasa-jasa pemasaran sebagai akibat adanya permintaan dan penawaran (Dr,Df dan Sr, Sf).

Pengertian ini lebih tepat, karena memberikan pengertian adanya nilai tambah (added Value) dari kegiatan pemasaran dan mengandung pengertian dari konsep derived supply dan derived demand.

Pengertian derived demand dapat diperluas :

Elastisitas di tingkat petani ( Ef )

Elastisitas di tingkat konsumen ( Er )

dan Elastisitas transmisi ( ET )

ET merupakan seberapa jauh perubahan harga di tingkat pasar petani (Ef)

ditransmisikan ke perubahan harga di pasar konsumen akhir (Er)

dPr/Pr

ET =------------

dPf/Pf

3. Nilai dari MM ( VMM= (Pr Pf)*Qr.f dapat dilihat secara aggregate (keseluruhan) atau dapat dilihat kedalam perbedaan komponen yaitu marketing costs dan marketing charges.

Marjin pemasaran sering digunakan sebagai indikator efisiensi pemasaran. Besarnya marjin pemasaran pada berbagai saluran pemasaran dapat berbeda, karena tergantung pada panjang pendeknya saluran pemasaran dan aktivitas-aktivitas yang telah dilaksanakan serta keuntungan yang diharapkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran.

Pada saluran satu, pengepul membeli 2,5 ons kangkung harganya Rp1000,- setelah dilakukan perlakuan seperti pencucian, pemilahan, pengemasan dan pemberian merk kemudian pengepul menjual ke otlet dengan harga Rp3000,-. Artinya dalam saluran satu Margin pemasarannya adalah Rp3000-Rp1000 =Rp2000,-. Sedangkan dari outlet kangkung dijual seharga Rp5000,- artinya ada margin di saluran ini yaitu Rp5000-Rp3000=Rp2000,- jadi total margin pemasaran adalah 2000+2000=Rp4000,-. Atau margin pemasaran bisa dicari dengan rumus M=Pr-Pf yaitu M=5000-1000 = Rp4000,-.

2.9 Fungsi-Fungsi Pemasaran

Tiga karakteristik penting dalam pendekatan fungsi pemasaran (Khols dan Uhl,2002), yaitu (1) dampak dari pelaksanaan fungsi tidak hanya terhadap biaya pemasaran, tetapijuga pada nilai suatu produk tersebut untuk konsumen. Pengolahan, penyimpanan, dan transportasi akan meningkatkan atau menciptakan nilai guna bentuk, ruang, dan waktu bagi konsumen. Dalam mengevaluasi fungsi pemasaran harus memperhitungkan antara biaya dan manfaat dari fungsi tersebut. (2) Terdapat kemungkinan unuk mengeliminasi pedagang perantara tetapi tidak mungkin dapat mengeliminasi fungsi-fungsi pemasaran. (3) fungsi pemasaran dapat dilakukan oleh siapa saja yang ditunjjukkan pada beberapa tahapan atau tempat dan sistem pemasaran dan meningkatkan atau menciptakan nilai guna produk agribisnis.

Dalam tataniaga produk agribisnis ada tiga fungsi pemasaran yaitu : 1. Fungsi Pertukaran (exchange function)Fungsi pertukaran merupakan aktivitas atau kegiatan dalam mengalirkan/memindahkan suatu produk/jasa dari satu pihak ke pihak yang lain. kegiatan yang termasuk dalam fungsi pertukaran diantaranya adalah fungsi pembelian, fungsi penjualan, dan fungsi pengumpulan.

Penjualan kangkung yang dilakukan oleh petani kepada pedagang keliling dan pengepul, serta pembelian kangkung oleh konsumen kepada pengecer atau pengepul menunjukkan adanya pengalihan kepemilikan produk (kangkung). Terjadi aliran kangkung dari produsen ke pengepul, pengecer, kemudian ke konsumen akhir.

2. Fungsi Fisik (physical functions)

Fungsi fisik adalah aktivitas penanganan, pergerakan, dan perubahan fisik suatu produk atau jasa serta turunannya. Fungsi ini membantu menyelesaikan permasalahan dari pemasaran seperti kapan, apa, dan dimana pemasaran tersebut terjadi. Fungsi ini terdiri dari fungsi penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan, pabrikan, serta pengemasan.Untuk produk kangkung penyimpanan dilakukan menggunakan pendingin agar kangkung tetap segar, pengangkutan dilakukan dari produsen primer (petani) ke tempat lain yang lebih dekat dengan konsumen, pengemasan dilakukan agar kangkung tidak mudah rusak/layu, dan untuk pengolahan kangkung pada kasus ini hanya dilakukan oleh penjual di warung makanan. Dengan adanya fungsi fisik, kangkung bisa dipasarkan kepada konsumen dalam waktu yang cepat dengan kesegaran yang lebih tahan lama, serta pemasaran dilakukan di tempat yang sesuai dengan konsumen inginkan.3. Fungsi Fasilitas

Fungsi fasilitas merupakan fungsi yang memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Aktivitasnya tidaklah langsung dalam sistem pemasaran, tetapi memperlancar dalam proses fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standarisasi, fungsi keuangan, fungsi penanggungan risiko, fungsi intelijen pemasaran, komunikasi, dan iklan. Standarisasi adalah sifat umum yang dapat diterima oleh konsumen dan dapat menciptakan perbedaan anatara suatu produk dengan produk yang lainnya yang sejenis. Standarisasi pada produk kangkung adalah adanya merk, berat per unit yang dijual di outlate, plastik kemasan yang sesuai, serta standarisasi yang dapat bersifat psikologis yaitu kangkung organik memberikan kesan yang baik bagi konsumen yaitu kangkung yang menyehatkan tubuh serta aman untuk dikonsumsi.Fungsi penanggungan risiko dan fungsi intelijen pemasaran aktivitasnya adalah menumpulkan informasi, memahami/menginterpretasikan serta menyebarkan informasi pasar. Penyebaran informasi di pasar nantinya akan mempengaruhi pada efektifitas dan efisiensi suatu pasar.2.10 Struktur Pasar

Struktur pasar adalah suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan dalam suatu pasar, jenis-jenis dan diferensiasi produk serta syarat-syarat masuk pasar. Struktur pasar akan direfleksikan oleh kondisi dan perilaku pasar yang dihadapi oleh petani. Perilaku pasar pada tingkat yang paling bawah ini pada hakekatnya merupakan turunan secara akumulatif dari sistem perilaku pelaku tataniaga di atasnya. Pemahaman kondisi pasar di tingkat petani yang mencakup proses pembentukan harga, bagian harga yang diterima petani, dan marjin tataniaga serta faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan informasi penting dalam rangka peningkatkan efisiensi dan kompetisi pasar yang lebih baik. Secara umum, struktur pasar sayuran organik kangkung dari Bapak Pandi yaitu sebagai berikut :

a. Struktur Pasar di Tingkat petani

Struktur pasar yang dihadapi oleh petani sayuran organik kangkung yang menjadi responden kami cenderung mendekati pasar persaingan sempurna, karena terdapat banyak penjual dalam hal ini adalah petani dan banyaknya pembeli yang berasal dari pedagang pengumpul, pengecer, maupun konsumen akhir. Sayuran organik kangkung ini produknya bersifat homogen antar petani, yakni para petani tidak memberikan sentuhan yang berbeda terhadap hasil poduksiny. Hambatan keluar masuk pasar apabila dilihat dari sisi petani adalah cukup tinggi karena petani bebas menentukan masuk dan keluar dari pasar. Petani juga dapat memperoleh informasi pasar mengenai harga sayuran organik kangkung dari pedagang pengumpul.

b. Struktur Pasar di tingkat Pedagang Pengumpul

Struktur pasar di tingkat pedagang pengumpul cenderung bersifat pasar persaingan tidak sempurna. Apabila dikaitkan dengan petani, yakni pedagang pengumpul berlaku sebagai pembeli tunggal, maka struktur pasar yang terjadi cenderung bersifat monopsoni. Hal ini dapat disimpulkan karena jumlah petani selaku penjual cukup banyak, sedangkan jumlah pedagang pengumpul sebagai orang yang membeli hasil panen para petani hanya satu. Kondisi seperti ini, ditunjang pula oleh sulitnya hambatan untuk keluar masuk pasar bagi pedagang pengumpul, karena para petani sudah mempercayai pedagang pengumpul sebagai tujuan tataniaga hasil pertaniannya.

c. Struktur Pasar di tingkat Pedagang Pengecer

Struktur pasar yang dihadapi oleh pedagang pengecer apabila dilihat dari sisi pembeli adalah oligopsoni murni sedangkan dilihat dari sisi penjual adalah oligopoli murni karena tidak adanya diferensiasi produk yang diperdagangkan. Hambatan keluar masuk pasar cenderung rendah karena tidak adanya peraturan atau ikatan khusus.

2.11 Efisiensi PemasaranEfisiensi merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam suatu aktivitas tataniaga. Sistem tataniaga dapat dikatakan terlaksana secara efisien apabila kepuasan dari setiap pihak/lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan sistem tataniaga dapat tercapai. Pihak atau lembaga tidak hanya terdiri dari para pelaku yang terlibat dalam proses penyaluran produk, melainkan hingga tingkat konsumen akhir. Hal yang dapat dijadikan sebagai indikator penentu efisiensi dari suatu aktivitas tataniaga diantaranya pola saluran tataniaga yang terbentuk,penerapan fungsi tataniaga dalam penyaluran produk, struktur pasar, perilaku pasar dan nilai marjin tataniaga serta farmers share yang terbentuk.Saluran TataniagaHarga

(Rp/ikat)Total Biaya

(Rp/ikat)Margin (%)Farmers share 1/C2/C3/CRata-rata

Saluran A100040060040%0,681,51,09

Saluran B50001000400020%2,60,50,671,25

Saluran C1500400110026,67%0,681,50,50,89

Keterangan:

Output per hari petani dalam 1 bedeng= 500 ikat.

Input per bedeng ditambah plastik=138875Tabel Nilai Efisiensi Pemasaran pada masing masing Pola Saluran Tataniaga Sayuran Organik Kangkung dari Responden Bapak PandiTabel tersebut menyajikan data mengenai nilai efisiensi tataniaga pada setiap pola saluran tataniaga yang terbentuk dengan kondisi produk sayuran organic kangkung pada masing masing saluran A dan C namun berbeda dengan saluran B yang telah mengalami pensortiran, pengemasan, dan lain lain. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat dari nilai marjin dan farmers share maka saluran A relatif lebih efisien dibandingkan dua saluran yang lain karena nilai marjin saluran A lebih kecil dan farmers share yang didapatkan petani lebih besar. Namun hal ini tidak dapat dijadikan patokan karena setelah dihitung keuntungan per biaya, pada saluran B memiliki nilai ratio lebih tinggi pada petani.2.12 Farmers ShareFarmers share merupakan bagian yang diterima petani dalam suatu aktivitas tataniaga dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Nilai farmers share diperoleh melalui perbandingan harga yang diterima di tingkat petani terhadap harga yang dibayar di tingkat konsumen akhir. Nilai farmers share memiliki hubungan yang negatif dengan nilai marjin pemasaran yang terbentuk dalam suatu saluran tataniaga. Semakin tinggi farmers share yang diperoleh petani pada suatu saluran tataniaga maka saluran tersebut dinilai efisien. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa farmers share yang tinggi tidak selalu mencerminkan bahwa aktivitas tataniaga tersebut berjalan efisien. Hal ini tergantung dari upaya yang dilakukan oleh lembaga tataniaga yang terlibat dalam memberikan value added pada produk sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan konsumen.Menurut Kohls dan Uhls (2002), farmers share dapat dipengaruhi oleh tingkat pengolahan, keawetan produk, ukuran produk, jumlah produk, dan biaya transportasi. Nilai farmers share ditentukan oleh besarnya rasio harga yang diterima produsen (Pf) dan harga yang dibayarkan oleh konsumen (Pr). Secara matematik dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut :

Fs =x100%Keterangan:

Fs =Farmer share

Pf = Harga di tingkat petaniPr = Harga di tingkat konsumen

Pada saluran A, yaitu antara Bapak pandi (petani) ke kios atau warung yang selanjutnya di salurkan ke konsumen akhir. Bapak pandi memberikan harga sebesar Rp 20.000,00 untuk 50 ikat atau setara dengan satu ikat Rp 400,00. Sedangkan dari warung atau kios dijual kembali ke konsumen sebesar Rp 1000,00 per ikat sehingga farmers share pada saluran pertama adalahFs = x 100% = 40 %

Pada saluran B, yaitu antara Bapak Pandi (petani) ke pengepul yang selanjutnya diproses kembali seperti disortir, dicuci, dan di kemas kemudian baru disalurkan lagi ke outlet dan kemudian dari outlet tersebut disalurkan ke konsumen akhir. Pada saluran pemasaran ini, Bapak pandi memberikan harga sebesar Rp 1000,00 untuk 250 gram. Kemudian dari pengepul setelah melewati proses sortir, pencucian, pengemasan dan lain lain maka pengepul memberikan harga sebesar Rp 3000,00 untuk 250 gram ke outlet outlet. Kemudian dari outlet tersebut disjul ke konsumen akhir seharga Rp 5000,00 sehingga farmers share pada saluran ketiga adalah

Fs = x 100% = 20%Pada saluran C, yaitu antara Bapak pandi (petani) ke pedagang keliling yang selanjutnya di salurkan ke konsumen akhir. Bapak pandi memberikan harga sebesar Rp 20.000,00 untuk 50 ikat atau setara dengan satu ikat Rp 400,00. Sedangkan dari pedagang keliling dijual kembali ke konsumen sebesar Rp 1500,00 per ikat sehingga farmers share pada saluran kedua adalah

Fs = x 100% = 26,67%

Tabel Perhitungan Farmers ShareSaluran TataniagaHarga

(Rp/ikat)Total Biaya

(Rp/ikat)Margin (%)Farmers share

Saluran A100040060040%

Saluran B50001000400020%

Saluran C1500400110026,67%

Keterangan :

Output per hari petani

Berdasarkan hasil perhitungan farmers share tersebut maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan ketiga saluran tataniaga sayuran organic kangkung, maka secara operasional saluran tataniaga yang pertama adalah saluran yang paling efisien. Pada saluran tataniaga pertama ini memberikan nilai farmers share tertinggi,yaitu sebesar 40 persen. Hal ini terjadi karena komoditas yang diperjualbelikan tidak mengalami perubahan bentuk maupun rasa dan farmers share sebesar 40 persen berarti setiap Rp 100 yang dibayar oleh konsumen akan didistribusikan ke petani sebesar Rp 400,-.BAB 3PENUTUP3.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis dari farmer share dari setiap jenis saluran menunjukan bahwa saluran yan efisien adalah saluran A karena marjin yang didapatkan petani lebih besar dari pada saluran lainnya dan harga akhir pada konsumen lebih rendah dari pada jenis saluran lainyaa namun apabila dilihat dari hasil analisis keuntungan dari setiap rupiah yang dikeluarkan saluran jenis B lebih memberikan keuntungan yang lebih besar pada petani dibandingakan saluran jenis lainnya. Hal ini dikarenakan petani memberikan input tambahan berupa plastik untuk penegemasan dan melakukan pembersihan pada sayuran kangkung.Lampiran :

Produsen:

Petani Sayuran Kangkung

(Bapak Pandi)

Penjual sayuran keliling

Konsumen rumah tangga

Produsen:

Petani Sayuran Kangkung

(Bapak Pandi)

Pengepul, pemberian nilai tambah sekaligus distributor

Outlet

Konsumen

Produsen:

Petani Sayuran Kangkung

(Bapak Pandi)

Penjual sayuran keliling

Toko-toko atau warung-warung kebutuhan dapur

Konsumen Akhir