makalah tugas 1
TRANSCRIPT
![Page 1: makalah tugas 1](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082323/55cf9855550346d03397081f/html5/thumbnails/1.jpg)
AGAMA DAN GENDER
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Disusun oleh :
Nur Sofia 3311111124
Risna Suhardianti 3311111125
Intan Fela Permatasari 3311111126
Dwi Putri 3311111172
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2011
![Page 2: makalah tugas 1](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082323/55cf9855550346d03397081f/html5/thumbnails/2.jpg)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ Agama dan Gender “.
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian Gender atau yang lebih khususnya
membahas tentang kedudukan seorang wanita dalam perspektif agama.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Cimahi, 1 Oktober 2011
Penyusun
![Page 3: makalah tugas 1](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082323/55cf9855550346d03397081f/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok bahasan
dalam wacana perdebatan mengenai perubahan sosial dan juga menjadi topik utama
dalam perbincangan mengenai perbincangan dan perubahan sosial . bahkan beberapa
waktu terakhir ini, berbagai tulisan baik di media massa maupun buku-buku, seminar,
diskusi dan gugatan yang terkait dengan ketidakadilan dan diskriminasi terhadap
kaum perempuan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kesenjangan gender adalah
dikarenakan bermacam-macamnya penafsiran tentang pengertian gender itu sendiri.
Seringkali gender dipersamakan dengan sex (jenis kelamin laki-laki dan perempuan),
dan pembagian jenis kelamin laki-laki dan perempuan ini serta peran dan tanggung-
jawabnya masing-masing, telah dibuat sedemikian rupa dan berlalu dari tahun ke
tahun bahkan dari abad ke abad, sehingga lama kelamaan masyarakat tidak lagi
mengenali mana yang gender dan mana yang sex. Bahkan peran gender oleh
masyarakat kemudian diyakini seolah-olah merupakan kodrat yang diberikan Tuhan.
Sebagai akibat dari pembagian peran dan kedudukan yang sudah melembaga antara
laki-laki dan perempuan, baik secara langsung –berupa perlakuan/sikap, maupun tidak
langsung –berupa dampak suatu peraturan perundang-undangan dan kebijakan, telah
menimbulkan berbagai ketidak-adilan. Ketidak-adilan ini telah mengakar dalam
sejarah, adat-istiadat, norma hukum ataupun struktur dalam masyarakat.
Ketidak-adilan ini boleh jadi timbul dikarenakan adanya keyakinan dan
pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai
bentuknya, yang tidak hanya menimpa kepada kaum perempuan, akan tetapi juga
menimpa kaum laki-laki; walau secara menyeluruh ketidak-adilan gender dalam
berbagai kehidupan ini lebih banyak menimpa kaum perempuan.
Perbedaan secara biologis antara laki-laki dan perempuan telah mempunyai
impelementasi di dalam kehidupan sosial budaya. Persepsi yang seolah-olah
mengendap di dalam bawah sadar seseorang ialah jika seseorang mempunyai atribut
![Page 4: makalah tugas 1](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082323/55cf9855550346d03397081f/html5/thumbnails/4.jpg)
biologis, seperti penis pada diri laki-laki atau vagina pada diri perempuan, maka itu
juga menjadi atribut gender yang bersangkutan dan selanjutnya akan menentukan
peran sosialnya di dalam masyarakat.
B. Tujuan Pembuatan Makalah
1. Sebagai tugas perkuliahan Pendidikan Agama Islam
2. Memahami arti gender dalam perspektif agama
3. Mengetahui kedudukan seorang wanita dalam perspektif agama
![Page 5: makalah tugas 1](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082323/55cf9855550346d03397081f/html5/thumbnails/5.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gender
Kata “gender” berasal dari bahasa Inggris “gender”, dalam Kamus Bahasa
Inggeris-Indonesia, berarti “jenis kelamin”. Sedangkan dalam Webster’s New World
Dictionary, gender diartikan sebagai “perbedaan yang tampak antara laki-laki dan
perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku”.
Melalui pengertian dari kamus di atas, sebenarnya kurang tepat, karena seolah-
olah gender disamakan pengertiannya dengan sex (yang berarti jenis kelamin). Kalau
dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata gender memang belum masuk
dalam perbendaharaannya, akan tetapi istilah gender ini lebih populer di lingkungan
Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan. Dengan demikian untuk
memudahkan pemahaman kita terhadap kata gender tersebut, ada baiknya merujuk
pada penjelasan pemerintah melalui Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan
sebagaimana juga yang tertuang dalam Instruksi Presiden RI No. 9 tahun 2000,
sebagai berikut:
Gender (asal kata gen); perbedaan peran, tugas, fungsi, dan tanggung-jawab serta
kesempatan antara laki-laki dan perempuan karena dibentuk oleh tata nilai sosial
budaya (konstruksi sosial) yang dapat diubah dan berubah sesuai kebutuhan atau
perubahan zaman (menurut waktu dan ruang). Gender adalah konsep yang mengacu
pada peran dan tanggung-jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan
dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat. Gender adalah pembagian
peran dan tanggung jawab keluarga dan masyarakat, sebagai hasil konstruksi sosial
yang dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan perubahan zaman. Gender bukanlah
kodrat dan ketentuan Tuhan. Oleh karena itu gender berkaitan dengan bagaimana
seharusnya laki-laki dan perempuan berperan dan bertindak sesuai dengan tata nilai
yang terstruktur oleh ketentuan sosial dan budaya di tempat mereka berada. Dengan
kata lain, gender adalah pembedaan peran dan tanggung-jawab antar perempuan dan
laki-laki sebagai hasil konstruksi sosial budaya masyarakat.
![Page 6: makalah tugas 1](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082323/55cf9855550346d03397081f/html5/thumbnails/6.jpg)
B. Gender Dalam Perspektif Islam
Sebelum menguraikan bagaimana pandangan Islam terhadap gender, perlu
dikemukakan terlebih dahulu pandangan masyarakat dunia secara umum terhadap
perempuan, terutama sebelum turunnya kitab suci Alquran. Kemudian baru ditelaah
bagaimana pandangan Alquran terhadap gender, serta bagaimana penafsiran ulama
terdahulu dan kontemporer terhadap ayat-ayat Alquran tersebut.
Sejarah telah menginformasikan bahwa sebelum diturunkannya kitab suci
Alquran, berbagai peradaban umat manusia telah berkembang sedemikian rupa,
seperti halnya peradaban bangsa Yunani, Romawi, India, Cina dan yang lainnya. Dan
juga sebelum datangnya agama Islam, telah datang terlebih dahulu berbagai agama,
seperti agama Zoroaster, Buddha, dan yang paling belakangan adalah agama Yahudi
dan Nasrani.
Pada puncak peradaban Yunani, perempuan tidak mendapat penghargaan yang
adil, karena mereka dianggap alat pemenuhan naluri seks laki-laki. Kaum laki-laki
diberi kebebasan sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan dan selera tersebut,
dan para perempuan dipuja untuk itu. Patung-patung telanjang yang terlihat dewasa
ini di Eropa adalah merupakan bukti yang menyatakan pandangan itu.
Peradaban Romawi juga tidak begitu berbeda dengan Yunani, menjadikan
perempuan sepenuhnya berada di bawah kekuasaan ayahnya. Setelah kawin,
kekuasaan pindah ke tangan suami. Kekuasaan ini mencakup kewenangan menjual,
mengusir, menganiaya dan membunuh. Peristiwa tragis ini berlangsung sampai pada
abad V Masehi. Segala hasil usaha perempuan, menjadi hak milik keluarganya yang
laki-laki.
Pada zaman Kaisar Konstantin (abad XV), terjadi sedikit perubahan dengan
diundangkannya hak pemilikan terbatas bagi perempuan, dengan catatan bahwa setiap
transaksi harus disetujui terlebih dahulu oleh keluarga (suami/ayah).
Peradaban Hindu dan Cina, juga tidak lebih baik. Hak hidup bagi seorang
perempuan yang telah bersuami harus berakhir pada saat kematian suaminya, istri
terkadang harus dibakar hidup-hidup pada saat mayat suaminya dibakar. Tradisi ini
baru berakhir pada abad XVII Masehi.
![Page 7: makalah tugas 1](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082323/55cf9855550346d03397081f/html5/thumbnails/7.jpg)
Sepanjang abad pertengahan nasib perempuan tetap sangat memperihatinkan,
sampai dengan tahun 1805 perundang-undangan Inggeris masih mengakui hak suami
untuk menjual istrinya, bahkan sampai dengan tahun 1882 perempuan Inggeris belum
lagi mempunyai hak kepemilikan harta benda secara penuh, termasuk hak menuntut
ke pengadilan.
Untuk dapat mengetahui keberadaan dan peran yang dimainkan Islam, diperlukan
pemahaman mendalam terhadap stratifikasi sosial budaya bangsa Arab menjelang dan
ketika Alquran diturunkan. Misi Alquran hanya dapat dipahami secara utuh setelah
memahami kondisi sosial budaya bangsa Arab. Bahkan boleh jadi, sejumlah ayat
dalam Alquran (termasuk ayat-ayat yang menjelaskan gender), dapat disalah-pahami
tanpa memahami latar belakang sosial budaya masyarakat Arab. Justru itu sebelum
membahas lebih jauh, perlu diperkenalkan secara umum kondisi geografis dan pola
kehidupan mereka –yang tentunya ikut mengambil peran dalam proses pembentukan
budaya masyarakat Arab.
Jazirah Arab mempunyai daerah yang cukup luas, dan sebagian besar wilayahnya
terdiri dari padang pasir. Hanya sebagian kecil wilayahnya di bagian selatan dan
utara, daerah yang subur. Posisi geografisnya yang jauh dari pusat-pusat kerajaan
besar dan kondisi alamnya yang sulit dijangkau, menyebabkan kawasan ini luput dari
cengkeraman 2 (dua) imperium besar Romawi dan Persia.
Mata pencaharian penduduk kebanyakan beternak bagi mereka yang mendiami
kawasan tandus, bercocok tanam bagi mereka yang berada di kawasan yang subur.
Kelangsungan hidup mereka tergantung pada alam, dan pembagian peran dalam
masyarakat sangat tergantung pada kondisi obyektif keadaan alam. Laki-laki bekerja
sebagai pencari nafkah keluarga dan mempertahankan keutuhan dan kehormatan
kabilah (sektor publik), dan perempuan bekerja mengasuh anak dan mengatur urusan
rumah tangga (sektor domestik).
Dilihat dari sudut system kekerabatan, maka keluarga Arab dapat dibedakan ke
dalam 5 (lima) bentuk, yaitu:
1. Tribe (Kabilah/qabilah);
2. Sub Tribe (Sub Kabilah/‘asirah);
3. Clan, Lineage (Suku/hamulah);
4. Extended family (Keluarga Besar/‘a`ilah);
5. Nuclear family (Keluarga Kecil/usrah).
![Page 8: makalah tugas 1](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082323/55cf9855550346d03397081f/html5/thumbnails/8.jpg)
Kelima bentuk keluarga ini ditemukan di daerah tertentu, sekalipun pada daerah
yang lain kelima bentuk tersebut tidak dianut secara identik, sesuai dengan watak
dasar bangsa Arab yang nomaden; mereka menyesuaikan hidup dengan kondisi
obyektif dimana mereka berada.
Pada masa Jahiliyah, anak-anak perempuan kehadirannya tidak diterima sepenuh
hati oleh masyarakat Arab. Pandangan mereka ini telah direkam oleh Alquran, mulai
dari sikap yang paling ringan yaitu bermuka masam, sampai pada sikap yang paling
parah yaitu membunuh bayi-bayi mereka yang perempuan. Informasi ini dapat dibaca
dalam QS. an-Nahl (16): 58 yang isinya “dan apabila seseorang dari mereka diberi
kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan
Dia sangat marah”.
Demikian secara ringkas kondisi geografis serta pola kehidupan bangsa Arab
sebelum turunnya agama Islam, selanjutnya akan ditelaah ayat-ayat Alquran dan
pemahamannya, terutama yang menyangkut masalah gender.
Bahwa agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. telah
memperjuangkan dan berhasil meningkatkan derajat perempuan yang sebelumnya
mereka tertindas. Kaum perempuan yang sebelumnya tidak menerima warisan, malah
termasuk barang yang diwariskan, oleh Islam diberikan porsi waris yang tetap
(faraidh). Islam mendudukkan perempuan sebagai makhluk Allah sederajat dengan
pria dengan hak dan tanggungjawabnya yang adil dan seimbang. Tetapi, kenyataan
bahwa perempuan Muslimah pada masa-masa berikutnya pernah dan sebagian masih
mengalami perlakuan yang berbeda dan diskriminatif, juga telah menjadi catatan
historis dan kajian para ahli.
Alquran, sebagai sumber utama dalam ajaran Islam, telah menegaskan ketika
Allah Yang Maha Pencipta menciptakan manusia termasuk di dalamnya, laki-laki dan
perempuan. Paling tidak ada empat kata yang sering digunakan Alquran untuk
menunjuk manusia, yaitu basyar, insan dan al-nas, serta bani adam . Masing-masing
kata ini merujuk makhluk ciptaan Allah yang terbaik (fi ahsan taqwim), meskipun
memiliki potensi untuk jatuh ke titik yang serendah-rendahnya (asfala safilin), namun
dalam penekanan yang berbeda. Keempat kata ini mencakup laki-laki dan perempuan.
![Page 9: makalah tugas 1](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082323/55cf9855550346d03397081f/html5/thumbnails/9.jpg)
C. Kedudukan Wanita dalam Perspektif agama
Perempuan adalah makhluk yang sangat lembut, dan karena dianggap lembut
terkadang kaum laki-laki sering berbuat yang tidak semestinya kepada kaun
perempuan. Kaum perempuan dianggap lemah dan tidak berdaya dan tidak memiliki
hak apapun dalam pranata sosial dan masyarakat. Namun pemikiran-pemikiran seperti
itu lambat laun kian memudar seiring dengan perkembangan dan perubahan zaman.
Jika ditinjau dari agama islam, manusia dalam artian perempuan dan laki-laki di
dunia ini memiliki posisi yang sama dan yang membedakan keduanya hanyalah nilai
pengabdian dan ketakwaannya kepada Allah semata. Ayat yang menerangkan bahwa
laki-laki dan perempuan itu sama diantaranya adalah ayat Al-Qur’an yang artinya
“Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari
lelaki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
agar kamu saling mengenal, sesungguhnya yang termulia di antara kamu adalah yang
paling bertakwa (QS 49: 13).”
D. Hak-hak Perempuan dalam Memilih Pekerjaan
Kalau kita kembali menelaah keterlibatan perempuan dalam pekerjaan pada masa
awal Islam, maka tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa Islam membenarkan
mereka aktif dalam berbagai aktivitas. Para wanita boleh bekerja dalam berbagai
bidang, di dalam ataupun di luar rumahnya, baik secara mandiri atau bersama orang
lain, dengan lembaga pemerintah maupun swasta, selama pekerjaan tersebut
dilakukannya dalam suasana terhormat, sopan, serta selama mereka dapat memelihara
agamanya, serta dapat pula menghindari dampak-dampak negatif dari pekerjaan
tersebut terhadap diri dan lingkungannya.
Secara singkat, dapat dikemukakan rumusan menyangkut pekerjaan perempuan
yaitu bahwa “perempuan mempunyai hak untuk bekerja, selama pekerjaan tersebut
membutuhkannya dan atau selama mereka membutuhkan pekerjaan tersebut”.
Pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan oleh perempuan pada masa Nabi cukup
beraneka ragam, sampai-sampai mereka terlibat secara langsung dalam peperangan-
peperangan, bahu-membahu dengan kaum lelaki. Di samping itu, para perempuan
pada masa Nabi saw. aktif pula dalam berbagai bidang pekerjaan.
![Page 10: makalah tugas 1](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082323/55cf9855550346d03397081f/html5/thumbnails/10.jpg)
a) Ada yang bekerja sebagai perias pengantin, seperti Ummu Salim binti Malhan
yang merias, antara lain, Shafiyah bin Huyay –istri Nabi Muhammad saw. Ada
juga yang menjadi perawat atau bidan, dan sebagainya.
b) Dalam bidang perdagangan, nama istri Nabi yang pertama, Khadijah binti
Khuwailid, tercatat sebagai seorang yang sangat sukses. Demikian juga Qilat
Ummi Bani Anmar yang tercatat sebagai seorang perempuan yang pernah
datang kepada Nabi untuk meminta petunjuk-petunjuk dalam bidang jual-beli.
Dalam kitab Thabaqat Ibnu Sa’ad, kisah perempuan tersebut diuraikan, di
mana ditemukan antara lain pesan Nabi kepadanya menyangkut penetapan
harga jual-beli. Nabi memberi petunjuk kepada perempuan ini dengan
sabdanya: “Apabila Anda akan membeli atau menjual sesuatu, maka
tetapkanlah harga yang Anda inginkan untuk membeli atau menjualnya, baik
kemudian Anda diberi atau tidak. (Maksud beliau jangan bertele-tele dalam
menawar atau menawarkan sesuatu).”
c) Istri Nabi saw., Zainab binti Jahsy, juga aktif bekerja sampai pada menyamak
kulit binatang, dan hasil usahanya itu beliau sedekahkan. Raithah, istri sahabat
Nabi Abdullah ibn Mas’ud, sangat aktif bekerja, karena suami dan anaknya
ketika itu tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarga ini. Al-Syifa’,
seorang perempuan yang pandai menulis, ditugaskan oleh Khalifah Umar r.a.
sebagai petugas yang menangani pasar kota Madinah.
Demikian sedikit dari banyak contoh yang terjadi pada masa Rasul saw. dan
sahabat beliau menyangkut keikutsertaan perempuan dalam berbagai bidang usaha
dan pekerjaan. Di samping yang disebutkan di atas, perlu juga digarisbawahi bahwa
Rasul saw. banyak memberi perhatian serta pengarahan kepada perempuan agar
menggunakan waktu sebaik-baiknya dan mengisinya dengan pekerjaan-pekerjaan
yang bermanfaat.
Tentu saja tidak semua bentuk dan ragam pekerjaan yang terdapat pada masa kini
telah ada pada masa Nabi saw. Namun, sebagaimana telah diuraikan di atas, ulama
pada akhirnya menyimpulkan bahwa perempuan dapat melakukan pekerjaan apa pun
selama ia membutuhkannya atau pekerjaan itu membutuhkannya dan selama norma-
norma agama dan susila tetap terpelihara. Dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki oleh setiap orang, termasuk kaum wanita, mereka mempunyai hak untuk
bekerja dan menduduki jabatan jabatan tertinggi. Hanya ada jabatan yang oleh
![Page 11: makalah tugas 1](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082323/55cf9855550346d03397081f/html5/thumbnails/11.jpg)
sementara ulama dianggap tidak dapat diduduki oleh kaum wanita, yaitu jabatan
Kepala Negara (Al-Imamah Al-’Uzhma) dan Hakim. Namun, perkembangan
masyarakat dari saat ke saat mengurangi pendukung larangan tersebut, khususnya
menyangkut persoalan kedudukan perempuan sebagai hakim.
Contoh dari keistimewaan kedudukan wanita dalam islam, yaitu :
1. Seorang wanita perlu taat kepada suami. Tapi, bahwa lelaki wajib taat kepada
Ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada Bapaknya.
2. Seorang wanita menerima warisan lebih sedikit dari pada Laki-laki. Tapi bahwa
harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada Suaminya,
sementara apabila Lelaki menerima warisan, Ia perlu/wajib juga menggunakan
hartanya untuk Isteri dan anak-anaknya.
3. Seorang wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak. Tapi
bahwa setiap saat dia didoakan oleh segala umat,malaikat dan seluruh makhluk
ALLAH di muka bumi ini. Dan jika ia mati karena melahirkan adalah Syahid dan
Surga akan menantinya di akhirat kelak.
Seorang lelaki akan dipertanggung jawabkan terhadap 4 wanita, yaitu:
1. Isterinya,
2. Ibunya,
3. Anak Perempuannya dan
4. Saudara Perempuannya.
Artinya: bagi seorang wanita tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh
4 orang lelaki.
Yaitu:
1. Suaminya,
2. Ayahnya,
3. Anak Lelakinya dan
4. Saudara Lelakinya.
Seorang wanita boleh memasuki pintu surga melalui pintu surga yang mana
saja yang disukainya, cukup dengan 4 syarat saja, yaitu :
1. Sholat 5 waktu,
2. Puasa di bulan Ramadhan,
3. Taat kepada Suaminya, dan
4. Menjaga Kehormatannya.
![Page 12: makalah tugas 1](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082323/55cf9855550346d03397081f/html5/thumbnails/12.jpg)
Seorang lelaki wajib berjihad fisabilillah, sementara bagi wanita jika taat
akan suaminya serta menunaikan tanggungjawabnya kepada ALLAH SWT,
maka ia akan turut menerima pahala setara seperti pahala orang pergi
berjihad fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.
![Page 13: makalah tugas 1](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082323/55cf9855550346d03397081f/html5/thumbnails/13.jpg)
BAB III
PENUTUP
Demikianlah pembahasan makalah tentang agama dan gender yang kami buat,
semoga bermanfaat bagi kita semua.
Kesimpulan
Karena kedudukan atau posisi perempuan di dalam Islam adalah sebagai kawan
bagi kaum laki-laki, maka selayaknyalah jika perempuan mempunyai hak yang sama
dengan kaum laki-laki dalam pranata sosial dan masyarakat, tentunya dengan tidak
melupakan kodratnya sebagi perempuan. Sehingga perempuan dapat melakukan
segala hal yang dilakukan oleh laki-laki tapi tidak dengan melanggar syariat yang
telah ditentukan oleh agama mengenai posisinya sebagai perempuan. Perempuan
dibolehkan bekerja disegala bidang yang tentunya sesuai dengan keilmuan yang
mereka kuasai, perempuan masa kini pun tidak terbelenggu didalam rumah saja.
Mereka juga dibolehkan untuk berkreasi diluar rumah, tentunya dengan dengan tidak
melupakan kodrat mereka sebagai seorang istri dan seorang ibu. Sehingga karier atau
pekerjaan diluar rumah dapat mereka lakukan tetapi keluarga pun tetap terurus
sebagaimana layaknya.
![Page 14: makalah tugas 1](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082323/55cf9855550346d03397081f/html5/thumbnails/14.jpg)
DAFTAR PUSTAKA