makalah tugas 1

20
AGAMA DAN GENDER Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam Disusun oleh : Nur Sofia 3311111124 Risna Suhardianti 3311111125 Intan Fela Permatasari 3311111126 Dwi Putri 3311111172 UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

Upload: dian-ayu-utami

Post on 29-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah tugas 1

AGAMA DAN GENDER

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Disusun oleh :

Nur Sofia 3311111124

Risna Suhardianti 3311111125

Intan Fela Permatasari 3311111126

Dwi Putri 3311111172

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2011

Page 2: makalah tugas 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta

karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang

alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ Agama dan Gender “.

Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian Gender atau yang lebih khususnya

membahas tentang kedudukan seorang wanita dalam perspektif agama.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan

saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan

makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta

dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa

meridhai segala usaha kita. Amin.

Cimahi, 1 Oktober 2011

Penyusun

Page 3: makalah tugas 1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok bahasan

dalam wacana perdebatan mengenai perubahan sosial dan juga menjadi topik utama

dalam perbincangan mengenai perbincangan dan perubahan sosial . bahkan beberapa

waktu terakhir ini, berbagai tulisan baik di media massa maupun buku-buku, seminar,

diskusi dan gugatan yang terkait dengan ketidakadilan dan diskriminasi terhadap

kaum perempuan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kesenjangan gender adalah

dikarenakan bermacam-macamnya penafsiran tentang pengertian gender itu sendiri.

Seringkali gender dipersamakan dengan sex (jenis kelamin laki-laki dan perempuan),

dan pembagian jenis kelamin laki-laki dan perempuan ini serta peran dan tanggung-

jawabnya masing-masing, telah dibuat sedemikian rupa dan berlalu dari tahun ke

tahun bahkan dari abad ke abad, sehingga lama kelamaan masyarakat tidak lagi

mengenali mana yang gender dan mana yang sex. Bahkan peran gender oleh

masyarakat kemudian diyakini seolah-olah merupakan kodrat yang diberikan Tuhan.

Sebagai akibat dari pembagian peran dan kedudukan yang sudah melembaga antara

laki-laki dan perempuan, baik secara langsung –berupa perlakuan/sikap, maupun tidak

langsung –berupa dampak suatu peraturan perundang-undangan dan kebijakan, telah

menimbulkan berbagai ketidak-adilan. Ketidak-adilan ini telah mengakar dalam

sejarah, adat-istiadat, norma hukum ataupun struktur dalam masyarakat.

Ketidak-adilan ini boleh jadi timbul dikarenakan adanya keyakinan dan

pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai

bentuknya, yang tidak hanya menimpa kepada kaum perempuan, akan tetapi juga

menimpa kaum laki-laki; walau secara menyeluruh ketidak-adilan gender dalam

berbagai kehidupan ini lebih banyak menimpa kaum perempuan.

Perbedaan secara biologis antara laki-laki dan perempuan telah mempunyai

impelementasi di dalam kehidupan sosial budaya. Persepsi yang seolah-olah

mengendap di dalam bawah sadar seseorang ialah jika seseorang mempunyai atribut

Page 4: makalah tugas 1

biologis, seperti penis pada diri laki-laki atau vagina pada diri perempuan, maka itu

juga menjadi atribut gender yang bersangkutan dan selanjutnya akan menentukan

peran sosialnya di dalam masyarakat.

B. Tujuan Pembuatan Makalah

1. Sebagai tugas perkuliahan Pendidikan Agama Islam

2. Memahami arti gender dalam perspektif agama

3. Mengetahui kedudukan seorang wanita dalam perspektif agama

Page 5: makalah tugas 1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gender

Kata “gender” berasal dari bahasa Inggris “gender”, dalam Kamus Bahasa

Inggeris-Indonesia, berarti “jenis kelamin”. Sedangkan dalam Webster’s New World

Dictionary, gender diartikan sebagai “perbedaan yang tampak antara laki-laki dan

perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku”.

Melalui pengertian dari kamus di atas, sebenarnya kurang tepat, karena seolah-

olah gender disamakan pengertiannya dengan sex (yang berarti jenis kelamin). Kalau

dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata gender memang belum masuk

dalam perbendaharaannya, akan tetapi istilah gender ini lebih populer di lingkungan

Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan. Dengan demikian untuk

memudahkan pemahaman kita terhadap kata gender tersebut, ada baiknya merujuk

pada penjelasan pemerintah melalui Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan

sebagaimana juga yang tertuang dalam Instruksi Presiden RI No. 9 tahun 2000,

sebagai berikut:

Gender (asal kata gen); perbedaan peran, tugas, fungsi, dan tanggung-jawab serta

kesempatan antara laki-laki dan perempuan karena dibentuk oleh tata nilai sosial

budaya (konstruksi sosial) yang dapat diubah dan berubah sesuai kebutuhan atau

perubahan zaman (menurut waktu dan ruang). Gender adalah konsep yang mengacu

pada peran dan tanggung-jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan

dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat. Gender adalah pembagian

peran dan tanggung jawab keluarga dan masyarakat, sebagai hasil konstruksi sosial

yang dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan perubahan zaman. Gender bukanlah

kodrat dan ketentuan Tuhan. Oleh karena itu gender berkaitan dengan bagaimana

seharusnya laki-laki dan perempuan berperan dan bertindak sesuai dengan tata nilai

yang terstruktur oleh ketentuan sosial dan budaya di tempat mereka berada. Dengan

kata lain, gender adalah pembedaan peran dan tanggung-jawab antar perempuan dan

laki-laki sebagai hasil konstruksi sosial budaya masyarakat.

Page 6: makalah tugas 1

B. Gender Dalam Perspektif Islam

Sebelum menguraikan bagaimana pandangan Islam terhadap gender, perlu

dikemukakan terlebih dahulu pandangan masyarakat dunia secara umum terhadap

perempuan, terutama sebelum turunnya kitab suci Alquran. Kemudian baru ditelaah

bagaimana pandangan Alquran terhadap gender, serta bagaimana penafsiran ulama

terdahulu dan kontemporer terhadap ayat-ayat Alquran tersebut.

Sejarah telah menginformasikan bahwa sebelum diturunkannya kitab suci

Alquran, berbagai peradaban umat manusia telah berkembang sedemikian rupa,

seperti halnya peradaban bangsa Yunani, Romawi, India, Cina dan yang lainnya. Dan

juga sebelum datangnya agama Islam, telah datang terlebih dahulu berbagai agama,

seperti agama Zoroaster, Buddha, dan yang paling belakangan adalah agama Yahudi

dan Nasrani.

Pada puncak peradaban Yunani, perempuan tidak mendapat penghargaan yang

adil, karena mereka dianggap alat pemenuhan naluri seks laki-laki. Kaum laki-laki

diberi kebebasan sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan dan selera tersebut,

dan para perempuan dipuja untuk itu. Patung-patung telanjang yang terlihat dewasa

ini di Eropa adalah merupakan bukti yang menyatakan pandangan itu.

Peradaban Romawi juga tidak begitu berbeda dengan Yunani, menjadikan

perempuan sepenuhnya berada di bawah kekuasaan ayahnya. Setelah kawin,

kekuasaan pindah ke tangan suami. Kekuasaan ini mencakup kewenangan menjual,

mengusir, menganiaya dan membunuh. Peristiwa tragis ini berlangsung sampai pada

abad V Masehi. Segala hasil usaha perempuan, menjadi hak milik keluarganya yang

laki-laki.

Pada zaman Kaisar Konstantin (abad XV), terjadi sedikit perubahan dengan

diundangkannya hak pemilikan terbatas bagi perempuan, dengan catatan bahwa setiap

transaksi harus disetujui terlebih dahulu oleh keluarga (suami/ayah).

Peradaban Hindu dan Cina, juga tidak lebih baik. Hak hidup bagi seorang

perempuan yang telah bersuami harus berakhir pada saat kematian suaminya, istri

terkadang harus dibakar hidup-hidup pada saat mayat suaminya dibakar. Tradisi ini

baru berakhir pada abad XVII Masehi.

Page 7: makalah tugas 1

Sepanjang abad pertengahan nasib perempuan tetap sangat memperihatinkan,

sampai dengan tahun 1805 perundang-undangan Inggeris masih mengakui hak suami

untuk menjual istrinya, bahkan sampai dengan tahun 1882 perempuan Inggeris belum

lagi mempunyai hak kepemilikan harta benda secara penuh, termasuk hak menuntut

ke pengadilan.

Untuk dapat mengetahui keberadaan dan peran yang dimainkan Islam, diperlukan

pemahaman mendalam terhadap stratifikasi sosial budaya bangsa Arab menjelang dan

ketika Alquran diturunkan. Misi Alquran hanya dapat dipahami secara utuh setelah

memahami kondisi sosial budaya bangsa Arab. Bahkan boleh jadi, sejumlah ayat

dalam Alquran (termasuk ayat-ayat yang menjelaskan gender), dapat disalah-pahami

tanpa memahami latar belakang sosial budaya masyarakat Arab. Justru itu sebelum

membahas lebih jauh, perlu diperkenalkan secara umum kondisi geografis dan pola

kehidupan mereka –yang tentunya ikut mengambil peran dalam proses pembentukan

budaya masyarakat Arab.

Jazirah Arab mempunyai daerah yang cukup luas, dan sebagian besar wilayahnya

terdiri dari padang pasir. Hanya sebagian kecil wilayahnya di bagian selatan dan

utara, daerah yang subur. Posisi geografisnya yang jauh dari pusat-pusat kerajaan

besar dan kondisi alamnya yang sulit dijangkau, menyebabkan kawasan ini luput dari

cengkeraman 2 (dua) imperium besar Romawi dan Persia.

Mata pencaharian penduduk kebanyakan beternak bagi mereka yang mendiami

kawasan tandus, bercocok tanam bagi mereka yang berada di kawasan yang subur.

Kelangsungan hidup mereka tergantung pada alam, dan pembagian peran dalam

masyarakat sangat tergantung pada kondisi obyektif keadaan alam. Laki-laki bekerja

sebagai pencari nafkah keluarga dan mempertahankan keutuhan dan kehormatan

kabilah (sektor publik), dan perempuan bekerja mengasuh anak dan mengatur urusan

rumah tangga (sektor domestik).

Dilihat dari sudut system kekerabatan, maka keluarga Arab dapat dibedakan ke

dalam 5 (lima) bentuk, yaitu:

1. Tribe (Kabilah/qabilah);

2. Sub Tribe (Sub Kabilah/‘asirah);

3. Clan, Lineage (Suku/hamulah);

4. Extended family (Keluarga Besar/‘a`ilah);

5. Nuclear family (Keluarga Kecil/usrah).

Page 8: makalah tugas 1

Kelima bentuk keluarga ini ditemukan di daerah tertentu, sekalipun pada daerah

yang lain kelima bentuk tersebut tidak dianut secara identik, sesuai dengan watak

dasar bangsa Arab yang nomaden; mereka menyesuaikan hidup dengan kondisi

obyektif dimana mereka berada.

Pada masa Jahiliyah, anak-anak perempuan kehadirannya tidak diterima sepenuh

hati oleh masyarakat Arab. Pandangan mereka ini telah direkam oleh Alquran, mulai

dari sikap yang paling ringan yaitu bermuka masam, sampai pada sikap yang paling

parah yaitu membunuh bayi-bayi mereka yang perempuan. Informasi ini dapat dibaca

dalam QS. an-Nahl (16): 58 yang isinya “dan apabila seseorang dari mereka diberi

kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan

Dia sangat marah”.

Demikian secara ringkas kondisi geografis serta pola kehidupan bangsa Arab

sebelum turunnya agama Islam, selanjutnya akan ditelaah ayat-ayat Alquran dan

pemahamannya, terutama yang menyangkut masalah gender.

Bahwa agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. telah

memperjuangkan dan berhasil meningkatkan derajat perempuan yang sebelumnya

mereka tertindas. Kaum perempuan yang sebelumnya tidak menerima warisan, malah

termasuk barang yang diwariskan, oleh Islam diberikan porsi waris yang tetap

(faraidh). Islam mendudukkan perempuan sebagai makhluk Allah sederajat dengan

pria dengan hak dan tanggungjawabnya yang adil dan seimbang. Tetapi, kenyataan

bahwa perempuan Muslimah pada masa-masa berikutnya pernah dan sebagian masih

mengalami perlakuan yang berbeda dan diskriminatif, juga telah menjadi catatan

historis dan kajian para ahli.

Alquran, sebagai sumber utama dalam ajaran Islam, telah menegaskan ketika

Allah Yang Maha Pencipta menciptakan manusia termasuk di dalamnya, laki-laki dan

perempuan. Paling tidak ada empat kata yang sering digunakan Alquran untuk

menunjuk manusia, yaitu basyar, insan dan al-nas, serta bani adam . Masing-masing

kata ini merujuk makhluk ciptaan Allah yang terbaik (fi ahsan taqwim), meskipun

memiliki potensi untuk jatuh ke titik yang serendah-rendahnya (asfala safilin), namun

dalam penekanan yang berbeda. Keempat kata ini mencakup laki-laki dan perempuan.

Page 9: makalah tugas 1

C. Kedudukan Wanita dalam Perspektif agama

Perempuan adalah makhluk yang sangat lembut, dan karena dianggap lembut

terkadang kaum laki-laki sering berbuat yang tidak semestinya kepada kaun

perempuan. Kaum perempuan dianggap lemah dan tidak berdaya dan tidak memiliki

hak apapun dalam pranata sosial dan masyarakat. Namun pemikiran-pemikiran seperti

itu lambat laun kian memudar seiring dengan perkembangan dan perubahan zaman.

Jika ditinjau dari agama islam, manusia dalam artian perempuan dan laki-laki di

dunia ini memiliki posisi yang sama dan yang membedakan keduanya hanyalah nilai

pengabdian dan ketakwaannya kepada Allah semata. Ayat yang menerangkan bahwa

laki-laki dan perempuan itu sama diantaranya adalah ayat Al-Qur’an yang artinya

“Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari

lelaki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

agar kamu saling mengenal, sesungguhnya yang termulia di antara kamu adalah yang

paling bertakwa (QS 49: 13).”

D. Hak-hak Perempuan dalam Memilih Pekerjaan

Kalau kita kembali menelaah keterlibatan perempuan dalam pekerjaan pada masa

awal Islam, maka tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa Islam membenarkan

mereka aktif dalam berbagai aktivitas. Para wanita boleh bekerja dalam berbagai

bidang, di dalam ataupun di luar rumahnya, baik secara mandiri atau bersama orang

lain, dengan lembaga pemerintah maupun swasta, selama pekerjaan tersebut

dilakukannya dalam suasana terhormat, sopan, serta selama mereka dapat memelihara

agamanya, serta dapat pula menghindari dampak-dampak negatif dari pekerjaan

tersebut terhadap diri dan lingkungannya.

Secara singkat, dapat dikemukakan rumusan menyangkut pekerjaan perempuan

yaitu bahwa “perempuan mempunyai hak untuk bekerja, selama pekerjaan tersebut

membutuhkannya dan atau selama mereka membutuhkan pekerjaan tersebut”.

Pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan oleh perempuan pada masa Nabi cukup

beraneka ragam, sampai-sampai mereka terlibat secara langsung dalam peperangan-

peperangan, bahu-membahu dengan kaum lelaki. Di samping itu, para perempuan

pada masa Nabi saw. aktif pula dalam berbagai bidang pekerjaan.

Page 10: makalah tugas 1

a) Ada yang bekerja sebagai perias pengantin, seperti Ummu Salim binti Malhan

yang merias, antara lain, Shafiyah bin Huyay –istri Nabi Muhammad saw. Ada

juga yang menjadi perawat atau bidan, dan sebagainya.

b) Dalam bidang perdagangan, nama istri Nabi yang pertama, Khadijah binti

Khuwailid, tercatat sebagai seorang yang sangat sukses. Demikian juga Qilat

Ummi Bani Anmar yang tercatat sebagai seorang perempuan yang pernah

datang kepada Nabi untuk meminta petunjuk-petunjuk dalam bidang jual-beli.

Dalam kitab Thabaqat Ibnu Sa’ad, kisah perempuan tersebut diuraikan, di

mana ditemukan antara lain pesan Nabi kepadanya menyangkut penetapan

harga jual-beli. Nabi memberi petunjuk kepada perempuan ini dengan

sabdanya: “Apabila Anda akan membeli atau menjual sesuatu, maka

tetapkanlah harga yang Anda inginkan untuk membeli atau menjualnya, baik

kemudian Anda diberi atau tidak. (Maksud beliau jangan bertele-tele dalam

menawar atau menawarkan sesuatu).”

c) Istri Nabi saw., Zainab binti Jahsy, juga aktif bekerja sampai pada menyamak

kulit binatang, dan hasil usahanya itu beliau sedekahkan. Raithah, istri sahabat

Nabi Abdullah ibn Mas’ud, sangat aktif bekerja, karena suami dan anaknya

ketika itu tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarga ini. Al-Syifa’,

seorang perempuan yang pandai menulis, ditugaskan oleh Khalifah Umar r.a.

sebagai petugas yang menangani pasar kota Madinah.

Demikian sedikit dari banyak contoh yang terjadi pada masa Rasul saw. dan

sahabat beliau menyangkut keikutsertaan perempuan dalam berbagai bidang usaha

dan pekerjaan. Di samping yang disebutkan di atas, perlu juga digarisbawahi bahwa

Rasul saw. banyak memberi perhatian serta pengarahan kepada perempuan agar

menggunakan waktu sebaik-baiknya dan mengisinya dengan pekerjaan-pekerjaan

yang bermanfaat.

Tentu saja tidak semua bentuk dan ragam pekerjaan yang terdapat pada masa kini

telah ada pada masa Nabi saw. Namun, sebagaimana telah diuraikan di atas, ulama

pada akhirnya menyimpulkan bahwa perempuan dapat melakukan pekerjaan apa pun

selama ia membutuhkannya atau pekerjaan itu membutuhkannya dan selama norma-

norma agama dan susila tetap terpelihara. Dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan

yang dimiliki oleh setiap orang, termasuk kaum wanita, mereka mempunyai hak untuk

bekerja dan menduduki jabatan jabatan tertinggi. Hanya ada jabatan yang oleh

Page 11: makalah tugas 1

sementara ulama dianggap tidak dapat diduduki oleh kaum wanita, yaitu jabatan

Kepala Negara (Al-Imamah Al-’Uzhma) dan Hakim. Namun, perkembangan

masyarakat dari saat ke saat mengurangi pendukung larangan tersebut, khususnya

menyangkut persoalan kedudukan perempuan sebagai hakim.

Contoh dari keistimewaan kedudukan wanita dalam islam, yaitu :

1. Seorang wanita perlu taat kepada suami. Tapi, bahwa lelaki wajib taat kepada

Ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada Bapaknya.

2. Seorang wanita menerima warisan lebih sedikit dari pada Laki-laki. Tapi bahwa

harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada Suaminya,

sementara apabila Lelaki menerima warisan, Ia perlu/wajib juga menggunakan

hartanya untuk Isteri dan anak-anaknya.

3. Seorang wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak. Tapi

bahwa setiap saat dia didoakan oleh segala umat,malaikat dan seluruh makhluk

ALLAH di muka bumi ini. Dan jika ia mati karena melahirkan adalah Syahid dan

Surga akan menantinya di akhirat kelak.

Seorang lelaki akan dipertanggung jawabkan terhadap 4 wanita, yaitu:

1. Isterinya,

2. Ibunya,

3. Anak Perempuannya dan

4. Saudara Perempuannya.

Artinya: bagi seorang wanita tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh

4 orang lelaki.

Yaitu:

1. Suaminya,

2. Ayahnya,

3. Anak Lelakinya dan

4. Saudara Lelakinya.

Seorang wanita boleh memasuki pintu surga melalui pintu surga yang mana

saja yang disukainya, cukup dengan 4 syarat saja, yaitu :

1. Sholat 5 waktu,

2. Puasa di bulan Ramadhan,

3. Taat kepada Suaminya, dan

4. Menjaga Kehormatannya.

Page 12: makalah tugas 1

Seorang lelaki wajib berjihad fisabilillah, sementara bagi wanita jika taat

akan suaminya serta menunaikan tanggungjawabnya kepada ALLAH SWT,

maka ia akan turut menerima pahala setara seperti pahala orang pergi

berjihad fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.

Page 13: makalah tugas 1

BAB III

PENUTUP

Demikianlah pembahasan makalah tentang agama dan gender yang kami buat,

semoga bermanfaat bagi kita semua.

Kesimpulan

Karena kedudukan atau posisi perempuan di dalam Islam adalah sebagai kawan

bagi kaum laki-laki, maka selayaknyalah jika perempuan mempunyai hak yang sama

dengan kaum laki-laki dalam pranata sosial dan masyarakat, tentunya dengan tidak

melupakan kodratnya sebagi perempuan. Sehingga perempuan dapat melakukan

segala hal yang dilakukan oleh laki-laki tapi tidak dengan melanggar syariat yang

telah ditentukan oleh agama mengenai posisinya sebagai perempuan. Perempuan

dibolehkan bekerja disegala bidang yang tentunya sesuai dengan keilmuan yang

mereka kuasai, perempuan masa kini pun tidak terbelenggu didalam rumah saja.

Mereka juga dibolehkan untuk berkreasi diluar rumah, tentunya dengan dengan tidak

melupakan kodrat mereka sebagai seorang istri dan seorang ibu. Sehingga karier atau

pekerjaan diluar rumah dapat mereka lakukan tetapi keluarga pun tetap terurus

sebagaimana layaknya.

Page 14: makalah tugas 1

DAFTAR PUSTAKA