makalah tbc & bronkhopneumonia (new)
DESCRIPTION
makalah TBC & Bronkhopneumonia (newTRANSCRIPT
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN TBC DAN BRONKHOPNEUMONIA
Dosen Pembimbing :
Ilkafah, S. Kep. Ns
Disusun Oleh :
1. Adam Ferdiani Putra P. (10.02.01.0693)
2. David Maulana (10.02.01.0704)
3. Sendiko Adi (10.02.01.0731)
4. Tias Kusuma R. (10.02.01.0736)
S1 KEPERAWATAN / 3C
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
TAHUN AJARAN 2010/2011
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan Karunia-Nyalah, kami selaku penulis makalah yang berjudul
”Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan TBC dan Bronkhopneumonia”
yang mana makalah ini sebagai salah satu tugas semester genap, Alhamdulillah
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Maka dengan terselesainya makalah ini, kami selaku penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada:
1. Drs H.Budi Utomo,Amd.Kep.M.Kes, selaku ketua STIKES
Muhammadiyah Lamongan.
2. Arifal Aris S.Kep,Ns M.Kes, selaku ketua prodi S1
KEPERAWATAN STIKES Muhammadiyah Lamongan.
3. Ilkafah S.Kep.Ns selaku dosen Mata Kuliah Sistem Respirasi II.
4. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun sehingga dapat digunakan untuk membantu perbaikan mendatang
dan atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Lamongan, Desember 2011
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar TBC..............................................................................3
2.2 Konsep Dasar Bronkhopneumonia.......................................................8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Asuhan Keperawatan TBC...................................................................13
3.2 Asuhan Keperawatn Bronkhopneumonia.............................................22
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..........................................................................................28
4.2 Saran ...................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar
kuman TB menyerang Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk
dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan
kematian 3 juta orang per tahun (WHO, 1993). Di negara berkembang
kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat
diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-
negara berkembang Dengan munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia jumlah
penderita TB akan meningkat.
Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif,
penderita TB kebanyakan dari kelompok sosio ekonomi rendah. Dari 1995-
1998, cakupan penderita TB Paru dengan strategi DOTS (Directly Observed
Treatment Shortcourse Chemotherapy) -atau pengawasan langsung menelan
obat jangka pendek/setiap hari- baru mencapai 36% dengan angka
kesembuhan 87%.
Di Indonesia TB kembali muncul sebagai penyebab kematian utama
setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan. Penyakit TB paru, masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat. Selain TB paru penyakit saluran
perenafasan yang terjadi akibat peradangan adalah Bronkopneumonia.
Bronkopneumonia merupakan penyakit peradangan pada saluran
pernapasan (bronkus dan paru-paru). Bronkopneumonia dapat disebabkan
oleh virus, bakteri, atau jamur. Tingkat kematian bronkopneumonia sangat
tinggi dan diperkirakan sekitar 4 juta anak meninggal di seluruh dunia setiap
tahunnya akibat bronkopneumonia. Di beberapa rumah sakit seringkali
ditemukan juga pneumonia yang menular karena perawatan dan kebersihan
yang tidak baik (pneumonia acquired hospitalization).
iv
Bakteri seperti Haemophilus influenza (bedakan dengan virus
influenza), Streptococcus pneumoniaseringkali menyebabkan
bronkopneumonia yang cukup parah. Bila penyebab bronkopneumonia
karena virus (RSV, adenovirus, dll) atau jamur, maka pada umumnya
bronkopneumonia yang terjadi tidak begitu parah. Tanda dan gejala anak
dengan bronkopneumonia adalah: demam tinggi, batuk berat, kesulitan
bernapas, napas berbunyi, dan juga adanya tarikan tulang-tulang iga sewaktu
bernapas. Diagnosis bronkopneumonia ditegakkan dengan pemeriksaan yang
lengkap termasuk juga foto rontgen dada, dan mungkin diperlukan analisis
gas darah.
Anak dengan bronkopneumonia kebanyakan perlu dirawat di rumah
sakit. Pengobatan sangat bergantung dari penyebabnya. Pada umumnya
dokter akan memberikan juga obat antibiotik (terutama bila dicurigai
penyebabnya adalah bakteri). Sekarang ini juga sudah tersedia vaksin HiB
dan Vaksin IPD (Invasive Pneumococcal Disease) untuk mencegah terinfeksi
bakteri Haemophilus influenza tipe B dan bakteri Pneumokokus. Jadwal
pemberian imunisasi untuk kedua jenis vaksin tersebut dapat dilihat pada link
Imunisasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dasar dari TBC ?
2. Bagaimanakah konsep dasar dari Bronkhopneumonia ?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan TBC?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan
Bronkhopneumonia?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar dari TBC.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar dari Bronkhopneumonia.
3. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan
TBC.
4. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan
Bronkhopneumonia.
v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar TBC
2.1.1 Definisi TBC
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi kronis dengan karakteristik
terbentuknya tuberkel granuloma pada paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan asam ini dapat merupakan
organisme patogen maupun saprofit.Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2
sampai 4 μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah.
2.1.2 Etiologi TBC
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu mycobacterium
tuberkulosis dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 1,3 – 0,6 um,
termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau Basil
Tahan Asam (BTA).
2.1.3 Patofisiologi TBC
Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar
menjadi droflet nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam
udara bebas selama 1 – 2 jam, tergantung ada atau tidaknya sinar ultra violet.
dan ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan
lembab kuman dapat bertahan sampai berhari – hari bahkan berbulan, bila
partikel infeksi ini terhisap oleh orang yang sehat akan menempel pada
alveoli kemudian partikel ini akan berkembang bisa sampai puncak apeks
paru sebelah kanan atau kiri dan dapat pula keduanya dengan melewati
pembuluh linfe, basil berpindah kebagian paru – paru yang lain atau jaringan
tubuh yang lain.
Setelah itu infeksi akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama
terangsang adalah limfokinase, yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk
merangsang macrofage, berkurang tidaknya jumlah kuman tergantung pada
jumlah macrofage. Karena fungsinya adalah membunuh kuman / basil apabila
proses ini berhasil & macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan
daya tahan tubuhnya akan meningkat.
vi
Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akan
bersarang didalam jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel (biji – biji
kecil sebesar kepala jarum).
Tuberkel lama kelamaan akan bertambah besar dan bergabung
menjadisatu dan lama-lama timbul perkejuan ditempat tersebut.apabila
jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan
pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah (hemaptoe).
vii
Pathway TBC
viii
Mycobacterium Tuberkolusa
Airway inhalasi doplet
Saluran pernafasan atas Saluran pernafasan bawah
Bakteri yang besar yang bertahan di bronkus
Paru-Paru
Peradangan bronkus
Penumpikan sekret
efektif Tidak efektif
Anoreksia mual
muntah
Sekret keluar saat
batuk Sekret sulit keluar saat
batuk
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Batuk terus
menerus
Bersihan jaln
nafas tidak
efektif
Gangguan pola istirahat/tidur
Alveolus
Alveolus mengalami
komplikasi dan eksudasi
Peneyebaran infeksi melalui sistem limfatik
Gangguan pertukaran
gas
Demam
Peningkatan suhu tubuh
Kelitihan
Intoleransi aktivitas
Saluran pernafasan
Terhirup orang sehat
Resiko penyebaran
infeksi
Akumulasi sekret
Sesak nafas, batuk
Intek inadekuat
Perubahan memebran
alveolar
Hipertermi
2.1.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada klien secara obyektif adalah :
1. Keadaan postur tubuh klien yang tampak terangkat kedua bahunya.
2. BB klien biasanya menurun; agak kurus.
3. Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40 - 41° C.
4. Batu lama, > 1 bulan atau adanya batuk kronis.
5. Batuk yang kadang disertai hemaptoe.
6. Sesak nafas.
7. Nyeri dada.
8. Malaise, (anorexia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot,
berkeringat pada malam hari).
2.1.5 Klasifikasi
Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,
radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena
merupakan salah satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi
sebagai berikut:
1. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
Dengan atau tanpa gejala klinik
BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali
disokong biakan positif 1 kali atau disokong radiologik positif 1
kali.
Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
2. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif
BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.
3. Bekas TB Paru dengan kriteria:
Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan
serial foto yang tidak berubah.
Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).
ix
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir
penyakit.
2. Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk
usapan cairan darah) positif untuk basil asam cepat.
3. Foto thorax : dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru
atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan,
perubahan menunjukan lebih luas TB dapat masuk rongga area
fibrosa.
4. Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster, urien
dan cairan serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium
tubrerkulosis.
5. Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB : adanya
sel raksasa menunjukan nekrosis.
6. Elektrosit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi:
Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru
luas.GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan
sisa pada paru.
7. Pemeriksaan fungsi pada paru; penurunan kapasitas vital,
peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan
kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder
terhadap infiltrasi parenkhim / fibrosis, kehilangan jaringan paru dan
penyakit pleural (TB paru kronis luas).
2.1.7 Penatalaksanaan
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1. Jangka pendek
Dengan tata cara pengobatan: setiap hari dengan jangka waktu 1 –
3 bulan.
Streptomisin inj 750 mg.
Pas 10 mg.
Ethambutol 1000 mg.
Isoniazid 400 mg.
x
2. Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara
pengobatannya adalah setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan,
tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi.Therapi
TB paru dapat dilakkukan dengan minum obat saja, obat yang
diberikan dengan jenis :
INH.
Rifampicin.
Ethambutol.
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan
kesembuhan menjadi 6-9 bulan.
3. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila
ditemukan dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi
obat :
Rifampicin.
Isoniazid (INH).
Ethambutol.
Pyridoxin (B6).
2.2 Konsep Dasar Bronkhopneumonia
2.2.1 Pengertian
1) Bronchopneumonia adalah suatu peradangan pada paru dimana tidak
saja jaringan paru tetapi juga pada bronchioli. (Jumiarni
Ilyas,dkk,1993;105)
2) Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing. (Ngastiyah, 1997;39)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada jaringan paru dan
bronkioli yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur, dan benda asing.
xi
2.2.2 Etiologi
Menurut Jumiarni Ilyas,dkk,1993;105, penyebab dari bronkopneumonia
adalah:
1) Bakteri, seperti stapilococcus, streptococcus
2) Virus, seperti virus influenza
3) Jamur, seperti candida albicans
4) Aspirasi karena makanan, benda asing
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya bronkopneumonia adalah
penyakit menahun, trauma paru, berat badan anak yang turun karena
KKP.
2.2.3 Patofisiologi
Kuman yang masuk bersama sekret ke dalam paru melalui saluran nafas
dapat menyebabkan reaksi radang berupa sembab seluruh alveoli yang
terkena disusul infiltrasi sel radang mulai dari stadium kongesti sampai
dengan stadium resolusi. Gambaran dari stadium-stadium tersebut adalah
bakteri atau kuman yang masuk kedalam paru-paru melalui jalan pernafasan.
1. Stadium kongesti
Kapiler melebar dan kongesti serta didalam alveolus terdapat eksudat
jernih, bakteri dalam jumlah banyak
2. Stadium hepatisasi merah
Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat, warna merah, tidak
`mengandung udara
3. Stadium hepatisasi kelabu
Lobus tetap padat warna merah menjadi pucat kelabu, permukaan
alveoli suram diliputi fibrin dan leukosid terjadi fagositosis dan kapiler
tiada lagi kongesti.
4. Stadium resolusi
Eksudat berkurang, makrofag bertambah dan leukosid nekrose dan
degenerasi lemah, fibrin direabsorbsi dan menghilang
xii
Pathway
xiii
Bakteri, virus, jamur, aspirasi
Saluran pernafasan
Paru-paru terinfeksi (parenchim)
Kapiler melebar dan kongesti serta didalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri dalam
jumlah banyak (Stadium kongesti)
Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat, warna merah,
tidak mengandung udara (Stadium hepatisasi merah)
Lobus tetap padat warna merah menjadi pucat kelabu, permukaan alveoli suram diliputi fibrin dan leukosid terjadi fagositosis dan
kapiler tiada lagi kongesti.
(Stadium hepatisasi kelabu)
Eksudat berkurang, makrofag bertambah dan leukosid nekrose dan degenerasi lemah, fibrin direabsorbsi dan menghilang (Stadium Resolusi)
LAS GAS
N. Vagus
Muntah Diare
Penumpukan sekret
Bersihan jalan nafas tak efektif
Perubahan pola
Ekspansi paru
RR, Nadi meningkat
IWL meningkat
Kerusakan pertukara
n gas
Suplai O2 ke jaringan
berkurang
Fatique
Intoleransi aktivitas
Perfusi jaringan menurun
Perubahan membran
alveoli
Invasi bakteri, virus,dll
Out put yg berlebihan
Gangguan nutrisi
Gangguan kekurangan volume cairan
Intek inadekuat
Hipotalamus
Peningkatan suhu
2.2.4 Manifestasi Klinik
Bronkopneuminia biasanya didahului oleh infeksi saluran napas
bagian atas selama beberapa hari. Hal ini dapat mengakibatkan :
a. Suhu tubuh sampai 39C -40 C dan kadang disertai kejang.
b. Gelisah.
c. Dspnea, pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping
hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut.
d. Muntah kadang disertai diare.
e. Batuk biasanya kering dan menjadi produktif.
f. Pada perkusi sering tidak ditemukan adanya kelainan pada torak.
g. Pada auskultasi terdengar ronchi basah nyarig halus/sedang.
2.2.5 Pemeriksaan Diagnosik
Pada foto thorax pada bronchopneumonia terdapat bercak infiltrat
pada satu atau beberapa lobus
1. Laboratorium
Menurut Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laboratorium pada kasus
broncopneumonia meliputi :
- Gambaran darah tepi menunjukkan leukositosis, dapat mencapai
15.000-40.000/mm3 dengan pergeseran kekiri. Kuman dapat
dibiakkan dari usapan tenggorok atau darah.
- Urine bisanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria
ringan karena suhu yang naik dan sedikit thorax hialin.
- Analisa gas darah arteri terjadi asidosis metabolic dengan atau
tanpa retensi CO2 .
2.2.6 Penatalaksanaan
1. Medik
Pengobatan yang diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
tetapi hal itu perlu waktu dan perlu terapi secepatnya maka
diberikan. :
1) Peniccillin 50.000 U/kg BB/ hari ditambah kloramfenikol 50-
70 mg/kg/BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai
xiv
spectrum luas seperti ampisillin. Pengobatan ini diteruskan
sampai bebas demam 4-5 hari.
2) Pemberian oksigen dan cairan intra vena biasanya diberikan
campuran glukosa 5 % dan NaCl 0,9 % dalam perbandingan
3:1 ditambah larutan Kcl 10 mEq/500 ml/botol infus
3) Karena sebagian besar pasien berada dalam keadaan asidosis
metabolic akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat
diberikan koreksi sesuai hasil analisa darah arteri. Pada
bronchopneumonia ringan tidak usah dirawat di RS
2. Keperawatan
Sering kali pasien bronchopneumonia yang dirawat di RS datang
sudah dalam keadaan payah, dispnea, pernafasan cuping hidung
dan gelisah
Masalah yang perlu diperhatikan adalah menjaga kelancaran
pernafasan, kebutuhan istirahat, kebutuhan nutrisi atau cairan,
mengontrol suhu tubuh, mencegah komplikasi, dan kurangnya
pengetahuan orang tua terhadap penyakit.
xv
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Asuhan Keperawatan TBC
3.1.1 Pengkajian
1. Data Umum
Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan,
pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber
informasi)
Identitas Penanggung (nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang
digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien).
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Batuk dan sesak
b. Riwayat kesehatan sekarang
Sesak nafas dan batuk kering yang sudah lanjut akan
mengeluarkan sekret
Nyeri terjadi bila infiltrasi radang sampai kepada pleura
Nafsu makan menurun dan BB menurun
Badan terasa lemah
Keluar keringat dingin pada malam hari
c. Riwayat kesehatan dahulu
Batuk yang lama
Bronkitis menahun
d. Riwayat kesehatan keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
3. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum :
Suhu : >37,5ºC
Nadi : >100x/mnt
xvi
Respirasi : >24x/mnt
Tekanan darah : >120/90mmHg
Berat badan : menurun
ADL (activity daily life)
a. Nutrisi : Adanya sesak nafas sehingga nafsu makan menurun
b. Aktifitas : Bila melakukan aktifitas terjadi sesak
c. Istirahat : Sulit tidur karena sesak dan batuk
d. Personal hygiene : Karena sesak terus menerus sehingga
kebersihan diri mengalami ketergantungan.
Inspeksi
- Kepala dan leher : bibir kering dan pucat, pernafasan cuping
hidung terjadi bila penyakit sudah berlanjut, keluar keringat
dingin terutama pada malam hari.
- Muka : pucat / sianosis
- Mata : konjungtiva anemis, mata cowong
- Mulut : mukosa bibir kering, sianosis
- Thorak
I : Tarikan otot bantu pernafasan, pengembangan pernafasan
tak simetris
P : Nyeri tekan pada area yang terinfeksi
P : Pekak
A : terdapat bunyi nafas tambahan (ronchi)
- Abdomen
I : Abd omen distensi
A : Bising usus menurun
P : Nyeri tekan pada semua kuadran
P : Hipertimpani/pekak
Fungsional Gordon
a. Aktivitas/istirahat.
Gejala :
Kelelahan umum dan kelemahan.
Nafas pendek karena bekerja.
xvii
Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari,
menggigil dan atau berkeringat.
Mimpi buruk.
Tanda :
Takhikardi, tachipnoe, / dispnoe pada kerja.
Kelelahan otot, nyeri dan sesak (pada tahap lanjut).
b. Integritas ego.
Gejala :
Adanya faktor stres lama.
Masalah keuanagan, rumah.
Perasaan tak berdaya / tak ada harapan.
Populasi budaya.
Tanda :
Menyangkal. (khususnya selama tahap dini).
Ancietas, ketakutan, mudah tersinggung.
c. Makanan / cairan.
Gejala :
Anorexia.
Tidak dapat mencerna makanan.
Penurunan BB.
Tanda :
Turgor kulit buruk.
Kehilangan lemak subkutan pada otot.
d. Nyeri / kenyamanan.
Gejala :
Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda :
Berhati-hati pada area yang sakit.
Perilaku distraksi, gelisah.
e. Pernafasan.
Gejala :
Batuk produktif atau tidak produktif.
xviii
Nafas pendek.
Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinjeksi.
Tanda :
Peningkatan frekuensi nafas.
Pengembangan pernafasan tak simetris.
Perkusi dan penurunan fremitus vokal, bunyi nafas menurun tak
secara bilateral atau unilateral (effusi pleura / pneomothorax)
bunyi nafas tubuler dan / atau bisikan pektoral diatas lesi luas,
krekels tercatat diatas apeks paru selam inspirasi cepat setelah
batuk pendek (krekels – posttusic).
Karakteristik sputum ; hijau purulen, mukoid kuning atau
bercampur darah.
Deviasi trakeal ( penyebaran bronkogenik ).
Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental
( tahap lanjut).
f. Keamanan.
Gejala :
Adanya kondisi penekana imun, contoh ; AIDS, kanker, tes HIV
positif (+).
Tanda :
Demam rendah atau sakit panas akut.
g. Interaksi sosial.
Gejala :
Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular.
Perubahan pola biasa dalam tangguang jaawab / perubahan
kapasitas fisik untuk melaksankan peran.
xix
3.1.2 Analisa Data
NO DATA PENUNJANG MASALAH ETIOLOGI
1 DS : Klien mengaku sesak
dalam bernafas serta seperti
ada yang menghalangi dalam
bernafas,dan batuk berdahak
yang sulit keluar.
DO :
1. Peningkatan RR
(>24x/mnt)
2. Nafas pendek
3. Penggunaan otot bantu
pernafasan
4. Terdapat suara nafas
tambahan (ronchi)
5. Batuk berdahak dengan
sputum kental dan purulen
Bersihan jalan
nafas tak efektif
Akumulasi sekret
2 DS : pasien mengatakan
sesak saat bernafas
DO:
- Pola nafas tidak teratur
- dispnea
- Peningkatan RR
(>24x/mnt)
- Pasien tampak gelisah
- Sianosis
- Pa O2 : rendah (normal 80
-100 mmHg)
- Pa CO2 : tinggi (normal 36
– 44 mmHg)
- GDA tidak dalam batas
normal.
gangguan
pertukaran gas
Perubahan membran
alveolar kapiler
xx
3 DS : Klien mengeluh sesak
nafas dan batuk pada waktu
makan dan kadang rasa mual
dan lidah terasa pahit
DO :
- A: Penurunan BB
- B: Penurunan kadar
albumin (<3.5mg/dl)
- C: membran mukosa,
muntah, lemah.
- D: tidak menghabiskan
porsi makan yang di
berikan.
Gangguan
kebutuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Intek inadekuat
3.1.3 Diagnosa
1. Bersihan jalan napas tak efektif b/d akumulasi sekret.
2. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran alveolar kapiler.
3. Gangguan kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intek
in adekuat.
3.1.4 Perencanaan
Diagnosa Keperawatan 1 :
Bersihan jalan napas tak efektif b/d akumulasi sekret.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam
diharapakan kebersihan jalan napas klien adekuat kembali.
Kriteria hasil :
- Bunyi nafas bersih/vesikuler
- Batuk efektif
- Tidak nafas pendek
- Tidak ada otot bantu pernafasan
- RR normal (16-24x/mnt)
xxi
No Intervensi Rasional
1 Kaji fungsi pernafasan seperti
suara, frekwensi, irama,
kedalaman nafas, batuk,
karakteristik.
adanya suara nafas tambahan
merupakan indikasi adanya akumulasi
sekret/ketidakmampuan
membersihkan jalan nafas.
2 Atur posisi semi fowler, bantu
klien untuk batuk dan nafas
dalam.
Membantu memaksimalkan ekspansi
paru.
3 Bersihkan sekret dari mulut dan
trakea bila perlu menggunakan
suction
Mencegah infeksi saluran nafas
4 Observasi karakteriktik batuk
dan Bantu tindakan untuk
efektifan upaya batuk.
Mengetahui keefektifan batuk.
5 Beri sesuai indikasi seperti
martidik agent
Mengurangi kekentalan dari sekret
paru bronkodilator.
6 Kolaborasi dengan tim medik untuk menentukan program terapi
selanjutnya.
Diagnosis Keperawatan 2 :
Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran alveolar kapiler.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapakan terjadi perbaikan ventilasi dan oksigenasi dengan
Kriteria hasil :
- tidak sesak
- tidak sianosis
- RR 16-24x/mnt
- N 60-100x/mnt
- Tidak gelisah
- Tidak hipoksia
- GDA dlam batas normal, (PaO2:80 – 100, PaCO2:35 – 45 mmHg )
xxii
No Intervensi Rasional
1 Observasi frekuensi, kedalaman
pernafasan serta catat penggunaan
otot aksesori.
Untuk mengevaluasi derajat
distress pernafsan/ kronisnya suatu
penyakit.
2 Tingikan kepala tempat tidur dan
Bantu untuk memilih posisi yang
mudah untuk bernafas.
Observasi/awasi secara rutin kulit
dan warna membran mukosa.
Suplai oksigen dapat diperbaiki
dengan posisi duduk tinggi dan
latihan nafas untuk menurunkan
kolaps jalan nafas.
3 Dorong untuk pengeluaran
sputum/ penghisapan bila ada
indikasi.
Sputum menganggu proses
pertukaran gas serta penghisapan
dilakukan bila batuk tidak efektif.
4 Awasi tanda vital dan status
jantung
Perubahan tekanan darah
menunjukkan efek hipoksia
sistemik pada fungsi jantung.
5 Berikan oksigen tambahan dan
pertahankan ventilasi mekanik
dan Bantu intubasi.
Dapat memperbaiki atau mencegah
terjadinya hipoksia dan kegagalan
nafas serta tindakan untuk
penyelamatan hidup.
6 Monitor AGD Penurunan PaO2 dan peningkatan
PaCO2 merupakan perubahan
indikasi.
7 Anjurkan kepada klien untuk
bedrest atau membatasi aktifitas.
Mengurangi kebutuhan pemakaian
O2.
8 Kolaborasi dengan tim medis. Untuk menentukan program terapi
selanjutnya.
xxiii
Diagnosis keperawatan 3:
Gangguan kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
intek in adekuat
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nutrisi klien terpenuhi dengan
Kriteria Hasil :
• Tidak mengalami penurunan BB lebih lanjut dan
mempertahankan BB
• Nafsu makan membaik
• Tidak mual dan muntah
• Bunyi usus normal (5-12x/mnit).
No Intervensi Rasional
1 Observasi kebiasaan diet, masukan
makanan saat ini. Catat derajat
kesulitan makan. Evaluasi BB dan
ukuran tubuh.
Pasien distres pernafasan akut
sering anoreksia karena dispnea,
produksi sputum, dan obat.
2 Auskultasi bunyi usus Penurunan BU menunjukkan
penurunan motilitas gaster dan
konstipasi (kompilikasi umum)
berhubungan dengan pembatasan
pemasukan cairan, pilihan
makanan buruk, penurunan
aktivitas dan hipoksemia.
3 Berikan perawatan oral,berikan wadah
khusus untuk sekali pakai dan tisu
untuk membuang sekret.
Rasa tak enak, bau dan
penampilan adalah pencegah
utama terhadap nafsu makan dan
dapat membuat mual dan muntah
dengan peningkatan kesulitan
bernafas.
xxiv
4 Hindari makanan penghasil gas dan
minuman berkarbonat.
Dapat mengahasilkan distensi
abdomen yang menggangu napas
abdomen dan gerakan diafrgama,
dan dapat meningkatkan dispneu.
5 Konsultasi ke ahli gizi/nutrisi
pendukung tim untuk memberikan
makanan yang mudah dicerna, nutrisi
seimbang.
Metode makan dan kebutuhan
kalori didasarkan situais /
kebutuhan individu untuk
memberikan nutrisi maksimal
dengan upaya minimal
pasien/penggunaan energy.
3.2 Asuhan Keperawatan Bronkhopneumonia
3.2.1 Pengkajian
1. Data Umum
Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan,
pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber
informasi)
Identitas Penanggung ((nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang
digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien)
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal,
diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung
dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja
berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat
naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang
karena demam yang tinggi.
xxv
c. Riwayat penyakit dahulu.
Tidak pernah menderita penyakit infeksi.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang
lainnya.
3. Pemeriksaan fisik
a. Sistem kardiovaskuler.
Takikardi (>100x/mnt=120x/mnt), irritability
(>130mmHg=140mmHg).
b. Sistem pernapasan.
Inspeksi : sesak, RR(>26x/mnt=50 X/menit), retraksi subcostal
dan intracosta.
Auskultasi : ronki dan whizeeng pada paru kanan dan kiri.
Palpasi : vokal resonan menurun.
Perkusi sonor.
c. Sistem pencernaan.
Abdomen supel, bising usus normal 20 X/menit.
d. Sistem eliminasi.
BAB encer 1 kali tadi pagi.
e. Sistem muskuloskeletal.
Lemah, tangan terpasang infuse dan spalk.
f. Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat,
akral hangat, kulit kering.
g. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h. Sistem reproduksi dan genitalia.
Tidak dilakukan pemeriksaan genetalia.
i. Sistem persarafan.
Kesadaran compos mentis.
xxvi
4. Pemeriksaan diagnostik.
Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 /
m dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret
secara broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung;
biakan dan test resistensi dapat menentukan/mencari etiologinya.
Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi
misalnya dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan kuman dari luar.
Foto roentgen (chest x ray) dilakukan untuk melihat :
Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis,
dan OMA.
Luas daerah paru yang terkena.
Evaluasi pengobatan
Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah
satu atau beberapa lobur.
Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2 < 0 mmHg.
3.2.2 Analisa Data
N
o
Data penunjang Masalah Etiologi
1. Ds : mengatakan sesak sejak 4
hari yang lalu, tidak bisa
mengeluarkan sekret
Do :
- Sesak
- retraksi subcostal dan
intracosta
- ronki dan wheezing paru kiri
dan kanan
- vocal resonan menurun
- RR 50 X/menit
- kadang batuk non produktif
Tidak efektif
bersihan jalan
napas
Penumpukan
sekret pada jalan
napas
xxvii
2. Ds : orang tua mengatakan anak
malas minum, sesak, belum
tahu cara memberi minum
per sonde.
Do : lemah,muntah.
Resiko tinggi
perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Intake inadekuat
3. Ds : mengatakan sesak sejak 4
hari yang lalu.
Do :
- Sesak
- retraksi subcostal dan
intracosta
- capillary refill lambat
- RR 50 X/menit
- Hb 9,3 g/dl
- P CO2 >44 mmHg
- P O2 < 80 mmHg
- X-ray bronkopneumonia
(+).
Gangguan
pertukaran gas
Perubahan
membran alveolar
3.2.3 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
penumpukan sekret pada jalan napas.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya perubahan
membrane alveolar.
3. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake inadekuat.
3.2.4 Rencana Keperawatan
1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
penumpukan sekret pada jalan napas.
xxviii
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam di
harapkan jalan napas pasien kembali efektif.
KH :
Tidak ada ronki
Tidak ada wheezing
RR 16-24 x/mnt
tidak sesak
No Intervensi Rasional
1 Monitor pernapasan : irama dan
frekuensi, bunyi napas : wheezing,
ronki
Mendeteksi adanya dyspnea.dan
penumpukan sekret
2 Berikan posisi kepala lebih tinggi
dari posisi badan dan kaki.
Penurunan diagfragma dapat
membantu ekspansi paru
maksimal.
3 Lakukan nebulizer, fisioterapi napas
dan suction.
Nebuliser membantu
menghangatkan dan
mengenceerkan secret, fisioterapi
napas membantu merontokan
secret untuk
3 Beri agen anti infeksi : ampisilin 3 X
225 mg dan Cloxasilin 3 X 110 mg
per iv.
Mencegah pertumbuhan kuman
infeksi atau mikroorganisme.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya perubahan
membrane alveolar.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam di
harapkan Pertukaran gas anak optimal kembali
KH :
tidak sianosis
tidak pucat
RR 16-24x/mnt
xxix
tidak ada retraksi subcosta dan intracosta
No Intervensi Rasioanal
1 Monitor tanda vital tiap 4 jam. Peningkatan frekwensi nafas
mengindikasikan tingkat
keparahan.
2 Kaji tingkat kesadaran anak Tanda ini menunjukkan hipoksia
3 Monitor CBC Deteksi jumlah Hb yang ada dan
adanya infeksi
4 Kurangi aktivitas anak Mengurangi kebutuhan akan
5oksigen
5 Lakukan kolaborasi pemberian
oksigen.
Kebutuhan oksigen yang masuk
ketubuh dapat dibantu dengan
tambahan yang diberikan.
3. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake inadekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam di
harapkan Tidak terjadi perubahan nutrisi selama perawatan
KH :
kebutuhan nutrisi terpenuhi
BB dalam batas normal
tidak muntah
No Intervensi Rasional
1 Monitor tanda-tanda kekurangan nutrisi
dan kemampuan anak untuk intake
nutrisi.
Menentukan tindaka
perawatan selanjutnya.
2 Monitor berat badan tiap 3 hari. Nutrisi meningkat akan
mengakibatkan peningkatan
berat badan
3 Ajarkan pada orang tua cara pemberian
ASI/PASI per sonde.
Orang tua akan kooperati
dalam membantu memenuhi
xxx
kebutuhan nutrisi anak
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi kronis dengan karakteristik
terbentuknya tuberkel granuloma pada paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis.
Penyebabnya ialah mycobacterium tuberkulosis dengan ukuran panjang 1
– 4 um dan tebal 1,3 – 0,6 golongan Basil Tahan Asam (BTA).
Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi
droflet nuklei dalam udara.
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada jaringan paru dan
bronkioli yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur, dan aspirasi benda asing.
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya bronkopneumonia adalah
penyakit menahun, trauma paru, berat badan anak yang turun karena KKP.
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurang-kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya akan lebih baik dari sekarang,dan kami juga berharap,setelah
membaca makalah ini kita menjadi lebih mengetahui bagaimana atau tindakan
apasaja yang harus kita berikan kepada klien dengan TBC dan Bronkopnemonia
agar kembali pada keadaan semula dan kebutuhan dasar manusianya tepenuhi.
xxxi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Merilyan E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk
perencanan dan pendokumentasian pereawatan pasien.
Jakarta: EGC.
Kapita Selekta Kedokteran / Editor,Mansjoer Arif (ed al.).Ed 3,cet 1.
Jakarta: Media Aekulapius,2000.
Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, Edisi II EGC ,Jakarta.
xxxii
xxxiii