makalah tafsir ayat ibadah

Upload: deris

Post on 20-Jul-2015

1.126 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Ketika kita bertanya kepada orang yang ada di sekitar kita untuk apa kita hidup?. Mungkin berbagai jawaban akan kita jumpai sebanyak orang yang kita tanyai. Diantara mereka ada yang menjawab, kita hidup itu untuk perut. Maksudnya hidup itu untuk makan saja. Mungkin ada lagi yang menjawab kita hidup itu untuk pemenuhan kebutuhan seksual. Ada juga yang menjawab dengan menggunakan pendekatan agama, Tujuan kita hidup itu untuk beribadah kepada Allah. Jawban ini biasanya diutarakan oleh mayoritas orang yang beragama Islam. Jawaban ini mereka dasari pada firman Allah dalam surat Adz-Dzaariyat : 56 yang artinya Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu. Orang yang mengatakan bahwa tujuan hidup itu adalah untuk beribadah kepada Allah, dalam praktiknya ibadah baru dimaknai sebatas pada ritual-ritual keagamaan, belum menyentuh pada substansi ibadah itu sendiri yakni pengabdian kepada Tuhan. Karena ibadah baru dimaknai sebatas melaksanakan ritual keagamaan, maka tidak heran jika di Negara kita yang mayoritas penduduknya beragama Islam, praktik hidup dan kehidupan masyarakatnya memperlihatkan kondisi yang memprihatinkan. Tingkat kemiskinan yang besar sekaligus dengan tingkat korupsi

2

paling tinggi di dunia, korupsi telah menyebar ke dan di mana-mana, kekerasan atas nama agama, kekerasan seksual, dan sejumlah pelanggaran hak-hak asasi manusia semuanya terjadi hampir setiap hari dan di banyak tempat. Bentuk-bentuk pengabdian kepada Tuhan secara personal (ibadah individual) seharusnya dapat menghadirkan Tuhan dalam pribadi-pribadi muslim dan menanamkan kesadaran kepada mereka akan fungsinya sebagai hamba Tuhan yang mampu merefleksikan dan mengaktualisasikan fungsi-fungsi tersebut di atas dalam kehidupan mereka sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial. Sehingga dengan demikian ibadah individual dapat merefleksikan fungsi-fungsi pembebasan manusia atas manusia yang lain dari struktur sosial yang menindas dan menzalimi di satu sisi dan menegakkan kebenaran, keadilan, dan kemakmuran manusia di sisi yang lain. Dari permasalah di atas lah penulis merasa perlu mengangkat permasalahan ini dengan mengkaji ayat ayat Al-Quran yang berhubungan dengan ibadah melalui pendekatan tafsir guna memahami makna ibadah secara komprehensip serta tujuan-tujuan yang terkandung dalam ibadah itu sendiri.

B. Ruang Lingkup Pembahasan Makalah ini membahas tidak membahas satu-persatu ibadah dalam arti sempit seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Namun pembahasan makalah ini lebih difokuskan pada definisi fungsi dan tujuan ibadah dalam arti luas yang dikemukakan oleh mufassirin melalui penafsirannya terhadap ayat-ayat yang

3

berbicara tentang ibadah, seperti dalam surat Al-Baqarah : 21 22, surat AdDzariyat : 56-58 dan surat Al-Hijr : 99.

C. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui secara mendalam makna yang terkandung dalam ayat-ayat yang berhubungan dengan ibadah, terutama Al-Baqarah : 21 22, surat Ad-Dzariyat : 56-58 dan surat Al-Hijr : 99. sehingga dapat dijadikan bahan kajian dalam diskusi pada mata kuliah tafsir.

D. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan, yang berisi latar belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan dan sistematika penulisan. BAB II Tafsir ayat-ayat yang berhubungan dengan ibadah, yang membahas tentang tafsir surat Al-Baqarah : 21 22, surat Ad-Dzariyat : 56-58 dan surat Al-Hijr : 99. BAB III merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari pembahasan bab II, dan saran-saran.

4

BAB II TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG IBADAH

A. Definisi Dan Tujuan Ibadah (Tafsir Surat Al-Baqarah : 21 22)

Artinya : Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu mengetahui. 1. Penjelasan lafazh-

: Ibnu Abbas berkata :

adalah khithab kepada adalah khithab

penduduk Mekkah, sedangkan

kepada penduduk Madinah. Tetapi pada ayat ini berlaku

5

umum (baik penduduk Mekkah, Madinah, kafir dan munafiq) kecuali anak kecil dan orang yang tidak berakal.1

-

: Ibnu Abbas berkata : setiap lafazh ibadah yang terdapat di dalam Al-Quran adalah bermakna tauhid (mengesakan).2 Artinya Taat dan beribadahlah hanya kepada Tuhan kalian tidak kepada makhluk - makhlukNya. Adapun definisi Ibadah adalah sebagai berikut : - Menurut etimologi ibadah adalah merendahkan diri dan tunduk kepada Allah karena taat. - Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan Rasul-Nya. - Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah yang paling tinggi. - Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang batin.

-

:

lafazh

memiliki arti menciptakan sesuatu tidak sama seperti

sesuatu sebelumnya.-

: Lafazh

diathafkan pada

, sehingga maknanya

adalah dan yang telah menciptakan orang-orang sebelum kalian.

1 2

Tafsir Al-Baghawi Juz. 1, hal. 384 Tafsir At-Thabari Juz. 1, hal. 318

6

-

:

Abu Jafar menafsirkannya sebagai berikut : agar kalian bertakwa dengan olehnya kalian beribadah kepada Tuhan kalian, dan ketaatan kalian kepada-NYa terhadapa apa yang diperintahkan kepada kalian dan dilarang, dan olehnya kalian mengesakan-Nya dalam beribadah agar kalian terjaga dari murka-Nya yang menimpa kalian, agar kalian termasuk golongan orang yang bertakwa, yakni orang-orang yang mendapat ridha dari Tuhannya.3 Dari pendapat pendapat di atas dapat kita ambil pengertian bahwa : a. Ketakwaan seseorang itu diwujudkan dalam bentuk ibadah, ketaatan dalam menjalankan setiap yang diperintahkan kepadanya dan menjauhi setiap yang dilarang kepadanya. b. Buah dari ketakwaan itu adalah mendapatkan ridha Allah yang pada akhirnya dapat terhindar pula dari murka dan adzab-Nya.

-

Yang dimaksud dengan

adalah : hamparan,

tempat tidur, tempat berpijak, sedangkan yang dimaksud adalah : atap laksana kubbah bagi bumi.-

adalah

:

jamak taksir dari

yang berarti sesuatu

yang sebanding dan semisal4,Yakni segala sesuatu yang dianggap sebanding dengan Allah sehingga pantas untuk disembah, seperti berhalaberhala, dewa-dewa, dan sebagainya.

-

:

3 4

Tafsir At-Thabari, juz 1, hal.319 Ibid

7

Padahal kalian tahun bahwa tidak ada Tuhan yang memberi rizki kepada kalian selain Dia, dan sungguh kalian tahun bahwa apa (mengesakan Allah) yang diserukan oleh Rasul adalah benar dan tidak diragukan.5 Mujahid berkata dalam menjelasakan ayat ini : Padahal kalian tahu di dalam Taurat dan Injil bahwa sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Esa. 2. Kandungan Ayat Ayat di atas mengandung pengertian bahwa Allah subhanahu wata'ala adalah esa (tunggal) dalam penciptaan, pengaturan dan penguasaan alam semesta ini, Yang memberikan rezeki, maka seharusnya hanya Dia yang berhak disembah dan tidak boleh disekutukan dengan yang lain. Melalui ayat di atas Allah memerintahkan manusia untuk beribadah dibarengi dengan ajakan untuk merenungkan kekuasaan, keagungan dan kasih sayang-Nya kepada manusia, sehingga dengan demikian tidak ada alasan bagi mereka untuk menolak perintah tersebut. Dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan hadist dari Ibn Masud, ia bertanya, Wahai Rasulullah saw, dosa apa yang paling besar di sisi Allah? Beliau menjawab, Engkau menyekutukan Allah padahal Dia-lah yang telah menciptakanmu. Dari ayat di atas juga dapat diambil pengertian bahwa tujuan diperintahkannya ibadah adalah selain sebagai bentuk rasa syukur manusia kepada Allah yang telah menciptakan mereka dan memberikan kepada mereka kenikmatan yang luar biasa dengan segala sesuatu yang di ciptakannya di langit dan di bumi. Selain sebagai bentuk rasa syukur, tujuan diperintahkannya ibadah juga sebagai sarana pembentukan pribadi manusia agar menjadi orang yang paling mulia di sisi-Nya, yang selalu mendapat ridha, terhindar dari murka dan adzab-Nya.

5

Tafsir Al-Baghawi, juz 1, hal. 385

8

B. Ibadah Adalah Tujuan Dari Diciptakannya Manusia (Tasir surat AdzDzariyat : 56 - 58)

Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. 1. Penjelasan Lafazh

Para Mufassir berbeda-beda dalam menafisiri ayat ini, terutama dalam memaknai lafazh sebagai berikut : a. Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka mengakui penghambaan kepadaKU, baik karena taat maupun terpaksa.6 b. Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk memerintahkan mereka beribadah kepadaku.7 Kedua pendapat di atas sejalan dengan firman Allah dalam surat At-Taubah:316 7

. Diantara

penafsiran-penafsiran tersebut adalah

Ibnu Abbas dalam tasir Ibnu Katsir Ali bin Abi Thalib dalam tafsir Al-Qurtubi

9

Artinya : Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. c. Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka mengetahui adanya Aku dan keesaan-KU.8

Aku tidak menginginkan mereka memberi rezeki dan memberi makan kepada hamba-hambaku.9

Sesungguhnya Allah lah yang memberi rizki kepada makhluknya dan menyediakan makanan bagi mereka, Pemilik kekuatan lagi Maha kokoh. 2. Kandungan Ayat Dalam ayat ini Allah menjelasakan bahwa Allah menciptakan hambahambaNya agar mereka beribadah hanya kepada-Nya, tidak menyekutukannya. Perintah ibadah ini bukan berarti Allah butuh kepada mereka, tetapi mereklah yang membutuhkan Allah dalam segala hal. Perintah ibadah ini tidak lain untuk mengetahui siapa yang taat dan yang durhaka diantara mereka. Barang siapa yang taat maka Allah akan menyempurnakan nikmatnya berupa rizki dan8 9

Mujahid dalam tafsir Al-Qurtubi Ibnu Abbas dan Abu Jauza dalam tafsir Al-Qurtubi

10

kekayaan. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Turmudzi dan An-nasai tentang maksud ayat di atas.

. . ) ( Artinya : Sesungguhnya Allah Tabaraka wataala menciptakan para hamba agar mereka beribadah hanya kepada-Nya, tidak ada sekutu bagiNya. Barang siapa yang menaatinya Allah Akan membelasanya dengan balasan yang sempurna, dan barang siapa yang durhaka kepada-Nya, Allah akan mengadzabnya dengan adzab yang pedih. Sesungguhnya Allah tidak butuh kepada mereka, tetapi mereka lah yang butuh kepada-Nya dalam setiap hal, karena Allah lah pencipta dan pemberi rezeki mereka. Dalam hadits Qudsi Allah berfirman :

" .( " ) Artinya : Rasulallah Saw bersabda, Allah berfirman : Hai anak Adam, bersungguh-sungguhlah beribadah kepada-Ku, maka Aku akan memenuhi hatimu dengan kekayaan dan menutupi kefakiranmu, tetapi jika kamu tidak melaksanakannya, maka Aku akan penuhi hatimu dengan kesibukan dan tidak akan Aku tutupi kefakiranmu. C. Kewajiban beribadah itu sampai akhir hayat (Tafsir surat Al-Hijr : 99)

Artinya : Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). 1. Penjelasan Lafazh Mayoritas para mufassir memaknai lafazh

pada ayat ini dengan makna

(kematian).

11

2. Kandungan Ayat Ayat di atas mengandung pengertian bahwa ibadah seperti shalat dan sebagainya merupakan kewajiban bagi setiap manusia selagi akalnya masih berfungsi dan nafasnya masih berhembus. Hal ini sebagaimana tidak gugurnya kewajiban shalat sampai seseorang benar-benar sudah tidak mampu lagi melaksanakannya dengan kondisi bagaimana pun.

" ) (Artinya : Dari Imran bin Hushain ra. Sesungguhnya Rasulallah Saw bersabda : Shalatlah dengan berdiri, apabila kamu tidak mampu maka duduklah, kemudian apabila kamu tidak mampu maka shalatlah dengan tidur di atas lambung kalian.

12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa ibadah merupakan tugas utama manusia sebagai bentuk pengabdian kepada Allah yang telah

menciptakannya dan mengasihinya dengan berbagai macam karunia dan kenikmatan yang ada di alam semesta ini. Allah memerintahkan manusia untuk beribadah tidak berarti Allah membutuhkan mereka, tetapi untuk mengetahui sejauh mana ketaatan mereka kepada-Nya. Selain itu ibdah juga sebagai sarana pembetukan pribadi manusia agar menjadi makhluk yang paling tinggi derajatnya dibanding dengan makhluk yang lain.

B. Saran Hendaknya kita mensyukuri karunia dan kenikmatan yang diberikan Allah kepada kita. Rasa syukur itu kita wujudkan dalam bentuk ibadah atau pengabdian kepada-Nya. Dalam melaksanakan ibadah hendaknya dengan sepenuh hati, karena jika hal itu kita lakukan niscaya Allah akan membalasnya dengan balasan yang lebih baik. Dan dapat menjadikan hati kita tenang, terhindar dari rasa takut kekurangan rizki dan sebagainya.

13

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI,2000. Al-Quran dan Terjemahnya, Surabaya : CV Karya Utama. Syekh Abu Muhammad Husain ibn MAsud, Tafsir Al-Baghawi, Beirut : Darul Fikri. Abu Jafar Muhammad bin Jarir At-Thabary, Tafsir At-Thabary, Beirut : Darul Fikri. Abul Fida Ismail bin Al-Khathib Abi Hafsh Umar ibn Katsir Al-Bashrawy AsSyafiI, Tafsir Ibnu Katsir, Beirut : Darul Fikri. Prof, Dr, Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta : PT Pustaka Panjimas.