makalah seminar proposal

14
APLIKASI TANAH PASIR GUNA PERBAIKAN AERASI LAHAN GAMBUT DALAM BUDIDAYA BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) SEMINAR USULAN PENELITIAN Diajukan oleh : Ayu Lestarie Sania 20110210032 Program Studi Agroteknologi Kepada FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2014

Upload: azys-al-faris

Post on 14-Apr-2016

216 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ff

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Seminar Proposal

APLIKASI TANAH PASIR GUNA PERBAIKAN AERASI LAHAN

GAMBUT DALAM BUDIDAYA BAWANG MERAH

(Allium ascalonicum L.)

SEMINAR

USULAN PENELITIAN

Diajukan oleh :

Ayu Lestarie Sania

20110210032

Program Studi Agroteknologi

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2014

Page 2: Makalah Seminar Proposal

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan dan

telah mengalami serangkaian pelapukan oleh proses alam sehingga membentuk

regolit (lapisan partikel halus). Tanah pasir kuarsa di Palangka Raya mencapai

luas 33,6 % atau 89.955 hektar (BPS Palangka Raya, 2008). Tanah pasir tersebut

diklasifikasikan sebagai quartzipsamment, memiliki ciri pada fraksi 0,02 sampai

2,0 mm (debu hingga pasir) memiliki mineral resisten terhadap pelapukan

(umumnya kuarsa, atau rutil, zircon, turmalin dan beril) lebih besar dari 90 %

pada rata-rata tertimbang (Soil Survey Staff, 2003).

Tipe tanah seperti ini sulit untuk menahan air, tetapi mempunyai aerasi

dan drainase yang baik. Pada umumnya tanah pasir banyak didominasi mineral

primer jenis kuarsa (SiO2) yang tahan terhadap pelapukan dan sedikit mineral

sekunder. Mineral kuarsa mempunyai sifat ”inert” atau sulit bereaksi dengan

senyawa lain dan sukar mengalami pelapukan. Kondisi ini menjadikan tanah pasir

merupakan tanah yang tidak subur, kandungan unsur hara rendah dan tidak

produktif untuk pertumbuhan tanaman (Hanafiah, 2005).

Marjinalitas tanah pasir kuarsa di Palangka Raya merupakan kendala

utama. Ketidaksuburan tanah-tanah berpasir tersebut berhubungan erat dengan

kandungan kuarsa (SiO2) yang tinggi. Luas permukaan pasir yang kecil (2 – 3

m2/g) maka muatan permukaannya dapat diabaikan sehingga sangat kecil sekali

peranannya dalam ikut mempengaruhi reaksi kimia atau sifat-sifat kimia tanah.

Lahan gambut merupakan suatu ekosistem yang sangat spesifik dengan

kondisi yang selalu tergenang air (waterlogged). Lahan gambut umumnya disusun

oleh sisa-sisa vegetasi yang terakumulasi dalam waktu yang cukup lama dan

membentuk tanah gambut. Luas total lahan gambut di tiga pulau utama Indonesia

sebesar 14.905.574 ha yaitu Sumatera 6.436.649 ha, Kalimantan 4.778.004 ha,

dan Papua 2.644.438 ha (Ritung dkk, 2012).

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) saat ini menjadi komoditas

sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Melonjaknya harga bawang merah

1

Page 3: Makalah Seminar Proposal

pada pertengahan tahun 2013 hingga mencapai harga Rp.100.000/kg

menyebabkan komoditas ini tergolong sebagai salah satu komoditas pencetus

inflasi. Hal serupa juga dialami di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, komoditas

bawang merah juga menjadi penyebab inflasi. Upaya untuk mengembangkan

bawang merah mulai dilakukan di Palangka Raya, sejak akhir 2012 dan berhasil

dipanen pada Januari 2013 oleh Gubernur Kalimantan Tengah (Firmansyah dan

Anto, 2013). Wibowo (1994) menyatakan bahwa bawang merah dapat ditanam di

dataran rendah sampai ketinggian 900 mdpl dengan suhu 20 – 30 oC. Kondisi

tanah yang dibutuhkan oleh tanaman bawang merah adalah tanah yang subur,

drainase dan aerasi yang baik dan kaya bahan organik. Pengembangan lebih lanjut

dilakukan pada pertengahan tahun 2013 dengan varietas Super Philips. Beberapa

petani mampu panen terbaik umbi bawang merah kering hingga 12,4 ton/hektar

di lahan pasir kuarsa, sedangkan di lahan gambut panen terbaik sebesar 5,8

ton/hektar (Firmansyah 2014). Pengalaman pengembangan budidaya bawang

merah di lahan marjinal terutama lahan gambut menjadi tantangan tersendiri.

Untuk meningkatkan hasil bawang merah tersebut maka perlu dilakukan

penelitian dengan mengaplikasikan tanah pasir untuk perbaikan aerasi tanah

gambut pada bawang merah.

B. Rumusan Masalah

Pada umumnya hasil bawang merah di lahan gambut di Palangka Raya

mencapai 5,8 ton per hektar dan hasil ini lebih rendah dibanding produktivitas

lahan pada umumnya yang mencapai 6 – 25 ton per hektar.

Tanah gambut merupakan tanah organik yang cenderung jenuh air.

Kondisi retensi air yang tinggi inilah yang menghambat perkembangan umbi

bawang merah.

Salah satu untuk mengurangi tingkat kejenuhan air tanah gambut adalah

dengan memberikan bahan mineral ke dalam satuan volume tanah gambut. Tanah

pasir kuarsa merupakan jenis tanah yang banyak tersebar di Palangka Raya

sehingga memiliki potensi memperbaiki aerasi tanah gambut, sehingga dengan

diperbaikinya aerasi, pertumbuhan dan perkembangan umbi bawang merah dapat

2

Page 4: Makalah Seminar Proposal

ditingkatkan. Selain itu juga, petani di Palangka Raya telah mengkombinasikan

antara tanah pasir dan tanah gambut pada budidaya bawang merah namun belum

menemukan dosis yang tepat untuk pencampuran kedua bahan tersebut. Dengan

permasalahan tersebut maka dalam penelitian ini dirumuskan beberapa masalah

antara lain :

1. Apakah penambahan sejumlah tanah pasir dapat memperbaiki aerasi

tanah gambut?

2. Apakah penambahan pasir ke dalam media tanam tanah gambut dapat

meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang merah?

3. Berapakah dosis kombinasi tanah pasir dan tanah gambut yang tepat

dalam budidaya bawang merah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengkaji pengaruh penambahan pasir ke dalam media tanam gambut

pada pertumbuhan dan hasil bawang merah.

2. Mendapatkan kombinasi tanah pasir dan tanah gambut yang tepat

dalam budidaya bawang merah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bawang merah

Tanaman bawang merah termasuk tanaman berumbi atau spermatophyte,

memiliki biji tunggal dan memiliki ciri akar serabut. Tanaman bawang merah ini

memiliki nama latin Allium ascalonicum L. Berikut ini disajikan taksonomi

tanaman bawang merah : Divisio (Spermatophyta), Sub – division

(Angiospermae), Kelas (Monocotyledoneae), Ordo (Lilialaes), Famili (Liliales),

Genus (Allium) dan Spesies (Allium ascalonicum L.).

Umumnya bawang merah di dataran rendah memiliki umur hingga 60 – 80

hari setelah tanam ( HST ). Sedangkan untuk bawang merah yang ditanam di

dataran tinggi memiliki umur yang lebih lama yaitu 90 – 110 HST (Suwandi,

2014). Potensi hasil bawang merah pada umumnya yakni 6 – 25 ton/hektar.

3

Page 5: Makalah Seminar Proposal

B. Lahan Gambut

Lahan gambut merupakan salah satu proses pembentukan tanah organik

yang dapat terjadi manakala situasi iklim dan topografi suatu wilayah

menyebabkan proses akumulasi bahan organik melebihi proses dekomposisinya.

Luas tanah gambut (Histosol) di Kalimantan Tengah sekitar 2.659.234

hektar. Berdasarkan kedalaman gambutnya, maka dikelompokkan sebagai berikut

: 1) 50 – 100 cm seluas 572.372 hektar, 2) 100 – 200 cm seluas 508.648 hektar, 3)

200 –300 cm seluas 632.989 hektar dan 4) > 300 cm seluas 945.225 hektar (Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2011 ).

Tanah gambut memiliki kandungan bahan organik lebih dari 30% dan

tebalnya lebih dari 40 cm ( Hardjowigeno, 1993 ). Sifat tanah gambut umumnya

memiliki reaksi sangat asam, mengandung bahan organik tinggi, memiliki muka

air tanah dangkal, rawan terhadap keracunan akibat asam – asam organik yang

dilepaskan tanah gambut, serta rawan terbakar saat kemarau.

Pengelolaan tanah gambut umumnya memperbaiki tata air, melalui

pembuatan saluran drainase sehingga daerah perakaran dapat ditanami. Pemberian

amelioran seperti kapur diperlukan untuk mengurangi kemasamannya, sedangkan

petani sayuran di Kalampangan juga menggunakan abu bakaran sisa penyiangan

gulma dan tanah subur (topsoil).

a. Sifat fisik tanah gambut

Sifat fisik tanah gambut yang berpengaruh dalam pemanfaatannya

untuk pertanian yaitu daya menahan beban, penurunan permukaan

gambut, mengering tidak balik, kadar air dan berat isi.

b. Sifat kimia tanah gambut

Sifat kimia tanah gambut yang berpengaruh penting terhadap

pertumbuhan tanaman yaitu kemasaman tanah, kapasitas tukat kation

(KTK) dan basa – basa, fosfor, unsur mikro, komposisi kimia dan

asam fenolat gambut.

4

Page 6: Makalah Seminar Proposal

C. Tanah Pasir Kuarsa

Menurut Gunawan Budiyanto (2014), lahan pasir termasuk lahan tanah

Regosol yang dalam taksonomi tanah lebih dikenal dengan sub – ordo Psamments

yang berarti pasir dari ordo Entisol. Jenis tanah Regosol pada umunya belum

menampakkan diferensiasi horizon, meskipun pada tanah yang telah tua horizon

sudah mulai terbentuk horizon Al lemah, berwarna kelabu, mengandung bahan

yang belum atau masih baru mengalami pelapukan (Munir, 1996), sehingga

perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh kondisi setempat, mempunyai

kandungan bahan organik renddah, kandungan air dan lempung rendah sehingga

membatasi pemanfaatannya.

Firmansyah (2013) mengungkapkan bahwa tanah pasir kuarsa memiliki

peluang ditemukannya mineral fraksi pasir yaitu kuarsa mencapai 90 – 97 % dan

< 10 % berupa kalsedon dan lapukan. Kemampuan menahan air pada tanah

bertekstur kasar lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Menurut

Hardjowigeno (2003) tanah pasir umumnya jika ditanami akan lebih mudah

kekeringan daripada tanah bertekstur lempung atau liat.

Tanah kuarsa ini selain bertekstur kasar, juga sangat miskin hara dan daya

memegang unsur hara juga sangat rendah, sumber unsur hara umumnya dari

lapisan organik dipermukaan tanah. Penambahan unsur hara mutlak diperlukan

baik dari pupuk organik (pupuk kandang, kompos) yang relatif lebih banyak

dibandingkan tanah tidak berpasir, pupuk anorganik (Urea, SP36, KCl, NPK

majemuk, unsur mikro), kapur, bahkan penambahan tanah bertekstur halus seperti

lempung hingga liat sangat baik bagi peningkatan kesuburan tanah.

D. Hipotesis

Diduga dengan menggunakan perlakuan aplikasi pasir 30 % dan gambut

70 % dibandingkan gambut 100 % dapat meningkatkan hasil bawang merah.

5

Page 7: Makalah Seminar Proposal

III. TATA CARA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian akan dilaksanakan di lahan gambut Kelurahan Jekan Raya,

Kecamatan Bukit Tunggal, Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah

pada bulan Februari – April 2015.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah polybag 30 x 40 cm, gembor, tangki semprot,

alat tulis, cutter, kertas label, cangkul, timbangan kg, timbangan analitik dan

kamera.

Bahan yang digunakan adalah benih bawang merah varietas Sembrani,

kompos, dolomit, tanah gambut, tanah pasir, abu bekas pembakaran lahan, pupuk

NPK Yara Mila, pupuk SP36 dan fungisida Antracol.

C. Metode Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan dengan metode percobaan lapangan yang

disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal. Adapun

perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. GP1 = 100 % : 0 % (gambut : pasir)

2. GP2 = 90 % : 10 % (gambut : pasir)

3. GP3 = 80% : 20 % (gambut : pasir)

4. GP4 = 70 % : 30 % (gambut : pasir)

5. GP5 = 60 % : 40 % (gambut : pasir)

Setiap perlakuan terdapat 12 polybag sebagai ulangan, sehingga diperoleh

5 x 12 = 60 unit percobaan.

6

Page 8: Makalah Seminar Proposal

D. Cara Penelitian

a. Persiapan benih

Bobot umbi bibit yang optimal adalah 3 – 4 gram/umbi.Umbi bibit

yang baik yang telah disimpan 2 – 3 bulan dan umbi masih dalam ikatan. Bibit

bawang yang akan ditanam dipangkas seperempat ujungnya dan diberi

perlakuan benih (Seed treatment). Pemberian fungisida Antracol atau Dithane

dengan dosis 100 g/kg benih.

b. Persiapan media tanam

Media tanam seberat 5 kg dipersiapkan dengan komposisi :

a. Tanah gambut 5 kg

b. Tanah gambut 4,5 kg dan tanah pasir 0,5 kg

c. Tanah gambut 4 kg dan tanah pasir 1 kg

d. Tanah gambut 3,5 kg dan tanah pasir 1,5 kg

e. Tanah gambut 3 kg dan tanah pasir 2 kg

Pupuk dasar berupa kompos yang terdiri atas campuran pupuk

kandang sapi 12 ton per hektar (36 gram per polybag), NPK Yara Mila

sebanyak 500 kg per hektar (1,5 gram per polybag), SP36 sebanyak 200 kg

per hektar (1,5 gram per polybag) dan kapur dolomit sebanyak 1,3 ton per

hektar (3,9 gram per polybag). Polybag yang dipakai memiliki ukuran 30 cm x

40 cm.

c. Penanaman

Bibit bawang merah ditanam di polybag sejumlah 1 umbi per polybag.

Umbi ditanam ke media tanam hingga hanya leher umbi. Kebutuhan umbi

yang dibutuhkan yakni 60 umbi bawang merah dan 10 cadangan umbi bawang

merah.

d. Pemeliharaan

1. Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari, jika

kondisi kering karena tidak ada curah hujan. Kegiatan pengairan di

awal pertumbuhan tanaman bawang merah dilakukan secara

intensif antara 2 – 5 kali dalam seminggu hingga umur 40 hari

setelah tanam. Pada tahap pembentukan umbi, maka pengairan

7

Page 9: Makalah Seminar Proposal

secara berangsur – angsur dikurangi untuk mencegah pembusukan

umbi.

2. Pupuk susulan diberikan hanya sekali pada umur tanaman bawang

merah 20 hari. Pupuk susulan berupa NPK Yara Mila sebanyak

200 kg/hektar (0,6 gram per polybag).

3. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma disekitar

bawang merah. Pengendalian gulma dilakukan secara manual

sebanyak 3 kali, yaitu pada 15, 30, dan 45 hari setelah tanam.

4. Pembumbunan dilakukan dengan tujuan untuk menjaga agar semua

pekarangan bawang merah tertutup tanah dengan sempurna.

5. Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dilakukan

secara rutin menggunakan fungisida sistemik dan kontak secara

bergantian setiap tiga hari sekali. Selain itu dilakukan

penyemprotan pada pagi hari dengan air biasa jika malam hari

terjadi hujan atau kabut embun yang tebal. Pengendalian ulat

dilakukan saat terjadi serangan awal.

e. Panen

Bawang merah dipanen pada umur 60-an hari yang ditandai daun

mulai menguning secara merata, pangkal daun kempes, dan umbi bawang

telah nampak bernas/berisi.

E. Parameter yang Diamati

1. Pengamatan Satu Minggu Sekali Terhadap 4 Tanaman

a. Tinggi tanaman (cm)

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan penggaris yang

satuannya centimeter (cm). Pengukurannya dimulai dari dasar pangkal

tanaman bawang merah yang bersentuhan dengan permukaan tanah hingga

ujung daun tertinggi pada tanaman bawang merah.

b. Jumlah daun (helai)

Perhitungan jumlah daun yang masih tegak atau yang dapat di

identifikasi dengan mudah.

8

Page 10: Makalah Seminar Proposal

2. Pengamatan Terhadap 4 Tanaman Pada Umur Tanaman Bawang

merah 2 dan 4 Minggu

a. Panjang akar (cm)

Pengamatan panjang akar tanaman dilakukan pada umur 2 dan 4

minggu dengan menggunakan 4 tanaman korban. Caranya dengan

mencabut tanaman bawang merah tersebut hingga akarnya kemudian akar

bawang merah diukur dengan menggunakan mistar dari pangkal akar

hingga akar yang terpanjang.

b. Berat kering akar ( gram )

Pengamatan berat kering akar dilakukan pada umur 2 dan 4 minggu

dengan menggunakan 4 tanaman korban. Pengamatan berat kering akar

yaitu dijemur di bawah sinar matahari selama 24 jam dan dioven pada

suhu 60oC sampai bobotnya konstan. Pengamatan berat kering akar

dilakukan dengan cara menimbang akar yang sudah kering oven

menggunakan timbangan analitik yang satuannya gram.

c. Berat kering tanaman ( gram )

Pengamatan berat kering tanaman dilakukan pada umur 2 dan 4

minggu dengan menggunakan 4 tanaman korban. Caranya dengan

ditimbang, dimasukkan ke dalam oven dan ditimbang hingga konstan.

d. Proliferasi akar

Pengamatan proliferasi akar dilakukan pada umur 2 dan 4 minggu

dengan menggunakan 4 tanaman korban. Caranya dengan di ploting diatas

kertas milimeter blok kemudian mengambil gambar perakaran bawang

merah.

3. Pengamatan Akhir Penelitian Terhadap 4 Tanaman

a. Berat umbi per tanaman ( gram )

Pengamatan berat segar umbi dilakukan setelah panen dengan

menggunakan umbi bawang merah. Caranya dengan menjemur seluruh

umbi bawang merah, dipisahkan dari akarnya, ditimbang dan diukur kadar

airnya.

9

Page 11: Makalah Seminar Proposal

b. Jumlah umbi per rumpun

Perhitungan jumlah umbi per rumpun dengan sampel 4 tanaman.

Jumlah umbi per rumpun dihitung dari setiap tunas yang memiliki titik

tumbuh daun yang menghasilkan umbi bawang merah pada tanaman

bawang merah.

c. Hasil (ton/hektar)

Hasil ini didapatkan dari berat umbi per tanaman yang akan dikonversi

ke dalam ton/hektar.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dari masing – masing parameter disidik ragam pada

taraf 5%. Untuk membedakan rata – rata pengaruh perlakuan yang berbeda nyata

diuji jarak berganda Duncan 5 %.

G. Jadual Penelitian

Kegiatan

Waktu Kegiatan

Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

Penyiapan Alat

dan Bahan

Persiapan

Benih

Persiapan

Media Tanam

Penanaman

Pengamatan

Tanaman

Pemeliharaan

tanaman

Panen

Analisis Data

Pembuatan

Laporan

Evaluasi

10

Page 12: Makalah Seminar Proposal

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2014. Bawang Merah Sembrani Tahan Uji di Lahan Gambut.

file:///D:/Bawang%20Merah%20Sembrani%20Tahan%20Uji%20di%20La

han%20Gambut%20-%20Lain-lain%20-%20Berita%20-

%20Litbang%20Pertanian.htm. Akses tanggal 3 April 2014.

Anonim.2014. Teknik Budidaya Bawang di Musim Hujan.

http://maluku.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&vi

ew=article&id=338:teknik-budidaya-bawang-di-musim-

hujan&catid=15:benih. Akses tanggal 3 April 2014.

Anonim. 2014. Balitsa. http://balitsa.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/berita-

terbaru.html?start=24. Akses tanggal 3 April 2014.

Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian-BBSDLP.2011. Teknologi

Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan untuk Meningkatkan

Sekuestrasi Karbon dan Mitigasi Gas Rumah Kaca. Balai Besar Litbang

Sumberdaya Lahan Pertanian.Bogor.

BPS Palangka Raya. 2008. Kota Palangka Raya dalam angka.

Buckman, H.O and N. C. Brady. 1982. The Natural and Properties of Soil.

Terjemahan Ilmu Tanah.Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

Firmansyah, MA dan Anto, A. 2013. Budidaya bawang merah di lahan marjinal

luar musim. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan

Tengah, Palangka Raya. 50 hal.

Firmansyah, MA. 2014. Laporan evaluasi hasil pertanaman bawang merah 2013.

Makalah disampaikan pada Rapat Evaluasi Kegiatan Pengembangan

Bawang Merah di Aula Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi

Kalimantan Tengah, Palangka Raya, 19 Pebruari 2014. 143 hal.

Gunawan Budiyanto. 2014. Manajemen Sumberdaya Lahan. LP3M Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta. Hal: 147 – 172.

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja grafindo Persada, Jakarta.

Hal: 60 – 72.

Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo.Jakarta.

Hilman, Y. 2011. Petunjuk Teknis Budidaya Aneka Sayuran. Penerbit Pusat

Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta. 121 hal.

Page 13: Makalah Seminar Proposal

Nur Muhammad. 2013. Teknologi Budidaya Bawang Merah Lahan Marjinal di

Luar Musim. Kepala Bank Indonesia Provinsi Kalimantan

Tengah.Kalimantan Tengah. 23 hal.

Ridwan, K dan Sayekti.2012.‘Usaha tani bawang merah di tengah perdagangan

bebas regional ACFTA’, Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian,

vol. 34, no. 4, hlm. 10-2.

Ritung, S, Wahyunto dan Nugroho, K. 2012. ‘Karakteristik dan sebaran lahan

gambut di Sumatera, Kalimantan dan Papua’, Prosiding Seminar Nasional

Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan, Badan Litbang Pertanian, hlm.

47- 61.

Satsijati dan Koswara.1993. ‘Studi penerapan formulasi teknologi cabe dan

bawang merah di lahan pasang surut’,J. Hort. vol. 3, no. 1, hlm. 13-20.

Soil Survey Staff.2003. Key to Soil Taxonomy. 9th Edition. United States

Departement of Agriculture. Natural Resources Conservation Service.

New York.

Sulastri, F. 2012. Pengaruh Proporsi Penambahan Kompos Biopa dan Mulsa

Jerami Terhadap Serapan Hara Na, Mg Serta Kandungan Klorofil

Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus l.) Yang Ditanam Di

Kawasan Pantai Pandansari Bantul. S1 Skripsi, Universitas Negeri

Yogyakarta.Yogyakarta.

Suwandi. 2014. Bawang Merah. balitsa. litbang. deptan. go. id/ind/index.

php/penelitian/hasil-penelitian. Html//download=177:18041621-

suwandi&start=6. Akses tanggal 3 April 2014.

Page 14: Makalah Seminar Proposal

LAMPIRAN

Lampiran I. Kebutuhan Pupuk Per Tanaman

a. ∑tanaman/hektar =

=

= 333.333 tanaman

b. Dosis pupuk kandang sapi/tanaman =

=

= 36

gram/tanaman

c. Dosis pupuk NPK/tanaman =

=

= 0,6 gram/tanaman

d. Dosis pupuk SP36/tanaman =

=

= 0,6 gram/tanaman

Lampiran II. Kebutuhan Tanah Gambut dan Pasir Per Polybag

a. Tanah Gambut 100 % = 5 kg

b. Tanah Gambut 90 % =

c. Tanah Gambut 80 % =

d. Tanah Gambut 70 % =

e. Tanah Gambut 60 % =

f. Tanah Pasir 10 % = 5 kg – 4,5 kg = 0,5 kg

g. Tanah Pasir 20 % = 5 kg – 4 kg = 1 kg

h. Tanah Pasir 30 % = 5 kg – 3,5 kg = 1,5 kg

i. Tanah Pasir 40 % = 5 kg – 3 kg = 2 kg