makalah ppai
DESCRIPTION
berterimakasih sekali atas filenyaTRANSCRIPT
PERANAN PENGAWAS PAI DALAM PENINGKATAN MUTU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT MENENGAH
DI LINGKUNGAN KOTA TANJUNGBALAI
PENDAHULUAN
Pengawas pendidikan menduduki peranan penting dalam upaya
penjaminan mutu pendidikan khususnya dalam rangka pencapaian standar
Nasional pendidikan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pengawas dituntut
keprofesionalannya untuk melaksanakaan tugas pokok dan fungsinya sesuai
kompetensinya.
Berdasarkan Permenag (PMA) RI No: 2 Tahun 2012, yaitu tentang
pengawas Madrasah dan pengawas pendidikan Agama Islam pada sekolah, bahwa
Tugas dan fungsi pengawas Pendidikan Agama Islam disekolah adalah
memberikan pembinaan, pembimbingan, dan pengembangan profesi guru PAI.
Untuk itu pengawas harus menjalankan kewajiban untuk membuat rencana
kepengawasan awal, yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, solusi, dan
evaluasi. Hal tersebut bertujuan agar pengawas mampu menjalankan tugas dan
fungsinya dengan baik, yaitu meningkatkan kompetensi profesional guru.
Guru sebagai pembimbing dan pendidik harus memiliki kompetensi
profesional yaitu selalu meng-update dan menguasi materi yang akan disajikan.
Kompetensi profesional ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam
mengembangkan materi yang diampu secara mendalam, berkarya dalam rangka
pengembangan diri melalui jalur pendidikan maupun pelatihan.
Menurut Suharsimi Arikunto, kompetensi profesional artinya guru
memiliki pengetahuan yang luas serta mendalam tentang subjec matter (mata
pelajaran) yang diampu dan akan diajarkan, serta penguasaan metodologis dalam
arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat,
serta mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar. Dari pendapat
diatas dapat diambil pengertian bahwa Kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Guru tidak hanya dituntut
menguasai ilmu kependidikan, berkepribadian baik, mampu bersosial, tetapi juga
harus mampu mengembangkan diri, agar memiliki pengetahuan yang lebih luas,
sehingga diharapkan mampu membimbing dan memberikan pelayanan kepada
anak didik dengan optimal untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan si penulis melalui pengawas PAI dan guru – guru PAI
tingkat menengah di sekitar lingkungan kota Tanjungbalai
bahwasanya terdapat sejumlah permasalahan yang
menunjukkan rendahnya mutu pendidikan PAI tingkat menengah
di kota Tanjungbalai. Adapun permasalahan tersebut mencakup
antara lain (1) cara mengajar guru PAI yang tidak sesuai dengan
program kerjanya, (2) guru PAI kurang terampil dalam
menggunakan media pengajaran, dan (3) guru PAI belum dapat
menentukan metode yang tepat dalam pengajaran, dan (3) guru
PAI belum menguasai internet dan telekomunikasi (IT) sehingga
tidak mampu menerapkannya dalam proses belajar mengajar.
Selain permasalahan bersumber dari guru PAI sebagai
pengelola proses belajar mengajar yang bertindak sebagai fasilitator yang
menciptakan kondisi dan lingkungan belajar mengajar yang kondusif dan efektif,
permasalahan juga muncul dari pengawas PAI itu sendiri. Adanya indikasi di
lapangan yang menunjukkan fakta ketidakmampuan pengawas PAI menjalankan
tugas, fungsi, dan wewenangnya sebagai pengawas. Hal ini dikarenakan beberapa
faktor yaitu; kurangnya pengetahuan tentang kepengawasan,
menjadikan guru – guru PAI obyek yang disalahkan,
ketidaksesuaian latar belakang pendidikan yang dimiliki
pengawas PAI dengan jabatannya, minimnya jumlah pengawas
PAI, dan luasnya jangkauan kerja.
Berkaitan belum optimalnya peran pengawas berbagai
kendala lain yang paling krusial adalah terjadinya kekurangan
jumlah pengawas PAI khususnya di tingkat menengah dibanding
dengan luasnya jangkauan kerja yang harus dipenuhi. Betapa
pentingnya peran pengawas sehingga pengawas PAI
memberikan dorongan untuk pengembangan diri dan membuat
guru-guru responsif dengan semangat yang menantang yang
dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Berdasarkan latar belakang dan deskripsi di atas maka
penulis mengajukan penulisan karya ilmiah sebagai salah satu
syarat pendukung rekruitmen pengawas PAI tingkat menengah
kota Tanjungbalai dengan judul “Peranan Pengawas PAI Dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam Tingkat Menengah Di
Lingkungan Kota Tanjungbalai”.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pengawas adalah sekelompok jabatan fungsional yang bertugas
memonitoring, membimbing dan membina kehidupan sebuah lembaga
persekolahan (Nadjamuddin S. Baropo, 2009: 11). Sebagaimana yang tertuang
dalam Keputusan Menteri Agama No. 381 tahun 1999 Pengawas Pendidikan
Agama adalah “Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Departemen Agama yang
diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk pengawasan pendidikan agama disekolah dan madrasah dengan
melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan
administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan
menengah”( Depag. RI, 2008:1 ).
Pengawas Pendidikan Agama Islam merupakan unsur/ aparatur
Departemen Agama yang secara fungsional diberi tugas melakukan pengawasan
atas pelaksanaan tugas Guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum (SD,
SMP, SMA dan SMK) dan pelaksanaan Pengembangan Kehidupan Beragama
(PKB) pada sekolah. Ini diatur dengan peraturan perundang-undangan serta
kebijaksanaan teknis lainnya sebagai dasar untuk melakukan pengawasan tersebut.
Pengawas Pendidikan Agama Islam adalah “Pegawai negeri sipil dari
lingkungan Departemen Agama yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
penuh terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah umum dan
penyelenggaraan pendidikan di madrasah dengan melakukan penilaian dan
pembinaan dari segi tehnis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan
pra sekolah, pendidikan dasar dan menengah”
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, penulis menyimpulkan bahwa
tugas pokok pengawas pendidikan agama Islam mencakup dua lembaga yang
berbeda yaitu pengawasan di sekolah umum dan pengawasan di madrasah.
2.2. Kriteria Menjadi Pengawas
Seperti yang dikutip Zainal Aqib dalam PP RI No.19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Pasal 39 Ayat 2 yang berbunyi: Kriteria minimal
untuk menjadi pengawas satuan pendidikan meliputi:
1. Berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau kepala sekolah
sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan
satuan pendidikan yang diawasi.
2. Memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan pendidikan
3. Lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan.
2.3. Tugas dan Tanggung jawab Pengawas Pendidikan Agama Islam
Sesuai dengan SK Menpan No. 118/1996 Bab II Pasal 3 ayat (1), maka tugas
Pokok Pengawas Pendidikan Agama Islam adalah: ”Menilai dan membina teknis
pelaksanaan pendidikan agama Islam di Sekolah Umum dan terhadap
penyelenggaraan pendidikan di Madrasah baik negeri maupun swasta yang
menjadi tanggung jawabnya”.
Sejalan dengan UUSPN no.20 Tahun 2003 bidang pengawasan pendidikan
agama Islam pada sekolah di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional
meliputi; Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), dan Sekolah Luar Biasa (SLB). Sedangkan pada Madrasah di
lingkungan Departemen Agama meliputi ; Raudhotul Athfal (RA), Bustanul
Athfal (BA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan
Madrasah Aliyah (MA) baik negeri maupun swasta.
Dari gambaran di atas dapat dipahami bahwa tugas pokok pengawas
pendidikan agama Islam mencakup dua lembaga pendidikan yang berbeda, yaitu
Sekolah Umum dalam lingkungan Departemen Pendidikan Nasional dan di
Madrasah dalam lingkungan Departemen Agama. Hal ini berarti bahwa apabila
pengawas pendidikan agama Islam melakukan pengawasan di sekolah umum
maka tugas pokoknya adalah menilai pelaksanaan pengajaran mata pelajaran
pendidikan agama Islam dan membina para guru pendidikan agama Islam sekolah
yang bersangkutan, dan pengawasan yang dilakukan adalah pengawasan/supervisi
teknis kependidikan dan melakukan pengawasan administrasi terkait.
Sedangkan pada madrasah, pengawas pendidikan agama Islam melakukan
penilaian dan pembinaan atas penyelenggaraan pendidikan pada madrasah yang
bersangkutan secara menyeluruh baik teknis pendidikan maupun administrasi,
kecuali terhadap mata pelajaran/rumpun mata pelajaran lain seperti ; matematika,
fisika, kimia, biologi dan sebagainya, yang pengawasannya dilakukan oleh
pengawas sekolah yang beragama Islam dari Departemen Pendidikan Nasional.
Bila dikembangkan lebih lanjut, maka tugas pokok yang harus dilaksanakan
oleh masing-masing jenjang jabatan pengawas adalah sebagai berikut :
1. Bagi pengawas pendidikan agama Islam yang bertugas di Taman Kanak-kanak,
Sekolah Dasar, Raudhotul Athfal, Busthanul Athfal dan Madrasah Ibtidaiyah
adalah :
a. melakukan pengawasan/supervisi terhadap pelaksanaan pengembangan agama
Islam di Taman Kanak-kanak dan penyelenggaraan pendidikan di Raudhotul
Athfal dan Bustanul Athfal, kecuali bidang pengembangan selain agama Islam.
b. melakukan pengawasan/supervisi terhadap pelaksanaan mata pelajaran
pendidikan agama Islam di Sekolah Dasar dan penyelenggaraan pendidikan di
Madrasah Ibtidaiyah, kecuali mata pelajaran/rumpun mata pelajaran selain
pendidikan agama Islam.
c. melakukan pengawasan/supervisi terhadap pelaksanaan tugas guru pendidikan
agama Islam pada TK dan SD dan guru serta tenaga lain pada RA, BA dan MI
kecuali guru mata pelajaran/rumpun mata pelajaran selain pendidikan agama
Islam.
d. melakukan pengawasan/supervisi terhadap pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler
pendidikan agama Islam pada TK dan SD serta kegiatan ekstra kurikuler di RA,
BA dan MI.
2. Bagi pengawas pendidikan agama Islam yang bertugas di SMP, SMA, SMK, SLB
dan MTs, dan MA adalah :
a. melakukan pengawasan/supervisi terhadap pelaksanaan mata pelajaran
pendidikan agama Islam di SMP, SMA/SMK dan SLB dan penyelenggaraan
pendidikan di MTs dan MA kecuali mata pelajaran/rumpun mata pelajaran selain
pendidikan agama Islam.
b. melakukan pengawasan/supervisi terhadap pelaksanaan tugas guru pendidikan
agama Islam dari SMP, SMA, SMK dan SLB dan guru serta tenaga lain di MTs
dan MA kecuali guru mata pelajaran/rumpun mata pelajaran selain pendidikan
agama Islam.
c. melakukan pengawasan/supervisi terhadap kegiatan ekstra kurikuler pendidikan
agama Islam pada SMP, SMA/SMK dan SLB serta kegiatan ekstra kurikuler pada
MTs dan MA yang menjadi tanggung jawabnya.
3. Pengawasan Pendidikan Agama Islam Pada Pendidikan Menengah
Pengawas Pendidikan Agama Islam mempunyai tugas membantu Kepala
Bidang Mapenda Islam/TOS pada Kanwil Departemen Agama Propinsi/Daerah
Istimewa dalam bidang Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah
melalui pengawasan atas pelaksanaan tugas Guru Pendidikan Agama Islam pada
SMA, SMK dan pelaksanaan pendidikan pada Madrasah Aliyah.
Tanggung Jawab Pengawas diantaranya :
1. Melaksanakan pengawasan penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai
dengan penugasannya pada Taman Kanak-kanak Sekolah Dasar /Sekolah Dasar
Luar Biasa, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas dan Sekolah Luar Biasa.
2. Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar/bimbingan dan hasil prestasi
3. Belajar /bimbingan siswa dalam kegiatan ektrakurikuler dalam rangka
pencapaian tujuan pendidikan dan pendalaman pemahaman serta pengamalan
materi.
4. Meningkatkan motivasi dan kinerja guru pendidikan agama Islam agar
semakin kompeten dan profesional dalam menjalankan tugas kependidikan dan
pengajaran.
2.4. Bidang Tehnis Pendidikan
Hal-hal pokok yang berkaitan dengan tehnis pendidikan adalah kurikulum,
proses belajar mengajar, evaluasi, keterpaduan pendidikan agama Islam dengan
mata pelajaran lain.
1. Kurikulum
Kurikulum yang dimaksud dalam konteks ini adalah kurikulum yang
berlaku secara nasional saat ini. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang
berorientasi dan mengacu pada taksonomi tujuan pendidikan,seperti yang
dikemukakan oleh S. Bloom yang mencakup “Domain kognitif, domain
psikomotorik dan domain afektif” ( prof. Dr. Piet A Sahertian, 2008 : 29 ).
Pengawas Pendidikan Agama Islam harus menguasai kurikulum tersebut secara
rinci. Hal ini sangat penting, karena atas dasar kurikulum itulah para pengawas
melakukan pembinaan teknis edukatif, tanpa menguasai kurikulum akan sangat
sulit dalam melakukan pembinaan kepada guru.
2. Proses Belajar Mengajar
Pada dasarnya proses belajar mengajar adalah kegiatan interaksi dua arah
antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dikatakan belajar mengajar karena dalam interaksi tersebut
terjadi pengaruh timbal balik, artinya bukan hanya siswa yang belajar dari
gurunya, tetapi guru juga banyak belajar dari kegiatan tersebut. Dengan kata lain
guru dan siswa merupakan dua komponen yang menentukan dalam kegiatan
belajar mengajar disamping komponen-komponen yang lain seperti materi,
metode dan tujuan.
Pendidikan agama Islam menggunakan berbagai macam pendekatan, antara
lain pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan rasional,
pendekatan emosional dan pendekatan keimanan.
a. Pendekatan Pengalaman adalah yang dilakukan dengan cara pemberian
pengalaman keagamaan kepada siswa untuk mengalami sendiri berbagai kegiatan
keagamaan, sehingga tertanam nilai-nilai agamis dalam setiap gerak dan
tindakannya. Pendekatan ini dapat diberikan secara sendiri-sendiri maupun
kelompok.
b. Pendekatan pembiasaan adalah pendekatan yang dilakukan dengan jalan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan atau
memperlihatkan kemampuannya dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan keagamaan, baik yang bersifat berbentuk gerakan maupun ucapan,
seperti gerakan sholat maupun ucapan-ucapan kalimat yang dibaca dalam gerakan
sholat.
c. Pendekatan rasional adalah pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan
rasio peserta didik. Jalan yang ditempuh untuh mengasah rasio peserta didik
antara lain dengan tanya jawab, diskusi baik secara individual maupun kelompok.
Pengembangan rasio ini dimaksudkan rasio yang berkaitan dengan ayat-
ayat ( tanda-tanda ) kebesaran Allah SWT, baik yang terdapat dalam alam semesta
maupun dalam ayat-ayat Al- Qur’an.
d. Pendekatan emosional adalah pendekatan yang digunakan untuk menggugah
perasaan/emosi siswa dalam meyakini, memahami dan menghayati ajaran
agamanya. Dengan pendekatan ini diharapkan perasaan keagamaan siswa
bertambah kuat dan keyakinannya tentang keberadaan agama Allah semakin
mantap.
e. Pendekatan fungsional adalah pendekatan yang menekankan pada segi
manfaatnya dalam kehidupan siswa sesuai dengan perkembangan psikologis dan
kemampuan berfikirnya, baik kemampuan kognitif, afektif maupun kemampuan
psimotorik.
f. Pendekatan keimanan adalah landasan dari semua pendekatan yang disebutkan
diatas, artinya semua pendekatan tersebut diarahkan pada penanaman dan
peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, baik yang berbentuk
pengetahuan, keterampilan atau sikap dalam kehidupan sehari-hari, karena hal
inilah yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah-
sekolah.
Disamping memperhatikan masalah pendekatan, guru juga harus
memperhatikan metodologi pengajaran yang akan digunakan karena dengan
penggunaan metode pengajaran yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan
efisiensi pembelajaran. Mengingat situasi dan kondisi sarana sekolah yang
berbeda satu sama lain dan juga beragamnya kemampuan guru-guru dalam
mengajar, maka guru perlu memilih sendiri metode-metode mengajar yang akan
digunakan. “Metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk
meningkatkan aktivitas dan kreativitas peseta didik” ( E. Mulyasa, 2010 : 107 ).
Jadi dalam memilih metode pembelajaran hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Metode yang dipilih disesuaikan dengan tujuan dan materi
2. Metode yang dipilih disesuaikan dengan sarana atau fasilitas yang ada
3. Metode yang dipilih dapat dikembangkan sesuai dengan perubahan yang
diperkirakan
4. Metode yang dipilih disesuaikan dengan kemampuan guru
5. Metode yang dipilih harus mampu mendorong siswa aktif
Pada dasarnya metode yang digunakan merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran, oleh karena itu harus diusahakan agar penggunaan metode
pembelajaran disesuaikan dengan hal-hal yang disebutkan diatas dengan prinsip
memberikan materi kepada siswa semudah mungkin dan diusahakan pula agar
materi yang diberikan dengan cara yang menyenangkan dan menarik minat belajar
peserta didik.
Selain menggunakan metode pembelajaran yang tepat guru juga harus
menggunakan strategi yang tepat dalam mengajar, Oliva mengemukakan “Strategi
mengajar bisa didefinisikan sebagai prosedur atau perangkat prosedur untuk
menyampaikan sumber pelajaran atau menyebarkan pokok-pokok pelajaran dalam
proses pengajaran yang melibatkan keaktifan guru dan siswa” ( Sri Banun , 2009 :
129 ). Jadi dalam kegiatan belajar mengajar disamping menggunakan pendekatan
dan metode yang tepat, guru juga diharapkan mampu menerapkan strategi yang
tepat.
3. Evaluasi
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks,
kerena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang
mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin
dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa
penilaian, karena penilaian merupakan proses penetapan kualitas hasil belajar,
atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran dalam
aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik oleh peserta didik. Penilaian
terhadap aspek kognitif mencakup semua unsur pokok pendidikan agama Islam,
sedang untuk aspek afektif lebih ditekankan pada pokok akhlak dan keimanan dan
untuk aspek psikomotorik lebih ditekankan pada materi ibadah, khususnya cara
wudlu’ dan sholat yang benar serta membaca Al- Qur’an.
Mengingat kompleksnya proses penilaian, guru perlu memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang memadai. Kemampuan lain yang harus dikuasai oleh
guru sebagai evaluator adalah kemampuan dalam memahami tehnik evaluasi, baik
tes maupun nontes yang meliputi jenis masing-masing tehnik. Hal penting yang
perlu diperhatikan oleh evaluator adalah perlunya melakukan penilaian secara adil
agar penilaian tersebut bisa lebih objektif.
Kegiatan pengawasan edukatif yang mencakup kurikulum, proses belajar
mengajar dan evaluasi dapat dilakukan oleh pengawas dengan melakukan
wawancara dengan kepala sekolah, pengamatan kelas, observasi dokumen, diskusi
dengan guru tentang masalah proses belajar mengajar dan evaluasi dalam rangka
pembinaan.
2.5. Bidang Tehnis Administratif
Hal pokok yang menjadi tugas pengawas yang berkaitan dengan tehnis
administratif yang tertera dalam Jurnal Direktur Tenaga Kependidikan Surya
Darma ( 2008 : 4 ) adalah untuk membantu kepala sekolah/madrasah dan tenaga
kependidikan di sekolah di bidang administrasi sekolah/madrasah yang meliputi:
1. Administrasi kurikulum,
2. Administrasi keuangan,
3. Administrasi sarana prasarana/perlengkapan,
4. Administrasi tenaga kependidikan,
5. Administrasi kesiswaan,
6. Administrasi hubungan/madrasah dan masyarakat
7. Administrasi persuratan dan pengarsipan.
Dalam melaksanakan tugas ini pengawas harus mempunyai tehnik-tehnik
yang efektif. Kemampuan profesional pengawas dalam bidang tehnis edukatif dan
tehnis administratif merupakan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh
pengawas, bila tidak maka kehadiran pengawas tidak akan membawa pengaruh
apapun dalam meningkatkan profesionalisme guru dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Jadi secara garis besarnya tugas pokok seorang pengawas yaitu:
1. Melaksanakan pengawasan akademik yaitu pembinaan terhadap guru agar dapat
meningkatkan mutu proses pembelajaran, pembinaan dan hasil belajar siswa.
2. Melaksanakan pengawasan manajerial dengan memberikan pembinaan kepada
kepala sekolah beserta seluruh stafnya agar dapat meningkatkan mutu
penyelenggaraan pendidikan pada sekolah yang dibinanya.
Sedangkan kewajiban yang harus dilaksanakan seorang pengawas yaitu:
1. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan
2. Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di sekolah yang dibinanya
3. Pengawas harus meningkatkan kemampuannya karena untuk melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya pengawas harus memiliki kualifikasi dan kompetensi
yang lebih unggul dari guru dan kepala sekolah yang dibinanya.
2.6 Ciri-ciri Pengawas Yang Baik
Seorang pengawas/supervisor yang baik, hendaknya memiliki pribadi guru
yang baik, memiliki pembawaan kecerdasan yang tinggi, pandangan yang luas
mengenai proses pendidikan, kepribadian yang menyenangkan dan kecakapan
melaksanakan human relition yang baik. Menurut M. Ngalim Purwanto ( 2005 :
85 ) “Disamping harus memiliki ilmu administrasi dan memahami fungsi-fungsi
admnistrasi dengan sebaik-baiknya untuk menjalankan fungsinya dengan baik,
seorang supervisor harus memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat sepeti berikut :
1. Berpengetahuan luas tentang seluk beluk semua pekerjaan yang berada dibawah
pengawasannya.
2. Menguasai/memahami benar-benar rencana dan program yang telah digariskan
yang akan dicapai oleh setiap lembaga atau bagian.
3. Berwibawa dan memiliki kecakapan praktis tentang tehnik-tehnik kepengawasan,
terutama human relation.
4. Memiliki sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah dan rendah hati. “Berkemauan
keras, rajin bekerja demi tercapainya tujuan atau program yang telah
digariskan/disusun”.
Kesimpulan
Bertitik tolak dari keseluruhan proses dan hasil pembahasan masalah,
penulis dapat memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengawas PAI adalah pegawai negeri sipil dari lingkungan Kementerian Agama
yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang penuh terhadap pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam di sekolah umum dan penyelenggaraan pendidikan di
madrasah dengan melakukan penilaian dan pembinaan baik dari segi teknis
pendidikan maupun administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, pendidikan
dasar dan menengah.
2. Tujuan Pengawas PAI adalah meningkatkan kemampuan kepala sekolah/
madrasah dan guru/pendidik dalam menyusun perangkat pembelajaran dan
melaksanakan kegiatan akademis serta dalam pengelolaan administrasi/
manajerial sekolah/madrasah. Selain itu juga memberikan masukan, bahan
pertimbangan, dan rekomendasi kepada kepala kantor Kementerian Agama untuk
mengambil kebijakan pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan
maupun tentang peningkatan jenjang dan karier guru dan kepala sekolah/madrasah
pada jenjang yang lebih tinggi.
3. Pengawas PAI mempunyai tugas pokok dan fungsi yang sangat strategis yang
meliputi pengawasan akademik dan manajerial.
4. Profesionalisme guru adalah seseorang yang memiliki pengetahuan serta mampu
mengembangkan profesinya sebagai guru sehingga dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan anak didik. Dengan demikian seorang guru/pendidik yang
profesional adalah seorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang profesional, yang mampu mengembangkan profesinya sebagai guru
yang profesional.
5. Kompetensi profesional guru adalah kemampuan dan kewenangan guru dalam
menjalankan profesi keguruannya. Untuk menjadi profesional seorang guru juga
dituntut untuk memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan
sosial.
6. Pembinaan guru atau supervisi adalah usaha bantuan yang diberikan kepada guru
untuk meningkatkan proses dan hasil belajar sehingga tujuan pendidikan yang
direncanakan dapat tercapai.
7. Tujuan dalam pembinaan guru adalah memperbaiki proses dan hasil belajar
melalui meningkatkan pembinaan terhadap guru-guru demi pencapaian tujuan
pendidikan. Adapun fungsi dari pembinaan guru yakni memelihara program
dalam pengajaran, menilai dan memperbaiki faktor yang mempengarui dalam
pembelajaran serta memperbaiki situasi dalam belajar.
8. Dalam pembinaan guru dapat digunakan tiga pendekatan yaitu : pendekatan
ilmiah, pendekatan artistik dan pendekatan klinik. Dalam pembinaan guru terdapat
berbagai teknik atau metode yang digunakan, diantaranya teknik yang dilakukan
secara individu dan secara kelompok.
9. Untuk membina dan meningkatkan profesionalitas guru adalah melalui in-service
training yang meliputi berbagai kegiatan seperti mengadakan kursus, aplikasi,
ceramah-ceramah, workshop, seminar mempelajari kurikulum, survey
masyarakat, demontrasi-demontrasi mengajar menurut metode-metode baru,
kunjungan ke sekolah-sekolah di luar daerah dan persiapan-persiapan khusus
untuk tugas-tugas baru.
B. Saran
Bertitik tolak dari beberapa temuan penelitian, penulis dapat memberikan
saran-saran sebagai berikut :
1. Diperlukan adanya kesamaan visi dan misi dari Pengawas PAI, kepala
sekolah/madrasah dan guru dalam peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam
pada khususnya dan pendidikan nasional pada umumnya,
2. Diperlukan adanya program pengawasan yang terencana, terarah dan kontinu
yang dapat direspons secara pro-aktif oleh kepala sekolah/madrasah dan guru.
3. Kepada Disdikpora KBB dan instansi lain yang kompeten disarankan agar secara
terprogram dan berkelanjutan memberikan pembinaan bagi peningkatan
kualifikasi kompetensi pengawas, khususnya Pengawas PAI.
4. Pengawas PAI senantiasa dapat menciptakan kolaborasi dengan kepala sekolah
secara sinergis dalam membina profesionalisme dan kinerja guru PAI guna
peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran PAI.
5. Dalam rangka peningkatan dan implementasi peran dan fungsi pengawas
olahraga, khususnya dalam mengimplementasikan supervisi akademik senantiasa
mendapatkan sikap pro-aktif pihak Disdikpora, Komite Sekolah dan para
stakeholders secara sinergis.