makalah pleno berpikir kritis
DESCRIPTION
critical thinkingTRANSCRIPT
Makalah Pleno
Berfikir Kritis dan Religious World View
Disusun Oleh:
Kelompok D7
Adi Baskoro (102012095)
Chatarina Cindy De Pata (102012418)
Febriane Adeleide Everdine (102012238)
Kelvin Wilbent Daffa (102012375)
Nadia Istiani Zagita (102012336)
Rudy Setiady (102012323)
Theonoegroho J.A Marlissa (102012243)
Tristi Lukita Wening (102012151)
Yoana Priska (102012063)
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Barat 11510
2012
Kata Pengantar
1
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkatNya
kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah PBL ini. Tidak lupa juga kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu
dalam proses pembuatan makalah singkat ini dari awal hingga akhir.
Pada kesempatan kali ini, kelompok kami membahas berpikir kritis dan religious
worldview. Berpikir kritis dan religious worldview pada dasarnya adalah suatu cara atau
pandangan kita terhadap suatu permasalahan yang terjadi disekitar kita, tetapi. Kita tidak
boleh meninggalkan keimanan kita terhadap tuhan yang maha esa.
Pada makalah ini kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen yang
mengajar kami tentang berpikir kritis dan religious worldview yaitu Bapak William Tan dan
Bapak Willem Sopacua,dan sebagai mentor PBL kami Dr.Ade yang telah membantu kami
selama ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat skami harapkan demi tersusunnya makalah selanjutnya yang
lebih baik. Akhirnya kami mengucapkan selamat membaca kepada para pembaca dan kami
mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang tidak berkenan di hati para pembaca. Sekali lagi
kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, 5 November 2012
Penulis
2
Daftar Isi
Cover ......................................................................................................................... 1
Kata pengantar .......................................................................................................... 2
Daftar isi..................................................................................................................... 3
BAB. I
Latar belakang............................................................................................................ 4
Rumusan masalah....................................................................................................... 5
Tujuan..........................................................................................................................5
BAB. II
2.1. Berpikir kritis ....................................................................................................... 6
2.1.1. Analisah dengan 5W+1H................................................................................... 7
2.1.2. Tujuan Berpikir Kritis........................................................................................ 7
2.1.3. Observasi dengan 5 W + 1 H............................................................................. 8
2.2. analisis .................................................................................................................. 8
2.2.1. Membuat argumentasi........................................................................................ 8
2.2.2. Menilai argumentasi............................................................................................ 9
2.2.3. Membuat Keputusan........................................................................................... 9
3.1. Religious Worldview.............................................................................................10
3.1.1. Membentuk Orientasi Diri ..................................................................................11
3.1.2. Membangun Kemandirian...................................................................................11
3.1.3. Membangun Komunitas yang Sehat....................................................................13
BAB. III
Penutup...........................................................................................................................14
Daftar pustaka.................................................................................................................15
3
BAB. I
Pendahuluan1.1 Latar Belakang
Ilmu kedokteran merupakan bidang ilmu terapan, dimana pengetahuan yang kompleks
digunakan untuk memecahkan satu masalah yang sama. Hal ini berbeda dengan ilmu murni
dimana pengetahuan dan masalah yang dicari pemecahannya bersifat horizontal. Proses
berpikir logis lebih tepat digunakan pada penelitian ilmu murni, sedangkan masalah di
kedokteran menggunakan proses berpikir yang lebih luas yaitu rasional dan obyektif. Proses
berpikir rasional dan obyektif dikenal dengan istilah berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan
kunci utama keberhasilan dalam menyelesaikan masalah klinis sebagai prerequisite dari
kompetensi clinical reasoning.
Clinical reasoning tidak hanya ditentukan dari proses yang digunakan oleh seorang
dokter untuk menentukan keputusan klinik, melainkan dari pemahaman individu terhadap
materi pengetahuan dan pengorganisasian pengetahuan. Pemahaman individu terhadap materi
pengetahuan ditentukan oleh cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan.
Pengetahuan yang didapatkan melalui proses berpikir kritis mempunyai tingkat pemahaman
yang lebih tinggi. Mahasiswa kedokteran seharusnya mengoleksi pengetahuan dengan
kualitas pemahaman yang lebih baik. Hal ini memerlukan pengajaran yang menggunakan
strategi berpikir kritis terhadap semua pokok bahasan di kedokteran.
4
Pada prakteknya penerapan proses belajar mengajar kurang mendorong pada
pencapaian kemampuan berpikir kritis. Dua faktor penyebab berpikir kritis tidak berkembang
selama pendidikan adalah kurikulum yang umumnya dirancang dengan target materi yang
luas sehingga dosen lebih terfokus pada penyelesaian materi dan kurangnya pemahaman
dosen tentang metode pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.1
Banyak orang-orang di dunia ini tidak dapat memiliki pemikiran yang kritis. Sehingga
dalam menghadapi hidup yang penuh dengan suatu masalah, orang-orang itu hanya dapat
berhenti di jalan tanpa mencoba berpikir lebih kritis lagi. Padahal dengan berpikir lebih kritis
lagi, suatu masalah itu dapat terpecahkan dengan sebaiknya. Masalah yang dipecahkan
dengan berpikir kritis dapat membuat seseorang itu memahami lebih dalam dari segi
permasalahannya serta seluruh bagian dari apa yang dicari tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Masyarakat harus menempuh waktu yang lama untuk berobat
2. Masalah financial untuk transportasi
3. Tenaga dan peranan dokter keluarga diperlukan di pulau terpencil
1.3 Tujuan Penulisan
Membantu mahasiswa agar dapat berpikir secara kritis dalam memecahkan suatu
masalah di lingkungan perkuliahan maupun praktek kedokteran.
5
BAB. II
Pembahasan2.1 Berpikir Kritis
Berpikir adalah segala aktivitas mental yang membantu atau merumuskan masalah,
membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami.3 Jadi, berpikir
merupakan pencarian jawaban atau sebuah pencapaian makna.3 Sedangkan kata “kritis”
berasal dari bahasa Yunani yang berarti “hakim” dan diserap dalam bahasa latin.4 Kamus
(Oxford) menerjemahkan sebagai “sensor” atau pencari kesalahan.4
Berpikir kritis adalah usaha untuk mengusut segala sesuatu agar terbeber jelas
unsur-unsur nya, sehingga dapat dideteksi posisinya yang lebih akurat dalam konteks
yang lebih luas dan mendalam secara runtun dan logis.2 hal ini dilakukan setiap orang
dalam setiap bidang, untuk menguasai segala sesuatu yang menjadi urusannya, sehingga
pengetahuannya menjadi lengkap, sehingga ia berada pada posisi yang kompeten untuk
memberikan, menilai, beropini, dan bersikap terhadap sesuatu tersebut.2
Berpikir kritis juga merupakan kemampuan kesediaan untuk membuat penilaian
dalam sebuah pernyataan dan membuat keputusan objektif, berdasarkan kepada
pertimbangan-pertimbangan yang sehat dan fakta-fakta yang mendukung, bukan
berdasarkan pada emosi dan anekdot.5
Namun, berpikir kritis bukanlah berpikir negatif, karena berpikir kritis mencakup
kemampuan untuk bersikap kreatif dan konstruktif serta kemampuan penjelaskan
alternative terhadap kejadian-kejadian yang ada, memikirkan dampak dan hasil yang
diperoleh, dan mengaplikasikan pengetahuan baru ke berbagai masalah sosial maupun
pribadi.5 Dan semua hal tersebut dapat diterapkan dalam menanggapi masalah pada kasus
6
di pulau tujuh, sehingga masalah tersebut dapat kita lihat dari berbagai aspek dan dapat
menanganinya secara tepat.
2.1.1 Analisah dengan 5W+1H
Dalam menganalisah sesuatu masalah dan argumentasi, hal pertama yang harus kita
lakukan adalah mencari ide utama dalam masalah atau argumentasi tersebut.
Untuk memecah ide utama, kita bisa menggunakan pisau analisis dengan rumus
5W+1H, yang biasa digunakan dalam dunia jurnalistik. Yaitu: What (apa), who (siapa),
where (di mana), when (kapan), why (mengapa), dan how (bagaimana).6
Dalam kasus, kata what bisa digunakan untuk menanyakan apa masalah utama di
pulau tersebut, lalu who untuk siapa yang membutuhkan bantuan para medis dipulau
tersebut, lalu where untuk dimana tempat yang membutuhkan bantuan para medis, dan
when untuk kapan pertolongan diperlukan di pulau tersebut, lalu why untuk mengapa
tenaga medis diperlukan di pulau tersbut dan yang terakhir how untuk bagaimana
tindakan yang harus dilakukan dalam menyelesaikan masalah tersebut.
2.1.2. Tujuan Berpikir Kritis
1. Menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek, segi, pandangan demi untuk mencari
prinsip yang tepat.
2. Menyingkapkan kebenaran dengan menyerang dan menyingkirkan semua yang salah,
supaya kebenaran akan terlihat. Hal ini penting untuk mencegah penggunaan
bahasa,konsep dan argumentasi yang salah atau sembarangan.4,7
7
2.1.3. Observasi dengan 5 W + 1 H
Dalam Skenario, Cara observasi dalam menganalisa masalah digunakan metode
penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif berbeda dengan metode penelitian
kuantitatif. Dalam penelitian dengan metode kualitatif, seorang peneliti harus menjaga jarak
terhadap masalah yang sedang diteliti. Dalam analisis data yang terdapat dalam skenario
tidak menggunakan bantuan ilmu statistika, tetapi menggunakan rumus 5W + 1H (who, what,
when, where, why, dan how).
2.2. analisis
2.2.1 Membuat argumentasi
Dalam membuat suatu argumen, kuncinya adalah kemampuan menggunakan bahasa
penalaran (indikator-indikator argumen) secara tepat Selain dan perlu memperhatikan
struktur penalaran.
Struktur penalarannya (A) sehingga (B) maka (C) oleh karena itu (D)1,8
Karena tidak adanya tenaga medis di Pulau Tujuh, sehingga masyarakat yang berada
disana merasa kesulitan jika sedang sakit. Maka mereka yang sakit, harus menempuh
perjalanan yang lama untuk mencapai lokasi kesehatan. Oleh karena itu, tenaga medis sangat
diperlukan di pulau tujuh.
2.2.2. Menilai argumentasi
1. Apa kesimpulan argumen di atas? Tenaga medis sangat diperlukan di Pulau Tujuh.
2. Alasan-alasan apa yang dia berikan untuk mendukung kesimpulannya? Alasannya,
masyarakat yang sakit, harus menempuh perjalanan yang lama untuk pergi ke lokasi
kesehatan. Karena tidak adanya tenaga medis di tempat mereka.
3. Apakah dia berasumsi sesuatu tanpa mengungkapkannya dengan jelas? Tidak,
berasumsi sesuatu dengan jelas.
4. Apakah pendapat Anda tentang argumen di atas? Bagaimana penilaian Anda?
Pendapat saya, saya setuju dengan penulis, karena tidak adanya tenaga medis di Pulau
Tujuh masyarakat disana kesulitan untuk mendapatkan kesembuhan.1,8,9
8
2.2.3. Membuat Keputusan
Kita sering mengalami kesukaran dalam memutuskan apa yang baik, perlu
sekali kita berusaha mencapai keputusan yang benar. Di tengah-tengah masalah yang
ruwet yang di dalamnya sukar diketahui jalan mana yang lebih baik, banyak orang
berpendapat bahwa jalan mana yang dipilih tidak begitu penting. Mereka merasa
bahwa semua jalan mempunyai segi baik, maka mana saja yang dipilih adalah baik.
Pendapat ini kurang menghargai pentingnya pemilihan antara kelabu tua dan kelabu
muda. Meskipun kita harus memilih antara hal-hal yang merupakan campuran dari
yang baik dan buruk, kita bertanggung jawab untuk memilih yang terbaik (padahal
tidak seratus persen murni) dan menolak yang lebih buruk (padahal tidak seratus
persen buruk).10
Dalam kasus ini, kita sebagai dokter dipertanyakan apa yang harus kita
lakukan? Apa keputusan kita dalam menghadapi permasalahan ini? Apakah kita akan
pergi ke pulau tujuh tersebut utnuk mengabdi bagi masyarakat disana atau tidak mau
dan hanya berdiam diri? Ini hal yang tidak mudah bagi kita untuk mengambil
keputusa. Karena lokasinya di pulau terpencil dan harus menempuh waktu yang lama.
Oleh karena itu, kita dituntut untuk dapat berpikir kritis. Sebagai dokter yang baik,
kita harus mementingkan kepentingan masyarakat yang membutuhkan uluran tangan
kita. Tidak hanya untuk mementingkan diri sendiri. Kita harus berpikir aktif dan
mempertimpangkan alasan-alasan yang mendukungnya.
9
3.1. Religious Worldview
Religi berasal dari bahasa latin. Menurut pendapat Harun Nasution , bahwa asal kata
religi adalah relegere yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Pengertian
demikian itu juga sejalan dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara – cara
mengabdi pada tuhan yang terkumpul dalam kitab suci yang harus di baca. Menurut pendapat
lain, kata itu berasal dari kata religare yang berarti mengikat. Ajaran – ajaran agama memang
mempunyai sifat mengikat bagi manusia. Dalam agama selanjutnya terdapat pula dari ikatan
roh manusia dengan Tuhan, dan agama lebih lanjut lagi memang mengikat manusia dengan
Tuhan. Agama memang mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatui manusia.
Ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari –hari. Ikatan
itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia.11
Secara sederhana world view dapat didefinisikan sebagai “how one views or
interprets reality...it is the framework through which or by which one makes sense of the data
of life”.5 Worldview mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. World view memiliki tujuan yang holistik: mencoba melihat setiap area
kehidupan dan pemikiran dalam suatu cara yang integratif.
2. World view merupakan pendekatan yang bersifat perspektif: melihat hal-hal
dari titik pandang yang sudah diadopsi sebelumnya yang sekarang
menyediakan kerangka integratif.
3. World view memiliki proses eksplorasi: mengarahkan hubungan antara satu
area dengan area yang lain ke suatu perspektif yang terpadu.
4. World view bersifat pluralistik: perspektif dasar dapat diartikulasikan dalam
bberapa cara yang berbeda.
10
5. World view memiliki tindakan sebagai hasilnya: apa yang dipikirkan dan
dinilai membimbing apa yang akan dilakukan.
Religious worldview merupakan dasar dari iman dan pengetahuan. Jadi, religious
worldview adalah suatu kepercayaan tentang Tuhan, kehidupan alam semesta dan seluruh
isinya. Religious worldview sangatlah penting untuk dikenal. Terdapat 3 manfaat dari
religious worldview :
1. Membentuk orientasi diri.
2. Membangun kemandirian.
3. Membangun komunitas yang sehat
3.1.1. Membentuk Orientasi Diri
Orientasi hidup merupakan pandangan dunia kita yang memberikan arah tujuan dari
hidup kita. Untuk membentuk masa depan yang baik, diperlukan orientasi hidup yang jelas
dan terarah. Religious worldview membantu kita menjawab pertanyaan-pertanyaan religius
yang mencari makna dari orientasi hidup kita, yang di mana kita perlu mengetahui tidak hanya
apa yang harus dipikirkan, tetapi juga bagaimana untuk hidup, apa yang harusdilakukan, bagaimana
untuk berhubungan dengan satu sama lain, diri sendiri, dan segala kemungkinan yang terjadi
di dunia.12 Tidak hanya apa yang harus dipikirkan, tetapi juga bagaimana untuk hidup, apa
yang harusdilakukan, bagaimana untuk berhubungan dengan satu sama lain, diri sendiri, dan
segalakemungkinan yang terjadi di dunia. Orientasi hidup tentu dipengaruhi oleh beberapa
hal,seperti ilmu, pengetahuan tentang Allah, dan kebudayaan.
11
Dalam skenario, warga Pulau Tujuh mendapatkan bantuan kesehatan yang layak.
Namun karena kurangnya tenaga dan peranan medis, kondisi kesehatan di Pulau Tujuh
semakin buruk. Seharusnya, pemerintah daerah Kepulauan Riau dan masyarakat sama-sama
membantu untuk mendapatkan fasilitas kesehatan yang baik. Seperti, didirikan puskesmas
yang memadai di Pulau Tujuh sehingga masyarakat di Pulau Tujuh tidak merasa kesulitan
dalam mendapatkan fasilitas kesehatan yang baik.
3.1.2. Membangun Kemandirian
Membangun kemandirian merupakan salah satu manfaat dalam mengembangkan
religious worldview dalam kehidupan. Membangun suatu pribadi yang mandiri adalah cara
yang di lakukan oleh kita agar dapat menyesuaikan diri di dalam suatu lingkungan. Karena,
jika kita sudah bias beradaptasi dengan suatu masalah, kita akan bias memecahkan masalah
yang ada di daerahnya.
Di dalam scenario, masyarakat Pulau Tujuh merasa terbelenggu dengan masalah
finansial. Dan mereka merasa sulit untuk beradaptasi dengan hal tersebut. Mereka harus
menempuh perjalanan 7-8 jam untuk mendapatkan fasilitas kesehatan. Akibatnya, masyarakat
cenderung pasrah dengan apa yang terjadi dan tidak bisa berbuat apapun untuk mendapat
fasilitas kesehatan yang baik.
12
2.2.3 Membangun Komunitas yang Sehat
Kehidupan masyarakat desa adalah kehidupan dalam suatu komunitas.
Untuk membangun masyarakat desa yang baik, maka diperlukan juga komunitas yang sehat.
Komunitas yang sehat adalah dimana di dalam suatu komunitas tersebut ada keterbukaan satu
dengan yang lainnya. Para individu dalam komunitas tersebut juga harus menjalin hubungan
yang baik, saling menghormati, saling menghargai dan ada toleransi antar individu. Apabila
terjadi suatu konflik, masalah tersebut harus dimusyawarahkan hingga nanti terbentuk sebuah
keputusan bersama.13
13
BAB. III
Penutup
Kesimpulan
Berpikir kritis dimulai saat seorang pemikir mencoba menganalisa sesuatu hal yang
berdasarkan fakta dari berbagai sudut pandang yang berbeda sampai ditemukanya sebuah
sudut yang dapat mewakili analisanya berdasarkan fakta yang ada dan menghalangi
argument-argument yang tidak terbukti secara nyata.
14
Daftar Pustaka
1. Masari. Pembelajaran kemampuan berpikir kritis. Edisi 2 November 2010. Di unduh
dari: http://www.fk.undip.ac.id/Pengembangan-Pendidikan/pembelajaran-
kemampuan-berpikir-kritis.html
2. Kresna SB. Putu Wijaya, sang teroris mental. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia; 2001
hal 273-4
3. Johnson EB. Contextual teaching and learning. California: Corwin Press; 2002. hal
183-7
4. Bono ED. Revolusi berpikir. Bandung: Kaifa; 2007. hal 204
5. Wade C, Tavris C. Psikologi. Jakarta: Erlangga; 2008. hal 7
6. Munandar A. Mengidentifikasn dan menguji ide untuk tulisan ilmiah populer.
Diunduh dari http://www.wikimu.com/news/displaynews.aspx?id=19509, 1
November 2012.
10. Brownlee M. Pengambilan keputusan etis dan faktor-faktor di dalamnya. Jakarta:
Gunung Mulia; 2010.
11. Kahmad D. 2000. Sosiologi Agama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
12. The Universe Next Door: A Basic World View Catalog. 1978. Downes Grove:
InterVasity Press.
13. Panitia Spiritualitas KOPTARI. Membangun komunitas persaudaraan.
Yogyakarta:Kanisius; 2008.
15