makalah pengelolaan pascapanen
DESCRIPTION
kfdjkhTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produk buah-buahan umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar.
Keanekaragaman buah cukup tersedia sepanjang tahun, namun tergantung
pada musimnya, misalnya buah mangga tersedia bulan Oktober sampai
Desember, buah rambutan dan durian antara Februari sampai April, sehingga
apabila ingin mengkonsumsi buah – buahan tertentu harus pada bulan tertentu
pula, tidak akan dijumpai di luar musimnya. Kondisi tersebut di atas
menyebabkan periode pemanfaatan buah segar sangat dibatasi oleh musimnya.
Langkanya ketersediaan buah di luar musimnya disebabkan karena
sering terjadi kerusakan pada penanganan pascapanen terutama selama proses
pengangkutan dan penyimpanannya. Untuk mengatasi keadaan tersebut
beberapa ahli atau peneliti hortikultura telah melakukan penelitian dengan cara
merangsang pembuahan di luar musim (Off-season). Untuk beberapa jenis
buah cara ini dapat memperpanjang ketersediaan buah selama dua bulan di
luar musim, tetapi tetap belum dapat memenuhi permintaan pasar.
Kerusakan yang terjadi pada buah yang telah dipanen, disebabkan
karena buah yang dianen tersebut masih melakukan proses metabolisme
dengan menggunakan cadangan makanan yang terdapat dalam buah.
Berkurangnya cadangan makanan tersebut tidak dapat digantikan karena buah
sudah terpisah dari pohonnya, sehingga mempercepat proses hilangnya nilai
gizi buah dan mempercepat senesen. Sedangkan tingkat kerusakan buah
dipengaruhi oleh difusi gas ke dalam dan ke luar buah yang terjadi melalui
lentisel yang tersebar di permukaaan buah. Perlambatan proses tersebut
tentunya secara teoritis dapat pula dilakukan sehingga dapat memperlambat
laju perusakan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pentingnya penanganan pascapanen pada komoditi buah?
2. Persiapan apa saja yang harus dilakukan setelah pemanenan?
3. Tahapan apa saja yang dilakukan dalam penanganan pascapanen komodi
buah?
4. Bagaimana teknik dan kondisi penyimpanan beberapa jenis buah yang
baik?
5. Bagaimana teknik pemasakan beberapa buah?
6. Apa saja aspek yang terkait pengepakan pada buah?
C. Tujuan
1. Menjelaskan perlunya penanganan pascapanen pada komoditi panenan
buah.
2. Menjelaskan beberapa kegiatan penanganan pascapanen di lapang yang
baik.
3. Menjelaskan beberapa tahapan dalam penanganan pascapanen buah.
4. Menjelaskan teknik dan kondisi penyimpanan beberapa jenis buah.
5. Menjelaskan teknik pemasakan beberapa buah .
6. Menjelaskan beberapa aspek terkait pengepakan pada buah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penanganan pascapanen di lapang
Perlindungan terhadap buah segar sejak pemanenan atau di lapang
produksi dan kemudian diteruskan hingga buah siap dikonsumsi dilakukan
supaya buah memiliki kualitas baik. Deteriorasi atau perusakan buah dapat
terjadi karena perlakuan pemangkasan, penjarangan buah, pemupukan,
pengendalian hama-penyakit dan lain sebagainya. Untuk menghindari
penyebab atau menunda permulaan deteriorasi perlu memperhatikan beberapa
tindakan atau kegiatan budidaya tersebut.
1. Panen
Kebanyakan buah-buah segar dipanen secara manual kemudian
dimasukkan ke dalam keranjang penampung sementara, dan kemudian
ditempatkan atau dikumpulkan di suatu tempat dekat lapang penanaman.
Pemanenan dilakukan terhadap buah-buah yang telah menunjukkan
kriteria yang ditetapkan. Penetapan ini sangat terkait dengan tujuan dan
jarak pemasaran. Namun demikian, pemanenan pada kondisi matang
optimal merupakan kondisi terbaik bagi buah-buah agar diperoleh kualitas
buah masak yang maksimal.
2. Wadah panenan dan transportasi
Penempatan komoditi panenan pada wadah sesungguhnya
merupakan tindakan menghindari buah dari kerusakan fisik dan mekanik
maupun menghindari kotoran. Oleh karena itu, pemilihan jenis bahan
wadah sebaiknya didasarkan pada sifat permukaan komoditi bersangkutan.
Permukaan wadah seharusnya bersih dan rata untuk menghindari luka
lecet atau gesekan.
Pengumpulan komoditi panenan sudah pasti terjadi dan sering
menyebabkan kemungkinan kerusakan yang cukup besar. Terlebih-lebih
bilamana panenan dilakukan sekaligus terhadap buah yang ada di lapang
produksi. Penempatan pada wadah selama pengumpulan hasil panen
lainnya merupakan teknik yang baik digunakan untuk mengurangi
kerusakan. Oleh karena itu, maka penyediaan wadah yang cukup banyak
sangat diperlukan. Persentase kerusakan yang lebih tinggi terjadi pada
komoditi panenan yang dikumpulkan secara menumpuk di pinggir lapang
produksi, dibandingkan dengan bilamana komoditi panenan ditempatkan
dalam wadah tanpa membongkar-muat kembali.
Transportasi sudah pasti diperlukan atau dilakukan terutama bagi
lokasi lapang produksi yang jauh dengan tempat penanganan pertama.
Pengawasan sangat diperlukan pada setiap tahapan penanganan
transportasi di lapangan. Bila hal ini terlaksana dengan baik, akan dapat
meminumkan terjadinya luka-luka fisik pada buah. Berikut adalah
beberapa hal yang dapat dan perlu dilakukan untuk menghindari kerugian
yang lebih besar pada aspek pengangkutan (transportasi),
a. Hingdari menggunakan alat pengangkut yang terlalu jauh antara
tempat panenan ke tempat pengangkutan
b. Pengawasan terhadap alat angkut terhadap penanganan yang kasar
pada saat menaikkan dan menurunkan wadah komoditi panenan
c. Memilih fasilitas jalan yang baik untuk menghindari goncangan keras
d. Mengurangi kecepatan alat pengangkut untuk menghindari besarnya
goncangan
e. Menggunakan teknik yang memberikan kemungkinan terjadinya
goncangan pada wadah yang disusun dalam alat pengangkutan
f. Menjaga kebersihan permukaan wadah.
3. Pengendalian suhu
Pengendalian suhu di lapang meliputi penaungan komoditi dari
terpaan sinar matahari langsung maupun pra-pendinginan. Buah-buah
yang dibiarkan terkena sinar matahari langsung dapat menjadi panas
hingga beberapa derajat di atas suhu yang aman bagi komoditi
bersangkutan. Kenaikan suhu tersebut bergantung pada warna permukaan
buah.
Membiarkan buah-buah terkena sinar matahari langsung akan
berdampak jelek terhadap kualitas buah bahkan akan menyebabkan
kehilangan hasil yang semakin tinggi. Buah-buah yang telah berada dalam
wadah sebaiknya juga tidak terkena langsung sinar matahari, karena akan
menyebabkan fenomena panas yang jelek di dalam wadah tersebut.
Sebaiknya panas dalam wadah yang telah berisi buah diupayakan konstan
atau stabil.
B. Penanganan Pascapanen
Penanganan buah dilakukan untuk tujuan penyimpanan, transportasi
dan kemudian pemasaran. Langkah yang harus dilakukan dalam penanganan
buah setelah dipanen meliputi pemilihan (sorting), pemilihan berdasarkan
mutu (grading), dan pengepakan (packing). Namun demikian, untuk beberapa
komoditi atau jenis buah tertentu memerlukan tambahan penanganan seperti
degreening, pencucian, penggunaan bahan kimia, pelapisan (coating), dan
pendinginan awal (pre-cooling).
1. Sorting
Pemilihan yang efisien sangat tergantung pada penanganan yang
serius dan pengawasan serta pemeliharaan peralatan yang terlibat
digunakan dalam proses pemilihan. Fasilitas lainnya adalah berupa cukup
luasnya ruangan yang digunakan dalam proses pemilihan agar buah-buah
tidak ditumpuk satu sama lainnya. Pemilihan terhadap buah dilakukan
untuk memisahkan buah-buah yang berbeda tingkat kematangan, berbeda
bentuk (mallformation), dan juga berbeda warna maupun tanda-tanda
lainnya yang merugikan (cacat) seperti luka, lecet, dan adanya infeksi
penyakit maupun luka akibat hama. Berikut beberapa persyaratan dalam
pelaksanakan pemilihan buah :
a. Ruangan yang cukup luas
b. Kemampuan mengatur aliran buah
c. Tanggung jawab
d. Kemampuan melihat produk
e. Menghindari luka pada produk (buah)
f. Pengawasan
2. Grading
Pada tahapan ini, buah-buah dipilah-pilah berdasarkan tingkatan
kualitas pasar (grade). Tingkatan kualitas dimaksud adalah kualitas yang
telah ditetapkan sebagai patokan penilaian ataupun ditetapkan sendiri oleh
produsen. Beberapa factor lainnya juga berpengaruh terhadap mutu
sebelum produk degrading, meliputi:
• Stadia kematangan saat pemanenan
• Metode untuk mentransfer produk dari lapangan ke tempat grading
• Metode panen dan
• Waktu yang dibutuhkan antara panen dan grading.
Grading memberikan manfaat untuk keseluruhan industri, dari
petani, pedagang besar dan pengecer karena;
• Ukurannya seragam untuk dijual
Kematangan seragam
• Didapatkan buah yang tidak lecet atau tidak rusak
• Tercapai keuntungan lebih baik karena keseragaman produk, dan
• Menghemat biaya dalam transport dan pemasarannya karena bahan-
bahan rusak di sisihkan.
3. Packing
Pengepakan buah untuk konsumen sering dilakukan dengan
membungkus buah dengan plastik ataupun bahan lain yang kemudian
dimasukkan ke dalam wadah (kontainer) yang lebih besar. Bahan
pembungkus lainnya dapat berupa bahan pulp maupun kertas. Buah-buah
dalam wadah disesuaikan dengan kualitas yang diinginkan. Dalam satu
wadah dapat terdiri hanya satu buah atau terdiri dari banyak buah. Buah-
buah tersebut diatur peletakannya secara rapi sehingga kemungkinan
berbenturan satu sama lainnya tidak terjadi. Sedangkan bahan wadah yang
dapat digunakan dapat berupa kertas karton (dalam berbagai tipe dan
jenis), peti kayu, ataupun plastik.
4. Degreening
Upaya menghilangkan warna hijau melalui dekomposisi pigmen
dikenal sebagai degreening. Penghilangan warna hijau dengan maksud
membentuk warna tertentu yang dikehendaki karena permintaan
(kesukaan) konsumen. Buah-buah yang biasa diatur warnanya adalah
pisang, mangga, dan jeruk.
Proses degreening dilakukan dalam ruangan khusus yang suhu dan
kelembabannya dikendalikan. Suhu yang diperlukan umumnya 80OC
dengan kelembaban udara berkisar 85% – 92%.Gas etilen (C2H4) pada
konsentrasi rendah di alirkan ke dalam ruangan itu. Waktu yang
diperlukan untuk mengatur warna sangat bergantung pada tingkat
kematangan bahan dan tingkat kandungan klorofil bahan.
5. Coating
Pelapisan dimaksudkan untuk melapisi permukaan buah dengan
bahan yang dapat menekan laju respirasi maupun menekan laju transpirasi
buah selama penyimpanan atau pemasaran. Pelapisan juga bertujuan untuk
menambah perlindungan bagi buah terhadap pengaruh luar. Beberapa
penelitian membuktikan bahwa pelapisan dapat memperpanjang masa
simpan dan menjaga produk segar dari kerusakan seperti pada apel, leci,
mangga, dan tomat.
Pelilinan (waxing) merupakan salah satu pelapisan pada buah
untuk menambah lapisan lilin alami yang biasanya hilang saat pencucian,
dan juga untuk menambah kilap buah. Keuntungan lain pelilinan adalah
menutup luka yang ada pada permukaan buah. Pelilinan digunakan untuk
memperpanjang masa segar buah atau memperpanjang daya tahan simpan
buah bilamana fasilitas pendinginan (ruang simpan dingin) tidak tersedia.
Namun perlu diingat bahwa tidak semua komoditi buah memiliki respon
yang baik terhadap pelilinan. Faktor kritis pelilinan buah adalah tingkat
ketebalan lapisan lilin. Terlalu tipis lapisan lilin yang terbentuk di
permukaan buah membuat pelilinan tidak efektif, namun bila pelapisan
terlalu tebal akan menyebabkan kebusukan buah,
Beberapa macam lilin yang digunakan dalam upaya
memperpanjang masa simpan dan kesegaran buah adalah lilin tebu
(sugarcane wax) lilin karnauba (carnauba wax), resin, terpen resin
termoplastik, shellac, lilin lebah madu (bees wax) dan sebagainya. Saat
sekarang lilin komersial siap pakai yang dapat dan sering digunakan para
produsen buah adalah lilin dengan nama dagang Brogdex-Britex Wax.
Salah satu jenis pelapis lainnya yang dikembangkan selain pelapis
lilin adalah khitosan, yaitu polisakarida yang berasal dari limbah kulit
udang-udangan (Crustaceae), kepiting dan rajungan (Crab). Khitosan
mempunyai potensi yang cukup baik sebagai pelapis buah-buahan
misalnya pada tomat dan leci. Sifat lain khitosan adalah dapat
menginduksi enzim chitinase pada jaringan tanaman yaitu enzim yang
dapat mendegradasi khitin yang merupakan penyusun dinding sel fungi,
sehingga ada kemungkinan dapat digunakan sebagai fungisida. Teknik
aplikasi atau penggunaan lilin pada buah dapat dengan menggunakan
teknik pencelupan buah dalam larutan lilin (dipping), pembusaan
(foaming), penyemprotan (spraying), dan pengolesan atau penyikatan
(brushing). Tentunya masing-masing teknik cocok untuk masing-masing
jenis buah yang berbeda, artinya jenis buah yang berbeda memerlukan
teknik pelilinan yang berbeda.
6. Pre-cooling
Pre-cooling diartikan sebagai pendinginan awal, yaitu upaya
menghilangkan panas lapang pada buah akibat pemanenan di siang hari.
Seperti diketahui suhu yang tinggi pada buah akan merusak buah selama
penyimpanan sehingga menurunkan kualitas. Makin cepat membuat panas
di lapang, makin baik kemungkinan menjaga kualitas komoditi selama
disimpan. Pre-cooling dimaksudkan untuk memperlambat respirasi,
menurunkan kepekaan terhadap serangan mikroba, mengurangi jumlah air
yang hilang melalui transpirasi, dan memudahkan pemindahan ke dalam
ruang penyimpanan dingin bila sistim ini digunakan. Pra-pendinginan
yang merupakan arti pre-cooling dapat dilakukan dengan berbagai cara,
namun umumnya dengan prinsip yang sama, yaitu memindahkan dengan
cepat panas dari komoditi ke suatu media pendingin, seperti udara, air atau
es. Waktu yang diperlukan sangat bervariasi, 30 menit atau kurang, tetapi
mungkin pula lebih dari 24 jam.
Perbedaan suhu antara media pendingin (coolant) dengan komoditi
buah harus segera dikurangi agar proses pre-cooling efektif. Penurunan
atau pre cooling dapat dilakukan dengan menggunakan udara dingin pada
teknik Air Cooling, air yang diberikan es batu pada teknik Water/Hydro
Cooling, atau sistim vakum pada teknik Vacuum Cooling.
C. Penyimpanan dan Kondisi Penyimpanan
Didasarkan pada proses metabolisme yang tetap berlangsung pada
buah selama penanganan pascapanen, maka selama penyimpanan
dilakukan pemilihan teknik yang dapat menekan laju metabolisme
tersebut. Sedangkan pada sisi lain, yang dikehendaki oleh konsumen,
adalah bahwa komoditi buah yang dipasarkan harus masih dalam kondisi
segar, sehingga teknik penyimpanan merupakan suatu faktor yang kritis
untuk dipertimbangkan.
Penyimpanan buah yang telah dipak dalam berbagai macam wadah
tentunya menunggu beberapa saat untuk dipasarkan. Bagi buah-buah yang
dipasarkan secara local, mungkin saja tidak diperlukan sistim
penyimpanan yang berfasilitas pendingin namun bagi pemasaran yang
berjarak jauh, maka penyimpanan yang memiliki fasilitas pendingin sangat
diperlukan. Fasilitas pendingin tersebut diperlukan untuk menjamin agar
suhu dalam ruang simpan tetap stabil.
Terdapat anggapan bahwa penyimpanan dingin akan mempercepat
kerusakan setelah buah-buah dikeluarkan dari yempat penyimpanan
bersangkutan. Hal ini tidak benar kecuali tempat atau ruang simpan dingin
kondisinya lewat batas (suhu terlalu rendah, kelembaban terlalu tinggi)
terutama bagi komoditi yang sangat peka terhadap suhu dingin. Di udara
terbuka proses pemasakan dan sekaligus penuaan berjalan cepat dan
kerusakan segera berlangsung. Pada suhu dingin proses tersebut dihambat
sehingga umur buah lebih panjang.
Bilamana dipilih metode penyimpanan dingin, maka beberapa
teknik penyimpanan dingin untuk buah yang dapat digunakan meliputi 1)
pendinginan ruang (cooling room), 2) pendinginan tekanan udara (forced-
air cooling), 3) pendinginan menggunakan air (hydro cooling), 4)
pendinginan vacuum (vacuum cooling), dan 5) pendinginan menggunakan
es batu (package icing). Umur simpan yang lebih panjang dan aman dari
infeksi penyakit pada buah akan diperoleh bilamana penyimpanan dingin
disertai dengan pengaturan komposisi udara simpan. Proses respirasi yang
mengendalikan pematangan dan penuaan buah dapat lebih dihambat
dengan penyimpanan dingin yang disertai penurunan kadar oksigen
dan/atau peningkatan kadar karbondioksida dalam ruang penyimpanan.
Namun demikian, kondisi penyimpanan seperti kadar oksigen,
karbondioksida dan suhu untuk masing-masing jenis buah berbeda satu
dengan lainnya.
1. Pisang
Kondisi suhu bagi penyimpanan pisang matang (hijau) adalah
15OC. Suhu lebih rendah akan menyebabkan kerusakan dingin. Pisang,
baik yang masih matang (hijau) maupun telah masak sangat peka
terhadap suhu dingin. Oleh karena itu, bilamana sistim penyimpanan
dingin dan dikombinasikan dengan pengaturan komposisi udara ruang
simpan, efek merugikan penyimpanan dingin dapat ditekan. Kondisi
penyimpanan tersebut adalah bersuhu 14OC, kadar CO2 : 2,5% dan
kadar O2 : 5%.
2. Mangga
Umur kesegaran mangga dapat dipertahankan hingga 2 – 3
minggu bila disimpan pada kondisi suhu 13OC dan kelembaban 85 –
90 persen. Namun demikian beberapa varietas masih dapat bertahan
pada suhu yang lebih rendah yaitu 10OC Di bawah suhu tersebut
merupakan kondisi yang tidak baik bagi penyimpanan mangga.
Penyimpanan buah mangga pada sistim udara terkendali
nampaknya tidak memberikan banyak keuntungan dalam
perpanjangan masa simpan. Kondisi penyimpanan udara terkendali
untuk buah mangga yang aman adalah bersuhu 13OC dengan kadar
CO2 : 5% dan kadar O2 : 5%.
3. Pepaya
Pada kondisi tingkat kematangan 75% yang merupakan
kondisi pemetikan untuk tujuan pasar yang jauh akan baik disimpan
pada suhu terendah 7OC. Buah-buah pepaya pada kondisi
penyimpanan ini dapat bertahan 7 – 21 hari. Untuk mencegah
serangan penyakit, sebaiknya buah pepaya direndam pada air bersuhu
47OC selama 20 menit atau telah dapat menghangatkan daging buah
terdalam. Pada kondisi suhu 13OC, kadar CO2 : 5% dan kadar O2 : 1%,
buah pepaya dapat disimpan hingga 3 minggu.
4. Nanas
Walaupun nanas tidak tahan terhadap suhu dingin, nanas
masih dapat disimpan hingga 2 – 4 minggu. Buah nanas yang setengah
masak (matang maksimal) dapat disimpan hingga 2 minggu pada suhu
7 – 13OC. Sedangkan buah yang dipanen masak sebaiknya disimpan
pada suhu sekitar 7OC dan akan mengalami kerusakan serius bila
disimpan pada suhu di bawah 7OC. Kadar oksigen yang optimum
untuk penyimpanan udara terkendali buah nenas berkisar 2%,
sedangkan kadar CO2 tidak perlu diturunkan maupun dinaikkan dari
kondisi udara normal.
5. Jambu Biji
Umur segar jambu biji dapat mencapai hingga 2 – 3 minggu
bila kondisinya penyimpanan bersuhu 10 – 12OC dan kelembaban
90%. Kondisi paling ekstrim yang masih memberikan pengaruh baik
dari penyimpanan jambu biji ini adalah suhu 7,5OC dengan
kelembaban 85% – 90%.
6. Apel
Umur simpan apel sangat bervariasi dari yang tersingkat 3
bulan hingga yang terpanjang 8 bulan. Hal tersebut disebabkan oleh
faktor varietas, daerah produksi, cara budidaya, iklim, tingkat
kematangan, dan cara-cara penanganan serta penyimpanan sangat
mempengaruhi umur simpan. Suhu penyimpanan yang disarankan
untuk tiap varietas adalah keadaan yang paling efektif untuk
menghambat proses pemasakan dan mencegah pertumbuhan mikroba
pembusuk serta menghindari penyimpangan-penyimpangan
penyimpanan dingin. Umumnya berbagai varietas apel mempunyai
suhu optimum penyimpanan sekitar 0OC dengan kelembaban nisbi
90%. Titik beku tertinggi untuk apel adalah minus 2OC, sehingga buah
apel dapat disimpan pada suhu sekitar minus 1 – 0OC atau lebih.
Sebagian besar apel akan mempunyai umur simpan 25 persen lebih
lama jika disimpan pada 30OF (suhu buah). Namun terdapat beberapa
varietas yang peka suhu dingin disarankan disimpan pada suhu 32OF
atau lebih. Bila penyimpanan menggunakan sistim atmosfir terkendali,
disarankan ruang penyimpanan diatur sehingga konsentrasi oksigen
sekitar 2 – 3 persen, karbondioksida 1 – 8 persen dan selebihnya gas
hydrogen. Sedangkan suhunya berkisar 2,2 – 3,3OC.
D. Pemasakan
Proses pemasakan untuk beberapa jenis buah sangat diperlukan
selama penanganan pasca panennya. Tujuan utama perlakuan pemasakan
pada buah adalah agar supaya tingkat kemasakan buah seragam demikian
pula halnya dengan penampilan yang berupa warna dan tekstur buah. Etilen
merangsang proses pemasakan buah. Pengaruh gas etilen ini akan tidak
nampak bilamana buah-buah disimpan pada suhu 0OC, namun bila suhu di
atas 0OC akan memberikan percepatan pemasakan.
Pisang-pisang yang akan dirangsang pemasakannya agar supaya
diperoleh keseragaman dalam tingkat kemasakan saat dipasarkan sebaiknya
disimpan pada kondisi suhu 18 – 23OC dan kelembaban 90 – 95%. Kecepatan
pemasakan dapat diatur dengan mengatur jumlah etilen yang digunakan
maupun menaikkan suhu. Biasanya, untuk menghindari pembusukan
mikroba, bilamana buah-buah pisang telah mengalami perubahan warna
(warna kuning telah terbentuk), maka kelembaban udara ruang simpan segera
diturunkan. Pemasakan buah mangga memerlukan kondisi suhu sekitar 21 –
24OC dengan penambahan etilen dalam ruang simpan. Pengaturan jumlah
etilen akan memberikan pewarnaan buah mangga yang sangat menarik.
Untuk merangsang proses pemasakan buah pepaya, buah-buah sebaiknya
disimpan pada ruang yang memiliki suhu 21 – 27OC.
E. Pengepakan (Packing)
Tujuan dari pengepakan adalah
1. Melindungi produk dari bantingan, tekanan dan goncangan selama
penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan pemasaran
2. Memudahkan penanganan, distribusi dan pemasaran produk
3. Memberikan informasi kepada konsumen tentang produk yang ada dalam
kemasan (labeling).
Faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis kemasan :
1) Sifat produk
Bentuk, ukuran, kepekaan produk terhadap kerusakan mekanis dan
umur simpan produk.
2) Operasi penanganan
a. Jika bentuk penanganan adalah curah, kemasan yang kuat harus
digunakan.
b. Jika produk harus di pra pendinginkan dan disimpan dalam RH tinggi,
maka kemasan yang digunakan adalah kemasan yang tidak menyerap
uap air.
c. Kemasan juga harus menyediakan ventilasi yang cukup untuk
membuang panas yang dihasilkan produk selama pengangkutan dan
penyimpanan, khususnya pada kondisi bukan penyimpanan dingin.
3) Ketersediaan kemasan
4) Biaya/harga kemasan
5) Harga produk
6) Permintaan pasar.
Jenis kemasan dibedakan menjadi 2 yaitu kemasan fleksibel dan
kemasan nonfleksibel. Kemasan fleksibel biasa digunakan untuk kemasan
dalam dan berfungsi untuk membungkus produk dan tidak melindungi produk
dari tekanan dan tumpukan. Contohnya adalah karung goni, karung plastik,
kantong dari polipropilen, kantong plastik, dan plastik film (LDPE, HDPE,
PVC, strecth film, polipropilen). Kemasan nonfleksibel merupakan kemasan
atau kontainer kaku, biasa digunakan sebagai kemasan luar, dan dapat
melindungi produk dari benturan, tekanan, tumpukan dan penanganan yang
kasar. Contohnya adalah keranjang bamboo, kotak kayu, karton, kotak plastik.
Jenis-jenis kemasan ada beberapa antara lain keranjang bamboo, kotak atau
peti kayu, kotak karton, kotak plastic, dan kotak Styrofoam. Ciri-ciri jenis
kemasan tersebut adalah
1. Keranjang Bambu
a. Ringan
b. Kurang kuat dalam mengatasi tumpukan
c. Permukaan tajam, dapat melukai produk
d. Murah dan banyak tersedia di pasaran
2. Kotak atau peti kayu
a. Lebih kuat tetapi lebih berat dibandingkan dengan keranjang bamboo.
b. Memiliki permukaan yang kasar sehingga dapat melukai dan merusak
produk.
c. Murah dan bayak tersedia di pasaran
3. Kotak Karton
a. Terbuat dari fiberboard
b. Ringan
c. Mempunyai permukaan yang halus, bersih tidak melukai produk
d. Mudah dibentuk ke berbagai bentuk dan ukuran.
e. umumnya tidak dapat digunakan kembali
f. Tidak dapat ditumpuk terlalu tinggi seperti kotak kayu
g. Relatif Mahal.
4. Kotak Platik
a. Mempunyai permukaan yang halus, bersih, tidak melukai produk
b. Mudah dibentuk ke berbagai bentuk dan ukuran.
c. Dapat digunakan berkali-kali dan mudah dibersihkan
d. Kuat sehingga dapat ditumpuk
e. Relatif Mahal.
5. Kotak Styrofoam
a. Ringan
b. Mempunyai permukaan yang halus, bersih, tidak melukai produk
c. Mudah dibentuk ke berbagai bentuk dan ukuran.
d. Dapat digunakan berkali-kali dan mudah dibersihkan
e. Cukup Kuat sehingga dapat ditumpuk
f. Agak Mahal
g. Cocok untuk produk sayuran dan pendinginan dg es
Pada buah yang ditujukan untuk para konsumen, pengepakan sering
dilakukan dengan membungkus buah dengan plastik ataupun bahan lain yang
kemudian dimasukkan ke dalam wadah (kontainer) yang lebih besar. Bahan
pembungkus lainnya dapat berupa bahan pulp, polyethilen maupun kertas.
Kemudian dimasukkan dalam suatu wadah. Dalam satu wadah dapat terdiri
hanya satu buah atau terdiri dari banyak buah. Bahan wadah yang digunakan
dapat berupa kertas kanton (dalam berbagai tipe dan jenis), peti kayu, ataupun
plastik. Di antara buah, bila pengepakan dalam satu dos terdiri atas banyak
buah, maka individu buah biasanya dibungkus stirofoam ataupun potongan –
potongan kertas. Tujuannya untuk menghindari gesekan atau tumbukan antar
individu buah.
Faktor penting dalam pengepakan yang perlu diperhatikan adalah
bahwa bahan pembungkus setidaknya memiliki permeabilitas terhadap keluar
masuknya oksigen dan karbondioksida. Seringkali atmosfir dalam ruang pak
yang menggunakan plastic tercapai kestabilan udara yang cukup terkendali.
Pada kondisi tersebut biasanya kandungan oksigen rendah sedangkan
karbondioksidanya lebih tinggi baik terhadap oksigen maupun udara di luar
pak. Tekanan uap air relatif stabil sehingga menguntungkan untuk
mempertahankan kualitas buah dalam simpanan. Bahan pak (dos) luar yang
akan menampung beberapa dos berukuran kecil sering disebut sebagai Master
Container atau dos luar. Bahan dos tersebut dapat berupa karton maupun
kayu, yang penting memiliki sifat tahan terhadap kerusakan akibat air,
gesekan, tumpukan dan tidak goyah, serta tidak berat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penanganan buah dilakukan sejak pemanenan di lapang
2. Penempatan komoditi panenan pada wadah merupakan tindakan
menghindari buah dari kerusakan fisik dan mekanik maupun
menghindarkan buah dari kotoran.
3. Suhu tinggi dapat memepengaruhi warna buah
4. Langkah pengelolaan pasca panen meliputi pemilihan (sorting), pemilihan
berdasarkan mutu (grading), dan pengepakan (packing). Namun demikian,
untuk beberapa komoditi atau jenis buah tertentu memerlukan tambahan
penanganan seperti degreening, pencucian, penggunaan bahan kimia,
pelapisan (coating), dan pendinginan awal (pre-cooling).
5. Pengepakan sering dilakukan dengan membungkus buah dengan plastik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Data Produksi Hortikultura. Basis Data Pertanian. Departemen Pertanian. http://www.deptan.go.id. Diakses tanggal 27 November 2012
Antarlina, SS., H.Dj.Noor, S. Umar dan I. Noor. 2005. Karakteristik buah pisang lahan rawa lebak Kalimantan Selatan serta upaya perbaikan mutu tepungnya. Jurnal Horti 15(2):140-150.
Baldwin, EA., Burns JK, Kazokas W, Brecht JK, Hagenmaier RD, Bender RJ, Pesis. 1999. Effect of two edible coatings with different permeability characteristics on mango (Mangifera indica L) ripening during storage. Postharvest Biol. Technol. 17 : 215-226.
Baldwin, EA., Nisperos-Carriedo M, Shaw PE, Burns JK. 1995. Effect of coating and prolong storage condition on fresh orange flavor volatiles, degree brix, and ascorbic acid levels. J. Agric. Food. Chem : 43 : 1321-1331.
Kader, A A. 1985. Modified atmospheres and Low-pressure Syestems during Transport and Storage p 58-64. In : A. A. Kader (ed.). Postharvest technology of horticultural crops. Univ. Calif., Oakland, Calif.
Wisnu Broto, Setyadjit, S.Prabawati, dan D.A. Setyabudi. 1993. Studi Rangkaian Penanganan Pascapanen Buah Mangga dalam Rantai Dingin. Jurnal Hortikultura 3(3):26-35.
TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN
HORTIKULTURA
PENGELOLAAN PASCA PANEN
BUAH-BUAHAN
Disusun Oleh :
1. Yhana Awang Nila (h0711112)
2. Yoga Anung Aninidita (h0711113)
AGROTEKNOLOGI D
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012