makalah pelaporan & akt. keu
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang senantiasa memberikan
limpahan Rahmat dan Taufiq-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan
makalah yang berjudul “PENGGABUNGAN USAHA, LAPORAN KEUANGAN
KONSOLIDASI, INVESTASI PERUSAHAAN ASOSIASI, SPECIAL PURPOSE ENTITIES
(SPE)’ ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PELAPORAN DAN AKUNTANSI
KEUANGAN pada Program Studi Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) yang dibimbing oleh
Bapak Drs. Ec. H.M. Djaperi, M.Si.,Ak,CA & Ibu Chairina, SE.,M.Si.,Ak, CA.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungan dalam penyusunan makalah ini yang tidak bisa kami sebutkan satu-
persatu.
Dan yang terakhir, kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua baik
pembaca maupun penyusun. Tak lupa, kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini adalah
salah satu yang kami harapkan.
Banjarmasin, Pebruari 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................................. 1
1.2. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................
1.3. TUJUAN PENYUSUNAN .....................................................................................
1.4. MANFAAT PENYUSUNAN .................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................. .................................
2.1. PENGGABUNGAN USAHA .......................................................................
2,2. LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI ....................................................
2.3. INVESTASI PERUSAHAAN ASOSIASI .....................................................
2.4. SPECIAL PURPOSE ENTITIES (SPE) .......................................................
BAB III PEMBAHASAN ..........................................................................................
3.1. PEMECAHAN MASALAH ...........................................................................
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
4.1. KESIMPULAN .............................................................................................
4.2. SARAN ........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
1.2. RUMUSAN MASALAH
RUNTUHNYA PERUSAHAAN ENRON
Enron adalah perusahaan di Amerika Serikat yang bergerak di bidang energy. Enron ini
memiliki cakupan bisnis di antaranya adalah listrik, gas alam, pulp , kertas, komunikasi dll.
Enron ini awalnya merupakan rintisan dari Northern Natural Gas Company yang didirikan
tahun 1931 di Omaha, Nebraska.
Runtuhnya Enron merupakan kasus kehancuran terbesar korporasi di AS. Konglomerasi
raksasa yang bergerak dalam sektor energi itu mulai masuk ‘perlindungan pailit’ AS sejak
Desember 2001. Hal ini tentu sangat mengejutkan, mengingat enron adalah perusahaan ketujuh
terbesar di Amerika, perusahaan energi perdagangan terbesar di dunia.
Lebih mengejutkan lagi, keruntuhan ini bukan disebabkan oleh ekonomi dunia yang
sedang melemah, melainkan kesalahan fatal dalam sistem akuntan mereka. Selama tujuh tahun
terakhir, Enron melebih-lebihkan laba bersih dan menutup-tutupi utang mereka. Dalam proses
pengusutan sebab-sebab kebangkrutan itu Enron dicurigai telah melakukan praktek window
dressing. Manajemen Enron telah menggelembungkan (mark up) pendapatannya US$ 600 juta,
dan menyembunyikan utangnya sejumlah US$ 1,2 miliar. Auditor independen, Andersen (yang
dahulu dikenal sebagai Arthur Andersen), dituding ikut berperan dalam "menyusun"
pembukuan kreatif Enron. Lebih buruk lagi, kantor hukum yang menjadi penasihat Enron,
Vinson & Eikins, juga dituduh ikut ambil bagian dalam korupsi skala dunia ini dengan
membantu membuka partnership-partnership kontroversial yang dianggap sebagai biang keladi
dari kehancuran Enron.
Jatuhnya bisnis Enron bermula dari dibukanya partnership-partnership yang bertujuan
untuk menambah keuntungan pada Enron. Partnership-partnership yang diberi nama "special
purspose partnership" memang memiliki karateristik yang istimewa. Namun, Enron tidak
pernah mengungkapkan operasi dari partnership-partnership tersebut dalam laporan keuangan
yang ditujukan kepada pemegang saham dan Security Exchange Commission (SEC), badan
tertinggi pengawasan perusahaan publik di Amerika. Lebih jauh lagi, Enron bahkan
memindahkan utang-utang sebesar 690 juta dolar AS yang ditimbulkan induk perusahaan ke
partnership partnership tersebut. Akibatnya, laporan keuangan dari induk perusahaan terlihat
sangat atraktif, menyebabkan harga saham Enron melonjak menjadi 90 dolar AS pada bulan
Februari 2001. Perhitungan menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tersebut, Enron telah
melebih-lebihkan laba mereka sebanyak 650 juta dolar AS.
Andersen merupakan auditor independen yang ditunjuk untuk memeriksa kesehatan
dari pembukuan Enron. Andersen merupakan salah satu dari lima kantor akuntan publik yang
paling berpengaruh didunia. Di Amerika selain mengaudit perusahaan-perusahaan besar
terkemuka, kantor akuntan publik yang masuk dalam lima besar ini juga memberikan
konsultasi yang bertujuan untuk memberi nilai tambah terhadap perusahaan tersebut.
Tidak jarang, kantor akuntan public yang masuk dalam lima besar ini menerima uang
lebih banyak dari jasa konsultasi daripada jasa audit, seperti kasus Enron di mana Andersen
menerima 27 juta dolar AS dari konsultasi dan 25 juta dolar AS dari audit. Akibatnya, timbul
kesangsian akan kejujuran dan kejernihan dari laporan audit mereka terhadap pumbukuan
Enron.
Yang lebih mengejutkan dunia akuntan adalah peristiwa penghancuran dokumen yang
dilakukan oleh David Duncan, ketua partner dari Andersen untuk Enron. Panik karena
menerima undangan untuk diminta kesaksiannya di Dewan Perwakilan Rakyat Amerika
(Congress), Duncan memerintahkan anak buahnya untuk menghancurkan ratusan kertas kerja
(workpapers) dan e-mail yang berhubungan dengan-Enron.
Andersen sebenarnya mengetahui bisnis buruk dari Enron, tetapi tidak mau
mengungkapkannya dalam laporan audit mereka, karena mereka takut kehilangan Enron
sebagai klien.
Dan yang menambah ruwetnya skandal ini adalah keterlibatan Gedung Putih dengan
Enron. Hubungan Presiden George W. Bush dengan Kenneth Lay, Komisaris dan Chief
Executive Officer Enron sangatlah dekat. Ken Lay adalah kontributor terbesar selama
kampanye kepresidenan dengan menyumbang sebesar 625.000 dolar AS. Dari mana Enron
mengalokasikan dana sebanyak itu untuk disumbangkan kepada calon presiden dan partainya?
Jawabannya terletak pada kompleksitas hukum perpajakan Amerika. Selama lima tahun
terakhir, walaupun memiliki laba bersih miliaran dolar, Enron tidak membayar pajak sepeser
pun. Hukum perpajakan Amerika menegaskan bahwa stock option atau opsi kepemilikan
perusahaan bisa dikategorikan sebagai "gaji/upah" pegawai. Karena Enron selama ini
memberikan bonus dan kompensasi kepada pegawainya dalam bentuk stock option, maka
walau dalam bentuk fisik hanyalah kertas, Enron mampu mengurangi nilai laba mereka dengan
nilai opsi tersebut di pasar bebas. Bila keuntungan Enron dikurangi dengan nilai opsi tersebut,
maka sebagai hasil akhir Enron tidak memiliki laba sama sekali dan perusahaan yang tidak
memiliki laba tidak membayar pajak. Lebih buruk lagi, Enron memiliki lebih dari 90
perusahaan off-shore atau perusahaan yang didirikan di negara kepulauan yang bebas pajak
atau berpajak rendah yang tujuan utamanya untuk memindahkan pendapatan dari Amerika ke
negara kepulauan tersebut.
Keruntuhan Enron ini tentu merugikan banyak pihak terutama pegawainya. Setelah
mengakui bahwa laba yang diperoleh dalam tahun-tahun sebelumnya sebenarnya hampir
US$600 juta lebih rendah daripada yang mereka klaim sekaligus menyembunyikan utangnya
sebesar US$1,2 milyar, tahun 2001 yang lalu Enron masih membukukan pendapatan sebesar
US$100 juta, bulan Agustus 2000 sahamnya bernilai US$90 per lembar, namun akibat
kasusnya tersebut haraga sahamnya kini hanya bernilai US$45 sen. Kerugian Enron
diperkirakan mencapai US$50 miliar, plus kerugian investor sebesar US$32 miliar dan ribuan
pegawai Enron harus kehilangan dana pensiun mereka sekitar US$1 miliar.
Kesalahan Enron bukanlah terbatas pada penyelewengan pembukuannya. Suka atau tidak,
perusahaan sebesar Enron tidak akan jatuh apabila keadaan sekelilingnya berlaku wajar dalam
norma-norma etika dan hukum. Enron tidak akan berani mendirikan kongsi dagang-kongsi
dagang yang sangat kompleks apabila hukum sekuritas Amerika (Security Law) tidak
membiarkan pembukuan terpisah antara induk perusahaan dan kongsi dagang tersebut.
Kalaupun itu terjadi, kongsi dagang tidak akan bisa bertahan lama bila auditor luar Andersen
bekerja sesuai dengan peraturan etika yang diterapkan oleh badan tertinggi ikatan akuntan
publik (American Institute of Certified Public Accountants). Keberanian akuntan-akuntan
Andersen untuk "meridhoi" sistem pembukuan terpisah dari Enron tidak berarti banyak bila
Congress menyetujui pemisahan divisi "akunting/auditing" dan "konsultasi" yang diterapkan
oleh lima besar Kantor akuntan publik.
1.3. TUJUAN PENYUSUNAN
1.4. MANFAAT PENYUSUNAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENGGABUNGAN USAHA
Penggabungan Usaha adalah penyatuan entitas-entitas usaha. Penggabungan entitas
usaha yang terpisah adalah suatu alternatif perluasan secara internal melalui akuisisi atau
pengembangan kekayaan perusahaan secara bertahap, dan seringkali memberikan manfaat bagi
semua entitas yang bersatu dan pemiliknya.
Dunia usaha semakin lama semakin berkembang dan persaingan dalam jenis produk,
mutu produk, maupun pemasarannya semakin ramai dan ketat sehingga seringkali timbul
persaingan yang tidak sehat dan saling mengalahkan. Untuk mengatasi adanya saling
merugikan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, perlu kiranya diadakan
suatu bentuk kerja sama yang saling menguntungkan. Salah satu bentuk kerjasama yang dapat
ditempuh adalah dengan melalui penggabungan usaha antara dua atau lebih perusahaan dengan
perusahaan yang lain baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis.
Berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No. 22 paragraf 08 tahun
1999 :”Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih
perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu
dengan (uniting wiith) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan
operasi perusahaan lain”
Sifat Penggabungan Usaha
Horizontal integration
Adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dalam lini usaha atau pasar yang sama,
misalnya perusahaan consumer product bergabung dengan perusahaan consumer product
juga.
Vertical integration
Adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan dengan operasi yang berbeda, secara
berturut-turut, tahapan produksi dan atau distribusi yang sama, misalnya Merck & Co salah
satu produsen obat terbesar, mengakuisisi Medco Containment Services, Inc, distributor
obat-obatan dokter. Penggabungan usaha secara integrasi vertikal ini diharapkan dapat
mengurangi biaya pengiriman obat-obatan ke pasar
Conglomeration
Adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dengan produk dan atau jasa yang tidak
saling berhubungan dan bermacam-macam. Suatu perusahaan melakan diversifikasi untuk
mengurangi risiko yang ada pada lini usaha tertentu, atau untuk mengimbangi perubahan
penghasilan, seperti kegunaan akuisisi pada perusahaan manufaktur.
Alasan-Alasan Penggabungan Usaha
Jika perluasan adalah sasaran utama dari perusahaan, mengapa usaha diperluas melalui
penggabungan dan bukan dengan melakukan konstruksi fasilitas-fasilitas baru? Beberapa
alasan yang mungkin untuk memilih penggabungan usaha sebagai alat perluasan adalah:
Manfaat Biaya (Cost Adventage). Seringkali lebih murah bagi perusahaan untuk
memperoleh fasilitas yang dibutuhkan melalui pengembangan. Hal ini benar, terutama
pada periode inflasi.
Risiko Lebih Rendah (Lower Risk). Membeli lini produk dan pasar yang telah didirikan
biasanya lebih kecil risikonya dibandingkan dengan mengembangkan produk baru dan
pasarnya. Penggabungan usaha kurang berisiko terutama ketika tujuannya adalah
diversifikasi.
Penundaan Operasi Pengurangan (Fewer Operating Delays). Fasilitas-fasilitas pabrik
yang diperoleh melalui penggabungan usaha dapat diharapkan untuk segera beroperasi
dan memenuhi peraturan yang berhubungan dengan lingkungan dan peraturan
pemerintah yang lainnya.
Mencegah Pengambilalihan (Avoidance of Takeovers). Beberapa perusahaan
bergabung untuk mencegah pengakuisisian diantara mereka. Karena perusahaan-
perusahaan yang lebih kecil cenderung lebih mudah diserang untuk diambilalih,
beberapa di antara mereka memakai strategi pembeli yang agresif sebagai pertahanan
terbaik melawan usaha pengambilalihan oleh perusahaan lain. Perusahaan-perusahaan
dengan rasio hutang-terhadap ekuitas yang tinggi biasanya bukan merupakan calon
pengambilalih yang menarik. Dalam industri perbankan, contohnya, bank-bank yang
independent mengakuisisi bank-bank tetangganya untuk memperluas pangsa pasar
(market share) dan berkembang menjadi bank regional. Bank menggunakan
penggabungan sebagai suatu cara untuk mencegah pengambilalihan oleh bank asing.
Akuisisi Harta Tidak Berwujud (Acquisition of Intangible Assets). Penggabungan
usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak berwujud maupun berwujud.
Bentuk Penggabungan Usaha
Adapun bentuk-bentuk penggabungan usaha menurut Arifin S (2002 : 240-241) dapat
dibedakan ke dalam beberapa golongan, antara lain sebagai berikut :
1) Ditinjau dari bentuk penggabungannya, terdapat tiga bentuk penggabungan usaha sebagai
berikut :
Penggabungan horisontal, yaitu penggabungan perusahaan-perusahaan yang sejenis yang
menjadi satu perusahaan yang lebih besar. Pada umumnya dasar dibentuknya
penggabungan usaha ini adalah untuk menghindari adanya persaingan diantara perusahaan
yang sejenis dan meningkatkan efisiensi diantara perusahaan-perusahaan yang
bersangkutan tersebut.
Penggabungan vertikal, yaitu penggabungan perusahaan yang sebelumnya, keduanya
mempunyai hubungan yang saling menguntungkan, misalnya suatu perusahaan lain yang
kemudian pemasok (supplier) bahan baku perusahaan lain yang kemudian bergabung agar
dapat terjaga adanya kepastian bahan baku dan kontinuitas produksi.
Penggabungan konglomerat, yaitu merupakan kombinasi dari penggabungan horisontal dan
vertikal. Penggabungan konglomerat ini merupakan gabungan dari perusahaan-perusahaan
yang memiliki usaha yang berlainan misalnya perusahaan angkutan bergabung dengan
perusahaan jasa hotel dan perusahaan makanan (catering).
2) Sedangkan dari segi hukumnya, penggabungan usaha dibagi menjadi :
Merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan membeli perusahaan lain
yang kemudian perusahaan yang dibelinya tersebut menjadi anak perusahaannya atau
dibubarkan. Perusahaan yang dibelinya sudah tidak mempunyai status hukum lagi dan yang
mempunyai status hukum adalah perusahaan yang membelinya.
Konsolidasi, merupakan bentuk lain dari merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara
satu perusahaan bergabung dengan perusahaan lain membentuk satu perusahaan baru
Afiliasi, yaitu penggabungan usaha dengan cara membeli sebagian besar saham atau
seluruh saham perusahaan lain untuk memperoleh hak pengendalian (controlling interest).
Perusahaan yang dikuasai tersebut tidak kehilangan status hukumnya dan masih beroperasi
sebagaimana perusahaan lainnya.
Metode Akuntansi untuk Penggabungan Usaha
1. Metode Penyatuan Kepemilikan (by pooling of interest method)
Suatu penggabungan usaha yang memenuhi kriteria PSAK tahun 2007 No. 22 untuk
penyatuan kepemilikan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan metode penyatuan. Dalam
metode penyatuan kepemilikan, diasumsikan bahwa kepemilikan perusahaan-perusahaan yang
bergabung adalah satu kesatuan dan secara relatif tetap tidak berubah pada entitas akuntansi
yang baru. Karena tidak ada salah satupun dari perusahaan-perusahaan yang bergabung telah
dianggap memperoleh perusahaan-perusahaan yang bergabung lainnya, tidak ada pembelian,
tidak ada harga pembelian, sehingga karenanya tidak ada dasar pertanggungjawaban yang baru.
Pada metode penyatuan, aktiva dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan yang bergabung
dimasukkan dalam entitas gabungan sebesar nilai bukunya. Oleh karena itu setiap goodwill
pada buku masing-masing perusahaan yang bergabung akan dimasukkan sebagai aktiva pada
entitas yang masih beroperasi (disatukan). Laba ditahan dari perusahaan-perusahaan yang
bergabung juga dimasukkan dalam entitas yang disatukan, dan pendapatan yang bergabung
untuk seluruh tahun dengan mengabaikan tanggal penggabungan usaha dilakukan.
Perusahaan-perusahaan terpisah dalam suatu penggabungan usaha masing-masing dapat
menggunakan metode akuntansi yang berbeda untuk mencatat aktiva dan kewajiabannya.
Dalam penggabungan secara penyatuan kepemilikan, jumlah yang dicatat oleh masing-masing
perusahaan dengan menggunakan metode akuntansi yang berbeda dapat disesuaikan menjadi
dasar akuntansi yang sama apabila perusahaan tersebut diperlukan oleh perusahaan lainnya.
Perubahan metode akuntansi untuk menyesuaikan masing-masing harus berlaku surut, dan
laporan-laporan keuangan yang disajikan untuk periode-periode sebelumnya harus disajikan
kembali (restated).
Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Pooling Of Interest
a) Semua aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang bergabung dinilai pada nilai buku saat
diadakan penggabungan
b) Besarnya nilai investasi pada perusahaan yang bergabung sebesar jumlah modal perusahaan
yang digabung atau sebesar aktiva bersih perusahaan yang digabung
c) Bila terjadi selisih antara jumlah yang dibukukan sebagai modal saham yang diterbitkan
ditambah kompensasi pembelian lainnya dalam bentuk kas ataupun aktiva lainnya dengan
jumlah aktiva bersih yang diperoleh, maka harus diadakan penyesuaian terhadap modal
perusahaan yang akan digabung
d) Laporan keuangan gabungan adalah penjumlahan dari laporan keuangan milik perusahaan
yang bergabung.
2. Metode Pembelian ((by purchase method))
Metode pembelian didasarkan pada asumsi bahwa penggabungan usaha merupakan
suatu transaksi yang salah satu entitas memperoleh aktiva bersih dari perusahaan-perusahaan
lain yang bergabung. Berdasarkan metode ini perusahaan yang memperoleh atau membeli
mencatat aktiva yang diterima dan kewajiban yang ditanggung sebesar nilai wajarnya.
Biaya untuk memperoleh perusahaan (biaya perolehan) ditetapkan dengan cara yang
sama seperti pada transaksi lain. Biaya ini dialokasikan pada aktiva dan kewajiban yang dapat
diidentifikasikan sesuai dengan nilai wajarnya pada tanggal penggabungan. Menurut PSAK
tahun 2007 No.19 setiap kelebihan biaya perolehan atas nilai wajar aktiva bersih yang
diperoleh dialokasikan ke goodwill dan diamortisasikan selama maksimum 20 tahun.
Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Purchase
Menyesuaikan nilai aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang akan digabung
sebesar nilai wajarnya
Mencatat transaksi penggabungan sebesar nilai investasinya (biaya perolehan). Jika
pengakuisisi mengeluarkan saham, maka nilai wajar saham tersebut sebesar harga
pasar pada tanggal transaksi penggabunga. Bila harga pasar tidak dapat digunakan
sebagai indikator, maka diestimasi secara proporsional perusahaan pengakuisisi atau
yang diakuisisi (mana yang lebih dapat ditentukan).
Membuat jurnal pemilikan aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang digabung.
Apabila terjadi selisih antara nilai investasi dengan aktiva bersih yang diterima
perusahaan pengakuisisi, maka selisih tersebut dicatat ke dalam rekening goodwill
pada kelompok aktiva.
Alasan perusahaan melakukan diversifikasi produk:
Tidak hanya perusahaan yang sudah dewasa, perusahaan yang ingin mencapai tahap
dewasapun melakukan diversifikasi produk, diversifikasi produk sangat penting untuk
kelangsungan hidup perusahaan, karena diversifikasi sangat membantu,dengan tidak
bergantung kepada satu produk/barang saja, apabila salah satu produk/barang menurun dalam
pasaran/tidak laku, perusahaan tersebut akan menjual produk lainnya yang sedang in sekarangn
ini. Dan seharusnya perusahaan melakukan diversifikasi dengan berbagai macam barang dan
tidak mempunya jenis/kegunaan yang hampir sama, kareana apabila perusahaan melakukan
diversifikasi dengan dua produk/barang dan mempunyai fungsi yang hampir sama ketika
perusahaan mengalami penurunan perusahaan tersebut bisa menglami kebangkrutan,
Tujuan Investasi Jangka Panjang
Suatu perusahaan melakukan investasi jangka panjang tentunya didasarkan pada tujuan
tertentu yang kemungkinan berbeda dengan perusahaan lain. Dalam uraian di depan telah
disebutkan bahwa salah satu tujuan investasi adalah untuk mencari keuntungan. Secara umum
tujuan investasi memang mencari untung, tetapi bagi perusahaan tertentu kemungkinan ada
tujuan utama yang lain selain untuk mencari untung. Dari tulisan para ahli, diperoleh informasi
bahwa pada umumnya tujuan investasi adalah sebagai berikut:
a) Untuk memperoleh pendapatan yang tetap dalam setiap periode, antara lain seperti bunga,
royalti, deviden, atau uang sewa dan lain-lainnya.
b) Untuk membentuk suatu dana khusus, misalnya dana untuk kepentingan ekspansi,
kepentingan sosial.
c) Untuk mengontrol atau mengendalikan perusahaan lain, melalui pemilikan sebagian ekuitas
perusahaan tersebut.
d) Untuk menjamin tersedianya bahan baku dan mendapatkan pasar untuk produk yang
dihasilkan.
e) Untuk mengurangi persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang sejenis.
f) Untuk menjaga hubungan antar perusahaan.
2.2. LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
Pengertian Laporan Keuangan Konsolidasi
Laporan Keuangan Konsolidasi adalah laporan keuangan gabungan antara Pemilikan
perusahaan pusat atas perusahaan cabangnya, dalam satu satuan ekonomi. Laporan Keuangan
Konsolidasi menyajikan posisi keuangan dan hasil operasi untuk pusat perusahaan (entitas
pengendali) dan satu atau lebih cabang perusahaan (entitas yang dikendalikan) seakan – akan
entitas – entitas individual tersebut merupakan satu entitas atau perusahaan satu perusahaan
atau diperlukan apabila salah satu perusahaan yang bergabung memiliki kontrol terhadap
perusahaan lain, jika tidak memiliki hak kendali (control) yang lebih, maka mereka adalah
badan usaha (entity) mandiri, artinya mereka masing-masing akan membuat laporan keuangan
yang sendiri-sendiri dan tidak mungkin untuk digabungkan, ditambahkan atau yang
sejenisnya..
Dari difinisi umum diatas, dapat kita tarik suatu pemahaman bahwa; Laporan Keuangan
Konsolidasi diperlukan apabila salah satu perusahaan yang bergabung memiliki kontrol
terhadap perusahaan lain. Otherwise, laporan keuangan konsolidasi tidak diperlukan. Artinya;
jika tidak memiliki hak kendali (control) yang lebih, maka mereka adalah badan usaha (entity)
mandiri, artinya mereka masing-masing akan membuat laporan keuangan yang sendiri-sendiri
dan tidak mungkin untuk digabungkan, ditambahkan atau yang sejenisnya.
Laporan keuangan konsolidasi harus disusun jika salah satu perusahaan yang bergabung
memiliki control (kendali) terhadap perusahaan lain. Dalam hal ini tentunya perusahaan
investor (acquirer). Pengendalian (control) diasumsikan diperoleh apabila salah satu
perusahaan yang bergabung memperoleh lebih dari 50% hak suara pada perusahaan lain,
kecuali apabila dapat dibuktikan sebaliknya bahwa tidak terdapat pengendalian walaupun
pemilikan lebih dari 50% (IAI 1994). Laporan tersebut tidak boleh menyesatkan pihak-pihak
yang berkepentingan dan harus didasarkan pada substansi atas peristiwa ekonomi
Tujuan laporan keuangan konsolidasi
Adapun maksud dan tujuan Laporan Keuangan Konsolidasi disusun, yaitu: agar dapat
memberikan gambaran yang obyektif dan sesuai atas keseluruhan posisi dan aktivitas dari satu
perusahaan (economic entity) yang terdiri atas sejumlah perusahaan yang berhubungan
istimewa, dimana laporan konsolidasi keuangan diharapkan tidak boleh menyesatkan pihak-
pihak yang berkepentingan dan harus didasarkan pada substansi atas peristiwa ekonomi juga.
Konsolidasi diharuskan jika satu perusahaan memiliki mayoritas saham beredar dari
perusahaan lain.
Manfaat Laporan Keuangan Konsolidasi
o Dapat memberikan gambaran yang jelas tentang total sumber daya
perusahaan hasil gabungan di bawah kendali induk perusahaan, kepada para
pemegang saham, kreditor dan peyedia dana lainnya.
o Dapat memberikan informasi terkini bagi manajemen induk perusahaan,
baik mengenai operasi gabungan dari entitas konsolidasi dan juga mengenai
perusahaan individual yang membentuk entitas konsolidasi Perlu disadari;
Disamping memberi manfaat, laporan keuangan konsolidasi juga dapat
menjadi ekses yang tidak baik, antara lain:
o Dapat menyembunyikan kinerja perusahaan individu yang tidak bagus
dengan kinerja perusahaan lain yang bagus.
o Tidak semua saldo laba ditahan konsolidasi tersedia untuk dividen induk
perusahaan, begitu pula dengan aktiva.
o Rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan konsolidasi yang terbentuk
tidak mencerminkan kondisi entitas yang membentuk konsolidasi maupun
induk perusahaan
o Beberapa akun tidak dapat seluruhnya dibandingkan, misalnya akun piutang
o Banyaknya informasi tambahan yang dibutuhkan untuk memberikan
penyajian yang wajar.
Gambaran Umum Proses Konsolidasi
Sebagai informasi awal, secara umum prosedur dan proses pembuatan laporan
keuangan konsolidasi adalah sebagai berikut:
o Laporan keuangan terpisah (dari dua entity atau lebih) digabungkan atau
ditambahkan bersama sama, setelah beberapa penyesuaian dan eliminasi, untuk
menghasilkan laporan keuangan konsolidasi. Penyesuaian dan eliminasi tersebut
terkait dengan transaksi dan kepemilkan antar perusahaan.
o Proses pembuatan laporan keuangan konsolidasi akan menjadi masalah apabila
kepemilikan terhadap perusahaan anak kurang dari 100%.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 4
A. Ruang Lingkup Laporan Keuangan Konsolidasi
Suatu induk perusahaan yang memiliki baik langsung maupun tidak langsung melalui anak
perusahaan lebih dari 50% saham berhak suara pada perusahaan lain, harus menyajikan laporan
keuangan konsolidasi. Suatu perusahaan yang memiliki 50% atau kurang saham berhak suara
pada perusahaan lain, wajib menyusun laporan keuangan konsolidasi apabila dapat dibuktikan
bahwa pengendalian tetap ada. Laporan keuangan konsolidasi harus mengkonsolidasikan
seluruh anak perusahaan baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri. Anak
perusahaan tidak dikonsolidasikan apabila:
a. Pengendalian pada anak perusahaan bersifat sementara karena anak perusahaan khusus
diakuisisi dengan tujuan untuk dijual kembali atau dialihkan dalam jangka pendek.
b. Anak perusahaan dibatasi oleh suatu restriksi jangka panjang sehingga tidak mampu
mengalihkan dananya kepada induk perusahaan.
Penyertaan induk perusahaan pada anak perusahaan yang memenuhi salah satu kriteria di
atas harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.
13 tentang Akuntansi untuk Investasi.
B. Prosedur Konsolidasi
Transaksi dan saldo resiprokal antara induk perusahaan dan anak perusahaan harus
dieliminasi. Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi, yang timbul dari transaksi
antara induk perusahaan dan anak perusahaan, harus dieliminasi. Untuk tujuan konsolidasi,
tanggal pelaporan keuangan anak perusahaan pada dasarnya harus sama dengan tanggal
pelaporan keuangan perusahaan induk. Apabila tanggal pelaporan tersebut berbeda maka
laporan keuangan anak perusahaan dengan tanggal pelaporan yang berbeda tersebut dapat
digunakan untuk tujuan konsolidasi sepanjang:
a. Perbedaan tanggal pelaporan tersebut tidak lebih dari 3 (tiga) bulan.
b. Peristiwa atau transaksi material yang terjadi di antara tanggal pelaporan tersebut
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasi.
Apabila laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang berbeda (yang lebih dari tiga
bulan) digunakan untuk tujuan konsolidasi, maka penyesuaian yang diperlukan harus dilakukan
untuk pengaruh dari setiap peristiwa atau transaksi antar perusahaan yang signifikan, yang
terjadi antara tanggal pelaporan yang berbeda tersebut.
Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang
sama untuk transaksi, peristiwa dan keadaan yang sama atau sejenis. Apabila tidak mungkin
digunakan kebijakan akuntansi yang sama dalam menyusun laporan keuangan konsolidasi,
maka harus diungkapkan penggunaan kebijakan akuntansi yang berbeda tersebut dan proporsi
unsur yang terkait dengan kebijakan akuntansi tersebut terhadap unsur sejenis dalam laporan
keuangan konsolidasi.
Hak minoritas (minority interest) harus disajikan tersendiri dalam neraca konsolidasi
antara kewajiban dan modal. Hak minoritas dalam laba disajikan tersendiri dalam laporan laba
rugi konsolidasi.
Investasi pada anak perusahaan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 13 tentang Akuntansi untuk Investasi, terhitung sejak
investasi tersebut tidak memenuhi persyaratan sebagai anak perusahaan dan juga bukan
perusahaan asosiasi berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 15 tentang
Akuntansi untuk Investasi pada Perusahaan Asosiasi.
2.3. INVESTASI PERUSAHAAN ASOSIASI
Pengertian
perusahaan asosiasi sebagai suatu perusahaan yang investornya mempunyai pengaruh
yang signifikan (memiliki wewenang untuk berpartisipasi dalam keputusan yang menyangkut
kebijakan keuangan serta operasi investee, tetapi bukan merupakan pengendalian terhadap
kebijakan tersebut) dan bukan merupakan anak perusahaan maupun joint venture dari
investornya.
Sedangkan anak perusahaan (subsidiary) didefinisikan sebagai perusahaan yang
dikendalikan oleh perusahaan lain (yang disebut induk perusahaan).
Jika investor memiliki, baik langsung maupun tidak langsung melalui anak perusahaan,
20 % atau lebih dari hak suara pada perusahaan investee, maka dipandang mempunyai
pengaruh signifikan. Sebaliknya, jika investor memiliki, baik langsung maupun tidak langsung
melalui anak perusahaan, kurang dari 20 % hak suara, maka dianggap tidak memiliki pengaruh
signifikan. Kepemilikan substansial atau mayoritas oleh investor lain tidak perlu menghalangi
investor memiliki pengaruh signifikan. Apabila investor mempunyai pengaruh yang signifikan,
maka investasi pada investee dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. Sebaliknya, apabila
investor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, maka investasi dicatat dengan
menggunakan metode biaya.”
Jadi, jika penyertaan saham perusahaan pada perusahaan asosiasi kurang dari 20 %,
maka penyertaan saham perusahaan dibukukan dengan metode biaya
Pengaruh Signifikan
Istilah "perusahaan asosiasi" digunakan untuk menggambarkan suatu perusahaan
dimana investor mempunyai pengaruh signifikan. Jika investor memiliki, baik langsung
maupun tidak langsung melalui anak perusahaan, 20% atau lebih dari hak suara pada
perusahaan investee, maka investor dipandang mempunyai pengaruh signifikan.
Sebaliknya, jika investor memiliki, baik langsung maupun tidak langsung melalui anak
perusahaan, kurang dari 20% hak suara, dianggap investor tidak memiliki pengaruh
signifikan. Kepemilikan substansial atau mayoritas oleh investor lain tidak perlu
menghalangi investor memiliki pengaruh signifikan. Apabila investor mempunyai
pengaruh yang signifikan maka investasi pada investee dicatat dengan menggunakan metode
ekuitas. Sebaliknya apabila investor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan maka
investasi dicatat dengan menggunakan metode biaya
Metode Akuntansi
Metode Ekuitas
Menurut metode ekuitas, investasi pada awalnya dicatat sebesar biaya perolehan dan
nilai tercatat ditambahkan atau dikurangi untuk mengakui bagian investor atas laba
atau rugi investee setelah tanggal perolehan. Distribusi laba (kecuali dividen saham)
yang diterima dari investee mengurangi nilai tercatat (carrying amount) investasi.
Penyesuaian terhadap nilai tercatat tersebut juga diperlukan untuk mengubah hak kepemilikan
proporsional investor pada investee yang timbul dari perubahan dalam ekuitas investee yang
belum diperhitungkan ke dalam laporan laba rugi. Perubahan semacam itu meliputi
perubahan yang timbul sebagai akibat dari revaluasi aktiva tetap, perbedaan dalam penjabaran
valuta asing, dan dari penyesuaian selisih yang timbul dari penggabungan usaha.
Metode Biaya
Menurut metode biaya, investor mencatat investasinya pada perusahaan investee
sebesar biaya perolehan. Investor menyakui penghasilan hanya sebatas distribusi
laba (kecuali dividen saham) yang diterima yang berasal dari laba bersih yang
diakumulasikan oleh investee setelah tanggal perolehan. Penerimaan dividen yang
melebihi laba tersebut dipandang sebagai pemulihan investasi dan dicatat sebagai
pengurangan terhadap biaya investasi sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.
13 tentang Akuntansi untuk Investasi.
Pilihan Metode Akuntansi dalam Laporan Keuangan Konsolidasi
Pengakuan penghasilan berdasarkan dividen yang diterima tidak dapat digunakan
sebagai ukuran yang memadai untuk merefleksikan penghasilan yang diperoleh
investor dari investasi dalam suatu perusahaan asosiasi karena distribusi yang diterima
tersebut hampir tidak ada hubungannya dengan kinerja perusahaan asosiasi. Mengingat
pengaruhnya yang signifikan terhadap perusahaan asosiasi, investor memiliki tolok ukur atas
kinerja perusahaan asosiasi, yaitu imbalan investasi (return on investment). Investor
melaksanakan tanggungjawab ini dengan memperluas lingkup laporan keuangan konsolidasi
sehingga mencakup bagiannya atas hasil usaha perusahaan asosiasi dan dengan demikian
menyediakan analisis terhadap penghasilan serta investasi sehingga rasio yang lebih
relevan dapat dihitung. Dengan demikian, penerapan metode ekuitas memungkinkan
pelaporan aktiva bersih dan penghasilan bersih oleh investor dengan lebih
informatif.
Investasi di perusahaan asosiasi dipertanggungjawabkan dengan menggunakan
metode biaya jika perusahaan asosiasi beroperasi dengan pembatasan yang ketat dalam
jangka panjang sehingga secara signifikan mempengaruhi kemampuannya untuk mengalihkan
dana kepada investor. Investasi di perusahaan asosiasi juga dipertanggung jawabkan
dengan menggunakan metode biaya jika investasi diperoleh dan dimiliki secara khusus dengan
tujuan untuk dijual dalam jangka pendek. Investor menghentikan penggunaan metode ekuitas
sejak tanggal dimana:
a. investor tidak lagi memiliki pengaruh signifikan dala perusahaan asosiasi tetapi
menahan, seluruh atau sebagian, investasinya; atau
b. penggunaan metode ekuitas tidak lagi sesuai karena beberapa alasan
Penerapan Metode Ekuitas
Terdapat beberapa prosedur dalam penerapan metode ekuitas yang tidak berbeda dengan
prosedur konsolidasi sebagaimana dijelaskan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 4 tentang Laporan Keuangan Konsolidasi. Selanjutnya, konsep yang
mendasari prosedur konsolidasi yang digunakan dalam perolehan anak perusahaan digunakan
dalam perolehan investasi dalam perusahaan asosiasi.
Investasi dalam perusahaan asosiasi dipertanggungjawabkan dengan metode ekuitas sejak
tanggal pada saat investasi tersebut memenuhi definisi perusahaan asosiasi. Selisih
(baik positif maupun negatif) antara biaya perolehan (acquisition cost) dengan bagian investor
atas nilai wajar aktiva neto yang dapat diidentifikasi (net identificable asset) pada
tanggal akuisisi harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha.Penyesuaian yang diperlukan
terhadap bagian investor atas laba rugi setelah akuisisi harus dilakukan untuk hal-hal berikut:
a. Penyusutan aktiva tetap berdasarkan nilai wajarnya.
b. Amortisasi atas selisih antara biaya perolehan dan bagian investor atas nilai wajar aktiva
neto yang dapat diidentifikasi (investor's share of the fair value of net identifiable assets) .
Laporan keuangan perusahaan asosiasl yang paling akhir digunakan oleh investor dalam
penerapan metode ekuitas; laporan tersebut biasanya disajikan pada tanggal yang
sama dengan laporan keuangan investor. Jika tanggal pelaporan tersebut berbeda,
perusahaan asosiasi sering menyajikan, untuk digunakan oleh investor, laporan pada tanggal
yang sama dengan laporan keuangan investor. Jika penyamaan tanggal tidak mungkin
dilakukan, dapat digunakan laporan keuangan yang disusun pada tanggal pelaporan
yang berbeda, akan tetapi prinsip konsistensi mempersyaratkan bahwa jangka waktu
penggunaan tanggal tersebut konsisten dari periode ke periode.
Jika digunakan laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang berbeda,
penyesuaian dilakukan terhadap dampak dari setiap transaksi atau peristiwa signifikan yang
terjadi antara investor dan perusahaan asosiasi antara tanggal laporan keuangan perusahaan
asosiasi dan tanggal laporan keuangan investor.
Laporan keuangan investor lazimnya disusun dengan menggunakan kebijakan
akuntansi untuk transaksi dan peristiwa yang sama dalam keadaan yang serupa. Apabila
perusahaan asosiasi menggunakan kebijakan akuntansi yang lain daripada yang
digunakan investor untuk transaksi dan peristiwa yang sama, maka penyesuaian tertentu
dilakukan terhadap laporan keuangan perusahaan asosiasi apabila laporan tersebut digunakan
oleh investor dalam penerapan metode ekuitas. Jika penyesuaian semacam itu tidak dapat
dilakukan, fakta adanya perbedaan tersebut harus diungkapkan.
Jika perusahaan asosiasi memiliki saham preferen kumulatif yang dimiliki oleh pihak luar,
investor menghitung bagiannya atas laba atau rugi setelah penyesuaian untuk dividen saham
prioritas dengan mengabaikan apakah dividen tersebut telah atau belum dideklarasikan.Jika,
berdasarkan metode ekuitas, bagian investor atas kerugian perusahaan asosiasi sama atau
melebihi nilai tercatat dari investasi, maka investasi dilaporkan nihil. Kerugian
selanjutnya diakru oleh investor apabila telah timbul kewajiban atau investor
melakukan pembayaran kewajiban perusahaan asosiasi yang dijaminnya. Jika perusahaan
asosiasi selanjutnya laba, investor akan mengakui penghasilan apabila setelah bagiannya atas
laba menyamai bagiannya atas kerugian bersih yang belum diakui. Jika terjadi penurunan
permanen atas nilai investasi dalam perusahaan asosiasi, nilai tercatat dikurangkan untuk
mengakui pentrunan tersebut. Karena investasi pada perusahaan asosiasi secara individual
penting bagi investor, maka nilai tercatat ditentukan untuk setiap perusahaan asosiasi
secara individual.
2.4. SPECIAL PUPURPOSE ENTITY (SPE)
Special Purpose Entity (SPE) adalah suatu entitas yang dibentuk oleh perusahaan
sponsor/perusahaan induk untuk suatu tujuan tertentu (khusus, sempit, dan temporary),
misalnya untuk membagi atau menghilangkan resiko finansial. SPV ini merupakan salah satu
bentuk off-balance-sheet-financing. Pada dasarnya, off-balance-sheet entity ini diciptakan oleh
suatu pihak (transferor atau sponsor) yang mentransfer asset ke pihak lain (SPV) untuk
melaksanakan aktivitas bisnis maupun transaksi bisnis tertentu.
Tujuan SPE :
2. Mendanai aset tertentu atau layanan tertentu dan tetap membuat hutang perusahaan induk
(sponsor) off-balance-sheet
3. Mengubah aset finansial tertentu, seperti hutang dagang, pinjaman, atau hipotek ke dalam
bentuk liquid
4. Mengurangi besarnya pajak
Karakteristik SPE :
1. Memiliki modal yang terbatas
2. Biasanya tidak memiliki manajemen yang independen
3. Fungsi administratifnya sering dijalankan oleh suatu trustee yang menerima dan
mendistribusikan kas sesuai dengan persyaratan kontrak, sekaligus bertindak sebagai
perantara SPV dengan pihak yang membentuk SPV.
4. Jika SPV memegang aset, maka salah satu pihak akan memberikan jasa tertentu sesuai
perjanjian.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. PEMECAHAN MASALAH
Sebagaimana diketahui, kasus Enron muncul menyebabkan indeks
pasar modal Amerika jatuh sampai 25%. Untungnya pemerintah federal
bertindak cepat sebelum sistem ekonomi kapitalis yang ditopang oleh
sistem “utang” melalui “pasar modal” itu hancur. Pemerintah berupaya
mengangkat kembali kepercayaan pasar terhadap sistem itu dan waktu itu
Presiden George W Bush bersengaja datang ke lantai Bursa Efek New
York (New York Stock Exchange) membuka pasar trading waktu itu dan
menunjukkan komitmen pemerintah federal untuk memperbaiki martabat
pasar modal terutama menghindari praktik praktik kecurangan yang
semakin banyak terjadi waktu itu.
Pada saat yang bersamaan Kongres Amerika juga bertindak
cepat. Senator Sarbanes dan Oxley berinisiatif untuk menyusun Undang
Undang tentang Pertanggungjawaban Perusahaan Public dan akhirnya
dengan cepat draft itu disetujui kongres dan langsung diundangkan
Presiden Bush pada akhir tahun 2001 dan menjadi efektif berlaku saat itu.
Sarbanes Oxley Act ini sangat mempengaruhi professi akuntan dan pasar
modal sehingga saat ini menjadi isu yang menjadi perhatian dalam setiap
kegiatan akuntansi karena mempengaruhi professi, auditor, manajemen
dan kelembagaan.
Sebagaimana diketahui Sarbanes Oxley Act ini mewajibkan
semua pihak untuk menjaga dan melindungi perusahaan dari praktik
kecurangan sehingga manajemen, akuntan diminta untuk membuat surat
pernyataan dan menjamin agar pelaksanaan internal control yang dapat
menghindari kecurangan itu diterapkan. Memang selama ini bukan berarti
konsep dan sistem control itu tidak ada. Namun karena berbagai factor
psikologis dan dorongan motivasi ekonomis maka hal itu sering diabaikan
demi untuk memenuhi dan memuaskan kepentingan pribadi pihak yang
ikut bermain di pasar modal. Tanggungjawab manajemen ditingkatkan,
sistem pengawasan dan fungsi komite audit diperberat dan professi
akuntan independent di tata kembali, dan pemantau independent
perusahaan publikpun Public Company Accounting Oversight Board
(PCAOB) di bentuk.
Tentang akuntan misalnya dibatasi jasa yang boleh diberikan
kantor akuntan, lama memberikan jasa dibatasi sehingga harus dilakukan
rotasi dalam jangka waktu 5 tahun, kualitas pengungkapan di perketat dan
hukuman yang melanggarnya juga diperberat. Ketentuan ini tentu berlaku
bagi semua perusahaan yang terdaftar di pasar bursa Amerika dan juga
bagi perusahaan yang lain yang beroperasi di luar negeri atau perusahaan
lain dari luar Amerika yang mendaftarkan sahamnya untuk
diperdagangkan di Amerika. Ketentuan ini sedikit banyaknya
mempengaruhi professi akuntan di Tanah Air.
Salah satu hal yang ditekankan pasca Skandal Enron atau pasca
Sarbanes Oxley Act ini adalah perlunya Etika Professi. Selama ini bukan
berarti etika professi tidak penting bahkan sejak awal professi akuntan
sudah memiliki dan terus menerus memperbaiki Kode Etik Professinya
baik di USA maupun di Indonesia. Etika adalah aturan tentang baik dan
buruk. Kode etik mengatur anggotanya dan menjelaskan hal apa yang baik
dan tidak baik dan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai
anggota professi baik dalam berhubungan dengan kolega, langganan,
masyarakat dan pegawai. Kenyataannya konsep etika yang selama ini
dijadikan penopang untuk menegakkan praktik yang sehat yang bebas dari
kecurangan tampaknya tidak cukup kuat menghadapi sifat sifat “selfish
dan egois”, kerakusan ekonomi yang dimiliki setiap pelaku pasar modal,
dan manajemen yang bermoral rendah yang hanya ingin mementingkan
keuntungan ekonomis pribadinya.
Walaupun semakin banyak aturan yang dikeluarkan oleh
Standard Setting Body seperti FASB (Financial Accounting Standard
Board) atau Regulator pemerintah seperti SEC (Security Exhange
Commission) namun kecurangan selalu dapat ditutupi dan dicari celah
sehingga sampai pada puncaknya dimana kecurangan itu terungkap dan
menyebabkan kerugian semua pihak terutama investor dan berakibat pada
hilangnya kepercayaan masyarakat kepada professi akuntan dan sistem
pasar modal.
Untuk itulah maka profesi Akuntansi harus berupaya menguak
semua kemungkinan kecurangan yang ditimbulkan oleh informasi
akuntansi melalui laporan keuangan. Akuntansi/Auditing harus bisa
menyusun sistem sehingga bisa menghindari, mendeteksi, menemukan,
menetapkan pelakunya, menyiapkan investigasi dan bahkan membantu
membawanya ke pengadilan. Penyusunan sistem merupakan bidang
sistem pengawasan atau Internal Management Control System yang
meliputi misalnya internal audit system, internal audit charter, audit
committee, independent audit dan sebagainya. Sedangkan
akuntansi/auditing harus bisa menditeksi, menemukan segala bentuk
kecurangan, jenis dan tata cara yang dilakukan melalui laporan keuangan,
serta bisa membawanya ke pengadilan.
Dari kisah ini dapat kita tarik pelajaran bahwa memang dalam
system sekuler dimana moral dinomor duakan maka akan besar peluang
munculnya godaan yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Di
Amerika dengan keluarnya UU Sarbanes Oxley (SOA) itu ternyata dapat
mengerem semakin terpuruknya kepercayaan publik terhadap profesi
akuntan. Nah di Indonesia kita tidak memiliki UU seperti SOA ini dan
sebenarnya kita memiliki banyak UU yang sejalan dengan upaya
pemberantasan kecurangan, korupsi ini. Bahkan kita banyak sekali
memiliki aparat pengawas, auditor dan pemeriksa seperiti BPK, BPKP,
Inspektorat, KPK Bawasda dan sebagainya namun kenyataannya praktik
korupsi semakin marak dengan gaya yang berbeda. Akuntan selaku bagian
dari upaya dalam menegakkan Good governance di Indonesia perlu
menyusun strategi bagaimana peran yang akan dilakukannya untuk
mencegah praktik korupsi dan pemborosan yang terjadi di negara ini.
Kasus Enron Corporation terjadi akibat keegoisan satu pihak
terhadap pihak lain, dalam hal ini pihak-pihak yang selama ini
diuntungkan atas penipuan laporan keuangan terhadap pihak yang telah
tertipu. Untuk itulah kode etik profesi harus dibuat untuk menopang
praktik yang sehat bebas dari kecurangan. Kode etik mengatur
anggotanya dan menjelaskan hal apa yang baik dan tidak baik dan mana
yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai anggota professi baik dalam
berhubungan dengan kolega, langganan, masyarakat dan pegawai.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN
1. Penggabungan usaha merupakan usaha pengembangan atau perluasan perusahaan
dengan cara menyatukan perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain menjadi
satu kesatuan ekonomi.
2. Laporan Keuangan Konsolidasi disusun agar dapat memberikan gambaran yang
obyektif dan sesuai atas keseluruhan posisi dan aktivitas dari satu perusahaan
(economic entity) yang terdiri atas sejumlah perusahaan yang berhubungan istimewa.
3. Karena investasi pada perusahaan asosiasi secara individual penting bagi investor,
maka nilai tercatat ditentukan untuk setiap perusahaan asosiasi secara individual.
4. Special Purpose Entities (SPE) dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat apabila
digunakan sesuai standar yang ada & menjadi penghancur bagi perusahaan bila
disalahgunakan.
5. Etika adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat. Berdasarkan kasus Enron terdapat beberapa penyimpangan etika profesi
akuntansi yaitu memanipulasi pembukuan perusahaan dan kebohongan public.
4.2.SARAN
1. Untuk mengatasi adanya saling merugikan antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan yang lain, perlu kiranya diadakan suatu bentuk kerja sama yang saling
menguntungkan. Salah satu bentuk kerjasama yang dapat ditempuh adalah dengan
melalui penggabungan usaha antara dua atau lebih perusahaan dengan perusahaan yang
lain baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis.
2. Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang
sama untuk transaksi, peristiwa dan keadaan yang sama atau sejenis. Apabila tidak
mungkin digunakan kebijakan akuntansi yang sama dalam menyusun laporan keuangan
konsolidasi, maka harus diungkapkan penggunaan kebijakan akuntansi yang berbeda
tersebut dan proporsi unsur yang terkait dengan kebijakan akuntansi tersebut terhadap
unsur sejenis dalam laporan keuangan konsolidasi.
3.
4.
5. Profesi Akuntansi harus berupaya menguak semua kemungkinan kecurangan yang
ditimbulkan oleh informasi akuntansi melalui laporan keuangan.
6. Semua KAP harus independent sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Accounting Research Bulletin (ARB) 51, Consolidated Financial Statement
SFAS 125 Accounting for Transfer and Servicing of Financial Assets and
Extinguishment of Liabilities
FASB Interpretation 46 (R)
SIC-12
PSAK No 4 Tahun 2002